Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ricky Bangun Prasetya

NIM : 050616674
Jurusan : Manajemen
Tugas : Pendidikan Agama Islam

1. Surat Al-'Ankabut Ayat 45


‫اْتُل َم ا ُأوِح َي ِإَلْيَك ِم َن اْلِكَتاِب َو َأِقِم الَّص اَل َةۖ ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهَّللا َأْك َبُرۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬

Arti : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat di atas menjelaskan mengenai perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan
bagi hambanya untuk senantiasa membaca Al Quran dan mendirikan shalat. Ayat tersebut
menekankan pentingnya membaca Al-Quran sebagai sumber hukum syariat yang utama dalam
kehidupan sehari-hari yang akan mengantarkan seorang Muslim untuk melaksanakan sholat
wajib lima waktu. Umat Muslim yang memahami hakikat kedudukan shalat merupakan
bentuk ibadah yang mengikat secara spiritual dan merupakan sarana untuk memperkuat ikatan
individu dengan Allah SWT serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang keji dan
mungkar. Ia akan menghindari dosa zina, judi, meminum khamr, dan lain sebagainya. Ini
berarti bahwa sholat bukan hanya sekedar ritual, melainkan sebuah aktivitas ibadah yang
memiliki dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalani kehidupan yang penuh
makna dan bermoral tinggi.
Maka dapat disimpulkan bahwa hukum syariat dalam Islam meliputi ajaran-ajaran yang
ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis yang mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk
ibadah, moralitas, dan tata cara hidup yang baik. Hukum syariat dalam konteks ayat ini
mencakup pentingnya melaksanakan salat sebagai kewajiban dalam agama Islam. Salat di sini
bukan hanya sebagai ritual ibadah formal, tetapi juga memiliki peran penting dalam
membentuk perilaku dan moral umat Muslim untuk menghindari perbuatan keji dan mungkar.

2. HUKUM Islam merupakan seluruh ketentuan yang Allah SWT perintahkan dan wajib ditaati
oleh muslim. Hal tersebut berhubungan dengan aqidah atau kepercayaan dan hukum amaliyah
atau perbuatan. Secara umum, terdapat 5 hukum Islam yang harus kamu ketahui.

A. Wajib : Suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan mendapatkan siksa. Hukum wajib dibagi menjadi 4 yakni kewajiban waktu
pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban bagi ukuran/kadar
pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.
1) Kewajiban dari waktu pelaksanaannya:
a) Wajib muthlaq yakni wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya seperti
meng-qadha puasa Ramadhan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.
b) Wajib muaqqad yakni wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu
dan tidak sah dilakukan di luar waktu yang ditentukan. Wajib muaqqad terbagi lagi
dalam:
 wajib muwassa: wajib yang waktu disediakan untuk melakukannya melebihi
waktu pelaksanaannya.
 wajib mudhayyaq: kewajiban yang sama waktu pelaksanaannya dengan waktu
yang disediakan seperti puasa Ramadhan.
 Wajib dzu Syabhaini: gabungan antara wajib muwassa dengan wajib
mudhayyaq, misalnya ibadah haji.
2) Kewajiban bagi orang yang melaksanakannya:
a) Wajib aini: kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau
diwakilkan orang lain misalnya puasa dan sholat.
b) Wajib kafa'i/kifayah: kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun
melakukannya maka berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka
gugur kewajibannya seperti sholat jenazah.
3) Kewajiban berdasarkan ukuran atau kadar pelaksanaannya:
a) Wajib muhaddad: wajib yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan
seperti zakat.
b) Wajib ghairu muhaddad: kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya seperti
menafkahi kerabat.
4) Kewajiban berdasarkan kewajiban perintahnya:
a) Wajib Mu'ayyan: kewajiban yang telah ditentukan dan tidka ada pilihan lain
seperti membayar zakat dan sholat lima waktu.
b) Wajib mukhayyar: kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa
alternatif.

