Anda di halaman 1dari 119

BAB I

PRINSIP-PRINSIP KEHIDUPAN
DI DALAM AL-QUR’AN

TujuanPembelajaran:

Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui dan meyakini alasannya menjadi muslim (afiliasi);
2. Mengetahui dan Meyakini pentingnya keterlibatan dalam berbagai agenda perbaikan sebagai
manusia muslim (partisipasi);
3. Mengetahui dan meyakini perannya sebagai manusia di mukabumi (kontribusi);
4. Mengetahui dan meyakini kaidah-kaidah kehidupan dalam Al-Qur’an.

1
1. ALLAH TAHU PERBUATAN BAIKMU

a. Nash Al-Qur’an

ۗ ُ ‫َو َماتَ ْف َعلُوْ ا ِم ْن َخي ٍْريَّ ْعلَ ْمهُ هّٰللا‬

“Segala yang baik yang kamukerjakan, Allah mengetahuinya.”(QS. Al-Baqarah: 197)

b. Penjelasan kaidah

Kaidah ini sangat terkait erat dengan hubungan vertikal hamba dengan Allah SWT dan
hubungan horisontal dengan sesama manusia. Kaidah agung ini memupuk jiwa seorang
mukmin dengan makna-makna keimanan dan pendidikan yang banyak sekali sebagai bekal
menuju Allah. Kita akan meringkas makna-makna ini dalam beberapa poin berikut ini;

Pertama, di dalam ayat ini terdapat motivasi untuk beramal dengan ikhlas kepada Allah,
meskipun ketika beramal tidak dilihat oleh siapa pun. Bahkan hamba yang baik adalah
seorang hamba yang berusaha sekuat tenaga merahasiakan perbuatan baiknya dari orang lain,
karena di dalamnya terdapat faedah yang besar. Dan faedah itu hanya bisa ditemukan oleh
orang-orang yang memiliki akal.
ِ ‫َواتَّقُوْ ِن ٰيٓاُولِى ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

“Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (QS. Al-
Baqarah: 197)

Kedua, termasuk makna-makna yang dipupuk oleh kaidah “…Segala yang baik yang kamu
kerjakan, Allah mengetahuinya.” ini di dalam jiwa pemiliknya adalah ketenangan hati dan
ketentraman jiwa. Hal ini terjadi karena yang berbuat baik kepada makhluk dan
ikhlasmenjalankannya tidak menanti pujian dan pengharagaan dari makhluk. Bahkan ia akan
dengan mudah mengatur kesabarannya atas perlakuan buruk sebagian manusia kepadanya
karena kebaikan yang dia berikan. Ketika ia melakukan kebaikan, ia yakin Allah

2
mengetahuinya dan mengganjarnya dengan kebaikan yang lebih besar lagi, sebagaimana
difirmankan Allah tentang penghuni surga,

‫ط ِع ُم ُك ْم لِ َوجْ ِه هّٰللا ِ اَل نُ ِر ْي ُد ِم ْن ُك ْم َج َز ۤا ًء َّواَل ُش ُكوْ رًا‬


ْ ُ‫اِنَّ َما ن‬

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan


keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.” (QS. Al-Insan:
9)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam suatu kesempatan menuliskan wasiat
kepada orang yang bervisi memberi kemanfaatan kepada makhluk:
‘Jika ia berbuat baik kepada manusia maka tujuannya hanyalah mencari ridha Allah. Ia sadar
bahwa Allah menjadikannya sebagai orang yang bisa berbuat baik, tidak dijadikan sebagai
orang yang jahat, sehingga ia melihat bahwa perbuatan baiknya itu hanya demi Allah dan
berkat Allah. Makna ini tertera di dalam surat Al-Fatihah,

ُ‫ك نَ ْعبُ ُد َواِيَّاكَ نَ ْستَ ِعي ْۗن‬


َ ‫اِيَّا‬

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5).

Seorang mukmin meyakini bahwa perbuatannya demi Allah karena hanya kepada-Nya ia
beribadah, dan itu berkat pertolongan Allah karena hanya kepada-Nya ia meminta
pertolongan, sehingga tidak tergerak sedikitpun dalam benaknya mengharap balasan dan
ungkpan terimakasih dari orang yang ia bantu, karena ia tidak berbuat baik seperti itu kecuali
hanya karena Allah, sebagaimana dikatakan kepada para penghuni surga, “Sesungguhnya
kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami
tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.” (QS. Al-Insan: 9).

Balasan jahat yang ia terima tidak akan membuatnya sakit hati dan mengungkit-ungkit
kebaikannya, karena ia tahu bahwa Allah-lah yang menganugerahinya saat ia ditakdirkan

3
bisa berbuat baik. Allah-lah pemilik anugerah itu atasnya dan orang yang telah dibantu,
sehingga yang wajib bersyukur adalah dirinya karena Allah memudahkannya berbuat
kebaikan. Jadi, seseorang hendaknya bersyukur kepada Allah saat memudahkan orang lain
memberikan sesuatu yang bermanfaat baginya, baik berupa rezki,ilmu, pertolongan dan
sebagianya.

Di antara kita, ada seseorang yang berbuat baik kepada saudaranya dengan tujuan memberi
budi agar dapat mengungkitnya, tunduk kepadanya, memuliakannya, atau kemanfaatan
lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa ia tidak beribadah keapda Allah, tidak meminta
pertolongan dari-Nya. Tidak berbuat baik demi Allah dan berkat pertolongan Allah, tapi
orang itu seorang yang pamer dengan kebaikannya. Sungguh, Allah menghapus pahala orang
yang mengungkit-ungkit sedekahnya dan kebaikan orang yang pamer.’

Referensi:

1. 50 Kaidah kehidupan Dalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

4
2. PERINTAH BERLAKU ADIL

a. Nash Al-Qur’an

‫اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ُم ُربِ ْال َع ْد ِل‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil.”(QS. An-Nahl: 90)

b. Penjelasankaidah

Ini adalah kaidah Al-Quran yang agung. Kaidah ini juga merupakan pilar syariat langit yang
paling utama. Kaidah Al-Qur’an ini sangat luas cakupannya yang didalamnya banyak
cabang-cabang yang tidak bisa ditentukan jumlahnya kecuali Allah. Kaidah ini menjadi titik
temu semua syariat langit, mengingat semua syariat langit datangnya dari Allah yang Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui. Allah berfirman,

‫ ِّل َلِ َكلِمٰ تِ ٖه ۚ َوهُ َوال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬y‫ص ْدقًا َّو َع ْداًل ۗاَل ُمبَد‬
ِ ‫ك‬ ْ ‫َوتَ َّم‬
ُ ‫ت َكلِ َم‬
َ ِّ‫ت َرب‬

“Dan telahsempurnafirmanTuhanmu (Al-Qur'an) denganbenar dan adil. Tidakada yang


dapatmengubahfirman-Nya. Dan DiaMahaMendengar, MahaMengetahui.”(QS. Al-An’am:
115)

Artinya, benar dalam berita-Nya dan adil dalam hukum-hukum-Nya. Pengetahuan


menyeluruh tentang keadilan harus dikembalikan kepada dalil-dalil syariat dan pada nash-
nashnya.

Imam Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah berkata, ‘Keadilan adalah benteng
terakhir untuk berlindung setiap orang yang ketakutan, karena setiap orang, baik yang
bertindak zhalim atau tidak jika melihat orang yang ingin berbuat zalim maka ia pasti
mencari keadilan dan mengecam kezhaliman. Kamu sekali-kali tidak akan mendengar
seseorang yang mengecam keadilan. Barangsiapa yang berkarakter adil maka ia akan nyaman
berada di dalam benteng tersebut.’

Al-'AllamahSyaikhMuhammad Ath-Thahir bin ‘Asyur berkata, ‘Keadilan merupakan


suatu nilai positif yang disepakati semua syariat dan nalar manusia yang lurus, didorong

5
untuk diimplementasikan dalam kehidupan oleh para pembesar bangsa-bangsa dan
diabadikan dalam relief-relief bangsa Kaldanisa, Mesir dan India. Nilai positif keadilan tidak
mungkin didorong oleh hawanafsu dalam menyikapi suatu kasus yang tidak mungkin
terbebas dari dua kemungkinan :kesenangan dan kemarahan.’

Syaikhul Islam IbnuTaimiyah rahimahullah menyatakan, “Sesungguhnya puncak kebaikan


adalah keadilan dan puncak keburukan adalah kezhaliman.’

Imam Al-Mawardi rahimahullah menyatakan, ‘Sesungguhnya hal yang membuat


kehidupan dunia ini baik adalah tegaknya prinsip keadilan yang senantiasa mengajak pada
perdamaian, mendorong prinsip ketaatan, membangun peradaban, menambah kekayaan
negara, memperbanyak pendudukdan mengamankan kekuasaan. Tiada sesuatu yang lebih
mempercepat rusaknya tatanan kehidupan dan hati manusia daripada kezhaliman, karena
kezhaliman tidak akan berhenti pada satu titik dan tidak mandeg setelah target tercapai, tetapi
setiap bagiannya adalah kerusakan sampai benar-benar sempurna.’

Makna Agung yang terkandung dalam keadilan yang ini merupakan perpanjangan wahyu
dalam kaidah Al-Qur’an,
‫اِنَّاهّٰلل َيَْأ ُم ُربِ ْال َع ْد ِل‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlakuadil.”(QS. An-Nahl: 90)

Adala hnilai yang senantiasa didambakan oleh setiap jiwa yang baik dan Fitrah yang lurus.
Demi Allah, betapa banyak kebaikan-kebaikan didapat saat prinsip keadilan ditegakkan.
Betapa banyak orang-orang yang memeluk agama Islam sebab prinsip keadilan ini
dijalankan.

Ibnu‘Asakirdalam kitab Tarikh Dimasyqa meriwayatkan dari jalur Asy-Sa’bi, bahwa suatu
ketika Ali bin Abi Thalib menemukan baju perangnya berada di tangan seorang laki-laki
Nasrani. Seketika itu Ali melaporkannya kepada Syuraih dan memperkarakannya. Ali
berkata,“Baju perang ini milikku dan aku tidak merasa menjualnya ataupun juga
memberikannya.” Maka Syuraih berkata kepada orang Nasrani, “Apa tanggapanmu
ataspernyataan Amirul Mukminin di atas?" Orang Nasrani itu berkata, “Baju perang ini

6
adalah bajuku dan menurutku Amirul Mukminin telah berbohong." Lalu Syuraih menoleh
kearah Ali dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, apakah anda punya bukti?" Ali hanya
tertawa dan berkata, "Syuraih telah bertindak benar, aku tidak memiliki bukti." Maka Syuraih
memutuskan baju perang itu milik orang Nasrani. Setelah itu Ali beranjak pergi, lalu kembali
lagi saat orang Nasrani itu berkata, "Aku bersaksi bahwa ini adalah hukum para Nabi.
Amirul Mukminin melaporkan kepada hakimnya, tetapi hakim tersebut memenangkanku. Aku
bersaksi bahwa tidak ada AIlah yang haq melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Demi Allah, baju perang ini adalah milikmu,
wahai Amirul Mukminin. Aku menguntit rombongan pasukan yang saat itu engkau hendak
menuju Shiffin, lalu baju itu keluar dan jatuh dari untamu.”Mendengaritu Ali berkata, "Jika
kamu telah masuk Islam maka baju itu milikmu.”Dan baju itudiangkut di atas kudanya. Asy-
Sya’bi berkata,“Orang yang melihatnya mengabarkan kepadaku, ia turut memerangi kaum
Khawarij bersama Ali saat perang Nahrawan."

Renungkanlah wahai saudaraku, bagaimana keadilan di mahkamah mempengaruhi seorang


laki-laki yang baru masuk Islam, sehingga mendorongnya turut ambil bagian dalam
peperangan melawan kaum separatis, Khawarij. Hal ini bukan saja berkat penegakan
keadilan, tetapi bahwa pemimpin yang adil merupakan salah satu dari tujuh orang yang
mendapatkan naungan dari Allah kelak di hari yang tiada naungan selain naungan-Nya.
Kisah di atas juga menampilkan keindahan yang lainnya, bahwa Syuraih tidak akan berani
memberi keputusan yang mengalahkan Ali andai ia menemukan bukti kuat dari Ali, padahal
laporan itu datangnya dari Ali sendiri.
Kisah di atas juga menyisakan keagungan agama ini dalam hal berkeadilan. Ini merupakan
implementasi praktis dari firmanAllah,

ْ‫َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُكم ْ َشن َٰانُقَوْ ٍم ع َٰلٓى اَاَّل تَ ْع ِدلُو‬

“Dan
janganlahkebencianmuterhadapsuatukaummendorongkamuuntukberlakutidakadil.”(QS. Al-
Maidah: 8
Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

7
3. ORANG MUKMIN TIDAK KIKIR

a. Nash Al-Qur’an

‫َو َم ْنيُّوْ قَ ُش َّحنَ ْف ِس ٖه‬

“Dan siapa yang dijagadirinyadarikekikiran.”(QS. Al-Hasyr: 9)

b. Penjelasankaidah
Kaidahinimembahastentangetika yang terkaiteratdenganpendidikanjiwa dan
etikainteraksiseseorangdenganpihaklain. Kaidahinidisebutkansebanyakdua kali di dalamAl-
Qur’an:
Pertama, berada di dalamayatdengankontekspujian Allah kepadakaum Anshar
Radiyallahuanhum. Allah berfirman,
‫اص ۗةٌ َو َم ْن‬
َ ‫ص‬
ٓ
َ ‫اويُْؤ ثِرُوْ نَ َع ٰلىا َ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَبِ ِه ْم َخ‬ ُ ‫َوالَّ ِذ ْينَتَبَ َّو ُءوال َّدا َر َوااْل ِ ْي َمانَ ِم ْنقَ ْبلِ ِه ْميُ ِحبُّوْ نَ َم ْنهَا َج َراِلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج ُدوْ نَفِ ْي‬
َ ْ‫ص ُدوْ ِر ِه ْم َحا َجةً ِّم َّمٓااُوْ تُو‬ ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕى َكهُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ۚن‬ ‫يُّوْ قَ ُش َّحنَ ْف ِس ٖه فَا‬
“Dan orang-orang (Ansar) yang telahmenempatikota Madinah dan telahberimansebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), merekamencintai orang yang berhijrahketempatmereka.
Dan merekatidakmenaruhkeinginandalamhatimerekaterhadapapa yang
diberikankepadamereka (Muhajirin); dan merekamengutamakan (Muhajirin),
atasdirinyasendiri, meskipunmereka juga memerlukan. Dan siapa yang
dijagadirinyadarikekikiran, makamerekaitulah orang-orang yang beruntung.”(QS. Al-
Hasyr: 9)
Kedua, berada di dalamayatdengankontekspenjelasanmengenai fitnah yang ditimbulkan oleh
hartabenda, anak dan istri. Allah berfirman,
ٰ َّ‫ٰيٓاَيُّهاالَّذ ْين َٰامنُ ْٓواانَّم ْنا َ ْزواج ُكمواَوْ اَل د ُكمع ُد ًّوالَّ ُكمفَاحْ َذرُوْ هُ ۚموا ْنتَ ْعفُوْ اوتَصْ فَحُوْ اوتَ ْغفرُوْ افَان‬
- ‫اللّهَ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ِ ِ َ َ َِ ْ ْ َ ْ ِ َ ْ ِ َ ِ ِ َ ِ َ
- ‫اللّهُ ِع ْند ٗ َٓهاَجْ ٌر َع ِظ ْي ٌم‬ ٰ ‫انَّمٓااَموالُ ُكمواَوْ اَل ُد ُكمف ْتنَ ۗةٌو‬
ۤ َ ِْ َ ْ َ ْ َ ِ
ْ ٰ ٰ
ْ ُ
- َ‫س ٖهفَاول ِٕى َكهُ ُمال ُمفلِحُوْ ن‬ ِ ‫فَاتَّقُوااللّهَ َماا ْستَطَ ْعتُ ْم َوا ْس َمعُوْ ا َواَ ِط ْيعُوْ ا َواَنفِقوْ ا َخ ْي ًرااِّل َنف ِس ُك ْم َو َم ْنيُّ ْوقش َُّحنَف‬
ْ َ ۗ ُ ْ ُ ْ
ٰ
‫ُّض ِع ْفهُلَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ۗ ْم َواللّهُ َش ُكوْ ٌر َحلِ ْي ۙ ٌم‬ ٰ
ٰ ‫اِ ْنتُ ْق ِرضُوااللّهَقَرْ ضًا َح َسنًاي‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antaraistri-istrimu dan anak-
anakmuada yang menjadimusuhbagimu, makaberhati-hatilahkamuterhadapmereka; dan
jikakamumaafkan dan kamusantunisertaampuni (mereka), makasungguh, Allah
MahaPengampun, MahaPenyayang. Sesungguhnyahartamu dan anak-
anakmuhanyalahcobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.
Makabertakwalahkamukepada Allah menurutkesanggupanmu dan dengarlahsertataatlah;
dan infakkanlahharta yang baikuntukdirimu. Dan barang-
siapadijagadirinyadarikekikiran,merekaitulah orang-orang yang beruntung. Jika
kamumeminjamkankepada Allah denganpinjaman yang baik, niscayaDiamelipatgandakan

8
(balasan) untukmu dan mengampunikamu. Dan Allah MahaMensyukuri,
MahaPenyantun.”(QS. At-Taghabun: 14-17)
Maknakaidahinitidakakandipahamikecualidenganmemahamiarti kata asy-syuhh
(kikir)terlebihdahulu.Kata asy-syuhhasalmaknanyaadalahmenolak dan
mencegahmemberikansesuatukarenamasihsuka(kikir). Ketika kikirmerupakankarakter yang
terpatridalamjiwaumatmanusia,maka Allah menisbatkannyakepadatubuhpemiliknya. Allah
berfirman, "Dan siapa yang dijagadirinyadarikekikiran…"(QS. Al-Hasyr: 9). Hal
inibukanberartisifatkikiritutidakbisadihindari.Bahkansifatitumudahdihilangkanbagi orang
yang mendapatkankemudahandari Allah.
Tetapikesempurnaandalammenghindarisifatkikirdenganduadimensinya; materi dan maknawi,
tidakbisadilakukankecuali oleh orang-orang baik yang mendapatkanpertolongandariAllah.
Karenanya, Abdurrahman bin Aufradhiyallahu‘anhupernah di
mimpikanseseorangbahwaiasedang tawaf di Ka'bah dan iaselaluberdoa,"Ya
Allah,lindungilahakudarikekikiranku. Lindungilahakudarikekikiranku."
Iatidakmenambahkanlainnya. Makaiaditanyapenyebabnya dan iamenjawab, "Jika
akudilindungidarikekikirankusendiri,pastiakutidakakanmencuri,berzina dan
tidakmelakukankeburukanlainnya."
IbnuTaimiyahrahimahullahberkata, “Asy-syuhh
(kikir)mengakibatkanseseorangbakhiltidakmemberikanapa yang iamiliki dan
bertindakzhalimdenganmerebuthak orang lain sehinggamenyebabkanputusnyapersaudaraan
dan iridengki.” Di tempat lain iamenyatakan, ‘Asy-syuhh (sifatkikir)terdapatdalamseseorang
yang rakus,marahdengankebahagiaan orang lain dan bertindakzhalimkepadanya,
sebagaimanadifirmankanAllah,
ٰ ‫قَ ْدي ْعلَم‬
ۖ ‫ اَ ِش َّحةً َعلَ ْي ُك ْم‬- ۙ ‫اللّه ُْال ُم َع ِّوقِ ْينَ ِم ْن ُك ْم َو ْالقَ ۤا ِٕىلِ ْينَاِل ِ ْخ َوانِ ِه ْمهَلُ َّماِلَ ْين َۚا َواَل يَْأتُوْ ن َْالبَْأ َساِاَّل قَلِ ْياًل‬ ُ َ
ٰۤ ُ ْ َ‫اج ۤا َء ْالخَ وْ فُ َراَ ْيتَهُ ْميَ ْنظُرُوْ نَاِلَ ْي َكتَ ُدوْ ُراَ ْعيُنُهُ ْم َكالَّ ِذ ْييُ ْغ ٰشى َعلَ ْي ِه ِمن َْال َموْ ۚتِفَا ِ َذا َذهَبَ ْال َخوْ فُ َسلَقُوْ ُك ْمبِا َ ْل ِسنَ ٍة ِحدَا ٍداَ ِش َّحةً َعل‬
َْ‫ىالخَ ي ۗ ِْراول ِٕى َكلَ ْميُْؤ ِمنُوْ افَاح‬ َ ‫فَا ِ َذ‬
ٰ
‫اللّهُا َ ْع َمالَهُ ۗ ْم َو َكان َٰذلِ َك َعلَىاللّ ِهيَ ِس ْيرًا‬ ٰ ‫ط‬
َ َ‫ب‬

“Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antarakamu dan


orang yang berkatakepadasaudara-saudaranya, “Marilahbersama kami.”
Tetapimerekadatangberperanghanyasebentar, merekakikirterhadapmu.
Apabiladatangketakutan (bahaya), kamulihatmerekaitumemandangkepadamudenganmata
yang terbalik-balikseperti orang yang pingsankarenaakanmati, dan
apabilaketakutantelahhilang, merekamencacikamudenganlidah yang tajam,
sedangmerekakikiruntukberbuatkebaikan. Merekaitutidakberiman, maka Allah
menghapusamalnya. Dan yang demikianitumudahbagi Allah.”(QS. Al-Ahzab: 18-19)
Kekikiranmerekaatas orang-orang mukmin dan ataskebaikan,berartimembencinya.
Sementaramembencikebaikanberartimemerintahkankeburukan.Kebenciankepadaseseorangm
enitahkanuntukmenzhaliminyadan memutuskanhubungandengannya,
sebagaimanasifatiridengki,karena orang yang dengkipastimendorongnyamenzhalimi orang
yang di dengki dan memutuskanhubungandengannya, sebagaimana yang dilakukan oleh
saudara-saudara Nabi Yusuf ".

9
Contohpraktis yang dapatmenjelaskankaidahiniadalahkeistimewaanperilaku orang-orang
Anshar yang dibanggakan oleh Allah saatmerekamembukahati dan rumahuntuksaudara-
saudaramerekakaumMuhajirin. Cukupbagikitasanjungan Allah yang tertuangdalamfirman-
Nya,

‫اص ۗةٌ َو َم ْن‬


َ ‫ص‬
ٓ
َ ‫اويُْؤ ثِرُوْ نَ َع ٰلىا َ ْنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَبِ ِه ْم َخ‬ ُ ‫َوالَّ ِذ ْينَتَبَ َّو ُءوال َّدا َر َوااْل ِ ْي َمانَ ِم ْنقَ ْبلِ ِه ْميُ ِحبُّوْ نَ َم ْنهَا َج َراِلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج ُدوْ نَفِ ْي‬
َ ْ‫ص ُدوْ ِر ِه ْم َحا َجةً ِّم َّمٓااُوْ تُو‬ ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕى َكهُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ۚن‬ ‫يُّوْ قَ ُش َّحنَ ْف ِس ٖه فَا‬
“Dan orang-orang (Ansar) yang telahmenempatikota Madinah dan telahberimansebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), merekamencintai orang yang berhijrahketempatmereka.
Dan merekatidakmenaruhkeinginandalamhatimerekaterhadapapa yang
diberikankepadamereka(Muhajirin); dan merekamengutamakan (Muhajirin),
atasdirinyasendiri, meskipunmereka juga memerlukan. Dan siapa yang
dijagadirinyadarikekikiran, makamerekaitulah orang-orang yang beruntung.”(QS. Al-
Hasyr: 9)
Renungkanlahperbuatan-perbuatanhati orang-orang Anshar yang diungkap Allah dalamayat
di atas. Semuanyamenunjukkankebebasanmerekadarikekikiran:
a. Perbuatanpertamaterekamdalamfirman-Nya,"…mencintai orang yang
berhijrahketempatmereka."Biasanyasatukabilahmerasatidaknyamandenganadanya orang-
orang yang berhijrahketempatmereka, karenajelasakanmempersempitruangmereka.

b. Perbuatankeduaterekamdalamfirman-Nya, "…
merekatidakmenaruhkeinginandalamhatimerekaterhadapapa yang
diberikankepadamereka(Muhajirin)."Seandainya rasa
ituadadalamdirimerekatentutergambardarisikapmereka.

c. PerbuatanketigaadalahAl-itsar, yaitumendahulukankepentingan orang-orang


Muhajirindaripadadirimerekasendirimeskipunhakikatnyamerekalebihmembutuhkannya.
Ada sebuahcontohnyata yang tidakakanpernahlagiterulangdalamkehidupanumatmanusia?!
Renungkanlahkondisi yang mengharubiruini, dalamsebuahhadis yang diriwayatkandari Anas
radhiyallahu‘anhuiaberkata, "Abdurrahman bin Auf datangmenghadapRasulullah
SAW.Kemudianbeliaumempersaudarakannyadengan Saad bin ar-Rabi', seorang Anshar
yang kaya raya. Sa’adberkata,‘Orang-orang Anshar tahubahwaaku paling kaya di
antaramereka.Untukitu, hartabendakukitabagidua.Aku juga memilikidua orang istri.
Makalihatlah yang paling kamusukaisehinggaakumenceraikannya. Ketika iatelah
halal,makakamubisamenikahinya.’Mendengaritu Abdurrahman berkata,‘Semoga Allah
memberkahimudalamkeluargamu.Tunjukkanakuposisi pasar’."(HR. Al Bukhari)
Renungkanlahkedermawanan yang tiadataratersebut! Demi
Allah,andaisaatituSa’adhanyamelepaskansebagiankecilhartabendanya,tentusudahdibilangseb
agaiseorang yang

10
dermawan.Makabagaimanalagiketikadiamemberikanseparuhhartabendanya?Tidakhanyaitu,ia
juga menawarkan salah satuistrinya. Jiwa Siapakahgeranganpemiliknya?!
Apakahitsaritu? Itsarmerupakanantonimdari kata Asy-syuhh (kikir). Orang yang
memilikisifatitsarpastimengabaikankebutuhannyasendiri demi orang lain.
Sementarapemiliksifatasy-syuhhpastiberambisimerebutsesuatu yang tidakmerekamiliki.Jika
telahmemilikinyamakaiamempertahankannyamati-matian dan
tidakmaumengeluarkannya(bakhil). Jadi, kepelitan(bakhil)
merupakanbuahdarikekikiran(syuhh). Sementarakekikiranmemerintahkankepelitan.
Mari mengakhiripembahasaninidengansatusikap yang menunjukkankeagungansahabat; Jiwa
itumilikQaisbin Sa'ad bin Ubadahradhiallahu‘anhuma yang
tertimpasakit,sementarasahabat-sahabatnyatidakmenjenguknya.
Iabertanyatentangmerekasemua. Orang-orang di sekelilingnyaberkata,
“Merekamalumenjengukmukarenamemilikisangkutanhutangkepadamu."Makaiaberkata,"Sem
oga Allah menghancurkanharta yang menghalangiteman-
temankudatangmenjengukku."Kemudianiamenyuruhseseoranguntukmengumumkan,"Barang
siapa yang memilikisangkutanhutang,makasekarangiatelahterbebas."Takberselang
lama,pinturumahQaisjebolkarenabanyaknya orang yang menjenguknya.

Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

11
4. MENJAGA SUMPAH

a. Nash Al-Qur’an

‫َواحْ فَظُ ْٓوااَ ْي َمانَ ُك ْم‬

“Dan jagalahsumpahmu.”(QS. Al-Ma’idah: 89)

b. Penjelasankaidah
Kaidahinisangatterkaitdengankenyataanhidupumatmanusia,
mengingatseseorangtidakmungkinterhindardarisumpahkarenatelahterbiasamelakukannya.
Makasangatpentinguntukdiangkatsuatupetunjukmengenainya, yaitukaidah yang
terdapatdalamfirman Allah Ta'ala,

‫َواحْ فَظُ ْٓوااَ ْي َمانَ ُك ْم‬

“Dan jagalahsumpahmu.”(QS. Al-Ma’idah: 89)


Kaidahiniberlatarbelakangkontekspenebusansumpah(kaffaratal-yamin)dalamsurat Al-
Maidah. Allah berfirman,
ْ ِ ‫اخ ُذ ُك ْمبِ َما َعقَّ ْدتُّ ُمااْل َ ْي َما ۚنَفَ َكفَّا َرتُ ٗ ٓها‬ ٰ
ْ ُ‫ط َعا ُم َع َش َر ِة َم ٰس ِك ْينَ ِم ْناَوْ َس ِط َمات‬
‫ط ِع ُموْ نَا َ ْهلِ ْي ُك ْماَوْ ِك ْس َوتُهُ ْماَوْ تَحْ ِر ْي ُر‬ ِ ‫اخ ُذ ُك ُماللّهُبِاللَّ ْغ ِوفِ ْٓيا َ ْي َمانِ ُك ْم َو ٰل ِك ْنيَُّؤ‬ ِ ‫اَل يَُؤ‬
ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ
َ‫احلَ ْفتُ ۗ ْم َواحْ فَظُ ْٓوااَ ْي َمانَ ُك ْم ۗ َكذلِ َكيُبَيِّنُاللّهُلَ ُك ْما ٰيتِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْمتَ ْش ُكرُوْ ن‬ َ ‫صيَا ُمثَلثَ ِةاَيَّا ۗ ٍمذلِ َك َكفَّا َرةُاَ ْي َمانِ ُك ْما ِ َذ‬ ِ َ‫َرقَبَ ۗ ٍةفَ َم ْنلَّ ْميَ ِج ْدف‬
“Allah tidakmenghukumkamudisebabkansumpah-sumpahmu yang tidakdisengaja
(untukbersumpah), tetapiDiamenghukumkamudisebabkansumpah-sumpah yang
kamusengaja, makakafaratnya (dendapelanggaransumpah) ialahmemberimakansepuluh
orang miskin, yaitudarimakanan yang biasakamuberikankepadakeluargamu,
ataumemberimerekapakaianataumemerdekakanseoranghambasahaya.
Barangsiapatidakmampumelakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalahtigahari.
Itulahkafaratsumpah-sumpahmuapabilakamubersumpah. Dan jagalahsumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkanhukum-hukum-Nya kepadamu agar kamubersyukur
(kepada-Nya).”(QS. Al-Ma’idah: 89)
Maknakaidah yang kitabahas kali ini"dan jagalahsumpahmu."(QS. Al-Ma’idah:
89)yaitumenjaganyadaritigahal; Pertama,menjaga agar tidakbersumpahpalsu.Kedua,
menjaga agar tidakbanyakbersumpah.Ketiga, menjaga agar tidakmelanggarsumpah,
kecualijikamelanggarnyaterdapatkebaikan. Jadi, menjagasumpah yang
sempurnaadalahmelakukankebaikan dan
sumpahnyaitutidakmenjadisebabmeninggalkankebaikanitu.Penjelasannyaadalahsebagaiberik
ut;
1. Menjaga agar tidakbersumpahpalsu.

12
Sumpahpalsutermasukdalamjajarandosabesar, karenanyasumpahitudisebutal-yamin al-
ghamus yang menjerumuskanpelakunyakedalamdosa. Abdullah bin Amr bin
al-'Ashradhiyallahu‘anhuberkata, "Seorang Arab
pedalamandatangmenghadapRasulullah SAW dan bertanya,
‘WahaiRasulullah,apakahdosa-dosabesaritu?’ Beliaumenjawab, ‘Menyekutukan Allah.’
Orang itubertanyalagi, ‘Kemudianapalagi?’Beliaumenjawab,
‘Kemudiandurhakakepadakedua orang tua.’ Lalu orang itubertanyalagi,
‘Kemudianapalagi?Beliaumenjawab, ‘Sumpahpalsu.’Aku(Abdullah bin Amr)bertanya,
‘Apakahsumpahpalsuitu?’Beliaumenjawab, ‘Yaitusumpah yang dapatmenyerobothak
orang lain,sementarasumpahitubohongadanya’."(HR. Al-Bukhari)

Allah berfirman,
‫ص َد ْدتُّ ْم َع ْن َسبِ ْياِل ٰللّ ۚ ِه َولَ ُك ْم َع َذابٌ َع ِظ ْي ٌم‬
َ ‫اوتَ ُذوْ قُواالس ُّۤوْ َءبِ َما‬
َ َ‫َواَل تَتَّ ِخ ُذ ْٓوااَ ْي َمانَ ُك ْم َد َخاًل ۢ بَ ْينَ ُك ْمفَت َِزلَّقَ َد ۢ ٌمبَ ْع َدثُبُوْ تِه‬
“Dan janganlahkamujadikansumpah-sumpahmusebagaialatpenipu di antaramu, yang
menyebabkan kaki(mu) tergelincirsetelahtegaknya (kukuh), dan
kamuakanmerasakankeburukan (di dunia) karenakamumenghalangi (manusia) darijalan
Allah, dan kamuakanmandapatazab yang besar.”(QS. An-Nahl: 94)
Imam Ibnu
Hajarrahimahullahberkata,"Korelasiayatinidengansumpahpalsuadalahadanyaancamanb
agi orang yang bersumpahsecaradustadengandisengaja.”
Kamuakansangatheran(meskipunperintahmenjagasumpahinisangatjelas dan
ancamansumpahpalsusangatberat)dengankeberaniansebagian orang yang bersumpahpalsu
demi mendapatkansedikitharta dunia ataumenolakbahayadaridirinya.
Tidaktahukahmerekabahwasiksa dunia lebihringandaripadasiksaakhiratkelak?
TidakmendengarkahmerekahadisRasulullah SAW yang sangatmenggidikkanhatiini,
"Barangsiapa yang bersumpahpalsu demi mendapatkanhakmilik orang lain
(sementarasumpahnyaitubohongbelaka)makaiaakanmenghadap Allah
dalamkondisidimurkai."(HR. Muslim)

2. Menjaga agar tidakmemperbanyaksumpah.


Allah berfirman, "dan jagalahsumpahmu."Artinyameminimalisirsumpah. Allah mencela
orang yang banyakbersumpahdenganfirman-Nya,
‫َواَل تُ ِط ْع ُكلَّ َحاَّل فٍ َّم ِهي ۙ ٍْن‬
“Dan janganlahengkaupatuhisetiap orang yang sukabersumpah dan
sukamenghina.”(QS. Al-Qalam: 10)
Hikmah dibalikmeminimalisirsumpahadalah:

13
a. Orang yang banyakbersumpah‘Demi Allah’untukhal yang ringan dan
berat,makalidahnyaakanterbiasasehinggasumpahitutidakmemilikibobot di
dalamjiwanya.Akibatnyaiatidakakanberpikirpanjanguntukberbohongdalamsumpahny
a. Sehinggatujuanagung dibaliksumpahituhilangsia-sia.

b. Ketika seseorangmemperbanyakmengagungkan Allah


makaiasemakinsempurnadalamberibadah.Kesempurnaanpengagunganiniadalahhenda
knyamengingat Allah (Dzikrullah)lebih agung dan
bernilaibaginya,daripadamenggunakannyauntukkepentinganduniawisemata
(bersumpah).

c. Banyaknyasumpahdapatmenghilangkan rasa percayadiriseseorang dan juga


kepercayaan orang lain kepadanya.
Iasenantiasamerasatidakdigubrissehinggakeluarlahsumpah.Karenanya, Allah
menyebut orang sepertiinidenganal-mahin (orang yang hina-dina).

3. Menjagasumpah agar tidakmelanggarnya.


Kewajibanseorangmukmin yang telahmengucapkansumpahuntukhal-hal yang
baikatauhal-hal yang boleh(mubah)adalahbertakwakepada Allah dan
meluruskansumpahnya,
karenahalinitermasukdalamupayamengagungkanAllah.Dikecualikandarihaliniadalah; Jika
dalammelanggarsumpahterdapatnilaikebaikandaripadameneruskansumpahnya,
makagambaranmenjagasumpah yang sempurnaadalahmelakukankebaikan dan
sumpahnyatidakmenjadipenyebabmeninggalkankebaikanitu. Contohnya,
seseorangbersumpahtidakakanmakan menu
tertentuatautidakakanmasukkedalamrumahseseorang.
Dalamkasusinisebagaiknyaiatidakmelanjutkanperkataantersebut,
terlebihjikamelanggarnyaterdapatkemaslahatan.
Didalamhadisriwayat Abu Hurairah radhiallahu‘anhudisebutkan,
"Suatusaatseseorangberada di rumahRasulullah SAW sampailarutmalam.
Kemudianiapulangkerumahnya dan mendapatianak-anaknyatelahtidur. Lalu
istrinyadatangdenganmembawamakananuntuknya.
Tetapiiabersumpahtidakakanmakanlantarankasihanmelihatanak-anaknya yang
belummakan.Namuniamelanggarsumpahnya dan memakannya. Setelah
ituiamendatangiRasulullah SAW dan menceritakanapa yang ialakukan.
Beliaupunlantasbersabda,"Barangsiapa yang bersumpahuntuksesuatu,
laluiamelihatlainnyaitulebihbaikbaginya,makahendaknyaiamelanggarsumpahnya, dan
membayarkafarat(denda)sumpahnya."(HR. Muslim)
Dalamhadits lain yang diriwayatkandari Abu Musa radhiallahu‘anhuiaberkata,Rasulullah
SAW bersabda, "Demi Allah, Insya Allah akutidakbersumpahuntuksesuatu,
laluakumelihatselainnyalebihbaikkecualiakumelanggarnya, dan

14
menghalalkansumpahku(denganmembayarkafarat)."(HR. Bukhari dan Muslim).Hadits-
hadits lain tentanghalinisangatbanyaksekali.

Intinya, hendaknyakitamengamalkankaidahini"dan jagalahsumpahmu."(QS. Al-Maidah:


89)denganbaik; tidakbersumpahpalsu, tidakterlalubanyakbersumpah,
tidakbersumpahtanpakepentingan yang dibenarkan dan
tidakmelanggarsumpahjikasebelumnyatelahbersumpahkecualijikamelanggarnyalebihbaikdari
padameneruskansumpahnya.
Semuapenjelasan di atasmenyadarkankitabahwasyariatsangatmemperhatikantemasumpahini
dan menjelaskanhukum-hukumnyadenganterperinci, agar
seorangmukminmengetahuibatasan-batasanjenisibadahini, hukum-hukum yang
melingkupinya dan apa yang wajib, sunnah ataubolehdilakukansaatiaterlanjurbersumpah.
Semuainidiperjelassebagaibentukpengagungankepada Allah dan
peringatanuntukkaummuslimin agar tidakmempermainkansumpah, dan
sebisanyameminimalisirsumpah.

Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

15
5. BERTANYA PADA YANG LEBIH TAHU

a. Nash Al-Qur’an

َ‫ن‬yۙ ْ‫فَا ْسـَٔلُ ْٓوااَهْاَل ل ِّذ ْك ِراِ ْن ُك ْنتُ ْماَل تَ ْعلَ ُمو‬

“Makabertanyalahkepada orang yang


mempunyaipengetahuanjikakamutidakmengetahui,.”(QS. An-Nahl: 43)

b. Penjelasankaidah
IniadalahkaidahAl-Qur’an yang meluruskanperjalananseoranghambakepada
Allah,menataibadah, interaksi dan sikapnya dan menjelaskanapa yang
samarataurumitdalamurusanagamanya.Kaidahiniberulangdua kali denganredaksi yang
samadalamduaayat;
Pertama, di dalam surah An-Nahl. Allah berfirman,
- َ‫ن‬yۙ ْ‫َو َمٓااَرْ َس ْلنَا ِم ْنقَ ْبلِ َكاِاَّل ِر َجااًل نُّوْ ِح ْٓياِلَ ْي ِه ْمفَا ْسـَٔلُ ْٓوااَهْاَل ل ِّذ ْك ِراِ ْن ُك ْنتُ ْماَل تَ ْعلَ ُمو‬
َ‫الزب ۗ ُِر َواَ ْن َز ْلنَٓااِلَ ْي َكال ِّذ ْك َرلِتُبَيِّنَلِلنَّا ِس َمانُزِّاَل ِ لَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْميَتَفَ َّكرُوْ ن‬
ُّ ‫بِ ْالبَي ِّٰنتِ َو‬

“Dan Kami tidakmengutussebelumengkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang


Kami beriwahyukepadamereka; makabertanyalahkepada orang yang
mempunyaipengetahuanjikakamutidakmengetahui. (Mereka Kami utus)
denganmembawaketerangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-
Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkaumenerangkankepadamanusiaapa yang
telahditurunkankepadamereka dan agar merekamemikirkan.”(QS. An-Nahl:43-44)
Kedua, di dalam surahAl-Anbiya. Allah berfirman,
َ‫َو َمٓااَرْ َس ْلنَاقَ ْبلَ َكاِاَّل ِر َجااًل نُّوْ ِح ْٓياِلَ ْي ِه ْمفَ ْسـَٔلُ ْٓوااَهْاَل ل ِّذ ْك ِراِ ْن ُك ْنتُ ْماَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬
“Dan Kami tidakmengutus (rasul-rasul) sebelumengkau (Muhammad), melainkanbeberapa
orang laki-laki yang Kami beriwahyukepadamereka, makatanyakanlahkepada orang yang
berilmu, jikakamutidakmengetahui.”(QS. Al-Anbiya: 7)
Kontekskeduaayatdiatasadalahupayamendorong orang-orang kafir yang mendustakan agama
Islam agar maubertanyakepada orang-orang Ahli Kitab sebelummereka.
Dalammotivasiiniterdapatsatuisyaratbahwa orang-orang musyrikitutidakmengerti dan bodoh.
Jika tidakdemikiankeadaanmereka, makamotivasi agar maubertanyainisia-siasaja.
Jika
andamerenungkankeduaayatbesertakonteksnyadalamduasurattersebutniscayaandamendapatka
nbeberapapelajaran;
1. Universalitaskaidahini.
2. Sanjungan yang layakdiberikankepadapemilikilmupengetahuan.

16
3. Ilmupengetahuan yang paling utamaadalahilmupengetahuantentangKitabullah, karena
Allah memerintahkan orang yang tidakmemahamiAl-Qur’an untukbertanyakepada para
ulama.

4. Orang yang bertanya dan orang yang bodohtelahkeluardaridosahanyadenganbertanya.


Dalamhaliniterdapatsatumaknabahwa Allah telahmempercayakanwahyu-Nya kepada para
ulama sehinggamerekadituntutuntukmembersihkanjiwa dan berakhlakmulia.
5. Kaidahini juga menunjukkanbahwaAhlu Adz-Dzikr yang paling muliaadalahAhlu Al-
Qur’an(para pemerhatiAl-Qur’an).MerekalahAhlu Adz-Dzikryang sebenarnya dan
berhakmenyandangtitelinidaripadaselainmereka.
6. Perintahbelajar dan bertanyakepada orang-orang yang berilmu.
Adanyaperintahuntukbertanyakepadamerekakarenamerekalah yang wajibmengajarkan
dan menjawabpertanyaansesuaiilmumereka.
7. Adanyaperintahuntukbertanyakepada orang yang
berilmuberartiadanyalaranganbertanyakepada orang yang bodoh dan
tidakberpengetahuan. Juga laranganbagi orang bodoh dan
tidakberpengetahuanuntukmenjawabpertanyaan yang diajukankepadanya.
8. Kaidahini juga menunjukkanbahwa ijtihad tidakwajibbagisemua orang,
karenaadanyaperintahbertanyamerupakanbuktiadanya orang-orang yang
kewajibannyahanyabertanya, bukan ijtihad. Inilahpetunjuksyariat yang benar dan
sesuaidenganrasionalitas, karenamustahilsemua orang mampuberijtihad.
Di
dalamilmuUshulfiqihdinyatakanbahwapatokandalammengaplikasikanmaknasuatunashadalah
keumumanredaksinya(umumal-lafzhi), bukanberdasarkankonteks yang
melatarbelakanginya(khusus as-sabab). Kaidah yang kitabahas kali
inimerupakancontohnyaaplikasiprinsipushulfiqih di atas. Kaidahini-meskipunkonteks yang
melatarbelakanginyakhususadalahperintahkepada orang-orang
musyrikuntukbertanyakepadaAhlulKitab (Ahlu adz-Dzikr)tentangkehidupanpara Rasul-
adalahbersifatumummencakupsegalapermasalahan agama baik yang prinsip-prinsipatau yang
cabang-cabangnya; jikaseseorangtidakmemilikiilmunyamakaiawajibbertanyakepada orang
yang mengetahuinya.
Hal inisangatjelassekalisehinggatidakbutuhdiperpanjang.Namun yang
perlumendapatkanperhatianadalahadanyatindakan-tindakan yang
menyalahipetunjukkaidahini yang nampakdalamrealitaskehidupanumatmanusia.Salah
satucontohdalampermasalahaniniadalahketikaandamenyaksikansebagian orang yang
menghadapisuatu problem dan butuhmengkonsultasikannya,
makaiasegeramenanyakankepadasetiap orang yang ditemuinya,
meskipuntidakmengetahuikapasitas orang tersebut; apakahiaseorang yang alim atautidak?
bahkansebagian orang berpatokanpada penampilan; jikaadaseorang yang
penampilannyabaikmakaiamengiranyasebagai ulama yang bisadimintai fatwa.

17
Semuaini salah,tidakdapatdibenarkan dan melanggarpetunjukkaidah Al-Qur’an,
"Makabertanyalahkepada orang yang
mempunyaipengetahuanjikakamutidakmengetahui."(QS. An-Nahl: 43).
Apa yang akandilakukan oleh orang-orang sepertiiniketika salah
satuanggotakeluarganyasakit? Apakahmerekamenanyakankepada orang yang pertama kali
merekatemui, ataupergikedokter yang mahir dan bertanya? Apa yang akandilakukan oleh
orang sepertiinitatkalamobilnyamogokataurusak?
Apakahmerekaakanmenyerahkannyakepadasetiap orang yang merekatemui?
Ataumencaritukangbengkel yang paling handaluntukmembetulkankerusakanmobilnya?
Jika dalamurusan dunia sajakitaharusmenanyakankepada orang yang ahli, makadalamurusan
agama haruslebihberhati-hati. Imam Malik bin Anas rahimahullahberkata,
"Sesungguhnyailmuiniadalah agama makalihatlahdarisiapa kalian mengambil agama
kalian."
Sebuahkisah yang diriwayatkan oleh IbnuAbdilBarr, ‘Suatusaatseoranglaki-
lakimenghadapRabi’ahbin Abdurrahman (guru Imam Malik),tetapiiamendapatinyamenangis.
Laki-lakiitubertanya,‘Apa yang
membuatmumenangis?’Rabi’ahsemakinterisakdalamtangisnya. Laki-lakiituberkata,
‘Apakahmusibahmenimpamu?’Rabi’ahmenjawab,‘Tidak, tetapibanyak orang yang
takberilmudimintaifatwa, sehinggatimbulmasalahbesar di dalam Islam.’Rabi’ahmelanjutkan,
‘Demi Allah,sebagian orang yang memberifatwa di sinilebihberhakdipenjaradaripada para
pencuriitu.’
Al-Allamah Ibnu Hamdan al-Harranirahimahullahmengomentarikisahinidenganmenyatakan,
‘Lalu bagaimanaseandainyaRabi’ahmenyaksikansaatini, keberanian orang yang tidakberilmu,
sedikitkebaikan, bejatnyaperilaku dan busuknyajiwamemberikan fatwa?
Tujuannyahanyasum’ah (ingindidengar), riya’ dan inginmenyayangi para ulama yang
tinggiderajatkeilmuan dan ketakwaannya. Merekatelahdilenakan oleh banyaknya orang
orangbodoh yang mengikutinya dan tidakmenghiraukantanggungjawabmereka.
Tujuanpenjelasansingkatiniadalahperingatanakanpentingnyaselektifdalambertanyakepadasese
orang. Iaharusbertanyakepada orang yang dapatmembebaskantanggungjawabnya dan orang
yang lebihbertakwa, lebihalim dan lebihhati-hatidalamsegalahal. Orang sepertiitulah yang
disebutAhlu Adz-Dzikrsebetulnya,yaitu orang yang dituju oleh kaidah:

َ‫ن‬yۙ ْ‫فَا ْسـَٔلُ ْٓوااَهْاَل ل ِّذ ْك ِراِ ْن ُك ْنتُ ْماَل تَ ْعلَ ُمو‬

“Makabertanyalahkepada orang yang


mempunyaipengetahuanjikakamutidakmengetahui,.”(QS. An-Nahl: 43)

18
Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

19
6. MENGKLARIFIKASI SEBUAH BERITA

a. Nash Al-Qur’an

‫اِ ْن َج ۤا َء ُك ْمفَا ِس ۢقٌبِنَبَاٍفَتَبَيَّنُ ْٓوا‬

“Jika seseorang yang fasikdatangkepadamumembawasuatuberita,


makatelitilahkebenarannya.”(QS. Al-Hujurat: 6)

b. Penjelasankaidah
Kaidahinimemilikiketerkaitandengankenyataanhidupmanusia. Karena itu,
kebutuhanuntukmencermati dan mentadaburiayatinibegitubesar; khususnya pada
masasekarang, ketikafenomena media massadan media
sosialdalammenukilberitasangatbebas dan terbuka.
Ayat initercantumdalamsurat Al-Hujurat pada konteksadab, dimana Allah
hendakmengajarkankepadakaummusliminsebuahadab yangmulia. Allah herfirman,
ۢ
ِ ُ‫ٰيٓاَيُّهَاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُ ْٓوااِ ْن َج ۤا َء ُك ْمفَا ِسقٌبِنَبَاٍفَتَبَيَّنُ ْٓوااَ ْنت‬
‫ْن‬yَ ‫ص ْيبُوْ اقَوْ ًم ۢابِ َجهَالَ ٍةفَتُصْ بِحُوْ اع َٰلى َمافَ َع ْلتُ ْم ٰن ِد ِمي‬
"Wahai orang-orang yang beriman,jikadatangkepadamu orang fasikmembawasuatuberita,
makaperiksalahdenganteliti agar
kamutidakmenimpakunsuatumusibahkepadasuatukaumtanpamengetahuikeadaannya yang
menyebabkankamumenyesalatasperbuatanmuitu."(QS. Al-Hujurat: 6)
Sebagian ahlitafsirmenyebutkansebabturunnyaayatmuliaini.Ringkasnyabahwa Al-Harits bin
Dhirar Al-Khuza'i yang merupakanpembesar Bani Musthaliq, ketikamasuk Islam.
IasepakatbersamaRasulullah agar diutuskepadanya (Waktu yang disepakatikeduanya)
seorangpemungut zakat untukmengumpulkan zakat Bani Musthaliq. Lalu,
utusanRasulullahini pun menuju Bani Musthaliq, akantetapiiamerasakhawatirsehingga di
pertengahanjalaniamemutuskankembali.Al-Harits bin Dhirar pun
merasaheranatasketerlambatandatangnyautusanRasulullah pada waktu yang telahdisepakati.
Ketika utusanituberjumpadenganRasulullah, iaberkata, "Wahai Rasul, Al-
HaritsbinDhirarmenghalangidirikuuntukmengambil zakat darinya,
bahkaniahendakmembunuhku,"Mendengarhalini, Rasulullah pun marah dan
memutuskanuntukmengirimbeberapa orang utusanuntukmenemui Al-Harits bin Dhirar.
Padahal, Al-Harits pun berniatdatangke Madinah untukmenemuiRasulullah.
Di tengahjalan, para utusanituberpapasandengan AI-Harits bin Dhirar. Al-Harits bin
Dhirarbertanya, "Kepadasiapa kalian diutus? Merekamenjawab, "Kepadarnu,"Al-
HaritsbinDhirar, "Mengapa?" Merekamenjawab, "Beberapawaktulalu,
Rasulullahpernahmengutuskepadamu Al-Walid binUqbah,
namuniamenuduhbahwakamuengganmembayar zakat dan bahkanhendakmembunuhnya,".

20
Al-Haritsberkata, "Tidak, demi Allah yang telahmengutus Muhammad atasnamakebenaran,
akusamasekalitidakpernahbertemudengannya dan iatidakpernahmendatangiku."

Setelah AI-Harits bin DhirarbertemuRasulullah, beliauberkata, "Wahai Al-Harits,


kamuengganmembayar zakat dan hendakmembunuhutusanku?" Al-Haritsmenjawab, "Demi
Allahyangtelahmengutusmudengankebenaran, akusamasekalitidakpernahmelihatnya dan
ia juga tidakpernahdatangmenemuiku, denganbegituakukhawatirmurka AllahdanRasul-
Nyaakanturun,"Kemudian, setelahkejadianini,Allah menurunkansurat Al-Hujuratini,
“Wahai orang-orang yang beriman,jikadatangkepadamu orang fasikmembawasuatuberita,
makaperiksalahdengunteliti agar
kamutidakmenimpakunsuatumusibahkepadasuatukaumtanpamengetahuikeadaannya yang
menyebabkankamumenyesalatasperbuatanmuitu"(QS. Al-
Hujurat:6).RiwayatinidikeluarkanolehImam Ahmad dengansanadyang tidakbermasalah, dan
riwayatinidisepakati oleh sebagianbesar ulama seperti yang disebutkan oleh IbnuAbdil
BarrdalamAl-Isti’ab (4/1553).
Dalam salah satuversiqira'ahsab'iyah (tujuhbentukmacambacaan Al-Qur’an),
disebutkanlafazh, "Fatatsabbatuu"polabacaaninisemakinmemperjelasmaknaayatini, dimana
Allah memerintahkan orang-orang berimanuntukteliti pada
duahalsaatmendengarsebuahberita;
Pertama, konfirmasiataskehenaransebuahberita;
Kedua, memintakejelasan dandetilakanhakikatdan bentukberitaitu.
Jika ada yang mengajukanpertanyaan, "Apakahadaperbedaan di antarakeduanya?
Jawabannya, "Ya, adaperbedaannya. Karena
bolehjadisebuahberitatelahterkonfinnasidenganbaiknamuntidakdiketahuihakikat
danbentuknya."
Kita menjelaskanmaknainidengansebuahkisah yang pernahterjadi di masa Rasulullah,
yaitusaatbeliaukeluardarimasjidnyauntukmengantarShafiyahpulangkerumahnya. Saatitu,
adadua orang laki-laki yang melihatRasulullah dan Shafiyah, keduanya pun
mempercepatlangkahnya. Rasulullahberkata, "Tidakusahterburu-buru,
sebabiniadalahShafiyah."(HR. Bukhari dan Muslim)
SekiranyaseseorangmenukilsebuahberitabahwaRasulullahberjalandenganseorangwanita di
kegelapanmalam, makatentuberitaitubenar, namunhakikat dan detail
beritaitubelumterlalujelas, karenaitu di sinilah proses konfirmasiitudibutuhkan.
Berikutinicontoh lain yang acapkalikitatemuidalamkehidupansehari-hari.Terkadangada di
antarakita yang melihatseseorangmasukkedalamrumahnyasementara pada waktubersamaan
orang lain berbondong-bondongmenuju masjid untukmenunaikanshalatnya. Jika
diberitakanbahwaseseorangmemasukirumahnya pada waktushalatsedangditegakkan,
makatentuberitaitutidakadasalahnya, akantetapibelumjelasbagikitasebabapaiamasukrumah?

21
Apakondisinya? Bolehjadiiabarupulangdariperjalananpanjang, dan
barangkaliiasudahmenjamakshalatnya, sehinggakewajibanshalattidaklagiditunaikan,
ataukemungkinanadanyaalasan-alasan lain yang pada akhirnyakitadapatmengerti dan
memahamitindakannya.
Contoh lain yang juga seringkitatemukankhususnya dibulan Ramadhan; Salah seorang di
antarakitamelihatsaudaranyameminum air atau sirup di siangharibulan Ramadhan,
atauiamakan di sianghari. Jika dinukilsebuahberitabahwaiatelahmelihatsaudaranyamakan
dan minum di bulan Ramadhan, makatentuberitaitubenar, akantetapiapakah detail
masalahnyasudahjelas? Belum tentu. Karena
bolehjadiiasedangbermusafirsehinggaiabolehtidakberpuasamenurut salah satupandangan
ulama fikih, ataubolehjadiiasakit, ataukarenalupa, dan kemungkinanadanyaalasan-
alasan lain yang tidakdiketahui.

Pada kaidah Al-Qur'an initerdapatbeberapapesan dan pelajaran lain:


 Sesungguhnyaberita yang objektifdapatditerima, iatidakditolakkecualijikaadafaktor yang
menyertaibahwaberitaitumeragukanatautidakakurat, maka pada
saatituiabolehditolak.Allah SWTtidakmenyuruhmenolakataumengingkariberita yang
dibawa oleh orang fasiksamasekaliataumenolakpersaksiannyasecarautuh. Namun yang
diperintahadalahmemintapenjelasanalias konfirmasi. Jika
terdapatdalilataupenguatdariluar yang menguatkankebenarannya,
makaberitaitudapatdipegangsiapa pun yang memberitakannya.
 Ayat muliaini jugamengisyaratkansebuahpesanbahwadilarangterburu-
burumenyebarkansebuahberita yang dikhawatirkandampaknya. Allah SWT
mencelagolongan yang melakukanhalini, seperti pada firman-Nya,

ۗ ‫َه ِم ْنهُ ْم‬yٗ ‫اج ۤا َءهُ ْما َ ْم ٌر ِّمنَااْل َ ْمنِا َ ِو ْال َخوْ فِا َ َذا ُعوْ ابِ ٖه ۗ َولَوْ َر ُّدوْ هُاِلَىال َّرسُوْ لِ َواِ ٰلٓىاُولِىااْل َ ْم ِر ِم ْنهُ ْملَ َعلِ َمهُالَّ ِذ ْينَيَ ْستَ ۢ ْنبِطُوْ ن‬
َ ‫َواِ َذ‬
‫َولَوْ اَل فَضْ اُل ٰللّ ِه َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهٗ اَل تَّبَ ْعتُ ُمال َّشي ْٰطنَاِاَّل قَلِ ْياًل‬

“Dan apabilasampaikepadamerekasuatuberitatentangkeamananataupunketakutan,
mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabilamerekamenyerahkannyakepada
Rasul dan Ulil Amri di antaramereka, tentulah orang-orang yang
inginmengetahuikebenarannya (akandapat) mengetahuinya (secararesmi) darimereka
(Rasul dan Ulil Amri). Sekiranyabukankarenakarunia dan rahmat Allah kepadamu,
tentulahkamumengikutisetan, kecualisebagiankecilsaja (di antarakamu).”(QS. An-Nisa:
83)

Allah SWT juga berfirman,

ٰ ُ‫ب ْل َك َّذبُوْ ابمالَميُح ْيطُوْ ابع ْلمه ولَمايْأتهمتَْأو ْيلُهٗۗ َك ٰذل َك َك َّذبالَّذ ْينَم ْنقَ ْبلهمفَا ْنظُرْ َك ْيفَ َكانَعاقبة‬
َ‫الظّلِ ِم ْين‬ َِ َ ِِْ ِ ِ َ ِ ِ ْ ِ ِ َ َّ َ ٖ ِ ِ ِ ِ ْ َِ َ

“Bahkan (yang sebenarnya), merekamendustakanapa yang


merekabelummengetahuinyadengansempurna dan belummerekaperolehpenjelasannya.

22
Demikianlahhalnyaumat-umat yang adasebelummerekatelahmendustakan (rasul).
Makaperhatikanlahbagaimanaakibat orang yang zalim.”(QS. Yunus: 39)

 Ayat inimenyebutkanalasanadabini (konfirmasiberitadari orang fasik), denganfirman-


Nya, "Agar
kamutidakmenimpakansuatumusibahkepadasuatukaumtanpamengetahuikeadaannyayanq
menyebabkankamumenyesalatasperbuatanmuitu"(QS. Al-Hujurat:
6),halitudisebabkansikapterburu-burudalammenerimaberitadariseseorang,
terlebihjikapembenaranberitaituberimplikasi pada tuduhanatau stigma negatif pada
diriseseorang.
Dengandemikian,makna dan kandungankaidahayatinisudahsangatjelas dan bernas.
Tapisayangnya,adajarakyang jauhantarakaummuslimindengankaidahini.
Kondisiinidiperparahdenganmerebaknya media informasikontemporer, seperti handphone,
internet, dan media-media lain.

Yang paling banyakmenjadi korban denganmerebaknya media


informasicanggihiniadalahpribadiRasulullahSaw. Berapabanyakhadits-hadits yang
tidakshahihataucerita-ceritalemah yang disandarkan dan dinisbatkankepadabeliau.
Berapabanyak pula yang dusta dan palsu. Tentukebohongan yang
sepertiinitidakpantasdisandarkankepadasiapa pun, terlebihkepadasosokRasulullah yang
penuhdengankemuliaan.
Fenomenalain yang juga tidakkalahberbahayanyaadalahsikapterburu-burudan tergesa-
gesasaatmenukilperkataan para ulama, terlebihsosok ulama yang ditunggu-tunggu fatwa dan
nasihat-nasihatnya, ulamayang perkataanyadidengaroleh umat.TentuTindakan
sepertiinitidakdiperbolehkan.Jika dalamkaidahinikitadisuruhmengkonfirmasi, mengkroscek,
dan menelitisebuahberita yang bersifatumum, makatentuinformasitentangRasulullah dan
ulama sebagaipewaris para Nabi, tentuharuslebihberhati-hati.
Demikian jugadalammenukilinformasidari para pemerintahataupemimpinmuslimatau para
pembesarkaummuslimin, dimanaucapan dan fatwa
merekamemilikipengaruhlangsungkepadaumat, makadalamhalinidibutuhkansikapberhati-
hati, menghadirkanbudayakonfirmasisebelumada orang-orang yang menyesal pada
waktudimanapenyesalanitutidakadagunanya.
Penerapankaidahinitidakterbatas pada apa yang kitautarakansebelumnya. Akan tetapi,
iamerupakankaidah yang juga dibutuhkan oleh pasangansuamiistri, para ayah
ketikaberinteraksidengananak-anaknya, atauanak-anakbersamaorangtuamereka. Karena
berapabanyakrumah yang
hancurberantakansertaporakporandahanyakarenakaidahinitidakditerapkan dan
diaplikasikandenganbaik dan benar?
Sebuahpesanmasukkedalam handphone salah seorangistri. Suaminya
puntanpasengajamenemukanpesansingkatitu dan

23
memutuskanuntukmenceraikanistrinyatanpamengkonfirmasiataumenelitidetilpesanituterlebih
dahulu, yang bolehjadiitumerupakanpesannyasarataubernadacanda. Demikian
jugasebaliknya, sebuahpesannyasarke handphone seorangsuami dan
tanpasengajaistrinyamengetahuinya dan menuduhsuaminyatelahberkhianatatautuduhan-
tuduhannegatiflainnya, ia punsegeramengajukanpermintaancerai, sebelumiameneliti
detailberita yang sebenaranyaterlebihdahulu.
Sekiranyakeduapasangansuamiistriinimenerapkankaidah Al-Qur'an ini,
tentusemuainitidakakanterjadi.
Jika mencermati dunia publikasi dan pemberitaan,
makaakansangatterasasekalibahwakaidahinisudahsemakindiabaikan dan dicampakkan.
Berapabanyak media yang menukilberitadisertaidengankedustaan dan kebohongan,
hanyauntukmemberikeyakinankepada para pembacabahwaberituitubenaradanya,
padahalkenyataannyatidakdemikian.
Karena itu,merupakankewajibansetiapmukmin yang mengagungkanfirman-
firmanTuhannyauntukteruswaspada dan berhati-hatidalammenukilberita dan
menjadikankaidahmuliainisebagaibimbingan dan arahan, dimana Allah mengajarkan agar
setiapberita yang diterimaharusmelaluikonfirmasi,Allah mengatakan,
"Fatabayyanuu",mintalahpenjelasan.
Semoga Allah berkenanmenjadikankitasemuatermasuk orang-orang yang memilikiadab Al-
Qur'an ini dan memberikankekuatanuntukselalumengapllkasikannyadalamkehidupansehari-
hari.

Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

24
7. BERTUTURKATA YANG BAIK

a. Nash Al-Qur’an

‫َوقُوْ لُوْ الِلنَّا ِس ُح ْسنًا‬

“Dan bertuturkatalah yang baikkepadamanusia.”(QS. Al-Baqarah: 83)

b. Penjelasankaidah
Manusiaadalahmahkluk yang beradabsecaratabiat,seperti yang seringdikatakan oleh
banyakkalangan. lntensit.as interaksi yang terjadi
padasetiapharidenganberbagaipihakmengundangterjadinyagesekandengan orang-orang yang
memilikilatarbelakang yang berbeda-beda, pemahaman yang heterogen, tingkahlaku yang
tidaksatubentuk. Dari interaksi yang terjalinitulahialalumendengarkebaikan, dan pada
waktu yang bersamaania juga mendengarkankeburukan. Iamelihathal-hal yang
dapatmempengaruhhidupnya. Jadi,
kaidahinihadiruntukmengaturhubunganantarsesamamanusia.
Kaidahiniterulangpenyebutannyadalam Al-Qur'an lebihdarisatuayat,
baikdenganmenggunakanbahasalugas dan tegasmaupunbahasa yang bersifatimplisit. Di
antararedaksiayat yang mirip dan senadadengankaidahiniadalahfirman Allah SWT
dalamayatyang lain,
ُ‫َوقُ ْللِّ ِعبَا ِد ْييَقُوْ لُواالَّتِ ْي ِهيَاَحْ َس ۗن‬
"Dan katakanlahkepadahamba-hamba-Ku hendaklahiaberkatadenqanucapanyanqbaik"(QS.
AI-Israa': 53)
Ayat lain yang mendekatimaknaini, dimana Allahmemerintahkanorang-orang beriman
agar menghadirkanperdebatandengan Ahli Kitab dengancara yang baik. Allah SWT
berfirman,
‫َواَل تُ َجا ِدلُوْٓ ااَهْاَل ْل ِك ٰتبِاِاَّل بِالَّتِ ْي ِهيَاَحْ َس ۖنُاِاَّل الَّ ِذ ْينَظَلَ ُموْ ا ِم ْنهُ ْم‬
"Dan janganlahkamuberdebatdengan Ahli Kitab, melainkandengancara yang baik,
kecualidengan orang-orang yang zalim di antaramereka"(QS. Al-Ankabut: 46)
Juga tidaksedikitayat-ayatyangsenada dan memilikimaknasepertihalini,
(walaupunlafazhnyaberbeda). Pada pembahasanberikutnyakitaakanmenyebutkannya.
Sekarang, cobarenungkankembalibaik-baikfirman Allah SWT, "Dan ucapkanlah kata-kata
yangbaikkepadamanusia"(QS. Al·Baqarah: 83)

25
Ayat inibercerita padakonteks Bani Israil, dimana Allah memerintahkanbeberapaperkara
yang harusdilakukan oleh mereka. Ayat initurun pada periode Madinah (Madaniyah),
terletak di surat Al-Baqarah.

Allah menyebutkanhalsenada padaperiode Makkah (Makkiyah), yaitudalamsurat Al-Israa'


sebuahperintah yang bersifatumum, "Dan katakanlahkepadahamba-hambu-Ku
agarmerekaberkatadenganperkataanyang paling baik". (QS. AI-Israa': 53).
Jika demikian, ituartinyakitasekarangsedangmendengarperintah yang tegas dan lugas,
dimanatidakadaeksepsipadanya, kecualisaatberdebatdengan para Ahli Kitab. Salah
satubentukkeindahankaidahini,"Dan ucapkanlah kata-katayang
baikkepadamanusia,"bahwasebagian ulama qira'ahada yang membacaayatini,
dengan"waquululinnasihasanan"denganmemfathahkanhurufha dan sin.
Sebagian ulamaberpandanganbahwaucapan yang paling baikitubisaterjadi pada gayabahasa
dan maknanya. Gaya bahasa yang diutarakandenganpenuhkelembutan dan
kesantunan,tidakkerasataukasar. Sementarabaik pada maknanyaadalahapabila kata-kata
itumenghadirkankebaikan, karena pada hakikatnyasemuaucapan yang
baikitumembawamanfaat dan semuaucapan yang bermanfaatitumembawakebaikan.
Betapakitamembutuhkankaidah yang disebutkan Al-Qur'an ini,
terlebihsaatkitahiduplaluberinteraksi dan bergumuldenganberbagaimacamtipikalmanusia
yang memilikisifat dan karakter yang berbeda-beda. Di antaramerekaada yang muslim, kafir,
ada yang baik dan ada pula yang buruk, ada yang kecilsertaada pula yang besar. Bahkan,
kaidahini juga begitudibutuhkansaatberinteraksidengan orang-orang yang dekat di hati,
sepertikeduaorangtua, pasanganhidup (suamiatauistri), anak yang dicintai. Kaidahini juga
dibutuhkankehadirannyasaatherinteraksidengan orang-orang yang menjadibawahankita,
sepertipelayan dan orang-orang yang semisaldenganmereka.

c. Gambaran PenerapanKaidah
Jika Anda membukalembaran-lembaran Kitab Suci Al-Qur’an wahaisaudaraku,
makaakanmenemukanbeberapacontohpenerapankaidahinisecaraaplikatifdalamkehidupannyat
a.
1. Renungkanfirman Allah SWT tentangberbuatbaikkepadakeduaorangtua, Allah
berfirman,

‫َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُ ْللَّهُ َماقَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬

"Dan janganlahkamuhardikkeduanya dan ucapkanlahuntukkeduanyaperkataan yang


mulia"(QS. Al-Isra: 23). Ayat muliainimemerintahkan para anak agar
menghindariucapanmembentak dan menghardik yang diarahkankepadaorangtuanya,

26
bahkanmerekadiperintahuntukmenghadirkanucapan dan ungkapan yang
penuhnilaipemuliaan dan penghormatan, jauhdarikekerasan dan kekasaran.

2. Demikianjuga halnyasaatberkomunikasidengan orang-orang yang meminta dan


membutuhkan, Allah mengajarkan,

ْ‫َواَ َّماالس َّۤا ِٕىلَفَاَل تَ ْنهَر‬

"Dan adapundenganpeminta-mintamakajanganlahkamumenghardik."(QS. Ad-Dhuha:


10). Sebagian
ulamaberpandanganbahwapesanayatinibersifatumumuntuksemuajenispeminta,
baikmemintamaterimaupunmeminta(menuntut)ilmupengetahuan.

3. Hal lain yangmenjadicontohpenerapankaidahQur'aniyahini, yaitupujian Allah


terhadaphamba-hamba-Nya yang beriman, Allah berfirman,

‫َّواِ َذاخَ اطَبَهُ ُم ْال ٰج ِهلُوْ نَقَالُوْ ا َس ٰل ًما‬

"Dan apabila orang-orangjahilmenyapa, merekamengucapkantutur kata yang baik."(QS.


Al-Furqan: 63). lbnuJarir At-ThabariRahimahullahberkataketikamenjelaskanayatini,
yaituapabila orang-orangjahilitumenyapa orang-orangberimandenganucapan yang kasar
dan penuhkebencian, merekajustrumembalasnyadengantutur kata yang
benarlagimencerahkan.
Ketika hamba-hamba Allahmembalasucapanmerekadenganredaksi yang di atas,
itubukanberartimemperlihatkanekspresikelemahan danketidakberdayaan. Sebaliknya,
untukmenjagakehormatan dan kemuliaandiri. Bukanekspresikenaifan,
tetapiuntukkehormatan. Selainitu, untukmenjagaefisiensiwaktu agar tidakterbuangsia-
siatanpamanfaat, dan agar tenaga dan energitidakterkurashabiskarenamenghabiskannya
pada hal-hal yang tidakmemilikiefekmanfaatkepadadirinyasebagaiseorangmukmin yang
tentumemilikipribadimulia dan terhormat, ataujuga tidaksibuk dan larutdenganhal-
halkecil dan sepelepadahaliaseorangmukmin yang mulia dan tinggikedudukannya.

