Anda di halaman 1dari 42

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM
KITAB-KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)
4. Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI
5. PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA: GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN
TABIITTABIIN)
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Rizki Al-Fatih

NIM : L1B021125

Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/D

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

1
UNIVERSITAS MATARAM 2021

DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………….1
Daftar isi…………………………………………………………………………2
Pendahuluan……………………………………………………………………..3

Pembahasan……………………………………………………………………..4

Pengertian, konsep, dalil istidraj………………………………………………..4

Dalil qudsi tentang hukuman Allah kepada hambanya karena saying………….12

Berita Kenabian dalam kitab suci lain………………………………………….17

Al-Qur’an sebagai sumber sains dan teknologi…………………………………25

Pengertian salafussalih, sahabat Nabi, tabiin, tabiut tabiin……………………..35

Kesimpulan……………………………………………………………………..40

Referensi………………………………………………………………………..41

2
PENDAHULUAN

Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini, hal ini
berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah – tengah masyarakat
maupun dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas,
ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti bahwa
telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi pekerti luhur,
kesantunan, dan relegiusitas yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa
Indonesia selama ini seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang ditemui ditengah-
tengah masyarakat. Kondisi ini akan menjadi lebih parah lagi jika pemerintah tidak
segera mengupayakan program-program perbaikan baik yang bersifat jangka Panjang
maupun jangka pendek. Pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang tepat atas
permasalahan-permasalahan yang telah disebut di atas dan sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat yang mampu mewujudkan
misi dari pendidikan karakter tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam
melaksanakan pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran
materi pendidikan agama Islam (PAI). Peran Pendidikan agama khususnya pendidikan
agama Islam sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa.
Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan
(aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membentuk
sikap (aspek afektif), yang berperan dalam mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik)
sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan Agama Islam diharapkan
mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa,
dan berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan.1 Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam

3
menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan
masyarakat baik dalam lingkup ocal, nasional, regional maupun global.

PEMBAHASAN

1. ISTIDRAJ.

Apa Itu Istidraj ?

Istidraj adalah tipuan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap orang – orang yang
membangkang terhadap-Nya. Dalam hal ini Allah SWT mengabulkan segala keinginan
manusia dengan membukakan pintu – pintu kesenangan, yang mana hal itu sebenarnya
adalah kehancuran, kenistaan, dan kesengsaraan baginya.

Arti Istidraj, yaitu suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam
keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah. Jadi, ketika Allah membiarkan kita
sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika
bermaksiat, berat untuk bershadaqah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki,
mengabaikan semua atau mungkin sebagian perintah Allah, menganggap enteng
perintah- perintah Allah, merasa umurnya panjang dan menunda-nunda taubat, dan tidak
mau menuntut ilmu syar’i tetapi Allah tetap memberikan mereka harta yang berlimpah,
kesenangan, hidup aman, tidak sakit dan tidak pula tertimpa musibah bersiaplah untuk
menantikan konsekuensinya, karena janji Allah itu Maha Benar.

Pada saat seseorang tertimpa istidrāj, ia sangat terlena dengan semua yang dia punya,
sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara. Dia lupa bersyukur atas
nikmat yang diberikan, begitu juga ia gemar melakukan kemaksiatan tanpa merasa
berdosa. Dan mengangggap nikmat yang Allah Swt berikan merupakan sebuah
kebaikan untuknya. Ketika hal ini terjadi, maka akan berakibat nantinya mendapatkan
siksaan dari arah yang tidak disangka-sangka. Maka dari itu, perlu meminta pertolongan
kepada Allah Swt dan juga mengasah keimanan agar terus meningkat sehingga
menyadari hakikat nikmat dan siksaan.
Hal seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli
maksiat. Sebagaimana keterangan berikut:

4
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi
mereka azab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178)
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada
mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (Al Mu’minun: 55-56)
“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang
mendustakan Perkataan ini (Alquran). nanti Kami akan menarik mereka dengan
beransur-ansur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (Al
Qalam: 44)
Jadi, ketika ada orang yang tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, gemar bermaksiat,
tetapi hidupnya makmur, sejahtera, dan bergelimang kemewahan, ini adalah tanda-
tanda istidraj.
Ketika seseorang meraih pangkat dan jabatan atau kemenangan dengan cara-cara yang
zalim dan menghalalkan segala cara, sesungguhnya hal ini juga pengertian istidraj
dalam islam.

Demikian pula, kalau ada negara yang kufur kepada Allah, menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah, melegalkan beragam bentuk maksiat, memerangi orang-orang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, membatasi atau melarang berbagai aktivitas
dakwah. Negara itu bisa saja secara zahir tampak maju di berbagai aspek kehidupan.
Namun, kemajuan itu tak lain istidraj.

Ciri-Ciri Istidraj

5
1. Ibadah Kita Semakin Turun, Namun Kesenangan Makin Melimpah

Ibnu Athaillah berkata :


“Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap
dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj
oleh Allah”

2. Kita Melakukan Maksiat, Tapi Malah Makin Banyak Kesenangan

Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata :

“Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus
melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat
kepadaNya” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121)

3. Semakin Kita Kikir, Namun Harta Semakin Banyak

Sebagaimana kita ketahui bahwa sebetulnya Sodaqoh dapat membuat harta kita semakin
banyak. Ketika kita dihinggapi sifat kikir, tak pernah zakat, infak, shadaqah ataupun
mengulurkan bantuan orang lain. Namun justru harta semakin melimpah ruah. itulah
menjadi salah satu ciri pengertian istidraj dalam islam.

4. Jarang Sakit

Imam Syafi’I pernah mengatakan:

Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau
tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.

Cara Hindari Istidraj

merangkum bahwa istidraj bisa kita hindari dengan cara sebagai berikut :

1. Meningkatkan Keimanan

Jadikan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai dasar bagi kita dalam menjalankan
kehidupan di dunia. Karena dengan iman yang kuat keberkahan yang sejati akan kita
dapatkan dalam hidup.

2. Mengerjakan Amal Sholeh

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman. maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang

6
baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-nahl ayat 97)

3. Berdoa

Doa merupakan obat yang paling ampuh bagi umat muslim. Berdoa dengan sungguh-
sungguh merupakan cara kita meminta kepada Allah secara langsung agar diberikan
keberkahan harta, waktu, keluarga dan juga kenikmatan kenikmatan dunia yang lainnya.
Namun juga jangan sampai nikmat tersebut melalaikan kita, menjadikan kita malas
untuk beribadah, berbangga diri dan menyepelekan orang lain. Bahkan membuat kita
semakin jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya
kenikmatan ialah yang akan kita dapatkan di akhirat kelak kenikmatan yang kekal
selama-lamanya.

7
4. Memperbanyak Intropeksi Diri

Senantiasa intropeksi diri adalah hal terbaik untuk mengukur dan mengingatkan diri
sendiri agar terhindar dari perbuatan yang tidak disukai Allah SWT. Ketika hati
diingatkan untuk memohon ampun, maka itulah “perahu” yang menyelamatkan dari
arus istidraj.Agar sinyal taubat itu ada, hendaknya seorang beriman menjaga diri dari
harta yang haram dan berupaya konsisten dalam menjalankan perintah-perintah Allah.

KONSEP

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu


pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat).
Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.

DALIL-DALIL

Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ُّ‫ْت هَّللا َ َت َعالى يُعْ ِطي ْال َعبْدَ ِم َن ال ُّد ْن َيا َما ُيحِب‬َ ‫إِ َذا َرأَي‬
‫اصي ِه َفإِ َّن َما َذلِ َك ِم ْن ُه اسْ ِت ْد َرا ٌج‬
ِ ‫َوه َُو ُم ِقي ٌم َع َلى َم َع‬
“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang
hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu
hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”

firman Allah,

8
‫اب ُكلِّ َش ْي ٍء‬ َ ‫فَلَ َّما نَسُوا َما ُذ ِّكرُوا ِب ِه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب َو‬
‫َحتَّى إِ َذا فَ ِرحُوا ِب َما أُوتُوا أَ َخ ْذنَاهُ ْم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُ ْم‬
َ ‫ُم ْبلِس‬
‫ُون‬
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

ُ ‫َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُ ْم ِم ْن َحي‬


َ ‫ْث الَ يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬
“Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44)

9
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa
capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan
hati atau sesuatu yang menyakiti, sampai pun duri yang menusuknya, melainkan
akan dihapuskan dosa-dosanya.” (Riwayat Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573)

SELAMA hidup di dunia, manusia pasti akan mengalami musibah. Tak ada satupun
yang bisa lepas dari hal tersebut. Mulai dari presiden sampai pengamen, yang kaya
maupun orang papa, pasti pernah mendapatkan musibah. Sebab, hal itu bagian dari
kehidupan yang selalu melekat pada diri manusia.

Dalam menghadapi musibah, terdapat beberapa sikap yang ditunjukkan manusia. Ada
yang mengeluh, sabar, dan berlapang dada. Bahkan, sebagian justru ada yang bersyukur
ketika musibah datang menimpa.

