Anda di halaman 1dari 19

10 Syarah Dasar Arkanul Bai’ah

(Prinsip Dasar Dakwah)


Afid Brilliana
Follow
Oct 11, 2018 · 2 min read

1. Al-Fahmu (Paham), adalah yakin bahwa fikrah


(pandangan ) kita adalah fikrah Islami dan sahih.Anda
harus memahami Islam sebagaimana diuraikan dalam
ushul ‘isyrin.
2. Al-Ikhlash, setiap muslim, harus mengharapkan
keridhaan Allah dan pahala dari semua ucapan, amal,
dan jihad yang dilakukannya tanpa didorong oleh
kepentingan pribadi, penampilan, kemewahan, pangkat,
gelar, kedudukan dan yang lainnya.
3. Al-‘Amal, adalah buah dari ilmu dan ikhlas. ( At-taubah
105 )
4. Al-Jihad, adalah kewajiban yang harus dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan sampai hari kiamat,
seperti yang telah dinyatakan dalam hadist Rasulullah
Saw: “ Barangsiapa yang mati (sedang) ia tidak pernah
berperang dijalan Allah dan tidak pernah berniat untuk
berperang (di jalan Allah), ia mati dalam keadaan
jahiliah.”
5. At-Tadhhiah, adalah mengorbankan jiwa, harta, waktu,
kehidupan dan semua potensi untuk mencapai tujuan.
Di dunia ini tidak ada jihad tanpa pengorbanan. Setiap
pengorbanan dalam memperjuangkan fikrah kita tidak
akan sia-sia, bahkan mendapat pahala yang besar dan
baik di sisi Allah SWT. Barang siapa yang tidak mau
berkorban bersama-sama kaum muslimin dalam
melaksanakan jihad fi sabilillah akan berdosa dan akan
menanggung segala akibatnya.
6. Ath-Tha’ah (Taat), adalah menerima perintah dan
melaksanakannya dengan cepat, baik di waktu senang
atau sulit, terhadap hal-hal yang disukai atau dibenci.
7. Ats-Tsabat (Keteguhan), al akh senantiasa bekerja dan
berjihad untuk mencapai tujuan, meskipun tujuan
tersebut masih jauh bahkan memakan waktu bertahun-
tahun sampai ia bertemu Allah Swt dan benar-benar
berhasil memperoleh salah satu dari dua
kebaikan: tercapainya tujuan atau mati syahid.
8. At-Tajarrud (Totalitas), adalah membersihkan fikrah
dari segala pengaruh ajaran dan tokoh lain.
9. Al-Ukhuwwah, Adalah mengikat hati dan ruh dengan
ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang
paling kokoh dan paling mulia. Ukhuwah adalah
saudara iman, sedang perpecahan adalah saudara
kekufuran. Kekuatan utama adalah kesatupaduan dan
kesatupaduan tanpa adanya cinta. Derajat cinta yang
paling rendah adalah hati yang selamat dari segala
buruk sangka kepada saudara muslim lainnya. Derajat
cinta yang paling tinggi adalah itsar.
10. Ats-Tsiqah, adalah tentramnya jundi (prajurit)
kepada mas-ulnya dalam hal kemampuan dan
keikhlasannya
Di awal Sekali Imam Syahid Hasan Al Banna mengungkapkan dengan perkataan
berikut ini :
“Rukun Bai’at Kita ada sepuluh, maka jagalah!”
Dari kalimat pembuka diatas kita dapat melihat bahwa Arkanul Bai’ah terdiri kata-
kata arkan, Bai’at dan infazhuha.
Kata Arkan adalah kata jamak dari rukn, yang berarti pilar utama atau salah satu
pilar yang menjadi fondasi bangunan sesuatu, atau pilar yang apabila ditinggalkan
maka batal suatu pekerjaan dan tidak memiliki kekuatan lagi. Atau pilar yang
terkuat. Atau masalah yang besar. Atau sesuatu yang mempunyai kekuatan, baik
berupa raja, tentara dan lainnya, atau berupa kedudukan dan kemampuan
pertahanan[1].
Sementara itu kata bai’at berarti perjanjian untuk mencurahkan ketaatan dengan
harga yang setimpal. Pada asalnya, kata bai’at bermakna mencurahkan ketaatan
kepada penguasa dalam melakukan perintahnya.
Seseorang yang melakukan bai’at berarti dia telah berjanji untuk mencurahkan
ketaatannya, sekalipun ketaatan tersebut menuntut harta atau kepayahan atau jiwa
selama hal itu dalam mencari keridhaan Allah swt.[2]
Dalam Al-Qur’an banyak kita temukan kata bai’at; baik yang disebutkan dalam
bentuk kata kerja mudhari, seperti firman Allah dalam surat al-fath:
ُ‫ث َعلَى نَ ْف ِس ِه َو َم ْن أَوْ فَى بِ َما عَاهَ َد َعلَ ْيه‬ َ ‫ق أَ ْي ِدي ِه ْم فَ َم ْن نَ َك‬
ُ ‫ث فَإِنَّ َما يَ ْن ُك‬ Qَ ْ‫َك إِنَّ َما يُبَايِعُونَ هَّللا َ يَ ُد هَّللا ِ فَو‬
Qَ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يُبَايِعُون‬
‫هَّللا َ فَ َسي ُْؤتِي ِه أَجْ رًا َع ِظي ًما‬
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka, Maka
Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan
menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka
Allah akan memberinya pahala yang besar”. (Al-Fath:10)
atau dalam bentuk masdar (kata jadian), dan ada juga kita temukan kata bai’at
disamakan dengan isytara (membeli) yang berarti bahwa bai’at pada hakikatnya
merupakan transaksi jual-beli antara seorang hamba dengan Allah SWT dihadapan
seorang pemimpin. sebagaimana firman:
ِ ِ‫م بِأ َ َّن لَهُ ُم ْال َجنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي َسب‬Qُْ‫ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ أَ ْنفُ َسهُ ْم َوأَ ْم َوالَه‬Q‫إِ َّن هَّللا َ ا ْشت ََرى‬
‫يل هَّللا ِ فَيَ ْقتُلُونَ َويُ ْقتَلُونَ َو ْعدًا َعلَ ْي ِه‬
‫ بِ َع ْه ِد ِه ِمنَ هَّللا ِ فَا ْستَب ِْشرُوا بِبَي ِْع ُك ُم الَّ ِذي بَايَ ْعتُ ْم بِ ِه َو َذلِكَ هُ َو ْالفَوْ ُز‬Q‫َحقًّا فِي التَّوْ َرا ِة َواإْل ِ ْن ِجي ِل َو ْالقُرْ آَ ِن َو َم ْن أَوْ فَى‬
‫ْال َع ِظي ُم‬
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar
dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati
janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah
kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar”. (AT-Taubah:111)
Adapun kata Infazhuha berasal dari kata fazhahuha (jagalah dia/hafalkanlah dia)
memiliki dua makna yaitu :
1. Sadar dan paham setelah mencermati, dalam arti merasa mantap pada hasil
pemahaman
2. Melaksanakan konsekuensi Bai’at, yakni memelihara, menjaga dan
melaksanakan. [3]
Risalah Arkanul Bai’ah Bagian dari Risalatut Ta’alim Wal Usar
Arkanul Bai’ah merupakan bagian dari risalah Imam Syahid Hasan Al Banna yang
bertajuk Risalah Ta’alim Wal Usar. Sehingga akan kurang sempurna kalau kita
melihat semua isi risalah untuk mendapatkan hikmah yang lengkap di dalamnya.
Risalah ini dimunculkan oleh Imam Hasan Al Banna ditengah-tengah perpecahan
yang terjadi dalam gerakan-gerakan Ishlah (reformasi) kembali untuk menyatukan
semua kaum Muslimin. Setelah Kekhalifahan Turki Ustmani Runtuh pada tahun
1924 M muncullah banyak gerakan penyadaran untuk kembali memperbaiki
keadaan Umat Islam.
Gerakan-gerakan ini mempunyai beberapa ciri :
1. Cendrung mengambil gerakan yang parsial, yaitu terlalu memprioritaskan pada
satu aspek perbaikan saja. Ada yang hanya mementingkan aspek aqidah saja, ada
yang hanya memfokuskan pada aspek ekonomi dan sosial saja, ada yang
memfokuskan pada pembentukan tokoh saja karena mereka menganggap umat saat
sekarang ini kehilangan tokoh. Bahkan ada yang hanya memfokuskan pada aspek
politik saja.
2. Antara berbagai kelompok ini sering tidak akur dan saling menjatuhkan antara
satu dengan lainnya. Sehingga perubahan itu tidak kunjung menemukan titik temu
yang satu dan banyak yang tambal sulam.
Didasari oleh realitas inilah maka Imam Syahid Hasan Al-Banna
memformulasikan kerangka berpikir untuk menyatukan semua gerakan penyadaran
umat ini untuk kerja bahu-membahu.
Risalah ini ditulis Imam Syahid pada tahun 1943 M. risalah ini termasuk risalah
yang terpenting yang ditulis oleh beliau. Bahkan Ustadz Abdul Halim Mahmud
menganggapnya sebagai puncak dan intisari dari semua risalah yang beliau tulis.
Risalah ini berisi strategi jamaah Ikhwan dalam tarbiyah dan pembentukan kader.
Juga berisi tentang tujuan-tujuan dakwah dan perangkat untuk mencapai tujuan
tersebut. Imam Syahid menulis risalah ini untuk para ikhwan yang tulus, para
mujahdi atau yang disebut dengan kader inti Ikhwan. Dimana gaya bahasa yang
dipakai adalah gaya bahasa Instruksi untuk beramal, bukan sekadar pembicaraan.
[4]
Teori reformasi yang diusulkan Imam Syahid Hasan Al Banna adalah teori yang
jelas dan komprehensif.
“Sesungguhnya terapi bagi keterpurukan, perpecahan kata, kehancuran dan
kemunduran peradaban umat Islam tidak bisa dilakukan dengan terapi
tunggal, ia harus dengan terapi komprehensif. Begitu juga manhaj reformasi
untuk membebaskan umat Islam dari keterpurukannya haruslah
komprehensif tanpa memprioritaskan manhaj salah satu reformis, tetapi
harus mencakup seluruh unsur reformasi. Dengan itulah semua kondisi umat
Islam akan membaik,” begitulah yang ditulis Imam Syahid Hasan Al Banna
menjelaskan gagasan Reformasinya. [5]
Unsur-unsur reformasi yang ini adalah :
1. Al Fahm: memahami agama Islam dengan benar dan komprehensif.
2. Al Ikhlas: Ikhlas karena Allah dalam beramal untuk Agama
3. Al ‘Amal: beramal demi agama ini dengan memperbaiki diri sendiri, rumah
tangga Muslim, masyarakat, pemerintahan dan seterusnya.
4. Al Jihad: jihad fi sabilillah dengan berbagai tingkat dan variasinya.
5. At Tadhliyyah: berkorban pada waktu, kesungguhan, harta, dan jiwa demi agama
6. At Tha’ah: Menaati Allah dan Rasul-Nya dan waliyul amr, baik dalam kondisi
susah atau mudah, senang maupun benci.
7. Ats Tsabat: memegang teguh agama, baik dari sisi aqidah, syari’ah, maupun
perbuatan, sekalipun harus memakan waktu yang panjang untuk sampai pada
tujuan.
8. At Tajarrud: membersihkan diri dari pemikiran yang bertentangan dengan
pemikiran Islam dan dari setiap orang atau teman yang memisahkan antara seorang
Muslim dengan loyalitas kepada agamanya.
9. Al Ukhuwwah: persaudaraan dalam agama, karena persaudaraan merupakan
saudara persatuan dan terapi bagi keterpurukan dan kehancuran, sedangkan
perpecahan merupakan saudara kekufuran.
10. At Tsiqah: Kemantapan hati dalam mengontrol perbuatan demi Islam sesuai
dengan kaidah Islam yang mengatakan,” tidak ada ketaatan dalam bermaksiat
kepada Khalik.”[6]
Dalam risalatut ta’alim wal usar ini beliau juga menjelaskan tahapan-tahapan
dakwah Ikhwan yaitu :
1. Ta’rif (pengenalan, atau tahap afiliasi)
2. Takwin (pembentukan atau tahap partisipasi)
3. Tahfidz (mobilisasi atau tahap kontribusi)
Bagian akhirnya berisi 38 kewajiban yang harus ditunaikan untuk
menyempurnakan pelaksanaan Arkanul Bai’ah.
Definisi Jihad Siyasi
Jihad siyasi terdiri dari dua kata yaitu jihad dan siyasi.
Jihad; Secara bahasa Arab kata jihad dan mujahadah berarti,”menguras
kemampuan dan melawan musuh” Jahada Al
‘Aduw berarti Qatalahu,”memeranginya.” Jihad adalah seruan kepada agama yang
haq. Jihad dapat dilakukan dengan tangan dan lisan. Rasulullah bersabda,”
berjihadlah kepada orang-orang kafir dengan tanganmu dan lisanmu.”
Fairuz Abadi mengatakan dalam kitabnya, Basha-ir Dzawit Tamyiz, “ jihad dan
mujahadah adalah menguras kemampuan dalam memerangi musuh. At Tirmizi
meriwayatkan dengan sanadnya dari Fudhalah bin ‘Ubaid, ia berkata bahwa
Rasulullah Saw bersabda,” Mujahid adalah orang yang berjihad melawan jiwanya
(hawa nafsunya) dalam rangka menaati Allah”
Lafadz jihad dalam Al Qur’an dipakai dengan mengindikasikan beberapa makna
antara lain :
1. Berjihad melawan orang-orang kafir dengan menggunakan argumen dan Hujjah
(At-Taubah:73 dan At Tahrim: 9 dan Al Furqan:52)
2. Berjihad melawan pendukung kesesatan dengan pedang dan peperangan (An-
Nisa’:95, Al-Baqarah: 218)
3. Berjihad melawan hawa nafsu (Al Ankabut:6)
4. Berjihad melawan setan dengan cara tidak mentaatinya karena mengharapkan
hidayah Allah (Al Ankabut:69)
Tapi dalam banyak ayat yang ada dalam Al-qur’an lebih menekankan pengertian
jihad adalah dengan padanan kata Qital (perang).[7]
Siyasi; Siyasi dalam bahasa arab berasal dari kata sa-sa yang mempunyai dua pola.
Yaitu sasa-yasusu-sausan dan pola yang kedua adalah sasa-yasusu-siyasatan.
Dalam bahasa Arab akar kata ini bermakna ganda yaitu kerusakan sesuatu dan
tabiat atau sifat dasar. Dari makna yang pertama diperoleh makna leksikal menjadi
rusak atau banyak kutu, sedangkan dari makna kedua diperoleh makna memegang
kepemimpinan masyarakat, menuntun atau melatih hewan, mengatur atau
memelihara urusan.
Dalam Hadist Rasulullah Saw kata “siyasah” digunakan stidak-tidaknya dua
kali. Pertama; ketika beliau menyebut kepemimpinan atas Bani Israil oleh para
nabi. Kedua; ketika beliau menuntun kudanya dari halaman Masjid Nabawi di
Madinah. [8]
Dalam pengertian yang universal siyasah berasal dari kata as-saus yang berarti ar-
riasah (Kepengurusan). Jika dikatakan saasa al-amra, berarti qaama
bihi (menangani urusan).[9]
Menurut para ahli siyasah bisa berarti:
1. Seni memerintah Negara
2. Kekuatan (power) merealisasikan tujuan yang ingin dicapai
3. Seni tawar menawar (bargaining)
4. Imam Ibnu Qoyyim mengartikan: upaya perbaikan kehidupan manusia dan
penghindaran kerusakan.
5. Ibnu Khaldun mengartikan: eksistensi organasasi kemasyarakatan untuk
mewujudkan kehendak Allah yang memakmurkan bumi dengan menjadikan
manusia sebagai khalifah.
6. Dalam bahasa Yunani; Politicos artinya sama dengan Al-Madinah, hal ini akan
memberikan pemikiran baru kepada kita mengapa Yastrib dinamakan Madinatur
Rasul yang merupakan pusat pemerintahan Rasulullah Saw.
7. Dalam beberapa hadits juga dapat berarti menangani sesuatu yang
mengharuskan adanya pengkhidmatan, keahlian, kecakapan, seni dan kekuatan.
[10]
Menurut pendapat Imam Syahid Hasan Al Banna seputar masalah siyasi adalah
sebagai berikut :
“Sesungguhnya Muslim tidak akan sempurna keislamannya kecuali jika ia
politisi; pandangannya jauh ke depan terhadap permasalahan umatnya,
memperhatikan dan menginginkan kebaikannya. Meskipun demikian, dapat
juga saya katakan bahwa pernyataan ini tidak dinyatakan oleh Islam. Setiap
organisasi Islam hendaknya menyatakan dalam program-programnya bahwa
ia memberikan perhatian kepada persoalan politik umatnya. Jika tidak
demikian, maka ia sendiri yang butuh untuk memahami makna Islam”[11]
Syumuliatul Islam menuntut Amal Siyasi
Untuk menegaskan hakikat ini, bahwa Islam menghendaki (syariat) Islam
dijadikan sebagai system hidup yang utuh dan integral, dengan membawahi aspek
politik, beliau berkata:
“Produk pemahaman secara umum dan utuh tentang ini menurut Al-Ikhwan Al-
Muslimun adalah bahwa gagasan pemikiran mereka mencakup seluruh aspek
perbaikan masyarakat. Termasuk dalam bagiannya adalah semua unsur lain yang
merupakan gagasan perbaikan pula. Karena itu, semua reformis yang tulus dan
penuh perhatian akan mendapati apa yang diingikannya di sana. Maka bertemulah
cita-cita pencinta reformasi yang memahami dan mengetahui visinya. Engkau
dapat mengatakan, dan itu tidak mengapa, bahwa Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah
tatanan politik, karena para kadernya menuntut perbaikan hukum di dalam negeri
dan menuntut kaji ulang terhadap hubungan umat Islam dengan bangsa lain di luar
negeri, juga pendidikan masyarakatnya agar mencapai kehormatan, kemuliaan,
perhatian kepada kebangsaannya, hingga batas yang paling jauh”.[12]
Berdasarkan keterangan diatas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
jihad siyasi adalah mengerahkan semua kemampuan baik yang berbentuk
