Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Nama : Pingky Natasya Arinta


Nim : 23030200041
Dosen : Drs.H.Azmi Yahya, M.M.
Hari/tanggal : Kamis, 23 november 2023
Matkul : Al-Islam I Aqidah Akhlak
Kelas : XB

LEMBAR JAWABAN

1. A) Jelaskan pengertian Akhlak!


secara etimologis (lugbatan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari
khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata
khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluq (yang
diciptakan) dan khalq (penciptaan).
Kata diatas mengisyaratkan bahwa pengertian akhlaq terciptanya keterpaduan antara
kehendak Khaliq (Tuhan) atau dengan perilaku mahkluq (Manusia). Dan secara
Etimologis, akhlaq bukan hanya taat kepada aturan dan norma perilaku yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi mengatur hubungan antar
manusia dengan tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.

B) Uraikanlah ruang lingkup akhlaq tersebut!


- Akhlaq Pribadi (akhlaq al-fardiyah). Terdiri dari : (a) yang diperintahkan (al-
awamir), (b) yang dilarang (an-nawahi), yang dibolehkan (al-mubahat) dan (d) akhlaq
dalam keadaan darurat (al-mukhalafh bi al-idhtirar).
- Akhlaq Berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah). Terdiri dari : (a) kewajiban timbal
balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushul wa al-furu), (b) kewajiban suami istri
(wajibat baina al-azwa), (c) kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib).
- Akhlaq Bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah). Terdiri dari : (a) yang
dilarang (al-mahzhurat), (b) yang diperintahkan (al-awamir), (c) kaedah-kaedah adab
(qawa id al-adab).
- Akhlaq Bernegara (akhlaq ad-daulah). Terdiri dari : (a) hubungan antara
pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina ar-rais wa as-sya’b) dan (b) hubungan luar negeri
(al-alaqat al-khairijiyyah).
- Akhlaq Beragama (al-akhlaq ad-diniyyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah
SWT. (wajibat nahwa Allah).

2. a) Muraqabah: Ini adalah konsep kesadaran atau pengawasan yang berarti menjadi sadar
bahwa Allah selalu mengawasi kita. Muraqabah melibatkan kesadaran akan keberadaan
dan pengawasan Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Ini bukan hanya tentang
kesadaran bahwa Allah melihat kita, tetapi juga menyadari bahwa Dia mengetahui
pikiran, niat, dan perasaan kita. Muraqabah mendorong seseorang untuk berperilaku
dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab moral dan spiritualnya.
b) Tawakal: Ini merupakan konsep kepercayaan penuh dan bergantung sepenuhnya
kepada Allah SWT. Tawakal adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia
ini adalah kehendak Allah dan bahwa kita harus bertawakal, yaitu menyerahkan diri
sepenuhnya kepada-Nya. Ini bukan berarti kita tidak berusaha atau berusaha keras, tetapi
lebih pada keyakinan bahwa hasil akhir dari upaya kita ada di tangan Allah. Tawakal
membantu seseorang untuk merelakan hasilnya kepada Allah dan tetap tenang dalam
menghadapi segala situasi.

3. Birrul Walidain adalah konsep dalam Islam yang menggarisbawahi pentingnya berbakti,
berbuat baik, dan menghormati kedua orang tua. Ini merupakan salah satu dari prinsip-
prinsip penting dalam akhlak terhadap keluarga. Birrul Walidain mencakup sikap hormat,
perhatian, kasih sayang, dan pengabdian kepada orang tua.

Ayat yang terkait dengan konsep Birrul Walidain dapat ditemukan dalam Al-Quran,
dalam Surah Al-Isra (17):
‫َو َقَض ٰى َر ُّبَك َأاَّل َتْعُبُدوا ِإاَّل ِإَّياُه َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًناۚ ِإَّم ا َيْبُلَغَّن ِع نَدَك اْلِكَبَر َأَح ُدُهَم ا َأْو ِكاَل ُهَم ا َفاَل َتُقل َّلُهَم ا ُأٍّف َو َل‬ ‫َتْنَهْر ُهَم ا‬
‫َو ُقل َّلُهَم ا َقْو اًل َك ِريًم ا‬
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik."
Ayat ini menegaskan bahwa bersama dengan ketaatan kepada Allah, penting juga
untuk berbuat baik kepada orang tua, bahkan jika mereka berusia lanjut. Perintah untuk
berbicara kepada mereka dengan penuh hormat dan tidak menunjukkan sikap kesal atau
marah sangat ditekankan dalam ajaran Islam.

4. Taubat berakar dari kata taba yang berarti Kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah
SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; Kembali dari sifat-sifat
yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, Kembali dari larangan Allah menuju
perintah-Nya, Kembali dari maksiat menuju taat, Kembali dari segala yang dibenci Allah
menuju yang diridhai-Nya, Kembali dari saling bertentangan menuju saling
menyenangankan, Kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan Kembali taat
setelah menentang-Nya. Lima dimensi dalam konsep Taubat:
- Penyesalan (Nadam): Dimensi pertama adalah merasa menyesal atas perbuatan
dosa yang telah dilakukan. Penyesalan yang tulus adalah langkah awal dalam
Taubat, menunjukkan kesadaran akan kesalahan yang dilakukan dan keinginan
untuk berubah.
- Berhenti dari Perbuatan Dosa (Istiqamah): Taubat juga melibatkan berhenti
sepenuhnya dari melakukan perbuatan dosa yang sama. Ini mengimplikasikan
tekad yang kuat untuk meninggalkan perilaku yang bertentangan dengan ajaran
agama.
- Bertobat Kepada Allah (Taubat Nasuha): Dimensi ini menekankan pentingnya
mengarahkan Taubat kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Taubat Nasuha
berarti bertaubat dengan tulus, sungguh-sungguh, dan dengan niat yang tulus
kepada Allah SWT.
- Menyesali Dosa di Hati (Al-'Azimah): Taubat juga harus diiringi dengan
keputusan yang kuat di dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan dosa
tersebut. Ini merupakan dimensi tekad yang kuat untuk tidak kembali melakukan
dosa yang sama.
- Mengganti Perbuatan Dosa dengan Perbuatan Baik (Hasanah): Selain
berhenti dari perbuatan dosa, Taubat juga melibatkan usaha untuk mengganti
perbuatan dosa dengan perbuatan baik. Ini termasuk melakukan amal kebajikan
sebagai kompensasi dari dosa yang telah dilakukan.

Kelima dimensi Taubat ini membentuk proses yang komprehensif dalam memperbaiki
diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Taubat tidak hanya sebatas penyesalan,
tetapi juga melibatkan komitmen untuk berubah dan bertobat kepada Allah dengan
sungguh-sungguh.
5. Shidiq, atau kejujuran, merupakan salah satu dari Akhlak pribadi yang sangat ditekankan
dalam Islam. Shidiq menunjukkan sikap kejujuran yang luas, bukan hanya dalam
berbicara tetapi juga dalam tindakan dan kesaksian. Ada beberapa bentuk Shidiq yang
diakui dalam Islam, di antaranya adalah:
- Shidiq Al-Hadits (Kejujuran dalam Berbicara): Ini adalah bentuk kejujuran
dalam perkataan. Shidiq Al-Hadits mengharuskan seseorang untuk selalu berkata
jujur tanpa menyimpang dari kenyataan. Ini termasuk tidak berbohong, tidak
memutarbalikkan fakta, dan tidak menyembunyikan kebenaran.
- Shidiq Al-'Ahd (Kejujuran dalam Perjanjian): Bentuk ini menekankan
pentingnya menjaga kesepakatan atau perjanjian dengan orang lain. Seorang
muslim harus memenuhi janji dan kontraknya dengan jujur, tanpa mengingkari
apa yang telah dijanjikan.
- Shidiq Al-Wa'd (Kejujuran dalam Janji): Shidiq Al-Wa'd mengacu pada
kejujuran dalam janji-janji yang dibuat. Ini menuntut seseorang untuk memenuhi
janji-janjinya dengan sungguh-sungguh, tanpa mengabaikannya atau mengingkari
apa yang telah dijanjikan.
- Shidiq Al-I'tiqad (Kejujuran dalam Keyakinan): Ini mencakup kejujuran
dalam keyakinan seseorang. Seorang muslim diharapkan untuk jujur dan
konsisten dalam keyakinannya terhadap ajaran agama, tanpa menyimpang atau
menyalahgunakan keyakinan tersebut.
- Shidiq Al-Fikri (Kejujuran dalam Pikiran): Shidiq Al-Fikri menekankan
pentingnya kejujuran dalam pikiran. Ini berarti seseorang harus jujur dalam
mempertimbangkan, menilai, dan merespons situasi atau informasi yang dihadapi,
tanpa terpengaruh oleh prasangka atau nafsu.

Anda mungkin juga menyukai