ْ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ ّ ُﱠ َ ْ َ َ َ ُ ن
ِإن أر ﻣﺎ أ ﻮ ِﻟ ِﻠﺮز ِق ِإذا ﻗﺎﻟﻮا ﻟ ﺲ ِ اﻟﺒ ِﺖ
ﻴﻖٌ َدﻗ
ِ
“Momen yang paling aku harapkan untuk memperoleh rezeki
adalah ketika mereka mengatakan, “Tidak ada lagi tepung
yang tersisa untuk membuat makanan di rumah” [Jami’ul
‘Ulum wal Hikam].
َ َﻟ ْ ﺲ: إ ﱠن َأ ْﺣ َﺴ َﻦ َﻣﺎ َأ ُ ﻮ ُن َﻇﻨﺎ ِﺣ َن َﻳ ُﻘﻮ ُل ا ْ َ ِﺎد ُم
ِ ِ
ٌْاﻟ َﺒ ْ ِﺖ َﻗ ِﻔ ٌ ِﻣ ْﻦ َﻗ ْﻤﺢ َوَﻻ ِد ْر َ ﻢ
ٍ
“Situasi dimana saya mempertebal husnuzhanku adalah
ketika pembantu mengatakan, “Di rumah tidak ada lagi
gandum maupun dirham.” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah
(34871); Ad Dainuri dalam Al Majalisah (2744); Abu Nu'aim
dalam Al Hilyah (2/97)].
َ ْ ﺻﺒ ُﺢ َو َﻟ
ٌﺲ ِﻋ ْﻨ ِﺪي َ ْ ء ْ َﻳ ْﻮ ٌم ُأ َأ َﺳ ﱡﺮ َأ ﱠﻳ ِﺎﻣﻲ إ َ ﱠ
ِ ِ
“Hari yang paling bahagia menurutku adalah ketika saya
memasuki waktu Subuh dan saya tidak memiliki apapun.”
[Shifatush Shafwah 3/345].
Dapat kita lihat di dunia ini, tidak jarang, terkadang diri kita
mengorbankan agama hanya untuk memperoleh bagian yang
teramat sedikit dari dunia. Tidak jarang bahkan kita
menerjang sesuatu yang diharamkan hanya untuk
memperoleh dunia. Ini menunjukkan betapa lemahnya rasa
qana’ah yang ada pada diri kita dan betapa kuatnya rasa
cinta kita kepada dunia.
ً َ ْ َُ ﱠ َ َ ْ َ ْ ُ َ ً َ ْ ُ َ َ َْ ُ ََ َ
ِ ﺗﻜﻦ أﻋﺒﺪ اﻟﻨ،ﻳﺎ أﺑﺎ ﺮ ﺮة ﻛﻦ و ِرﻋﺎ
، وﻛﻦ ﻗ ِﻨﻌﺎ،ﺎس
ﱠ َ َ ْ َ ْ َُ
ﺎس
ِ ﺗﻜﻦ أﺷﻜﺮ اﻟﻨ
“Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’ niscaya
dirimu akan menjadi hamba yang paling taat. Jadilah orang
yang qana’ah, niscaya dirimu akan menjadi hamba yang
paling bersyukur” [HR. Ibnu Majah: 4217].
َ َ َو،ْﺳ َﻼم
َﺎن َﻋ ْ ُﺸ ُﮫ َﻛ َﻔ ًﺎﻓﺎ َو َﻗ َﻨﻊ َ َ ُ َْ َ ُ
ﻃﻮ ﻰ ِﳌﻦ ِﺪي ِإ
ِ ِ
“Keberuntungan bagi seorang yang diberi hidayah untuk
memeluk Islam, kehidupannya cukup dan dia merasa qana’ah
dengan apa yang ada” [HR. Ahmad 6/19; Tirmidzi 2249].
ً
َو َو َﺟ َﺪ َك َﻋﺎ ِﺋﻼ ﻓﺄﻏ
“Dan Dia menjumpaimu dalam keadaan tidak memiliki
sesuatu apapun, kemudian Dia member kekayaan
(kecukupan) kepadamu” [Adh-Dhuha: 8].
َ ُ َ َ
ﻣﺎ ﻣﺎﻟﻚ؟
“Apa hartamu”,
beliau menjawab,
َ َ َ َ ْ َ َ ََُ َْ ْ َ َّ ُ ﱠ
ُ َو ْاﻟ َﻴ ْﺄس،ﺎﻟﻠ ِﮫاﻟ ِﺜﻘﺔ ِﺑ: ِ ﻣﺎﻻ ِن ﻻ أﺧ ﻣﻌ ﻤﺎ اﻟﻔﻘﺮ
ﱠ ْ َ ﱠ
ﺎس
ِ ِﻣﻤﺎ ِ أﻳ ِﺪي اﻟﻨ
“Saya memiliki dua harta dan dengan keduanya saya tidak
takut miskin. Keduanya adalah ats-tsiqqatu billah (yakin
kepada Allah atas rezeki yang dibagikan) dan tidak
mengharapkan harta yang dimiliki oleh orang lain
[Diriwayatkan Ad Dainuri dalam Al Mujalasah (963); Abu
Nu'aim dalam Al Hilyah 3/231-232].
Sebagian ahli hikmah pernah ditanya, “Apakah kekayaan
itu?” Dia menjawab, “Minimnya angan-anganmu dan engkau
ridha terhadap rezeki yang mencukupimu” [Ihya ‘Ulum ad-
Diin 3/212].
g. Memperoleh kemuliaan
ُاﺳﺘ ْﻐ َﻨ ُﺎؤﻩ َ ُ ﱠ
ْ اﻟﻠ ْﻴﻞ َوﻋ ﱡﺰ ُﻩ ْ ُْ ُ َ َ ُ َ ُ َ ﱠ
ِ ِ ِ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺷﺮف اﳌﺆ ِﻣ ِﻦ ِﻗﻴﺎم
ﺎس َﻋﻦ ﱠ
اﻟﻨ
ِ ِ
“Wahai Muhammad, kehormatan seorang mukmin terletak
pada shalat malam dan kemuliaannya terletak pada
ketidakbergantungannya pada manusia” [HR. Hakim: 7921].
Al Hasan berkata,
َﺎس ُﻳ ْﻜﺮ ُﻣ َﻮﻧﻚ ُ اﻟﻨﺎس – َأ ْو َﻻ َﻳ َﺰ
ال ﱠ
ُ اﻟﻨ ال َﻛﺮ ًﻤﺎ َﻋ َ ﱠ ُ َﻻ َﺗ َﺰ
ِ ِ ِ
ﱡ َ َ ْ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َْ َ َ ُ َْ َ
ﻓ ِﺈذا ﻓﻌﻠﺖ ذ ِﻟﻚ اﺳﺘﺨﻔﻮا،ﺎط ﻣﺎ ِ أﻳ ِﺪ ِ ﻢ ِ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻌ
َﻀﻮك ُ َو َﻛﺮ ُ ﻮا َﺣﺪ َﻳﺜ َﻚ َو َأ ْ َﻐ،ﺑ َﻚ
ِ ِ ِ
“Engkau akan senantiasa mulia di hadapan manusia dan
manusia akan senantiasa memuliakanmu selama dirimu tidak
tamak terhadap harta yang mereka miliki. Jika engkau
melakukannya, niscaya mereka akan meremehkanmu,
membenci perkataanmu dan memusuhimu” [Al-Hilyah: 3/20].
Artikel www.muslim.or.id
==========