Anda di halaman 1dari 10

AKHLAK MAHMUDAH DAN MADZMUMAH KEPADA ALLAH SWT

(QONA’AH)

Disusun oleh :

1. Ika Ayu Ariyati (212300156) Akuntansi

2. Erna Nur Wijayanti (212400286) Manajemen

3. Della Anggraini Hasanah (212400308) Manajemen

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ALMA ATA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya sehinga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan tugas mata kuliah Studi Agama
Islam II yang bertemakan Qona’ah. Sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Penyusun menyadari bahwa proses pembuatan makalah ini tidaklah mudah dan memiliki
banyak kendala. Sehingga penyusunan makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan dan tidak
luput dari kekurangan-kekurangannya. Dengan rendah hati, penyusun sangat mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun dan memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik dalam
penyusunan dimasa mendatang.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Semoga segala bantuan do’a dan motivasi dari berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian tugas ini mendapat ridho dari Allah Swt. Aamiin.

Yogyakarta, 26 Februari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Qona’ah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut istilah
ialah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta
menjauhkan diri dari rasa yang tidak puas dan perasaan kurang. Rasulullah mengajarkan
kita untuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, baik itu berupa nikmat
kesehatan, keamanan maupun kebutuhan harian. Qona’ah berasal dari kata qani’a-
qana’atan yang artinya merasa cukup atau rela. Sedangkan menurut istilah adalah sikap
rela menerima dan merasa cukup atas apa yang telah dimilikinya serta menjuhkan diri dari
sifat tidak puas dan merasa kurang.
Manusia sering kali lupa atas nikmat yang Allah berikan, karena kebanyakan
manusia melupakan dan selalu merasa kurang atas apa yang ia miliki, sehingga ia selalu
diliputi perasaan iri dan dengki atas nikmat yang orang lain dapatkan, dan menjadikan
kehidupannya tidak tenang. Hal ini merupakan kecenderungan manusia yang selalu tidak
akan merasa puas dengan apa yang ia miliki. Padahal jika kita mau mensyukuri apa yang
ada pada diri kita, terlebih lagi memahami bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah
titipan dan cobaan.
Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap
terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap qona’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap
qona’ah ini harus dimiliki oleh orang yang kaya maupun orang yang miskin adapun wujud
qona’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang
dimiliki manusia, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus
mencari harta benda dengan menghalalkan segala cara
Sebagai manusia kita memang mempunyai banyak kebutuhan, baik kebutuhan
materiil maupun imateril, namun kita perlu menyadari bahwa harta bukanlah segala-
galanya dalam kehidupan dunia yang sementara ini.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Qona’ah?
b. Apa dasar hukum Qona’ah ?
c. Bagaimana bentuk Implementasi Qona’ah dalam kehidupan sehari-hari ?
d. Bagaimana sikap untuk tetap berqona’ah?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini tujuan penulisan makalah

1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Studi Agama Islam II.
2. Untuk menambah wawasan tentang qona’ah
3. Untuk mengetahui konsep-konsep mengenai qona’ah
4. Untuk mengetahui bentuk sikap dan contoh bentuk impelementasi dalam kehidupan
sehari-hari mengenai qona’ah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qona’ah
Menurut bahasa Qona’ah artinya menerima apa adanya atau tidak serakah.
Sedangkan secara istilah ialah satu akhlak mulia yaitu menerima rezeki apa adanya dan
menganggapnya sebagai kekayaan yang membuat mereka terjaga statusnya dari
memintaminta kepada orang. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang
memiliki sifat Qona’ah adalah orang yang merasa puas dengan apa yang telah ia miliki,
dan menerima apapun anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepadanya baik banyak
ataupun sedikit.
Dijelaskan juga bahwa qana’ah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya
sesuatu yang ada. Muhammad bin Ali At Tirmidzi menegaskan bahwa : Qona’ah ialah
kepuasan jiwa atas rezeki yang dilimpahkan kepadanya. Dikatakan pula qana’ah adalah
menemukan kecukupan di dalam yang ada ditangan. Maksudnya tidak rakus dan menerima
pemberian dari Allah SWT. Pandangan lain dari Amin Syukur bahwa Qona’ah ialah
menerimanya hati terhadap apa yang ada, walau sedikit, kemudian tidak lupa dibarengi
dengan sikap aktif dan terus berusaha karena orang yang qona’ah akan menganggap cukup
apa yang dipunya sebagai karunia dari Allah.
Qona’ah merupakan modal yang paling teguh untuk menghadapi kehidupan, karena
dapat menimbulkan semangat dalam mencari rezeki, dengan tetap memantapkan pikiran,
meneguhkan hati, bertawakal kepada Allah, mengharapkan pertolongannya, dan tidak
putus asa ketika tidak berhasil atau impian yang diinginkan tidak terwujud. Yang
dimaksudukan qonaah disini ialah bukan hanya berpangku tangan dan pasrah dalam
menerima keadaan, namun qanaah yang dimaksudkan tersebut juga dapat difungsikan
sebagai cara untuk menjaga kesederhanaan dari hati agar tetap dalam ketentraman, agar
terhindar dari beberapa lenanya dunia, serta tidak berorientasi pada harta saja. Karena
orang yang qona’ah telah memagar hartanya sekedar apa yang ada didalam tangannya dan
tidak menjalar pikirannya kepada yang lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Qona’ah adalah sikap menerima
pemberian yang telah dianugerahkan oleh Allah dan selalu mensyukuri berapapun yang dia
dapatkan dengan cara mencukupkan dengan yang dipunya baik banyak ataupun sedikit
atau dengan kata lain tidak diperbudak oleh dunia.

B. Dalil Qona’ah dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits


1. Dalil Naqli
a) Firman Allah Swt dalam al-Qur’an surah Hud ayat 6 sebagai berikut :

‫ع َها ۚ ُكل فِى ِك َٰت َب ُّم ِبين‬ ِ ‫َو َما ِمن دَآبَّة فِى ٱ أْل َ أر‬
َ ‫ض ِإ َّّل‬
َ َ‫علَى ٱ َّّللِ ِر أزقُ َها َويَ أعلَ ُم ُم أستَقَ َّرهَا َو ُم أست أَود‬
Artinya : “ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS.
Hud (11):6)
b) Firman Allah Swt dalam al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 49 sebagai berikut :
‫ِى فِتأنَة‬ َ ُ‫عانَا ث ُ َّم إِذَا خ ََّو أل َٰنَهُ نِ أع َمة ِمنَّا قَا َل إِنَّ َما ٓ أُوتِيتُهۥ‬
َ ‫علَ َٰى ِع ألم ۚ بَ أل ه‬ َ َ‫ضر د‬ ُ َ‫سن‬ َ َٰ ‫س ٱ أ ِْلن‬َّ ‫فَإِذَا َم‬
َ‫َو َٰلَ ِك َّن أ َ أكث َ َر ُه أم َّل يَ أعلَ ُمون‬
Artinya : “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila
Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi
nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi
kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS. Az-Zumar (39):49)
c) Firman Allah Swt dalam al-Qur’an surah An-Nisa ayat 3 sebagai berikut :

ِ ‫س ۤا ِء ن‬
‫َصيأب‬ َ ِ‫سب أُوا ۗ َو ِللن‬ ِ ‫ع َٰلى بَ أعض ۗ ِل ِلر َجا ِل ن‬
َ َ ‫َصيأب ِم َّما ا أكت‬ َ ‫ض ُك أم‬
َ ‫ّللاُ بِه بَ أع‬ َّ َ‫َو َّل تَت َ َمنَّ أوا َما ف‬
ٰ ‫ض َل‬
‫ع ِليأما‬ َ ‫ّللاَ َكانَ بِ ُك ِل‬
َ ‫ش أيء‬ ٰ ‫سبأنَ ۗ َوسأـَٔلُوا‬
‫ّللاَ ِم أن فَ أ‬
ٰ ‫ض ِله ۗ ا َِّن‬ َ َ ‫ِم َّما ا أكت‬
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki
ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa
(4):32)
d) Firman Allah Swt dalam al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155 sebagai berikut :

َ‫صا ِب ِرين‬ ِ ‫ َوالث َّ َم َرا‬. ‫َوف َو أال ُجوعِ َونَ أقص ِمنَ اْل َ َم َوا ِل َواْلنفُ ِس‬
َّ ‫ت َو َبش ِِر ال‬ ‫َيء ِمنَ أالخ أ‬
‫َولَنَ أبلُ َونَّ ُك أم ِبش أ‬
Artinya : “Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
setakutan,kelaparan, dan kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2):155 )

2. Dalil Aqli

َ َ‫اْل أسالَ ِم َو ُر ِزقَ أال َكف‬


‫اف َوقَنِ َع ِب ِه‬ َ ‫قَ أد أ َ أفلَ َح َم أن ُهد‬
ِ ‫ِى ِإلَى‬
”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup,
dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
‫“قَ أد أ َ أفلَ َح‬: ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ أي ِه َو‬ َ ِ‫ّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫ع أن ُه َما قَا َل‬
َّ ‫سو ُل‬ َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ِ ‫ع أمرو َر‬ َ ‫ع أن‬
َ ‫ع أب ِد للاِ ب ِأن‬ َ
ُ , ‫َم أن أ َ أسلَ َم‬
َّ ُ‫ور ِزقَ َكفَافا َوقَنَّعَه‬
ُ‫ّللاُ بِ َما آت َاه‬
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi
rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap
pemberian-Nya” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

‫ض َولَ ِك َّن أال ِغنَى ِغنَى النَّ أف ِس‬


ِ ‫ع أن َكثأ َرةِ أالعَ َر‬
َ ‫أس أال ِغنَى‬
َ ‫لَي‬
“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah
kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim)

C. Implementasi Dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya banyak sekali perilaku qona’ah yang dapat
diimplementasikan, sebagai contoh :
a. Lingkungan Keluarga
1) Ketika berada di lingkungan keluarga, qona’ah dalam hal kebutuhan makan,
kebutuhan sandang dan pangan. Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang
diberikan Allah Swt.
2) Tidak berlebih-lebihan, yang artinya membelanjakan harta sesuai dengan
kebutuhan.
3) Hidup dengan sederhana dan tidak tamak, yang artinya hidup dengan sederhana dan
bisa selalu menyesuaikan diri dengan kedaan di setiap perjalanan hidup.
b. Lingkungan Masyarakat
1) Ketika berada di lingkungan masyarakat qona’ah dalam berbicara, bekerja sama
dan bermusyawarah.
2) Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti, dimana bekerja sama dalam membersihkan
lingkungan sekitar dan memperbaiki maupun membangun fasilitas publik.
3) Mengikuti rapat dan musyawarah yang bertujuan agar mendapat mufakat atau
solusi secara bersama-sama yang berguna untuk menyelesaikan suatu masalah yang
ada di dalam lingkungan masyarakat.
c. Lingkungan Kampus
1) Giat belajar dan berusaha untuk mencapai hasil terbaik
2) Senantiasa berpikir positif ketika menerima ujian, cobaan maupun kegagalan dalam
perkuliahan.
3) Selalu bersyukur atas apa yang menjadi hasil usahanya dan tidak pernah merasa iri
atas keberhasilan yang diperoleh orang lain.

D. Sikap Untuk Tetap Qona’ah


Cara penerapan sifat Qona’ah dapat dilihat pada lima konsep qona’ah yang telah
dipaparkan oleh Hamka dalam bukunya yaitu Tasawuf Modern, yaitu :
1. Menerima dengan rela apa yang ada
Maksudnya sesuatu yang diberikan oleh Allah haruslah diterima dengan senang hati
dan tidak mudah menggerutu, karena dalam qona’ah sendiri sikap rela (ridha) tertera
dalamnya, yang selanjutnya juga ridha terbagi menjadi dua sebagaimana yang telah
dikutip Amin Syukur dalam Ma’luf meyatakan bahwa rela (ridha) yang pertama adalah
ridha Allah terhadap hambanya, dan ridha hamba terhadap Allah.
2. Memohon tambahan yang sepantasnya kepada Allah yang dibarengi dengan usaha.
Berupaya untuk terus positif thingking alias khusnudzan tentang segala yang sudah
digariskan oleh Allah, karena Allah akan menghargai usaha dan bagaimana hambanya
bersyukur, serta Allah pastilah akan memberikan balasan atas usaha dan rasa syukur
pada hambanya
3. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah. Dengan sabar dimaksudkan untuk tetap
kuat, tidak gelisah serta cemas akan takdir yang telah Allah janjikan, dari keteguhan
dan keyakinan itulah, segala kegelisahan bisa sirna.
4. Bertawakal kepada Allah. Yaitu percaya bahwa segala ketetapanya pasti akan dipenuhi
oleh-Nya, dan tak ada kata ragu dalam diri ini, karena tawakal adalah akibat dari orang
yang beriman.
5. Tidak tertarik oleh tipu dunia. Pada bagian ini menjelaskan bahwa dalam qona’ah
terdapat juga unsur-unsur zuhud.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Qona’ah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut istilah ialah
sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan
diri dari rasa yang tidak puas dan perasaan kurang. Manusia sering kali lupa atas nikmat
yang Allah berikan, karena kebanyakan manusia melupakan dan selalu merasa kurang atas
apa yang ia miliki, sehingga ia selalu diliputi perasaan iri dan dengki atas nikmat yang
orang lain dapatkan, dan menjadikan kehidupannya tidak tenang. Hal ini merupakan
kecenderungan manusia yang selalu tidak akan merasa puas dengan apa yang ia miliki.
Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap
terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap qona’ah (kepuasan dan kerelaan).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Qona’ah adalah sikap menerima pemberian yang telah
dianugerahkan oleh Allah dan selalu mensyukuri berapapun yang dia dapatkan dengan cara
mencukupkan dengan yang dipunya baik banyak ataupun sedikit atau dengan kata lain
tidak diperbudak oleh dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdusshomad, A. (2020). Penerapan Sifat Qana'ah Dalam Mengendalikan Hawa Nafsu


Duniawi.

Fadhullah, M. H. (1995). Islam dan Logika Kekuatan, terj. Afif Muhammad dan HLM Abdul
Adhim. Bandung : Anggota IKAPI. hlm 57.

Hajjad, M. F. (2011). Tasawuf Islam dan Akhlak. terj. Kamran Asad Irsyady dan Fakhrin
Ghozali. Jakarta : Amzah. hlm 338-339.

Hamka. (2015). Tafsir Al-Azhar Jilid 2. Jakarta: Gema Insani. hlm 109.

Hamka. (n.d.). Tasawuf Modern. hlm 268.

Subhi, M. R. (2012). Tasawuf Modern : Paradigma Alternatif Pendidikan Islam. Pemalang: Alrif
Management. hlm 47.

Sudarsono. (2005). Etika Islam : Tentang Kenakalan Remaja . Jakarta : Rineka Cipta. hlm 57

Syukur, A. (2012). Sufi Healing : Terapi dengan Metode Tasawuf. Jakarta: Penerbit Erlangga.
hlm 62-63.

Anda mungkin juga menyukai