Makna Hadits

Hadits di atas sebagai pendorong bagi umat Muslim agar mengharapkan pahala, ketika
tertimpa musibah-musibah kecil seperti tertusuk duri, terkena sakit ringan (flu, batuk),
ataupun saat mereka lelah karena bekerja seharian.

Faktanya, kebanyakan manusia lalai ketika tertimpa musibah. Bukannya mengharap


pahala dari Allah, tetapi malah tak terima dengan apa yang dialaminya. Padahal, dalam
semua hal, setiap orang memiliki peluang memperoleh kebaikan. Bagi orang beriman
yang tertimpa musibah, sekecil apapun, maka Allah akan menghapuskan kesalahan-
kesalahannya.

Bahkan, apabila mereka mampu bersabar dan mengharapkan pahala dari musibah itu,
sesungguhnya akan mendapat tambahan kebaikan. Karenanya, setiap orang beriman
harus selalu menghadirkan niat serta mengharapkan pahala pada setiap musibah yang
dialami, baik kecil maupun besar.

Bentuk Kasih Sayang

10
Musibah dipahami oleh para ulama sebagai sesuatu yang menimpa atau mengenai
seseorang dengan bentuk bermacam-macam. Entah yang berkonotasi baik atau buruk.

Hal itu didasarkan pada firman Allah:

‫اس َر ُسواًل ۚ َو َكفَ ٰى بِاهَّلل ِ َش ِهيدًا‬ َ ‫ك ِم ْن َسيِّئَ ٍة فَ ِم ْن نَ ْف ِسكَ ۚ َوأَرْ َس ْلنَا‬


ِ َّ‫ك لِلن‬ َ َ‫ك ِم ْن َح َسنَ ٍة فَ ِمنَ هَّللا ِ ۖ َو َما أ‬
َ َ‫صاب‬ َ َ‫َما أ‬
َ َ‫صاب‬

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka, dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS: An-Nisa[4]: 79).

Dari ayat ini diketahui, wujud musibah itu ada yang baik dan buruk. Hanya saja,
pengertian secara umum selalu dikonotasikan sesuatu yang tidak baik.

Para ulama menjelaskan, musibah merupakan ujian untuk meninggikan derajat seorang
hamba. Hal ini biasa terjadi pada para nabi maupun rasul. Mereka mendapat musibah,
dimaksudkan selain untuk meninggikan derajat, juga memperbesar pahala. Selain itu,
juga sebagai qudwah (teladan) bagi yang lainnya untuk bersabar.

Dari Mush’ab bin Sa’id—seorang tabi’in—dari ayahnya, ia berkata;

‫اس أَ َش ُّد بَالَ ًء‬


ِ َّ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ أَىُّ الن‬

‫األَ ْنبِيَا ُء ثُ َّم األَ ْمثَ ُل فَاألَ ْمثَ ُل فَيُ ْبتَلَى‬

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau ‫ﷺ‬
menjawab, “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi.” (Riwayat 
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad Darimi).

Orang beriman harus yakin, musibah bisa menjadi sebab dihapuskannya dosa.

ٍ ِ‫ت أَ ْي ِدي ُك ْم َويَ ْعفُو ع َْن َكث‬


‫ير‬ ْ َ‫صيبَ ٍة فَبِ َما َك َسب‬ َ َ‫َو َما أ‬
ِ ‫صابَ ُك ْم ِم ْن ُم‬

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu  disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS:
Asy Syura [42]: 30).

Selain itu, musibah merupakan hukuman yang disegerakan dalam rangka membersihkan
dosa seorang hamba. Dari Anas bin Malik, Nabi ‫ﷺ‬ bersabda;

‫إذا أراد هللا بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا و إذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة‬

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan
atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat.” (Riwayat
Tirmidzi).

11
Sebagian salaf berkata, “Andaikata bukan karena musibah-musibah dunia, niscaya kita
akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bangkrut”.

Dengan mengetahui hikmah musibah, seharusnya umat Islam lebih giat dan berusaha
keras untuk bersabar dan meraih pahala lewat musibah tersebut. Sebab, musibah bukan
karena Allah benci dan tidak suka kepada hamba-Nya. Akan tetapi, semua itu
hakikatnya adalah kasih sayang Allah kepada kaum Mukminin

CONTOH KASUS HUKUMAN KEPADA HAMBA ALLAH KARENA ALLAH


SAYANG.

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Allah SWT
menyatakan bahwa pada awalnya manusia berada pada kondisi yang lemah, tidak punya
apa-apa dan tidak berdaya, namun karena sayang-Nya kepada kita melebihi dari sayang
seorang ibu kepada anaknya, rahmat-Nya mengalahkanya murka-Nya,  kasih-Nya
mengalahkan benci-Nya, diberikannya tiga hal ini kepada makhluk-Nya yang  tidak
sedikit  kadang malah menentang perintah-Nya.

Hadits qudsi tersebut bermakna demikian, diriwayatkan dari Abi Dzar, dia
berkata,bahwa Nabi SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai hamba-hambaKu,
kalian semua tersesat, kecuali siapa yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk
kepadaKu, niscaya Aku akan memberi petunjuk kepada kalian. Wahai hamba-
hambaKu, kalian semua adalah fakir, kecuali orang yang Aku beri kekayaan, oleh sebab
itu mintalah rezeki kepadaKu, tentu Aku memberi kalian rezeki.  Wahai hambaKu,
sesungguhnya kalian semua adalah berdosa, kecuali orang yang Aku beri pengampunan,
maka mohonlah ampun kepadaKu, tentu Aku akan mengampuni kalian”.

Secara sederhana dapat dicontohkan, kala kita berjalan menuju tujuan, kemudian ada
petunjuk setidaknya petunjuk ini memberi arah dan kompas mengenai jarak tempuh,
jalan mana yang bagus dan lurus, apa yang akan dilewati, tentu tujuan yang diharapkan
akan semakin jelas dan nyata.  Namun manakala kita berjalan di tempat yang asing,
belum pernah dikunjungi sementara petunjuk dan bimbingan tidak ada sama sekali,
tidak menutup kemungkinan perjalanan yang dilakukan bukan mendekati malah
menjauhkan.

Komaruddin Hidayat dalam bukunya Agama Punya Seribu Nyawa (2012:33)


memberikan illustrasi menarik. Al-Quran sebagai petunjuk baru akan betul-betul
berfungsi jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi yaitu: (1) sebuah petunjuk akan

12
berfungsi jika orang-orang disekelilingnya  mampu menangkap pesan dari petunjuk itu.
Jika orang itu tidak dapat menangkap petunjuk dan pesan itu maka petunjuk itu tidak
akan berfungsi sebagaimana harapan yang diinginkan. Dari sisi inilah, pengetahuan
akan sesuatu sangat diperlukan, karenanya Al-Quran diturunkan dalam bahasa yang
mudah difahami (bahasa manusia) seperti disebutkan dalam Q.S. Ibrahim/14:4; (2)
sebuah petunjuk adalah arah yang harus diikuti, ibarat jalan raya yang diberi tanda atau
petunjuk lalu lintas. Setiap orang faham dengan tanda itu, belok kanan atau belok kiri
jalan terus dan sebagainya namun orang tersebut tidak mau taat dengan petunjuk itu
maka ia tidak akan mengantarkan orang tersebut pada sasaran yang dituju. Sebuah sikap
kesadaran akan hukum berlalu lintas menjadi pentingnya karenanya; (3) petunjuk dapat
diibaratkan sebuah resep dokter, dengan berbagai ketentuan dan syarat untuk
penyembuhan maka si pasien harus mengikuti arahan sang dokter, jika tidak, maka
penyembuhan tidak akan berjalan dengan baik dan target penyembuhanpun jauh dari
yang diharapkan. Dari hal ini, sikap disiplin mengikuti petunjuk diperlukan.

Al-Quran berisi petunjuk dan arahan hidup manusia yang disampaikan dengan bahasa


yang dapat difahami dengan penggunaan berbagai ilmu alat (bahasa), arahannya jelas
dan keuntungan yang didapat tidak hanya jasmani tapi juga rohani, penguatan fisik dan
psikis, olahrasa dan jiwa, untuk kebahagiaan tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat,
namun ternyata manusia secara jelas tidak mau mengikuti petunjuknya dan bahkan
menganggap petunjuk itu sudah expire dan kadaluarsa, maka yang terjadi adalah
ketimpangan kehidupan, kacaunya ekosistem, dan kerusakan dimana-mana.

Selanjutnya manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak membawa apa-apa dan tidak
ada yang melekat dibadannya, keadaannya fakir, kemudian Allah SWT sediakan
fasilitas fisik dan psikis sebagai bagian mempertahankan hidup, dengan akalnya ia
mampu bertahan, dengan fisiknya ia bisa berdiri tegak, dengan hatinya ia bisa
merasakan dan dengan ilmunya ia terangkat derajatnya (QS. An-Nahl/16: 78).  Dengan
keadaannya yang serba tiada, fakir, Allah SWT berikan rezeki di sekelilingnya
tergantung bagaimana ia memulai dan memanfaatkannya. Dalam QS. 11: 6 disebutkan:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.

Kondisi serba tidak punya ini mengingatkan kita akan asal dan bekal apa yang  harus
kita siapkan, dari yang tiada kemudian Allah SWT berikan potensi dan kompetensi
untuk maju dan berkembang hingga menjadi serba ada, dengan keadaan yang serba ada
sudah seharusnya untuk tetap mengingat saat ketiadaan kita, disinilah pentingnya
memahami makna syukur. Orang-orang bijak mengartikan syukur sebagai penyandaran
segala nikmat kepada sang pemberi nikmat, yaitu Allah SWT.

Menurut Al-Syibli, cara pandang syukur ialah kita harus melihat kepada pemberi nikmat
dan bukan kepada nikmatnya. Jika kita hanya fokus melihat pada wujud nikmat, tidak
menghubungkan, apalagi melupakan Sang Pemberi Nkmat maka di sinilah muncul
masalah, sehingga nikmat itu menjadi tidak berkah.

Berikutnya adalah nikmat ampunan saat melakukan kesalahan dan dosa. Manusia yang
baik adalah manusia yang bukan tidak pernah berbuat salah dan dosa tapi yang ketika

13
salah dan doa bersegera mohon ampun dan maaf dan meneguhkan diri untuk tidak
mengulangi lagi. Jika demikian halnya maka termasuk orang yang bertakwa adalah
orang yang hati-hati dalam berucap dan bersikap. Satu hari Umar ra bertanya kepada
seorang sahabat perihal takwa, sahabat tersebut memberikan ilustrasi apa yang akan
dilakukan Umar saat berjalan di atas pecahan kaca dan duri? Oleh Umar ra dikatakan
tentu saya akan berjalan dengan hati-hati, jawaban itu kemudian ditimpali oleh sahabat
dengan mengatakan bahwa sikap kehati-hatian itulah yang dinamakan takwa.

Ampunan dan penerimaan maaf adalah satu kenikmatan yang luar biasa kala kita
melakukan kesalahan pada orang lain, apatah lagi kepada Sang Pencipta yang secara
jujur, seakan tiada hari tanpa kesalahan dan dosa baik yang disengaja atau tidak sengaja.
Seorang yang bersalah namun kemudian dimaafkan, adalah kebahagiaan. Demikian
juga kesalahan dan dosa yang ada pada kita, kesalahan dan dosa panca indera, kesalahan
dan dosa anggota tubuh adalah kesalahan dan dosa yang menjadi pakaian manusia,
namun lagi-lagi Allah SWT selalu dan selalu membuka pintu ampunan dan kasih-
sayangnya untuk makhluk-Nya yang benar-benar dan menyerahkan diri secara total
untuk kembali pada-Nya.

Penyerahan diri secara total (taubat nasuha) semacam inilah yang mendapatkan janji
pengampunan Allah SWT. Ada ulama yang pernah mengatakan bahwa air mata taubat
itulah yang akan memadamkan api neraka. “Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”. Contoh lainnya.

Dalam pandangan syariat, ujian dan musibah adalah tanda kasih sayang Allah Ta'ala
kepada hamba-Nya. Itu sebabnya dibalik kesulitan selalu ada hikmah (kemudahan) dan
pelajaran berharga.

"Seberapa berat ujian yang Allah berikan kepada kita, sebesar itu pula hadiah yang akan
Allah berikan kepada kita di akhirat nanti," kata Ustaz Zulkifli Muhammad
Ali (UZMA) melalui akun IG @zulkiflima, kemarin.

Dai yang dijuluki 'Ustaz Akhir Zaman' ini menukil salah satu
Hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Beliau bersabda:
َ ‫ َوإِ َذا أَ َرا َد هللاُ بِ َعب ِد ِه ال َّش َّر أ ْم َس‬، ‫َير َع َّج َل لَهُ ال ُعقُوبَةَ في ال ُّد ْنيا‬
‫ك َع ْنهُ ب َذ ْنبِ ِه َحتَّى يُ َوافِ َي بِ ِه يو َم‬ َ ‫إِ َذا أَ َرا َد هللا بعب ِد ِ©ه الخ‬
‫القِيَا َم ِة‬

"Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan segerakan


sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hamba-
Nya, Allah akan menahan azab baginya akibat dosanya (di dunia), sampai Allah
membalasnya (dengan sempurna) pada hari Kiamat." (HR. At Tirmidzi dan Al-Hakim
dari Anas bin Malik)

Kemudian Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan bahwa jika Allah Ta'ala

14
mencintai hamba-Nya, maka Allah akan memberinya ujian sehingga hamba tersebut
semakin bertakwa kepada Allah Ta'ala. (Syarah Al Jami As-Shagir 1/127)

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: "Allah selalu memberikan jalan keluar


kepada wali-wali-Nya dari setiap cobaan yang dihadapinya. Hanya saja, terkadang
jalan keluar yang diberikan sebagiannya ada yang ditangguhkan sebagai pembenahan
dari sesuatu yang tidak layak dan sebagai tambahan pahala bagi mereka".

KITA masih ingat dengan materi hari kemarin yaitu “Musibah Antara Ujian Dan Adzab
dari Allah SWT”. Bagi orang beriman setelah memahami begitu yakinnya bahwa
Musibah adalah ujian dan takdir Allah. Hal ini perlu kita tanamkan dalam keyakinan
kita bahwa ujian dan cobaan adalah tanda kasih sayang Allah pada hamba-Nya yang
beriman.

Jadi, semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan padanya bisa
semakin berat. Karena ujian tersebut akan semakin menaikkan derajat dan
kemuliaannya di hadapan Allah, dan ini sekaligus menjadi takdir Allah yang diberikan
kepada hambanya. Suatu contoh orang yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan
Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya. Ujian
mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada manusia lainnya. Contohnya
Nabi Ayub AS. Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat
berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar.

Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang ujiannya sangat berat adalah para shalihin dan
para ulama. Demikianlah secara berurutan, hingga Allah SWT menimpakan ujian yang
ringan kepada orang-orang awam, termasuk kita di dalamnya. Yang pasti, ketika setelah
seseorang mengikrarkan diri beriman, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya.

Dalam Alquran tertulis janji Allah, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta” (QS Al Ankabut: 2-
3).

Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya
pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai tangannya
menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita-pun marah. Lantaran terkejut, lelaki
itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur tembok dan ia pun terluka. Pasca
kejadian, lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang
baru saja dialaminya. Rasulullah SAW berkomentar, ”Engkau seorang yang masih
dikehendaki oleh Allah menjadi baik”. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughaffal.

15
SADARILAH bahwa masing-masing kita akan ada ujiannya, ujian juga merupakan
takdir Allah yang wajib diterima minimal dengan kesabaran. Dan ini tentunya harus
mengucapkan Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur.
Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami
kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar
kemampuan hamba-Nya, dan ini berarti justru wujud cintanya Allah Kepada kita.

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi,
shahih).

Mari renungkan hadist ini. Apakah kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kepada
kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia agar Allah tidak menghukum kita lagi
diakhirat. Tentunya hukuman di akhirat jauh lebih dahsyat dan berlipat-lipat ganda.
Maka tentu orang yang berakal dan beriman kepada hari akhirat, akan lebih memilih
hukuman disegerakan di dunia daripada ditunda di hari kiamat kelak.

Apakah kita ridha atau murka dengan takdir Allah, Kemudian apabila kita murka dan
tidak terima, apakah bisa merubah takdir dan keadaan kita saat ini. Untuk itu mari kita
ridha dan bahagia dengan takdir Allah. Kita harus berprasangka baik kepada Allah
karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Apabila kita murka dan tidak ridha, berarti
itulah kenyataannya bahwa musibah ini turun sebagai adzab bagi kita.

Apabila kita ridha dan berusaha memperbaiki diri, semoga ini adalah ujian yang
mengangkat derajat kita. Sebagaimana kata Allah, “Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila aditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa Lillahi wa
innaa ilaihi raji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs.
Al-Baqarah: 155-157).

16
3. BERITA KENABIAN MUHAMMAD SAW. DALAM KITAB LAIN.

Jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang ditunggu umat Yahudi
dan umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat
dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat-ayat yang menyatakan kalau kedatangan Nabi
Muhammad SAW sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab-kitab suci pendahulunya,
seperti Taurat & Injil. Sebagaimana tersebut dalam surat As Shaf (61) ayat 6 “Dan
(ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi
khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".

Tapi jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah  Nabi yang juga ditunggu
umat Hindu? Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat
Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari
dua agama itu sangat jauh berbeda.

Ternyata  berita kedatangan nabi Muhammad SAW tidak saja diberitakan dalam kitab
Taurat & Injil, bahkan ramalan (berita) kenabian Muhammad SAW juga terdapat dalam
kitab suci umat Hindu, Kitab Weda. Benarkah?

Agama hindu termasuk agama tua di dunia. Meski tidak ada kejelasan kapan lahirnya
namun dalam sejarah dikenal ada 3 periodesasi, yaitu: 

pertama: Perkembangan agama hindu di India pada zaman Veda tahun (6000-2000 SM)

kedua: Perkembangan zaman Brahmana tahun (2000-1500 SM)

17
Ketiga : Zaman Upanisad tahun (1500-500 SM)

Jadi diperkirakan hinduisme sudah ada kira2 6500 tahun sebelum kedatang Islam.

Adalah Pundit Vaid Parkash  professor bahasa dari Allahabad University di India


yang juga menjadi pandita besar kaum Brahmana, dalam salah satu bukunya berjudul
"Kalky Autar" atau Avatar (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat
sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. 

Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para
penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah
yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad
Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

Prof. Pundit Vaid Parkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum
Brahmana dan ahli bahasa Sansekerta itu mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil
kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui
kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang
disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri "Kalky Autar" sama
persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yang lahir di Makkah. 

Prof. Parkash menguatkan pernyatannya itu dengan mengutip beberapa hal dari kitab
Veda (Weda), kitab suci agama Hindu. 

Menurutnya, dalam kitab Weda, sosok 'Kalki autar' akan menjadi Pembawa Risalah
Terakhir atau Prophet of Bhagwan (Allah) untuk menuntun seluruh dunia. Itu hanya
terjadi dalam kasus Nabi Muhammad Saw. Menurut ramalan Hindu, 'Kalki autar' akan
lahir di sebuah Jazeerah (Island) dan itu di wilayah Arab yang dikenal sebagai
'jazeeratul Arab'. 

Dalam kitab 'suci' Hindu, menurut Prof. Parkash, bapaknya bernama "Vishnu Bhagat"
dan ibunya bernama "Somanib". Dalam bahasa Sansekerta, 'Vishnu' berarti Allah (swt)
dan arti harfiah dari kata 'Bhagat' adalah hamba atau budak, dalam bahasa Arab berarti
"Abdun". Oleh karena itu, 'Wisnu Bhagat' dalam bahasa Arab berarti Abdullah (hamba
Allah). Sedangkan,'Somanib' dalam bahasa Sansekerta berarti damai (aman) dan
tentram yang dalam bahasa Arab berarti kata 'Aminah'. Dan sebagaimana diketahui
bahwa ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah dan ibundanya bernama Aminah.

Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa 'Kalky autar' akan lahir di kaum yang
dihormati dan mulia ditanahnya. Dan ini juga berlaku dalam kasus Nabi Muhammad
(saw) karena ia lahir di suku Quraisy yang dihormati di Makkah.

Disebutkan pula bahwa 'Kalki Autar' akan diajarkan dalam sebuah gua oleh Bhagwan
melalui utusan-Nya sendiri. Hal itu mengingatkan kisah Nabi Muhammad Saw dalam
gua Hira' saat didatangi oleh malaikat Jibril dan mengajarkannya tentang wahyu Islam
pertama kali. 

18
Tertulis dalam buku-buku Hindu bahwa Bhagwan akan memberikan 'Kalky autar'
dengan kuda tercepat dan dengan bantuan kuda itu, ia akan naik di seluruh dunia dan
tujuh langit. Ini isyarat tentang 'Buraq' dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
Saw. 

Selain itu, ditulis pula bahwa 'Kalky autar' akan diperkuat dan dibantu oleh Bhagwan.
Dalam kasus Nabi Muhammad (saw), beliau dibantu dan diperkuat oleh Allah (SWT)
melalui malaikat-Nya dalam perang Badar.

Bulan Rabiul awal adalah bulan nabi. Bulan istimewa ketika Nabi Muhammad SAW
dikenang dengan cinta saat kelahirannya, maupun dikenang dengan rasa kehilangan saat
wafatnya.
Nabi bahkan dikenang dan dicintai oleh orang yang belum pernah bertemu dengannya,
yakni umat yang hidup sesudahnya.
Seperti apa keistimewaannya, bahkan sudah disebutkan jauh sebelum kehadiran beliau
di dunia ini membawa wahyu Allah, yakni Alquran.
Allah berfirman di dalam QS As syu'ara  26:196
"dan sungguh Alquran itu disebut di dalam kitab-kitab terdahulu".

Dua agama samawi lain yang merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim yakni Yahudi
dan Nasrani pernah menyebut tentang nubuat Muhammad SAW dalam versi asli Taurat
dan Injilnya. Namun sebagaimana diketahui, dua kitab umat Nabi Musa as dan Nabi Isa
as ini telah mengalami  perubahan di dalam isi dan teksnya, sehingga penyebutan
tentang nubuat Muhammad SAW pun mengalami reduksi.
Namun beberapa penelitian berdasarkan manuskrip kuno menunjukkan keterkaitan teks
dengan berita tentang keberadaan Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman. Beberapa
orang yang menganalisis ini antara lain Ibnu Taimiyah, Paul Davies dari keuskupan di
Washington DC, Profesor Doktor Abdul Wahab Nagar.
Ibnu Taimiyah memperkuat itu dengan mengatakan bahwa: " aku pernah melihat
manuskrip Kitab Zabur dan di dalamnya tersurat sangat jelas ramalan kenabian
Muhammad dengan menyebut namanya".

Dalam Injil Yesaya disebutkan bahwa wahyu akan turun di tanah Arabia.
Di dalam Kitab Taurat yang asli pernah disebutkan ada ayat yang berbunyi " engkau
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismail.
Tuhan akan meluhurkan anak itu dan salah satu dari keturunannya akan memiliki umat
yang banyak”. Namun versi itu sekarang sudah lenyap.

Seperti diketahui bahwa sebagian besar Nabi yang diutus Allah merupakan keturunan
Nabi Ibrahim dari jalur Nabi Ishaq. Sedangkan selama berabad-abad dari jalur Nabi
Ismail tidak ada keturunan nabi kecuali nabi akhir zaman,  Muhammad SAW.
Sebuah manuskrip Injil kuno yang ditemukan di Laut Mati dan diakui pendeta Paul
davies memuat tentang "Isa adalah Mesias atau juru selamat kaum masehi, namun akan
muncul juru selamat yang lain". Sedangkan Injil yang paling jelas memuat tentang
keberadaan Nabi Muhammad adalah Injil Barnabas.

Buddha meramalkan kedatangan seorang “Maitreya”:

19
A. Hampir semua kitab agama Buddha mengandungi ramalan ini. Di
dalam Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. 111, 76:

“Akan lahir ke dunia ini seorang Buddha yang dikenali dengan nama Maitreya
(baik dan murah hati). Maitreya ini ialah seorang yang suci, seorang yang tertinggi
dalam kuasa, yang dikurniakan dengan kebijaksanaan, yang bertuah dan yang
mengenali alam ini dan apa yang Maitreya ini dapat daripada alam ghaib beliau
akan sebarkan risalah ini keseluruh alam. Maitreya ini akan dakwahkan agama
beliau yang agung ini daripada awal hingga keakhir. Buddha berkata bahawa
Maitreya ini akan memperkanalkan satu cara hidup yang sempurna dan suci
sebagaimana aku (Buddha) memperkenalkan agama aku. Pengikut Maitreya ini
lebih ramai daripada pengikut aku (Buddha)”.
B. Di dalam buku ini (Sacred Books of the East jilid 35 muka surat 225
“Aku bukanlah satu-satunya Buddha sahaja. Selepas aku akan lahir seorang
Buddha lagi yang dikenali dengan nama Maitreya. Dia akan memiliki banyak sifat-
sifat yang mulia dan utama. Kalau anak murid aku beratus-ratus anak murid,
Maitreya tersebut beribu-ribu.”
C. Satu Iagi ramalan tentang Maitreya (Kitab Agama Buddha oleh Carus muka
surat 217 dan 218-dari negara Ceylon (Sri Lanka). “Ananda (anak murid Buddha)
bertanya kepada Gautama Buddha, `Siapakah akan mengajar kita semua selepas
kamu meninggalkan kami?‘
Gautama Buddha menjawab:
“Saya bukanlah Buddha yang pertama atau yang akhir yang didatangkan ke dunia
ini. Selepas aku seorang Buddha lagi akan dihantar ke dunia ini. Dialah seorang
yang kudus atau suci, yang mempunyai kesedaran yang tinggi, yang dikurniakan
dengan kebijaksanaan, mempunyai akhlak yang baik, yang mengenali alam ini,
pemimpin manusia yang bijaksana, yang dikasihi oleh malaikat dan makhluk lain.
Dia akan mengajar kepada kamu semua satu agama atau kebenaran yang kekal
abadi serta yang terpuji. Agama yang diajar oleh Buddha ini akan menjadi satu cara
hidup yang sempurna dan suci. Kalau anak murid aku beratus-ratus tetapi anak
murid Buddha ini ialah beribu-ribu.”
Ananda bertanya lagi, ‘Bagaimana kami hendak mengenali Buddha ini ?’
Jawab Gautama Buddha: “Dia akan dikenali dengan gelaran Maitreya.”
>Perkataan `Maitreya’ di dalam bahasa Sanskrit atau “Metteyya” di
dalam bahasa Pali bererti dia yang memiliki sifat kasih sayang, belas
kasihan, baik atau murah hati. Ia juga membawa makna seseorang yang
pemurah dan mesra. Satu perkataan Arab yang membawa erti segala
sifat yang tersebut ialah ‘Rahmat’. Di dalam Al-Quran (Surah Al
Anbiyaa, Surah 21 ayat 107)
“Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus kamu (Muhammad),melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) dipanggil dengan gelaran
“dia yang bersifat kasih sayang atau rahmat atau ‘Maitreya’.

20
>Perkataan Belas Kasihan dan dia yang Bersifat Belas Kasihan disebut
di dalam Al-Quran tidak kurang daripada 409 kali.
>Tiap-tiap Surah di dalam AI Quran bermula dengan perkataan yang
amat indah sekali iaitu “Bismillah Hir-Rahman Nir-Rahim” yang bererti
“Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang’.
Hanya Surah At Taubah (Surah 9) tidak bermula dengan perkataan
Bismillah
>Perkataan Muhammad ada juga di eja “Mahamet” atau “Mahomet”
atau ejaan yang lain dalam berbagai bahasa. Perkataan “Maho” di dalam
bahasa Pali dan “Maha” di dalam bahasa Sanskrit bererti sangat baik
atau besar atau sangat mulia dan masyhur dan perkataan “Metta” bererti
belas kasihan. Maka perkataan “Mahamet” atau ”Mahomet” bererti
Belas Kasihan Yang Amat Besar.
2. Ajaran agama Buddha untuk semua lapisan masyarakat:

Mengikut buku Sacred Books of the East, jilid 11, muka surat 36 Maha-
Parinibbana Sutta Bab 2 Ayat 32:
Buddha pernah menyebut “Saya sudah menyampaikan keseluruhan agama saya
yang benar kepada semua lapisan masyarakat. Wahai Ananda, (anak murid beliau)
seorang Tathagata tidak menyimpan sesuatu kebenaran tetapi dia akan sebarkan
atau mengajar keseluruhan agama itu.
Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) diperintah oleh Allah Tuhan yang
Maha Berkuasa untuk menyampaikan keseluruhan agama Islam kepada semua
lapisan masyarakat tanpa menyimpan atau menyembunyikan sesuatu kebenaran.
Hatta daripada zaman Nabi (Salawatu Alai Wasalam) hingga ke hari ini dan
seterusnya Al-Quran dibaca dan di ajar secara terbuka. Nabi Muhammad (Salawatu
Alai Wasalam) dengan tegas melarang sesuatu ajaran agama itu disembunyikan.
3. Anak Murid Dan Khadam Yang Setia Kepada Buddha:

Mengikut buku Sacred Books of the East, jilid 11 muka surat 97 Maha-Parinibbana
Sutta Bab 5 Ayat 36:
“Di dalam satu syarahan Gautama Buddha memberi tahu kepada pengikut beliau,
bahawasanya semua Buddha dahulu memiliki anak murid dan khadam yang amat
setia kepada mereka. Anak murid dan khadam yang amat setia kepadaku sekarang
ialah Ananda. Seterusnya Buddha yang akan datang pun akan ada anak murid dan
khadam yang amat setia kepada mereka”.
Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) pun memiliki seorang anak murid dan
khadam yang amat setia. Beliau ialah Anas bin Malik (R.A) yang dihadiahkan oleh
keluarga beliau kepada Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) semasa Anas
(R.A) berumur 8 tahun. Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) amat
mengasihi Anas dan mengangap Anas sebagai anak Baginda sendiri. Anas (R.A)
sentiasa mendampingi Nabi (Salawatu Alai Wasalam) mahupun masa senang atau
susah, masa perang, atau masa damai sampai Nabi Muhammad (Salawatu Alai
Wasalam) wafat.

21
>Di dalam peperangan Uhud nyawa Nabi dalam keadaan bahaya dan
Nabi hampir dibunuh.Walaupun begitu Anas tetap dengan
Nabi.Umurnya di masa itu hanya 11 tahun sahaja.
>Dalam peperangan Hunain Nabi Muhammad (Salawatu Alai
Wasalam) dikepong oleh musuh yang terdiri daripada pemanah dan
nyawa Baginda (Salawatu Alai Wasalam) terancam tetapi Anas (R.A)
walaupun berumur 16 tahun tetap bersama Nabi (Salawatu Alai
Wasalam).
Peristiwa yang tersebut di atas membuktikan bahawa Anas (R.A) ialah seorang
anak murid dan khadam yang benar-benar setia kepada Nabi Muhammad (Salawatu
Alai Wasalam) sama seperti Ananda kepada Gautama Buddha. Di dalam satu
peristiwa Buddha di serang oleh seekor gajah yang gila. Walaupun demikian
Ananda tetap bersama Buddha.
4. Enam Kriteria Untuk Mengenali Buddha:

Mengikut Kitab Agama Buddha yang di tulis oleh Carus, muka surat 214:
“Buddha pernah berkata: “Terdapat dua peristiwa di mana rupa Tathagata (Buddha)
akan jadi amat cerah. Peristiwa yang pertama ialah di waktu malam bila mana
beliau sudah sampai ke tahap yang paling tinggi dari segi rohani (Nirvana).
Peristiwa yang kedua ialah pada malam Buddha meninggal dunia yang fana ini (dia
mati)”.
Mengikut Gautama Buddha ada enam kriteria untuk mengenali seorang Buddha:
>Seorang Buddha akan mencapai tahap yang paling tinggi dari segi
rohani (Nirvana) di waktu malam.
>Di waktu dia mencapai Nirvana rupanya akan menjadi amat cerah.
>Seorang Buddha akan meninggal dunia atau mati dengan sebab yang
biasa (natural death).
>Seorang Buddha akan meninggal dunia di waktu.malam.
>Sebelum kematian rupanya akan menjadi amat cerah.
>Selepas kewafatan,seorang Buddha tidak akan wujud atau ada di alam
dunia ini lagi.
>> Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) mencapai darjat yang paling tinggi
di waktu malam bila mana Baginda (Salawatu Alai Wasalam) di lantik menjadi
seorang Rasul.Daripada Al-Quran (Surah Dukhan – Surah 44 Ayat 2-3):“Demi
Kitab (Al-Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami (Allah) menurunkannya
pada suatu malam yang diberkati dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan”. Mengikut satu lagi ayat daripada Al-Quran (Surah Al Qadr
(Kemuliaan) Surah 97 Ayat 1).“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada malam kemuliaan”
>>Semasa Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) di lantik menjadi seorang
Rasul baginda merasa dirinya dan kefahamanya dipenuhi dengan cahaya rohani.
>>Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) wafat atau meninggal dunia dengan
sebab yang biasa (natural death).

22
>>Mengikut Siti Aisyah (R.A) Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) wafat
atau meninggal dunia di waktu malam. Malam kewafatan Nabi Muhammad
(Salawatu Alai Wasalam) tidak ada minyak lampu di rumahnya. Hatta Siti Aisyah
(R.A) terpaksa meminjam sedikit minyak untuk menyalakan lampu.
>>Mengikut Anas (R.A) (Anak murid dan khadam setia kepada Nabi) malam
kewafatan Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) rupa Nabi (Salawatu Alai
Wasalam) amat cerah sekali.
>>Selepas pengkebumian Nabi Muhammad (Salawatu Alai Wasalam) (jasadnya)
tidak dilihat lagi di alam dunia ini.
5. Semua Buddha adalah Pendakwah atau memberi Peringatan:

Mengikut Dhammapada (Sacred Books of East, jilid 10 muka surat 67) “Semua


Jathagatas (Buddha) adalah Pendakwah atau memberi peringatan”.Dalam Al Quran
Allah (SubhanAllah Wa Taala) menyebut tentang Nabi Muhammad (Salawatu Alai
Wasalam).“Maka berilah peringatan, kerana sesungguhnya kamu hanyalah orang
yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka” (Al-
Quran, Surah Al-Ghaasyiyah, (Surah 88 Ayat 21-22).6. Ramalan Gautama
Buddha Untuk Mengenali Seorang Maitreya:

Mengikut Dhammapada, Mattaya Sutta, 151: Maitreya yang di tunggu akan


memiliki sifat-sifat yang terpuji seperti yang tersebut dibawah:>Perasaan belas
kasihan untuk semua makhluk.> Seorang utusan keamanan dan seorang pendamai.
>Yang paling berjaya di alam ini. Maitreya sebagai pendakwah moral adalah:
>>Seorang yang sentiasa bercakap benar
>>Yang berbudi bahasa.
>>Yang bersifat lemah lembut dan dari keturunan bangsawan.
>>Tidak sombong atau angkuh.
>>Sebagai raja atau pemimpin kepada makhluk.
>>Sebagai contoh ikutan (dalam amalan dan perkataan atau percakapan) untuk
semua manusia. 

Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi telah disebutkan jauh
sebelum beliau lahir. Kitab-kitab agama terdahulu dikatakan telah menyebut akan
lahirnya Muhammad yang membawa ajaran kenabian dari Allah.  

Kitab-kitab yang dimaksud ialah kitab yang pengikutnya dinyatakan Allah di dalam
Alquran sebagai Ahli Kitab atau disebut kitab kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi
Muhammad juga telah disebut dalam kitab agama Persia dan Hindu. 

Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Volume 1"
oleh Moenawar Khalil, disebutkan bahwa datangnya Nabi Muhammad SAW kepada

23
umat manusia telah disebutkan dan dinyatakan dalam kitab Taurat dan Injil. Hal
demikian sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al-A'raaf ayat 157 yang
berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil."

Perjanjian Lama dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Qadim dan dalam bahasa


Belanda disebut Ould Testament, atau yang dianggap sebagai kitab Taurat oleh kaum
Yahudi dan Nasrani.

Sedangkan Perjanjian Baru dalam bahasa Arab disebut  al-‘Ahdu al-Jadid dan dalam
bahasa Belanda disebut Niew Testament, dan itulah yang dianggap kitab Injil oleh kaum
Nasrani. Perjanjian Lama berisi himpunan kitab suci dari nabi-nabi sebelum Nabi Isa
AS, dan Perjanjian Baru adalah yang berisi himpunan kitab suci yang dibawa Nabi Isa
AS. 

Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-kitab agama terdahulu, yang
menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW. Buku tersebut mengutip
bunyi kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang disalin dari Bibel yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Nederlandsch Bibel
Genootschap di Amsterdam pada 1916.

Salah satunya disebutkan dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi, "Bahwa seorang
Nabi dari antara kamu dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah kamu dengar."

Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya Nabi Muhammad
SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut Nama Tuhan dan
bukan nama dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena dibunuh orang.
Selain itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi, meski baru terjadi
pada masa beberapa abad sesudah wafatnya dan yang terjadi pada masa hidupnya.

"Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tak
jadi atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan, melainkan Nabi itu
berkata dengan angkaranya: jangan kamu takut akan dia." (Ulangan, 18:22).

24
Kemudian dalam Injil Yahya juga disebutkan ayat yang mengarah pada akan
kedatangan Nabi Muhammad. Seperti dalam Yahya, 14:26, yang berbunyi, "Tetapi
penghibur, yaitu Ruhul Kudus, yang akan disuruh oleh Bapa sebab namaku, yaitu akan
mengajarkan segala perkara itu kepadamu dan mengingatkan kamu segala perkara yang
telah kukatakan kepadamu itu." "Maka sekarang sudah kukatakan kepadamu sebelum
jadinya, supaya apabila ia jadi kelak, boleh kamu percaya" (Yahya, 14:29).

Dari ayat itu dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang dan diperintah oleh
Tuhan dan akan mengajarkan segala perkara kepada manusia. Hal demikian juga telah
dinyatakan dalam Alquran.

Kemudian dalam ayat lainnya di Kitab Injil Yahya, Nabi Muhammad digambarkan
sebagai penghibur (Rahul Kudus) dan yang akan memuliakan Nabi Isa karena ia akan
mengambil beberapa keterangan dari apa yang telah diterangkan oleh Nabi Isa kepada
kaumnya.

Di dalam Kitab Injil Barnabas, kedatangan Nabi Muhammad SAW lebih jelas
dinyatakan. Barnabas sendiri adalah nama seorang sahabat atau pembela Nabi Isa.
Karenanya, Injil Barnabas ditulisnya sendiri dari wasiat yang didengarnya dari Nabi Isa
AS. Di dalam kitab itu memberitakan kedatangan Nabi SAW, bahkan dijelaskan pula
tentang peristiwa disalibnya Nabi Isa, bukanlah Nabi Isa yang disalib, melainkan
Yahuda. Injil Barnabas termasuk injil yang kuno, yang tertulis pada abad pertama
Masehi.  

Dalam ayat di kitab Injil Barnabas, misalnya, disebutkan bahwa saat Nabi Isa AS
memberitahu para hawari (penolong) bahwa beliau akan berpaling meninggalkan alam.
Saat itu, Isa berkata agar hati mereka tidak bergoncang dan tidak takut. Sebab, Isa
bukanlah yang menjadikan mereka, tetapi Allah yang menjadikan dan memelihara
mereka.

"Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan
bagi Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini."
(Barnabas, 72:10).

4. AL-QUR’AN DALAM SAINS DAN TEKNOLOGI.

25
Al Qur’an merupakan kitab suci umat muslim yang menjadi salah satu mukjizat Nabi
Muhammad SAW. Para ulama sependapat, di antara sekian banyak mukjizat yang Allah
berikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang terbesar adalah Al Qur’an. Al Qur’an
adalah kitab suci penyempurna kitab-kitab suci para nabi sebelumnya. Al Qur’an bukan
hanya petunjuk untuk mencapai kebahagiaan hidup bagi umat muslim, tapi juga seluruh
umat manusia.

Bukti otentisitas ini adalah banyaknya penghafal Al Qur’an yang terus lahir ke dunia,
dan pengkajian ilmiah terhadap ayat-ayatnya yang tak pernah berhenti. Kejaibannya,
meski Al Qur’an diturunkan 14 abad lalu, namun ayat-ayatnya banyak yang
menjelaskan tentang masa depan dan bersifat ilmiah. Bahkan dengan kemajuan ilmu
dan teknologi saat ini, banyak ayat-ayat Al Qur’an yang terbukti kebenarannya. Para
ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran itu melalui sejumlah ekperimen
penelitian ilmiah.

Berikut beberapa fakta ilmiah Alquran yang dihimpun dari berbagai sumber, di mana
berbagai penemuan ilmiah saat ini ternyata sesuai dengan ayat-ayatnya:

1. Kelahiran Manusia

“Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah
kamu perhatikan nutfah (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang
menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?”  (QS. Al Waqi’ah:57-59).

26
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak
ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi
orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya.

Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1.  Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya.

2.  Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3.  Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4.  Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur’an diturunkan, pasti mengetahui
bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama
persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan
tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan
lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar
pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu
pengetahuan abad ke-20.

2. Fungsi Gunung

Gunung ada atau muncul karena tumbukan lempengan-lempengan raksasa yang


membentuk kerak bumi. lempengan yang lebih kuat menyelip ke bawah sedangkan
lempengan yang lemah melipat ke atas membentuk dataran tinggi dan gunung

27
Banyak sekali fungsi gunung , Antara lain penahan guncangan, penyalur pembuangan
tenaga panas bumi,penyubur tanah dan lain lainnya.

Al Qur’an menjelaskan fungsi gunung dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an, antara
lain :

“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu
(tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan
yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS Al Anbiya:31).

“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung
sebagai pasak?” (QS An Naba’: 6-7).

3. Api di Dasar Laut

Fenomena Api di dasar lautan ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia,Anatol
Sbagovich dan Yuri Bagdanov dan ilmuan asal Amerika Serikat, Rona Clint ketika
mereka sedang meneliti tantang kerak bumi dan patahannya di dasar lautan di lepas
pantai Miami. Mirip seperti lava cair yang mengalir dan disertai dengan abu vulkanik
seperti gunung berapi di daratan yang memiliki suhu mencapai 231 derajat celcius.
Meskipun sangat panas, tetapi tidak cukup untuk memanaskan seluruh air yang ada di
atasnya begitupun seluruh air yang ada diatas nya tersebut tidak mampu memadamkan
api panas tersebut, sungguh keajaiban yang luar biasa.

Lempengan-lempengan ini terletak di lembah atau dasar samudra. Ia menahan lelehan


bebatuan panas yang dapat membuat laut meluap-luap. Akan tetapi banyaknya air di
lautan dapat meredam panasnya bara yang memiliki suhu panas tinggi ini lebih dari
10000 C mampu menguapkan air laut. Ini adalah salah satu di antara banyak fakta-fakta
bumi lainnya yang mengejutkan para ilmuan.

Sebenarnya Al Qur’an sudah menyebutkan tentang api di dasar lautan ini.

“Demi bukit. Dan kitab yang tertulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul
Makmur (Ka’bah). Dan demi surga langit yang ditinggikan. Dan demi laut, yang di
dalam tanah ada api.”(QS At-Thur: 1-6).

4. Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita

“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (QS. Al
Alaq:15-16).

28
Ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” dalam ayat di atas
sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan
mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus
otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu
menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al
Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang
tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak
besar).

Jelas bahwa ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” benar-benar
merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan
selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur’an sejak dulu.

5. Besi

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmuwan menemukan fakta bahwa


besi adalah berasal dari langit. Ilmu sains memberi informasi kepada kita bahwa besi
adalah logam berat yang tidak dapat dihasilkan oleh bumi kita sendiri. lebih tepatnya
besi berasal dari Asteroid (kaya akan unsur besi) yang menabrak bumi ( Awal
pembentukan Bumi ).

Fakta tentang manfaat besi dan Asal Besi juga sudah tertulis dalam Al Qur’an surah Al
Hadiid ayat 25, yang artinya :

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti


yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan (anzalnaa) besi
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.”  (Q.S Al Hadiid ayat 25).

29
Kata “anzalnaa” memiliki arti “kami turunkan” digunakan untuk menunjuk besi.
Apabila diartikan secara kiasan kata “anzalnaa” menjelaskan bahwa besi diciptakan
untuk memberi manfaat bagi manusia.

Apabila mengartikan kata itu secara harfiah, yakni “secara bendawi diturunkan dari
langit”, maka diperoleh arti bahwa besi diturunkan dari langit. Subhanallah, fakta yang
ilmuwan baru saja temukan ternyata 14 abad lalu sudah tertulis dalam Al Qur’an.

6. Garis Edar Tata Surya

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak
dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega
dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh
kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan
satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya,
semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Mengenai Fenomena tata surya dan garis edar sudah tertulis di dalam Al Qur’an, antara
lain dalam surah Al Anbiya ayat 33 dan surah yasin ayat 38-40;

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al Anbiya:33).

“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha


Perkasa lagi Maha Mengetahui.telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun

30
tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”(QS
Yaa Siin: 38-40).

7. Dasar Lautan Yang Gelap

Manusia tidak mampu menyelam di laut dengan kedalaman di bawah 40 meter tanpa
peralatan khusus. Dalam sebuah buku berjudul Oceans juga dijelaskan, pada kedalaman
200 meter hamper tidak dijumpai cahaya, sedangkan pada kedalaman  1000 meter  tidak
terdapat cahaya sama sekali.

Kondisi dasar laut yang gelap baru bisa diketahui setelah penemuan teknologi canggih.
Namun Alquran telah menjelaskan keadaan dasar lautan semenjak ribuan tahun lalu
sebelum teknologi itu ditemukan. Alquran surat An Nur ayat 40 menjelaskan mengenai
fakta ilmiah ini.

“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang
siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya
sedikit pun.” (QS An Nuur: 40).

8. Relativitas Waktu

31
Albert Einstein pada awal abad 20 berhasil menemukan teori relativitas waktu. Teori ini
menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Waktu
dapat paperwriter berubah sesuai dengan keadaannya. Beberapa ayat dalam Al Qur’an
juga telah megisyaratkan adanya relativitas waktu ini, di antaranya dalam Al Qur’an
surat Al Hajj ayat 47, surat As Sajdah ayat 5 dan Alquran surat Al Ma’aarij ayat 4.

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali
tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti
seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS Al Hajj: 47).

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (QS As Sajdah:5).

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS Al Ma’arij:4).

Beberapa ayat Alquran lainnya menjelaskan, manusia terkadang merasakan waktu


secara berbeda, waktu yang singkat dapat terasa lama dan begitu juga sebaliknya.

9. Sungai di dasar Laut

32
Fenomena sungai di dasar laut ditemukan oleh Ilmuan asal Prancis bernama Jaques
Yves Cousteau dia berhasil menemukan air tawar yang mengalir di antara air laut yang
asin di dasar lautan.

Para ahli menyebut fenomena ini sebagai lapisan Hidrogen Sulfida, karena air yang
mengalir di sungai dasar laut ini memiliki rasa air tawar. Selain itu sungai dasar laut ini
ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Subhanallah.

Fenomena ini juga sudah disebutkan dalam Al Qur’an surah Al Furqaan ayat 53:

“Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang satu
tawar dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang tidak tembus.” (QS Al Furqan: 53).

10. Sidik Jari

Setiap manusia memiliki ciri sidik jari yang unik dan berbeda antara satu orang dengan
lainnya. Keunikan sidik jari baru ditemukan pada abad 19. Sebelum penemuan itu, sidik
jari hanya dianggap sebagai lengkungan biasa yang tidak memiliki arti.

33
Al Qur’an surat Al Qiyaamah ayat 3-4 menjelaskan tentang kekuasaan Allah untuk
menyatukan kembali tulang belulang orang yang telah meninggal, bahkan Allah juga
mampu menyusun kembali ujung-ujung jarinya dengan sempurna.

QS Al Qiyamah ayat 3-4:

“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?”

“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna.”

34
5. PENGERTIAN SESUNGGUHNYA DARI SALAFUSSALIH.

Pengertian Salafus Shalih


Secara bahasa, salafus shalih berasal dari tiga huruf, yaitu sim, lam, dan fa. Tiga huruf
ini menunjukkan makna “yang terdahulu atau orang-orang yang telah lampau”.
Para ulama membagi salafus shalih menjadi tiga golongan, yaitu para sahabat nabi,
tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. ketiga golongan ini diyakini sebagai orang-orang terbaik
yang hidup setelah Rasulullah SAW.
‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫اس قَرْ نِي‬
ِ َّ‫»خَ ْي ُر الن‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))
Sebagai seorang Muslim, kita hendaknya mengikuti jejak salafus shalih. Sebab mereka
adalah golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
banyak membantu Rasulullah dengan harta benda dan jiwa raganya dalam menyebarkan
Agama Allah SWT.

Dalil Anjuran Mengikuti Salafus Shalihin


Salafus Shalih adalah sebaik-baiknya generasi. Perjalanan hidup mereka dipenuhi
dengan teladan yang baik, karena sanad keilmuan mereka begitu dekat dengan Nabi
Muhammad SAW.
Karena itu, setiap Muslim dianjurkan untuk selalu mengikuti mereka dan menyandarkan
perkara agama kepada mereka. Ini dijelaskan dalam beberapa dalil berikut ini:

1. Surat An-Nisa ayat 115

‫صيرًا‬ ْ ‫ق ال َّرسُو َل ِم ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْالهُدَى َويَتَّبِ ْع َغي َْر َسبِي ِل ْال ُم ْؤ ِمنِينَ نُ َولِّ ِه َما ت ََولَّى َونُصْ لِ ِه َجهَنَّ َم َو َسا َء‬
ِ ‫ت َم‬ ِ ِ‫َو َم ْن يُ َشاق‬

35
Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

2. Surat At-Taubah ayat 100

ٍ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم َو َرضُوا َع ْنهُ َوأَ َع َّد لَهُ ْم َجنَّا‬


‫ت‬ ٍ ‫ار َوالَّ ِذينَ اتَّبَعُوهُ ْم بِإِحْ َس‬
ِ ‫ان َر‬ ِ ‫ص‬َ ‫َوالسَّابِقُونَ األ َّولُونَ ِمنَ ْال ُمهَا ِج ِرينَ َواأل ْن‬
ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ
‫تَجْ ِري تَحْ تهَا األنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا أبَدًا ذلِكَ الفوْ ز ال َع ِظي ُم‬
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."

3. Hadis Rasulullah SAW

َ‫ َويَ ُخونُونَ َوال‬، َ‫ ثُ َّم ِإ َّن بَ ْع َد ُك ْم قَوْ ًما يَ ْشهَ ُدونَ َوالَ يُ ْستَ ْشهَ ُدون‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫َخ ْي ُر أُ َّمتِي قَرْ نِي‬
ْ َ‫ َوي‬، َ‫© َويَ ْن ُذرُونَ َوالَ يَفُون‬، َ‫ي ُْؤتَ َمنُون‬
ُ‫ظهَ ُر فِي ِه ُم ال ِّس َمن‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian
akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului
sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))

Kebanyakan ulama secara umum mendefinisikan sahabat Nabi sebagai orang-orang


yang mengenal Nabi Muhammad, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam

36
keadaan Islam. Dalam bukunya “al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah”, Ibnu Hajar al-
Asqalani (w. 852 H/1449 M) menyampaikan bahwa:
"Sahabat (‫صحابي‬, ash-shahabi) adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi
dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan Islam."[1][2][3]
Terdapat definisi yang lebih ketat yang menganggap bahwa hanya mereka yang
berhubungan erat dengan Nabi Muhammad saja yang layak disebut sebagai sahabat
Nabi. Dalam kitab “Muqadimmah” karya Ibnu ash-Shalah (w. 643 H/1245 M),
Dikatakan kepada Anas, “Engkau adalah sahabat Rasulullah dan yang paling
terakhir yang masih hidup". Anas menjawab, “Kaum Arab (badui) masih tersisa,
adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir yang
masih hidup.”[4][5]
Demikian pula ulama tabi'in Said bin al-Musayyib (w. 94 H/715 M)
berpendapat bahwa: “Sahabat Nabi adalah mereka yang pernah hidup bersama
Nabi setidaknya selama setahun, dan turut serta dalam beberapa peperangan
bersamanya.”[3][4]
Sementara Imam an-Nawawi (w. 676 H /1277 M) juga menyatakan bahwa:
“Beberapa ahli hadis berpendapat kehormatan ini (sebagai Sahabat Nabi)
terbatas bagi mereka yang hidup bersamanya (Nabi Muhammad) dalam waktu
yang lama, telah menyumbang (harta untuk perjuangannya), dan mereka yang
berhijrah (ke Madinah) dan aktif menolongnya; dan bukan mereka yang hanya
menjumpainya sewaktu-waktu, misalnya para utusan Arab badui; serta bukan
mereka yang bersama dengannya setelah Pembebasan Mekkah, ketika Islam
telah menjadi kuat.”[4]

Secara kebahasaan, tabiin merupakan bentuk jamak dari tabi' artinya yang mengikuti.
Orang-orang atau orang-orang Islam yang pernah berjumpa dengan sahabat
Nabi Muhammad SAW dan meninggal dalam  keadaan iman.

Menurut Al-Khatib al Baghdadi (sejarawan dari Baghdad yang hidup pada abad ke-4
hijriyah), seorang muslim dapat dikatakan sebagai tabiin jika pernah bersahabat Nabi
SAW, jadi bukan sekedar pernah berjumpa saja. Para ulama ahli hadis membagi
generasi tabiin ini dalam beberapa tingkatan (tabaqat) berdasarkan kualitas sahabat yang
pernah dijumpainya.

Ibnu Sa'ad, misalnya, mengelompokkan tabiin dalam 4 tabaqat, sedangkan Al-Hakim


mengelompokannya dalam 15 tabaqat. pengelompokkan tabaqat tabiin sangat relatif dan
lebih sulit serta berbeda pengelompokkan tabaqat sahabat yang didasarkan atas keikut
sertaannya pada peristiwa peristiwa penting yang dialami Rasulullah SAW.

37
Untuk tabaqat pertama, para ulama sepakat memberi batasan bahwa mereka adalah
tabi'in yang pernah berjumpa dan bersahabat dengan sepuluh sahabat yang dijanjikan
Rasulullah SAW akan masuk surga. Mereka itu adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa'id bin Abi Waqqas, Sa'id bin Zaid
bin Amr bin Nufail,  Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf
dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah.

Mereka yang dipandang sebagai tabi'in tabaqat pertama di antaranya Abu Usman an-
Nahdi, Qais bin Abbad, Abu Husain bin Munzir, Abu Wa'il dan Abu Raja' at-Taridi.
Tabi'in yang diketahui paling dulu meninggal adalah Abu Zaid Ma'mar bin Zaid (wafat
tahun 30 Hijriyah).

Tabaqat Tabi-in yang paling akhir, menurut pandangan al-Hakim, ialah tabi'in yang
sempat berjumpa atau melihat sahabat paling akhir dan menyaksikan wafatnya sahabat
tersebut (man laqiya akhiras shahabata mautan (siapa yang melihat/menyaksikan paling
akhir wafatnya seorang sahabat). Mereka yang termasuk tabi'in tabaqat terakhir ialah
tabi'in yang berjumpa dengan Abu Tufail Amir bin Wa'ilah di Mekah yang berjumpa
dengan as-Saib di Madinah yang berjumpa dengan Abu Umamah di Syam (Suriah)
yang berjumpa dengan Ubaidilah bin Abi Aufa di Kufah yang berjumpa dengan Anas
bin Malik di Basra dan berjumpa dengan Abdullah az-Zubaidi di Mesir.

Tabi'in yang paling akhir wafatnya ialah Khalaf bin Khalifah (wafat tahun 181
Hijriyah), karena ia sempat berjumpa dengan Abu Tufail di Makkah. Dengan demikian,
periode tabi'in berakhir tahun 181 Hijriyah bersamaan dengan masa pemerintahan
Harun ar-Rasyid (170-194 Hijriyah) dari Bani Abbas.

Di antara tabi'in yang mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu agama Islam
ialah Sa'id bin Musayyab, Nafi' Maula bin Amr, Muhammad bin Sirin, Ibnu Syihab az-
Zuhri, Sa'id bin Zubair al-Asadi al-Kufi dan Nu'man bin Sabit. Sa'id bin Musayyab lahir
pada tahun 15 Hijriyah, tahun kedua pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab dan
wafat pada tahun 94 Hijriyah. Ayah dan kakeknya adalah sahabat Nabi Muhammad
SAW. Ia terkenal karena kewarakan, kezuhudan dan keluasan ilmu pengetahuan di
bidang hadis dan fikih.

38
Nafi' Maula bin Amr (wafat 117 Hijriyah) pada mulanya adalah hamba Ibnu Umar yang
mengabdi kepada majikannya selama tiga tahun sebelum dimerdekakan. Imam Malik
bin Anas adalah sahabat dekat Nafi'. Imam Malik berkata, ''Jika aku menerima hadis
dari Nafi' dari Ibnu Umar, aku tidak perlu mendengarnya lagi dari orang lain.'' Dengan
demikian, Imam Malik yakin betul dengan setiap hadis yang diriwayatkan Nafi'. Ia juga
dikenal sebagai rawi (periwayat) hadis dan ulama fikih Madinah.

Muhammad bin Sirin adalah anak seorang maula (hamba yang kemudian)
dimerdekakan) Anas bin Malik. Ia lahir dua tahun sebelum berakhirnya pemerintahan
Usman bin Affan (32 Hijriyah) dan wafat pada tahun 110 Hijiyah. Ia termasuk ulama
fikih di Madinah di samping rawi hadis yang dipercaya.

Tabi'ut Tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: ‫ )تابع التابعين‬adalah generasi setelah


Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut Tabi'in adalah di antara
tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah manusia, setelah Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut
Tabi'in disebut juga murid Tabi'in.
Menurut banyak literatur Hadis: Tabi'ut Tabi'in adalah orang Islam dewasa yang pernah
bertemu atau berguru pada Tabi'in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga
yang menulis bahwa Tabi'in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya.
Karena Tabi'in yang terakhir wafat sekitar 110-120 Hijriah.[1]
Tabi'in sendiri serupa seperti definisi di atas hanya saja mereka bertemu dengan
Sahabat. Sahabat yang terakhir wafat sekitar 80-90 Hijriah.

KESIMPULAN

39
Kesimpulan yang dapat kita petik dari beberapa artikel tersebut adalah, bagaimana
banyaknya ilmu yang kita dapat dari pembelajaran tersebut, dan karena itu perbanyaklah
ilmu yang perlu kita dalami mengenai hal-hal tersebut. Allah akan menaikkan derajat
orang yang berilmu sehingga apa yang dapat dari artikel ini inhsaAllah akan menaikkan
derajat kita sebagai orang awam, Aamiin ya robbal aalamiin.

REFERENSI

40
https://id.wikipedia.org/wiki/Tabi%27ut_tabi%27in

https://id.wikipedia.org/wiki/Sahabat_Nabi

https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-salafus-shalih-lengkap-dengan-
dalil-anjuran-untuk-mengikutinya-1v4Wenp4Emp

https://monitor.co.id/2017/12/30/bukti-keajaiban-al-quran-pada-ilmu-
pengetahuan/

https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/kenabian-muhammad-saw-telah-
diramalkan-dalam-kitab-weda

https://www.republika.co.id/berita/q0a6df320/ternyata-kehadiran-muhammad-
saw-disebut-taurat-dan-injil

https://ainspirasi.wordpress.com/2007/06/30/nabi-muhammad-saw-dalam-kitab-
suci-umat-buddha/

https://www.krjogja.com/angkringan/opini/musibah-adalah-ujian-dan-takdir-
allah/

https://www.republika.co.id/berita/q4v6mv430/ini-bukti-cinta-allah-kepada-
hambanya

https://www.google.com/search?q=2.%09DALIL-
DALIL+HADITS+QUDSI+TENTANG+HUKUMAN+YANG+DISEGERAKAN+
SEBAGAI+BENTUK+KASIH+SAYANG+ALLAH+TERHADAP+HAMBANYA
&biw=1366&bih=657&sxsrf=AOaemvKbBpYdjXS3rLepi_36B4k06OkFJw
%3A1633871936871&ei=QOhiYdXQNM-CrtoPhe-
qoAs&ved=0ahUKEwjV8J6j97_zAhVPgUsFHYW3CrQQ4dUDCA0&uact=5&oq
=2.%09DALIL-
DALIL+HADITS+QUDSI+TENTANG+HUKUMAN+YANG+DISEGERAKAN+
SEBAGAI+BENTUK+KASIH+SAYANG+ALLAH+TERHADAP+HAMBANYA
&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBwgjEOoCECcyBwgjEOoCECcyBwgjEOoCECcy
BwgjEOoCECcyBwgjEOoCECcyBwgjEOoCECcyBwgjEOoCECcyBwgjEOoCEC
cyBwgjEOoCECcyBwgjEOoCECdKBAhBGABQw-
4QWMPuEGDD_xBoAnACeACAAQCIAQCSAQCYAQCgAQGgAQKwAQrAA
QE&sclient=gws-wiz

https://www.hidayatullah.com/none/read/2020/04/03/181036/musibah-bentuk-
kasih-sayang-allah.html

https://kalbar.kemenag.go.id/id/opini/karena-sayang-allah-swt-berikan-tiga-
nikmat-ini-kepada-makhluknya

https://masjidpedesaan.or.id/apa-itu-istidraj/

41
https://www.google.com/search?
q=hadits+lengkap+istidraj&biw=1366&bih=657&sxsrf=AOaemvIZ-
Mw_vaTQlCAA9Ai-WzDxSsTXuw
%3A1633871730228&ei=cudiYfrEDYWy9QOC4LTwDQ&ved=0ahUKEwj6xdrA
9r_zAhUFWX0KHQIwDd4Q4dUDCA0&uact=5&oq=hadits+lengkap+istidraj&gs
_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEM0CMgUIABDNAjoHCCMQsAMQJzoHCAA
QRxCwAzoHCCMQ6gIQJzoECCMQJzoECAAQQzoFCAAQgAQ6BQguEIAEO
ggIABCABBCxAzoHCAAQsQMQQzoICC4QgAQQsQM6BggAEBYQHjoFCCE
QoAE6BAghEBU6BwghEAoQoAFKBAhBGABQ23tY8cIBYJ_GAWgCcAJ4BIA
B0QOIAa8mkgEKMi4yMC41LjEuMZgBAKABAbABCsgBCcABAQ&sclient=gw
s-wiz

https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/pengertian-istidraj

https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-sampai-terbuai/

https://www.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan

42

Anda mungkin juga menyukai