Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)


NAMA : FIRMAN YOGA DARMAWAN
NIM : 045056166
PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA (S1)
UPBJJ UT BANDAR LAMPUNG

SOAL TUGAS 2

1. Hukum Islam bersumber dari Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia.

a. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-


’Ankabut/29:45!
b. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
c. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
d. Jelaskan pengertian taat kepada hukum Allah SWT sesuai dengan isi kandungan
An-Nisaa’/4:59!

2. Al-Quran dan Sunnah menjadi sumber moral dan akhlak bagi manusia. Suri tauladan
pelaksanaannya ada pada diri Rasulullah SAW. Dalam kerangka pendidikan dan
pembinaan akhlak manusia.

a. Jelaskan sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-Nahl/16:125!
b. Jelaskan peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS. Al-
Ahzab/33:21!

3. Banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya, materi dan fenomenanya,
dan yang memerintahkan kepada manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya.
QS. Al-Jaatsiyah 45:13 menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan
Allah untuk manusia.

a. Tuliskan ayat dan terjemahan QS. Al-Jaatsiyah 45:13


b. Jelaskan potensi pengembangan teknologi menurut QS. Al-Jaatsiyah 45:13
JAWABAN TUGAS 2 :

1. Soal 1

a. Yang dimaksud dengan hukum syari’at adalah seperangkat aturan yang


berasal dari pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan
perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau
ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antara mengerjakan
atau meninggalkan. Contoh : Q.S. Al-‘Ankabut/29;45

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut berisi tuntutan dari Allah agar shalat itu dikerjakan, maka hal
tersebut kemudia disebut dengan hukum syariat.

b. Secara garis besar hukum Islam terbagi menjadi lima macam :

1. Wajib, yang disebut wajib adalah suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh
seseorang, maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan
apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat siksa.

Ditinjau dari segi kepada siapa kewajiban tersebut dibebankan, hukum


wajib ada dua macam :

- wajib’ain yaitu kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT kepada


setiap orang yang sudah baligh (mukallaf). Artinya apabila dalam suatu
masyarakat yang mengerjakan hanya sebagian sementara yang lain
tidak mengerjakan, maka yang tidak mengerjakan harus tetap
mempertanggung jawabkan perbuatannya yaitu meninggalkan
kewajiban. Misalnya kewajiban shalat, membayar zakat.

- Wajib kifa’I (kifayah) kewajiban yang dibebankan dalam agama


kepada kelompok orang yang sudah baligh (mukallaf). Artinya apabila
ada salah dari seorang dari kelompok tersebut telah mengerjakan
kewajiban yang dituntut itu, maka orang lain dalam kelompok tersebut
yang tidak mengerjakan tidak dinilai berdosa. Akan tetapi, apabila
tidak ada seorang pun yang mengerjakan maka semua orang mukallaf
dalam kelompok masyarakat tersebut berdosa, karena terabaikannya
kewajiban tersebut. Misalnya : mendirikan rumah sakit Islam,
membangun sekolah-sekolah yang mengajarkan adama Islam,
mengurus jenazah sesuai dengan syari’at Islam.

2. Sunnah (mandub), yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang


mengerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan, maka orang
yang meninggalkan tersebut tidak mendapat siska.

Secara garis besar hukum sunnah dapat dibagi menjadi dua bagian :

- Sunnah muakkad yaitu perbuatan yang amat sering dilakukan oleh


Rasulullah SAW, bahkan jarang sekali beliau tinggalkan, kecuali
hanya beberapa kali saja. Meskipun demikian tetap dinamai sunnah
karena bagi yang tidak mengerjakan tidak mendapat siska. Sebagai
contoh hukum sunnah dalam ibadah antara lain ; berkumur dalam
wudhu, adzan dan iqamah dalam shalat berjamaah, membaca ayat al-
Quran setelah al-Fatihah dalam shalat.

- Sunnah ghoiru muakkad adalah suatu aktivitas atau perbuatan yang


dianjurkan oleh Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat
sunnah muakkad. Salah satu alasannya adalah Nabi SAW pernah
mengerjakan tetapi juga sering meninggalkannya.

3. Haram, adalah segala perbuatan yang apabila itu ditinggalkan akan


mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan
mendapat siksa. Satu perbuatan dinilai haram berdasarkan teks ayat atau
hadits yang biasanya dinyatakan dengan beberapa ungkapan, antara lain :

- Kalimat tersebut dinyatakan dengan jelas dan tegas, misalnya pada


kata harrama dengan segala bentuk perubahannya. Juga perkataan la
yahillu (tidak halal).
- Kalimat yang melarang itu menggunakan kata kerja yang melarang dan
dibarengi dengan petunjuk (qarinah) yang menunjukkan bahwa
perbuatan tersebut benar-benar dilarang.

