Anda di halaman 1dari 17

Memahami Ngalap

Berkah
Barokah atau berkah selalu diinginkan oleh setiap orang.
Namun sebagian kalangan salah kaprah dalam memahami
makna berkah sehingga hal-hal keliru pun dilakukan untuk
meraihnya. Coba kita saksikan bagaimana sebagian orang
ngalap berkah dari kotoran sapi. Ini suatu yang tidak logis,
namun nyata terjadi. Inilah barangkali karena salah paham
dalam memahami makna keberkahan dan cara meraihnya.
Sudah sepatutnya kita bisa mendalami hal ini.

1 MAKNA BAROKAH
Dalam bahasa Arab, barokah bermakna tetapnya sesuatu,
dan bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya
sesuatu. Tabriik adalah mendoakan seseorang agar
mendapatkan keberkahan. Sedangkan tabarruk adalah istilah
untuk meraup berkah atau “ngalap berkah”.

Adapun makna barokah dalam Al Qur’an dan As Sunnah


adalah langgengnya kebaikan, kadang pula bermakna
bertambahnya kebaikan dan bahkan bisa bermakna
kedua-duanya. Sebagaimana do’a keberkahan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sering kita baca saat
tasyahud mengandung dua makna di atas.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Maksud dari


ucapan do’a “keberkahan kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad karena engkau telah memberi keberkahan
kepada keluarga Ibrahim, do’a keberkahan ini mengandung
arti pemberian kebaikan karena apa yang telah diberi pada
keluarga Ibrahim. Maksud keberkahan tersebut adalah
langgengnya kebaikan dan berlipat-lipatnya atau
bertambahnya kebaikan. Inilah hakikat barokah”. (Jalaul
Afham fii Fadhlish Sholah ‘ala Muhammad Khoiril Anam,
Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul ‘Urubah Kuwait, cetakan
kedua, 1407, hlm. 308)

2 SELURUH KEBAIKAN BERASAL DARI


ALLAH
Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ع ْال ُم ْل‬
‫ك ِم َّم ْن‬ ُ ‫ك َم ْن تَ َشا ُء َوتَ ْن ِز‬ َ ‫ك تُْؤ تِي ْال ُم ْل‬ِ ‫ك ْال ُم ْل‬
َ ِ‫قُ ِل اللَّهُ َّم َمال‬
ِّ‫ك َعلَى ُكل‬ َ َّ‫ك ْال َخ ْي ُر ِإن‬َ ‫تَ َشا ُء َوتُ ِع ُّز َم ْن تَ َشا ُء َوتُ ِذلُّ َم ْن تَ َشا ُء بِيَ ِد‬
‫َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”
(QS. Ali Imron: 26).
3 BERBAGAI KEBERKAHAN YANG
HALAL
Setelah kita mengerti dengan penjelasan di atas, maka untuk
meraih barokah sudah dijelaskan oleh syari’at Islam yang
mulia ini. Sehingga jika seseorang mencari berkah namun di
luar apa yang telah dituntunkan oleh Islam, maka ia berarti
telah menempuh jalan yang keliru. Karena ingatlah sekali lagi
bahwa datangnya barokah atau kebaikan hanyalah dari Allah.

Perlu diketahui bahwa keberkahan yang halal bisa ada


dalam hal diniyah dan hal duniawiyah, atau salah satu dari
keduanya.

Contoh :

 Keberkahan diniyah dan duniawiyah sekaligus :


keberkahan pada Al Qur’an Al Karim, Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat
radhiyallahu ‘anhum.  Keberkahan seperti ini juga
terdapat pada majelis orang shalih, keberkahan bulan
Ramadhan, keberkahan makan sahur.
 Keberkahan pada hal diniyah saja semisal pada tiga
masjid yang mulia yaitu masjidil harom, masjid
nabawi, dan masjidil aqsho.
 Keberkahan pada hal duniawiyah seperti keberkahan
pada air hujan, pada tumbuhnya berbagai tumbuhan,
keberkahan pada susu dan hewan ternak.

Ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Keberkahan yang


halal di atas kadang diketahui karena ada dalil tegas yang
menunjukkannya, kadang pula dilihat dari dampak, di sisi
lain juga dilihat dari kebaikan yang amat banyak yang
diperoleh. Namun untuk keberkahan dalam hal
duniawiyah bisa diperoleh jika digunakan dalam
ketaatan pada Allah. Jika digunakan bukan pada ketaatan,
itu bukanlah nikmat, namun hanyalah musibah.

4 CONTOH NGALAP BERKAH YANG


HALAL

4.1 NGALAP BERKAH ORANG SHALIH :

Kami contohkan misalnya keberkahan orang shalih, yaitu


orang yang shalih secara lahir dan batin, selalu menunaikan
hak-hak Allah. Di antara keberkahan orang shalih adalah
karena keistiqomahan agamanya. Karena istiqomahnya ini,
dia akan memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan
sesat dan keberkahan di akhirat yaitu tidak akan sengsara.
Allah Ta’ala berfirman,

‫ضلُّ َواَل يَ ْشقَى‬ َ ‫فَِإ َّما يَْأتِيَنَّ ُك ْم ِمنِّي هُدًى فَ َم ِن اتَّبَ َع هُ َدا‬
ِ َ‫ي فَاَل ي‬
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka.” (QS. Thoha: 123).

Keberkahan orang shalih pun terdapat pada usaha yang


mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu
agama di tengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang
pun mendapat manfaat. Itulah keberkahan yang
dimaksudkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut
orang-orang shalih yang berilmu sebagai pewaris para nabi.
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR.
Abu Daud, no. 3641; At Tirmidzi no. 2682 dan Ibnu Majah
no. 223. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).

4.2 NGALAP BERKAH JUJUR DALAM JUAL BELI

Keberkahan juga bisa diperoleh jika seseorang berlaku


jujur dalam jual beli.

Dari Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, :

َ ‫ال َحتَّى يَتَفَ َّرقَا – فَِإ ْن‬


‫ص َدقَا‬ َ َ‫ار َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا – َأ ْو ق‬
•ِ َ‫ان ِب ْال ِخي‬
ِ ‫ْالبَيِّ َع‬
ُ‫ت بَ َر َكة‬
ْ َ‫ َوِإ ْن َكتَ َما َو َك َذبَا ُم ِحق‬، ‫َوبَيَّنَا بُو ِركَ لَ ُه َما فِى بَ ْي ِع ِه َما‬
‫بَي ِْع ِه َما‬
“Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki
hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi)
selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan
terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan
dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak
terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan
hilang”. (HR. Bukhari, no. 2079 dan Muslim, no. 1532)

4.3 NGALAP BERKAH KETIKA MENCARI HARTA


TIDAK TAMAK

Ketika seseorang mencari harta dengan tidak diliputi rasa


tamak, maka keberkahan pun akan mudah datang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada
Hakim bin Hizam, :

‫س‬ٍ ‫ فَ َم ْن َأ َخ َذهُ بِ َس َخا َو ِة نَ ْف‬، ٌ‫ض َرةٌ ح ُْل َوة‬


ِ ‫ال َخ‬ َ ‫يَا َح ِكي ُم ِإ َّن هَ َذا ْال َم‬
‫اركْ لَهُ فِي ِه َكالَّ ِذى‬ َ َ‫س لَ ْم يُب‬ ٍ ‫اف نَ ْف‬ِ ‫ َو َم ْن َأ َخ َذهُ بِِإ ْش َر‬، ‫بُو ِر َك لَهُ فِي ِه‬
‫ ْاليَ ُد ْالع ُْليَا َخ ْي ٌر ِم َن ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى‬، ‫يَْأ ُك ُل َوالَ يَ ْشبَ ُع‬
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis.
Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya
(tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan
memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk
keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya,
seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan
yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
(HR. Bukhari no. 1472)

Yang dimaksud dengan kedermawanan dirinya, jika dilihat


dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak
mengambilnya dengan tamak dan tidak meminta-minta.
Sedangkan jika dilihat dari orang yang memberikan harta,
maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan
hati yang lapang. Lihat Fath Al-Bari, 3:336.

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Qona’ah dan


selalu merasa cukup dengan harta yang dicari akan senantiasa
mendatangkan keberkahan. Sedangkan mencari harta dengan
ketamakan, maka seperti itu tidak mendatangkan keberkahan
dan keberkahan pun akan sirna.” Lihat Syarh Bukhari li Ibni
Batthol, 6:48.
4.4 NGALAP BERKAH DENGAN BERPAGI-PAGI
MENCARI RIZKI :

Begitu pula keberkahan dapat diperoleh dengan berpagi-pagi


dalam mencari rizki. Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ُأل‬
ِ َ‫اللَّهُ َّم ب‬
ِ ‫ار ْك َّمتِى فِى بُ ُك‬
‫ورهَا‬
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim peleton


pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya
pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri adalah seorang
pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika
pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta.
(HR. Abu Daud, no. 2606; Tirmidzi, no. 1212; Ibnu Majah,
no. 2236. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).

4.5 NGALAP BERKAH MELALUI AIR ZAMZAM


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”.‫ط َعا ُم طُع ٍْم‬


َ ‫ار َكةٌ ِإنَّهَا‬
َ َ‫“ِإنَّهَا ُمب‬
“Sesungguhnya ia (air zamzam) diberkahi, ia (juga)
merupakan makanan yang berselera.”[ Shahih Muslim
(IV/1922) kitab keutamaan-keutamaan para Sahabat
Radhiyallahu anhum bab di antara keutamaan Abu Dzarr
Radhiyallahu anhu.]
4.6 NGALAP BERKAH MELALUI KERINGAT NABI
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu pernah
menceritakan,
ْ َ‫ت ُأ ِّمي بِقَارُو َر ٍة فَ َج َعل‬
‫ت‬ ْ ‫ق َو َجا َء‬ َ ‫ال ِع ْن َدنَا فَ َع َر‬
َ َ‫َد َخ َل َعلَ ْينَا النَّبِ ُّي فَق‬
‫ َما هَ َذا الَّ ِذي‬،‫ يَا ُأ َّم ُسلَي ٍْم‬: ‫ال‬َ َ‫ق فِيهَا فَا ْستَ ْيقَظَ فَق‬ َ ‫ت ْال َع َر‬ ُ ِّ‫تُ َسل‬
‫ب‬ ْ ‫ك نَجْ َعلَهُ فِي ِط ْيبِنَا َوهُ َو ِم َن َأ‬
ِ َ ‫طي‬ َ ُ‫ هَ َذا َع َرق‬:‫ت‬ ْ َ‫ين؟ قَال‬ َ ‫تَصْ نَ ِع‬
ِ ‫الطِّي‬
‫ب‬
“Suatu saat, Nabi shallallahu’alaihi wasallam berkunjung ke
rumah kami. Lalu beliau tidur siang. Beliau berkeringat
ketika itu. Kemudian ibuku mengambil botol dan
mengumpulkan keringat itu di dalamnya. Nabi
shallallahu’alaihi wasallam terbangun dan bertanya, “Ummu
Sulaim.. apa yang sedang kamu lakukan ?” “Ini adalah
keringat Anda Ya Nabi..,” jawab Ummu Sulaim, “kami akan
campur dengan parfum kami. Itu adalah parfum terbaik.”
Dalam riwayat, dijelaskan jawaban Ummu Sulaim,

ِ ِ‫نَرْ جُو بَ َر َكتَهُ ل‬


‫ص ْبيَانِنَا‬
“Kami mengharap mendapatkan barakah keringat ini untuk
anak-anak kami.”
Rasul pun berkata,

َ ‫َأ‬
ِ ‫ص ْب‬
‫ت‬
“Anda benar…”
(HR. Bukhori)
4.7 NGALAP BERKAH DENGAN AJARAN NABI
bertabaruk dengan ajaran yang dibawa Nabi
shallallahu’alaihi wasallam, yang sampai detik ini jejaknya
masih terjaga, bahkan hingga hari kiamat.
Ada keterangan menarik dari Syeikhul Islam Ahmad Al
Harroni rahimahullah,

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي‬ َ ‫ان َأ ْه ُل ْال َم ِدينَ ِة لَ َّما قَ ِد َم َعلَ ْي ِه ْم النَّبِ ُّي‬
َ ‫َك‬
ُ‫ص َل لَهُ ْم َس َعا َدة‬ َ ‫ك َح‬ َ ِ‫ فَبِبَ َر َك ِة َذل‬،ُ‫بَ َر َكتِ ِه لَ َّما آ َمنُوا بِ ِه َوَأطَا ُعوه‬
ُ‫ص َل لَه‬ َ ‫ بَلْ ُكلُّ ُمْؤ ِم ٍن آ َم َن بِال َّرسُو ِل َوَأطَا َعهُ َح‬، ‫ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‬
‫ب إي َمانِ ِه َوطَا َعتِ ِه ِم ْن َخي ِْر ال ُّد ْنيَا‬ ِ َ‫ُول بِ َسب‬ ِ ‫ِم ْن بَ َر َك ِة ال َّرس‬
ُ ‫ َما اَل يَ ْعلَ ُمهُ إاَّل هَّللا‬، ‫َواآْل ِخ َر ِة‬
Penduduk Madinah, di saat kedatangan Nabi
shallallahu’alaihi wasallam, mereka mendapatkan
keberkahan, saat mereka beriman dan taat kepada beliau.
Dengan berkah ini, mereka mendapat kebahagiaan dunia dan
akhirat. Bahkan setiap mukmin yang beriman Rasul serta
patuh kepada perintahnya, meraka mendapat keberkahan
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, disebabkan iman serta
ketaatan mereka kepadanya. Berupa kebaikan dunia dan
akhirat yang tak ada tahu nilainya kecuali Allah.
(Majmu’Fatawa, 11/ 113)

4.8 NGALAP BERKAH PARA SHAHABAT DARI NABI


Hadits berikut menunjukkan bagaimanakah para sahabat
ngalap berkah dari bekas wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
، ‫َخ َر َج َعلَ ْينَا َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – بِ ْالهَا ِج َر ِة‬
‫ون ِم ْن فَضْ ِل َوضُوِئ ِه‬ َ ‫ فَ َج َع َل النَّاسُ يَْأ ُخ ُذ‬، ‫ضَأ‬ َّ ‫فَُأتِ َى بِ َوضُو ٍء فَتَ َو‬
ُّ – ‫صلَّى النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم‬
‫الظ ْه َر‬ َ َ‫ ف‬ ‫ُون بِ ِه‬
َ ‫فَيَتَ َم َّسح‬
ٌ‫ َوبَي َْن يَ َد ْي ِه َعنَ َزة‬، ‫َر ْك َعتَي ِْن َو ْال َعصْ َر َر ْك َعتَ ْي ِن‬
Dari Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar
menemui kami dalam keadaan cuaca yang begitu panas.
Beliau didatangkan air untuk berwudhu, lantas beliau
berwudhu dengannya. Ketika itu orang-orang mengambil
bekas wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
mereka mengusap-ngusapnya. Lantas Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melakukan shalat Zhuhur dan ‘Ashar
masing-masing dua raka’at. Saat itu di tangan beliau ada
tongkat.” (HR. Bukhari no. 187 dan Muslim no. 503).

4.8.1 Ngalap Berkah dari Selain Nabi

Yang kita temukan pada dalil adalah ngalap berkah para


sahabat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak
ada keterangan semua penerusnya mencari berkah dari
shahabat dll

Imam Asy Syatibi rahimahullah yang wafat tahun 790 H


berkata, “Para sahabat radhiyallahu ‘anhum sepeninggal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak didapati ngalap
berkah tersebut ada pada mereka dilakukan oleh orang-
orang setelahnya. Padahal ada Abu Bakr Ash Shiddiq adalah
khalifah sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
begitu pula Umar, Utsman dan Ali, kemudian ada lagi
sahabat lainnya yang memiliki keutamaan, ternyata tidak
didapatkan satu riwayat pun dari mereka dengan jalan yang
shahih dan ma’ruf yang menunjukkan bahwa mereka
mengambil berkah dari lainnya sebagaimana ngalap berkah
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat
hanyalah cukup mencontoh perbuatan, perkataan dan jalan
hidup beliau sepeninggalnya. Jadi ini sama saja dikatakan
sebagai ijma’ (kesepakatan para sahabat) bahwa ngalap
berkah terhadap zat sebagaimana para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan pada nabinya tidak
dibolehkan lagi setelah itu.” (Al I’tisham, 2: 8-9).

Syekh Sholih Al Utsaimin rahimahullah menerangkan,

‫كان الصحابة يتبركون بعرق النبي صلى هللا عليه وسلم‬


‫ أما غيره‬، ‫ويتبركون بريقه ويتبركون بثيابه ويتبركون بشعره‬
‫ فال‬، ‫صلى هللا عليه وسلم فإنه ال يتبرك بشيء من هذا منه‬
‫يتبرك بثياب اإلنسان وال بشعره وال بأظفاره وال بشيء من‬
‫متعلقاته إال النبي صلى هللا عليه وعلى آله وسلم‬
Dahulu para sahabat berharap berkah dari keringatnya Nabi
shallallahu’alaihi wasallam. Mereka juga berharap berkah
dari air ludah beliau, baju dan rambut beliau. Adapun untuk
selain Nabi shallallahu’alaihi wasallam, tidak boleh kita
berharap berkah dari baju, rambut, kuku atau segala sesuatu
yang melekat pada fisiknya, kecuali hanya kepada Nabi
shallallahu’alaihi wasallam saja. (Syarah Riyadussholihin,
1/852)
5 NGALAP BERKAH DI BULAN
RAMADHAN :

5.1 AL QURAN
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

‫آن ُك َّل‬ َ ْ‫ْرضُ َعلَى النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – ْالقُر‬ ِ ‫ان يَع‬ َ ‫َك‬
‫ان‬ َ ‫ َو َك‬، ‫ض‬ َ ِ‫ض َعلَ ْي ِه َم َّرتَي ِْن فِى ْال َع ِام الَّ ِذى قُب‬
َ ‫ فَ َع َر‬، ً‫َع ٍام َم َّرة‬
‫ض فِي ِه‬ َ ِ‫ين فِى ْال َع ِام الَّ ِذى قُب‬َ ‫ف ِع ْش ِر‬
َ ‫ف ُك َّل َع ٍام َع ْشرًا فَا ْعتَ َك‬ ُ ‫يَ ْعتَ ِك‬
“Jibril itu (saling) belajar Al-Qur’an dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali (khatam).
Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali
khatam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pula
beri’tikaf setiap tahunnya selama sepuluh hari. Namun di
tahun saat beliau akan meninggal dunia, beliau beri’tikaf
selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari, no. 4998)
5.1.1 Menjadi syafaat :
“‫ فَِإنَّهُ يَْأتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َشفِ ْيعًا َِألصْ َحابِ ِه‬، َ‫اِ ْق َرُئوْ ا• ْالقُرْ آن‬.”
“Bacalah al-Qur-an, karena ia akan datang sebagai pemberi
syafa’at bagi para pembacanya di hari Kiamat
nanti.”[ Muslim (I/553)]
5.1.2 Mengajarkannya menjadi kebaikan lebih baik dari
unta :
‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu anhu yang terdapat di dalam
Shahih Muslim, Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ِ ‫ فَيَ ْعلَ ُم َأ ْو يَ ْق َرُأ آيَتَ ْي ِن ِم ْن ِكتَا‬،‫ْج ِد‬
‫ب‬ ِ ‫َأفَالَ يَ ْغ ُدو َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى ْال َمس‬
‫ َوَأرْ بَ ٌع َخ ْي ٌر‬،‫ث‬
ٍ َ‫ث َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن ثَال‬ ٌ َ‫ َوثَال‬،‫ َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن نَاقَتَي ِْن‬، ِ‫هللا‬
.‫ َو ِم ْن َأ ْع َدا ِد ِه َّن ِم َن ْاِإل بِ ِل‬،‫لَهُ ِم ْن َأرْ بَ ٍع‬
“Tidakkah salah seorang di antara kalian pada pagi hari
bersegera ke masjid, kemudian ia mengajar atau membaca
dua ayat dari Kitabullah, (maka hal itu) adalah lebih baik
daripada dua ekor unta, dan (jika) tiga ayat (maka hal itu)
lebih baik dari tiga unta, dan (jika) empat ayat (maka hal itu)
lebih baik dari empat unta, dan begitu seterusnya
perbandingan jumlahnya dengan jumlah untanya.”[ Shahih
Muslim (I/553)]
5.1.3 Turun ketenangan dan rahmat
Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
yang terdapat di dalam Shahih Muslim, Rasululllah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫هللا‬
ِ ‫اب‬ َ َ‫ون ِكت‬ َ ُ‫ت هللاِ يَ ْتل‬ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬ ٍ ‫ فِ ْي بَ ْي‬،‫َو َما اجْ تَ َم َع قَ ْو ٌم‬
،ُ‫ َو َغ ِشيَ ْتهُ ُم الرَّحْ َمة‬،ُ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال َّس ِك ْينَة‬
ْ َ‫ ِإالَّ نَ َزل‬،‫ارس ُْونَهُ بَ ْينَهُ ْم‬
َ ‫َويَتَ َد‬
.ُ‫ َو َذ َك َرهُ ُم هللاُ فِ ْي َم ْن ِع ْن َده‬،ُ‫َو َحفَّ ْتهُ ُم ْال َمالَِئ َكة‬
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah
(masjid), sedang mereka membaca kitab Allah (al-Qur-an)
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun
ketenangan atas mereka, dan mereka diliputi rahmat Allah,
serta para Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan menyebut-nyebut
(membanggakan) mereka pada (para Malaikat) yang ada di
dekat-Nya.”
5.1.4 Bernilai 10 kebaikan atas 1 huruf yang dibaca
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

•،‫ب هللاِ فَلَهُ بِ ِه َح َسنَةٌ َو ْال َح َسنَةُ بِ َع ْش ِر َأ ْمثَالِهَا‬ِ ‫َم ْن قَ َرَأ َحرْ فًا ِم ْن ِكتَا‬
.‫ف‬ٌ ْ‫ َو ِم ْي ٌم َحر‬،‫ف‬ ٌ ْ‫ َوالَ ٌم َحر‬،‫ف‬ ٌ ْ‫ف َحر‬ ٌ ِ‫ َولَ ِك ْن َأل‬،‫ف‬
ٌ ْ‫الَ َأقُ ْو ُل الَم َحر‬
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur-an, maka
baginya satu kebajikan, dan satu kebajikan tersebut dilipat-
gandakan menjadi 10 kali lipatnya, aku tidak mengatakan
Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam
satu huruf dan Mim satu huruf.”[ at-Tirmidzi (V/175)]

5.2 QIYAMUL LAIL


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

‫ان ِإي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬
َ ‫ض‬َ ‫َم ْن قَا َم َر َم‬
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan
mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni” (HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 759)
 

5.3 SEDEKAH
Dalam shahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata,

‫ َوَأجْ َو ُد َما‬، ‫اس‬ِ َّ‫ان النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – َأجْ َو َد الن‬ َ ‫َك‬
َ ‫ َو َك‬، ‫ين يَ ْلقَاهُ ِجب ِْري ُل‬
‫ان ِجب ِْري ُل – َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ ِح‬، ‫ان‬
َ ‫ض‬ ُ ‫يَ ُك‬
َ ‫ون فِى َر َم‬
َ ْ‫ار ُسهُ ْالقُر‬
‫آن‬ ِ ‫ فَيُ َد‬، ‫ان‬ َ ‫ال َّسالَ ُم – يَ ْلقَاهُ فِى ُكلِّ لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َر َم‬
َ ‫ض‬
ِ ‫فَلَ َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َأجْ َو ُد بِ ْال َخي ِْر ِم َن ال ِّر‬
‫يح‬
‫ْال ُمرْ َسلَ ِة‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam
bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan
tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau
setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-
Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan
bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari, no. 3554; Muslim
no. 2307)
 

5.4 I’TIKAF
Dalam hadits muttafaqun ‘alaihdisebutkan,

ِ ‫ان َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫َع ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر – رضى هللا عنهما – ق‬


َ ‫ال َك‬
‫ان‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ف ْال َع ْش َر اَأل َو‬
َ ‫اخ َر ِم ْن َر َم‬ ُ ‫– صلى هللا عليه وسلم – يَ ْعتَ ِك‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. (HR.
Bukhari, no. 2025; Muslim, no. 1171)
Mengenati aturan i’tikaf disebutkan dalam ayat,

‫ون فِي ْال َم َسا ِج ِد‬


َ ُ‫اشرُوهُ َّن َوَأ ْنتُ ْم َعا ِكف‬
ِ َ‫َواَل تُب‬
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu
beri’tikaf dalam masjid“(QS. Al-Baqarah: 187).
 

5.5 UMRAH RAMADHAN


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampernah bertanya
pada seorang wanita, “Apa alasanmu sehingga tidak ikut
berhaji bersama kami?”
Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi
minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi
oleh ayah fulan dan anaknya–ditunggangi suami dan
anaknya–. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum,
lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta
tersebut. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda,
ٌ‫ان َح َّجة‬
َ ‫ض‬َ ‫ان ا ْعتَ ِم ِرى فِي ِه فَِإ َّن ُع ْم َرةً فِى َر َم‬
ُ ‫ض‬ َ ‫فَِإ َذا َك‬
َ ‫ان َر َم‬
“Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah
Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari, no. 1782;
Muslim, no. 1256).

6 HUKUM NGALAP BERKAH


1. Syirik akbar (besar) seperti yang dilakukan oleh orang-
orang musyrik yaitu dengan berkeyakinan pohon, batu
atau kubur sebagai perantara pada Allah di mana ia
menjadikan ilah (sesembahan) tandingan bagi Allah.
2. Syirik ashgor (kecil) jika dengan menabur debu dan
mengusap badan sebagai sebab untuk dapat berkah dan
tidak punya keyakinan seperti yang pertama. Jadi
ngalap berkah itu cuma jadi sebab saja. Inilah yang jadi
keyakinan rata-rata oleh pemakai jimat yang
menjadikannya cuma sebagai sebab saja. Hukum kedua
ini tidak ada ibadah kepada selain Allah, hanya saja di
dalamnya ada keyakinan pada sebab yang tidak benar
yang tidak ditetapkan oleh syari’at.

Lihat pembahasan Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam At


Tamhid, hlm. 155.

Anda mungkin juga menyukai