B. Sunnah : hukum sunnah atau sunnat adalah sebuah perkara yang dianjurkan untuk umat
islam. Dengan kata lain, apabila dikerjakan maka akan memperoleh pahala, dan apabila
dikerjakan tidak akan mendapatkan dosa.
1) Hukum sunnah dilihat dari tuntutan melakukannya yakni:
a) Sunnah muakkad: adalah Sunnah yang sangat duanjurkan untuk dikerjakan oleh
umat muslin karena sebagai perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi di samping
ada keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang
fardhu dan dianggap sebagai cara untuk menyempurnakan suatu ibadah misalnya
sholat witir.
b) Sunnah ghairu mu'akad yaitu sunnah yang dilakukan oleh nabi tapi nabi tidak
melazimkan dirinya untuk berbuat demikian seperti sunnah tahiyatul masjid, shalat
rawatib, shalat tahajud.
c) Sunnah abad, perkara didalam shalat yang sebaiknya dikerjakan, seperti
mengangkat tangan ketika takbir.
2) Sedangkan hukum sunnah jika dilihat dari kemungkinan untuk meninggalkannya
terbagi menjadi:
a) Sunnah hadyu: perbuatan yang dituntut melakukannya kareba begitu besar faidah
yang didapat dan orang yang meninggalkannya tercela, seperti azan, sholat
berjamaah, sholat hari raya.
b) Sunnah zaidah: sunnah yang apabila dilakukan oleh mukalaf dinyatakan baik tapi
bila ditinggalkan tidak diberi sanksi apapun. Misalnya mengikuti yang biasa
dilakukan nabi sehari-hari seperti makan, minum, dan tidur.
c) Sunnah nafal: suatu perbuatan yang dituntut tambahan bagi perbuatan wajib seperti
sholat tahajud.

C. Haram : Suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan mendapat siksa. Menurut madzah hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil
qathi yang tidak mengandung keraguan sedikitpun sehingga kita tidak mempermudah
dalam menetapkan hukum haram. Menurut Jumhur para ulama, hukum haram terbagi
1) Al Muharram li dzatihi: sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya
mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum
khamr, berzina.
2) Al Muharram li ghairihi: sesuatu yang dilarang bukan karena essensinya tetapi karena
kondisi eksternal seperti jual beli barang secara riba.

D. Makruh : Suatu perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala, dan apabila
dikerjakan tidak mendapat siksa. Jumhur ulama mendefinisikan makruh adalah larangan
terhadap suatu perbuatan tetapi larangan tidak bersifat pasti, lantaran tidak ada dalil yang
menunjukkan haramnya perbuatan tersebut. Ada dua macam hukum makruh yakni :
1) Makruh tahrim yakni sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti contohnya
larangan memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
2) Makruh tanzih yakni sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk meninggalkannya,
tetapi larangan tidak bersifat pasti contohnya memakan daging kuda saat sangat butuh
waktu perang.

E. Mubah : Suatu perbuatan yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan sama saja tidak
mendapat pahala atau siksa. Mubah ini tidak menunjukkan perintah yang tetap atau yang
tidak tetap. dan tidak menunjukkan larangan tetap atau laraangan tidak tetap. Contoh
mubah adalah makan dan minum
3. Terdapat tujuh prinsip umum yang menjadi fondasi hukum Islam, yang jika dipahami dan
diimplementasikan dapat membawa umat Islam kepada kehidupan yang lebih taat dan selaras
dengan kehendak Allah SWT. macam prinsip-prinsip hokum Islam yang dijadikan pokok
seseorang dalam berpikir, bertindah, dan sebagai berikut.

A. Prinsip Tauhid adalah fondasi dari semua prinsip hukum Islam. Ini adalah keyakinan
mutlak terhadap keesaan Allah SWT, yang menjadi pusat dari segala peraturan dan hukum
dalam Islam. Berdasarkan prinsip tauhid tersebut, maka pelaksanaan dan pengamalan
hukum islam merupakan suatu ibadah , yaitu penghambaan manusia kepada Allah SWt.
Ibadah tersebut merupakan perwujudan pengakuan atas keesaan Allah maka sudah
semestinya kalau manusia mengikuti mengikuti dan menetapkan hukum dalam
kehidupannya sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah SWT dan Rasulnya.
B. Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia
dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan antara
individu dengan dirinya sendiri, individu dengan manusia dan masyarakat, hubungan
antara individu dengan lingkungannya maupun dengan Allah SWT untuk memastikan
bahwa setiap aturan yang ditegakkan harus diimplementasikan secara objektif dan tanpa
pilih kasih, sehingga untuk memberikan kemaslahatan bersama. Kalau dalam hukum
positif dikenal prinsip memiliki kedudukan sama dimuka hukum maka islam mewajibkan
bukan hanya mausia harus sama dimuka hukum tetapi didalam seluruh aspeknya harus
berlaku adil, bahkan terhadap musuh sekalipun.
C. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar (Menjunjung Tinggi Kebaikan) megandung arti
bahwa hukum islam ditegakkan untuk menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-
hal yang baik dan benar sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan Nahi
Mungkar mengandung arti hukum tersebut ditegakkan untuk mencegah terjadinya hal-hal
yang buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat. Artinya, umat Islam
diajak untuk selalu mempromosikan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mengikuti apa
yang telah dikehendaki oleh Allah SWT. Ini adalah prinsip dinamis yang mendorong
perbaikan terus-menerus dalam masyarakat.
D. Prinsip Al-Hurriyah (Kebebasan dalam Bertanggung Jawab) mengandung maksud
bahwa hukum islam tidak diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi berdasarkan
penjelasan yang baik dan argumentative yang dapat meyakinkan. Apakah manusia pada
akhirnya menolak atau menerima sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing individu.
Ini menekankan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak
hukum Islam, namun dengan kebebasan ini datang tanggung jawab atas konsekuensi
pilihan tersebut.
E. Prinsip Musawah (Kesetaraan di Hadapan Allah) dalam Islam menegaskan bahwa
tidak ada perbedaan esensial dalam lahiriyahnya, baik warna kulit, bahasa, suku bangsa,
derajat, ataupun fisik antara manusia dengan manusia lainnya. Semua manusia di hadapan
Allah SWT adalah sama. Persamaan ini mengakar pada prinsip bahwa ketakwaan
merupakan satu-satunya kriteria yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya.
F. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah) menjelaskan
dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling tolong-menolong, saling
bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan lainnya. Hal ini relevan dalam proses
ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan secara jama'i (kolektif) dengan
melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam bidangnya, serta bidang-bidang yang ada
keterkaitan dengan permasalhan yang akan dikaji status hukumnya untuk mencapai
kesepakatan dan pemahaman bersama.
G. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi) mengajarkan bahwa hikum islam mengharuskan
kepada umatnya untuk hidup dengan penuh suasana damai dan toleran. Prinsip toleransi
menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum, karena perbedaan
teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum Islam hendaknya
masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan dalam realitas
kehidupan yang plural.

4. Sunnah, dalam konteks Islam, merujuk pada ajaran, perilaku, dan contoh-contoh hidup Nabi
Muhammad SAW yang dicatat oleh para sahabatnya dan kemudian disusun dalam koleksi
hadis. Hal ini sudah disepakati oleh jumhur muslimin yang menyatakan bahwa keterangan
Rasulullah SAW yang ada hubungannya dengan Allah SWT dan diriwayatkan secara sahih,
maka menjadi sumber hukum dan pedoman dari pengamalan yang dilakukan setiap umat
Islam. Telah jelas kiranya bahwa As Sunnah merupakan hukum islam kedua setelah Al Quran
yang mempunyai kekuatan dan mengikat bagi semua Muslim ( Umat Islam ). berikut ini
adalah fungsi sunnah terhadap Alquran yang perlu diketahui umat muslim.

A. Memperkuat hukum dalam Al-Quran : Fungsi sunnah yang pertama adalah sebagai
penguat hukum yang ada dalam Alquran. Segala jenis hukum, syariat, dan hal-hal yang
menyangkut muamalah kehidupan, semuanya telah ditulis dalam Al-Quran secara
sempurna. Seperti halnya hukum shalat, puasa, zakat, larangan melakukan riba’, mencuri,
membunuh, dan sebagainya. Nah, keberadaan As-sunnah disini memperkuat hukum-
hukum yang telah disebuatkan di Al-Quran. Misalnya saja untuk melakukan shalat,
seseorang harus berwudhu terlebih dahulu.
B. Menjelaskan atau merinci isi Al-Quran : Maksudnya adalah sunnah menjadi penjelas
dalam bentuk pengikat makna yang sifatnya lepas yang ada di dalam Alquran,
mengkhususkan ketetapan yang dijelaskan dalam Alquran secara umum, serta
menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan dan ketetapan Alquran. Misalnya saja, Al-
Quran menuliskan kewajiban untuk berhaji bagi umat yang mampu. Maka As-sunnah
memperjelas tata cara manasik haji yang benar sesuai ajaran Rasulullah SAW dan atau
Kemudian Nabi SAW menjelaskan terkait sholat, seperti waktunya, tata cara, bacaan,
yang dilarang, dan lain sebagainya. Demikian juga beliau menetapkan status hukumnya
dari ayat Al-Qur'an tersebut.
C. Menetapkan hukum baru yang tidak dimuat dalam Al-Quran : Adakalanya As-
sunnah menetapkan hukum baru, dimana hukum tersebut tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Dengan kata lain, sunnah menjadi tambahan pada hukum-hukum yang ada dalam Alquran
yang sifatnya masih tersurat. Penetapan hukum baru di as-sunnah tentunya tidak boleh
asal-asalan. Hukum itu harus benar-benar berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad SAW
dan sesuai syariat islam. Contohnya perihal larangan mengenakan kain sutera dan cincin
emas bagi laki-laki.
5. Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki nilai-nilai yang mengatur interaksi mereka
dengan lingkungan sekitar, seringkali muncul konsep-konsep seperti moral, susila, budi
pekerti, etika, dan akhlak. Pemahaman tentang moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak
adalah esensial dalam memahami kompleksitas nilai-nilai dan perilaku manusia. Meskipun
istilah-istilah ini dapat tampak serupa, mereka mencerminkan dimensi berbeda dari etika dan
perilaku manusia, serta sering terkait dengan budaya, agama, dan nilai-nilai yang dianut. Agar
mengetahui batas-batas garis antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak sebaiknya
ketahuilah pengertiannya di bawah ini:
A. Moral (Aturan Universal) merujuk pada seperangkat prinsip atau norma yang mengatur
perilaku dan interaksi sosial seseorang atau kelompok dalam masyarakat. Ini adalah
seperangkat norma yang bersifat universal, yang berlaku untuk semua individu tanpa
terkecuali. Moral adalah pedoman yang membimbing individu dalam membuat keputusan
yang tepat, yang mencakup evaluasi subjektif tentang apa yang benar dan salah
berdasarkan standar nilai tertentu yang dianut oleh individu atau masyarakat. Moral
bersifat subjektif karena dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, dan lingkungan
sosial. Misalnya, hampir di semua masyarakat, membunuh dengan sengaja dianggap
sebagai tindakan yang amoral. Ini adalah prinsip dasar yang diakui secara universal dan
tidak boleh dilanggar.
B. Susila (Nilai-nilai Lokal dan Budaya) adalah istilah yang berasal dari bahasa Sanskerta
yang merujuk pada nilai-nilai atau aturan perilaku yang dianggap baik atau layak yang
lebih berkaitan dengan nilai-nilai lokal dan budaya suatu masyarakat. Konsep susila sering
kali terkait dengan pandangan tradisional dan budaya yang dianut oleh masyarakat
tertentu, yang yang mencerminkan kebijaksanaan dan tata krama dalam berinteraksi
dengan sesama.
C. Budi Pekerti (Pendidikan Karakter) adalah istilah yang umumnya digunakan dalam
konteks pendidikan karakter. Ini mengacu pada perilaku yang baik, sopan santun, dan
etika dalam pergaulan sehari-hari. Budi pekerti mendorong individu untuk berperilaku
dengan baik, menjaga etika, dan menunjukkan sopan santun dalam berbagai situasi. Budi
pekerti menekankan pentingnya pengembangan karakter yang baik dan sikap yang
menghormati nilai-nilai positif dalam masyarakat.
D. Etika (Pemikiran Kritis tentang Benar dan Salah) merujuk pada ilmu atau studi
tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku manusia, terutama dalam hal yang
berkaitan dengan moralitas dan keadilan. Etika melibatkan pemikiran kritis tentang apa
yang dianggap benar atau salah dalam tindakan manusia. Ini mencakup pertimbangan
moral dan prinsip-prinsip yang mendasari tindakan individu. Pemikiran etis membantu
individu dalam membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut oleh
masyarakat mereka. Ini adalah proses refleksi yang mendalam tentang implikasi moral
dari tindakan-tindakan tertentu.
E. Akhlak merujuk pada perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama
manusia, dan lingkungan sekitarnya. Ini mencakup aspek-aspek moral yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan entitas ilahi, perilaku mereka terhadap sesama manusia,
dan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan alam. Ini melibatkan tindakan dan
sikap yang mencerminkan kebaikan, kejujuran, dan kesalehan dalam kehidupan sehari-
hari. Akhlak mencakup kualitas internal dan eksternal seseorang, yang mencerminkan
moralitasnya secara menyeluruh.

