Anda di halaman 1dari 6

MENGUATKAN IMAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran

PAI- BP

OLEH :

KELOMPOK 4

1. AQELA DAANIYS N. S. (06)


2. ARGISTA RASYA L. (07)
3. DIMAS TRI W. (11)
4. JUKLIMEI P. (18)
5. RAYYIS HANIF (24)
6. VERDIAN SAVERO S. A. (28)

GURU PENGAJAR
DIDIK SISWANDI,S.PdI

SMAN 1 NGLAMES
KABUPATEN MADIUN
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Melihat kemajuan peradaban dan zaman masa kini sangat memengaruhi
aktivitas kehidupan manusia, bahkan mempengaruhi kondisi iman, rasio, dan
waktu dari manusia pada dewasa ini, terlebih anak muda zaman ini. Ketika
berbicara tentang kondisi ini diperhadapkan dengan hidup yang sementara berjalan
sekarang yang penuh dengan tantangan zaman masa kini, Socrates pernah berkata
“Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak dihidupi. Zaman modern
yang serba mudah ini telah membawa dampak terhadap perkembangan kehidupan
manusia, tidak terkecuali umat muslim di seluruh dunia. Umat muslim pada zaman
modern ini semakin mengabaikan ajaran agama terutama tentang adab dan
keimanan. Persoalan iman ini sangat penting, bukan hanya karena masalah
tersebut berkaitan dengan esensi dan eksistensi isla sebagai agama, tetapi juga
karena perbincangan menganai konsep ini menandai titik awal dari semua
pemikiran teologi di antara orang-orang islam masa awal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari menguatkan iman?
2. Apa contoh dan pengertian dari cabang menguatkan iman? (Menjaga
kehormatan, Malu, Zuhud, Ikhlas)
3. ⁠Apa dasar hukum dari menguatkan iman?
4. Bagaimana kisah inspiratif meningkatkan iman?
5. Apa hikmah dan tujuan dari meningkatkan iman?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Menguatkan Iman


Dari segi bahasa, iman bermakna tashdiq, yaitu membenarkan. Namun, dalam
pemahaman ajaran Islam, konsep ini memiliki dimensi yang luas. Secara sempit,
iman mencakup keyakinan terhadap keberadaan Allah, kitab-kitab-Nya, malaikat-
Nya, dan hari kiamat. Dengan merangkai pemahaman iman yang luas, kita dapat
melukiskan bagaimana meningkatkan iman, yaitu dengan memperkuat keyakinan,
mengamalkan perintah Allah, dan berusaha mengendalikan diri sehingga dapat
menjadi individu yang baik di mata Allah dan di tengah-tengah masyarakat.
Meningkatkan iman bukan sekadar slogan, melainkan panggilan untuk
memperbaiki keyakinan dan perilaku guna mencapai kedekatan dengan Allah.

B. Contoh Dan Pengertian Cabang Dari Menguatkan Iman


1.Menjaga Kehormatan
Menjaga kehormatan adalah menjaga harga diri, nama baik dan kemuliaan
diri, menjaga harkat, martabat dan harga diri manusia. Dalam Bahasa Arab
disebut muru'ah yang berarti proses penjagaan tingkah laku seseorang agar
sejalan dengan ajaran agama, menghiasi diri dengan akhlak terpuji dan
menjauhi segala bentuk keburukan. Selain itu juga disebut iffah. Secara bahasa
berarti mencegah dari sesuatu yang tidak bermanfaat atau menjauhi hal yang
buruk dan terlarang, secara istilah berarti sifat yang menjadikan seseorang dapat
menghindar dari menuruti hawa nafsunya. Contoh sikapnya dalam sehari-hari:
a) Menjaga lisan dengan tidak mengejek/berkata kasar
b) Menjauhi pergaulan bebas, zina, dan juga larangan untuk barang yang
haram
c) Menggunakan pakaian yang sopan
2. Ikhlas
Kata ikhlas dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti murni, tidak
bercampur, bersih, jernih, mengosongkan dan membersihkan sesuatu Ikhlas
berarti suci dalam berniat, bersihnya batin dalam beramal, tidak ada pura-pura,
lurusnya hati dalam bertindak, jauh dari penyakit riya' serta mengharap ridha
Allah semata. Kaitannya ibadah, secara bahasa berarti tidak memperlihatkan
amal kepada orang lain, secara istilah, Ikhlas dalam Islam merujuk pada
tindakan ibadah yang dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada
Allah, tanpa mencari pujian atau keuntungan pribadi. Contoh sikapnya dalam
sehari-hari:
a) Tidak mengharap/menghiraukan pujian dan hinaan orang lain
b) Menyisihkan rezeki untuk beramal kepada sesama dengan tulus dan ikhlas.
c) Tidak mengingat pahala dari perbuatan yang dilakukan
3. Malu
Malu dalam bahasa Arab disebut kata al-haya' yaitu rasa malu atau jengah.
Secara istilah, Menjauhi segala yang tidak diridhai Allah karena takut dan segan
kepada-Nya. Ketika sikap ini berpadu dengan perasaan malu yang telah ada
secara naluriah di dalam watak manusia, maka ia akan membentuk orang yang
bersangkutan memiliki hubungan erat dan jalinan kuat yang sesuai dengan
nilai-nilai adab dan kehormatan. Contoh sikapnya dalam sehari-hari:
a) Malu karena tidak mampu memenuhi perintah Allah
b) Malu karena tidak mampu bersikap ikhlas
c) Malu karena keagungan Allah
4. Zuhud
Zuhud secara bahasa berarti sesuatu yang sedikit, tidak tertarik terhadap
sesuatu dan meninggalkannya. Jadi, zuhud berarti meninggalkan dari
kesenangan dunia untuk lebih mementingkan ibadah. Orang yang melakukan
zuhud disebut dengan zahid Dalam kaitannya dunia, zuhud diartikan
meninggalkan dunia dan menganggap dunia adalah hal yang hina. Perilaku
zuhud bukan berarti tidak memperhatikan urusan duniawi, atau bukan berarti
tidak memiliki harta dan mengasingkan diri dari dunia. Contoh sikapnya dalam
sehari-hari:
a) Bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.
b) Mencukupkan diri pada harta yang dimiliki, kendati hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari.
c) Sederhana dalam berpenampilan, baik dari segi tempat tinggal, pakaian,
ataupun makanan. Meskipun memiliki banyak uang, ia tidak pamer dan
hidup bermewah-mewahan.

C. Dasar Hukum Menguatkan Iman


1. Dalil yang berisi perintah beriman Q.S. Az-Zumar/39:2, yaitu:

ِ ُ‫صا لَّه‬
َ‫الديْن‬ ً ‫ّٰللاَ ُم ْخ ِل‬ ِ ‫ب بِ ْال َح‬
‫ق فَا ْعبُ ِد ه‬ َ ‫اِنَّا ٓ ا َ ْنزَ ْلنَا ٓ ِالَي َْك ْال ِك ٰت‬
Artinya: “Sesungghunya Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad)
al-Kitab (al-Qur’an) dengan benar, maka sembahlah Allah dengan memurnikan
ketaatan (ibadah) kepadanya” (QS. Az-Zumar/39: 2)
2. Dalil tentang beriman Q.S. Al-‘Ankabut: 64

ُ ‫ى ٱ ْل َحيَ َو‬
ۚ ‫ان‬ َ ‫اخ َرة َ لَ ِه‬ ٌ ‫َو َما ٰ َه ِذ ِه ٱ ْل َحيَ ٰوة ُ ٱلدُّ ْنيَا ٓ ِإ ََّّل لَ ْه ٌو َولَ ِع‬
َ ‫ب ۚ َو ِإ َّن ٱلد‬
ِ ‫َّار ٱ ْل َء‬
َ‫وا يَ ْعلَ ُمون‬ ۟ ُ‫لَ ْو َكان‬
Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui”.

D. Peristiwa Yang Dapat Diteladani (Kisah Inspiratif)


Singkat cerita, Ali dan Fatimah menghadap Rasullulah Saw. Ali berkata,
“Wahai Rasullulah, saya selalu mengambil air sendiri untuk dibawa ke rumah
sehingga hal tersebut membuat dadaku terasa sakit”. Kemudian Fathimah juga
menyampaikan, “Aku juga sering menumbuk gandum dengan tanganku sendiri
sehingga tanganku menjadi kasar. Sementara engkau wahai ayahku dikarunia oleh
Allah banyak tawanan, maka berilah aku seorang untuk menjadi pembantu
dirumahku.”
Mendengar perintah Ali dan Fathimah, Rasulullah Saw. menjawab, “Demi
Allah aku tidak akan memberikan kepada kalian apa yang kalian minta dan aku
membiarkan para ahlu shuffah terlantar kelaparan dengan mengganjal perut
mereka karena aku tidak mendapat apa yang harus aku berikan kepada mereka.
Tetapi ketahuilah, sesungguhnya budak-budak yang ada itu aku jual, lalu hasil dari
penjualan mereka digunakan untuk memberi nafkah para ahlu shuffah yang lebih
membutuhkan”.

E. Hikmah dan Tujuan Dari Menguatkan Iman


1. Hati Menjadi Tenang & Rasa syukur bertambah
2. Mendapat Bimbingan dari Allah SWT & Ketaatan Pada Allah Bertambah
3. Diampuni Dosanya dan Mendapat Pahala Besar
4. Diberi Kemudahan Hidup & Kebahagiaan Sesungguhnya
5. Mencegah Perbuatan Syirik
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Meningkatkan iman yaitu memperkuat keyakinan, mengamalkan perintah
Allah, dan berusaha mengendalikan diri sehingga dapat menjadi individu yang
baik di mata Allah dan di tengah-tengah masyarakat.
2. Menjaga kehormatan merupakan nilai yang dianjurkan dan mendatangkan
keutamaan dan juga merupakan bagian pilar iman dan kesucian hati.
Keikhlasan adalah kunci sukses dalam beribadah dan mencapai ridha Allah,
perenungan secara mendalam akan keikhlasan mendatangkan kedamaian jiwa.
Malu dapat membuat seseorang melakukan kebaikan dan menghindari
keburukan dan selalu menghantarkan pada kebaikan karena rasa segannya.
Zuhud membantu dalam penerapan nilai-nilai Islam dengan menekankan
kesederhanaan dan kepatuhan terhadap ajaran agama hingga mempersiapkan
dalam hal menghadapi akhirat.
3. Dalil yang disebutkan tentang menguatkan iman merujuk untuk hal baik pada
kita. Sesungguhnya semua hal yang diperintahkan Allah mempunyai dasar
hukum dan ketentuannya. Hal itu dapat menjadi dorongan bagi kita untuk
meningkatkan iman.
4. Pendidikan dari Nabi Muhammad saw seperti inilah yang kemudian hari sangat
mempengaruhi kepribadian Ali bin Abi Thalib. Termasuk saat Ali mendapat
amanah menjadi pemimpin kaum muslimin. Pendidikan yang ia dapat dari
Rasulullah Saw menjadikan sosok yang tidak serakah terhadap kenikmatan dan
gemerlap dunia.
5. Dengan memperkuat iman banyak sekali manfaat positif yang kita dapat
terutama menjadi lebih dekat dengan Allah dan terjaga dari larangan Allah
hinggga mendapat bekal untuk hidup di dunia dan di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai