“Suatu ketika ada seseorang berjalan di salah satu tanah terbuka di atas muka
bumi ini, ia mendengar suara dari arah awan berakta, ‘Siramilah kebun si fulan’.
Lalu awan itu bergerak dan mencurahkan airnya pada harrah (sebuah tempat
yang penuh dengan bebatuan). Tiba-tiba air tersebut turun di salah satu saluran
air yang ada di harrah tersebut. Maka orang tersebut mengikuti ke arah air
tersebut mengalir. Maka ia mendapati ada seseorang berdiri di kebunnya sambil
memegang cangkulnya untuk mengarahkan air. Ia bertanya padanya, ‘Wahai
hamba Allah, siapa namamu?’ Orang tersebut menjawab, ‘Fulan’ -namanya
seperti nama yang ia dengar dari arah awan-. Orang itu bertanya, ‘Wahai
hamba Allah, kenapa kau tanya namaku?’ Ia menjawab, ‘Aku mendengar suara
di awan berkata: Siramilah kebun si fulan, dan fulan tersebut adalah namamu.
Apa yang kau lakukan dengan kebunmu?’ Ia menjawab, ‘Karena kau
mengatakan seperti itu, maka ketika aku melihat hasil yang keluar dari
kebunku, aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama
keluargaku, dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun untuk ditanam’.”([1])
1
Berbicara tentang keberkahan, maka keberkahan dalam bahasa Arab diambil
dari kata ِبرَك ٌةyang artinya adalah ‘ َك ْث َر ُة اْلَخ ْي ِر َو ُثُبوُت ُهkebaikan yang banyak lagi
menetap’. Artinya, ketika seseorang mendapatkan kebaikan yang banyak, maka
dikatakan bahwa dia telah mendapatkan keberkahan.
Allah ﷻ, ketika telah memberikan keberkahan kepada seseorang, bisa jadi
Allah ﷻmenurunkan keberkahannya pada umurnya, kepada istrinya, kepada
anak-anaknya, kepada hartanya dan yang lainnya. Intinya, keberkahan Allah
turunkan kepada seseorang melalui jalan mana yang Allah ﷻkehendaki.
Lihatlah kepada Sa’ad bin Mu’adz radhiallahu ‘anhu. Sa’ad bin Mu’adz tidaklah
masuk Islam kurang lebih hanya sekitar tujuh atau delapan tahun. Akan tetapi,
ketika Sa’ad bin Mu’adz meninggal dunia, Nabi Muhammad ﷺmengatakan,
Umur yang sangat singkat dalam Islam, akan tetapi Allah ﷻmemberikan
keberkahan pada umurnya dengan keutamaan tersebut.
2
Selain itu, terkadang Allah ﷻjuga memberikan keberkahan melalui istri,
yaitu dengan kesalehan seorang istri. Nabi Muhammad ﷺbersabda,
ُتِع يُن َأَح َد ُك ْم َع َلى َأْم ِر، َو َز ْو َج ًة ُم ْؤ ِم َنًة، َو ِلَس اًنا َذ اِكًرا،ِلَيَّتِخ ْذ َأَح ُد ُك ْم َقْلًبا َش اِكًرا
اآْل ِخ َرِة
“Hendaknya salah seorang dari kalian menjadikan hati yang bersyukur, lisan
yang berdzikir, dan istri mukminat yang menolong salah seorang dari kalian
dalam urusan akhiratnya.”([3])
Di sisi lain, ada istri yang tidak berkah. Dia menjadi istri yang kerjanya hanya
menghabiskan uang suaminya, tidak pernah berterima kasih kepada suaminya,
tidak pernah menghargai suaminya, maka ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ
terkadang memberkahi seseorang pada istrinya atau tidak.
Oleh karenanya, kita harus berusaha untuk bisa mendapatkan keberkahan dari
Allah ﷻpada perkara-perkara yang kita miliki, baik pada umur, pada
keluarga, atau pada harta kita, agar kelak kita bertemu dengan Allah ﷻ
dengan membawa banyak keberkahan dan segudang pahala yang akan kita
panen hasilnya di akhirat kelak.
َأٌقوُل َقْو ِلي َهَذ ا َو َاْسَتْغ ِفُر َهللا ِلي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن ِم ْن ُك ِّل َذْنٍب َو َخ ِط يَئٍة
َفَأْسَتْغ ِفُر ُه ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفوُر الَّر ِح يُم
3
Khutbah Kedua
َو َأْش َهُد َأن اَل ِإَلَه ِإاَّل هللا، َو الُّشْك ُر َلُه َع َلى َتْو ِفيِقِه َو اْمِتَناِنه،اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َع َلى ِإْح َس اِنِه
َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُلُه الَّد اِع ي ِإَلى،َو ْح َد ُه اَل َش ِريَك َلُه َتْع ِظ يًم ا ِلَش ْأِنِه
َألَّلُهَّم َصِلى َع َليِه وَع َل َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو ِإْخ َو اِنِه،ِر ْض َو اِنِه
Ma’asyiral muslimin, bagaimana cara agar seseorang bisa meraih keberkahan?
Ada banyak cara yang bisa seseorang lakukan untuk meraih keberkahan, antara
lain:
َو َلْو َأَّن َأْهَل اْلُقَر ٰى آَم ُنوا َو اَّتَقْو ا َلَفَتْح َنا َع َلْيِهم َبَر َك اٍت ِّم َن الَّس َم اِء َو اَأْلْر ِض
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf:
96)
َو َأن َّلِو اْسَتَقاُم وا َع َلى الَّطِريَقِة َأَلْس َقْيَناُهم َّم اًء َغ َد ًقا
“Dan jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),
sungguh Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki
yang banyak).” (QS. Al-Jin: 16)
Maka tidak diragukan lagi bahwa barang siapa yang bertakwa kepada Allah
ﷻ, maka Allah ﷻakan berkahi dia pada dirinya, keluarganya, dan pada
perkara-perkara yang dia miliki lainnya dengan ketakwaan kepada Allah ﷻ.
4
Berdoa kepada Allah ﷻadalah salah satu cara untuk mendapatkan
keberkahan dari-Nya. Di antara doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ
untuk meminta keberkahan antara lain seperti yang biasa kita baca dalam
qunut,
الَّلُهَّم اْهِد َنا ِفيَم ْن َهَد ْيَت َو َع اِفَنا ِفيَم ْن َع اَفْيَت َو َتَو َّلَن ا ِفيَم ْن َت َو َّلْيَت َو َب اِر ْك َلَن ا ِفيَم ا
َأْع َطْيَت َو ِقَنا َش َّر َم ا َقَض ْيَت
“Ya Allah, berikanlah kami petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri
petunjuk, Berilah kami keselamatan, sebagaimana orang yang telah Engkau
beri keselamatan. Jadilah wali bagi kami, sebagaimana Engkau telah menjadi
wali bagi hamba-Mu yang Engkau kehendaki. Berilah berkah pada segala
yang telah Engkau berikan kepada kami. Jauhkanlah kami dari segala
kejahatan yang telah Engkau pastikan.”
Oleh karena itu, kalau kita mau membaca hadis-hadis tentang kisah para
sahabat, maka akan kita jumpai di mana Nabi Muhammad ﷺsangat sering
mendoakan para sahabat, sehingga akhirnya mereka mendapatkan keberkahan
berkat doa Nabi Muhammad ﷺ.
Di antaranya seperti yang dialami oleh Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Tatkala
ia diantar oleh ibunya Ummu Sulaim kepada Nabi Muhammad ﷺ, maka
Ummu Sulaim meminta kepada Nabi Muhammad ﷺuntuk mendoakan Anas
bin Malik. Maka Nabi Muhammad ﷺkemudian berdoa untuk Anas bin Malik,
َو َباِرْك َلُه ِفيَم ا َأْع َطْيَتُه، َوَو َلَد ُه،الَّلُهَّم َأْك ِثْر َم اَلُه
“Ya Allah, karuniailah dia harta dan anak yang banyak dan berkahilah terhadap
apa yang telah Engkau berikan kepadanya.”([5])
Akhirnya, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu pun diberkahi oleh Allah ﷻ,
sehingga memiliki harta yang banyak, memiliki keturunan yang banyak, sampai
Anas bin Malik menuturkan bahwa anak dan cucunya lebih dari seratus orang.
([6])
الَّلُهَّم ِإَّنُه َال َخْيَر ِإاَّل َخ ْيُر اآلِخَر ْه َفَباِر ْك ِفي اَألْنَص اِر َو اْلُمَهاِج َر ْه
5
“Ya Allah, sesungguhnya tidak ada kebaikan melainkan kebaikan akhirat. Maka
itu berkahilah Kaum Anshar dan Muhajirin.”([7])
Masih ada banyak lagi doa-doa Nabi Muhammad ﷺkepada para sahabat
agar mereka diberikan keberkahan. Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha
untuk berdoa meminta keberkahan, baik kepada diri kita maupun kepada orang
lain, sebagaimana sunah bagi orang yang diundang makan oleh saudaranya
untuk mendoakan keberkahan kepadanya,
َو اْغ ِفْر َلُهْم َو اْر َح ْم ُهْم، الَّلُهَّم َباِر ْك َلُهْم ِفيَم ا َر َز ْقَتُهْم
“Ya Allah berikanlah keberkahan kepada mereka dari rezeki yang Engkau
berikan kepada mereka, dan ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.”([8])
َو َم ْن َيْأُخ ْذ َم ااًل ِبَغْيِر َح ِّقِه َفَم َثُلُه َك َم َثِل اَّلِذ ي َيْأُك ُل،َيْأُخ ْذ َم ااًل ِبَح ِّقِه ُيَباَر ْك َلُه ِفيِه َم ْن
َيْش َبُع َو اَل
“Barang siapa yang mengambil harta yang menjadi haknya maka akan
diberikan keberkahan kepadanya, Dan barang siapa yang mengambil harta
yang bukan menjadi haknya maka ia adalah seperti orang yang selalu makan
dan tidak pernah merasa kenyang.”([9])
Artinya, orang yang mengambil harta dengan cara yang haram, maka dia akan
mengumpulkan harta yang banyak, namun tidak pernah puas dan cukup
dengan apa yang dia dapatkan. Secara zahir hartanya banyak, tapi
kenyataannya ia tidak pernah puas dan selalu merasa kurang karena harta dia
peroleh dengan cara yang haram.
َو َم ْن َأَخ َذ ُه، َفَم ْن َأَخ َذ ُه ِبَس َخ اَو ِة َنْفٍس ُبوِرَك َلُه ِفيِه، ِإَّن َهَذ ا اْلَم اَل َخ ِض ٌر ُح ْلٌو
َو َك اَن َك اَّلِذ ي َيْأُك ُل َو َال َيْش َبُع،ِبِإْش َر اِف َنْفٍس َلْم ُيَباَر ْك َلُه ِفيِه
6
“Harta itu hijau lagi manis, maka barang siapa yang mencarinya dengan jiwa
yang tidak tamak, maka ia akan diberkahi pada hartanya. Namun barang siapa
yang mencarinya untuk keserakahan (tamak), maka harta itu tidak akan
memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang.”([10])
Harta itu tentu menyenangkan, dan kita yakin bahwa tidak ada orang yang
tidak senang dengan harta yang banyak. Namun, dalam hadis tersebut Nabi
Muhammad ﷺmengingatkan bahwa keberkahan pada harta hanya akan
diberikan kepada orang yang mencari harta tanpa rasa tamak dan serakah.
Adapun yang mencari harta dengan cara yang tamak dan serakah, maka tidak
ada baginya keberkahan seperti orang yang senantiasa makan namun tidak
pernah kenyang.
Maka dari itu, saat mencari rezeki, janganlah kita tamak dan serakah.
Hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah ﷻatas apa yang telah
Allah ﷻberikan. Tidak terlarang bagi kita untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya, namun jangan sampai ada rasa tamak dalam pencarian tersebut,
karena hal itu bisa menghilangkan keberkahan pada harta yang kita cari.
4. Kejujuran
Nabi Muhammad ﷺpernah bersabda,
َو ِإْن َك َذ َبا، َفِإْن َص َد َقا َو َبَّيَنا ُبوِر َك َلُهَم ا ِفي َبْيِع ِهَم ا،الَبِّيَع اِن ِبالِخَياِر َم ا َلْم َيَتَفَّر َقا
َو َكَتَم ا ُمِح َقْت َبَر َك ُة َبْيِع ِهَم ا
“Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk
melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah.
Jika keduanya jujur dan menampakkan cacat dagangannya maka keduanya
diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan cacatnya dan berdusta
maka akan dicabut keberkahan jual belinya.”([11])
Seseorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, dan jujur dalam
segala hal yang dia lakukan, maka dia akan diberkahi oleh Allah ﷻ. Namun,
apabila dia berdusta dan menutup-nutupi aib yang seharusnya ditampakkan
seperti dalam jual-beli, maka akan dicabut keberkahan darinya.
Ma’asyiral muslimin, inilah beberapa hal yang bisa membantu kita untuk bisa
mendapatkan keberkahan dari Allah ﷻ. Dari sini pula kita belajar
bahwasanya yang menjadi patokan seseorang itu diberkahi oleh Allah ﷻ
bukan dengan jumlah yang banyak. Betapa banyak orang yang memiliki harta
berlimpah, tapi ternyata hartanya tersebut tidak diberkahi oleh Allah ﷻ
dengan kegelisahan yang menyelimuti kehidupannya, dengan banyaknya
7
masalah yang dia hadapi, tidak bisa berbakti kepada orang tuanya, tidak
pernah merasa cukup, dan yang lainnya.
Di sisi lain, mungkin ada seseorang yang penghasilannya tidak banyak. Namun,
dengan penghasilan tersebut dia bisa membangun rumahnya, dia bisa berbakti
kepada orang tuanya, penghasilan tersebut pula dia bisa mencukupkan istri dan
anak-anaknya, dan bahkan banyak tamu yang dia bisa layani, itu semua karena
.ﷻ dia diberkahi oleh Allah
ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا
الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َحَّمٍد َ ،و َع َلى آِل ُم َحَّمٍد َ ،ك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهيَم َ ،و َع َلى آِل
ِإْبَر اِهيَم ِ ،إَّنَك َحِم يٌد َم ِج يٌد َ ،و َباِر ْك َع َلى ُمَح َّمٍد َ ،و َع َلى آِل ُم َحَّمٍد َ ،ك َم ا َباَر ْك َت َع َلى
ِإْبَر اِهيَم َ ،و َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم ِ ،إَّنَك َحِم يٌد َم ِج يٌد
َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَألْح َياِء ِم ْنُهْم َو ْاَألْم َو اِت
ِإَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُم ِج ْيُب الَّد َع َو اِت َو َيا َقاِض َي اْلَح اَج اْت
الَّلُهَّم آِت ُنُفْو َس َنا َتْقَو اَها َو َز ِّك َها َأْنَت َخ ْيُر َم ْن َز َّك اَها َأْنَت َو ِلُّيَها َو َم ْو اَل َها
َر َّبَنا َظَلْم َنا َأنُفَس َنا َو ِإن َّلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َحْم َنا َلَنُك وَنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِريَن
الَّلُهَّم اْغ ِفْر َلَنا َم ا َقَّد ْم نا َو َم ا َأَّخ ْر َنا َو َم ا َأْس َر ْر َنا َو َم ا َأْع َلَّنا َو َم ا َأْنَت َأْع َلُم ِبِه ِم َّنا ،أْنَت
اْلُم َقِّد ُم َ ،و أْنَت اْلُم َؤ ِّخ ُر ال إله إَّال أْنَت
َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفي اآْل ِخَر ِة َحَس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر
8