Ayatmulia yangterdapatdalamsurat Al-Israa' inimewanti-wantiumat Islam agar


janganabaidengankaidahini. Allah SWTberfirman,
‫اِنَّال َّشي ْٰطنَيَ ْن َز ُغبَ ْينَهُ ۗ ْماِنَّال َّشي ْٰطنَ َكانَلِاْل ِ ْن َسانِ َع ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬
"Sesungguhnyasetanmenimbulkanperselisihan di antaramereka.
Sesungguhnyasetanituadalahmusuh yang nyatabagimanusia."(QS. Al·lsraa': 53)
Karena itu, siapa yang mendapatkanujianberupamendengartutur kata yang
tidakmengenakkan di gendang telinganya,
makahendaklahiamenyikapinyadenganpenuhkebijakan, membalasnyadengan kata-kata yang
27
jauhlebihbaik,meresponnyadengansikapsantun dan lembut, membalikkan kata-kata yang
burukdengan kata-kata yang mencerahkan dan menyejukkan. ltulahsifathamba-hamba
Allah. Karena membalasdenganperilaku dan tutur kata serupa, tentubisadilakukan oleh
semua orang.
Imam MalikRahimahllahpernahmemberikanwejangan dan
arahankepadabeberapapenyairperihalperkara yang beliautidaksepakatdenganmereka.
Penyairberkatakepadanya, "Wahai Abu Abdillah, apakah Anda tidakmerasabahwa sang
Amir akanmengetahuikeputusan yang Anda tetapkanini?"

"Ya, sayamengetahuipastihalitu,"jawab Imam Malik.


"Sungguh, kami memintakedatanganAnda untukmendamaikanperselisihandiantarakami,
namun Anda tidakmelakukannya. Demi Allah, akuakanmengulitimudengankehinaan!" kata
sipenyair.
"Sungguhkamutelahmenunjukkankebodohan dan kehinaan,
Keduahalitutidakakanterlepasdarisiapa pun. Jika kamudapatmelakukanhal yang
dapatmematahkanleherseseorag, makakerjakanduahalini; dermawan dan
menjagakehormatan."

Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

28
8. ISTIQAMAH

a. Nash Al-Qur’an

َ‫فَا ْستَقِ ْم َك َمٓااُ ِمرْ ت‬

“Makatetaplahengkau (Muhammad) (di jalan yang benar),


sebagaimanatelahdiperintahkankepadamu.”(QS. Hud: 112)

b. Penjelasankaidah

Ayat inimerupakankaidahQur’aniyahsangat agung,yang menghimpun kata-kata yang


universal. Ayat ini juga merupakan salah satuwasiatpokok Al-Qur’an.Ayat
inidisebutkandalamsurat Hud, sebuahsuratmulia di mana Allah menjelaskan di
dalamnyajalankebenaran dan kebatilan, lalu Allah menyebutkanjalannyamasing-masing.
lnimerupakancontohsejarah yang diperlihatkan oleh para Rasul dan kaumnya, yang
diterangkan Allah SWT dalamsuratHudayat 101-112.

Ayatinitersimpanrapisepanjang masa, penulismencermatiisinyadan mencarimaksudnya, dan


tampakbagipenulis,bahwasemuaberputardalamsatuayat, yang
merupakanporosdarikeseluruhanayat, yaitufirman Allah,

ٰ ‫ۗ فَلَعلَّ َكتَار ۢ ٌكب ْعضمايُوْ ٰح ٓىالَ ْي َكوض ۤاى ۢقٌبه ص ْد ُر َكا َ ْنيَّقُوْ لُوْ الَوْ ٓاَل اُ ْنزلَعلَ ْيه َك ْن ٌزاَوْ ج ۤاءمعهٗ ملَ ۗ ٌكانَّمٓااَ ْنتَنَذ ْي ٌر ۗ و‬
‫اللّهُ َع ٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء َّو ِك ْي ٌل‬ َ ِ َ ِ َ ََ َ َ ِ َ ِ َ ٖ ِ ِٕ َ َ ِ َ َ َ ِ َ

“Makabolehjadiengkau (Muhammad) hendakmeninggalkansebagiandariapa yang


diwahyukankepadamu dan dadamusempitkarenanya, karenamerekaakanmengatakan,
“Mengapatidakditurunkankepadanyaharta (kekayaan) ataudatangbersamanyamalaikat?”
Sungguh, engkauhanyalahseorangpemberiperingatan dan Allah
pemeliharasegalasesuatu.”(QS. Hud: 12)

Orang yang mencermatisuratinidenganbaikakanmenemukanbahwa Allah


banyakberbicarakepadaRasulullah, baikdengan kata gantilangsung (sebanyaksepuluh kali
ataulebih) maupuntidaklangsung, di antaranyaadalahayat yang kitasedangbahasini. Allah
berfirman,

َ‫فَا ْستَقِ ْم َك َمٓااُ ِمرْ ت‬

“Makatetaplahengkau (Muhammad) (di jalan yang benar),


sebagaimanatelahdiperintahkankepadamu.”(QS. Hud: 112)

Terdapatbeberaparenunganterkaitdenganayatini:

29
Renunganpertama;Apakahhakikatistiqamahitu? Serta
aparahasiadariperintahistiqamahdenganIafazh yang tegasinikepadaRasulullah dan
pengikutnya? Hakikatistiqamah, jikakitamenukilpandangan para sahabat dan ulama
salafmakakitaakanmenemukanmaknaitutertuju pada satukalimat, di mana
istiqamahadalahmenitijalan yang lurus, yaitu agama yang benar,
tidakbengkokkekiriataukekanan, mencakupsemuajenisketaatan, baik yang zahirmaupun
yang batin, meninggalkansemualarangan, dan istiqamahtelahmeniadiwasiatutama dan
pokokdari agama ini.

PerintahtentangistiqamahinidiarahkankepadaRasulullah dan sahabatnya.


Tentumembutuhkanpembahasan yang panjangsekaliuntukmembahastemaini.Narnun,
satuhalterpenting yang perludijelaskan di sini; seorangmukminbarusmengetahui, bahwa
salah satuhalterbesar yang dikehendakisetandariketurunan Adam
adalahmenyesatkanmerekadarijalanistiqamah.Bukankahmusuh Allah initelahmengatakan,

‫ص َراطَ َك ْال ُم ْستَقِ ْي ۙ َم‬


ِ ‫قَالَفَبِ َمٓااَ ْغ َو ْيتَنِ ْياَل َ ْق ُع َدنَّلَهُ ْم‬

“(Iblis) menjawab, “Karena Engkautelahmenyesatkanaku,


pastiakuakanselalumenghalangimerekadarijalan-Mu yang lurus.” (QS. Al·A'raf: 16)

Karena itu, kitadiperintahmengulangsedikitnyasebanyaktujuhbelas kali dalamsehari-


semalamuntukmembacaayatini,
‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِ ْي َم‬
ِّ ‫ۙ اِ ْه ِدنَاال‬

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”(QS. Al-Fatihah: 6)

Ya Allah, tunjuki kami kepadajalan yang lurus dan kuatkanhati kami dalammenitijalanitu,
wahaiPemilikalamsemesta.

Renungankedua;
PerintahkepadaRasulullahuntukistiqamahadalahperintahuntukmendawamkan
(melangsukansecaraterusmenerus) dan tetap pada istiqamah.Perintahistiqamah juga
diarahkankepadaselainbeliau. IbnuAthiyahRahimahullahberkata, "Perintah Allahkepada
Nabi untukistiqamahmaksudnya agar beliauselalumendawamkan dan menguatkanhatinya
agar selaluistiqamah, sepertihalnyakitamenyuruhseseorang agar banyakberjalan,
janganlupamakanatauperintah-perintahlainnya."PandanganIbnuAthiyahinimenjelaskanapa
yang kitasebutkan di awaltentangpengulangandoainidalamsurat Al-Fatihah, "Tunjuki kami
jalan yang lurus".

Al-Qur'an denganberagamredaksibanyakberisiperintahtentangistiqamah dan


memujisertamenyanjung para pelakunya, sebabiamerupakanpokokdariajaran agama, di
antaranya:

30
1. DisebutkandalamsuratAsy-Syura' ketika Allah berbicaratentangsyariat-syariatterdahulu
dan pokok-pokokkesamaansyariat-syariatitu. Allah berfirman,

‫صىبِ ٖه‬ّ ٰ ‫َش َر َعلَ ُك ْم ِّمنَال ِّد ْينِ َما َو‬


ٰ
‫ىال ُم ْش ِر ِك ْينَ َماتَ ْد ُعوْ هُ ْماِلَ ْي ۗ ِهاَللّهُيَجْ تَبِ ْٓياِلَ ْي ِه َم‬ ٓ
ْ َ‫ص ْينَابِ ٖ ٓهاِب ْٰر ِه ْي َم َو ُموْ ٰسى َو ِعي ْٰسىا َ ْناَقِ ْي ُمواال ِّد ْينَ َواَل تَتَفَ َّرقُوْ افِ ْي ۗ ِه َكبُ َر َعل‬ َّ ‫نُوْ حًاوَّالَّ ِذ ْٓياَوْ َح ْينَٓااِلَ ْي َك َو َما َو‬
- ُ‫ْنيَّ َش ۤا ُء َويَ ْه ِد ْٓياِلَ ْي ِه َم ْنيُّنِي ْۗب‬
ۢ ٓ
‫واال ِك ٰتبَ ِم ْنبَ ْع ِد ِه ْملَفِ ْي َش ٍّك ِّم ْنهُ ُم ِر‬ ْ ُ‫ضيَبَ ْينَهُ ۗ ْم َواِنَّالَّ ِذ ْينَاُوْ ِرث‬ ِ ُ‫َو َماتَفَ َّرقُ ْٓوااِاَّل ِم ۢ ْنبَ ْع ِد َما َج ۤا َءهُ ُم ْال ِع ْل ُمبَ ْغي ًۢابَ ْينَهُ ۗ ْم َولَوْ اَل َكلِ َمةٌ َسبَقَ ْت ِم ْن َّربِّ َكا ِ ٰلىا َ َجلٍ ُّم َس ّمًىلَّق‬
ۗ ‫ فَلِ ٰذلِ َكفَا ْد ۚ ُع َوا ْستَقِ ْم َك َمٓااُ ِمرْ ۚتَ َواَل تَتَّبِ ْعا َ ْه َو ۤا َءهُ ۚ ْم َوقُاْل ٰ َم ْنتُبِ َمٓااَ ْنزَاَل ٰللّهُ ِم ْن ِك ٰت ۚبٍ َواُ ِمرْ تُاِل َ ْع ِدلَبَ ْينَ ُك ْم ۗ اَ ٰللّه َُربُّنَا َو َربُّ ُك ْم‬- ‫ب‬ ٍ ‫ْي‬
ْ ۚ ّ ٰ
‫ص ْي ُر‬ ِ ‫ۗ لَنَٓااَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْما َ ْع َمالُ ُك ْم ۗ اَل ُح َّجةَبَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ْم ۗ اَللهُيَجْ َم ُعبَ ْينَنَا َواِلَ ْي ِهال َم‬

“Diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukankepadamu


(Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkankepada Ibrahim, Musa dan Isa
yaitutegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlahkamuberpecahbelah
di dalamnya. Sangatberatbagi orang-orang musyrik (untukmengikuti) agama yang
kamuserukankepadamereka. Allah memilih orang yang Diakehendakikepada agama
tauhid dan memberipetunjukkepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-
Nya). Dan mereka (Ahli Kitab)
tidakberpecahbelahkecualisetelahdatangkepadamerekailmu (kebenaran yang
disampaikan oleh para nabi) karenakedengkianantarasesamamereka. Jika
tidaklahkarenasuatuketetapan yang telahadadahulunyadariTuhanmu
(untukmenangguhkanazab) sampaibataswaktu yang ditentukan,
pastilahhukumanbagimerekatelahdilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang
mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelahmereka (pada zaman Muhammad), benar-
benarberadadalamkeraguan yang mendalamtentang Kitab (Al-Qur'an) itu. Karena itu,
serulah (merekaberiman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah)
sebagaimanadiperintahkankepadamu (Muhammad) dan
janganlahmengikutikeinginanmereka dan katakanlah, “Akuberimankepada Kitab yang
diturunkan Allah dan akudiperintahkan agar berlakuadil di antarakamu. Allah Tuhan
kami dan Tuhankamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagikamuperbuatankamu. Tidak
(perlu) adapertengkaranantara kami dan kamu, Allah mengumpulkanantarakita dan
kepada-Nyalah (kita) kembali.”(QS. Asy·Syura': 13-15)

2. Allah memerintahkankepadalebihdarisatu Nabi dan Rasul


untukmenjalankanpokokajaran agamaini. Allah berkatakepadaMusa dan Harun,

َ‫اواَل تَتَّبِ ٰۤعنِّ َسبِ ْياَل لَّ ِذ ْينَاَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬


َ ‫قَالَقَ ْداُ ِج ْيبَ ْت َّد ْع َوتُ ُك َمافَا ْستَقِ ْي َم‬

“Dia Allah berfirman, “Sungguh, telahdiperkenankanpermohonankamuberdua,


sebabitutetaplahkamuberdua pada jalan yang lurus dan jangansekali-kali
kamumengikutijalan orang yang tidakmengetahui.”(QS. Yunus: 89)

Bahkan, Allah menganugrahkannikmatinikepadasemua Nabi dan Rasul, ketika Allah


menyebutkansejumlahbesar Rasul dalamsurat Al-An'am. Allah berfirman,

31
ٰ ‫ ٰذل َكهُد‬- ‫اطم ْستَقيْم‬
‫ه َم ْنيَّ َش ۤا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ٖه‬yٖ ِ‫َىاللّ ِهيَ ْه ِد ْيب‬ ِ ٍ ِ ُّ ٍ ‫ص َر‬ِ ‫َو ِم ْن ٰابَ ۤا ِٕى ِه ْم َو ُذ ِّر ٰيّتِ ِه ْم َواِ ْخ َوانِ ِه ۚ ْم َواجْ تَبَ ْي ٰنهُ ْم َوهَ َد ْي ٰنهُ ْما ِ ٰلى‬
َ‫ۗ َولَوْ اَ ْش َر ُكوْ الَ َحبِطَ َع ْنهُ ْم َّما َكانُوْ ايَ ْع َملُوْ ن‬

“(dan Kami lebihkan pula derajat) sebagiandarinenekmoyangmereka, keturunanmereka


dan saudara-saudaramereka. Kami telahmemilihmereka (menjadinabi dan rasul) dan
mereka Kami beripetunjukkejalan yang lurus. Itulahpetunjuk Allah,
denganituDiamemberipetunjukkepadasiapasaja di antarahamba-hamba-Nya yang
Diakehendaki. Sekiranyamerekamempersekutukan Allah, pastilenyaplahamalan yang
telahmerekakerjakan.”(QS. Al-An'am: 87·88)

3. Di pertengahansuratFushilatterdapatayatpenting yang menguatkanmaknakaidahini, di


mana AllahberkatakepadaNabinya,

َ‫قُاْل ِ نَّ َمٓااَن َ۟ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْميُوْ ٰح ٓىاِلَيَّاَنَّ َمٓااِ ٰلهُ ُك ْما ِ ٰلهٌوَّا ِح ٌدفَا ْستَقِ ْي ُم ْٓوااِلَ ْي ِه َوا ْستَ ْغفِرُوْ ۗهُ َو َويْلٌلِّ ْل ُم ْش ِر ِك ْي ۙن‬

“Katakanlah (Muhammad), “Akuinihanyalahseorangmanusiasepertikamu, yang


diwahyukankepadakubahwaTuhankamuadalahTuhan Yang MahaEsa,
karenaitutetaplahkamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlahampunankepada-Nya.
Dan celakalahbagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya).”(QS. Fushilat: 6)

Dan, pada suratyang sama, Allah memberikabargembirakepadahamba-hamba-Nya yang


selaluistiqamahkepada agama-Nya denganberitagembira yang besar di mana
iamerupakanharapan dan impianindahsetiap orang. Allah berfirman,
ۤ ٰ ‫انَّالَّذ ْينَقَالُوْ اربُّن‬
‫ن‬yَ ْ‫َااللّهُثُ َّما ْستَقَا ُموْ اتَتَنَ َّزلُ َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ٰل ِٕى َكةُاَاَّل تَ َخافُوْ ا َواَل تَحْ زَ نُوْ ا َواَ ْب ِشرُوْ ابِ ْال َجنَّ ِةالَّتِ ْي ُك ْنتُ ْمتُوْ َع ُدو‬ َ ِ ِ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”


kemudianmerekameneguhkanpendirianmereka, makamalaikat-
malaikatakanturunkepadamereka (denganberkata), “Janganlahkamumerasatakut dan
janganlahkamubersedihhati; dan bergembiralahkamudengan (memperoleh) surga yang
telahdijanjikankepadamu.”(QS. Fushilat: 30)

Tentu, tujuanmenghadirkanayat-ayatyang terkaitdenganistiqamahini


agardapatmenghadirkansikapteguhpendiriandalamhidupsehari-hari.

Renunganketiga; Siapa pun yang memerhatikandenganseksamaperintahllahiyahiniuntuk


Nabi, makaiaakanrnerasakanbegituurgensinyaperkarainidalam Islam. Yang penulismaksud,
tentangistiqamah danketetapanhatidalamberagama.Bagaimanatidak, inimerupakanperkara
yang menggelisahkan dan mengganggutidurnyenyak orang-orang salehterdahulu.

Diriwayatkan oleh Al-BaihaqidalamSyu'abul Imandari Abu Abdi Rahman As-Sulami,


iaberkata, akupernahmendengar Abu Ali As-Sirriyberkata,

32
akubermimpimelihatRasulullahdalamtidur. Akuberkata, "WahaiRasulullah,
telahdiriwayatkandarimubahwaengkaupernahberkata, surat Hud
telahmembuatmuberuban?”Beliaumenjawab, "Ya"Akuberkatalagikepadanya, “Apa yang
membuatmuberubandarinya; apakahkisah-kisah para Nabi dan kebinasaanumat-
umatterdahulu?”Beliaumenjawab, "Tidak, akantetapifirman Allah,

َ‫فَا ْستَقِ ْم َك َمٓااُ ِمرْ ت‬

“Makatetaplahengkau (Muhammad) (di jalan yang benar),


sebagaimanatelahdiperintahkankepadamu.”(QS. Hud: 112)

Mimpiini, tentutakubahnyasepertimimpi-mimpilain,
Iatidakdapatdijadikansandarandalammenentukanhukumsyariatataudipakaiuntukmensahihkan
dan melemahkansebuahhadits.Versiketerangan lain menyebutkan, “Surat Hud dan
semisalnyatelahmembuatrambutkuberuban."Sanad haditsinimudhtaribseperti yang
dijelaskan oleh para ulama hadits, seperti At-Tirmidzi, Ad-Daruquthni, dan lbnu Hajar
Rahimahumullah. Tujuanmenghadirkanriwayatinisebagairehat dan
menekankanbahwaperintahilahiyahinibegitubesarkedudukannyadalamjiwaRasulullah.

Renungankeempat; Walauseseorangsudahmencapaiderajattakwa dan iman yang tinggi,


akantetapiiatetapmembutuhkansebuahperingatan dan nasihat yang
membuatnyaselaluistiqamah dan teguhpendirianatausebuahdorongan dan
motivasiuntukmemompakadarkeistiqamahannya. Sekiranyaada orang yang
tidakbutuhperingatan dan nasihat, makatentuRasulullah-lahorangnya.
lbnuTaimiyahberkata, "Puncakdarikaramahadalahjikaseseorangmemilikiistiqamah
yangtinggi. Cara Allah
memuliakanseoranghambaadalahDiamembantunyauntukmelakukanapa yang Diacintai dan
ridhai, menambahkanamal yang mendekatkan dan meninggikanderajat di sisi-Nya."

Renungankelima; Hendaknyapribadimukminmenyadaribahwatingkatistiqamah yang paling


puncakadalahistiqamahhati. Karena istiqamah yang bersumberdarihatiakanmemberienergi
dan pengaruhpositifkepadaanggotatubuh yang lain. Ibnu RajabRahimahullahberkata,
"Dasar dariistiqamahadalahketetapanhati di atas tauhid, seperti yang ditafsirkan oleh
Abu Bakar Ash-Shiddiq dan sahabat yang lain tentangfirman Allah,

ٰ ‫انَّالَّذ ْينَقَالُوْ اربُّن‬


‫َااللّهُثُ َّما ْستَقَا ُموْ ا‬ َ ِ ِ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”


kemudianmerekameneguhkanpendirianmereka.”(QS. Fushilat: 30)

Bahwamerekatidakmenolehkepadaselain Allah, ketikahatitelahistiqamahmengenal Allah,


takutkepada-Nya, memuliakan-Nya, mencintai-Nya, menyandarkanharapankepada-Nya,
berdoa, bertawakal, dan tidakperpalingkepadaselain-Nya, makaanggotatubuh yang lain

33
juga akanikutistiqamahdalamketaatankepada Allah. Sebabhatiibarat raja yang
memberikankomando dan instruksikepadaanggotatubuh yang lain.
Merekaibaratbalatentaranya, apabilarajanyaistiqamahmakabalatentara dan rakyatnya pun
mengikutidenganpenuhsetia.Lalu, hal yang paling
besarsetelahistiqamahhatiadalahistiqamahlisan, sebabiamerupakangambaranhati
danekspresinya."

Siapa yangmenghadirkansikapistiqamah di atasjalanini, makaiaakanmeraupkebahagian


dunia dan akhirat. la pun sanggupuntukmelewatijembatanAsh-shirot pada
HariKiamatkelak.Sebaliknya, siapa yang keluar dan menyimpangdarijalanistiqamahini,
makaiaakandimurkai; merekaadalah orang-orang yang sudahmengetahuipetunjuk dan
jalan yang lurus, namunengganmengikutinya. Kita menghaturdoakepada Allah, agar
Diamenunjukikitajalanlurussertamenguatkanhati-hatikita agar senantiasaistiqamah,
baiksecarazahirmaupunbatin, mengamalkanapa-apa yang dicintai dan diridhai-Nya, dan
semogaDia juga berkenanmengokohkankitadengan Islam dan
sunnahnyahinggawaktuberjumpadengan-Nya.

Referensi:
1. 50 KaidahkehidupanDalam Al-Qur’an, DR. Umar bin Abdullah Al-Muqbil, Darus Sunnah,
2012.

34
BAB II

PRINSIP-PRINSIP SHALAT

TujuanPembelajaran:

Setelah mempelajaribabini, siswadiharapkanmampu:


1. Menjadikansholatsebagaisumberenergisosial;
2. Merutinkansholatberjama’ahsetiaphari;
3. Mengetahui tata carashalatjenazah.

35
1. SHALAT DAN ENERGI SOSIAL

a. EnergiSosial

Energisosialadalahsekumpulandarienergi mental yang


menggerakkansetiapindividuuntukbertindakmenujutujuan yang diinginkan.
Energisosialbermanfaatdalammenciptakankehangatanemosional, doronganmotivasional dan
dukunganpengembanganidentitasdiri. Berbedadenganenergifisik yang
bersumberdariasupanmakanan dan sumberenergilainnya,
energisosiallahirdariinteraksisosialseorangmanusiadenganmanusialainnyadalamsatulingkung
an yang kondusif dan supportif.

Energisosialmembantumeningkatkanproduktivitas Anda denganmenyediakanlingkungan


yang kondusifbagi Anda untukmendiskusikan ide-ide Anda, bekerja, dan bersaingdengan
orang-orang yang Anda kenal. Namun, jika Anda tidakmengelolaenergisosial Anda
denganbaik, Anda mungkinterjebakdalamlingkungan yang menurunkanmotivasidengan
orang-orang yang menjauhkan Anda dariproyek-proyek yang produktif.

b. MendapatkanEnergiSosial

Anda
mungkinberanggapanbahwajawabanuntukmendapatkanenergisosialadalahbersosialisasi.
Itumemangbenardalambatas-batastertentu. Namun Anda perlumembangunstruktursosial yang
tepatdalamkehidupan Anda sehingga Anda bisaselalumendapatkanenergisosial yang positif,
bukannyaenerginegatif. Berikutadalahcaranya:

1. Kenalikebutuhanakanenergisosial;

Langkah pertama yang harus Anda ambiladalahmenyadaribahwa Anda


perlumeluangkanlebihbanyakwaktudengan orang lain, dan bahwa rasa bosan Anda
sertakurangnyaenergidisebabkan oleh kurangnyarangsangansosialdalamkehidupan Anda.

dr. IrsyalRusad. Sp.PDdalamartikelnya yang dimuat di lamanKompas Health (12/2013)


menguraikanbeberapapenelitian yang menunjukkanbesarnyapengaruhhubungansosial,
teman, dan dukungankelompokterhadap proses penyembuhan, dan
bahkanharapanhidupseseorang. Salah satunyaadalahriset para ahlidariBrigham Young
Universitymenunjukkan, mereka yang mempunyaihubunganeratdengankeluarga, teman,
dan kelompokkerjanyamempunyairisikokematian 50
persenlebihkecildalamperiodetertentudibandingkandengankelompok yang
hubungannyalebihlemah.

36
“Sudahlebihdari 20 tahunsayasebagai internist, pengalaman di
bangsaldalammerawatpasien, menunjukkanpentingnyainteraksisosialini. Pasien yang
seringmendapatkankunjungandaritemannya, dukungankuatdarikeluarganya, sayalihat
proses penyembuhannyalebihcepat, angkapulangpaksanyalebihrendah,
merekatidakbanyakmengeluh, dan barangkaliangkakematiannya juga
lebihkecil.”,tulisdr. IrsyalRusad.

2. Putuskansiapa yang ingin Anda ajakbergaul;

Temanbergaulsangatmenentukanjenisenergisosial yang Anda serapdalaminteraksisosial.


Temanbergaul yang positifakanmelahirkanenergisosial yang positif, dan
begitupulasebaliknya. ItusebabnyaRasulullah Saw
sangatmemberikanperhatianterhadapurusantemanbergaulseorangmuslim. Beliaubersabda,

‫ال َّر ُجلُ َعلَى ِدينِ َخلِيلِ ِهفَ ْليَ ْنظُرْ َأ َح ُد ُك ْم َم ْنيُ َخالِ ُل‬

“Seseorangitutergantung pada agama temannya. Oleh karenaitu, salah satu di antara


kalian hendaknyamemperhatikansiapa yang diajadikanteman”(HR. Abu Dâwud no.
4833 dan at-Tirmidzi no. 2378)

3. Bangunsistemuntukmendapatakanenergisosialsecarateratur.

Agar Anda memilikisumberenergisosialsecaraterusmenerus, sebaiknya Anda


membangunsistem yang memungkinkan Anda bertemu dan
berinteraksisecarapositifdengan orang lain dalamlingkungan yang
kondusifsecarateraturataurutin. Misalnyapertemuanrutinuntukberdiskusi, acara
makanbersamakeluarga, outing bulananbersamateman-teman, ataubentuklainnya yang
memungkinkan Anda terlibatsecaraaktif.

c. Shalat dan EnergiSosial

Indahnya agama Islam iniadalahsistemnya yang sudahdibangununtukmembantu Anda


menjalanikehidupan yang lebihproduktifdenganmemanfaatkanenergisosial. Jika Anda
perhatikan ritual dalam Islam, ritual-ritual tersebutbenar-benarlebihberbasissosialdaripada
individual ataupribadi. Shalatdianjurkandilakukansecaraberjamaah; zakat adalah orang kaya
memberikansebagainhartanyakepada orang miskin; puasa Ramadhan dilakukanbersama-
samadengankomunitasnya, dan berbukapuasadengankomunitasnya; ibadah haji
dilakukanbersamakaummuslimin di seluruh dunia dalamsatutempat dan waktutertentu.

37
Ketika Rasulullah Saw pertamakali tiba di Madinah, salahsatuhalyang
disampaikankepadaummatnyaadalah, “Wahaimanusia, berilahmakankepadaorang yang
lapar, sebarkansalam, jagahubungankekeluargaan kalian, dan shalatlah di
sepertigamalamketika orang lain sedangtertidur.Denganamalitusemua, kalian
akanmasuksurgadenganpenuhkedamaian.”(HR. Bukhari).
Perhatikanbagaimanatigapoinpentinguntukmasuksurgadaripesan Nabi Saw
tersebutmerupakantindakansosial, dan hanyapointerakhir yang memberikananjuranpribadi.

Jika Anda shalat lima kali seharidi Masjid, Anda akanmendapatkanenergisosial paling tidak
lima kali seharidengansaudara-saudaramuslim Anda. Inimembantuikatanbersamadiantara
para jama’ah. Anda juga memiliki orang-orang yang bisa Anda
ajakbicarasebelumatausesudahshalat yang mungkinmemberikan Anda ide-ide baru dan
merangsangenergi Anda. Berusahadekatdengan masjid
merupakansumberenergisosialseorangmuslim.

LamanMerdeka.commengutipsebuahhasilpenelitiantentangpengaruhkegiatankeagamaanterha
dapkualitashidup yang diterbitkan oleh JAMA Internal Medicinetahun 2016, yang
menemukanbahwawanita yang menghadirikegiatanreligiusjenisapa pun
lebihdarisekaliseminggu, ternyatamemilikiresikokematian 33
persenlebihrendahdibandingkan orang lain yang tidakpernahmengikutikegiatan agama.
Penelitian yang dilakukanselama 16
tahuninimenunjukkanbahwakamutidakharusjadiUstadzatau Imam atau yang
lainnyahanyauntukbisamemilikihiduppanjangumur.

Tyler VanderWeele, salah satupenulispenelitian JAMA


sekaligusprofesorepidemiologiHarvard T.H. Chan School of Public Health,
mengungkapkanbahwafaktor-faktorkeagamaan, sepertibersosialisasi, dukungansosial,
sikapoptimis, memilikikendalidiri dan memilikitujuanhidupternyatamenjadifaktor yang
memberimanfaatpanjangumur.

Penelitian lain yang diterbitkantahun 2017 di PLOS One, menemukanbahwajamaah yang


rutinmenghadirikegiatan agama
ternyatamenunjukkanpenurunantingkatstrestubuhsecarasignifikan. Bahkan, disebut-
sebutmemilikiharapanhiduplebihtinggi, 55 persenlebihbanyakdibanding orang yang
jarangmengunjungi masjid, gereja, kuil dan lain sebagainya. Hasil
tersebutdidapatsetelahpenelitimengikutikehidupanmerekaselama 18 tahun.

38
Referensi:
1. MuslimProduktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. https://health.kompas.com/read/
2013/12/06/1415364/.Bersosialisasi.Cara.Penting.untuk.Sehat?page=all
3. https://www.merdeka.com/sehat/penelitian-orang-religius-lebih-panjang-umur.html

39
2. SHALAT BERJAMA’AH

a. PengertianShalatBerjama’ah

1. PengertianUmum

Secaraumumshalatberjamaahadalahshalat yang dilakukan oleh dua orang ataulebih, dimana


salah satunyamenjadi imam dan yang lain
menjadimakmumdenganmemenuhisemuaketentuanshalatberjamaah.

2. PengertianKhusus

Namunsecarakhususketikakitamenemukanperintahatauanjuranuntukmelakukanshalatberjama
ah, sebenarnyatidaksekedarberjamaahsecaraminimalisterdiridaridua orang begitusaja,
melainkanadabeberapakriteria yang bersumberdaricontohaplikatif di masa Nabi SAW.

a. Di Masjid

Shalatberjamaah yang ditegakkanRasulullah SAW dan para shahabattidak lain


adalahshalat yang dilakukan di Masjid Nabawi di Madinah. Selainitu juga adabeberapa
masjid perkampungan yang lokasinyamasih di dalam area Kota Madinah yang
menyelenggarakanshalatberjamaah. Para
shahabattidakmelaksanakanshalatberjamaahkecuali di dalam masjid.
Walaupunbukanberartihalitutidakboleh, namunsecaraidealnyamemangdemikian.

b. Bersama Imam Rawatib

TidaklahdisebutsebagaishalatberjamaahkecualibiladilaksanakanbersamadenganRasululla
h SAW sebagai imam. Para shahabattidakakanmelakukanshalatberjamaah di masjid
kalaubukanBeliau SAW yang mengimami. SehinggabilaBeliaumasuk masjid lebihlambat,
shalatberjamaah pun jadimundur.

Dari Abi Bazrah Al-Aslamiberkata,”DanRasulullahsukamenundashalatIsya’,


tidaksukatidursebelumnya dan tidaksukamengobrolsesudahnya.”(HR. Bukhari Muslim)

Dan waktuIsya’ kadang-kadang, bilabeliau SAW melihatmereka (para shahabat)


telahberkumpul, makadipercepat. Namunbilabeliaumelihatmerekaberlambat-lambat,
makabeliauundurkan. (HR. Bukhari Muslim)

Apa yangBeliau SAW lakukankemudian juga dijalankan oleh para khulafaurrasyidin


yang juga berposisisebagai imam masjid, yaitu oleh Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali
ridwanullahialaihimajmain.
Makatidaknyadisebutshalatberjamaahkecualishalatitudilakukanbersama imam masjid
rawatib.

40
c. DiawaliDenganAdzan

Yang dimaksudadalahshalat yang dilakukan di masjid bersama imam rawatib, juga


shalat yang diawalidenganadzan.Sedangkanshalatberjamaah di gelombangkedua, ketiga
dan seterusnyameskidiawalidenganiqamah, yang pastitidakpernahdiawalidenganadzan.
Karena tidakadaceritaadaadzandua kali di satu masjid yang sama.

b. KeutamaanShalatBerjama’ah di Masjid

Shalatberjama’ah di Masjid sangatbanyakkeuatamaanya, diantaranya:

Pertama, memilikipahala yang berlipatdaripadashalatsendirian

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliauberkatabahwaRasulullahshallallahu


‘alaihiwasallambersabda,

ً‫صالَ ِة ْالفَ ِّذبِ َس ْب ٍع َو ِع ْش ِرينَ َد َر َجة‬ َ ‫صالَةُ ْال َج َما َع ِةَأ ْف‬
َ ‫ضلُ ِم ْن‬ َ

“Shalatjama’ahlebihutamadaripadashalatsendiriansebanyak 27 derajat.”(HR. Bukhari dan


Muslim)

Kedua, mendapatkanpengampunandosa

Dari ‘Utsman bin ‘Affan, beliauberkatabahwasayamendengarRasulullahshallallahu


‘alaihiwasallambersabda, “Barangsiapaberwudhuuntukshalat,
laludiamenyempurnakanwudhunya,
kemudiandiaberjalanuntukmenunaikanshalatwajibyaitudiamelaksanakanshalatbersamamanu
siaataubersamajama’ahataumelaksanakanshalat di masjid, maka Allah
akanmengampunidosa-dosanya.”(HR. Muslim).

Ketiga, setiaplangkahmenuju masjid akanmeninggikanderajatnya dan


menghapuskandosanyasertamalaikatakansenantiasamendo’akannyaketikamenungguwaktusha
lat.

Dari Abu Hurairah, beliauberkatabahwaRasulullahshallallahu ‘alaihiwasallambersabda,


“Shalatseseorangdalamjama’ahmemilikinilailebih 20 sekianderajatdaripadashalatseseorang
di rumahnya, juga melebihishalatnya di pasar. Oleh karenaitu, jika salah seorang di
antaramerekaberwudhu, lalumenyempurnakanwudhunya, kemudianmendatangi masjid,
tidaklahmendorongmelakukanhaliniselainuntukmelaksanakanshalat; maka salah
satulangkahnyaakanmeninggikanderajatnya,
sedangkanlangkahlainnyaakanmenghapuskankesalahannya.
Ganjaraninisemuadiperolehsampaidiamemasuki masjid. Jika diamemasuki masjid,
diaberartidalamkeadaanshalatselamadiamenunggushalat. Malaikat pun akanmendo’akan
salah seorang di antaramerekaselamadiaberada di tempatdiashalat.
Malaikattersebutnantinyaakanmengatakan: Ya Allah, rahmatilah dia. Ya Allah, ampunilah
dia. Ya Allah, terimalahtaubatnya. Hal iniakanberlangsungselamadiatidakmenyakiti orang

41
lain (denganperkataanatauperbuatannya) dan
selamadiadalamkeadaantidakberhadats.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Keempat, mengikuti sunnah Nabi Sallallahualaihiwasallam

Terdapatsebuahatsardaridari ‘Abdullah bin Mas’ud, beliauberkata, “Barangsiapa yang


inginbergembiraketikaberjumpadengan Allah besokdalamkeadaanmuslim,
makajagalahshalatini (yaknishalatjama’ah) ketikadiseruuntukmenghadirinya. Karena Allah
telahmensyari’atkanbaginabi kalian shallallahu ‘alaihiwasallamsunanulhuda (petunjuk
Nabi). Dan shalatjama’ahtermasuksunanulhuda (petunjuk Nabi). Seandainya kalian shalat
di rumah kalian, sebagaimana orang yang menganggapremehdenganshalat di rumahnya,
makainiberarti kalian telahmeninggalkan sunnah (ajaran) Nabi kalian. Seandainya kalian
meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian akansesat.”(HR. Muslim).

c. Hukum ShalatBerjama’ahuntukShalatFardhu

Di kalangan ulama berkembangbanyakpendapattentanghukumshalatberjamaah. Ada


yangmengatakanfardhu 'ain, sehingga orang yang tidakikutshalatberjamaahberdosa. Ada
yangmengatakanfardhukifayahsehinggabilasudahadashalatjamaah, gugurlahkewajiban orang
lain untukharusshalatberjamaah. Ada
yangmengatakanbahwashalatjamaahhukumnyafardhukifayah. Dan ada juga yang
mengatakanhukumnya sunnah muakkadah.

Berikuturaianmasing-masingpendapat yang adabesertadalil-dalilnya.

1. FardhuKifayah

Yang mengatakanhaliniadalah Al-Imam Asy- Syafi'i dan Abu Hanifah. Demikian


jugadenganjumhur (mayoritas) ulama baik yang lampau (mutaqaddimin) maupun
(mutaakhkhirin). Termasukberikutnyapendapat yang juga kebanyakan ulama
darikalanganmazhab Al- Hanafiyah dan Al-Malikiyah.

Dikatakansebagaifardhukifayahmaksudnyaadalahbilasudahada yang menjalankannya,


makagugurlahkewajiban yang lain untukmelakukannya. Sebaliknya, bilatidakadasatu pun
yang menjalankanshalatjamaah, makaberdosalahsemua orang yang adadisitu. Hal
itukarenashalatjamaahituadalahbagiandarisyiar agama Islam.

Di dalam kitab Raudhatut-ThalibinkaryaImam An-


Nawawidisebutkanbahwa:Shalatjamaahituituhukumnyafardhu 'ainuntukshalatJumat.
Sedangkanuntukshalatfardhulainnya, adabeberapapendapat. Yang paling
shahihhukumnyaadalahfardhukifayah, tapi juga ada yang mengatakanhukumnya sunnah
dan yang lain lagimengatakanhukumnyafardhu 'ain.

Adapun dalilmerekaketikaberpendapatseperti di atasadalah :

42
Dari AbiDarda' radhiyallahuanhubahwaRasulullah SAW bersabda,"Tidaklah 3 orang
yang tinggal di suatu kampung ataupelosoktapitidakmelakukanshalatjamaah,
kecualisyetantelahmenguasaimereka. Hendaklah kalianberjamaah,
sebabsrigalaitumemakandomba yang lepasdarikawanannya".(HR Abu Daud dan
Nasai)

Dari Malik bin Al-HuwairitsbahwaRasulullah SAW, “Kembalilah kalian


kepadakeluarga kalian dan tinggallahbersamamereka, ajarilahmerekashalat dan
perintahkanmerekamelakukannya. Bilawaktushalattiba, makahendaklah salah seorang
kalian melantunkanadzan dan yang paling tuamenjadi imam.”(HR. Muslim)

Al-Khatthabiberkatabahwakebanyakan ulama As-


Syafi'imengatakanbahwashalatberjamaahituhukumnyafardhukifayahbukanfardhu
'aindenganberdasarkanhaditsini.

2. Fardhu 'Ain

Yang berpendapatdemikianadalahAtha' bin Abi Rabah, Al-Auza'i, Abu Tsaur,


IbnuKhuzaemah, IbnuHibban, umumnya ulama Al-Hanafiyah dan mazhabHanabilah.
Atho' berkatabahwakewajiban yang harusdilakukan dan tidak halal selainitu,
yaituketikaseseorangmendengarAdzan,
haruslahdiamendatanginyauntukshalat.Dalilnyaadalahhaditsberikut :

Dari Aisyahradhiyallahuanhuberkata,“Siapa yang


mendengaradzantapitidakmenjawabnya (denganshalat),
makadiatidakmenginginkankebaikan dan kebaikantidakmenginginkannya.”(Al-Muqni’
1/193)

Dengandemikianbilaseorangmuslimmeninggalkanshalatjamaahtanpaudzur,
diaberdoanamunshalatnyatetapsah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhubahwaRasulullah SAW bersabda,“Sungguhaku


punya keinginanuntukmemerintahkanshalat dan didirikan, laluakumemerintahkansatu
orang untukjadi imam. Kemudianpergibersamakudenganbeberapa orang
membawaseikatkayubakarmenujukesuatukaumyang tidakikutmenghadirishalat dan
akubakarrumah-rumahmerekadenganapi".(HR. Bukhari dan Muslim).

3. Sunnah Muakkadah

Pendapatinididukung oleh mazhab Al-Hanafiyah dan Al-


Malikiyahsebagaimanadisebutkan oleh imam As-Syaukani.
Beliauberkatabahwapendapat yang paling
tengahdalammasalahhukumshalatberjamaahadalah sunnah muakkadah.
Sedangkanpendapat yangmengatakanbahwahukumnyafardhu 'ain,
fardhukifayahatausyaratsahnyashalat, tentutidakbisaditerima.

43
Al-Karkhidari ulama Al-Hanafiyahberkatabahwashalatberjamaahituhukumnya sunnah,
namuntidakdisunnahkanuntuktidakmengikutinyakecualikarenauzur.
Dalamhalinipengertiankalanganmazhab Al-Hanafiyahtentang sunnah
muakkadahsamadenganwajibbagi orang lain. Artinya, sunnah
muakkadahitusamadenganwajib.

IbnulJuzziberkatabahwashalatfardhu yang
dilakukansecaraberjamaahituhukumnyafardhu sunnah muakkadah. Ad-
Dardirberkatabahwashalatfardhudenganberjamaahdengan imam dan selainJumat,
hukumnya sunnah muakkadah.Dalil yang merekagunakanuntukpendapatmerekaantara
lain adalahdalil-dalilberikutini :

Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhubahwaRasulullah SAW


bersabda,“Shalatberjamaahitulebihutamadarishalatsendiriandenganduapuluhtujuhderaj
at.”(HR. Muslim). Ash-Shan'anidalamkitabnyaSubulus-Salam jilid 2 halaman
40menyebutkansetelahmenyebutkanhadits di
atasbahwahaditsiniadalahdalilbahwashalatfardhuberjamaahituhukumnyatidakwajib.
Selainitumereka juga menggunakanhaditsberikutini :

Dari Abi Musa radhiyallahuanhuberkatabahwaRasulullah SAW


bersabda,“Sesungguhnya orang yang mendapatkanganjaran paling besaradalah orang
yang paling jauhberjalannya. Orang yang menunggushalatjamaahbersama imam
lebihbesarpahalanyadari orang yang shalatsendiriankemudiantidur.”(FathulBaariJilid
2)

4. SyaratSahnyaShalat

Pendapatkeempatadalahpendapat yang
mengatakanbahwahukumsyaratfardhuberjamaahadalahsyaratsahnyashalat.
Sehinggabagimereka, shalatfardhuitutidaksahkalautidakdikerjakandenganberjamaah.
Yang berpendapatsepertiiniantara lain adalahIbnuTaymiyahdalam salah
satupendapatnya. Demikian juga denganIbnulQayyim, murid beliau. Juga Ibnu Aqil
dan Ibnu Abi MusasertamazhabZhahiriyah. Termasukdiantaranyaadalah para
ahlihadits, Abul Hasan At-Tamimi, Abu Al-Barakatdarikalangan Al-
HanabilahsertaIbnuKhuzaemah. Dalil yang merekagunakanadalah:

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhubahwaRasulullah SAW bersaba,“Siapa yang


mendengaradzantapitidakmendatanginya, makatidakadalagishalatuntuknya,
kecualikarenaadauzur.”(HR IbnuMajah, Ad-Daruquthuny, IbnuHibban dan Al-
Hakim)

Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhubahwaRasulullah SAW


bersabda,"Sesungguhnyashalat yang paling beratbuat orang munafikadalahshalatIsya
dan Shubuh. Seandainyamerekatahuapa yang akanmerekadapatdarikeduashalatitu,
pastilahmerekaakanmendatanginyameskidenganmerangkak. Sungguhaku punya

44
keinginanuntukmemerintahkanshalat dan didirikan, laluakumemerintahkansatu orang
untukjadi imam. Kemudianpergibersamakudenganbeberapa orang
membawaseikatkayubakarmenujukesuatukaumyang tidakikutmenghadirishalat dan
akubakarrumah-rumahmerekadenganapi".(HR. Bukhari dan Muslim)

Setiap orangbebasuntukmemilihpendapatmanakah yang akandipilihnya. Dan bila kami


harusmemilih, kami
cenderunguntukmemilihpendapatmenyebutkanbahwashalatberjamaahituhukumnya sunnah
muakkadah, karenajauhlebihmudahbagikebanyakanumat Islam sertadidukung juga
dengandalil yang kuat. Meskipundemikian, kami tetapmenganjurkanumat Islam
untukselalumemeliharashalatberjamaah, karenakeutamaannya yang disepakatisemua
ulama.

d. Yang DiperintahkanShalatBerjama’ah

Ketika para ulama


berbedapendapattentanghukumshalatberjamaahmenjadiempatjenishukum,
semuasepakatbahwahukum-hukum di atashanyaberlakubagi yang memenuhisyarat,
yaitumukallaf, laki-laki, merdeka, sehat dan muqim.

1. Mukallaf

Yang terkenahukumshalatberjamaahhanyamereka yang mukallaf, yaitumuslim, aqil dan


baligh. Sedangkanmereka yang beragama di luar Islam, orang gila dan anak-anak yang
belumbalightentutidaktermasuk di dalamnya.

2. Laki-laki

Yang termasuk di dalamhukum-hukum di atassebagaimanadisebutkan oleh para ulama,


terbatasterbatas pada para laki-laki, sedangkanhukumshalatberjamaahbuatwanitaberbedalagi.

3. Merdeka

Hukum shalatberjamaahhanyaberlakuuntuk orang yang merdeka,


sedangkanbudaktidaktermasuk di dalamhukumshalatberjamaah.

4. Sehat

Yang dimaksuddengansehatadalah orang yang tidak punya


udzursyar'isakitsehinggatidakmampuberjalanke masjid untukberjamaah.
Tentutidaksemuasakitmerupakanudzur, adajenispenyakittertentu yang
membuatpenderitanyatidakterkenakewajibanshalatberjamaah.

45
5. Muqim

Dalamkeadaanseorangberstatussebagaimusafir, makadiatidaktermasuk yang


terkenakewajibanshalatberjamaah. Dan muqimituadalah orang tidakdalam status perjalanan.

Referensi:
1. ShalatBerjamaah, Ahmad Sarwat, Lc. MA., RumahFiqih Publishing, 2018.

46
3. IMAM DAN MAKMUM

a. Orang yanglebihLayakMenjadilmam

Orang yang lebihberhakmenjadiimam adalahorang yang paling pandaimembaca Al-Qur'an.


Jika para jamaahmemilikikepandaian yang sama,makadiutamakan orang yang
lebihmemahami sunnah RasulullahShallallahuAlaihiWasallam.Jika merekamemilikitingkatan
yang samamakadiutamakanbagimereka yang
pertamaberhijrah(lebihbanyakmengetahuiurusan
agama).Tetapijikamerekamemilikikeutamaan yang sama, diutamakan orang yang
lebihtuausianya.

Dari Abu Sa'idradhiallahubahwasanyaRasulullah SAW bersabda,"Jika merekaterdiridaritiga


orang hendaknya salah seorangdarimerekamenjadi imam, dan orang yang
lebihberhakmenjadi imam adalah yang paling pandaimembaca Al-Quran."(HR.
Ahmad,Muslim dan Nasa'i)

Dari Ibnu Umar DiaberkataRasulullahbersabda,“Janganlahseseorangmenjadi imam bagi


orang lain di wilayah kekuasaannya dan jangan pula duduk di rumahnya di atastempat duduk
khususnyakecualidenganizinnya.”Dalamriwayat lain,“Janganlahseseorangmenjadi imam bagi
orang lain diantarakeluarganya dan tidak pula di wilayah kekuasaannya.”(HR. Ahmad dan
Muslim).

Maksudnya orang yang menguasaisuatu wilayah;


kepalakeluargaataupemimpinsuatumajelismerupakan orang yang berhakmenjadi imam di
wilayah tersebutselamamerekabelummemberikanpersetujuankepada orang lain untukmenjadi
imam salat.Dan dari Abu Hurairah dariRasulullah SAW bersabda,“Tidakdibenarkanbagi
orang yang berimankepada Allah dan hariakhirmenjadi imam
bagisuatukaumkecualidenganizinmereka, dan
hendaknyadiatidakmengkhususkando’ahanyauntukdirinyasendiritanpamenyertakanmereka.
Jika diaberbuatdemikianberartidiatelahmengkhianatimereka.”(HR. Abu Daud)

b. Orang-orang yang diperbolehkanmenjadi Imam

Anak-anak yang sudahmumayyiz dan orang butadiperbolehkanmenjadi imam.Amru bin


Salamahpernahmenjadi imam untukkaumnyaketikadiamasihberusiaenamatautujuhtahun.
Rasulullah SAW pernahmewakilkankepadaIbnuUmmimaktumsupayamenjadi imam salat
bagipenduduk Madinah sebanyakdua kali, sedangdiaadalah orang yang buta.

Begitu juga orang yang salat denganberdiridiadiperbolehkanmenjadi imam untuk orang yang
salat dengan duduk. Sebaliknya orang yang salat dengan duduk dinyatakansahmenjadi imam
untuk orang yang salat denganberdiri. Rasulullah SAW pernahmengerjakan salat
dalamkeadaan duduk di belakang Abu Bakar ketikabeliausakitmenjelangwafat. Beliau juga
pernahmengerjakan salat sambil duduk ketikasakit. Begitu di belakang para

47
sahabatbermakmumkepadabeliau,
kemudianbeliaumemberiisyaratkepadamerekasupayasemuamakmum salat dalamkeadaan
duduk.

Setelah selesai salat beliaubersabda, “Sesungguhnyaditetapkanseorang Imam supayadiikuti.


Maka, jikadiarukuk, rukuklah kalian. Jika diabangkitdarirukuk, bangkitlah kalian. Jika dia
salat dalamkeadaan duduk, shalatlahdalamkeadaan duduk di belakangnya.”(HR. Bukhari)

Seseorang yang mengerjakan salat wajibsahmenjadi imam untuk orang yang mengerjakan
salat sunnah dan orang yang mengerjakan salat sunahdiperbolehkanmenjadi imam untuk
orang yang mengerjakan salat wajib. Mihjan bin Adra’ berkataakumenjumpaiRasulullah
SAW yang sedangberada di masjid. Ketika waktu salat tiba, beliaumengerjakan salat
tetapiakutidakmengerjakannya. Beliaubertanya, “Apakahkamutidakmengerjakan
salat?”AkumenjawabwahaiRasulullahakusudahmengerjakan salat dirumahlaluakudatang
kemari. Beliaupunbersabda, “Jika kalian datang kemari, makakerjakanlah salat
bersamamereka dan niatkanlahiasebagai salat sunah.”(Mustadrak Al-Hakim)

Orang yang berwudhubolehmenjadi imam untuk orang yang bertayamum, dan orang yang
bertayamumbolehmenjadi imam untuk orang yang berwudhu. Orang yang
lebihrendahkedudukannyasahmenjadi imam untuk orang yang lebihtinggikedudukannya.
Amru Bin Ash pernahsholatsebagai Imam, padahaldiabersucidengancarabertayamum dan hal
yang sedemikiantidakdilarang oleh Rasulullah SAW.

Orang yang dalamkeadaanbepergiansahmenjadi imam untuk orang yang bermukim, dan


orang yang bermukim juga sahmenjadi imam untuk orang yang berpergian. Pada
saatpenaklukankotaMekahRasulullah SAW mengerjakan salat duarakaat-duarakaatbersama
orang-orang, kecuali salat Maghrib. laluBeliaubersabda, “WahaipendudukMekah, berdirilah
dan kerjakanlah salat duarakaatlagi, sebab kami sedangdalamperjalanan.”(HR. Abu
Daud).

Perludiketahui, seseorang yang bepergianapabilamengerjakan salat di belakangseorang yang


mukim,hendaknyadiamenyempurnakanshalatnyaempatrakaatsekali pun salat yang
sempatdikerjakanbersama Imam itukurangdarisaturakaat. Dari Ibnu Abbas
bahwadiapernahditanyamengapaseorangmusafirboleh salat duarakaatketika salat
secarasendiriantetapiharusempatrakaatjikabermakmumkepada orang yang mukim?Ibnu
Abbas menjawab,itumerupakan sunnah Rasulullah SAW.

c. Posisi Imam dan Makmum

1. Posisimakmumketikasendirian, berduaataulebih

Apabilamakmumsendirianmakahendaknyadiaberdiri di sebelahkanan Imam. Jika


makmumterdiridaridua orang ataulebih,dianjurkanmerekaberdiri di belakang Imam.
Sebagaidasaratashaliniadalahhadits Jabir iaberkata,“Rasulullah SAW berdiriuntuk salat.
Akudatanglaluberdiri di

48
sebelahkiribeliau.Kemudianbeliaumenariktangankuhinggaakuberada di
sebelahkananbeliau. Tidak lama setelahitu, Jabir bin Shakhardatang dan berdiri di
sebelahkiriRasulullah SAW.Lantasbeliaumenariktangan kami dan mendorong kami
hingga kami berdiritepat di belakangbeliau.”(HR.Muslim dan Abu Daud)

Jika seorangperempuanikut salat jamaah, hendaknyadiaberdiri di belakangkaumlaki-laki


dan tidakbolehberdirisejajardenganmereka.Meskipundemikian,
jikadiaberdirisejajardenganbarisankaumlaki-lakisalatnyatetapsah.Demikianpendapat yang
dikemukakanmayoritas ulama. Anas berkata,“Akupernah salat di
rumahdenganseoranganakyatim di belakangRasulullah SAW,sedangkanIbuku,Ummu
Sulaim, berada di belakang kami.”Dalamriwayat lain
denganredaksi,“kemudianakuberbarisdengananakyatimitu di belakangRasulullah SAW
sedangkanIbukuberada di belakang kami.”(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Posisi Imam

Hendaklah Imam berdiritepat di tengah, sedangkan orang-orang yang


berpengetahuandianjurkan agar berdiri di barisanpertamatepat di belakang Imam.
Sebagaidasaratashaliniadalahhadits Abu Hurairah,bahwaRasulullah SAW
bersabda,“Posisikan Imam di tengah dan Isilahsela-selabarisan yang
masihkosong.”(HR. Abu Daud)

Dari IbnuMas'ud,bahwasanyaRasulullah SAW bersabda,“Hendaklahorang yang


berpengetahuan dan cerdikpandaiberdiridibelakangku.Selanjutnya orang-orang yang
hampirsetaradenganmereka, kemudian orang-orang yang hampirsetaradenganmereka.
Janganlahsekali-kali kalian membuatkeributanseperti di tengah pasar.”(HR.
Ahmad,Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)

DalammadzhabSyafi’iapabilamakmumhanyawanita, posisi imam


wanitadenganmakmumperempuan (satu), makaposisinyasamadengan imam laki-
lakidenganmakmumlaki-laki (satu) yaituposisimakmumberada di sebelahkanan imam,
agakmundursedikit. Keteranganinidijelaskandalam kitab Hasyiyah al Baijarami ala syarh
al Minhaj juz 1 sebagaiberikut:

“Jika makmumnya yang hadirhanyasatuwanita, makadiaberdiri di sampingkanannya


imam, karenahalinisamadenganposisishalat pada laki-laki.”

Dalampandangan ulama madzhab As-Syafiiyah yang berlandaskan pada hadisAisyah,


bahwaposisiwanita yang menjadi imam bagijamaahwanitalainnya (banyak) adalah di
tengah dan sejajardenganshaf. Imam as Syairozi salah satu ulama madzhab as
Syafi’iyahdalamkitabnyamengatakan:

“Sunnah hukumnyabagiwanita yang menjadi imam bagiwanitalainnyauntukberdiri di


tengah-tengahmereka, sebagaimanaAisyah dan Ummu Salamahmengimami para wanita
yang berdiri di tengahmereka.”

49
3. Shaf bagianak-anak dan kaumwanita

Untukanak-anak dan kaumwanita, barisanmereka pada saat salat


berjamaahadalahsebagaimanaketerangandalamhadisRasulullah
SAW,dimanabeliaumenempatkankaumlaki-laki di bagiandepan,
kemudianbarisanselanjutnyaanak-anak dan kaumwanita. (HR Ahmad dan Abu Daud).
Imam Muslim,Tirmidzi,Nasa'I, Abu Daud dan IbnuMajahmeriwayatkandari Abu
Hurairah ra,bahwasanyaRasulullah SAW bersabda,“Sebaik-baikbarisankaumlaki-
lakiadalahbarisan yang pertama dan yang paling burukburuknyaadalahbarisan yang
terakhir. Dan sebaik-baikbarisankaumwanitaadalahbarisanterakhir, yang paling
burukadalahbarisan yang pertama.”(HR. Muslim).

4. Shalatsendirian di belakangbarisan

Seseorang yang bertakbiruntukmelaksanakan salat di belakangbarisan,


kemudiandiamasukkedalambarisan dan tempatmengerjakanrukubersama Imam
makahukumshalatnyatetapsah.Dari Abu Bakrah, bahwa pada suatuketikadiamasuk masjid
saatRasulullah SAW sedangrukusebelumdiasampai di barisan. Dialantasbertakbir dan
rukusambilmelangkahkearahbarisan. Setelah selesai salat
diamenceritakanhalinikepadaRasulullah SAW.Beliaulantasbersabda,“Semoga Allah
menjadikanmutambahgiat dan janganmengulangilagi(perbuatansepertiitu).”(HR.
Ahmad, Bukhari, Abu Dawud dan Nasa'i)

Orang yang salat sendirian di belakangbarisanmenurutmayoritas ulama


salatnyatetapsah,tapimakruh.Pendapatiniberbedadenganpendapat yang dikemukakan oleh
Ahmad,Ishaq,Hammad,Ibnu Abu Laila,Waki’, Hasan bin Shalihdan IbnuMunzir yang
mengatakan,“Barangsiapa salat
sebanyaksaturakaatdengansempurnadibelakangbarisanseorangdiri,makashalatnyatidaks
ah.”SebagailandasanatashaliniadalahhaditsdariWabishah,bahwasanyaRasulullah SAW
pernahmelihatseseorang yang salat di belakangbarisansendirian.Lalu
Beliaumemerintahkannyasupayamengulangishalatnya.(HR. Bukhari, Muslim, Abu
Daud danIbnuMajah).

Mayoritas ulama tetapberpegang pada hadits Abu


Bakrahdenganmenjelaskanbahwadiatelahmengerjakansebagiansalatnya di
belakangbarisan, namunRasulullah SAW
tidakmemerintahkannyasupayamengulangishalatnya. Dan perintahRasulullah SAW
supayamengulang salat hanyabertujuanuntukmemberitahukanperkara sunnah agar
lebihberhati-hati dan selalumengerjakanperkara yang lebihutama.

5. Anjuranmeratakanbarisan dan menutupcelahbarisankosong

Seorang Imam dianjurkanmemerintahkanmakmumsupayameratakanbarisan dan


mengisicelah-celah yang masihkosongsebelummemulai salat.Dari Anas,

50
bahwasanyaRasulullah SAW selalumenghadapkearah kami sebelumbertakbir dan
bersabda,“Rapatkanlahbarisan kalian dan luruskanlah.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkandari Anas, bahwasanyaRasulullah Saw


bersabda,

‫صالَ ِة‬ َّ ‫صفُوفَ ُك ْم ؛ فَإنَّتَس ِْويَةَال‬


َّ ‫صفِّ ِم ْنتَ َما ِمال‬ ُ ‫َس ُّووا‬

“Luruskanlahshaf-shaf kalian, karenalurusnyashaftermasukkesempurnaanshalat.”(HR.


Bukhari, No. 723 dan Muslim, No. 433)

Dari Nu'man bin Basyir ra diaberkata,Rasulullah SAW selalumeluruskanbarisan kami


sebagaimanabeliaumeluruskananakpanah.Hinggasetelahbeliaumerasayakinbahwa kami
telahmemenuhiperintahbeliau dan benar-benarmelaksanakannyabarulahbeliaumulai salat.

Referensi:
1. Fikih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Cakrawala Publishing, 2008.

51
4. MASJID DAN TEMPAT SHALAT

a. KeistimewaanUmmatRasulullah Saw.

Diantarakeistimewaan yang diberikan Allah kepadaummatRasulullah Saw adalahbahwasanya


Allah menjadikanbumisebagaitempatbersuci dan sebgaitempatshalatuntukmereka. Sehingga,
siapa pun diuantaraummat Islam yang menjumpaiwaktushalattelahtiba,
hendaknyadiamenunaikanshalat di mana pun diaberada.

Dari Abu Dzardiaberkata, akupernahbertanya, “WahaiRasulullah, masjid manakah yang


pertama kali di bangun di mukabumiini? Beliaumenjawab, “Masjidil
Haram.”Akubertanyalagi, lalu masjid yang mana? Beliaumenjawab,
“MasjidilAqsha.”Akubertanya, berapa lama jarakpembangunankedua masjid itu?
Beliaumenjawab, “Empatpuluhtahun.”Kemudianbeliaubersabda, “Di tempat mana pun
kalian menjumpaiwaktushalat, makashalatlah di situ, karenatempatitudapatdijadikansebagai
masjid (tempatibadah).” Dalam Riwayat lain, “Sebabseluruhnya masjid
(tempatibadah).”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Nas’I, IbnuMajah, dan Abu
Daud)

b. KeutamaanDatangke Masjid

Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim meriwayatkandari Abu Hurairah ra, bahwaRasulullah
Saw bersabda, “Barangsiapadatangke masjid dan pulang (dari masjid), maka Allah
menyediakanjamuansurgabaginya, (yaitu) setiap kali diapergi dan pulang.”

Imam Muslim meriwayatkandari Abu Hurairah ra, bahwasanyaRasulullah Saw bersabda,


“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya, kemudianberjalanmenuju salah saturumah Allah
(masjid) untukmenunaikansuatukewajibankepada Allah, makalangkahkakinya yang
satumenghapuskankesalahannya (dosanya) dan langkahkakinya yang lain
mengangkatderajatnya.”

Thabrani dan Bazzarmeriwayatkandari Abu Darda’, bahwasanyaRasulullah Saw bersabda,


“Masjid adalahrumahbagisetiap orang yang bertakwa. Allah memberikanjaminankepada
orang yang menjadikan masjid sebagairumahnyabahwadiaakandiberiketenangan dan
rahmatsertakeselamatanketikamelintasiShirathal (titian di akhirat) menujukeridhaan Allah
sampaikesurga.”

c. Berdo’aKetika MasukdanKeluardariMasjid

Ketika akanmasukkedalam masjid, dianjurkanmendahulukan kaki kanan dan membacado’a,

َ ِ‫ىوا ْفتَحْ لِىَأ ْب َوابَ َرحْ َمت‬


‫ك‬ َ ِ‫ىر ُسواِل للَّ ِهاللَّهُ َّما ْغفِرْ لِى ُذنُوب‬
َ َ‫بِ ْس ِماللَّ ِه َوال َّسالَ ُم َعل‬

52
“Denganmenyebutnama Allah dan salamatasRasulullah. Ya Allah, ampunilahdosa-dosaku
dan bukakanlahkepadakupinturahmat-Mu).” (HR. IbnuMajah, no. 771 dan Tirmidzi, no.
314)

Dan ketikakeluardari masjid, dianjurkanmendahulukan kaki kiri dan membacado’a,

َ ِ‫ىوا ْفتَحْ لِىَأ ْب َوابَفَضْ ل‬


‫ك‬ َ ِ‫ىر ُسواِل للَّ ِهاللَّهُ َّما ْغفِرْ لِى ُذنُوب‬
َ َ‫بِ ْس ِماللَّ ِه َوال َّسالَ ُم َعل‬

“Denganmenyebutnama Allah dan salamatasRasulullah. Ya Allah, ampunilahdosa-dosaku


dan bukakanlahpadakupintukarunia-Mu).” (HR. IbnuMajah, no. 771 dan Tirmidzi, no.
314)

d. ShalatSunnatTahiyyatul Masjid

Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Nasa’i, IbnuMajah dan Abu


Daudmeriwayatkandari Abu Qatadah, bahwasanyaRasulullah Saw bersabda,“Apabila salah
seorangdiantara kalian datangke masjid, hendaknyadiamenunaikanshalatduarakaatsebelum
duduk.”

e. Aktivitas yang Dibolehkandan Dilarangdi dalam Masjid

Selainsebagaitempatshalat, berdzikir dan membaca Al-Qur’an, beberapahal yang dibolehkan


dan juga dilarang di dalam masjid, antara lain:

1. Makan, minum dan tidur di dalam masjid.

Dari Ibnu Umar diaberkata, pada masa Rasulullah Saw kami tidursiang di dalam masjid.
Waktu itu, kami masihmuda. (HR. Ahmad). Imam Nawawi berkata, “Dari
sinidapatdipahamibahwaAshabusShuffah (sahabat yang tinggal di dalam masjid)
seringtidur di dalam masjid, bahkansebelummasuk Islam.” Abdullah bin Haritsberkata, di
masa Rasulullah Saw kami pernahmakan roti dan daging di dalam masjid. (HR.
IbnuMajahdengansanadhasan)

2. Berbicara di dalam masjid

Imam Nawawi berkata, “Berbicara di dalam masjid diperbolehkan,


baikpembicaraannyaberkaitandenganmasalah dunia atau pun masalah-masalah yang lain,
dengansyaratapa yang dibicarakantersebutdibenarkan oleh agama sekalipunmenimbulkan
tawa, dan dengansyaratapa yang ditertawakan juga diperbolehkan. Hal iniberdasarkan
pada haditsdari Jabir bin Samurah, diaberkata, Rasulullah Saw
tidakmeninggalkantempatshalatbeliausetelahshalatSubuhsampaimatahariterbit. Jika
mataharisudahterbit, beliauberdirilalupulang. Sementaraitu, para sahabatmasihberada di
dalam masjid dan membicatrakanhal-hal yang merekaalami pada masa Jahiliyah.
Terkadangmerekatertawa dan Rasulullah pun tersenyum.” (HR. Muslim)

3. Berjualbeli dan mengemisdi dalam masjid

53
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanyaRasulullah Saw bersabda, “Apabila kalian
melihatseorangmenjualataumembeli di dalam masjid, makakatakanlahkepadanya, semoga
Allah tidakmemberikeuntunganatasdaganganmu.” (HR. Nasa’i dan Tirmidzi)

Syaikhul Islam IbnuTaimiyahberkata, “Pada dasarnya, meminta-minta di dalam masjid


atau pun di tempat yang lain dilarang, kecualidalamkondisimendesak. Meminta-minta (di
masjid) diperbolehkanjikadalamkondisimendesak dan tanpamengganggu orang lain,
sepertimelangkahi bahu orang yang sedang duduk, tidakberdustaterkaitapa yang
dikemukakan, dan tidak pula mengeraskansuarasehinggamenyebabkan orang lain
terganggu.”

4. Melantunkansyair dan mengeraskansuara di dalam masjid


Dari Abdullah bin Umar diaberkata, Rasulullah Saw melarangjualbeli di masjid, bersyair,
dan mencaribarang yang hilang. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai dan
Tirmidzi).
Maksuddarilaranganmelantunkansyairadalahapabilasyairtersebutberisikantentangejekante
rhadap orang Muslim, pujianbagi orang zalim, perkataankotor, dan lain sebagianya.
Sebaliknya, jikasyairtersebutberisikantentang kata-kata hikmah, pujianterhadap Islam
atauanjuranuntukberbuatbaik, haltersebuttidakdilarang.

Sebagailandasanatashaliniadalahhaditsdari Abu Hurairah,bahwasanya Umar menjumpai


Hassan yang sedangbersyair di dalam masjid. Umar memperhatikannya. Hassan pun
berkata, duluakupernahbersyair di tempatini dan dihadiri oleh orang yang
lebihbaikdarimu(maksudnyaRasulullah SAW). Kemudian Hassan menolehkepada Abu
Hurairah dan berkata, atasnama Allah akubertanyakepadamu,
apakahengkaupernahmendengarRasulullah SAW mengucapkan, “Perkenankanlahdariku,
Ya Allah,kuatkanlahdirinyadenganMalaikatJibril. Abu Hurairah menjawab, Iya.”(HR.
Bukhari dan Muslim)

Mengeraskansuarahinggamenggangguterhadap orang lain yang sedang salat hukumnya


haram, walaupunmembaca Al-Qur’an sekalipun, kecualiketikasaatmengkajipengetahuan
agama. Dari Ibnu Umar ra,bahwasuatuketikaRasulullah SAW pergike masjid dan
mendapati orang-orang yang sedangmenunaikan salat denganmengeraskansuarabacaan
Al-Qur’an. KemudianRasulullahbersabda, "Sesungguhnya orang yang salat
sedangbermunajatkepadaTuhannya Allah SWT.
HendaknyadiamemperhatikanKepadasiapakahdiabermunajat? Janganlahsebagian kalian
mengeraskanbacaan Al-Qur’an terhadapsebagian yang lain."(HR. Ahmad)

f. Tempat-tempat yang dilaranguntukdijadikantempatshalat

Ada beberapahadis yang menjelaskantentanglaranganmelaksanakan salat di tempat-


tempattertentu, diantaranyatempattersebutadalah: 

1. Kuburanatautempatpemakaman

54
Imam Bukhari, Muslim, Ahmad dan Nasa'imeriwayatkandariAisyah ra
bahwasanyaRasulullah SAW bersabda, "Allah mengutukkaumYahudi dan Nasrani yang
menjadikanmakamnabi-nabimerekasebagai masjid (tempatibadah).”Imam Ahmad dan
Muslim meriwayatkandari Abu Mirtsad al-GhanawibahwasanyaRasulullah SAW
bersabda,"Janganlah kalian salat menghadapkekuburan dan jangan pula kalian duduk di
atasnya."(HR. Ahmad dan Muslim)

2. GerejaatauSinagog

Abu Musa Al-Asy'ari dan Umar bin Abdul Aziz pernah salat di dalamgereja. Sya’bi,
Atha’, dan Ibnu Sirin berpendapatbahwa salat dalamgerejaatausinagogtidakapa-apa.
Imam Bukhari mengatakan, "Ibnu Abbas juga pernah salat di tempatibadahkaumYahudi
(sinagog), dengansyaratdidalamnyatidakterdapatpatung." Umar
pernahmenerimasuratdarikabilah Najran yang
isinyamemberitakanbahwakaummuslimintidakmenemukantempat yang
lebihbersihsertalebihbaikdaripadatempatibadahkaumYahudi di Najran. Umar pun
memberikanjawabansupayatempatibadahkaumYahuditersebutdibersihkandengan air dan
daunbidara. Setelah itu, merekadiperbolehkan salat di dalamnya.
Sedangkanmenurutmazhab Hanafi dan Syafi'I, hukum salat di
dalamgerejaatausinagogadalahmakruhsecaramutlak.
3. TempatPembuanganSampah, TempatPenyembelihanHewan, Tengah Jalan,
PemberhentianUnta, Kamar Mandi, dan di AtasKa’bah.

Dari Zaid bin JubairahdariDaud bin HushaindariIbnu Umar bahwasanyaRasulullah SAW


melarang salat di tujuhtempatyaitu; tempatpembuangansampah,
tempatpenyembelihanhewan, kuburan, di tengahjalan, di tempatpemandian, di
tempatpenambatanunta, dan di atasKa'bah. (HR. IbnuMajah, Abd Bin Humaid dan
Tirmidzi)

Alasandilarang salat di tempatpembuangansampah dan penyembelihanhewan,


karenatempattersebutnajis. Alasandilarang salat di tempatpenambatanunta,
karenatempatitumerupakantempat yang dikhususkanuntukbangsajin. Tetapi Sebagian
ulama mengemukakanalasanlain. Jadi, salat di tempattersebuthukumnyasamadengan salat
di tempatpembuangansampahatau di tempatpenyembelihanhewan.

Alasandilarang salat di tengahjalankarenajalanmerupakantempatberlalulalang dan


kebisingan yang dapatmengganggukekhusyu’an. Alasandilarang salat di
tempatpemandian, karenatempattersebutnajis. Alasandilarang salat di atasKa'bahsebab
orang yang salat di atasKa'bahsudahtentutidakmenghadapkearahkiblat, karenadia salat
tanpaarah. Padahalsyariatmemerintahkankaummuslimin agar salat
menghadapkearahKa'bah.

Sedangkanshalat di dalamKa’bahhukumnyasah. Dari Ibnu Umar, diaberkata, pada


suatusaat, Rasulullah SAW masukkedalamKa'bahbersamaUsamah bin Zaid, Bilal, dan
Utsman bin Thalhah, kemudianmerekamenutuppintunya. Setelah dibukakembali, Akulah
orang pertama yang masukkedalamKa'bah.Akubertanyakepada Bilal,apakahRasulullah

55
SAW salat di sini? "Iya, Beliaumenunaikan salat di antaraduatiangYamaniitu," jawab
Bilal.(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Referensi:
1. Fikih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Cakrawala Publishing, 2008.

56
5. ADZAN DAN IQAMAT

a. DefinisiAdzan

Adzanadalahkumandanguntukmemberitahukanmasuknyawaktu salat denganlafal-


lafaltertentu. Adzan juga berfungsisebagaiajakanuntukmelaksanakan salat berjamaah,
menampakansyiar Islam. Imam Qurtubi dan yang lain berkata,
adzandilihatdarisisilafalnyamengandungbeberapahalterkaitdenganakidahkarenaadzandimulai
dengan takbir, yang didalamnyaterdapatketeranganatasadanya Allah SWT,
sifatkesempurnaan-Nya, pujianataskeesaan-Nya, keadaansesuatu yang mengikutinya dan
juga ketetapanatasrisalah yang dibawa Muhammad SAW.
Lafaladzandilanjutkandenganajakanuntukmelaksanakanketaatansecarakhusussetelahmelafalk
ansyahadat (persaksian) atasrisalah (yang dibawaRasulullah), karenarisalah yang
diembanRasulullahtidakdapatdiketahuikecualidaribeliau. Lalu
dilanjutkandenganajakanuntukmenggapaikebahagiaan yang abadi. Di dalamnya juga
terdapatisyaratdatangnyaharikiamat. KemudianDiulangi dan diulangilagi.

b. KeutamaanAdzan

Ada beberapahadis yang menjelaskantentangkeutamaanadzan dan orang yang


mengumandangkannya. Diantaranyayaitu:

Dari Abu Hurairah bahwasanyaRasulullah SAW


bersabda,"Sekiranyamanusiamengetahuikeutamaanadzan dan barisanpertama,
kemudiandiatidakmendapatkannyakecualidenganmengundi, merekapastimelakukanundian.
Jika merekamengetahuikeutamaanmenyegerakan salat zuhur, merekaakansalingmendahului.
Dan sekiranyamerekamengetahuikeutamaan salat Isya dan
Subuhpastimerekaakanmelaksanakannyameskipunharusdenganmerangkak."(HR. Bukhari
dan yang lain)

Dari Al-Bara bin Azib, bahwasanyaRasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya Allah dan


malaikat-Nya membacakanshalawatkepada orang yang berada di shafpertama. Dan
bagimuadzin, diaakandiampunidosanyasepanjangsuaranya dan kalimat yang
dikumandangkandibenarkan oleh siapasaja yang mendengarnya,
termasuktumbuhanbasahmaupunkering. Dan baginyaadalahpahala orang yang mengikuti
salat bersamanya."(HR. Ahmad dan Nasa'i)

c. SebabDisyariatkannyaAdzan

AdzanmulaidisyariatkansejaktahunpertamaHijriyah. Dan
sebabdisyariatkannyaadzandapatdiketahuimelaluiketerangan yang
terdapatdalamhadisberikut:

57
Dari Abdullah bin Zaid bin Abdurrabbih, iaberkata, "Ketika Rasulullah SAW
memerintahkanuntukmenggunakanlonceng,
beliaumenyuruhseseorangmemukulnyauntukmengumpulkan orang (umat Islam) - dalam
salah saturiwayatdisebutkan: Rasulullahtidakmenyukainyakarenahalitumenyerupai orang-
orang Nasrani.Saatakusedangtidur,adaseseorang yang membawaloncengmengelilingiku. Lalu
akuberkatakepadanya, ‘Wahaihamba Allah,apakahengkaumenjuallonceng?’Orang
tersebutbalikbertanyakepadanya, ‘Apa yang
akankamulakukandenganloncengtersebut?’Akumenjawab, ‘Akupergunakanuntukmemanggil
orang-orang agar salat.’Orang
tersebutberkata,‘Apakahengkaumaujikaakutunjukkankepadamusesuatu yang
lebihbaikdaripadalonceng?’Akumenjawab, ‘Iya.’Orang tersebutkemudianberkata,
ucapkanlah:

َّ ‫حيَّ َعلَىال‬.
‫ص‬ َ ‫َأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمدًا َر ُسواُل للَّ ِهَأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمد‬. ُ ‫َأ ْشهَ ُدَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل اللَّهَُأ ْشهَ ُدَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل هَّللا‬. ‫اللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُر‬
َ ِ ‫ًار ُسواُل هَّلل‬
ُ ‫ اَل ِإلَهَِإاَّل هَّللا‬. ‫اللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُر‬. ‫ح‬ ِ ‫ىالفَاَل‬ ْ َ‫ىالفَاَل ِح َحيَّ َعل‬
ْ َ‫ َحيَّ َعل‬. ‫صاَل ِة‬ َّ ‫اَل ِة َحيَّ َعلَىال‬

Tidak lama setelahitu, lelakitersebutberkata, jikaengkauingin iqamat, ucapkan:

َ‫صاَل ةُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُراَل ِإل‬


َّ ‫صاَل ةُقَ ْدقَا َم ْتال‬ ْ َ‫صاَل ِة َحيَّ َعل‬
َّ ‫ىالفَاَل ِحقَ ْدقَا َم ْتال‬ َّ ‫اللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُرَأ ْشهَ ُدَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل اللَّهَُأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمدًا َر ُسواُل للَّ ِه َحيَّ َعلَىال‬
ُ ‫هَِإاَّل هَّللا‬

Ketika subuh, akumenjumpaiRasulullahShallallahu ‘alaihiwasallam dan


menceritakanmimpikutersebut. Lalu BeliauShallallahu ‘alaihiwasallammenyatakan:
“Sungguh, ituadalahmimpi yang benar, insya Allah. Makapergilahke Bilal dan
ajarkanlahapa yang engkaulihat, laluhendaklah Bilal mengumandangkanadzandengannya,
karenaialebihkerassuaranyadarimu.” Lalu akumenemui Bilal dan mengajarkankepadanya,
dan iapun adzandengannya. Lalu Umar bin Khaththabmendengarhalitu di dalamrumahnya,
laluiakeluarmenyeretselendangnya dan menyatakan: “Demi Dzat yang
mengutusengkaudenganbenar, wahaiRasulullah, sungguhakupunmelihatapa yang
ialihatdalammimpi”. MakaRasulullahShallallahu ‘alaihiwasallammenyatakan:
“Alhamdulillah”. (HR. Abu Daud, IbnuMajah, IbnuKhuzaimah dan Tirmidzi)

d. TatacaraMengumandangkanAdzan

Lafadzadzan yang ada dan digunakan pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihiwasallam dan
terkenaldalammadzhab para Ulama terdapatadalahtigamacam :

1. Adzandengan 15 kalimat, yaitudenganlafazh:

4x 2× ُ‫اَللهُا َ ْكبَ ُراَ ْشهَ ُداَ ْنالَاِلَهَاِالَّهللا‬


2× ِ‫اَ ْشهَ ُداَنَّ ُم َح َّمدًا َّرسُوْ اُل هلل‬
2× ‫صالَ ِة‬ َّ ‫َحيَّ َعلَيال‬
ْ َ‫َحيَّ َعل‬
2× ‫ح‬ ِ ‫يالفَال‬
َ
2x ‫اَللهُا َ ْكبَ ُر‬
1x ُ‫الَاِلَهَاِالَّهللا‬

58
Adzansepertiiniadalahcara yang dipilih oleh abuhanifah dan imam ahmad.

2. Adzandengan 19 kalimat,
yaitusamasepertiadzancarapertamaakantetapiditambahdengantarji’ (pengulangan) pada
syahadatain. Tarji’ adalahmengucapkansyahadataindengansuarapelan –
tetapimasihterdengar oleh orang-orang yang hadir-
kemudianmengulanginyakembalidengansuarakeras. Jadi
lafazah“asyhaduallailaahaillallaah” dan “asyhadu anna
muhammadarrasulullah”masing-masingdiucapkanempat kali. Adzansepertiiniadalahcara
yang dipilih oleh Imam AsySyafi’i.

3. Adzandengan 17 kalimat, yaitusamadengancaraadzankeduaakantetapi takbir


pertamahanyadiucapkandua kali, bukanempat kali. Adzansepertiiniadalahcara yang
dipilih oleh Imam Malik dan sebagian Ulama’ MadzhabHanafiah.

e. Tatacara Iqamat

Lafadziqamahadatiga juga, yaitu:

a). Iqamah 11 kalimat, yaitu :

َ‫صاَل ةُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُراَل ِإل‬


َّ ‫صاَل ةُقَ ْدقَا َم ْتال‬ ْ َ‫صاَل ِة َحيَّ َعل‬
َّ ‫ىالفَاَل ِحقَ ْدقَا َم ْتال‬ َّ ‫اللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُرَأ ْشهَ ُدَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل اللَّهَُأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمدًا َر ُسواُل للَّ ِه َحيَّ َعلَىال‬
ُ ‫هَِإاَّل هَّللا‬

InilahiqamahmenurutpendapatSyafi’i, Ahmad dan kebanyakan ulama, dengandasarhadits


Abdullah bin Zaid di atas.

َّ ‫قَ ْدقَا َم ْتال‬menjadisatusehinggajumlahnya


b). Iqamahseperti di atasdengandikurangi ُ‫صاَل ة‬ 10
kalimat. DemikianiniiqamahmenurutmadzhabMalikiyah.

c). Iqamahberjumlah 17 kalimat, yaitu :

َّ ‫ًار ُسواُل للَّ ِهَأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمدًا َر ُسواُل للَّ ِه َحيَّ َعلَىال‬
‫صاَل ِة َح‬ َ ‫اللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُرَأ ْشهَ ُدَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل اللَّهَُأ ْشهَ ُدَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل اللَّهَُأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمد‬
ُ ‫صاَل ةُاللَّهَُأ ْكبَرُاللَّهَُأ ْكبَ ُراَل ِإلَهَِإاَّل‬
‫هَّللا‬ َّ ‫صاَل ةُقَ ْدقَا َم ْتال‬ َّ ‫ىالفَاَل ِحقَ ْدقَا َم ْتال‬ ْ َ‫ىالفَاَل ِح َحيَّ َعل‬ ْ َ‫صاَل ِة َحيَّ َعل‬َّ ‫يَّ َعلَىال‬

Inilahiqamahmenurutmadzhab Abu Hanifah, dengandasarhadits Abu Mahdzurah yang


menyatakan: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihiwasallammengajarinyaadzan 19
kalimat dan iqamah 17 kalimat.” (HR. Tirmidzi).

f. Do’a dan DzikirketikaAdzan

Bagi orang yang mendengarkankumandangadzan, hendaknyamembacado’a dan dzikir,


sebagaimanahaditsdari Umar bin Khattab, bahwasanyaRasulullah Saw bersabda,

59
“Apabilamuadzinmengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka salah seorangdari kalian
mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar.”Kemudianmuadzinmengatakan, “Asyhadu An
LaaIlaahaIllallah”,makadikatakan, “Asyhadu An
LaaIlaahaIllallah.”Muadzinmengatakansetelahitu, “Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah”,makadijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah.”Saatmuadzinmengatakan, “Hayya ‘AlashShalah”,makadikatakan, “La
HaulawalaQuwwataillabillah.”Saatmuadzinmengatakan, “Hayya ‘Alal
Falah”,makadikatakan, “La HaulawalaQuwwataillabillah.”Kemudianmuadzinberkata,
“Allahu Akbar Allahu Akbar”,makasipendengar pun mengatakan, “Allahu Akbar Allahu
Akbar.” Di akhirnyamuadzinberkata, “La Ilaahaillallah”, ia pun mengatakan, “La
Ilaahaillallah” Bila yang
menjawabadzaninimengatakannyadengankeyakinanhatinyaniscayaiapastimasuksurga.” (HR.
Muslim no. 848)

Imam Nawawi berkata, anjuranuntukmengikutikalimat yang


diucapkanmuazintidakberlakubagi orang yang sedangmelaksanakanshalat, pada
saatberadadalamkamarkecil, atauketikaberhubungansuami-istri. Bagi orang yang
sedangbelajar, menalaahbuku, membacaatau pun aktivitas yang lain,
hendaknyamenghentikanaktivitasnyauntuksementarawaktu dan mengikutikalimat yang
diucapkanmuazin. Setelah itu, melanjutkankembaliaktivitas yang dilakukansebelumnya.

g. Beberapa Hal yang PerluDiperhatikanMuadzin

Bagiseoramgmuadzin, hendaknyadiamenanamkansifat-sifatberikut pada dirinya:

1. Hendaknyaadzan yang dilakukannyasemata-matahanyauntukmendapatkanridho Allah dan


tidakbertujuanuntukmendapatkanupah. Utsman bin Abu Abbas berkata,
akuberkatakepadaRasulullah SAW, ‘WahaiRasulullah, jadikanlahsebagai Imam pada
kaumku.’ Rasulullah SAW kemudianbersabda, “Engkaumenjadi imam mereka. Ikutilah
orang-orang yang di antaramereka, dan angkatlahseorangmuadzin yang
tidakmemintaupahatasadzannya.” (HR. Abu Daud, Nasa'I, IbnuMajah dan Tirmidzi)

2. Hendaknyasucidarihadas, baikhadaskecilmaupunhadasbesar. Hal iniberdasarkan pada


hadits Muhajir bin Qanfadz, bahwasanyaRasulullah SAW berkatakepadanya,
“Sesungguhnyatidakada yang menghalangikuuntukmenjawabsalamnya. Hanyasaja,
akutidakingindzikirdalamkeadaantidakbersuci.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa'i dan
IbnuMajah).

3. Dalamkeadaanberdiri dan menghadapkearahkiblat. IbnuMunzirberkata, para ulama


sepakatbahwasannyaadzandalamkeadaanberdiritermasukbagiandari sunnah.Karena
denganberdirisuaranyalebihkencang.
DiantarasunnahnyamengumandangkanAdzanadalahmenghadapkearahkiblat. hal yang
demikiankarenamuadzinRasulullah SAW
selalumenghadapkearahkiblatketikamengumandangkanadzan. Jika
muadzintidakmenghadapkiblat, adzannyatetapsahtapimakruh.

60
4. Hendaknyamenolehkankepalaleher dan dadanyakearahkananketikasampai pada
kalimat,“Hayya ‘alashshalah”dan menolehkankekiriketikasampai pada kalimat,“Hayya
‘alalFalah”. Imam Nawawi mengatakaninilah tata caramengumandangkanAdzan yang
paling benar.

5. Hendaknyamemasukkankeduajarinya pada keduatelinganya. Bilal


berkataakumasukkankeduajariku pada
keduatelingakukemudianakumengumandangkanadzan. (HR. Abu Daud dan
IbnuHibban).Para ulama berkata,bagiseorangmuadzindianjurkan agar
memasukkankeduajarinya pada keduatelinganyaketikamengumandangkanadzan.

6. Hendaknyamengencangkanadzannyameskipundiadalamkeadaansendirian dan berada di


tengah-tengahpadang Sahara. Dari Abdullah bin Abdurrahman bin Sha’sha’ah,
dariayahnya, bahwasanya Abu Sa'id al-Khudri,
diaberkata,“Sesungguhnyaakumelihatmusenangmenggembalakambing dan berada di
hutan. Jika kalian sedangmenggembalakambing dan berada di
hutankendaknyaengkaumengeraskansuaramuketikaadzan.Sesungguhnyatidakada yang
mendengarkankumandangadzannyabaikJinmaupunmanusia, tapiiaakanmenjadisaksi pada
harikiamat.” Abu Sa'idberkataakumendengarnyadariRasulullah SAW. (HR. Ahmad,
Bukhari dan Nasa'i).

7. Hendaknyaadzandikumandangkanpelan-pelan dan
memisahkanantaraduakalimatdenganberhentisebentar. Sementarauntuk iqamat
ucapkanlebihcepat. Ada beberapariwayat yang
menjelaskantentanghaltersebutdariberbagaijalur.

Referensi:
1. Fikih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Cakrawala Publishing, 2008.

61
6. MENGQASHAR DAN MENJAMAK SHALAT

I. MENGQASHAR SHALAT

a. DefinisiQashar

Makna kataqashrsecarabahasaadalahmengurangiataumeringkas. Sedangkansecaraistilah,


definisiqashrshalatadalahmengurangibilanganrakaat pada shalatfardhu,
dariempatrakaatmenjadiduarakaat. ShalatShubuh yang jumlahnyaduarakaat,
tidakadaketentuanuntukmengqasharnya. Demikian juga Shalat Maghrib yang tigarakaat,
juga tidakadaketentuanuntukmengqasharnya. Dan shalat sunnah pun
tidakadaketentuanqasharnya.

Para ulama
umumnyasepakatbahwamengqasharshalatituhanyabolehdilakukankarenasatusebabsaja,
yaitusafaratauperjalanan. Di luarperjalanan,
makatidakadakeringananataukebolehanuntukmengerjakanshalatdengancaradikurangirakaatny
adariempatmenjaditinggalduarakaat. Perbedaanantaraqashardenganjama'
adalahbahwasafaradalahsatu-satunyapenyebabdibolehkannyaqashar. Sedangkanjama' masih
punya penyebab yang lain di luarsafar, sepertisakit, hujan, dan lainnya.

b. LandasanMengqasharShalat

Penguranganjumlahrakaatdariempatmenjaditinggalduaadalahpensyariatan yang didasarkan


pada nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah.

1. Al-Quran

Asalkebolehanmelakukandalammelakukanpenguranganjumlahrakaatdariempatmenjadiduaad
alahfirman Allah SWT dalam Al-Quran al-Kariemtentangkeringananbagi orang yang
sedangdalamperjalananuntukmengurangijumlahbilanganrakaatshalat.

١٠١ - ‫صرُوْ ا ِمنَالص َّٰلو ِة ۖ اِ ْن ِخ ْفتُ ْما َ ْنيَّ ْفتِنَ ُك ُمالَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ۗااِنَّ ْال ٰكفِ ِر ْينَ َكانُوْ الَ ُك ْم َع ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬
ُ ‫ضفَلَ ْي َس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌحا َ ْنتَ ْق‬
ِ ْ‫اض َر ْبتُ ْمفِىااْل َر‬
َ ‫َواِ َذ‬

"Dan apabilakamubepergian di bumi, makatidaklahberdosakamumeng-qasar salat,


jikakamutakutdiserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir ituadalahmusuh yang
nyatabagimu."(QS. An-Nisa: 101)

2. As-Sunnah

Penjelasandari As-Sunnah menegaskanbahwashalatqashritubukanhanyaterbatas pada


keadaanperangsaja, meski pun ayatnyamemangmenyebutkandemikian.

62
Ya'la bin Umayyahbertanyakepada Umar bin Al- Khattab
radhiyallahuanhu,"Kenapakitatetapmengqasharshalat,
padahalkitasudahberadadalamsuasanaaman?". Umar menjawab,"Aku juga
pernahmenanyakanhal yang serupakepada Nabi SAW, dan
beliaumenjawab :"Ituadalahsedekah yang Allah berikankepada kalian,
makaterimalahsedekahitu".(HR. Muslim)

Haditsshahihinimenepisberbagaipenafsiran dan spekulasibahwashalatqasharterbatashanya


pada situasiperangsaja. Dan bahwadalamkeadaandamai pun shalatqashartetapberlaku.

c. Hukum MengqasharShalat

Di kalangan ulama terdapatperrbedaanpendapat, apakahmengqasharshalatdalamsafarituwajib,


sunnah ataupilihan.

1. Wajib

Mazhab Abu hanifahmewajibkanqasharbagi orang yang melakukanperjalanan yang


telahterpenuhisyaratnya. Dalil yang merekagunakanadalahhadits yang diriwayatkandariIbnu
Abbas Ra,

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu‘anhuberkata: ”Allah SWT telahmewajibkan di ataslidah Nabi


kalian bahwashalatdalamhadhar (tidaksafar) sebanyakempatrakaat, dalamsafarduarakaat
dan dalamkeadaankahuf (takut) saturakaat.”(HR. Muslim)

Duahadits di atasmemangtegasmenyebutistilah 'mewajibkan',


sehinggabarangkaliinilahalasanmazhab Hanafi
untukmewajibkanqasharshalatdalamperjalanan.

2. Sunnah

Yang masyhurberpendapatbahwamengqasharshalathukumnya sunnah


adalahmazhabMalikiyah. DasarnyaadalahtindakanRasulullah SAW yang
secaraumumselalumengqasharshalatdalamhampirsemuaperjalananbeliau. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu

Abdullah bin Umar berkata, "AkumenemaniRasulullah SAW,


beliautidakpernahmenambahshalatlebihdariduarakaatdalamsafar, demikian pula Abu Bakar,
Umar dan Utsman."(HR. Bukhari Muslim)

3. Pilihan

63
Yang berpendapatbahwamengqasharshalatatautidakitumerupakanpilihanadalahmazhab As-
Syafi'iyah dan Al-Hanabilah. Namunbagimereka, mengqasharitutetaplebihafdhal,
karenamerupakansedekahdari Allah SWT.

Yang berpendapatbahwamengqasharshalatatautidakitumerupakanpilihanadalahmazhab As-


Syafi'iyah dan Al-Hanabilah. Namunbagimereka, mengqasharitutetaplebihafdhal,
karenamerupakansedekahdari Allah SWT.

IbnuMas'udberkata,"Sesungguhnya Allah
sukabilasedekahnyaditerimasebagaimanaDiasukabilakewajibannyadijalankan."(HR.
Ahmad).

Mereka juga berdalildaritindakan para shahabat Nabi SAW dalambanyakperjalanan,


kadangmerekamengqashartapikadang juga tidakmengqasharnya.
Sehinggamengqasharatautidakmerupakanpilihan. Merekatidaksalingmemandangaibatasapa
yang dilakukantemanmereka.

d. Kriteria Safar yang MembolehkanQashar

Tidaksemuasafarmembolehkankitauntukmengqasharshalat.
Hanyasafardengankriteriatertentusajayangmembolehkankitamengqasharnya.

1. Niat

Agar berstatusmusafir, makaseseorangharusberniat dan menyengajauntukmelakukansafar.


Syaratinidisepakati oleh semua ulama. Makaseorang yang diculikdenganpaksaketempat
yang jauhataudiasingkanke negeri lain, padahaldalamdirinyatidakadaniatsedikit pun
untukmelakukansafar, secarahukumsyar’ibukantermasukmusafir.

Niatuntukmelakukansafarakanhilangketikaseseorangberhentidalamperjalanannya dan
mengubahniatnyadarimusafirmenjadiingintinggal dan menetapuntukseterusnya. Maka orang
yang pergimerantaudari kampung ke Jakarta dengantujuanuntukmenetap di Jakarta, juga
dianggapsudahbukanlagimusafir. Diamenjadimusafirhanyaselama di kendaraansaja.
Begitusudahsampai di Jakarta, makadiabukanmusafirlagi.

2. Jarak

Kriteriakeduadarisafar yang membolehkanqasharadalahmasalahjarak minimal


darikeseluruhansafaritu. Namuntidakbisadipungkiribahwa para ulama
berbedapendapattentangkebolehanmenjama' shalatdilihatdarisegibatas minimal
jarakperjalanan.

a. JumhurUlama : 4 Burud

Jumhur ulama darikalanganmazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-


Hanabilahumumnyasepakatbahwa minimal berjarakempatburud.

64
Dasar ketentuan minimal empatburudiniadabanyak, di antaranyaadalahsabdaRasulullah
SAW berikutini :

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhubahwaRasulullah SAW


bersabda,"WahaipendudukMekkah, janganlah kalian mengqasharshalatbilakurangdari 4
burud, dariMekkahkeUsfan". (HR. Ad-Daruquthuny)

Dalamtahkik kitab Bidayatul Mujtahiddituliskanbahwa 4 buruditusamadengan 88,704


km. Meskijarakitubisaditempuhhanyadengansatu jam naik pesawatterbang,
tetapdianggaptelahmemenuhisyaratperjalanan. Karena yang
dijadikandasarbukanlagihariatauwaktu, melainkanjaraktempuh.

b. Jarak 3 Hari Perjalanan

Abu Hanifah dan para ulama Kufahmengatakan minimal jaraksafar yang


membolehkanqasharituadalahbilajaraknya minimal sejauhperjalanantigahari,
baikperjalananituditempuhdenganmenungganguntaatauberjalan kaki,
keduanyarelatifsama.

Dasar daripenggunaan masa waktutigahariiniadalahhadits Nabi SAW,


dimanadalambeberapahaditsbeliauselalumenyebutperjalanandengan masa
waktutempuhtigahari. Sepertihaditstentangmengusapsepatu,
disanadikatakanbahwaseorangbolehmengusapsepatuselamaperjalanan 3 hari.

"Orang yangmuqimmengusapsepatudalamjangkawaktuseharisemalam, sedangkan orang


yang safarmengusapsepatudalamjangkawaktutigaharitigamalam."(HR. Ibnu Abi
Syaibah)

Menurutmazhab Al-Hanafiyah, penyebutan 3 hariperjalananitupastiadamaksudnya,


yaituuntukmenyebutkanbahwa minimal jarakperjalanan yang
membolehkanqasharadalahsejauhperjalanan 3 hari.
Kalaukitakonversikanjarakperjalanantigahari, makahitungannyaadalahsekitar 135 Km.

c. Tanpa Batas Minimal

SedangkanpendapatmazhabZhahirimengatakantidakadabatas minimal seperti yang


telah kami sebutkan di atas. Jadi mutlaksafar, artinyaberapapun jaraknya yang
pentingsudahmasukdalamkriteriasafaratauperjalanan. Di antara ulama yang
mewakilikalanganini salah satunyaadalahIbnuTaimiyah.

Menurutpandanganmazhabini, seseorangsudahdisebutsebagaimusafirmeskijarak yang


ditempuhnyahanyaberjarak 3 farsakhatau 3 mil saja. Dasar
pendapatiniadalahhaditsberikutini.

“Anas berkatabahwaRasulullah SAW jikakeluarmenempuhjarak 3 mil atau 3


farsakhbeliaushalatduarakaat”(HR. Muslim)

65
Namunmeskihaditsinishahihdarisegiperiwayatannya, namuncaramenarikkesimpulannya
yang tidakdisepakati. Umumya para fuqaha mengartikanhaditsinibukansebagaijaraksafar
yangmembolehkanqashar, namunkapanshalatqasharsudahbolehmulaidikerjakan.
Sementarasafarnyaitusendiritetap minimal berjarakempatburudatauenambelasfarsakh.

3. Mubah

Safar yang dibolehkanbuatkitauntukmengqasharshalatharuslahsebuahsafar yang


sejakawalmemangdiniatkanuntukhal-hal yang mubahataudibolehkan. Syaratinidikemukakan
oleh Jumhur ulama kecuali Al-Hanafiyah yang mengatakanapapuntujuansafar,
semuamembolehkanqashar.

4. Melewati Batas TempatTinggal

Mengqasharshalatdalamsafaritusudahbolehdilakukanmeskibelummencapaijarak yang
telahditetapkan.
Asalkansejakawalniatnyamemangakanmenempuhjaraksejauhitu.Shalatqasharsudahbisadimul
aiketikamusafiritusudahkeluardarikotaatau wilayah tempattinggal,
tetapibelumbolehdilakukanketikamasih di rumahnya.Rasulullah SAW
tidakmulaimengqasharshalatnyakecualisetelahbeliaumeninggalkan Madinah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahuanhuberkata,"AkushalatDzuhurbersamaRasulullah SAW di


Madinah 4 rakaat, dan shalatAsharbersamabeliau di DzilHulaifah 2 rakaat.”(HR. Bukhari
dan Muslim)

5. Punya TujuanPasti

Safar ituharus punya tujuanpasti, bukansekedarberjalantaktentuarah dan tujuan. Misalnya,


orang yang melakukanperburuanhewanataumengejarhewan yang lepas,
dimanadiatidaktahumaupergikemanatujuanperjalanannya.Kalauada orang
masuktoldalamkota Jakarta, lalumemutari Jakartaduaputaran,
makadiasudahmenempuhjarakkuranglebih 90 Km. Namun orang
initidakdisebutsebagaimusafir. Alasannyakarenaapa yang dilakukannyaitutidak punya tujuan
yang pasti.

II. MENJAMAK SHALAT


a. Definisi Jama’

Secarabahasa kata Jama’ berartimenggabungkan, menyatukanatau pun


mengumpulkan.Sedangkansecaraistilah, shalatjama’ ituadalah :melakukanduashalatfardhu,
yaituDzhuhur dan Asar, atau Maghrib dan Isya’ secaraberurutan pada salah
satuwaktunya.ShalatDzhurtidakbisadijama’ kecualihanyadenganAshar dan begitu juga
sebaliknya. ShalatMarghribtidakbolehdijama’ kecualihanyadenganshalatIsya’.

66
b. LandasanMenjama’ Shalat

Para ulama semuanyasepakatbahwamenjama' duashalatitudisyariatkandalam agama Islam.


KhususnyashalatDzhuhurdijama' denganshalatAshar dan shalat Maghrib dijama'
denganShalatIsya'. Dasar masyru'iyahnyamemangtidakdisebutkansecarakhusus di dalam Al-
Quran Al-Karim. Namun di dalamhadits-
haditsnabawikitamenemukanbanyaksekaliketerangantentangjama' shalatini.

Salah satunyaadalahjama' shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW


ketikamelaksanakan haji wada' di tahunkesepuluhhijriyah, sebagaimanadisebutkan di
dalamhadits Jabir radhiyallahuanhuberikutini.

Lalu beliau SAW mendatangi wadi dan berkhutbahdi depanmanusia. Kemudian


Bilalberadzan, kemudianiqamah dan shalatDhuhur, kemudianiqamah dan shalatAshar, dan
tidakshalat sunnah diantarakeduanya.(HR. Muslim)

c. PembagianShalat Jama’ Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

a. Jama’ Taqdim

Jama’ taqdimadalahmelakukanduashalatfardhu pada waktushalat yang pertama.


Bentuknyaadadua. PertamashalatZhuhurdilakukanlangsungberurutandenganshalatAshar,
yang dilakukan pada waktuZhuhur. Dan kedua, shalat Maghrib dan shalatIsya'
dilakukansecaraberurutan pada waktu Maghrib.

b. Jama’ Ta’khir

Sedangkanjama’ ta’khiradalahkebalikandarijama’ taqdim, yaitumelakukanduashalatfardhu


pada waktushalat yang kedua. Bentuknya juga adadua.
PertamashalatZhuhurdilakukanlangsungberurutandenganshalatAshar, yang dilakukan pada
waktuAshar. Dan kedua, shalat Maghrib dan shalatIsya' dilakukansecaraberurutan pada
waktuIsya’..

d. SebabDibolehkannya Jama’

Seluruh ulama sepakatbahwamenjama' shalatitumemangdisyariatkandalam agama.


Namunmerekaberbedapendapattentangsebab-sebab yang membolehkanduashalatdijama'
menjadisatu. Di antarasebab-sebab yang membolehkanjama' dan disepakati ulama adalah
haji dan safar. Sedangkansebablainnyasepertisakit, haji, hujan, takutatautanpasebab yang
pasti, hukumnyamasihmenjadidiperdebatkan para ulama.

1. Haji

67
Seluruh ulamasepakatbahwapenyebabdibolehkannyamenjama' shalat yang
tidakadakhilafiyahnyaadalahketikamelaksanakanibadah haji. Bahkansebagian ulama ada
yang sampaimewajibkan, walaupuninibukanpendapat yang disepakati.
DisebutkanbahwaRasulullah SAW ketikamelaksanakan ritual ibadah haji pada
tahunkesepuluhhijriyah, beliaumenjamak dan
mengqasharshalatnyaselamaempatharisejaktanggal 9 hingga 12 bulanDzulhijjah.

2. Sakit

Meskipunadasebagian ulama yang menjadikansakitsebagai salah


satupenyebabdibolehkannyakitamenjama' shalat, namunsebagianulam lain ada yang
berpendapatsebaliknya.
Imam Ahmad bin Hanbalmembolehkanjama' karenadisebabkansakit. Begitu juga Imam
Malik dan sebagianpengikutAsy-Syafi'iyyah. Begitu juga denganIbnulMunzir yang
menguatkanpendapatdibolehkannyajama' inidenganperkataanIbnu Abbas ra,
“beliautidakinginmemberatkanummatnya”.

Allah SWT berfirman:

ٍ ۗ ‫اج َعلَ َعلَ ْي ُك ْمفِىال ِّد ْينِ ِم ْن َح َر‬


‫ج‬ َ ‫َو َم‬

“Dan Diatidakmenjadikankesukaranuntukmudalam agama.”(QS. Al-Hajj: 78)

Namunmazhab Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi'iyahmenolakkebolehanmenjama'


shalatkarenasakit. Alasannyakarenatidakadariwayat yang qath'idariRasulullah SAW
tentanghalitu. Al-Imam An-Nawawi di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-
Muhadzdzabmenyebutkan: Nabi SAW mengalamibeberapa kali sakit, namuntidakadariwayat
yang sharihbahwabeliaumenjama' shalatnya.

3. Hujan

Umumnya para ulama berbedapendapattentangkebolehanmenjama' shalatkarenahujan.


Sebagian ulama memangmembolehkannya, namunmasing- masingmengajukansyarat yang
cukupketat, namunberbeda-beda.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuBahwaRasulullah SAW di Madinah menjama'


shalatDzhuhur dan Asharsertamenjama' shlat Maghrib dan Isya'. Imam Muslim
menambahkan,"Itudilakukanbukankarenatakutatausafar.”(HR. Muslim)

Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi'irahimahumallah,


keduanyamemandangriwayattambahandari Imam Muslim yang menegaskanbahwajama'
ituterjadibukankarenatakut dan juga bukankarenasafar, padahaljama' itudilakukan di
dalamkota Madinah, makakemungkinanhalitudilakukankarenaterjadinyahujan. Mazhab Al-
Malikiyah dan Asy-Syafi'iyahmembolehkanhujandijadikanalasanuntukmenjama' shalat,
namunadasyarat yang harusdipenuhiuntukkebolehannya.

68
Sementaramazhab Al-Hanafiyahsejakawaltidakmembolehkanjama'
shalatkecualihanyakarenasatusebabsaja, yaituketika haji di Arafah dan Mina saja.
Alasannyakarena yang punya dasarmasyru'iyahqath'idariRasulullah SAW hanyasebatas
pada haji saja.

4. Kejadian Yang TidakMemungkinkan

Bilaseseorangterjebakdengankondisidimanadiatidak punyaalternatif lain selainmenjama',


makasebagian ulama membolehkannya. Namunshalatjama' karenaterjadi di luarhal-hal yang
tidakmampudiantisipasitidakbolehdilakukankecualidengansyaratterjadisecarainsidental
dan/ataukejadiannyabersifatmemaksa.

Sifat memaksadisinibukandisebabkankarenakepentinganbiasa,
misalnyasekedarkarenaadarapat, ataupestapernikahan, ataukemacetanrutin yang
melandakota-kotabesar.Yang bisadikategorikanmemaksamisalnyakejadianforce majeure,
yang dalam Bahasa Indonesia sebagian orang mengartikannyasebagaikejadianluarbiasa
(KLB). termasuk didalamnyaadalahkejadian–kejadiansepertiperang, demo anarkis, huru-
hara, bencanaalam, kecelakaan, banjirbandang, topanbadai dan sejenisnya.

e. Menjama’ ShalatJum’atdenganAshar

Para ulama sepakatbahwaseorangmusafirtidakdiwajibkanuntukmengerjakanshalatJumat, dan


untukitudiacukupmengerjakanshalatDzhuhursaja. Dan para ulama juga
sepakatbahwabilaseorangmusafirdalamperjalanannyamampir di suatu masjid yang
sedangberlangsungshalatJumatlaluikutdalamshalatJumatitu,
makakewajibannyauntukshalatDzhuhurmenjadigugur.

Namun yang menjadipertanyaanadalah,


apakahseusaimengerjakanshalatJumatituseorangmusafirbolehlangsungmengerjakanshalatAsh
ardengancaradijama', sebagaimanamenjama' antarashalatDzhuhurdenganshalatAshar?

Dalamhaliniberkembangperbedaanpendapat di kalangan ulama. Jumhur ulama sepertimazhab


Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Asy-
Syafi'iyahberpendapatbahwashalatJumatsebagaimanashalatDzhuhur, bisadijama'
denganshalatAshar. Sementarasebagian ulama yang lain, dalamhalinimazhab Al-Hanabilah,
berpendapatsebaliknya, yaitubahwashalatJumattidakbisaatautidakbolehdijama'
denganshalatAshar.

Referensi:

69
1. ShalatQashar Jama’, Ahmad Sarwat, Lc.,MA, RumahFiqih Publishing, 2018.

7.Shalat di atas kendaraan dan shalat bagi orang yang sakit


Bagaimana tata cara shalat di kendaraan saat safar?

Jawaban:
Safar merupakan sepotong siksaan dalam hidup. Demikian yang disabdakan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena ketika safar, seseorang tidak bisa melakukan banyak aktivitasnya
secara normal, termasuk melaksanakan shalat. Di saat itulah kaum mukminin teruji. Siapa
diantara mereka yang sanggup bersabar sehingga tetap menjalankan kewajiban, ataukah menjadi
pecundang kemudian meremehkan kewajiban shalat.

Mengingat kita di atas kendaraan, bisa jadi tidak memungkinkan untuk shalat dengan sempurna.
Karena itu, ada beberapa catatan penting yang perlu kita perhatikan:

Pertama, shalat wajib harus dilakukan dengan cara sempurna, yaitu dengan berdiri, bisa rukuk,
bisa sujud, dan menghadap kiblat. Jika di atas sebuah kendaraan seseorang bisa shalat sambil

70
berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat maka dia boleh shalat wajib di atas
kendaraan tersebut. Seperti orang yang shalat di kapal.

Kedua, jika di atas sebuah kendaraan seseorang tidak mungkin shalat sambil berdiri dan
menghadap kiblat, maka dia tidak boleh melaksanakan shalat wajib, KECUALI dengan dua
syarat:

1. Khawatir keluar waktu shalat sebelum sampai di tujuan.

2. Tidak memungkinkan baginya untuk menghentikan kendaraan sejenak untuk shalat. Semacam
orang yang naik pesawat, kereta api, dst.

Dari Ya’la bin Murrah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

‫ والسماء من فوقهم والبلة من أسفل منهم‬، ‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم انتهى إلى مضيق هو وأصحابه وهو على راحلته‬
‫فحضرت الصالة فأمر المؤذن فأذن وأقام ثم تقدم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم على راحلته فصلى بهم يومئ إيماء يجعل‬
‫السجود أخفض من الركوع‬

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat berada di sebuah daerah yang
sempit ketika safar dan beliau di atas kendaraan. Ketika itu turun hujan, dan suasana tanah becek
di bawah mereka. Kemudian datanglah waktu shalat. Beliau memerintahkan muadzin untuk
adzan dan iqamah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maju dengan hewan
tunggangannya dan mengimami mereka. Beliau shalat dengan isyarat kepala, dimana sujudnya
lebih rendah dari pada rukuknya. (HR. Ahmad, dan Turmudzi. Hadis ini diperselisihkan
statusnya oleh para ulama).

Ketiga, jika tidak bisa shalat sambil berdiri, cara shalat yang dibolehkan adalah duduk
semampunya. Dari Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ فإن لم تستطع فعلى جنب‬، ً‫ص ِّل قائما ً فإن لم تستطع فقاعدا‬

“Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika tidak mampu shalatlah
sambil tiduran.” (HR. Bukhari 1117)

Keempat, jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib shalat
dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak memungkinkan
menghadap kiblat, dia bisa shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan.

Allah berfirman,

71
‫ال يُكلف هللا نفسا ً إال وسعها‬

“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sebatas kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah: 286).

Allah juga berfirman,

‫فاتقوا هللا ما استطعتم‬

“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).

Kelima, ketentuan di atas hanya berlaku untuk shalat wajib. Adapun shalat sunah, boleh
dilakukan dengan duduk dan tidak menghadap kiblat, meskipun dua hal itu bisa dilakukan. Jabir
bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

‫ كان يصلي التطوع وهو راكب في غير القبلة‬ ‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم‬

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunah di atas kendaraan tanpa


menghadap kiblat. (HR. Bukhari 1094)

Cara Shalat sambil Duduk di Atas Kendaraan

a. Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung disandarkan di jok kursi,
pandangan mengarah ke depan bawah.

b. Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.

c. Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.

d. Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.

e. Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika rukuk.

f. Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika takbiratul ihram.

g. Gerakan yang lainnya sama seperti di atas.

h. Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk dan pandangan tertuju ke arah telunjuk.

i. Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk.

Allahu a’lam

72
Referensi: Fatawa Lajnah Daimah, 8:126

8. Shalat jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah berdasarkan keumuman perintah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk menyalati jenazah seorang muslim. Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
ِ ‫أن رسو َل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم كان يُؤتى بالرج ِل المي‬
‫ فيسأل ( هل ترك لدَينه من قضا ٍء ؟ ) فإن حدث أنه‬. ‫ عليه الدين‬، ‫ت‬ َّ
ُّ َّ
)‫ وإال قال ( صلوا على صاحبِكم‬. ‫ترك وفا ًء صلى عليه‬
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada beliau jenazah seorang
lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau bertanya: “Apakah ia memiliki harta
peninggalan untuk melunasi hutangnya?”. Jika ada yang menyampaikan bahwa orang tersebut
memilikiharta peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun menyalatkannya. Jika
tidak ada, maka beliau bersabda: “Shalatkanlah saudara kalian” (HR Muslim no. 1619).
Bahkan dianjurkan sebanyak mungkin kaum Muslimin menshalatkan orang yang meninggal,
agar ia mendapatkan syafa’at. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫صلِّي َعلَ ْي ِه ُأ َّمةٌ ِم ْن ْال ُم ْسلِ ِمينَ يَ ْبلُ ُغونَ ِماَئةً ُكلُّهُ ْم يَ ْشفَعُونَ لَهُ ِإاَّل ُشفِّعُوا فِي ِه‬
َ ُ‫ت ت‬
ٍ ِّ‫َما ِم ْن َمي‬
“Tidaklah seorang Muslim meninggal,lalu dishalatkan oleh kaum muslimin yang jumlahnya
mencapai seratus orang, semuanya mendo’akan untuknya, niscaya mereka bisa memberikan
syafa’at untuk si mayit” (HR. Muslim no. 947).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:


‫ ال يُ ْش ِر ُكونَ بِاهلل َشيْئا ً ِإال َشفَّ َعهُ ُم هللاُ فِي ِه‬،‫وت فَيَقُو ُم َعلَى َجنَازَ تِ ِه أرْ بَعُونَ َرجُال‬
ُ ‫َما ِم ْن َر ُج ٍل ُم ْسلِ ٍم يَ ُم‬
“Tidaklah seorang Muslim meninggal, lalu dishalatkan oleh empat puluh orang yang tidak
berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, kecuali Allah akan memberikan syafaat kepada jenazah
tersebut dengan sebab mereka” (HR. Muslim no. 948).

Tata Cara Shalat Jenazah

73
1. Posisi berdiri
Imam berdiri sejajar dengan kepala mayit lelaki dan bila mayitnya wanita, imam berdiri di
bagian tengahnya. Makmum berdiri di belakang imam. Sebagaimana dalam hadits Abu Ghalib:

‫ يُكبِّر عليها‬،‫ هكذا كانَ يف َع ُل رسو ُل هللاِ صلَّى هللا عليه وسلَّم؛ يُصلِّي على ال ِجنازة كصالتِك‬،َ‫ يا أبا حمزة‬:‫قال العال ُء بن زياد‬
‫ نعم‬:‫ ويقو ُم عند رأس ال َّر ُج ِل وعجيز ِة المرأة؟ قال‬،‫أربعًا‬
“Al ‘Ala bin Ziyad mengatakan: wahai Abu Hamzah (Anas bin Malik), apakahpraktek
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat jenazah seperti yang engkau lakukan?
Bertakbir 3 kali, berdiri di bagian kepala lelaki dan di bagian tengah wanita? Anas bin Malik
menjawab: iya” (HR. Abu Daud no. 3194, At Tirmidzi no. 1034, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Sunan Abi Daud).
2. Jumlah shaf
Sebagian ulama menganjurkan untuk membuat tiga shaf (barisan) walaupun shaf pertama masih
longgar. Berdasarkan hadits:

َ ‫وف فَقَ ْد َأوْ َج‬


‫ب‬ ُ ُ‫صلَّى َعلَ ْي ِه ثَاَل ثَة‬
ٍ ُ‫صف‬ َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang menshalatkan jenazah dengan membuat tiga shaf, maka wajib baginya
(mendapatkan ampunan)” (HR. Tirmidzi no. 1028).
Ulama khilaf mengenai derajat hadits ini. Pokok permasalahannya adalah pada perawi bernama
Muhammad bin Ishaq Al Qurasyi yang merupakan seorang mudallis, dan dalam hadits ini ia
melakukan ‘an’anah. Ada pembahasan di antara para ulama mengenai ‘an’anah Ibnu Ishaq.

Wallahu a’lam, hadits ini lemah karena ‘an’anah Ibnu Ishaq. Sebagaimana Syaikh Al Albani
dalam Dha’if Al Jami‘ (no. 5668) menyatakan hadits ini lemah.
Maka yang menjadi ibrah (hal yang diperhatikan) adalah banyaknya jumlah orang yang
menyalati sebagaimana dalam hadits riwayat Muslim, bukan sekedar jumlah tiga shaf.
3. Jumlah takbir dan mengangkat tangan
Takbir shalat jenazah sebanyak empat kali. Ulama ijma akan hal ini. Dari Jabir bin Abdillah
radhiallahu’anhu:

‫ فكبَّر عليه أربعًا‬،‫أن رسو َل هللا صلَّى هللا عليه وسلَّم صلَّى على َأصْ ح َمةَ النجاش ِّي‬
َّ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menshalati Ash-hamah An Najasyi, beliau bertakbir
empat kali” (HR. Bukhari no. 1334, Muslim no. 952).
Ulama ijma mengenai disyariatkannya mengangkat tangan untuk takbir yang pertama. Ibnu
Mundzir mengatakan:

‫أن المصلِّي على ال ِجنا َزة يرفع يديه في أوَّل تكبيرة يُكبِّرها‬
َّ ‫أج َمعوا على‬
“Ulama ijma bahwa orang yang shalat jenazah disyartiatkan mengangkat tangan di takbir yang
pertama” (Al Ijma, 44).
Namun mereka khilaf mengenai mengangkat tangan untuk takbir selainnya. Yang rajih,
disunnahkan untuk mengangkat tangan dalam setiap takbir dalam shalat jenazah. Berdasarkan
riwayat dari Nafi’ tentang Ibnu Umar radhiallahu’anhu, Nafi’ berkata:

74
‫كان يرف ُع يَدي ِه في ك ِّل تكبير ٍة على ال ِجنازة‬
“Ibnu Umar radhiallahu’anhu mengangkat tangannya di setiap kali takbir dalam shalat
jenazah” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf [11498], dihasankan Syaikh Ibnu Baz
dalam Ta’liq beliau terhadap Fathul Baari [3/227]).
Juga riwayat dari Ibnu Abbas:

ِ ‫أنَّه كان يرف ُع يَدي ِه في تكبيرا‬


‫ت ال ِجنازة‬
“Bahwasanya beliau biasa mengangkat kedua tangannya setiap kali takbir di shalat jenazah”
(dishahihkan Ibnu Hajar dalam Talkhis Al Habir, 2/291).

4. Tempat shalat jenazah


Shalat jenazah lebih utama dilakukan di luar masjid. Sebagaimana yang umum dilakukan di
zaman Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
‫ َو َكبَّ َر َأرْ بَعًا‬، ‫ف بِ ِه ْم‬ َ ‫ َخ َر َج ِإلَى ْال ُم‬، ‫ي فِي ْاليَوْ ِم الَّ ِذي َماتَ فِي ِه‬
َ َ‫صلَّى ف‬
َّ ‫ص‬ َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَ َعى النَّ َجا ِش‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengumumkan kematian An Najasyi di hari ia wafat.
Kemudian beliau keluar ke lapangan lalu menyusun shaf untuk shalat, kemudian bertakbir
empat kali” (HR. Bukhari no.1245).
Namun boleh juga dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

‫ضا َء َوَأ ِخ ْي ِه ِإاَّل فِي ْال َم ْس ِج ِد‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَى ُسهَ ْي ِل ْب ِن بَ ْي‬ َ ِ ‫صلَّى َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫َوهللاِ َما‬
“Demi, Allah! Tidaklah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyalatkan jenazah Suhail bin
Baidha’ dan saudaranya (Sahl), kecuali di masjid” (HR Muslim no. 973).
Dibolehkan bagi orang yang belum sempat menshalatkan jenazah sebelum dikuburkan, lalu ia
melakukan shalat jenazah di pemakaman. Sebagaimana dalam riwayat dari Ibnu
Abbas radhiallahu’anhuma:
‫ « َما َمنَ َع ُك ْم َأ ْن‬:‫ال‬ َ َ‫ فَلَ َّما َأصْ بَ َح َأ ْخبَرُوهُ فَق‬، ‫ فَ َماتَ بِاللَّ ْي ِل فَ َدفَنُوهُ لَ ْياًل‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَعُو ُده‬ ٌ ‫َماتَ ِإ ْن َس‬
َ ِ‫ان َكانَ َرسُو ُل هللا‬
َ
‫صلى َعل ْي ِه‬ َّ َ َ ‫َأ‬َ َ َّ ُ ْ ‫َأ‬ ٌ ْ ُ ْ َ ْ َ َ
َ ‫ ف تَى قب َْرهُ ف‬،»َ‫ «كانَ الل ْي ُل فك ِرهنَا ـ َوكانَت ظل َمة ـ ن نَشق َعل ْيك‬:‫ت ْعلِ ُمونِي؟» قالوا‬ َّ َ ُ َ ُ
“Seseorang yang biasa dikunjungi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah meninggal. Ia
meninggal di malam hari, maka ia pun dikuburkan di malam hari. Ketika pagi hari tiba, para
sahabat mengabarkan hal ini kepada Rasulullah. Beliau pun bersabda: apa yang menghalangi
kalian untuk segera memberitahukan aku? Para sahabat menjawab: ketika itu malam hari, kami
tidak ingin mengganggumu wahai Rasulullah. Maka beliau pun mendatangi kuburannya dan
shalat jenazah di sana” (HR. Bukhari no. 1247).

Demikian juga dalam riwayat Muslim:

‫صفُّوا خَ ْلفَهُ َو َكبَّ َر َأرْ بَعًا‬


َ ‫صلَّى َعلَ ْي ِه َو‬
َ َ‫ب؛ ف‬ ْ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإلَى قَب ٍْر َر‬
ٍ ‫ط‬ َ ِ‫ا ْنتَهَى َرسُو ُل هللا‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah berhenti di sebuah kuburan yang masih basah.
Ia shalat (jenazah) di sana dan menyusun shaf untuk shalat. Beliau bertakbir empat kali” (HR.
Muslim no. 954).
5. Tata cara shalat
Pertama, niat shalat jenazah. Dan niat adalah amalan hati tidak perlu dilafalkan.
Kedua, takbir yang pertama, membaca ta’awwudz kemudian Al Fatihah. Berdasarkan
keumuman hadits:
ِ ‫ال صالةَ لِ َمن لم يقرْأ بفاتح ِة الكتا‬
‫ب‬

75
“Tidak ada shalat yang tidak membaca Al Fatihah” (HR. Bukhari no. 756, Muslim no. 394).
Kemudian riwayat dari Thalhah bin Abdillah bin Auf, ia berkata:

ِ ‫ فق َرَأ بفاتح ِة الكتا‬،‫ض َي هَّللا ُ عنهما على ِجنازة‬


ٌ‫ ِليَعْلموا أنَّها ُسنَّة‬:‫ قال‬،‫ب‬ ِ ‫س َر‬
ٍ ‫ابن عبَّا‬ ُ
ِ َ‫صليت خلف‬
“Aku shalat bermakmum kepada Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam shalat jenazah. Beliau
membaca Al Fatihah. Beliau lalu berkata: agar mereka tahu bahwa ini adalah sunnah (Nabi)”
(HR. Bukhari no. 1335).
Dan tidak perlu membaca do’a istiftah / iftitah sebelum Al Fatihah.

Ketiga, takbir yang kedua, kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Berdasarkan hadits dari Abu Umamah Al Bahili radhiallahu’anhu:
ِ ‫ ثم يقرَأ بفاتح ِة الكتا‬،‫الجنازة أن يُكبِّ َر اإلما ُم‬
‫ ثم يُصلِّ َي على‬،‫ ِس ًّرا في ن ْف ِسه‬-‫ بع َد التكبيرة األولى‬-‫ب‬ ِ ‫أن ال ُّسنَّةَ في الصَّال ِة على‬
َّ
‫ ثم يُسلِّم‬،‫منهن‬
َّ ‫ُأ‬
‫ ال يقر فى شى ٍء‬،‫ت‬
ِ ‫التكبيرا‬ ‫في‬ ‫ِّت‬ ‫ي‬‫للم‬ ‫ء‬
َ ‫عا‬ ُّ
‫د‬ ‫ال‬ ‫ص‬
َ ِ ‫ل‬ ‫ُخ‬ ‫ي‬‫و‬ ،‫م‬َّ ‫وسل‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ ‫صل‬ ‫ي‬
ِّ ‫النب‬
“Bahwa sunnah dalam shalat jenazah adalah imam bertakbir kemudian membaca Al Fatihah
(setelah takbir pertama) secara sirr (lirih), kemudian bershalawat kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, kemudian berdoa untuk mayit setelah beberapa takbir. Kemudian
setelah itu tidak membaca apa-apa lagi setelah itu. Kemudian salam” (HR. Asy Syafi’i dalam
Musnad-nya [no. 588], Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra [7209], dishahihkan Al Albani
dalam Ahkamul Janaiz [155]).

Keempat, takbir yang ketiga, kemudian membaca doa untuk mayit. Berdasarkan hadits Abu
Umamah di atas. Diantara doa yang bisa dibaca adalah:
َ‫ج َو ْالبَ َر ِد َونَقِّ ِه ِمنَ ْال َخطَايَا َك َما نَقَّيْت‬ ِ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ َع ْنهُ َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع ُم ْد َخلَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل‬
ِ ‫َار ِه َوَأ ْهاًل خَ ْيرًا ِم ْن َأ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن َزوْ ِج ِه َوَأ ْد ِخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا‬
‫ب‬ ِ ‫َس َوَأ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن د‬ َ َ‫ب اَأْل ْبي‬
ِ ‫ض ِمنَ ال َّدن‬ َ ْ‫الثَّو‬
‫ار‬ َّ
ِ ‫ب الن‬ َ
ِ ‫القب ِْر َو ِم ْن َعذا‬ َ ْ
“Ya Allah, berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah ia.
Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, es dan
salju. Bersihkanlah dia dari kesalahannya sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari
kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik
dari keluarganya semula, istri yang lebih baik dari istrinya semula. Masukkanlah ia ke dalam
surga, lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab neraka” (HR Muslim no. 963).
‫يرنَا َو َذ َك ِرنَا َوُأ ْنثَانَا‬ِ ِ‫يرنَا َو َكب‬ ِ ‫ص ِغ‬ َ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ َحيِّنَا َو َميِّتِنَا َو َشا ِه ِدنَا َوغَاِئبِنَا َو‬
“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup di antara kami dan orang yang telah mati, yang hadir
dan yang tidak hadir, (juga) anak kecil dan orang dewasa, lelaki dan wanita di antara kami”
(HR At Tirmidzi no. 1024, ia berkata: “hasan shahih”).
Keempat, takbir keempat. Kemudian diam sejenak atau boleh juga membaca doa untuk mayit
menurut sebagian ulama. Yang lebih utama adalah diam sejenak dan tidak membaca apa-apa
sebagaimana zhahir dalam hadits Abu Umamah radhiallahu’anhu.
Kelima, salam. Dan sifat salamnya sebagaimana salam dalam shalat yang lain. Sebagaimana
dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu:
‫سليم في الصَّال ِة‬ ِ َّ‫ التسلي ُم على ال ِجنازة ِمثل الت‬:‫إحداهن‬ َّ ‫هن النَّاسُ ؛‬َّ ‫تر َك‬ َّ
َ ،‫يفعلهن‬ ‫ثالث ِخال ٍل كان رسو ُل هللاِ صلَّى هللا عليه وسلَّم‬ ُ
“Ada 3 perkara yang dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar melakukannya
dan kemudian banyak ditinggalkan orang: salah satunya salam di shalat jenazah semisal dengan
salam dalam shalat yang lain..” (HR. Ath Thabrani no. 10022, dihasankan Al Albani dalam
Ahkamul Janaiz [162]).

76
Yaitu salam dilakukan dua kali ke kanan dan ke kiri dan yang merupakan rukun hanya salam ke
kanan saja.

Artikel: Muslim.or.id

77
BAB III

PRINSIP-PRINSIP IBADAH

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui tata cara dan manfaat berbagai bentuk ibadah dalam agama Islam;
2. Menjadikan ibadah sebagai sumber energi sosial dalam kehidupan sehari-hari;
3. Merutinkan shaum Sunnah 3 kali dalam sebulan.

78
1. ENERGI SOSIAL DARI IBADAH ZAKAT

e. Defenisi Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari ‘zaka’ yang berarti:
berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu ‘zaka’, berarti tumbuh dan berkembang, dan
seorang itu ‘zaka’, berarti orang itu baik. Dalam Al-Quran disebutkan,

‫ص ٰلوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬


َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُزَ ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka”(QS. at-Taubah [9]: 103).

Zakat dari segi istilah fikih berarti "Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak". Dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi
mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-
sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Sementara menurut Peraturan
Menteri Agama No 52 Tahun 2014, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.Orang yang menunaikan zakat disebut Muzakki.
Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik.

f. Macam-macamZakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat mal. Zakat Fitrah
(zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan perempuan
muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas
segala jenis harta, yang secara zat maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan
dengan ketentuan agama.

Zakat mal sebagaimana diatur dalam UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat dan
Peraturan Menteri Agama No 31/2019, serta pendapat Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi dan
para ulama lainnyameliputi:

1. Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya

Adalah zakat yang dikenakan atas emas, perak, dan logam lainnya yang telah mencapai
nisab dan haul.

2. Zakat atas uang dan surat berharga lainnya

79
Adalah zakat yang dikenakan atas uang, harta yang disetarakan dengan uang, dan surat
berharga lainnya yang telah mencapai nisab dan haul.

3. Zakat perniagaan
Adalah zakat yang dikenakan atas usaha perniagaan yang telah mencapai nisab dan haul.
4. Zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan
Adalah zakat yang dikenakan atas hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan pada saat
panen.
5. Zakat peternakan dan perikanan
Adalah zakat yang dikenakan atas binatang ternak dan hasil perikanan yang telah
mencapai nisab dan haul.
6. Zakat pertambangan
Adalah zakat yang dikenakan atas hasil usaha pertambangan yang telah mencapai nisab
dan haul.
7. Zakat perindustrian
Adalah zakat atas usaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa.
8. Zakat pendapatan dan jasa
Adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari hasil profesi pada
saat menerima pembayaran, zakat ini dikenal juga sebagai zakat profesi atau zakat
penghasilan.
9. Zakat rikaz
Adalah zakat yang dikenakan atas harta temuan, dimana kadar zakatnya adalah 20%.

Syarat Zakat Mal dan Zakat Fitrah:

Harta yang dikenai zakat harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan syariat Islam,
yaitu:
1. Milik penuh.
2. Halal.
3. Cukup nisab.
4. Haul (Cukup waktu satu tahun hijriyah atau 12 bulan qomariyah kepemilikan harta,
syarat haul tidak berlaku untuk zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan,
pendapatan dan jasa, serta zakat rikaz).

80
Sedangkan untuk syarat zakat fitrah sebagai berikut:
1. beragama Islam
2. hidup pada saat bulan ramadhan;
3. memiliki kelebihan kebutuhan pokok untuk malam dan hari raya idul fitri;

g. Asnaf (8 Golongan) Penerima Zakat

Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentuan ada delapan golongan orang
yang menerima zakat yaitu sebagai berikut:

1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar kehidupan.
3. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
4. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan
dalam tauhid dan syariah.
5. Riqab, budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa
dan izzahnya.
7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad
dan sebagainya.
8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

h. Dimensi Sosial Ibadah Zakat

Allah SWT berfiman di dalam Al-Qur’an,

َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”
(QS. Al-Baqarah : 43).

Ayat itu menyiratkan bahwa shalat dan ibadah zakat merupakan “satu paket” ibadah yang
harus dilakukan secara bersamaan. Karena shalat merupakan wakil dari jalur hubungan
dengan Allah, sedangkan zakat adalah wakil dari jalan hubungan dengan sesama manusia.

Secara individu, zakat tidak hanya memberikan manfaat spiritual seperti kebersihan jiwa dan
hartaserta dijauhkan dari sifat kikir yang tercela, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan
fisik dan mental sebagai imbal balik dari kedermawanan seorang muzakki.

81
Ada begitu banyak penelitian yang membuktikan hal ini, diantaranya sebuah studi yang
dilakukan oleh Tristen K. Inagaki, Ph.D., dan Lauren P. Ross, keduanya di University of
Pittsburgh di Pennsylvania. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychosomatic
Medicine: Journal of Biobehavioral Medicine ini menyebutkan bahwa kedermawanan
membuat kita lebih bahagia, mengurangi stres serta kecemasan, dan hal itu dikonfirmasi
dengan menyoroti daerah otak yang terlibat dalam memicu kebahagiaan melalui pemindaian
Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Sementara secara sosial, zakat juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan
sosial, sebagaimana yang dijelaskan oleh DR. Yusuf Qardhawi, diantaranya:

1. Zakat adalah jaminan sosial

Zakat merupakan jaminan sosial pertama di dunia. Zakat dipungut dan didistribusikan
oleh pemerintahan muslim. la bukan sekadar kemurahan hati individu dan sedekah
sukarela, melainkan hak permanen yang ditetapkan Allah SWT. Undang-undang ini
ditegakkan atas bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, baik
sandang, pangan, papan, dan kebutuhan primer lainnya. Hal ini berlaku bukan hanya bagi
kaum muslimin, namun mereka yang hidup di bawah naungan negara Islam, baik Yahudi
maupun Nasrani.

Di Barat, jaminan sosial pertama muncul secara resmi pada tahun 1941 dengan
dicapainya kesepakatan antara Amerika dan Inggris. Kedua negara sepakat untuk
menciptakan jaminan sosial bagi masyarakat, yang dikenal dengan nama Piagam
Atlantik. Meskipun demikian, jaminan sosial ini dengan keluasannya belum sampai pada
setiap negara, juga realisasi pemenuhan kebutuhan belum secara sempurna pada
kebutuhan pokok individu dan keluarganya.

Yang mengagumkan adalah, bahwa Islam telah mendahului negara-negara Barat tersebut
dengan kurun waktu yang relatif lama dalam menegakkan tanggungjawab sosial:
diwajibkan oleh agama, diatur oleh pemerintah, dihunusnya pedang-pedang untuk
membela hak orang-orang fakir dari kesewenangan orang-orang kaya. Namun demikian,
masih ada sementara orang yang tidak mengacuhkan sejarah dan warisan Islam,
menganggap bahwa Eropalah yang telah berjasa merintis pemberian jaminan sosial.

2. Zakat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kemakmuran.

Secara umum harta yang dikenakan zakat adalah tabungan dan barang-barang yang
ditimbun. Sehingga orang yang membayar zakat setiap tahun, lebih suka
menginvestasikan kekayaannya dan membuatnya meningkat, agar tidak menyusut dari
tahun ke tahun. Dengan cara ini, arti harfiah Zakat yaitu 'Pertumbuhan' dapat terwujud.
Di dalam Al-Quran disebutkan,

82
ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬ ٰ ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫زَكو ٍة تُ ِر ْي ُدوْ نَ َوجْ هَ ِ فَا‬

“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh
keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan.”(QS. Ar-Rum: 39)

Ini membantu meningkatkan produksi dan merangsang pasokan karena ini adalah
redistribusi
pendapatan yang meningkatkan permintaan dengan menempatkan lebih banyak daya beli
riil di
tangan orang miskin. Meningkatnya daya beli secara otomatis akan memicu pertumbuhan
ekonomi dan mendorong terwujudnya kemakmuran.

3. Zakat mempereratpersatuan dan mewujudkan kedamaian.

Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta yang melimpah
sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi kondisi ini menjadi
sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan kebencian dalam hati orang miskin
kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar masyarakat, bahkan
berpotensi merusak persatuan dan memutus tali persaudaraan.

Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam masyarakat
dan mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan
bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode praktis yang
efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk menyebarkan rasa cinta
dan belas kasih di antara anggota masyarakat.

Zakat memastikan keadilan sosial dengan membawa keseimbangan keuangan di antara


berbagai strata masyarakat. Ini mengurangi tingkat kejahatan dan kecenderungan teroris
di antara anggota masyarakat. Dengan demikian seluruh masyarakat berusaha bersama-
sama dan mencapai kemakmuran. Distribusi kekayaan yang merata mengurangi tingkat
kejahatan dan mendorong terwujudnya kedamaian.

Referensi:
4. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
5. Hukum Zakat, Yusuf Qardhawi, Penerbit Mizan, 1999
6. https://baznas.go.id/zakat
7. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322940
8. The Impact of Zakat on Social life of Muslim Society, Muhammad Abdullah, Pakistan
Journal of Islamic Research Vol 8, 2011

83
2. ENERGI SOSIAL DARI SEDEKAH

a. Defenisi Sedekah

Sedekah adalah pemberian yang diniatkan untuk mengharap pahala di sisi Allah. Menurut
Al-‘Alamah Al-Isfahani, sedekah ialah sebagian harta yang dikeluarkan oleh manusia dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah, seperti zakat. Sedangkan Menurut peraturan
BAZNAS No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau non-harta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

Sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya dalam surat Al-Baqarah
ayat 271,

‫ت فَنِ ِع َّما ِه ۚ َي َواِ ْن تُ ْخفُوْ هَا َوتُْؤ تُوْ هَا ْالفُقَ َر ۤا َء فَهُ َو َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۗ َويُ َكفِّ ُر َع ْن ُك ْم ِّم ْن َسي ِّٰاتِ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬
ِ ‫صد َٰق‬
َّ ‫اِ ْن تُ ْبدُوا ال‬

“Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-
kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. Al-Baqarah: 271).

b. Keutamaan Sedekah

Rasulullah adalah orang yang paling banyak bersedekah dengan apa pun yang beliau miliki.
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW adalah orang yang paling baik, paling dermawan
(murah tangan), dan paling pemberani.”(HR Ahmad). Dalam hadis lain secara tegas
dikatakan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok paling dermawan terutama pada bulan
Ramadan. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dalam hal
kebaikan. Beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan.”(HR Muslim).

Bebarapa ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan keuatamaan sedekah, antara lain:

َ‫ت هّٰللا ِ فَ َسوْ ف‬ َ ْ‫ك ا ْبتِغ َۤا َء َمر‬


ِ ‫ضا‬ َ ِ‫اس َو َم ْن يَّ ْف َعلْ ٰذل‬
ِ ۗ َّ‫ح بَ ْينَ الن‬
ٍ ۢ ‫ف اَوْ اِصْ اَل‬ َ ِ‫اَل خَ ْي َر فِ ْي َكثِي ٍْر ِّم ْن نَّجْ ٰوىهُ ْم اِاَّل َم ْن اَ َم َر ب‬
ٍ ْ‫ص َدقَ ٍة اَوْ َم ْعرُو‬
ِ ‫نُْؤ تِ ْي ِه اَجْ رًا ع‬
‫َظ ْي ًما‬

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan
rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari
keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.”(QS. An-Nisa: 114)

Beberapa keutamaan sedekah menurut BAZNAS, antara lain:

84
1. Sedekah Tidak Mengurangi Harta

Sedekah adalah ibadah yang tidak akan mengurangi harta, sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda untuk mengingatkan kita dalam sebuah riwayat Muslim, “Sedekah tidaklah
mengurangi harta.”(HR. Muslim).

Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim An-
Nawawi menjelaskan:

“Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup dua hal: Pertama,
yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta
menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indra dan
kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan
tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai
berlipat-lipat banyaknya.”

Hal ini merupakan janji Allah yang termaktub dalam surat Saba,

َ‫َو َمٓا اَ ْنفَ ْقتُ ْم ِّم ْن َش ْي ٍء فَه َُو ي ُْخلِفُهٗ ۚ َوهُ َو خَ ْي ُر ال ٰ ّر ِزقِ ْين‬

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-
lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.”(QS. Saba’: 39).

2. Sedekah Menghapus Dosa

Sebagai makhluk Allah SWT yang tak luput dari dosa, umat Islam senantiasa diberikan
berbagai keistimewaan agar berkesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa-
dosanya dengan cara yang yang diridhai oleh-Nya. Salah satunya dengan
sedekah.Rasulullah SAW pernah bersabda “Sedekah itu dapat menghapus dosa
sebagaimana air itu memadamkan api.”(HR. At-Tirmidzi).

3. Sedekah Melipatgandakan Pahala

Sedekah memberikan banyak keistimewaan kepada pelakunya, salah satu diantaranya


adalah Allah SWT akan memberikan pahala yang banyak untuk orang yang bersedekah.
Allah SWT berfiman,

ٰ ‫ت َواَ ْق َرضُوا هّٰللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا ي‬


‫ُّض َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم اَجْ ٌر َك ِر ْي ٌم‬ ِ ‫صد ِّٰق‬
َّ ‫ص ِّدقِ ْينَ َو ْال ُم‬
َّ ‫اِ َّن ْال ُم‬

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan


meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan
(ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid:
18)

85
Selain tiga keutamaan di atas, masih sangat banyak keutamaan bersedekah lainnya
berdasarkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah SAW, seperti:

1. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan pada hari akhir.


2. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
3. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
4. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli.
5. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang Bahagia.
6. Terhindar dari Kesulitan dalam Hidup.

c. Energi Sosial dari Sedekah

Tidak semua sedekah dalam bentuk pemberian harta. Ada beberapa jenis sedekah yang bisa
dilakukan tanpa harta dan dapat memberikan manfaat secara sosial, diantaranya:

1. Menyingkirkan duri dari jalan.


2. Memberikan pendapat dalam musyawarah.
3. Perkataan yang baik.
4. Menulis dan mengarang buku yang bermanfaat (sedekah jariyah).
5. Menolong orang yang lemah.
6. Membiayai keluarga.
7. Tahmid, takbir, tahlil.
8. Menyambut saudara muslim dengan wajah ceria.
9. Mengajarkan ilmu dan memberi nasihat.
10. Menemani orang yang sakit, dll.
Jika diperhatikan, semua bentuk sedekah baik berupa harta mau pun amal perbuatan yang
bernilai sedekah memiliki dampak sosial yang luas bagi masyarakat, serta dapat menjadi
sumber energi sosial bagi si pemberi sedekah. Salah satu manfaat bagi si pemberi sedekah
adalah perasaan bahagia dan hati yang lapang. Rasulullah Saw bersabda,
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang
memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang
bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya.
Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada
kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju
besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.”(HR.
Bukhari no. 1443)
Keajaiban sedekah ini terkonfirmasi juga dengan berbagai penelitian ilmiah, salah satunya
penelitian yang dipublikasikan oleh Psychological Science, sebuah jurnal dari Association

86
for Psychological Science.Dilansir oleh Sciencedaily.com, peneliti psikologi Ed
O'Brien(University of Chicago Booth School of Business) dan Samantha Kassirer
(Northwestern University Kellogg School of Management) menemukan bahwa kebahagiaan
peserta riset tidak menurun, atau menurun jauh lebih lambat, jika mereka berulang kali
memberikan hadiah pada orang lain dibandingkan berulang kali menerima hadiah yang sama
untuk dirinya sendiri.
Dalam satu percobaan, peserta mahasiswa menerima $5 setiap hari selama 5 hari.Mereka
diminta untuk membelanjakan uang untuk hal yang sama setiap hari. Para peneliti secara
acak menugaskan peserta untuk membelanjakan uang itu untuk diri mereka sendiri atau orang
lain, seperti dengan meninggalkan uang di toples tip di kafe yang sama atau memberikan
sumbangan online ke badan amal yang sama setiap hari. Para peserta merefleksikan
pengalaman belanja mereka dan kebahagiaan yang mereka rasakan di akhir setiap hari.
Datadari total 96 peserta, menunjukkan pola yang jelas: Peserta memulai dengan tingkat
kebahagiaan yang sama dan mereka yang menghabiskan uang untuk diri mereka sendiri
melaporkan penurunan kebahagiaan yang stabil selama periode 5 hari. Namun kebahagiaan
sepertinya tidak luntur bagi mereka yang memberikan uangnya kepada orang lain.
Kegembiraan karena memberi untuk kelima kalinya berturut-turut sama kuatnya seperti di
awal.
"Jika Anda ingin mempertahankan kebahagiaan dari waktu ke waktu, penelitian terdahulu
mengajarkan kita bahwa kita perlu istirahat dan melakukan sesuatu yang baru. Penelitian
kami mengungkapkan bahwa hal ini mungkin lebih penting: Memberi berulang kali, bahkan
dengan cara yang sama dan kepada orang yang sama, dapat terus membuat Anda merasa
relatif segar dan relatif menyenangkan, semakin sering kita melakukannya," jelas O'Brien.
Manfaat sedekah dalam bentuk tindakan juga tak luput dari riset para ahli. Dalam sebuah
artikel di The New York Times (nytimes.com) tahun 2020 yang ditulis oleh Tara Parker-
Paus dijelaskan bahwa tubuh dan pikiran kita mendapat manfaat dalam berbagai cara ketika
kita membantu orang lain.Studi terhadap sukarelawan menunjukkan bahwa orang yang
berbuat baik memiliki kadar hormon stres kortisol yang lebih rendah pada hari-hari mereka
melakukan pekerjaan sukarela.

Bahkan, tindakan memberi nasihat terbukti lebih bermanfaat daripada menerimanya. Dalam
serangkaian penelitian terhadap 2.274 orang, peneliti dari University of Pennsylvania dan
University of Chicago menemukan bahwa setelah siswa sekolah menengah membimbing
siswa yang lebih muda tentang belajar, mereka akhirnya menghabiskan lebih banyak waktu
untuk pekerjaan rumah mereka sendiri. Orang yang kelebihan berat badan yang menasihati
orang lain tentang penurunan berat badan lebih termotivasi untuk menurunkan berat badan
diri mereka sendiri.

Hasil-hasil penelitian tersebut di atas sangat jelas menggambarkan bahwa bentuk sedekah
apa pun yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain, baik berupa harta maupun

87
perbuatan, akan mendapatkan ganjaran balik kepada orang tersebut dengan berbagai manfaat
dan kebaikan yang besar. Maha benar Allah SWT yang berfirman:

‫ِإ ْن َأحْ َس ْنتُ ْم َأحْ َس ْنتُ ْم َأِل ْنفُ ِس ُك ْم‬

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (QS. Al-Isra: 7)

Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. Amalan Penghilang Susah, Mustafa Syaikh Ibrahim Haqqi, Aqwam, 2013.
3. https://baznas.go.id/sedekah
4. https://www.sciencedaily.com/releases/2018/12/181220080008.htm
5. https://www.nytimes.com/2020/04/09/well/mind/coronavirus-resilience-psychology-anxiety-
stress-volunteering.html

88
3. ENERGI SOSIAL DARI SILATURRAHIM

a. Defenisi Silaturrahim

Kata silaturahmi berasal dari bahasa Arab yakni Shilah yang artinya hubungan atau
sambungan dan Ar-Rahim yang bermakna kerabat atau saudara. Kata Rahim sendiri berasal
dari rahim perempuan, menunjukkan sebuah hubungan karib kerabat karena dekatnya nasab
atau keturunan. Kata silaturahim kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia yakni
silaturahmi yang artinya tali persahabatan (persaudaraan), dan bersilaturahmi yang artinya
mengikat tali persahabatan (persaudaraan).

Imam Nawawi rahimahullahdalam Syarh Shahih Muslim menyatakan, “silaturahmi adalah


berbuat baik kepada karib kerabat sesuai dengan keadaan orang yang menghubungkan dan
orang yang dihubungkan. Terkadang menggunakan harta, adakalanya dengan memberi
bantuan tenaga, sekali waktu dengan kunjungan, atau dengan memberi salam, dan lain
sebagainya.”

Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullahdalam kitab Fathul Baari berkata, ‘Ar-Rahim’ secara
umum adalah dimaksudkan untuk para kerabat dekat. Antar mereka terdapat garis nasab
(keturunan), baik berhak mewarisi atau tidak, dan sebagai mahrom atau tidak.Mereka adalah
yang Allah maksud dengan firman Allah Ta'ala dalam surat AI-Anfal (ayat 75),

‫ب هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬


ِ ‫ْض فِ ْي ِك ٰت‬ ٰ ُ ‫َواُولُوا ااْل َرْ َح ِام بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم اَوْ لى بِبَع‬

“Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap
sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al-Anfal: 75)

b. Keutamaan Silaturrahim

Silaturrahim merupakan perkara yang agung yang diperintahkan Allah SWT dan menyia-
nyiakannya adalah hal yang paling dilarang oleh-Nya. Dalam hadits Rasulullah Saw
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim radhiyallahu ‘anhuma, dari
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh, berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam:

"Sesungguhnya ketika Allah ta’ala selesai menciptakan makhluk, (sifat) rahim berdiri
seraya berkata: (Apakah sifat rahim) ini adalah tempat orang meminta perlindungan dari
keterputusan (putus dari rahmat Allah)? Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjawab, “Ya.
Apakah engkau rela jika Aku menyambung (kasih sayangKu) dengan orang yang
menyambungmu (menyambung rahim / silaturahim)? dan Aku memutuskan kasih sayangKu
dengan orang yang memutuskanmu (memutus silaturahim)?”. Rahim menjawab, “Ya.

89
Hamba rela”. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata, “Itu adalah kedudukan
untukmu”(Shahih Buhari, 5987 dan Muslimm, 2554)

Maka menjalin hubungan kekeluargaan merupakan kewajiban yang harus dilakukan, dan
memutusnya merupakan perbuatan dosa. Allah dan Rasulullah telah menjanjikan kepada
orang yang menjalin silaturrahim dengan pahala yang besar di akhirat, manfaat duniawi yang
besar, kecintaan dalam hati-hati para hamba, keluasan rezki, kenangan yang baik dan lain-
lain dari pengaruhnya yang terpuji.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan agar diakhirkan sisa
umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali rahimnya (tali silaturahim).”(HR. Al-
Bukhâri, no. 5985)

Dari Abu Ayyub Al-Anshori, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang
amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,“Sembahlah Allah,
janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali
silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).”(HR. Bukhari no. 5983)

c. Berbagai Bentuk Silaturrahim

Menjalin silaturahim dengan kerabat dapat dilakukan sesuai kebiasaan yang berlaku di
tengah masyarakat, karena perkara tersebut tidak dijelaskan dalam AI-Qur’an dan Sunah,
baikmacam, jenis maupun ukurannya. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak
membatasi hal tersebut dengan perkara tertentu. Tapi beliau menyebutkan secara mutlak.
Karena itu, perkara ini dikembalikan kepada kebiasaan.

Maka apa yang dianggap sebagai silaturrahim dalam kebiasaan masyarakat, maka hal
tersebut dianggap silaturrahim dan apa yang dianggap oleh masyarakat sebagai bentuk
pemutusan hubungan, maka hal itu dianggap sebagai pemutusan hubungan. (Syarah
Riyadhus Shalihin).

Bentuk-bentuk silaturahim dapat berupa:

1. Mengunjungi atau menjamu mereka.


2. Menanyakan keadaan mereka dan mengucapkan salam kepada mereka.
3. Memberikan harta. Apakah dalam bentuk sadaqah jika kerabat tersebut membutuhkan,
atau dalam bentuk hadiah jika dia tidak membutuhkan. Terdapat riwayat dari Nabi Saw,
beliau bersabda, "Sesungguhnya, sadaqah terhadap orang miskin bernilai sadaqah.
Sedangkan sadaqah terhadap kerabat bernilai dua; sadaqah dan silaturrahim." (HR.
Nasai dan Tirmizi)
4. Menghormati yang tua dan menyayangi yang lemah.
6. Menempatkan mereka sesuai kedudukannya.

90
7. Berpartisipasi dalam kegembiraan mereka dengan memberikan selamat, atau menghibur
mereka jika bersedih.
8. Menjenguk mereka jika sakit atau mengantarkan jenazah mereka.
9. Memenuhi undangan mereka jika mereka mengundang dan tidak ada halangan untuk
menghadiri, kecuali jika memiliki uzur.
10. Lapang dada terhadap mereka, jangan menyimpan dengki terhadap mereka.

d. Energi Sosial dari Silaturrahim

Penelitian telah menunjukkan bahwa dengan berinteraksi bersama orang lain, kita sebenarnya
melatih otak kita. Motivasi sosial dan kontak sosial dapat membantu meningkatkan
pembentukan memori dan daya ingat serta melindungi otak dari penyakit neuro-degeneratif.

Prof. Matthew Lieberman — dari University of California, Los Angeles —


mengkhususkan diri dalam mekanisme yang disebutnya “otak sosial”, yaitu aktivitas saraf
yang terkait dengan interaksi sosial, dan manfaat terhadap otak yang dihasilkan
olehnya.Beliau melihat bahwa "jika Anda belajar untuk mengajar orang lain, maka Anda
belajar lebih baik daripada jika Anda belajar untuk mengikuti ujian."

Ini bertentangan dengan kepercayaan yang menonjol dalam sistem pendidikan modern, di
mana belajar sendiri, demi mengumpulkan pengetahuan dan keterampilan, biasanya lebih
disukai.Sebaliknya, Prof. Lieberman mencatat bahwa "ketika Anda termotivasi secara
sosial untuk belajar, otak sosial dapat melakukan pembelajaran dan dapat melakukannya
lebih baik daripada jaringan analitis yang biasanya Anda aktifkan ketika Anda mencoba
untuk menghafal."

Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu juga menemukan bahwa mempertahankan
persahabatan (sahabat dekat) di kemudian hari dapat membantu mencegah penurunan mental.
Penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan dariCognitive Neurology and Alzheimer's
Disease Center di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago,
menemukan bahwa "SuperAgers," didefinisikan sebagai orang berusia 80 tahun ke atas tetapi
masih memiliki kelincahan mental yang masih muda, tampaknya memiliki satu kesamaan:
memiliki teman atau sahabat dekat.

Dr. Archelle Georgiou, yang mempelajari SuperAgers di pulau terpencil Ikaria, Yunani,
melihat bahwa mereka selalu dikelilingi oleh keluarga, tetangga, dan anggota lain dari
komunitas mereka, dan mereka semua secara aktif saling mendukung. Beliau juga melihat
orang Ikarian berkumpul hampir setiap malam untuk menghilangkan stres dan melepaskan
beban kekhawatiran hari itu.

Beberapa penelitian terbaru juga mengaitkan antara keterhubungan sosial (social connection)
dengan manfaat kesehatan fisik, dan kebiasaan yang lebih baik dengan gaya hidup yang lebih

91
sehat. Para peneliti di Maastricht University Medical Center di Belanda, menemukan bahwa
individu yang aktif (bergaul) secara sosial memiliki penurunan risiko dari berbagai penyakit,
salahsatunya diabetes tipe-2.Sebaliknya, individu yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas
sosial, seperti pergi bersama teman atau bergabung dengan klub, memiliki risiko 60 persen
lebih tinggi terkena kondisi yang disebut “pradiabetes”, yaitugejala-gejala sebelum diabetes.

Terakhir, memiliki ikatan sosial yang erat — dengan teman, pasangan, atau anggota keluarga
— dapat membuat kita bahagia dan meningkatkan kepuasan hidup kita secara keseluruhan
dalam jangka panjang.Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang menikmati
persahabatan dekat selama masa remaja mereka, tidak hanya bahagia sebagai remaja,tetapi
juga memiliki tingkat depresi atau kecemasan yang lebih rendah di kemudian hari.

Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. Fathul Baari Jilid 29, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Pustaka Azzam, 2003.
3. Ensiklopedi Etika Islam, Abdul Azis bin Fathi As Sayyid Nada, Maghfirah Pustaka, 2003
4. https://almanhaj.or.id/9551-keutamaan-silaturahim.html
5. https://rumaysho.com/1894-keutamaan-silaturahmi.html
6. https://www.medicalnewstoday.com/articles/321019#Social-context-determines-healthful-
habits

92
4. ENERGI SOSIAL DARI MEMBANGUN
DAN MEMAKMURKAN MASJID

a. Keutamaan Membangun Masjid

Masjid merupakan tempat yang paling dicintai Allah SWT dan merupakan simbol kebesaran
agama Islam. Sebuah tempat yang Allah perintahkan untuk disebut nama-Nya di sana. Ketika
masjid telah dibangun maka di sana akan dilaksanakan shalat, dibaca ayat-ayat Al-Quran,
serta ditegakkan berbagai bentuk ibadah lainnya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, beliau
mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah Allah Azza wa Jalla, maka
Allah Azza wa Jalla akan membangunkannya rumah yang sama di surga.”(HR. Bukhari,
no. 450 dan Muslim, no. 533)

Keutamaan membangun masjid bahkan tidak hanya berlaku untuk masjid yang besar dan
megah, tapi juga mencakup masjid kecil yang sederhana. Disebutkan dalam riwayat Imam al-
Tirmidzi, “Barangsiapa membangun masjid karena Allah, kecil atau besar, maka Allah
membangun baginya rumah di surga”.(HR al-Tirmidzi).

b. Keutamaan Memakmurkan Masjid

Masjid adalah rumah Allah yang memiliki kedudukan istimewa dengan banyak manfaat yang
telah dipersiapkan oleh Allah SWT bagi kaum muslimin dan muslimat yang senang
memakmurkannya. Allah SWT berfirman:

َ ‫ولِٓئ‬
َ‫ك َأ ْن يَ ُكونُوا ِمن‬ ٰ ‫ش ِإاَّل هَّللا َ ۖ فَ َع ٰس ٓى ُأ‬
َ ‫اخ ِر َوَأقَا َم الص َّٰلوةَ َو َءاتَى ال َّز ٰكوةَ َولَ ْم يَ ْخ‬
ِ ‫ِإنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم ٰس ِج َد هَّللا ِ َم ْن َءا َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اَأْل‬
َ‫ْال ُم ْهتَ ِدين‬

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman


kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan
tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)

Rasulullah SAW memotivasi kita agar gemar ke masjid dan memberikan kabar gembira
sebagai berikut:

1. Langkah menuju masjid merupakan kebaikan dan sarana penghapusan dosa dan
meninggikan derajat.

93
Dari Abi Hurairah RA: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk
melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu
menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat.”(Shahih Muslim,No
1070; Sunan Abu Daud,No 1243; Musnad Ahmad, No 7118 & 8906; Sunan Ad-
Darimi,No 359]

2. Berkumpul dalam masjid untuk belajar al-Qur’an memberikan ketenangan, turunnya


rahmat Allah, dan dikelilingi para Malaikat.

Dalam hadits riwayat Imam Muslim disebutkan, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), membaca Kitabullah dan saling
mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka
akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-
nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.”(HR. Muslim).

3. Melaksanakan shalat berjema’ah dalam masjid lebih utama 27 derajat dibandingkan


shalat di rumah.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat.” (Shahih Bukhari,No 609)

4. Mandi kemudian berangkat lebih awal menuju masjid pada hari Jum’at seolah
berqurban.

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“Barangsiapa mandi pada hari Jum’at sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat
menuju Masjid, maka dia seolah berqurban seekor unta. Dan barangiapa datang pada
kesempatan (saat) kedua maka dia seolah berqurban seekor sapi. Dan barangiapa
datang pada kesempatan (saat) ketiga maka dia seolah berqurban seekor kambing yang
bertanduk. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) keempat maka dia seolah
berqurban seekor ayam. Dan barangiapa datang pada kesempatan (saat) kelima maka
dia seolah berqurban sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi
khuthbah), maka para Malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah
tersebut).”(Shahih Bukhari, No 832)

5. Orang yang hatinya terikat dengan masjid mendapat naungan Allah pada hari kiamat.

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tujuh
golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan
dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan

94
masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu
kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat
maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’,
dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang
berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena
menangis.”(ShahihBukhari, No 620)

c. Berkhidmat Melalui Masjid

Agar fungsi masjid terwujudkan dengan semestinya, setiap muslim didorong mengambil
peran sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kerja utama dari memakmurkan masjid
adalah pengelolaan, yakni ‘imarah dan ri’ayah.
Imarah adalah penataan masjid dan lingkungannya agar amanat tetap terjaga dan masjid
memiliki daya tarik dan daya pikat. Dengan begitu, orang merasa lebih nyaman dan betah di
masjid. Imam Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban meriwayatkan
dengan sanad yang baik dari Aisyah ra., bahwasanya Rasulullah Saw memerintahkan
pembangunan masjid-masjid di perkampungan, dan menyuruh agar masjid-masjid itu
dibersihkan dan diberi wewangian.
Sementara ri’ayah adalah pembinaan jama’ah agar dapat melaksanakan ibadah, terutama
shalat, dengan baik dan benar. Karena itu diperlukan sedikitnya tiga bidang dalam
kepengurusan (takmir) masjid, yaitu bidang kemasjidan, bidang peribadatan dan keilmuan
(tatsqif), dan bidang hubungan sosial.

d. Memakmurkan Masjid sebagai Sumber Energi Sosial

Banyak umat Islam yang senantiasa menghadiri berbagai aktivitas keagamaan di masjid,
baik untuk shalat lima waktu maupun ibadah lainnya, namun hanya sedikit yang tahu betapa
bermanfaatnya keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan tersebut. Saat kehidupan
berubah seiring bertambahnya usia, dari penurunan fisik hingga kehilangan orang yang
dicintai, keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dapat membantu seseorang tetap sehat.
Salah satu artikel yang dimuat oleh portal psychologybenefits.org dengan judul “Taking
Faith in the Future! 4 Ways Religious Involvement Can Help You Age Well” menjelaskan
tentang empat manfaat keterlibatan dalam aktivitas keagamaan yang didasarkan pada riset
dari banyak ahli, diantaranya:

1. Meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial (social well-being)

95
Hal ini merujuk pada beberapa penelitian, salahsatunya adalah penelitian yang
dilakukanoleh Yadollah Abolfathi Momtaz, dkk. (2010) dari Universiti Putra Malaysia,
tentang pengaruh religiusitas sosial dan personal terhadap kesejahteraan psikologis lansia
pasca ditinggal mati oleh pasangannya. Secara keseluruhan, temuan dari riset terhadap
1.367 duda/janda dan lanjut usia menunjukkan bahwa potensi pelipur lara yang diberikan
oleh religiusitas dapat mengurangi efek negatif terhadap kesejahteraan psikologis lansia
yang ditinggal mati oleh pasangannya.

Ada banyak penelitian yang dirujuk dalam artikel ini dan menguatkan temuan bahwa
keterlibatan dalam aktivitas sosial keagamaan dapat memerangi kesepian dengan
meningkatkan jumlah ikatan sosial yang bermakna melalui komunitas agama, dan
menggantikan beberapa yang hilang selama proses penuaan. Misalnya, kehadiran untuk
shalat berjama’ah di masjid memungkinkan jemaah untuk terhubung, bersosialisasi, dan
membantu satu sama lain. Interaksi ini meningkatkan hubungan positif antara jama’ah
dan membangun koneksi pribadi yang menciptakan sistem pendukung dari orang-orang
dengan keyakinan yang sama.

2. Meningkatkan kesehatan mental dan emosi.

Keterlibatan dalam aktivitas keagamaan dapat meningkatkan kesehatan mental dan


emosional dengan melawan efek dari masalah kesehatan mental, seperti depresi dan
kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh Carlos A. Reyes-Ortiz, MD, Ph.D., dkk.
(2007) dari University of Texas Medical Branch, tentang hubungan antara afiliasi
keagamaan dan keyakinan bahwa agama pentingdengan penilaian kesehatan diri pada
orang berusia 60 tahun atau lebih yang tinggal di Amerika Latin atau Karibia.

Penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan terhadap agama dan keterlibatan dalam
aktivitas keagamaan dapat menciptakan perasaanbermakna dalam hidup yang dapat
membantu individu mengatasi tekanan penuaan. Individu dapat beralih ke agama sebagai
sistem pendukung untuk mengatasi penyakit fisik dan keputusasaan melalui pengurangan
beban dan pengurangan stres.

3. Meningkatkan kesehatan fisik dan mengurangi resiko penyakit.

Menghadiri kegaiatan keagamaan dapat mengurangi risiko Anda terkena berbagai


penyakit dan masalah kesehatan fisik. Penelitian telah menemukan bahwa kegiatan
keagamaan, seperti berdoa secara teratur, dapat menyebabkan:

 potensihipertensi yang lebih rendah;


 menurunkan tekanan darah;
 indikator lebih rendah pada peradangan;
 indikator lebih rendah dari penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung atau
gagal jantung..

96
Salah satu dasar yang memperkuat temuan ilmiah ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Harold G. Koenig, MHSc., MD, dkk. (1998) dari Duke University Medical Center,
North Carolina, tentang hubungan aktivitas keagamaan dengan tekanan darah pada
lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua dan aktif
dalam kegiatan keagamaan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada
mereka yang kurang aktif.

4. Mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi kognitif.

Agama dapat mendorong perilaku yang melindungi kognisi dengan menjaga pikiran
Anda tetap aktif. PenelitianCarlos A. Reyes-Ortiz, dkk (2008) yang dimuat dalam The
Journals of Gerontology, menemukan bahwa mereka yang sering ke rumah ibadah
mengalami penurunan kognitif yang lebih sedikit daripada mereka yang jarang.
Menghadiri tempat ibadah dapat merangsang kognitif Anda melalui kegiatan seperti
berdo’a/meditasi, mendengarkan ceramah, membaca dan mempelajari kitab suci, dan
bersosialisasi dengan orang lain. Kegiatan-kegiatan ini mendorong pemikiran kritis dan
oleh karena itu menjaga koneksi otak, yang pada gilirannya membantu menunda
penurunan kognitif.

Selain itu, berpartisipasi dalam aktivitas spiritual terfokus, seperti shalat/berdoa atau
mendengarkan khotbah, dapat melatih memori episodik Anda (yang membantu Anda
mengingat pengalaman pribadi) dan meningkatkan kemampuan perhatian Anda, seperti
introspeksi. Alasan yang lain adalah bahwa keterlibatan dalam aktivitas keagamaan
membutuhkan keterampilan persepsi dan komunikasi. Memanfaatkan kemampuan
kognitif yang bervariasi ini membuat pikiran Anda tetap aktif dan berfungsi.

Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. 27 Keutamaan Shalat Berjama’ah di Masjid, Myr Raswad, Pustaka Al-Kautsar, 2011.
3. Fikih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Cakrawala Publishing, 2008.
4. https://islam.nu.or.id/ubudiyah/keutamaan-membangun-masjid-0exLh
5. https://muhammadiyah.or.id/keutamaan-di-masjid/
6. https://psychologybenefits.org/2018/11/28/4-ways-religious-involvement-can-help-you-age-
well/

97
5. ENERGI SOSIAL DARI BERBUAT BAIK
KEPADA TETANGGA

a. Perintah Berbuat Baik Kepada Tetangga

Islam adalah agama rahmah yang penuh kasih sayang. Dan hidup rukun dalam bertetangga
adalah salah satu ajaran Islam yang sangat ditekankan bagi setiap muslim. Seandainya setiap
umat Islam menjalankan ajaran penting ini, niscaya akan tercipta kehidupan masyarakat yang
tentram, aman dan damai di manapun mereka hidup bermasyarakat. Allah SWT
memerintahkan di dalam Al-Qur’an:

‫هّٰللا‬
ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
‫ب‬ ِ ‫ار ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج‬
ِ ‫َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ َسانًا َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِك ْي ِن َو ْال َج‬
‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ ر ًۙا‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ۙ ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ِ ‫َّاح‬ ِ ‫َوالص‬

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang
kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan
diri.”(QS. An-Nisa: 36).

Kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga,
hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapatkan bagian dari harta waris”(HR.
Bukhari 6014, Muslim 2625).

Begitu besarnya perkara ini, hingga sikap terhadap tetangga pun dijadikan sebagai indikasi
keimanan oleh Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya”(HR. Bukhari 5589, Muslim 70).

Seorang muslim dapat mengetahui bagaimana ia telah menunaikan kewajiban kepada


tetangganya melalui perkataan mereka. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila engkau
mendengar mereka berkata bahwa engkau telah berbuat sebaik-baiknya, berarti engkau
telah berbuat sebaik-baiknya. Dan, apabila engkau mendengar mereka berkata bahwa
engkau telah berbuat buruk, berarti engkau telah berbuat buruk.”(HR. Ibnu Majah, Kitab
Al-Zuhd, 25, dan Ahmad dengan sanad jayyid, 1, 402).

Dan apabila seorang muslim mendapat cobaan berupa tetangga yang buruk maka hendaklah
dia bersabar menghadapinya, karena kesabarannya akan menjadi faktor penyebab lepasnya
dia dari keburukan tetangga itu. Dalam sebuah riwayat disebutkan,

98
"Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi mengeluhkan tetangganya. Maka Rasulullah
menasehatinya,"Pulanglah dan bersabarlah!" Lelaki itu kemudian mendatangi Nabi lagi
sampai dua atau tiga kali, maka Beliau bersabda padanya,"Pulanglah dan lemparkanlah
barang-barangmu ke jalan!" Maka lelaki itu pun melemparkan barang-barangnya ke jalan,
sehingga orang-orang bertanya kepadanya, ia pun menceritakan keadaannya kepada
mereka. Maka orang-orang pun melaknat tetangganya itu. Hingga tetangganya itu
mendatanginya dan berkata,"Kembalikanlah barang-barangmu, engkau tidak akan melihat
lagi sesuatu yang tidak engkau sukai dariku."(HR. Abu Dawud, Kitab Al-Adab, 123, dan
lainnya)

b. Adab Bertetangga

Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menguraikan beberapa
adab dalam bertetangga, antara lain:

1. Tidak menyakiti tetangganya dengan ucapan ataupun perbuatan.

Rasulullah Saw bersabda, “Demi Allah, tidaklah beriman! Demi Allah, tidaklah beriman!
Lantas beliau ditanya, “Siapakah ia wahai, Rasulullah?” Belia menjawab, “Orang yang
tetangganya merasa tidak aman dari perbuatan jahatnya.”(HR. Bukhari, Kitab Al-
Adab, 29 dan Muslim, Kitab Al-Iman, 73)

Begitu pula dengan perempuan yang berpuasa pada siang hari dan shalat pada malam
hari, tetapi menyakiti tetangganya, maka beliau bersabda, “Dia masuk neraka!”(HR.
Ahmad dan Al-Hakim, Isnad hadits ini shahih)

2. Memperlakukan tetangga dengan sebaik-baiknya.

Diantara adab memperlakukan tetangga dengan baik, antara lain: menolongnya ketika
meminta tolong; membantunya apabila dia minta bantuan; menjenguknya ketika dia sakit;
memberinya ucapan selamat ketika dia bersuka cita; berbela sungkawa ketika dia
tertimpa musibah; memulai salam untuknya; berbicara dengan halus kepadanya; lemah
lembut dalam menyapa anaknya; membimbingnya kepada kebaikan agama dan dunia;
menjaga perasaannya; melindungi pekarangan pribadinya; memaafkan kekeliruannya;
tidak melihat auratnya; tidak membuatnya kesempitan mengenai bangunan dan jalan; dan
tidak mengusiknya dengan saluran air got yang mengalir ke rumahnya ataupun dengan
kotoran dan sampah yang dibuang di depan rumahnya.

3. Menghormati tetangga dengan cara mempersembahkan jasa dan kebaikan kepadanya.

Rasulullah Saw bersabda, “Wahai para istri kaum muslimin, jangan sampai seorang
tetangga meremehkan (pemberian) tetangganya, meski hanya berupa kaki
kambing.”(HR. Bukhari, Kitab Al-Hibah, 1, dan Muslim, Kitab Az-Zakat, 91).

99
Begitu pula sabdanya kepada Abu Dzarr, “Wahai Abu Dzarr, apabila engkau memasak
maraqah(daging/sayuranberkuah), maka perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada
tetangga-tetanggamu.”(HR. Muslim, Kitab Al-Birr, 143 dan Ad-Darimi, Kitab Al-
Ath’imah, 37).

4. Menghormati dan menghargai tetangga.

Diantara bentuk penghormatan dan penghargaan kepada tetangga adalah tidak melarang
tetangga menyandarkan kayu pada dindingnya; tidak pula menjual ataupun menyewakan
bangunan yang menempel pada rumah tetangganya sebelum menawarkan dan
berkonsultasi kepada tetangga terlebih dahulu. Rasulullah Saw bersabda, “Jangan sampai
masing-masing kalian melarang tetangganya menaruh kayu pada
dindingnya.”(Muttafaq Alaih).

Begitu pula sabdanya, “Barangsiapa memiliki tetangga yang temboknya menempel


dengan rumahnya atau yang satu rumah dengannya, janganlah menjual rumah itu
sebelum menawarkan kepadanya terlebih dahulu.”(HR. Al-Hakim)

c. Energi Sosial dari Berbuat Baik Kepada Tetangga

Memiliki lingkungan yang baik serta tetangga-tetangga yang juga baik adalah sebuah sumber
kebahagiaan bagi seorang muslim. Rasulullah Saw bersabda, “Ada empat diantara
kebahagiaan: istri yang shalihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih
(baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri
yang buruk (tidak shalihah), rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk”.(HR. Ibnu
Hibban, No. 4032).

Hubungan antara kerukunan hidup bertetangga dengan tingkat kepuasan hidup dan
kebahagiaan individu telah menjadi tema penelitian banyak ahli sejak dulu. Salahsatunya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Marloes M. Hoogerbrugge dari Organisasi Riset
Ekonomi Kebahagiaan Erasmus, Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda. Dalam
makalahnya yang dimuat oleh Jurnal Urban Geography (Volume39,2018),Hoogerbrugge
memaparkan beberapa penelitian yang telah melaporkan hubungan positif antara modal
lingkungansosial (kehidupan bertetangga) dan kepuasan hidup.

Helliwell dan Putnam (2004) dan Powdthavee (2008) menemukan bahwa interaksi yang
sering dengan tetangga dikaitkan dengan penilaian kebahagiaan yang lebih tinggi, dan
Shields, Wheatley Price, dan Wooden (2009) menyimpulkan bahwa dukungan sosial dan
interaksi sosial berkorelasi positif dengan kepuasan hidup individu. Demikian juga, Farrell,
Aubry, dan Coulombe (2004)menemukan bahwa rasa kebersamaan, sebagai karakteristik
lingkungan yang penting, berhubungan positif dengan kesejahteraan individu, dan Oshio

100
(2016) menyimpulkan bahwa kepercayaan pada tetangga, kontak sosial di lingkungan dan
partisipasi dalam kegiatan lingkungan berhubungan positif dengan kebahagiaan.

Menurut penelitian Hoogerbrugge ini, kerukunan hidup bertetangga sangat kuat manfaatnya
bagi orang-orang yang rentan, orang yang kurang pendidikan, orang yang cerai atau
duda/janda, orang lanjut usia dan/atau pensiunan serta orang yang kurang sehat.Karena itu
Hoogerbrugge menyarankan kepada para pembuat kebijakan (terutama dalam skala
perkotaan) agar mengembangkan kebijakan yang dibuat untuk meningkatkan modal sosial
berbasis lingkungan (Rukun Tetangga) sehingga dapat mendorong tingginya tingkat
kepuasan hidup warganya.

Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pustaka Al-Kautsar, 2015.
3. https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/02723638.2018.1474609

101
6. ENERGI SOSIAL DARI AMAR MA’RUF
NAHI MUNKAR

a. Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf (menyuruh orang melakukan hal yang ma’ruf) dan Nahi Munkar (melarang
orang melakukan hal yang mungkar) adalah salah satu kewajiban agama terbesar setelah
beriman kepada Allah SWT, karena disebutkan dalam Kitabullah beriringan dengan
keimanan kepada-Nya. Allah SWT berfirman:

ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬


‫ف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِال ٰ ّل‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah.”(QS. Ali Imran: 110)

Allah SWT secara tegas memerintahkan di dalam Al-Qur’an,

َ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوُأو ٰلَِئ‬


‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”(QS. Ali-Imran: 104)

Amalan amar ma’ruf nahi munkar bahkan menjadi ciri dari orang-orang yang dimenangkan
oleh Allah SWT di muka bumi. Allah berfirman,

‫ف َونَهَوْ ا ع َِن ْال ُم ْن َك ۗ ِر َوهّٰلِل ِ عَاقِبَةُ ااْل ُ ُموْ ِر‬


ِ ْ‫ض اَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ َمرُوْ ا بِ ْال َم ْعرُو‬ ٰ
ِ ْ‫اَلَّ ِذ ْينَ اِ ْن َّم َّكنّهُ ْم فِى ااْل َر‬

“Orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan salat,
menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(QS. Al-Hajj: 41).

Rasulullah Saw juga bersabda, “Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran maka
hendaklah dia merubah kemungkaran tersebut dengan tangannya, apabila tidak sanggup,
(rubahlah) dengan lisannya, apabila tidak sanggup, (rubahlah) dengan hatinya, yang
demikian adalah selemah-lemah keimanan."(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar berlaku bagi setiap
muslim mukallaf yang mampu dan mengetahui adanya hal ma’ruf yang ditinggalkan atau

102
mengetahui adanya kemungkaran yang dilakukan, serta mampu memerintahkan atau
mengubah dengan tangan atau lisannya.

b. Adab Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Syaik Abdul ‘Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausu’ah al-Adab al-Islamiyah
menguraikan beberapa adab/etika dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu:

1. Niat yang baik, yaitu tujuannya untuk mendapatkan keridhaan Allah saja, yang didasari
oleh keinginan untuk memberi petunjuk kepada masyarakat.
2. Memahami apa yang akan dilakukan. Sebagian ulam salaf berkata, “Hendaklah tidak
menyeru kepada kebaikan kecuali orang yang tahu, kenal dan paham atas apa yang dia
serukan. Begitu pula, hendaknya tidak melarang dari satu kemungkaran kecuali orang
yang tahu, kenal dan paham atas apa yang dia larang”.(Mukhtasar Minhaj al-
Qashidin, 129).
3. Lemah lembut dalam menyeru atau melarang, karena sifat ini disukai oleh Allah SWT
dan begitu pula oleh seluruh manusia. Bahkan dapat menjadi kunci sukses dalam
berdakwah sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw.
4. Bijaksana dan tidak pemarah. Seseorang yang berdakwah akan menemui banyak
rintangan serta bantahan yang menyakitkan. Jika tidak sabar, maka dia akan marah
membela dirinya, bukan justru karena menegakkan agama Allah.
5. Melaksanakan apa yang dikatakan. Allah SWT berfirman,

َ‫ َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َما اَل تَ ْف َعلُوْ ن‬- َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا لِ َم تَقُوْ لُوْ نَ َما اَل تَ ْف َعلُوْ ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.”(QS. Ash-Shaff:2-3)

6. Berakhlak mulia. Selain lemah lembut sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, akhlak
mulia seperti pemaaf, dermawan, berani, jujur, amanah, dan akhlak mulia lainnya sangat
membantu seseorang dalam amar ma’ruf nahi munkar sebagai sarana mendapatkan
bimbingan dari Allah dan ucapannya diterima orang-orang yang mendengarnya.
7. Tidak mengharapkan imbalan dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar seseorang
menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran tidak menjadi penjilat dalam agama
Allah, yang dapat merusak nilai dakwahnya.
8. Tidak mengharamkan suatu perkara yang diperselisihkan para ulama, apalagi jika
perbedaan tersebut hanya berbentuk perbedaan pendapat yang masing-masing memiliki
dalil dan argumentasi yang jelas.
9. Memilih saat yang tepat. Kesalahan dalam memilih waktu kadang akan lebih
memperparah keadaan dan tidak malah memperbaikinya. Tapi, jangan sampai hal ini
menjadi alasan untuk membiarkan kemungkaran merajalela karena menganggap saatnya
belum tepat.

103
10. Bertahap. Sebagaimana hadits Nabi Saw tentang mencegah kemungkaran secara
bertahap, jika tidak bisa dengan tangan, maka dengan lisan. Jikatidak bisa dengan lisan,
maka cukuplah dia mengingkarinya dalam hati.
11. Sesuai dengan prioritas, yaitu mendahulukan perkara-perkara besar atau pokok sebelum
perkara-perkara kecil. Misalnya mendahulukan perkara sholat sebelum perkara jenggot,
dsb.
12. Memperingatkan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini lebih baik daripada mencegahnya
dengan cara terang-terangan, sebab hal itu dapat membuka aib sesorang dan
menghancurkannya.
13. Tidak mencari-cari kesalahan. Tidak perlu memata-matai untuk mencari kesalahan orang
lain, karena perbuatan ini tidak dibenarkan dan tidak diperlukan.
14. Berhati-hati terhadap rasa tinggi hati.Sifat bangga diri atau merasa lebih suci daripada
orang lain mudah sekali menghinggapi hati orang yang melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Oleh karena itu jebakan ini harus diwaspadai. Sifat ini dapat menjerumuskannya
ke dalam kesombongan dan membuatnya jatuh ke dalam jurang kesalahan yang besar.

c. Energi Sosial dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi munkar secara sosial memberikan dampak positif bagi masyarakat, berupa
perbaikan dan keselamatan. Rasulullah Saw dalam sebuah hadits mengibaratkan masyarakat
seperti sebuah kapal, di mana terdapat orang yang ingin merusak kapal tersebut dengan
melubanginya. Jika orang lain di dalam kapal tersebut tidak mencegahnya (nahi munkar),
maka yang akan dirugikan bukan hanya si pelaku, tapi seluruh penumpang kapal.

Dari An-Nu’man bin Basyir ra., ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus
dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal.
Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal
tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati
orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga
tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas
membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa.
Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya
mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.”(HR. Bukhari no. 2493).

Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengibaratkan masyarakat seperti sebuah rumah. Jika
tidak pernah dibersihkan atau dijauhkan dari sampah dan kotoran secara berkala, maka lama
kelamaan rumah itu menjadi tidak layak huni. Begitu pula halnya komunitas orang-orang
mukmin ketika di tengah mereka perbuatan mungkar dibiarkan tanpa diubah, dan perbuatan
ma’ruf tidak dianjurkan dan diperintahkan, maka segera saja ruhani mereka menjadi kotor
dan jiwa-jiwa mereka menjadi jahat. Lama kelamaan keburukan akan dianggap sebagai hal
yang baik, begitupun sebaliknya, kebaikan dapat dianggap hal yang buruk. Na’udzubillah.

104
Melakukan amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya memberikan dampak positif bagi
masyarakat, tapi juga memberikan manfaat besar kepada orang yang melakukannya. Selain
menjadi penunaian kewajiban dalam agama dan bukti keimanan kepada Allah SWT, amar
ma’ruf nahi munkar juga mendorong orang yang melakukannya untuk senantias berbuat baik
dan menjauhi kemungkaran. Hal ini disebabkan karena orang yang mendakwahkan kebaikan
serta mencegah kemungkaran, dituntut untuk memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum
memperbaiki orang lain.

Dari Usamah ra., aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan
didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka
orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk
gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai
Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan
kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran
tapi aku menerjangnya.”(HR Bukhari dan Muslim).

Manfaat lain dari amar ma’ruf nahi munkar bagi orang yang melakukannya adalah
tumbuhnya perasaan bermakna (meaningfulness) yang merupakan salah satu faktor pemicu
kebahagiaan. Sebuah penelitian sosiologis yang dilakukan oleh Prof. Markus Schafer dari
University of Toronto di bawah pendanaan Ontario Ministry of Research, Innovation and
Science (MRIS) Early Researcher Award (ERA), menemukan hubungan yang kuat antara
memberi nasihat dan menemukan makna dalam hidup, khususnya pada mereka yang berusia
60 tahun ke atas. Studi ini menunjukkan bahwa individu berusia 60-anyang memberi nasihat
kepada banyak orang — termasuk anggota keluarga, teman, dan tetangga — cenderung
melihat hidup mereka sebagai sesuatu yang sangat berarti, dibandingkan dengan mereka yang
memiliki lebih sedikit kesempatan memberi nasihat.

Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pustaka Al-Kautsar, 2015.
3. Ensiklopedia Etika Islam, Abdul ‘Azis bin Fathi as-Sayyid Nada, Maghfirah Pustaka, 2005.
4. https://sociology.utoronto.ca/on-the-benefits-of-giving-advice/

105
106
7. ENERGI SOSIAL DARI MEMBERI MAKAN/
MENTRAKTIR

a. Keutamaan Memberi Makan dan Mentraktir

Memberi makan kepada orang miskin atau orang yang kelaparan merupakan salah satu ciri
baiknya keislaman seorang muslim. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr ra.,beliau berkata,
"Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW? Islam manakah yang lebih baik?"
Beliau bersabda, "Kamu memberikan makanan dan mengucapkan salam atas orang yang
kamu kenal dan tidak kamu kenal."(HR. Bukharino. 12 dan Muslim, no. 39).

Memberi makan(tuth’im) dalam hadits ini menurut imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam
Fathul Baaribukan hanya memberi makan fakir miskin, tapi termasuk juga menjamu tamu
yang datang. Dan amalan ini termasuk sebagai perangai Islam.

Memberi makan juga merupakan amalan yang mendapatkan ganjaran terbaik, yaitu surga.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan kepada seorang mukmin
hingga membuatnya kenyang dari rasa lapar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam
salah satu pintu surga yang tidak dimasuki oleh orang lain.”(HR. Thabrani)

Juga disebutkan dalam hadits lain yang diriwayatkan dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar
yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari
bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah
kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa
berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia sedang tidur.”(HR. Tirmidzi, no.
1984).

Begitu pentingnya amalan memberi makanan ini, sehingga Allah SWT bahkan menyebut
orang-orang yang enggan memberi makan kepada sesama saudaranya sebagai pendusta
agama. Allah berfirman,

َ ‫ َواَل يَحُضُّ ع َٰلى‬- ‫ك الَّ ِذيْ يَ ُد ُّع ْاليَتِ ْي ۙ َم‬


‫ط َع ِام ْال ِم ْس ِكي ۗ ِْن‬ َ ِ‫ فَ ٰذل‬- ‫اَ َر َءيْتَ الَّ ِذيْ يُ َك ِّذبُ بِال ِّد ْي ۗ ِن‬

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik
anak yatim. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.”(QS. Al Ma’un: 1-3).

Syekh Yusuf al-Qardhawi dalam “Hukum Zakat” bahkan menyebutkan bahwa memberi
makan orang miskin adalah realisasi iman. Makanya, saat penduduk neraka Saqar ditanya

107
oleh Golongan Kanan (Ahli Surga) mengenai sebab mereka dijebloskan ke dalam neraka,
salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak memberi makan orang miskin.

َ‫ط ِع ُم ْال ِم ْس ِك ْي ۙن‬ ُ َ‫ َولَ ْم ن‬- َ‫صلِّ ْي ۙن‬


ْ ُ‫ك ن‬ َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬
ُ َ‫ قَالُوْ ا لَ ْم ن‬- ‫َما َسلَ َك ُك ْم فِ ْي َسقَ َر‬

“(Penduduk surga bertanya kepada penduduk neraka) apa yang menyebabkan kalian masuk
ke neraka (Saqor)? Mereka (penduduk neraka) berkata: Kami dulu bukan termasuk orang-
orang yang shalat. Kami pun tidak memberi makan kepada orang-orang miskin.”(QS.Al-
Muddatstsir: 42-44).

Ulama Indonesia, DR. Khalid Basalamah, MA,dalam salah satu ceramahnya berpendapat
bahwa mentraktir termasuk dalam pengertian memberi makan orang lain.Pahala mentraktir
tak ubahnya pahala seorang ayah yang memberi makan anaknya dari kerja kerasnya. Juga
pahala seorang ibu yang telah memberi ASI bagi bayinya hingga tumbuh sehat dan cerdas.
Selama seorang anak hidup, maka pahala orangtuanya akan terus mengalir dan menjadi amal
jariyah. Begitu pulalah pahala memberi makan atau mentraktir.

Mentraktir juga adalah cara seseorang agar bisa mengeluarkan sebagian hartanya untuk
membahagiakan orang lain. Ia setara dengan hadiah jika itu berupa barang. Pada intinya,
keduanya berdampak kepada kebahagiaan orang lain. Amalan ini tidak hanya bernilai pahala,
tapi juga sarat akan nilai sosial. Mulai dari mengeratkan ukhuwah antar sesama saudara
muslim, menekan tingkat kriminalitas, hingga menyelamatkan akidah Islam seorang muslim.
Karena itu memberi makan (mentraktir) juga termasuk salah satu amalan yang dicintai Allah.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia yang
paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun
amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia,
mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa
laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan
lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan
penuh.”(HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, Shahih Al Jaami’ no.
176).

b. AnjuranMakan Bersama

Makan bersama memiliki faedah yang lebih besar dibandingkan dengan makan sendirian.
Abu Daud meriwayatkan hadits dari Wahsyi bin Harb, dari bapaknya, dari kakeknya,
bahwasanya sahabat Nabi Saw melapor, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan
tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.”
Mereka menjawab, “Ya”. Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-
sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.”(HR. Abu Daud)

108
Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah Saw
bersabda, “Makanan porsi dua orang sebenarnya cukup untuk tiga, makanan tiga cukup
untuk empat.”(HR. Bukhari no. 5392). Dalam riwayat Muslim, disebutkan, “Makanan porsi
satu orang sebenarnya cukup untuk dua, makanan dua sebenarnya cukup untuk empat, dan
makanan empat sebenarnya cukup untuk delapan.”(HR. Muslim No. 2059).

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berkata, “Ada pelajaran penting yang bisa diambil dari hadits
ini, yaitu kecukupan itu datang dari berkah makan berjama’ah. Jika orang yang ikut makan
berjamaah itu semakin banyak, semakin bertambah pula berkahnya.”Imam An-Nawai dalam
Syarh Shahih Muslim berkata, “Meskipun porsi makanan itu sedikit, tapi bisa mencukupi
karena berkah yang ada di dalam makanan itu mengenai semua orang yang ikut makan.”

c. Energi Sosial dari Memberi Makan dan Mentraktir

Selain ganjaran pahala dan balasan syurga, memberi makan orang lain juga memiliki dampak
yang sangat besar dalam hubunganinterpersonal seseorang serta mempengaruhi kondisi
emosional dan psikologisnya. Sebuah jurnal penelitian yang ditulis oleh Myrte E. Hamburg,
dkk (2014) dari Department of Clinical Child and Family Studies, VU University Amsterdam,
Belanda, dengan judul “Food for Love: The Role of Food Offering in Empathic Emotion
Regulation” mengungkapkan bahwa menawarkan makanan kepada orang lain secara
signifikan memperkuat ikatan emosional antara pemberi dan penerima.

Misalnya, ketika dua orang menawarkan makanan satu sama lain, penelitimenemukan bahwa
hubungan mereka lebih dekat daripada ketika tidak ada makanan yang ditawarkan. Jika dua
orang berbagi makanan dengan memberi makan satu sama lain, penelitijuga menilai
hubungan mereka semakin dekat. Kesimpulan ini memperkuat temuanMiller et al. (1998)
yang menyimpulkan bahwa berbagi makanan dan memberi makan adalah indikator non-
verbal penting dari sebuah persahabatan.

Penelitian ini juga memperkuat berbagai temuan riset sebelumnya bahwa motivasi makan
tidak hanya didorong oleh rasa lapar saja.Proses emosional dan psikologis juga terbukti
memainkan peran yang sangat penting.Misalnya, para peneliti menemukan bahwa ketika
kerepotan sehari-hari meningkat, wanita cenderung meningkatkan asupan makanan mereka.
Orang yang mengalami stres juga melaporkan makan lebih banyak dari biasanya, terutama
makanan ringan. Dan juga anak-anak pada umumnya merespon masalah mereka dengan
mengonsumsi lebih banyak makanan manis dan berlemak serta lebih sedikit buah dan
sayuran. Penelitian-penelitian ini menunjukkan besarnya hubungan antara perilaku makan
dan keadaan emosional, bukan hanya sekedar rasa lapar.

Oleh karena itu, dalam penelitian Hamburg, dkk. ini, faktor emosi dan psikologis yang
disebut EER (Empathic Emotion Regulation) ketika seseorang menawarkan makanan atau
mentraktir orang lain diyakini bertanggungjawab dalam menciptakan lebih banyak pengaruh

109
positif dan mengurangi pengaruh negatif ketika ajakan atau pemberian makanan terjadi, baik
bagi pemberi maupun kepada penerima.Memberikan makanan atau mentraktir menunjukkan
sikap kepedulian yang melahirkan sifat empatik, dan pada gilirannya dipersepsi sebagai
sebuah bentuk dukungan.

Meskipun secara psikologis, bentuk dukungan kepada orang lain dapat dilakukan dengan
banyak cara, seperti memberi dorongan, menawarkan nasihat, membantu tugas, atau
mengungkapkan empati dan perhatian, namun penelitian ini menunjukkan bahwa EER
melalui penawaran makanan berbeda dari perilaku dukungan lainnya. Hal inidikarenakan
beberapa alasan:

Pertama, penawaran makanan adalah salah satu interaksi biobehavioral paling awal antara
anak dan orang tua. Karena itu, manusia pada umumnya membentuk asosiasi antara
pemberian makanandengan kedekatan emosional, selayaknya kedekatan emosional anak-
anak terhadap orang tuanya.

Kedua, penawaran makanan dalam sejarah perkembangan manusia selalu dipersepsi sebagai
sifat sosial yang menunjukkan dukungan. Hal ini menyebabkan kedekatan antara pemberi
makanan dan penerima terus meningkat, baik karena tawaran makanan dianggap sebagai
dukungansosial maupun karena timbulnya perasaan dekat antara pemberi dan penerima.

Ketiga, berbeda dengan jenis dukungan lainnya, memberikan makanan adalah cara langsung
dan mendalam untuk memuaskan kebutuhan dasar orang lain. Makanan yang ditawarkan
akan dicerna, dan menimbulkan efek emosional, psikologis, dan fisiologis sekaligus. Secara
emosional, ketika seseorang yang mengambil sebagian dari sumber makanannya sendiri
untuk memberi makan orang lain, itu adalah pesan yang kuat bahwa orang tersebut ingin agar
orang lain tetap hidup.

Terakhir, menawarkan makanan juga memiliki makna universal. Sebagian besar bentuk
dukungan lainnya, umumnya hanya sesuai dalam konteks hubungan tertentu atau bervariasi
sesuai perbedaan budaya, usia, atau jenis kelamin. Tapi dukungan dalam bentuk memberi
makanan dapat digunakan dalam semua jenis hubungan, budaya dan usia. Menawarkan
makanan bahkan kepada orang asing dapat menjadi strategi untuk menjalin kontak awal serta
untuk memperkuat ikatan dalam hubungan antara sesama.

Bahkan, menawarkan makanan dapat berfungsi untuk mengubah musuh menjadi kawan.
Kemampuan untuk mengatur emosi orang asing melalui persembahan makanan dapat
menentukan perbedaan antara calon musuh dan calon sekutu. Sejarah dipenuhi dengan
contoh-contoh di mana persembahan makanan dan makan bersama digunakan sebagai sarana
untuk menenangkan diri. Misalnya, perjamuan yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri
China Chou En-lai pada tahun 1972 menandai langkah pertama dalam hubungan yang lebih
baik antara AS dan China selama Perang Dingin, serta banyak contoh lainnya.

110
Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. Fathul Baari Jilid 1, Ibnu Hajar al-Asqalani, Pustaka Azzam, 2014.
3. Hukum Zakat, Dr. Yusuf al-Qardhawi,Penerbit Mizan, 1999.
4. Keajaiban Berkah, Amin bin Abdullah Asy-Saqawy, Inas Media, 2003.
5. https://www.youtube.com/watch?v=zvHrGQtq_18
6. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3907771/

111
8. ENERGI SOSIAL DARI MENUNAIKAN HAK
SAUDARA MUSLIM

a. Hak muslim terhadap muslim lainnya

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, baginda Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hak seorang muslim atas muslim yang lain. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

“Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam: Apabila engkau bertemu, ucapkanlah
salam kepadanya; Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; Apabila engkau
dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah
(mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’);
Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya
(sampai ke pemakaman).”(HR. Muslim, no. 2162).

Berdasarkan hadits di atas, enam hak sesama muslim adalah:

1. Mengucap salam ketika berjumpa;


2. Memenuhi undangan saudaranya;
3. Saling menasihati;
4. Mendoakan saudaranya yang bersin;
5. Menjenguk saudaranya yang sakit; dan
6. Mengurus kematian saudaranya.

b. Keutamaan menunaikan hak saudara muslim

Pertama, kita disunnahkan untuk memulai ucapan salam kepada saudara kita sesama
muslim. Makna “Assalamu’alaikum” adalah semoga engkau senantiasa berada dalam
perlindungan Allah atau semoga keselamatan dan keamanan selalu menyertaimu. Ini adalah
doa seorang mukmin untuk saudara mukminnya, agar terbangun dan tertanam dalam hati
masing-masing pengagungan kepada Allah yang mensyariatkan kalimat sapaan tersebut.
Dengan itu, akan tumbuh rasa cinta di antara saudara sesama Muslim. Dan buahnya adalah
saling tolong menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketaatan.

Nabi Saw bersabda, “Demi Dzat yang menguasai diriku, kalian tidak akan masuk surga
hingga kalian beriman dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling
mencintai,” kemudian Nabi bersabda: “Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang
jika kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai, yaitu sebarkanlah salam di
antara kalian”(HR. Muslim).

112
Kemudian dalam mengucapkan salam ada adab-adab yang semestinya kita indahkan. Di
antaranya, orang yang menaiki kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan.
Orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk. Orang yang sedikit
mengucapkan salam kepada orang yang banyak. Sebagaimana disyariatkan salam ketika
bertemu, demikian pula disyariatkan salam ketika berpisah

Kedua, memenuhi undangannya ketika ia mengundang kita untuk hadir dalam acara
walimah (jamuan makan) yang diadakannya. Walimah adalah setiap undangan makan yang
diadakan untuk merayakan sebuah kegembiraan seperti pernikahan, khitanan dan lainnya.

Nabi SAW berpesan, “Jika seorang dari kalian diundang ke walimah, maka hendaklah
mendatanginya.”(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud). Nabi SAW bahkan menegaskan,
“Barangsiapa yang meninggalkan undangan tersebut, maka ia telah mendurhakai Allah dan
rasul-Nya”(HR. Bukhari dan Muslim).

Para ulama mengatakan bahwa jika walimah tersebut adalah walimatul ‘urs, maka hukum
menghadirinya adalah wajib. Jadi tidak selayaknya seseorang tidak menghadirinya tanpa
‘udzur. Sedangkan memakan jamuan makan yang dihidangkan hukumnya adalah sunnah,
tidak wajib.

Para ulama fiqih telah menjelaskan perkara-perkara yang menjadi ‘udzur syar’i yang
membolehkan seorang muslim untuk tidak menghadiri walimatul ‘urs. Di antaranya, ketika
dalam walimah tersebut terdapat perkara mungkar seperti minuman keras dan perbuatan
fasik. Sedangkan jika walimahnya bukan walimatul ‘urs, maka tidak wajib menghadirinya.
Akan tetapi jika diniatkan untuk menggembirakan hati saudara sesama muslim, maka
kehadirannya menjadi berpahala.

Ketiga, menyampaikan nasihat. Menasihati seorang Muslim artinya membimbingnya kepada


hal-hal yang membawa kemaslahatan baginya dalam urusan akhirat dan dunianya dan
mengarahkannya kepada kebaikan. Sesungguhnya Allah ta'ala telah mengabarkan di
dalamnya bahwa seluruh manusia dalam keadaan rugi kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal shalih dan meberikan nasehat tentang kebenaran dan kesabaran kepada orang lain.

Allah Ta'ala berfirman,

َّ ‫صوْ ا بِال‬
‫صب ِْر‬ ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوت ََوا‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ ٍ ‫ِإ َّن اِإل ن َسانَ لَفِي ُخس‬-‫َو ْال َعصْ ِر‬
ِ ‫ ِإالَّ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬-‫ْر‬

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya
menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”(QS. Al-Ashr:1-3)

113
Keempat, mendoakan orang yang bersin. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang di antara kalian bersin, maka ucapkanlah ‘Alhamdulillah’(segala puji bagi
Allah). Hendaklah saudaranya mengucapkan ‘Yarhamukallah’(semoga Allah
merahmatimu). Jika ia mengucapkan ‘Yarhamukallah’, ucapkanlah ‘Yahdikumullah Wa
Yushlih Baalakum’(semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki
keadaanmu).”(HR. Bukhari, 6224)

Apabila orang yang bersin itu menambah jumlah bersinnya lebih dari tiga kali, maka tidak
perlu dijawab dengan ucapan yarhamukallah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Doakanlah saudara kalian yang bersin tiga kali, apabila
setelah itu dia masih bersin maka diaitu sakit flu atau demam.”(HR. Abu Daud, 5034)

Kelima, menjenguknya ketika sakit. Menjenguk orang sakit termasuk amal shalih yang
paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Ta’ala, kepada ampunan, rahmat
dan Surga-Nya.Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-
akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah
duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi
hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu
sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat
mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.”(HR. at-Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).

Hendaknya orang yang membesuk mendoakan orang yang sakit:

َ ‫الَ بَْأ‬
ُ ‫س طَهُو ٌر ِإ ْن َشا َء هَّللا‬

“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, Insya Alloh.” (HR.
al-Bukhari).

Keenam, mengantarkan dan mengiringi jenazahnya ketika meninggal. Orang yang


mengantarkan jenazah akan mendapatkan pahala seperti besarnya gunung Uhud. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menghadiri prosesi jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya
satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menghadiri prosesi jenazah hingga dimakamkan, maka
baginya dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang
besar.” (HR. Bukhari, no. 1325 dan Muslim, no. 945)

114
Mengiringi jenazah hukumnya adalah fardlu kifayah. Jika sudah dilakukan oleh sebagian
kaum Muslimin, maka gugur kewajiban sebagian yang lain. Bagi kaum laki-laki,
disunnahkan mengantarkan dan mengiringi jenazah. Dan hal ini tidak disunnahkan bagi
kaum wanita. Ketika mengiringi jenazah, hendaklah kita berjalan dengan diam, sibuk
berdzikir, menundukkan kepala sembari merenungkan dan memperbanyak mengingat
kematian.

c. Energi sosial dari menunaikan hak saudara muslim

Dari penjelasan di atas, kita bisa mengetahui betapa besarnya keutamaan-keutamaan yang
diberikan Allah SWT kepada setiap muslim yang menunaikan hak saudara muslim lainnya.
Tetapi ternyata bukan hanya manfaat spiritual saja yang didapatkan oleh seorang muslim
yang menunaikan hak saudaranya, melainkan juga memberikan manfaat kesehatan fisik,
mental dan juga manfaat sosial. Hal ini dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah serta
pendapat para ahli di bidangnya, antara lain:

1. Mengucap Salam Ketika Berjumpa

Psikolog Amy Cuddy dari Harvard Business Schoolmengatakan kepada wired.com bahwa
ketika kita pertamakali bertemu dengan orang lain, maka pikiran kita akan membentuk dua
kesan utama: (1) seberapa hangat dan dapat dipercaya orang ini? dan (2) seberapa kuat dan
kompeten orang ini? Penelitian menunjukkan bahwa dua hal ini menyumbang 80 hingga 90
persen dari keseluruhan kesan pertama, dan itu berlaku di seluruh budaya.

"Berjabat tangan," tulis Carol Kinsey Goman untuk Forbes. “Ini adalah cara tercepat
untuk membangun hubungan. Itu juga yang paling efektif. Penelitian menunjukkan
dibutuhkan rata-rata tiga jam interaksi terus menerus untuk mengembangkan tingkat
hubungan yang sama yang bisa Anda dapatkan hanya dengan satu jabatan tangan”.

Inilah yang diajarkan Nabi Saw ketika seorang muslim bertemu dengan muslim lainnya,
mengucapkan salam dan berjabatan tangan. "Jika seorang mukmin bertemu dengan mukmin
yang lain, ia memberi salam padanya, lalu meraih tangannya untuk bersalaman maka
berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon."(HR Ath Thabrani)

Salam atau sapaan adalah salah satu fungsi penting dari komunikasi dan memicu percakapan
yang sedang berlangsung. Ini membantu kita terhubung dengan orang-orang di tingkat yang
lebih pribadi. Khusus untuk orang asing, menyapa seseorang sebelum memulai percakapan
adalah suatu keharusan jika Anda tidak ingin mendapatkan tatapan yang tidak menyenangkan
atau tanggapan negatif. Sambutan yang hangat, lembut, dan tulus bahkan dapat membuat
orang asing terbuka, meruntuhkan tembok pertahanan, dan merasa nyaman. Kondisi ini akan
menciptakan hubungan yang sehat dalam interaksi sosial seseorang.

115
2. MenghadiriUndangan

Salahsatu manfaat dari menghadiri undangan sesama muslim adalah menumbuhkan rasa
persaudaraan dan ikatan persahabatan. Lydia Denworth, penulis buku "Friendship: The
Evolution, Biology, and Extraordinary Power of Life's Fundamental Bond" dalam
wawancaranya denganGreater Good Magazine (greatergood.berkeley.edu) menjelaskan
bahwa kehadiran secara fisik dalam sebuah undangan atau pertemuan seorang teman,
memiliki dampak yang jauh lebih positif dibandingkan kehadiran secara virtual, melalui
telefon atau tidak hadir sama sekali.

"Salah satu hal yang dilakukan otak kita secara otomatis saat kita melakukan percakapan
dengan seseorang secara langsung adalah perasaan alami "panggilan dan tanggapan",
bahwa saya berbicara, dan kemudian Anda merespon, dan kemudian Anda berbicara dan
saya merespon. Kita membaca isyarat satu sama lain dengan cara yang membuatnya lebih
mudah untuk dipahami", ungkapnya.

Di dalam bukunya, Lydia Denworth menuliskan bahwa penelitian menunjukkan,


persahabatan dapat membantu kita menemukan tujuan dan makna hidup, tetap sehat, dan
hidup lebih lama. Hubungan persahabatan yang positif memberikan dampak positif pula bagi
kesehatan, dan sebaliknya hubungan yang ambivalen (kadang positif, kadang negatif)
menimbulkan masalah kardiovaskular dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

“Saya mencoba secara teratur untuk merencanakan berkumpul dengan teman-teman dekat
saya dan orang-orang yang sangat saya sayangi. Kita semua memiliki kehidupan yang
relatif sibuk, tetapi saya, pertama-tama, berusaha untuk membuat rencana, dan kemudian
saya berusaha untuk sampai ke sana—untuk hadir. Saya pikir hadir adalah bagian
persahabatan yang sangat penting”, jawab Lydia Denworth saat diminta tips tentang cara
merawat hubungan pershabatan.

3. Saling Menasihati

Manfaat dari saling menasihati telah diuraikan dengan panjang lebar dalam tema sebelumnya
tentang Energi Sosial dari Amar Makruf Nahi Munkar. Salahsatu manfaatnya adalah
tumbuhnya perasaan bermakna (meaningfulness) yang merupakan salah satu faktor pemicu
kebahagiaan, sebagaimana hasil riste Prof. Markus Schafer dari University of Toronto.
Studi ini menunjukkan bahwa individu berusia 60-anyang memberi nasihat kepada banyak
orang — termasuk anggota keluarga, teman, dan tetangga — cenderung melihat hidup
mereka sebagai sesuatu yang sangat berarti, dibandingkan dengan mereka yang memiliki
lebih sedikit kesempatan memberi nasihat.

4. Mendoakan Orang yang Bersin

116
Bersin sebenarnya adalah hal yang luar biasa. Bersin melindungi tubuh Anda dengan
membersihkan hidung dari bakteri dan virus. Karena itu, bersinlah dan berbahagialah.
Ucapkan "Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). Dan orang yang mendengarkan harus
mengatakan, “YarhamukAllah” (Semoga Allah merahmatimu).

Mengapa kita harus bersyukur dan mendoakan orang yang bersin? Setidaknya ada enam
alasan medis mengapa bersin menjadi sesuatu yang wajib disyukuri sebagaimana yang
dikutipRadio Islam International (radioislam.org.za)dari situs Curejoy.com, antara lain:

a) Bersin adalah tindakan cepat yang melepaskan 100.000 kuman dari tubuh kita
sekaligus.
b) Bersin membantu seseorang dan memberikan kelegaan saat ia menghilangkan uap
yang terperangkap di kepala, yang dapat menyebabkan infeksi dan penyakit serta
mencegah penyakit dan rasa sakit.
c) Bahan yang mengiritasi dicegah masuk ke paru-paru karena terperangkap di lubang
hidung dan dilepaskan melalui bersin.
d) Bersin meringankan pikiran dan membuat seseorang merasa nyaman
e) Ini juga membantu untuk mem-boot ulang dan membersihkan hidung dan
memungkinkan menghirup udara yang sehat.
f) Mata yang terpejam saat bersinmenghindarkan kapiler darah dan saluran air mata dari
kontaminasi bakteri dan virus.

5. Menjenguk Orang yang Sakit

JurnalisAngela Epstein dalam artikelnya di Daily Mail (www.dailymail.co.uk) yang berjudul


“The Proof That Visiting People in Hospital Really Does Them Good” menjelaskan tentang
keyakinan para ilmuwan neorusains bahwa sekelompok sel otak yang disebut sebagai
‘Neuron Cermin’ merupakan bagian otak yang menciptakan efek positif terhadap seorang
pasien ketika mendapatkan kunjungan teman atau keluarga yang mereka kasihi.

Neuron cermin menyala ketika kita melihat orang lain mengalami perasaan yang dapat kita
identifikasi, membuat kita meniru sentimen ini dan mempengaruhi suasana hati.Jadi selama
dan setelah kunjungan orang-orang yang menjenguk (dengan sikap positif), neuron cermin
akan membangkitkan perasaan positif serupa di otak orang yang terbaring di ranjang rumah
sakit, mengangkat semangat mereka dan membuat mereka merasa lebih baik.

Dr. Matthew Ratcliffe, dosen senior filsafat di Durham University, mengatakan tentang
Neuron Cermin bahwa 'Dengan berada bersama seseorang yang memiliki wajah tersenyum -
seperti pengunjung rumah sakit - neuron cermin memotivasi respons serupa di otak kita
sendiri, mengarahkan kita untuk membuat gerakan serupa dan bahkan mengarahkan kita ke
reaksi emosional yang serupa,' katanya.

117
Menurut Daniel Goleman, penulis buku Social Intelligence: The New Science of Human
Relationships, neuron cermin memungkinkan emosi menyebar seperti penyakit menular,
memungkinkan satu orang menginfeksi orang lain dengan suasana hati mereka, terutama jika
perasaan ini diekspresikan dengan kuat. Emosi dan suasana hati negatif dapat menurunkan
daya tahan tubuh Anda. Dan emosi serta suasana hati positif dapat meningkatkan daya tahun
tubuh dan kualitas kesehatan Anda.

6. Mengurus dan Mengantarkan Jenazah

Mengurus, mengantarkan dan menghadiri pemakaman secara sosial memberikan manfaat


kepada keluarga yang berduka sebagai bentuk dukungan atas kehilangan yang baru saja
mereka alami. Setiap orang yang kehilangan anggota keluarga yang mereka cintai, pastilah
merasakan kesedihan atas persitiwa tersebut. Oleh karena itu, dukungan sosial berupa
pengurusan jenazah, mengantarkan hingga menghadiri pemakaman dapat menjadi pelipur
lara kesedihan sekaligus menjadi bentuk dukungan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Hasil penelitian terkait hal ini telah dilaporkan oleh Alexander Burrell danLucy E. Selman
dari University of Bristol, Inggris, dalam jurnal yang berjudul “How do Funeral Practices
Impact Bereaved Relatives' Mental Health, Grief and Bereavement? A Mixed Methods
Review with Implications for COVID-19”. Dalam jurnal tersebut, Burell dan Selman
menguraikan hasil penelitiannya dan juga penelitian-penelitian sebelumnya yang mendukung
bahwa keterlibatan orang lain dalam pengurusan jenazah hingga menghadiri pemakaman
dapat mengurangi kesedihan dan menjadi dukungan sosial bagi keluarga yang berduka.

MenurutDr.Joanne Cacciatoredkk. (2021) dari Arizona State University, bahwa dukungan


sosial dapat meningkatkan kebahagiaan dan kesehatan di banyak populasi. Sebaliknya,
kurangnya dukungan sosial dan kesepian merupakan faktor sosial yang memberikan dampak
kesehatan yang buruk, baik fisik, emosional, maupun mental.Dukungan sosial bahkan
menjadi sangat penting dalam kesedihan traumatis.

Dr.Joanne Cacciatoredkk.dalam laporannya juga menyebutkan, bahwa dukungan sosial


yang kuat kepada mereka yang menghadapi kesedihan yang mendalam mungkin tidak
mempercepat pemulihan, tetapi dapat meningkatkan kapasitas untuk mengatasi
kesedihannya. Biasanya, sebagian besar tanggung jawab untuk dukungan kesedihan jatuh
pada keluarga dan teman. Namun, orang yang berduka sering melaporkan kurangnya
dukungan yang memadai dari sumber-sumber ini (keluarga dan teman).

Itulah salah satu hikmah mengapa Islam menjadikan dukungan sosial berupa pengurusan
jenazah, mengantar dan menghadiri pemakaman sebagai kewajiban seorang muslim bagi
muslim lainnya. Agar setiap keluarga yang berduka dapat terringankan beban kesedihannya,
serta mendapatkan kekuatan dari dukungan sosial masyarakat di sekitarnya, bukan hanya dari
keluarga atau teman mereka. Sehingga dampak negatif seperti penarikan diri (dari pergaulan

118
sosial), rasa kesepian bahkan resiko upaya bunuh diri (Pitman, dkk.) pada orang yang
berduka dapat dihilangkan.

Referensi:
1. Muslim Produktif, Muhammad Faris, Elex Media Computindo, 2016.
2. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram Jilid 1, Darul Haq, 2014.
3. Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pustaka Al-Kautsar, 2015.
4. Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar-Manusia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2007
5. https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-hak-seorang-muslim-atas-muslim-lainnya-tflE9
6. https://dailytrust.com/the-psychology-of-greeting-and-first-impressions
7. https://greatergood.berkeley.edu/article/item/
why_your_friends_are_more_important_than_you_think
8. https://radioislam.org.za/a/health-benefits-of-sneezing-19-04-18/
9. https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0030222820941296
10. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0252324

119

Anda mungkin juga menyukai