penghidmatan, keahlian, kecakapan, seni dan kekuatan dalam memperbaiki
kehidupan umat dan menghindari kerusakan yang akan terjadi secara sistematis
dan komprehensif.
Peranan Arkanul Baiah Terutama Rukun Al Fahmu, Al Ukhuwah Dan At
Tsiqoh Dalam Jihad Siyasi
Sebenarnya kesepuluh rukun ini sangat penting dalam jihad siyasi. Sehingga kita
tidak dapat hanya memfokuskan pada beberapa rukun saja dan mengesampingkan
yang lain. Karena ini akan merusak Syumuliatul dakwah itu sendiri. Ini penting
kita tekankan sebelum kita memulai pembahasan ini. Karena semua rukun ini akan
saling menguatkan, berkelindan satu sama lain mungkin bahasa tepatnya. Ibarat
tali Kapal Lancang Kuning yang berpilin tiga. Jika putus satu maka akan tercerai-
berailah tali tersebut.
Peranan Rukun Al Fahmu Dalam Bingkai Jihad Siyasi
Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al-Banna
mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai’ah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al
Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al-
Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul skala prioritas, mendahulukan apa
yang harus didahulukan.[13]
Skala prioritas dalam memperjuangkan Islam haruslah diperhatikan. Hal ini jelas,
yang hampir tidak seorangpun diantara para pemikir dikalangan umat Islam yang
memperselisihkannya. Dengan menentukan skala prioritas dalam melakukan
kegiatan dakwah, tarbiyah, gerakan dan penataan ini yang keseluruhannya adalah
merupakan unsur utama bagi setiap usaha pembatuan Islam. Atau penghidupan
kembali manhaj Islam dalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan dan
kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yang kita saksikan saat ini.[14]
Beliau lalu menjelaskan fungsi pemahaman selaras dengan aksioma, pemikiran
harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan dari
perbuatan yang lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju
kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: “ilmu akan membentuk sikap,
sikap akan mendorong perbuatan“. Sebagaimana pernyataan psikolog yang
menyatakan ada alur antara pengetahuan, emosi dan perbuatan.[15]
Prinsip Al-Fahmu dengan 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam adalah
solusi. Karena Islam adalah solusi maka kaidah-kaidah yang ada dalam Al-Fahmu
ini akan menjadi kaidah dasar dalam beramal siyasi. Kita perhatikan saja prinsip
yang pertama yang menerangkan tentang Syumuliatul Islam.
“ Islam adalah system yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek
kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan
kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu
pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan,
jihad dan dakwah, serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah
yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih”[16]
Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktivitas siyasi yang kita
lakukan bukan hanya aktivitas menarik seseorang untuk memilih kita dalam
perhelatan-perhelatan siyasi. Aktivitas siyasi kita lebih besar daripada itu. Tugas
siyasi kita adalah menjadikan setiap muslim menyadari, mengetahui, meyakini dan
mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua
permasalahan kehidupan baik yang yang pribadi dan yang lebih besar dari pada itu
disandarkan pada tata aturan Islam.
Tidak ada lagi pernyataan-pernyataan yang membigungkan umat seperti yang
dikemukan Nurkholish Majid: “Islam Yes, Partai Islam No”. atau pernyataan
Amien Rais:” Saya lebih mementingkan Kecapnya daripada Botolnya”. Memang
secara Substantif Islam itu harus didahulukan, tetapi pemberlakuan tata aturan
Islam secara legal formal juga diperlukan. Masalah prioritas, itu adalah masalah
strategi.
Sehingga kita tidak akan pernah berkata,” berikanlah hak negara kepada raja, dan
berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan
liberalisme dalam pemikiran dan aktivitas siyasi kita. Pemahaman ini sangat
penting dalam melaksankan aktivitas dakwah di ranah siyasi.
Pembahasan mengenai Rukun Al-Fahmu dan 20 Prinsip ini sudah banyak sekali
bertebaran di buku-buku yang ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid
Hasan Al Banna. Pada makalah ini kita hanya akan mengambil contoh yang diatas
saja.
Inti dari landasan Syar’i  jihad siyasi berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita
ketahui diakhir rukun Al-Fahmu ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya
dengan kata-kata: “Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam
kerangka prinsip-prinsip tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari
Syi’arnya :Al Qur’an adalah undang-undang kami dan Rasul adalah Teladan
kami”.[17] Artinya kerangka jihad siyasi kita harus selalu berada dalam pedoman
Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Peranan Rukun Al Ukhuwah dalam Bingkai Jihad Siyasi
Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan Ukhuwah sebagai berikut: ”Yang saya
maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan
aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokohnya dan semulia-mulianya ikatan.
Ukhuwah adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahan adalah
saudaranya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan.
Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah
kelapangan dada dan standar maksimal adalah itsar (mementingkan orang
lain dari diri sendiri).” Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung” (Al-Hasyr:9)
Al-Akh yang tulus melihat saudara-saudaranya lain lebih utama dari dirinya
sendiri, karena jika tidak bersama mereka, ia tidak bisa bersama yang lain.
Sememtara mereka jika tidak bersama dengan dirinya bisa bersama yang lain.
Sesungguhnya Srigala hanya akan memakan Domba yang terpisah sendirian.
Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, yang satu
mengokohkan yang lain.
Allah juga berfirman:
“Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian
mereka menjadi pelindung bagi lainnya” (At-Taubah:71)[18]
Lalu Ustadz Sa’id hawwa Memberikan komentar:
1. Ahmad Syauqi berkata,”kawan kala berpolitik, musuh kala berkuasa.”
Persaudaraan di kalangan anggota berbagai institusi politik tidak akan terjalin
kokoh. Hal ini disebabkan persaingan sesama mereka untuk mendapatkan posisi
maupun keuntungan materi. Memang, unsur materi jika memasuki suatu wilayah
pasti akan merusaknya. Mengomentari hubungan persaudaraan semacam ini,
sebagian mereka mengatakan,”musuh dalam selimut adalah sahabat terbuka.” Hal
yang serupa dengan ini tidak mungkin mendasari tegaknya Islam dan tidak
mungkin mewujudkan cita-citanya. Oleh karenanya, persaudaraan (ukhuwah) yang
hakiki menjadi salah satu rukun Bai’at.
2. Imam Hasan Al-Banna menunjukkan kepada kita beberapa indikator, yang
dengannya kita mengetahui adanya persaudaraan, yakni rasa cinta. Standar
minimal dari rasa cinta ini adalah bersikap lapang dada sesama akhul muslim.
Sedangkan standar maksimal adalah itsar (mementingkan orang lain atas diri
sendiri) kepada sesama manusia atas urusan dunia, seperti pangkat dan kedudukan.
Cinta tidak dapat terwujud dalam suatu barisan kecuali seseorang bersikap zuhud
terhadap harta yang ada di tangan orang lain.
Rasulullah bersabda:
“Zuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, dan zhudlah
engkau terhadap harta yang berada di tangan orang lain, niscaya orang lain akan
mencintaimu”.
3. Tidak ada yang dapat melanggengkan ukhuwah kecuali taat kepada Allah dan
menjauhi larangannya.
4. Tiada sesuatu yang mencegah runtuhnya Ukhuwah selain iman dan amal Shalih.
5. Musuh Allah Iblis sangat membenci terbangunnya Ukhuwah dan kasih sayang
sesama da’i.[19]
Peranan Rukun At Tsiqoh Dalam Bingkai Jihad Siyasi
Iman Syahid Hasan Al Banna berkata mengenai Tsiqoh: ” yang saya maksud
dengan Tsiqoh (kepercayaan) adalah rasa puasnya seorang tentara atas
komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun
keikhlasannya, dengan kepuasan yang mendalam yang menghasilkan
perasaan cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan”.
Allah berfirman:
“Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman sehingga mereka
menjadikan kamuhakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka keberatan terhadap sesuatu keputusan
yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (An-Nisa’:65)
Pemimpin adalah unsur penting dalam dakwah, tidak ada dakwah tanpa
kepemimpinan. Kadar kepercayaan yang timbal balik antara pemimpin dan
pasukan menjadi neraca yang menentukan sejauhmana kekuatan system jamaah,
ketahanan khittahnya, keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan dan
ketegarannya dalam menghadapi berbagai tantangan. Maka lebih utama bagi
mereka; ketaatan dan perkataan yang baik.
Kepemimpinan dalam dakwah Ikhwan menduduki posisi orangtua dalam ikatan
hati; posisi guru dalam fungsi pengajaran; posisi syekh dalam aspek pendidikan
ruhani; posisi pemimpin dalam aspek penentuan kebijakan politik secara umum
bagi dakwah. Dakwah kami menghimpun pengertian ini secara keseluruhan dan
tsiqah kepada pemimpin adalah segala-galanya bagi keberhasilan dakwah. Oleh
karena itu akh yang tulus harus bertanya kepada diri sendiri tentang hal ini untuk
mengetahui sejauh mana kepercayaan dirinya terhadap pemimpin dengan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah sejak dahulu ia mengenal pemimpinnya dan apakah ia pernah
mempelajari riwayat hidupnya ?
2. Apakah ia percaya pada kapasitas dan keikhlasannya ?
3. Apakah ia siap menganggap semua instruksi yang diputuskan oleh pemimpin,
tentu saja tanpa kemaksiatan sebagai instruksi yang harus dilaksanakan tanpa
reserve, tanpa ragu, tanpa ditambah dan tanpa dikurangi dengan keberanian
memberi nasehat dan peringatan untuk tujuan yang benar.
4. Apakah ia siap menganggap dirinya salah dan pemimpinnya benar jika terjadi
pertentangan antara apa yang diperintah oleh pemimpin dan apa yang ia ketahui
dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang tidak ada teksnya dalam syariat ?
5. Apakah ia siap meletakkan semua aktivitas kehidupannya dalam kendali dakwah
? apakah dalam pandangannya pemimpin memiliki hak untuk
mentarjih (menimbang dan memutuskan) antara kemaslahatan dirinya dan
kemaslahatan dakwah secara umum ?
Dengan jawaban yang disampaikan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut atau yang
semacamnya, akh dapat mengetahui sejauhmana kadar ikatan dan kepercayaan
terhadap pemimpin. Adapun hati, ia berada dalam genggaman Allah; dia yang
menggerakkan sekehendaknya.
Allah SWT berfirman:
“Walaupun engkau nafkahkan semua yang ada di bumi, niscaya engkau tidak
akan dapat menyatukan hati mereka. Akan tetapi Allahlah yang mempersatukan
hati mereka. Sesungguhnya Dia maha perkasa lagi maha bijaksana” (Al-Anfal:63)
[20]
Bila seluruh ban, rangka dan badan mobil terendam lumpur, maka piranti tempat
perapian tidak boleh tercemar. Hal yang paling sulit dalam hubungan antara Jundi
dan Qiyadah ialah ketentraman hati terhadap kafaah (Keahlian), keikhlasan dan
ketaatan antar mereka. Adalah dua titik ekstrim yang selalu dominan dalam kisah
hubungan antara pengikut dan terikut, yaitu, satu sisi ada komunitas yang
menganggap pemimpin adalah segala-galanya, sementara di sisi lain ada yang
menganggap dirinya sentral, sehingga seperti apapun seorang pemimpin harus
ditakar dengan puas tidaknya diri.[21]
Tsiqah erat kaitannya dengan kekuatan. Sehingga rasa Tsiqah Umar kepada Abu
Bakar sebagaimana berikut : Apa yang membuat Umar begitu percaya kepada
kekuatan Abu Bakar, padahal ia mendapatkan pengakuan Rasulullah : ” Allah
meletakkan kebenaran di Lidah dan hati Umar?” jawabnya: Tsiqah. Ketika
pandangan mayoritas sababat berpihak pada Umar untuk tidak memerangi orang
menolak membayar zakat dan Abu Bakar bersikukuh memerangi mereka, akhirnya
Umar mengambil pandangan Abu Bakar. “ Demi Allah, tak lain yang kulihat
kecuali Ia telah melapangkan hati Abu Bakar untuk berperang, maka akupun tahu
bahwa itu kebenaran.”
Suatu hari seseorang bertanya kepada Imam Hasan Al Banna,” Bila keadaan
memisahkan hubungan kita, siapa yang Anda rekomendasikan untuk kami angkat
jadi pemimpin ?”. Jawabnya tegas,” Wahai Ikhwan, silahkan angkat orang yang
paling lemah, kemudian dengar dan taatilah ia, niscaya ia akan menjadi orang
paling kuat diantara kalian.”
Jadi tsiqah adalah sikap manusia normal yang menyadari keterbatasan masing-
masing lalu saling menyetor saham sebagai modal bersama, untuk kemudian
menikmati kemenangan bersama.[22]
Dalam dunia siyasi ada beberapa hal yang dapat mengguncang Tsiqah:
1. Internal: kemalasan menggali ilmu, berkonsultasi, meningkatkan kualitas
ruhiyah dan fikriyah.
2. Eksternal: intervensi jorok media massa yang selalu mencitrakan kesetaraan
kejujuran dan profesionalisme, namun pada saat yang bersamaan bersikap ragu-
ragu, memfitnah dan berbuat curang terhadap dakwah.[23]
Beberapa Catatan Tentang Tsiqoh
Ustadz Said Hawwa memberikan beberapa catatan mengenai Tsiqah yaitu :
1. Diantara banyak kesalahan pemimpin yaitu menuntut tsiqah tanpa membayar
maharnya.
2. Kesalahan pemimpin lainnya adalah mereka juga tidak bisa menanamkan tsiqah
dalam dirinya kepada pimpinan diatasnya.
3. Jangan memberikan tugas kepada orang yang tidak mampu menunaikannya.
4. Berusahalah sebagai seorang pemimpin agar setiap keputusannya argumentative,
kecuali saat-saat darurat.
5. Tsiqah yang sebenarnya menurut Imam Hasan Al Banna, semua instruksi mutlak
di taati sepanjang subtansinya bukan untuk maksiat.
6. Pemecahan yang harus dilakukan kalau ada masalah dengan tsiqah:
mengungkapkan persoalannya secara jelas dan bekerjasama mencari solusinya.
7. Seorang yang tidak tsiqah harus secepatnya dievaluasi.
8. Ukhuwah adalah dasar tsiqah. Maka tabayyun (chek and recheck) dalam nuansa
ukhuwah perlu dilakukan dalam rangka memupuk tsiqah.
9. Tsiqah dijadikan rukun Baiat karena:
o Kita adalah Harakah diniyah ukhrawiyah (gerakan keagamaan yang berorientasi
akhirat)
o Kita suatu gerakan dakwah yang mewujudkan cita-cita lokal dan internasional
o Program sebanyak apapun tidak akan berguna bila tidak ada yang
melaksanakannya. [24]
Penutup
Demikianlah fungsi Akanul Bai’ah dalam bingkai Jihad siyasi. Semoga dapat
membuka cakrawala kita dalam berjihad siyasi nantinya. Dengan pemahaman yang
utuh, amal-amal yang kita lakukan akan menjadi ringan karena adanya kerjasama
dan ukhuwah. Gerak rentak dakwah ini akan selaras dan harmonis apabila ada
ketsiqahan antara pemimpin dan yang di pimpin. Semoga Allah membantu kita
semua untuk selalu istiqamah.Amien.
Allah berfirman:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
(Hud: 112)
10 RUKUN BAIAH (ARKANUL BAIAH)
- Maret 26, 2018

10 RUKUN BAIAH (ARKANUL BAIAH)

Rukun bai'at kita ada sepuluh, hafalkanlah: fahm (pemahaman), ikhlas, amal
(aktivitas), jihad, tadhiyah (pengorbanan), taat (kepatuhan), tsabat
(keteguhan), tajarrud (kemurnian), ukhuwwah, dan tsiqah (kepercayaan).

FAHM

Wahai saudaraku yang tulus ... ! Yang saya maksud dengan fahm
(pemahaman) adalah bahwa engkau yakin bahwa fikrah kita adalah 'fikrah
islamiyah yang bersih'. Hendaknya engkau memahami Islam, sebagaimana
kami memahaminya dalam batas-batas ushul al-'isyrin (20 prinsip) yang
sangat ringkas ini.

IKHLAS

Yang kami kehendaki dengan ikhlas adalah bahwa seorang al-akh muslim
dalam setiap kata-kata, aktivitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan
semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa
mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan,
atau keterbelakangan.
Dengan itulah, ia menjadi tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara
kepentingan dan ambisi pribadi. Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidup dan matiku, adalah karena Allah Tuhan semesta alam.
Tidak ada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku.' (Al-An'am: 162-1630)
Dengan demikian, pahamlah saudaraku muslim makna slogan abadinya;
Allah tujuan kami, Allah mahaBesar, segala puji bagi-Nya.

AMAL

Yang saya maksud dengan amal (aktivitas) adalah bahwa ia merupakan buah
dari ilmu dan keikhlasan. Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, makaAllah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghailb dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan,' (At-Taubah: 105)

Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah 7
tingkatan amal.

JIHAD

Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang tetap
hukumnya hingga hari kiamat. ini merupakan kandungan dari apa yang
disabdakan Rasulullah ra., Barangsiapa mati sementara ia belum pernah
berperang atau berniat untuk berperang, ia mati dalam keadaan jahiliyah.

Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati, dari peringkat


terakhirnya adalah perang di jalan Allah. Sedangkan antara keduanya
terdapat jihad dengan lisan, pena, tangan, dan kata-kata yang benar
dihadapan penguasa yang zhalim.

Tidaklah menjadi hidup, kecuali dengan jihad. Kadar ketinggian dakwah dan
keluasan bentangan ufuknya adalah penentu bagi sejauhmana keagungan
jihad di jalannya dan sejauh mana pula harga yang harus ditebus untuk
mendukungnya. Sedangkan keagungan pahalanya diberikan kepada para
mujahid.
Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benar. (Al-
Hajj: 78) Dengan demikian engkau telah mengerti slogan abadimu: jihad
adalah jalan kami.

TADHHIYAH

Yang saya maksud dengan tadhhiyah (pengorbanan) adalah pengorbanan


jiwa harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh
seseorang untuk meraih tujuan. Tidak ada perjuangan didunia ini, kecuali
harus disertai dengan pengorbanan. Demi fikrah kita, janganlah engkau
mempersempit pengorbanan, karena sungguh ia memiliki balasan yang
agung dan pahala yang indah.

Barangsiapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa.


Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman, diri dan harta
mereka. (At-Taubah: 111)

Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri,


kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal, adalah lebih
kamu cintai daripada Allah dan Rasulnya, dan dari berjihad di jalan-nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah: 24)

Jika engkau semua taat, niscaya Allah memberimu balasan yang baik.
Dengan demikian, engkau telah mengetahui makna slogan abadimu: gugur
dijalan Allah adalah setinggi-tinggi cita-cita kami.

TAAT

Yang saya kehendaki dengan taat (kepatuhan) adalah menjalankan perintah


dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit
maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.

Demikian itu karena ada 3 tahapan dakwah yang harus diamalkan.


TSABAT

Yang saya kehendaki dengan tsabat (keteguhan) adalah bahwa seorang akh
hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan
pada tujuan, betapa pun jauh jangkauannya dan lama waktunya, sehingga
bertemu dengan Allah dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil
mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: meraih kemenangan atau syahid
di jalan-Nya.

Di antara orang-orang beriman itu ada orang-orang yang menepati apa


yang telah mereka janjilkan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), (Al-Ahzab: 23)

Waktu bagi kita adalah bagian dari solusi. Sedangkan jalan yang akan kami
tempuh ini lama masanya, panjang tahapannya, dan banyak tantangannya.
Namun, dialah satusatunya jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan
dengan janji imbalan yang besar dan pahala yang indah.

Itu semua karena setiap sarana dakwahkita -yang berjumlah enam macam-
membutuhkan kesiapan yang baik, penetapan waktu yang tepat, dan
pelaksanaan yang cermat. Semua itu sangat dipengaruhi oleh waktu.
Mereka berkata, 'Kapan itu (akan terjadi)? 'Katakanlah,' Mudah-mudahan
waktu berbangkit itu dekat. (Al-isra': 51)

TAJARRUD

Yang saya maksud dengan tajarrud(kemurnian) adalah bahwa engkau harus


membersihkan pola pikirmu dari berbagai prinsip nilai lain dan pengaruh
individu, karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap
fikrah. Shibghah Allah Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada
Allah? (AlBaqarah: 138)

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum
mereka, 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang
kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata
antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja.' (AlMumtahanah: 4).

Manusia, dalam pandangan akh yang tulus adalah salah satu dari enam
golongan: muslim yang pejuang, muslim yang duduk-duduk, muslim
pendosa, dzimmiatau muahid (orang kafir yang terikat oleh perjanjian
damai), muhayid (orang kafir yang dilindungi), atau muharib (orang kafir
yang memerangi). Masing-masing dari mereka memiliki hukumnya sendiri
dalam timbangan Islam. Dalam batas-batas inilah individu atau lembaga
ditimbang; berhakkah ia mendapatkan loyalitas atau sebaliknya:
permusuhan?

UKHUWAH

Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani
dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh ikatandan semulia-
mulianya. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan
adalah saudara kembarnya kekufuran.

Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan; tidak ada persatuan


tanpa cinta kasih; minimal cinta kasih adalah kelapangandada dan
maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri).
Barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung. (Al-Hasyr: 9)

Al-Akh yang tulus melihat saudara-saudaranya yang lain lebih utama


daripada dirinya. sendiri, karena ia, jika tidak bersama mereka, tidak dapat
bersama yang lain. Sementara mereka, jika tidak dengan dirinya, dapat
bersama dengan orang lain.

Dan sesungguhnya serigala hanya makan kambing yang terlepas sendirian.


Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, yang
satu mengokohkan yang lain. Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang
mukmin perempuan, sebagian mereka menjadi pelindung bagi lainnya.
Demikianlah seharusnya kita.

TSIQAH

Yang saya maksudkan dengan tsiqah (kepercayaan) adalah rasa puasnya


seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya
maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan
perasaan cinta, penghargaan, penghormatan, dan ketaatan.

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga


mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap sesuatu keputusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa: 65)

Pemimpin adalah unsur penting dakwah; tidak ada dakwah tanpa


kepemimpinan. Kadar kepercayaan -yang timbal balik antara pemimpin dan
pasukan menjadi neraca yang menentukan sejauhmana kekuatan sistem
jamaah, ketahanan khithahnya, keberhasilannya mewujudkan tujuan, dan
ketegarannya menghadapi berbagai tantangan. Maka lebih utama bagi
mereka; ketaatan dan perkataan yang baik.

Kepemimpinan -dalam dakwah Ikhwan- menduduki posisi orang tua dalam


hal ikatan hati, posisi guru dalam hal fungsi kepengajaran, posisi syaikh
dalam aspek pendidikan ruhani, dan posisi pemimpin dalam aspek
penentuan kebijakan politik secara umum bagi dakwah. Dakwah kami
menghimpun pengertian ini secara keseluruhan, dan tsiqah kepada
kepemimpinan adalah segala-galanya bagi keberhasilan dakwah.

Anda mungkin juga menyukai