- Diperintahkan untuk menjauhinya.

- Diancam dengan sesuatu hukuman atau siksa bagi orang-orang yang


melakukannya.

4. Makruh, suatu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut


ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapat siksa.

Suatu perbuatan diketahui makruh dilihat dari beberapa hal, antara lain :

- Ungkapan yang dipakai untuk melarang itu sudah menunjukkan


kemakruhannya, seperti dengan menggunakan perkataan karaha
(memakruhkan) dengan segala bentuk dan perubahannya.

- Dengan lafadz yang melarang mengerjakan suatu perbuatan kemudia


didapatkan di dalam ayat tersebut bukan menunjukkan keharamannya.

Larangan menanyakan suatu masalah secara berlebihan itu adalah makruh


berdasarkan adanya petunjuk pada ayat lain yang menganjurkan untuk
bertanya kepada ahlinya apabila masalah tersebut belum dipahaminya.

5. Mubah, yang disebut mubah adalah suatu perbuatan yang apabila


dikerjakan orang yang mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa.

Suatu perbuatan dikatakan mubah dapat diketahui melalui beberapa cara,


antara lain :

- Perbuatan tersebut ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh agama,


misalnya dengan ungkapan ayat atau hadits “tidak mengapa, tidak
ada halangan, tidak berdosa….”
- Ada petunjuk dari ayat atau hadits berupa perintah untuk
melakukannya tetapi ada qarinah yang menunjukkan bahwa perintah
tersebut hanya untuk mubah saja.

- Ditetapkan kemubahannya karena adanya kaidah yang menyatakan


bahwa pada asalnya segala sesuatu itu adalah mubah, selama tidak ada
dalil yang memakruhkan atau megharamkan.

c. Secara garis besar prinsip umum hukum Islam ada tujuh macam :

- Prinsip Pertama : Tauhid, prinsip ini menjelaskan bahwa seluruh


manusia ada di bawah ketetapan yang sama sebagai hamba Allah.
Berdasarkan prinsip tauhid, maka pelaksanaan dan pengalaman hukum
Islam merupakan suatu ibadah, yaitu penghambaan manusia kepada
Allah SWT. Ibadah tersebut merupakan perwujudan pengakuan atas
ke-Esaan Allah SWT. Dengan demikian adalah suatu pelanggaran
yang dinilai berat oleh Islam apabila ada manusia yang menuhankan
sesama makhluk.

Dari prinsip tersebut dapat ditarik beberapa prinsip khusus, di


antaranya adalah :

 Prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa perantara.

 Beban hukum yang diciptakan oleh Allah bertujuan untuk


kemslahatan hidup manusia, bukan untuk kepentingan Allah SWT.
Sehingga Allah SWT pasti tidak akan membebani hamba-Nya di
luar kemampuannya.

- Prinsip kedua : Keadilan, prinsip ini mengandung pengertian bahwa


hukum Islam yang mengatur persoalan manusia dari berbagai aspeknya
harus dilandaskan kepada prinsip keadilan yang meliputi hubungan
antara individu dengan dirinya sendiri, individu dengan manusia dan
masyarakat serta hubungan antara individu dengan lingkungannya.

Dari prinsip keadilan ini maka lahirlah kaidah dalam hukum Islam
yang menyatakan bahwa hukum Islam dalam prakteknya dapat
beradaptasi sesuai ruang dan waktu. Ketika terjadi perubahan. Maka
yang sulit menjadi mudah dan kemudahan tersebut sebatas
terpenuhinya kebutuhan pokok. Dari sini muncul kaidah “Masalah-
masalah dalam hukum Islam apabila telah menyempit maka
menjadi meluas, apabila masalah-masalah tersebut telah meluas
maka kembali menyempit”.

- Prinsip Ketiga : Amar Ma’ruf Nahi Munkar, mengandung arti


bahwa Hukum Islam ditegakkan untuk menjadikan umat manusia
dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana
dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan nahi munkar mengadnung
arti hukum tersebut ditegakkan untuk mencegah terjadnya hal-hal yang
buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermsyarakat.

- Prinsip Keempat : Kemerdekaan dan Kebebasan, prinsip ini


mengandung maksud bahwa hukum Islam tidak diterapkan
berdasarkan paksaan, akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan
argumentative yang dapat meyakinkan. Apakah manusia menolak atau
menerima sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing individu.

- Prinsip Kelima : Persamaan, mengandung arti bahwa pada dasarnya


semua manusia adalah sama meskipun faktanya berbeda dalam
lahiriyahnya, baik warna kulit, bahasa suku bangsa dan lain-lain.
Kesamaan tersebut, tertutama dalam hal nilai kemanusiaannya. Hukum
Islam memandang perbedaan secara lahiriyahnya tidak menjadikan
manusia berbeda dari segi nilai kemanusiannya. Yang membedakan
nilai manusia dala pendangan hukum Islam adalah bukan karena ras,
warna kulit dan sisi lahiriyah lainnya, melainkan factor ketaqwannya.

- Prinsip Keenam : Tolong Menolong, prinsip ini mengajarkan bahwa


sesama warga masyarakat harus saling menolong demi tercapainya
kemaslahatan bersama.

- Prinsip Ketujuh : Toleransi, prinsip ini mengajarkan bahwa hukum


Islam mengharuskan kepada umatnya untuk hidup penuh dengan
suasana damai dan toleran. Toleransi ini harus menjamin tidak
dilanggarnya hukum Islam dan hak umat Islam.

d. Arti Q.S. An-Nissa’/4:59

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudia jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, makakembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul
(sunnhanya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Yang dimaksud dengan kalimat “kembali kepada Allah dan Rasul” menurut
mayoritas mufassir adalah mengembalikan segala urusan kepada tuntutan al-
Quran dan Sunnah Rasul. Terlihat dalam ayat tersebut bahwa orang beriman
juga wajib aa kepada ulil ari, namun dalam ayat tersebut tidak disertai kata
athi’u/taatlah, seperti terhadap Allah dan Rasul. Hal ini mengandung arti
bahwa ketaatan kepada ulil amri (penguasa) adalah bersyarat, yaitu sepanjang
penguasa tersebut juga taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

2. Soal 2

a. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita agar kita mengajak manusia kepada
kebenaran itu dengan cara hikmah. Termasuk kedalam makna hikmah adalah
cara penyampaian yang tidak menyakitkan orang yang didawahinya dengan
cara bertahap disesuaikan dengan kemampuan objek dakwah dan dilakukan
tidak sekaligus. Ayat ini juga mengindikasikan keharusan memahami kondisi
sosio-kultural masyarakat. Termasuk tradisi yang diwarisinya. Selama adat itu
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syara’, maka ia bisa menjadi bagian
yang harus kita laksanakan termasuk perihal akhlak.

b. Ayat ini jelas memerintahkan kepada kita agar mencontoh Rasulullah dalam
segala hal karena dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik. Hal
yang juga mendukung Sunah sebagai sumber akhlak adalah risalah kenabian
Muhammad. Nabi Muhammad diutus oleh Allah di muka bumi ini, tidak lain
adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Nabi Muhammad sebagai
sumber akhlak, karena nabi merupakan contoh-contoh konkret pelaksanaan
wahyu Allah yang tertuang dalam al-Quran. Segala ucapan, tingkah laku,
sopan santun Nabi merupakan model bagi umat manusia dalam menempuh
perjalanan di muka bumi ini.

3. SOAL 3

a.

Artinya :

“Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir. (Q.S. Al-Jaatsiyah 45;13)

b. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya


diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Penundukan tersebut secara
potensial terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan
kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Al-Quran menjelaskan
sebagai cirri-ciri tersebut, antara lain :

- Segala sesuatu di alam raya ini memiliki cirri dan hukum-hukumnya.


Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga rumput
yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya telah ditetapkan oleh
Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya.

- Semua yang ada di alam raya ini tunduk kepada-Nya. Hanyalah kepada
Allah-lah tunduk segala yang di langit dan di bumi secara sukarela atau
terpaksa.

- Benda-benda alam-apalagi yang tidak bernyawa-tidak diberi kemampuan


memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-
Nya.
Manusia memiliki potensi mengetahui rahasia alam raya. Adanya potensi itu,
dan tersesianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya
mebangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan
ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam.karena
semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang
telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfaatkan ala itu merupakan buah
teknologi. Al-Quran menguji sekelompok manusia yang dinamainya ulil
albab.

Daftar Pustaka atau sumber jawaban tugas ini :

Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan Suharmawan. 2022. MKDU4221 Pendidikan Agama
Islam. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai