Identitas seseorang tercermin pada sikap dan tingkah lakunya dalam segala bidang
kehidupan. Sumbernya dapat berasal dari berbagai kebudayaan yang berakulturasi dan dapat
juga berasal dari satu ajaran yang telah terumus dengan sempurna. Proses pembentukannya
dapat terjadi secara alamiah dan berlangsung dalam waktu yang lama atau melalui upaya
penanaman yang dilakukan secara intensif dan dapat berbentuk dalam waktu yang relatif
singkat.
Faham keagamaan “Berhaluan Ahlussunah Wal jamaah” merupakan khasanah yang
sangat berharga, dan mengandung nilai–nilai luhur yang dapat dijadikan landasan dalam
pembentukan identitas suatu masyarakat. Nilai–nilai yang dapat digali dari pengalaman dan
faham keagamaan umat islam yang ”Berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah” ternyata cukup
banyak, karena sumber utamanya adalah Al–Qur’an dan Hadis Rosulullah SAW. di samping
tuntunan dan petunjuk dari “Assalafus Shohih”
Oleh karena itu perlu dipilih beberapa prinsip yang dapat dijadikan dasar bagi proses
awal pembentukan identitas dan sebagai landasan untuk pembinaan lebih lanjut, prinsip–
prinsip dasar tersebut kemudian dikenal dengan sebutan “MABADI KHOIRO UMMAH” yang
selanjutnya ini dijadikan pilar pengembangan implementasi Visi SMP NURUL ULUM
SEMARANG “Generasi Khoiro Ummah Berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah”
َ يَاأَيُّهَاالَّ ِذ
َ ِين آ َمنُوااتَّقُواهَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدق
ين
“Hai orang–orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang–orang yang benar”
3. Al Adalah
Al Adalah mengandung pengertian bersikap adil dan memberikan hak dan kewajiban
secara proporsional. Bersikap adil dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, berpihak
kepada kebenaran, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar. Bersikap adil
dituntut dari semua pihak lebih–lebih dari penguasa, hakim, pemimpin, kepala keluarga,
orang alim dalam berfatwa, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban,
hak adalah sesuatu yang mesti diperolehnya, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
harus dikerjakannya. Pemberian hak dan pelaksanaan kewajiban bagi setiap orang
disesuaikan dengan proporsi masing–masing.
4. At Ta’awun
At Ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat, manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain, pengertian ta’awun meliputi meliputi,
tolong–menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam kebaikan dan ketaqwaan.
Ta’awun juga mengandung pengertian timbal balik dari masing–masing pihak untuk
memberi dan menerima. Oleh karena itu sifat ta’awun mendorong setiap orang untuk
berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan
kepada orang lain.
Firman Allah dalam Surat Al Maidah Ayat 2 ;
5. Al Istiqomah
Al Istiqomah mengandung pengertian keajegan, kesinambungan, dan berkelanjutan.
Keajegan adalah tetap dan tidak bergeser dari jalur sesuai dengan yang ditentukan oleh
Allah SWT dan Rasul–Nya serta tuntunan yang diberikan oleh Salafus Shalih.
Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan
antara periode satu dengan periode yang lain, sehingga semuanya merupakan satu mata
rantai yang tak terpisahkan dan saling menopang. Sedangkan berkelanjutan adalah proses
pelaksanaan secara terus menerus dan tidak mengalami kemandegan.
ين قَالُوا َربُّنَا هَّللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َمالئِ َكةُ أَال تَ َخافُوا َوال
َ إِ َّن الَّ ِذ
تَحْ َزنُوا َوأَب ِْشرُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنتُ ْم تُو َع ُدون
“Sesungguhnya orang–orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Allah” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan) Jangan kamu merasa takut dan jangan merasa sedih. Dan
bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”