Kaitan Antara Moral, Susila, Budi Pekerti, Etika, dan Akhlak


Kaitan antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak terletak pada peran masing-masing
dalam membentuk kerangka kerja nilai-nilai dan perilaku yang diadopsi oleh individu atau
masyarakat. Dalam rangka untuk memiliki masyarakat yang seimbang dan berkelanjutan,
penting untuk memahami kaitan antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak. Semua
konsep ini saling melengkapi dan bekerja bersama-sama untuk membentuk dasar perilaku
manusia dalam masyarakat dan memengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan dunia
di sekitar mereka.
Secara kolektif, mereka membentuk pandangan komprehensif tentang perilaku manusia dan
bertindak sebagai panduan dalam mengembangkan karakter yang baik dan bertanggung
jawab. Sebagai individu dan masyarakat, pemahaman yang baik tentang perbedaan di antara
konsep-konsep ini dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijak, menjalani
kehidupan yang bermakna, dan menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan dunia di
sekitar kita. Selain itu, ini juga membantu kita menjaga moralitas, etika, dan nilai-nilai positif
dalam interaksi sehari-hari kita.
Dengan memahami perbedaan dan kaitan antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak,
individu dapat mengembangkan kesadaran yang lebih dalam tentang pentingnya menghormati
dan mengamalkan nilai-nilai yang baik dan bertanggung jawab dalam interaksi dengan sesama
dan dalam masyarakat secara luas.

Referensi
 MKDU422102, Modul 4-5 hal 4.4 – 5.12
 https://www.dikasihinfo.com/religi/98010741097/simak-inilah-pengertian-hukum-syariat-
menurut-isi-kandungan-qs-al-ankabut29-45-umat-muslim-wajib-tahu?page=2
 https://news.detik.com/berita/d-5182191/arti-wajib-sunnah-makruh-mubah-dan-haram-dalam-
islam
 https://kumparan.com/berita-terkini/3-posisi-dan-fungsi-sunnah-terhadap-alquran-dalam-
ajaran-islam-21V1PGKwS5Z/full
 https://readmore.id/perbedaan-moral-susila-budi-pekerti-etika-dan-akhlak/#:~:text=Moral
%20adalah%20pedoman%20universal%2C%20etika%20adalah%20pemikiran
%20kritis,dalam%20hubungan%20dengan%20Tuhan%2C%20sesama%20manusia%2C
%20dan%20lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai