Anda di halaman 1dari 3

MEWUJUDKAN GENERASI KHOIRO UMMAH BERHALUAN

AHLUSSUNAH WAL JAMAA’AH


Oleh : H. Ahmad Syafi’i, M.H

Identitas seseorang tercermin pada sikap dan tingkah lakunya dalam segala bidang
kehidupan. Sumbernya dapat berasal dari berbagai kebudayaan yang berakulturasi dan dapat
juga berasal dari satu ajaran yang telah terumus dengan sempurna. Proses pembentukannya
dapat terjadi secara alamiah dan berlangsung dalam waktu yang lama atau melalui upaya
penanaman yang dilakukan secara intensif dan dapat berbentuk dalam waktu yang relatif
singkat.
Faham keagamaan “Berhaluan Ahlussunah Wal jamaah” merupakan khasanah yang
sangat berharga, dan mengandung nilai–nilai luhur yang dapat dijadikan landasan dalam
pembentukan identitas suatu masyarakat. Nilai–nilai yang dapat digali dari pengalaman dan
faham keagamaan umat islam yang ”Berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah” ternyata cukup
banyak, karena sumber utamanya adalah Al–Qur’an dan Hadis Rosulullah SAW. di samping
tuntunan dan petunjuk dari “Assalafus Shohih”
Oleh karena itu perlu dipilih beberapa prinsip yang dapat dijadikan dasar bagi proses
awal pembentukan identitas dan sebagai landasan untuk pembinaan lebih lanjut, prinsip–
prinsip dasar tersebut kemudian dikenal dengan sebutan “MABADI KHOIRO UMMAH” yang
selanjutnya ini dijadikan pilar pengembangan implementasi Visi SMP NURUL ULUM
SEMARANG “Generasi Khoiro Ummah Berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah”

Sedangkan isi dan landasan kandungan “MABADI KHOIRO UMMAH” meliputi ;


1. As–Shidqu
As–Shidqu mengandung arti kejujuran/kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan.
Kejujuran/kebenaran adalah suatu kata dengan perbuatan apa yang dilahirkan sama
dengan apa yang ada di dalam batinnya, kejujuran meliputi ucapan, perbuatan, dan sikap
yang ada di dalamnya.

Surat At Taubah ayat 199 ;

َ ‫يَاأَيُّهَاالَّ ِذ‬
َ ِ‫ين آ َمنُوااتَّقُواهَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدق‬
‫ين‬
“Hai orang–orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang–orang yang benar”

Kesungguhan adalah berusaha dengan sungguh–sungguh melaksanakan berbagai tugas,


baik yang berhubungan dengan Allah SWT maupun tugas kemasyarakatan.

Surat Al Baqarah 177 menyebutkan ;

‫ون‬ َ ِ‫واوأُو ٰلَئ‬


َ ُ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّق‬ َ ُ‫ص َدق‬ َ ِ‫أُو ٰلَئ‬
َ ‫ك الَّ ِذ‬
َ ‫ين‬
“Mereka itulah orang yang bersungguh – sungguh dan mereka itulah orang yang
bertaqwa.”

Sedangkan keterbukaan merupakan sikap lahir dari kejujuran untuk menghilangkan


kecurigaan antara satu dengan yang lain, kecuali dalam beberapa hal yang sifatnya harus
dirahasiakan.
2. Al Amanah wal Wafa bil Ahdi
Al Amanah wal Wafa bil Ahdi berasal dari dua istilah, Al Amanah memiliki pengertian
yang lebih umum meliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian
maupun tidak, sedangkan Al wafa bil Ahdi hanya berkaitan dengan sesuatu yang terdapat
perjanjian. Namun kedua istilah itu digabung menjadi satu kesatuan. Yang pengertiannya
meliputi dapat dipercaya, setia, dan tepat janji. Dapat dipercaya adalah sifat yang
diletakkan pada seseorang yang dapat melaksanakan tugas yang dipikulnya, baik yang
bersifat diniyah maupun ijtima’iyah. Setia mengandung pengertian kepatuhan dan
ketaatan terhadap Allah dan pimpinan/penguasa sepanjang tidak memerintah untuk
berbuat maksiat. Sedangkan tepat janji mengandung arti melaksanakan semua perjanjian
baik perjanjian yang dibuatnya sendiri maupun perjanjian yang melekat karena
kedudukannya sebagai orang mukallaf dan meliputi janji pemimpin terhadap yang
dipimpinnya, janji sesama anggota masyarakat, antara sesama anggota keluarga dan setiap
individu.

Firman Allah SWT Surat An Nisa’ ayat 58;

iِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوااأْل َ َمانَا‬


َ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِه‬
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya”

Begitu juga firman Allah Surat Al Maidah Ayat 1 ;

‫ذين آ َمنُواأَ ْوفُوا ِب ْال ُعقُو ِد‬


َ َّ‫يا أَيُّهَاال‬
“Hai orang–orang yang beriman, penuhilah perjanjian–perjanjian itu.”

3. Al Adalah
Al Adalah mengandung pengertian bersikap adil dan memberikan hak dan kewajiban
secara proporsional. Bersikap adil dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, berpihak
kepada kebenaran, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar. Bersikap adil
dituntut dari semua pihak lebih–lebih dari penguasa, hakim, pemimpin, kepala keluarga,
orang alim dalam berfatwa, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban,
hak adalah sesuatu yang mesti diperolehnya, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
harus dikerjakannya. Pemberian hak dan pelaksanaan kewajiban bagi setiap orang
disesuaikan dengan proporsi masing–masing.

Firman Allah Surat An Nahl Ayat 90 ;

ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬


‫ان‬
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk berbuat adil dan kebaikan.”

4. At Ta’awun
At Ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat, manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain, pengertian ta’awun meliputi meliputi,
tolong–menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam kebaikan dan ketaqwaan.
Ta’awun juga mengandung pengertian timbal balik dari masing–masing pihak untuk
memberi dan menerima. Oleh karena itu sifat ta’awun mendorong setiap orang untuk
berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan
kepada orang lain.
Firman Allah dalam Surat Al Maidah Ayat 2 ;

ِ ‫اونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬


‫ان‬ َ ‫اونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬
َ ‫َوتَ َع‬
“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong–
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

5. Al Istiqomah
Al Istiqomah mengandung pengertian keajegan, kesinambungan, dan berkelanjutan.
Keajegan adalah tetap dan tidak bergeser dari jalur sesuai dengan yang ditentukan oleh
Allah SWT dan Rasul–Nya serta tuntunan yang diberikan oleh Salafus Shalih.
Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan
antara periode satu dengan periode yang lain, sehingga semuanya merupakan satu mata
rantai yang tak terpisahkan dan saling menopang. Sedangkan berkelanjutan adalah proses
pelaksanaan secara terus menerus dan tidak mengalami kemandegan.

Firman Allah Surat Fusshilat Ayat 30 ;

‫ين قَالُوا َربُّنَا هَّللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َمالئِ َكةُ أَال تَ َخافُوا َوال‬
َ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬
‫تَحْ َزنُوا َوأَب ِْشرُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنتُ ْم تُو َع ُدون‬
“Sesungguhnya orang–orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Allah” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan) Jangan kamu merasa takut dan jangan merasa sedih. Dan
bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”

Anda mungkin juga menyukai