Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sanita Harianto

Nim : 21050524058

Kelas : PTM-B Produksi

Maa kuliah : UTS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pertanyaan :

1. Menurut Saudara, mengapa manusia perlu menganut agama tertentu? Jelaskan tiga
aspek yang menjadi pembeda antara orang yang bersungguh-sungguh dalam
beragama dan orang yang berpura-pura beragama! (20)
2. Jelaskan konsep iman, islam, dan ihsan serta keterkaitan antara satu dengan yang lain
dalam perspektif cinta! Berdasarkan konsep yang sudah Saudara jelaskan, contohkan
penerapan konsep iman, islam, dan ihsan dalam kehidupan sehari-hari! (20)
3. Bagaimana Islam memandang praktek korupsi yang terjadi dewasa ini? Jelaskan tiga
upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir tindak pidana korupsi! (20)
4. Jelaskan tujuh tingkatan tasawwuf serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari!
(20)
5. Jelaskan konsep moderasi beragama sesuai dengan yang Saudara pahami serta
jelaskan faktor-faktor yang dapat menunjang terjadinya moderasi beragama! (20)
Jawab :

1. Karena manusia membutuhkan agama di dalam kehidupannya, yaitu sebagai


pegangan hidup baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Contohnya
yaitu :
a. Orang yang bersungguh-sungguh dalam beragama adalah orang-orang yang
benar-benar butuh Tuhan. Ikhlas mengerjakan ibadah, merasa ia adalah makhluk
yg lemah dan tidk bisa apa-apa tanpa kehendak-Nya
b. Orang yg berpura pura beragama itu kebalikan dari yang diatas (contoh, yahudi)
2. Secara teori iman, Islam, dan ihsan dapat dibedakan namun dari segi prakteknya
tidak dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi, iman menyangkut aspek
keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan, sedangkan Islam artinya
keselamatan, kesentosaan, patuh, dan tunduk dan ihsan artinya selalu berbuat baik
karena merasa diperhatikan oleh Allah. Contoh Penerapan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu :
• Iman: Iman Kepada Allah dengan senantiasa melaksanakan perintahnya seperti
sholat,puasa,zakat dan sedekah serta menjauhi larangannya seperti berjudi, zina,
mencuri, kejahatan dan lain-lain.
• Islam: memeluk agama islam dengan sungguh sungguh dan menjalankan segala
ajaran islam yang berpedoman pada Al Quran dan Hadits.
• Ihsan: senantiasa berbuat baik kepada semua ciptaan Nya terutama sesama umat
manusia seperti tolong menolong, bersedekah atau membantu Ketika dalan kesulitan
dan senantiasa berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan.
3. Islam memandang korupsi sebagai perbuatan keji. Perbuatan korupsi dalam konteks
agama Islam sama dengan fasad, yakni perbuatan yang merusak tatanan kehidupan
yang pelakunya dikategorikan melakukan Jinayaat al-kubra (dosa besar). Korupsi
dalam Islam adalah perbuatan melanggar syariat. 3 upaya Islam dalam meminimalisir
tindakan korupsi yaitu :
a. Dengan mengajarkan ajaran agama secara baik kepada umat muslim, diharapkan
tumbuh kesadaran untuk tidak melakukan tindakan tercela seperti korupsi karena
tindakan tersebut merupakan perbuatan dosa yang tidak diridhoi Allah.
b. Pendidikan dan penanaman nilai agama Islam dapat terus diajarkan pada
generasi muda, guna menumbuhkan moral yang baik sehingga dapat mencegah
perilaku korupsi di kemudian hari.
c. Pendidikan Islam bisa dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif
dalam mengembangkan nilai anti korupsi untuk pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
4. 7 tingkatan tasawwuf yaitu :
a. Al-Taubah
Maqam tobat (al-taubah) merupakan maqam pertama yang harus dilewati setiap
salik dan diraih dengan menjalankan ibadah, mujahadah, dan riyadhah. Contoh
penerapannya yaitu menjalankan ibadah sholat 5 waktu, dan meminta
pengampunan kepada Allah SWT. atas dosa dan kesalahan yang pernah
dilakukan.
b. Al-Wara’
Yang dimaksud dengan wara’, yaitu meninggalkan hal-hal yang syubhat dan yang
tidak pasti (tidak dikehendaki), yakni meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah.
Contoh penerapannya yaitu tidak menggunakan anggota tubuhnya untuk hal
yang tidak diridai Allah SWT. seperti mencat rambut dan mentato anggota tubuh.
c. Al-Zuhd
Yaitu, tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian dan melakukan
perjalanan hati dari kampung dunia dan menempatkannya di akhirat. Contoh
penerapannya yaitu tidak meninggalkan sholat demi suatu pekerjaan.
d. Al-Faqr
Yaitu, golongan yang telah memalingkan setiap pikiran dan harapan yang akan
memisahkan dari Allah swt. atau penyucian hati secara keseluruhan terhadap
apapun yang membuat jauh dari Allah SWT. Contoh penerapannya yaitu
senantiasa bersyukur atas nikmat dan reseki yang diberikan oleh Allah SWT. dan
tidak mengharapkan lebih dari yang ditetapkan oleh Allah SWT.
e. Al-Shabr
Yaitu, tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak
lekas patah hati), dan tabah, tenang, tidak tergesah-gesah, dan tidak terburu
nafsu. Contoh penerapannya yaitu, ketika menghadapi cobaan seperti diberi
penyakit yang sangat sulit disembuhkan, kita sebagai manusia harus bersabar dan
terus berdo’a kepada Allah SWT. agar diberi kesembuhan dan kesehatan.
f. Al-Tawakkal
Tawakkal adalah berpasrah diri kepada keheendak Allah; percaya dengan
sepenuh hati kepada Allah. Contoh penerapannya yaitu, ketika kita sedang
menghadapi ujian masuk ke perguruan tinggi, setelah berusaha dengan belajar
dan berikhtiar dengan berdo’a, setelah itu kita harus menyerahkan semuanya
kepada Allah SWT.
g. Al-Ridha
Ridha adalah dapat menjadikan hati seorang hamba merasa tenang dibawah
kebijakan hukum Allah Azza wa Jalla. Contoh penerapannya yaitu, Mengeluarkan
perasaan benci dari hati sehingga yang tinggal di dalamnya hanya perasaan
senang dan gembira. Merasa senang menerima malapetaka sebagaimana merasa
senang menerima nikmat.
5. Dalam konteks moderasi beragama, tradisi lokal yang bertentangan dengan ajaran
Islam maka tidak boleh dipakai. Sementara tradisi  lokal yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam bisa dipakai, al-aadah muhakkamah (adat istiadat bisa dijadikan
acuan hukum fikih), mengakomodasi lokalitas budaya, pribumisasi Islam.
Faktor-faktor yang dapat menunjang terjadinya moderasi beragama yaitu :
a. Praktik beragama yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
b. Munculnya tafsir agama yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara
pengetahuan. Akibatnya, muncul sikap dan tindakan yang seolah-olah dan
diklaim paling benar, padahal salah dan berpotensi menyesatkan.
c. Mulai terlihat cara beragama yang merusak ikatan kebangsaan dengan tekanan
yang mewujud pada pilihan sikap untuk mempolitisasi agama dan sikap
majoritarianism.

Anda mungkin juga menyukai