HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simeulue di mulai sejak tahun 2002,
peletakan batu pertama dilakukan oleh Wakil Presiden RI Bapak Hamzah Haz
pelayanan RSUD Simeulue oleh Ketua DPRD Aceh Bapak Muhammad Yuspada
tanggal 5 April 2002. Rumah Sakit Daerah Simeulue mulai dibangun tahun 2002
diatas areal seluas 3,880 hektar are dengan menggunakan dana APBD dan
APBN selama 3 tahun anggaran dan pada tanggal 28 Agustus 2004 gedung RSUD
1149/MENKES/SK/VIII/2003.
luas wilayah 2125,12 km persegi terdiri dari 10 kecamatan dan 138 Desa dengan
jumlah penduduk 86.154 jiwa, letak pulau yang terpisah jauh dari pulau Sumatera,
namun saat ini dengan sarana jalan yang sudah memadai dan dapat terjangkau
dengan roda 2 dan roda 4 keseluruh Kecamatan adalah merupakan salah satu
82
83
Visi:
Misi:
Simeulue.
Fungsi
yang definitif yakni Dokter Spesialis Obgyn, Dokter Spesialis Anak, Dokter
Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Syaraf dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
yang merupakan tenaga tetap, sementara Dokter Spesialis Paru, Spesialis Jiwa,
4.1.3. Fasilitas
A. Rawat Jalan
2. Poliklinik Bedah
3. Poliklinik Obgyn
5. Poliklinik Neurologi
6. Poliklinik Gigi
7. Poliklinik Mata
8. Poliklinik THT
9. Poliklinik Paru
B. Rawat Inap
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa sebagian besar pasien infeksi
Daerah Operasi Post SC adalah IRT, yaitu 30 responden (37,5%). Dan responden
yang paling sedikit pasien infeksi Daerah Operasi Post SC PNS/Pegawai Swasta
4.2.3. Paritas
Tabel 4.3.
(51,3%) responden.
88
4.3.2. Obat-Obatan
Berdasarkan tabel 4.7 dari 80 responden yang minum obat sesuai dengan
anjuran dokter kategori tidak patuh sebanyak 46 (57,5%) responden, yang minum
(57,5%)responden.
89
4.3.3. Penyakit
Jawaban
Total
Pernyataan Ya Tidak
F % f % f %
Apakah ibu menderita suatu penyakit
tertentu
Deabetes mellitus
15 18,8 65 81,2 80 100
Hypertensi
Hepatitis) sebelum melakukan operasi
post SC
Jawaban
Total
No Pernyataan Ya Tidak
F % f % f %
1 Apakah setiap 1x seminggu kasa
27 33,7 53 66,3 80 100
diganti
2 Apakah jika keluar darah dari tempat
34 42,5 46 57,5 80 100
luka kasa diganti dengan yang baru
90
Jawaban
No Pernyataan Ya Tidak
F % F % F %
3 Apakah luka pernah terkena
26 32,5 54 67,5 80 100
air/lembab
4 Apakah luka tetap terjaga
24 30 56 70 80 100
kebersihannya.
baik 35 orang (43,8%) dan yang tidak baik sebanyak 45orang (56,3%).
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pasien Infeksi Daerah Operasi
Post SC di Rumah Sakit Umum Daerah Simelue Tahun 2018.
Status Gizi Frekuensi (f) Persentase (%)
(<18,5 dan > 25) Tidak Normal 42 52,5
(18,5 - 24.9) Normal 38 47,5
Total 80 100
Berdasarkan tabel 4.13 dari 80 responden yang status gizi kategori 18,5 -
24.9 normal sebanyak 38(47,5%) responden, dan yang status gizi kategori < 18,5
yang diduga berhubungan atau korelasi, yakni untuk mengetahui hubungan antara
responden kategori (19 – 35 tahun) Tidak Resti ada 8 (10,0%) yang infeksi dan 31
sebesar 0,000<0,05 artinya ada hubungan umur dengan infeksi Daerah Operasi
Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 13,778(95% CI: 4,713 – 40,281)
Interprestasi: responden yang kategori (> 35tahun) Restiberisikio 13,778 kali lebih
besar mengalami kejadian infeksi Daerah Operasi Post SC dibanding yang umur
kejadian infeksi Daerah Operasi Post SC. Kategori tidak patuh 32 (40,0%)
kategori patuh ada 8 (10,0) responden yang infeksi dan 26 (32,5%) respondenyang
tidak infeksi. Hasil uji chi-square diperoleh p-value sebesar 0,000<0,05 artinya
ada hubungan obat-obatan dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd
Ratio (OR) yaitu 7,429 (95% CI: 2,703-20,419) Interprestasi: responden yang
tidak patuh minum obat berisikio7,4 kali lebih besar infeksi dibanding yang patuh
minum obat.
infeksi. Dari 65 responden yang penyakit kategori tidak ada sebanyak 26 (81,3%)
dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 21,000 (95%
berisikio21,000 kali lebih besar infeksi dibanding yang tidak ada penyakit
Hubungan antara Kebersihan diri dengan Infeksi Daerah Operasi Post SC,
tidak baik sebanyak 34 (42,5%) responden yang infeksi dan 9 (11,3%) responden
Hasil uji chi-square diperoleh p-value sebesar 0,000<0,05 artinya ada hubungan
kebersihan diri dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR)
diri kategori tidak baik berisikio19,519 kali lebih besar infeksi Daerah Operasi
Hubungan antara Status Gizi dengan Infeksi Daerah Operasi Post SC,
tidak normal sebanyak 34 (42,5%) responden infeksi dan 8 (10%) responden tidak
infeksi dan. Dari 38 responden kategori status gizi normal, sebanyak 6 (7,5%)
responden yang infeksidan 32 responden(40%) yang tidak infeksi. Hasil uji chi-
95
dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 22,667 (95%
kali lebih besar infeksi Daerah Operasi Post SC dibanding yang status gizi
kategori normal.
independen layak dimasukkan jika nilai p-value < 0,25. Kelima variabel bebas
obatan, penyakit, kebersihan diri dan status gizi) dalam menjelaskan variabel
dependen sebesar 0,638 atau 63,8 % dan terdapat 100% - 63,8% = 36,2% faktor
lain diluar model yang menjelaskan variable independen seperti peran petugas
Observed Predicted
Infeksi Luka operasi Percentage
Infeksi Tidak Infeksi Correct
Infeksi Luka operasi Infeksi 36 4 90,0
Tidak Infeksi 3 37 92,5
Overall Percentage 91,3
a. The cut value is .500
namun mengalami yaitu sebanyak 3 orang. Jumlah pasien yang mengalami infeksi
dan yang seharusnya mengalami infeksi namun tidak mengalami infeksi sebanyak
4 orang.
0,9125/ 91% yang berarti ketepatan model penelitian ini adalah sebesar 91%
(tinggi)
95% C.I.for
EXP(B)
Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Umur 2,670 1,010 6,981 1 0,008 14,437 1,992 104,616
Penyakit -1,208 1,333 0,821 1 0,365 0,299 0,022 4,076
Obat-Obatan -3,178 1,269 6,271 1 0,012 0,042 0,003 0,501
Kebersihan -2,994 1,048 7,897 1 0,005 0,053 0,007 0,410
Status Gizi -4,403 1,339 10,818 1 0,001 0,012 0,001 0,169
Constant 4,412 1,508 8,559 1 0,003 82,463
97
Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa proses seleksi dengan metode
enter. Interpretasi data adalah variabel yang berpengaruh terhadap infeksi Daerah
2. Penyakit pasien p-value<0,05 didapat (P=0,365 < 0,05) yang berarti tidak
infeksi akan lebih beresiko lebih lama sembuh sebesar 14,437 kali lipat
yangkategori infeksi akan lebih beresiko lebih lama sembuh sebesar 0,299
kali lipat dibandingkan dengan responden yang kategori tidak infeksi post
98
3. Nilai Exp (β) variabel obat-obatan sebesar 0,042 artinya responden yang
kategori infeksi akan lebih beresiko lama sembuh sebesar 0,042 kali lipat
4. Nilai Exp (β) variabel kebersihan diri 0,053 artinya responden yang
kategori infeksi akan lebih beresiko lama sembuh sebesar 0,053 kali lipat
5. Nilai Exp (β) variabel status gizi 0,012artinya responden yang kategori
infeksi akan lebih beresiko lama sembuh sebesar 0,0017 kali lipat
6. Berdasarkan nilai β setiap variabel dalam model terbaik hasil analisis data
=0.03097 = 3%
Pasien yang umur resti , obat-obatan yang diminum tidak patuh, kebersihan diri
tidak baik dan status gizi tidak normal 0,030 (3%) kali infeksi operasi post SC.
menemui informan, yaitu ke Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue karena baik
informan kunci, informan utama dan informan tambahan ada di Rumah Sakit
dan kepala staf poli kandungan kapan bersedia melakukan wawancara mendalam
tentang pasien yang infeksi post SC di Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue.
Sedangkan informan tambahan adalah pasien yang sedang berada diruang tunggu
Waktu yang ditetapkan oleh informan kunci adalah sekitar pukul 10.30 –
13.00 WIB. Informan utama menetapkan waktu wawancara dengan peneliti pukul
13.00 WIB karena pada waktu pagi harinya informan sibuk melayani pasien yang
berobat ke poli kandungan yang bertepatan jam dinas pagi. Informan tambahan
sengaja peneliti membuat jadwal di pagi hari sebab sore hari tidak ada pelayanan
poli kandungan untuk pasien berobat jalan karena poli sudah tutup. Saat informan
100
Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yaitu kasie ruang rawat
kandungan, dan 2 orang pasien yang sedang ditemui berada diruang tunggu
yakni pasien yang akan menjalani operasi hanya dilakukan cek darah lengkap dan
102
lengkap tapi minimal pemeriksaan laboratorium adalah (Hb, AL, AT, CT, BT,
yakni pasien yang infeksi post oprasi SC ada 2 oarang setiap minggu, dalam
sebulan kadang-kadang ada 1-2 orang yang melakukan jahit ulang, sebab terbuka
dengan infeksi operasi post SC, Ny E post operasi 7 hari, datang kontrol ke poli
kandungan dan opname kembali dengan bekas luka operasi masih sakit serta
jahitan ada yang terbuka/lepas, basah, bernanah dan sedikit keluardarah, akan
dilakukan jahit ulang pada luka bekas operasi yang terbuka. Perawatan dirumah
103
kurang diperhatikan oleh responden. Ibu dengan aktivitas kebersihan diri (mandi)
hanya mengelap badan dengan kain basah. Sering menyentuh dengan menekan
nekannya bekas operasi karena ada rasa gatal di tempat bekas jahitan luka operasi.
Ada sekali – kali mengangkat beban yang berat dan membungkuk, waktu istirahat
kurang dengan memberikan asi pada bayi malam hari saat bayi menagis/rewel,
namun itu memakai pakaian longgar agar tidak tertekan bekas luka oprasi, dan
pernah sekali sesudah 4 hari pulang dari rumah sakit mengganti plester dengan
post operasi SC 7 hari. Luka bekas operasi kadang –kadang berdenyut jika banyak
dari rumah sakit ibu mandi dengan menutup luka bekasoperasi dengan kain kassa
lembut yang diatasnya dilapisi plester kedap air. Ada melakukan aktivitas
mencuci popok dan menganggakat beban berat seperti kain basah yang berisi
popok bayi dalam ember, namun ibu tidak membungkung saat mengangkat ember
tapi dengan menekuk lutut. Sesudah 4 hari pulang dari rumah sakit ada
memanggilnya kerumah.
tidak memakan makanan yang rasa pedas dan kadang-kadang makan yang
bersantan. Aktivitas buang air besar agak sulit, sesudah 4 hari pulang dari rumah
sakit baru bisa buang air besar sesudah sering minum jus papaya, kemudian sekali
104
dalam 2 hari buang air besar.Sering sarapanbubur sum-sum. Ada sayuran bening,
ikan, telor, terkadang minum susu, daging ayam, daging sapi, makan buah-
buahan jika tersedia di rumah dan banyak minum jika merasa haus.
Informan 2 Ny En, tidak makan makanan yang pedes- pedas, serta yang
bersanta. Aktivitas buang besar sulit, dan itu terjadi sejak masih keadaan hamil,
terkadang minum obat pencahar agar lancar buang air besar. Kurang mau makan
yang makanan yang mudah dicerna seperti bubur, ikan dikukus. Makan sayuran
bening tiap hari, telor, ayam dan sekali-kali daging sapi, namun tidak mau minum
susu hanya minum teh manis hangat.Sering makan buah seperti jeruk, atau buah
4.8.3. Mobilisasi.
sewaktu dirumah sakit pada 6-8 jam pertama post operasi, ibu latihan nafas dalam
sebanyak 3-4 kali, lalu menggerakan tangan dan kaki, menekuk dan meluruskan
kaki, memutar pergelangan kaki sebanyak 2-3 kali, miring kekanan dan ke kiri
dengan dipandu oleah bidan. Sesudah 24 jam ibu baru berani duduk, kemudian
kadang- kadang ada jemur pakaian dan nyapu. Tidak melakukan olah ragasebab
Informan 2 Ny sewaktu dirumah sakit pada 6-8 jam pertama post operasi,
ibu mulai disuruh sama bu bidan latihan nafas dalam sebanyak 3-4 kali, lalu
pergelangan kaki sebanyak 2-3 kali, ada miring kekanan dan ke kiri. Mencoba
105
BIODATA
a. Identitas passion
Nama : Ny. T
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMU
Umur : 28 tahun
Aceh Simeulue
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMU
b. Keluhan utama
Gravida :G1P0A1
HPHT : 5-10-2017
TTP : 12-6-2018
106
Penolong : dokter
d. Riwayat menstruasi
Lamanya : 7 hari
Siklus : 30 hari
caesarea elektif pada hari jumat tanggal 9Juli 2018. Ny. T post
hilang timbul. Ny.T merasakan nyeri pada saat bergerak dengan skala
DM dan hipertensi.
f. Riwayat kontrasepsi
1. Pola nutrisi
2. Pola eliminasi
4-6x/hari
belumBAB
3. Pola aktivitas
mobilisasi
4. Pola istirahat
tanpa gangguan
108
j. Data spiritual
2. Perawatan payudara
perawatan buah dada dilakukan setiap hari dengan cara masase dan
membersihkan mamae.
3. Perawatan perenium
109
A. Pemeriksaan fisik
2. Kesadaran : Composmentis
Suhu 37,8 oC
4. Pemeriksaan fisik
ada luka
9. Mulut : gigi masih utuh, lidah masih bersih, nafas tidak bau,
11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjaran
tyroid
110
14. ektremitas : tidak ada edema, pada ektremitas atas terpasang IVFD RL
DATA FOKUS
- KU lemah
- HB =11,2 gr %
- HT = 34,0%
- Leukosit = 20.800/mm3
111
- Trombosit= 321.000
tahanan
Diagnosa keperawatan
operasi ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-
5 nyeri sedang, Post op hari ke-1, ekspresi wajah meringis, Terdapat luka
SCditandai dengan Klien mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah,
Terdapat luka insisi pada daerah abdomen 12 cm, pada luka post SC tampak
merah dan bengkak, T : 37,8ºC RR: 24x/I TD : 120/80 mmHg HR: 89 x/I,
hari ke-1, KU lemah, Nampak luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm.
PEMBAHASAN
Infeksi luka operasi hal yang paling mungkin terjadi, karena pembedahan
merupakan tindakan yang dengan sengaja membuat luka pada jaringan dan
merupakan suatu tempat jalan masuk dari bakteri, sehingga membutuhkan tingkat
sterilitas yang maksimal dan juga orang-orang yang ikut dalam operasi harus
dibatasi jumlahnya. Infeksi luka operasi terdiri dari superfisial, dalam dan organ
beberapa bekteri, yaitu bakteri gram negatif, gram positif, dan bakteri anaerob.
Gejala yang muncul seperti tanda-tanda inflamasi, yaitu terasa panas, nyeri,
nanah dari tempat luka. Berkembangnya infeksi tergantung dari beberapa faktor
diantaranya yaitu jumlah bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri,
pertahanan tubuh host dan faktor eksternal lainnya. Juga terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat mencetuskan terjadinya infeksi luka operasi, yaitu faktor pasien,
infeksi luka operasi pada dasarnya adalah dengan menjaga sterilitas, meminum
obat dengan teratur sesuai dengan yang dianjurkan, menjaga kebersihan disekitar
daerah luka dengn juga menjaga jangan sampai luka lembab atau terkena air, serta
memperhatiakn status gizi yang baik. Dalam hal saat melakukan operasi yaitu
112
113
responden, dan yang tidak infeksi Daerah Operasi Post SC sebanyak 40(50,0%)
responden. Hasil uji analisis bivariat, semua variabel yakni umur, obat-obatan,
penyakit, kebersihan diri, status gizi, mempunyai hubungan dengan infeksi post
operasi SC, dalam uji analisis multivariat, status gizi variabel umur, obat-obatan,
kebersihan diri ada pengaruh terhadap infeksi oprasi post SC,namun variabel
Operasi Pascabedah Sesar. Infeksi luka operasi (ILO) adalah bagian dari infeksi
5% dari 27 juta pasien yang dioperasi setiap tahun dan 25% dari jumlah infeksi
status gizi, jenis operasi, lama rawat prabedah, kadar Hb, transfusi darah, waktu
rawat pascabedah dengan kejadian ILO pada pasien pascabedah sesar di RSUP
waktu pemberian antibiotik profilaksis (OR = 1,16; 95% CI = 1,09 - 1,37), lama
rawat prabedah (OR = 1,12; 95% CI = 1,02 - 1,24) dan lama rawat pascabedah
(OR = 1,21; 95% CI = 1,04 - 1,39) dengan kejadian ILO. Faktor lainnya tidak
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian ILO. Hasil uji regresi
logistik ganda menemukan lama rawat pascabedah merupakan faktor yang paling
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi.
Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10
hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup
Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga
dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada
jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh,
yaitu: 1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah
operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah
bekas insisi. 2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah
operasi dimana tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan
jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan
infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai
jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi. 3. Organ atau ruang, yaitu
infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan
alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam
maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan
luka operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada
daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena manipulasi yang terjadi.
limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut kurang elastis.
Usia reproduksi sehat adalah usia yang aman bagi seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan yaitu usia 20-35 tahun. Kulit utuh pada dewasa muda yang sehat
merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis dan juga infeksi,
begitupun yang berlaku pada efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler dan
usia > 35 tahun fungsi-fungsi organ reproduksi mulai menurun, sehingga berisiko
untuk menjalani kehamilan, karena usia 35 tahun atau lebih merupakan kriteria
kehamilan risiko tinggi (KRT), setiap kehamilan dengan faktor risiko tinggi akan
menghadapi ancaman morbiditas atau mortalitas ibu dan janin, baik dalam
perubahan yang terjadi di kulit yaitu frekuensi penggunaan sel epidermis, respon
inflamasi terhadap cedera, persepsi sensoris, proteksi mekanis, dan fungsi barier
terhadap infeksi pada pasien yang post operasi SC, dalam hal ini umur menjadi
bahwa usia (19 - 35 tahun) yang dikategorikan Tidak Resti dari 80 ada 39 responden
116
yang mengalami infeksi operasi post SC, sedangkan yang di kaegorikan Resti (> 35)
hanya 41 responden. Maka dapat disimpulkan usia dapat menbentuk pola pikir seseorang
dalam menyikapi proses penyembuhan, dalam hal ini proses penyembuahan post opsrasi
SC. usia muda dalam kategori tidak resti belum sepenuhnya menyadari pentingnya
menjaga dan perawatan yang baik sesudah masa operasi post SC, sebab rata-rata pasien
ketika di tanyai kenapa tidak teratur minum obat, jawaban responden tidak suka minum
obat, sedangkan untuk usia yang lebih matang dalam kategori (> 35 resti ) jawabannya
walaupun responden tidak begitu suka dengan obat-obatan namun untuk mempercepat
penyembuhan responden meminumnya dengan teratur dan rajin kontrol. Begitu juga
dengan kebersihan diri, rata- rata yang melahirkan anak pertama lebih bergantung dengan
ibu atau saudara lainnya untuk merawat dirinya, alasannya sakit dan tidak bisa apa-apa.
Usia dari hasil penelitian ini lebih ke faktor prilaku responden, sebab
bukan karena usia yang dapat menganggu semua tahap penyembuhan luka seperti:
antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut
kurang elastis. Karena usia disini masih usia reproduksi sehat yang aman bagi
seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu usia 19-35 tahun.
Hasil penelitian bahwa39 responden umur (19 - 35 tahun) tidak resti dengan
kejadian infeksi Daerah Operasi Post SC. Kategori (19 – 35 tahun) Tidak Resti ada
31 (48,8%) responden yang tidak infeksi dan 8 (10,0%) yang infeksi. 41 responden
umur (> 35tahun) Resti dengan kejadian infeksi Daerah Operasi Post SC. Kategori
(> 35 tahun) Resti sebanyak 9 (11,3%) responden yang tidak infeksi dan 31
(41,2%) yang infeksi. Hasil uji chi-square diperoleh p-value sebesar 0,000<0,05
117
artinya ada hubungan umur dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd
Ratio (OR) yaitu 14,437 (95% CI: 1,992 – 104,616) Interprestasi: responden yang
kategori (> 35tahun) Resti berisikio14,437 kali lebih besar mengalami kejadian
infeksi Daerah Operasi Post SC dibanding yang umur (19 - 35 tahun) tidak resti.
Hasil Uji multivariate Umur pasien p-value<0,05 didapat (P=0,008< 0,05) yang
berarti ada pengaruh umur terhadap infeksi Daerah Operasi Post SC.
(< 35 tahun) dengan penyembuhan kurang baik sebanyak 6 orang (46,2%) dan
35 tahun) dengan penyembuhan luka kurang baik sebanyak 7 orang (53,8%) dan
penyembuhan luka baik sebanyak 25 orang (21,9%). Hasil uji statistik Chi-Square
Luka, karakteristik responden terbanyak menurut usia adalah usia < 35 tahun
(74,8 %). didapatkan nilai ρ = 0.019 (α < 0.05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan proses penyembuhan
luka, dengan Odds Ratio (OR) = 4.153, artinya responden yang berusia ≥ 35 tahun
memiliki risiko proses penyembuhan luka kurang baik sebanyak 41,5 kali
Tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula
bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis
tubuh. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat
demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat
bedah pada klien dengan operasi bersih terkontaminasi dan beberapa operasi
Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi kotor, profilaksis bukan
yang ada pada jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.
Pasien akan lebih cepat sembuh jika dalam pikirannya tidak ada keragu-
raguan tentang jenis dan khasiat obat yang dipakainya. Hal ini telah dibuktikan
permukaan kulit para relawan. Para relawan diminta memberi skor rasa sakit
dengan rentang 0-100 dan diperoleh skor rata-rata yakni 66.Selanjutnya para
relawan mendapat obat pereda nyeri dari golongan opiat lewat injeksi intravena.
Tanpa diberi tahu obat apa yang diinjeksikan, para relawan diminta menilai lagi
rasa sakitnya dan ternyata rata-rata berkurang menjadi 55.Begitu tahu bahwa obat
yang disuntikkan adalah pereda nyeri, rata-rata skor rasa nyeri menjadi semakin
rendah yakni 39. Penurunan intensitas nyeri ini menunjukkan bahwa dengan
meyakini fungsi obat yang diberikan, pasien lebih banyak mendapat manfaat dari
obat tersebut.
119
Dokter harus lebih jelas memberikan info ke pasien obat ini untuk apa,
sehingga pasien mengerti fungsi obatnya dan ketika minum yakin akan manfaat
obat tersebut sehingga memberikan efek yang lebih manjur, misalkan jika tidak
bunuh bisa kambuh lagi. Hal ini akan membuat penyakit bisa kambuh dan itu
malah berbahaya bagi kesehatan tubuh. Hal ini juga menegaskan bahwa dokter
tidak boleh mengabaikan pentingnya memberi informasi pada pasien tentang obat
apa yang diberikan dan apa fungsinya. Infeksi bisa kambuh, selain bakteri yang
bisa tumbuh lagi, alasan utama harus menghabiskan antibiotik karena infeksi bisa
kambuh lagi. Kambuhnya penyakit dalam interval waktu yang singkat justru
berbahaya untuk kesehatan. Antibiotik bisa bekerja secara maksimal di tubuh jika
dapat membuat bakteri bisa tumbuh kembali, konsumsi antibiotik yang kurang
juga tidak mampu mendukung kekuatan sistem kekebalan tubuh. Sehingga sistem
kekebalan tubuh masih lemah dan penyakit dapat dengan mudah lahir kembali di
itu adalah salah satu tugas dari obat antibiotik. Sehingga jika tidak
dengan kejadian infeksi Daerah Operasi Post SC. Kategori tidak patuh 14 (17,5%)
120
patuh dengan kejadian infeksi Daerah Operasi Post SC. Kategori patuh 26
responden (32,5%) yang tidak infeksi dan 8 (10,0%) responden infeksi. Hasil uji
obatan dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 7,429
(95% CI: 2,703-20,419) Interprestasi: responden yang tidak patuh minum obat
berisikio 7,429 kali lebih besar infeksi dibanding yang patuh minum obat. Hasil
0,05), yang berarti ada pengaruh obat-obatan terhadap infeksi Daerah Operasi
Post SC. Dalam hal penelitian ini sebagian responden yang tidak patuh merasa
minum jamu pun bisa sehat, maka itu obat tidak diminum dengan teratur karena
kawatir minum dengan jarak waktu yang dekat anatara minum jamu dan obat dari
rumah sakit. Sebahagian responden tidak bisa menelan obat, bisa muntah jika
dipaksakan. dan yang lainnya lalai atau lupa dengan aturan waktu jika
masyarakat yang dinamis salah satunya sectio caesarea . Masalah utama yang
ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian nutrisi, kepatuhan minum obat,
caesarea di Ruang nifas RSUD Labuang Baji Makassar. Berdasarkan uji statistik
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: ada hubungan antara pemberian nutrisi
terhadap proses penyembuhan Iukapost sectio caesarea dengan nilai /?=0,004 <
121
0,05, ada hubungan antara kepatuhan minum obat terhadap proses penyembuhan
lukapost sectio caesarea dengan nilai p=0,002 < 0,05, ada hubungan antara
=0,002 < 0,05 dan ada hubungan antara perawatan luka terhadap proses
penyembuhan lukapost sectio caesarea dengan nilai /?=0,000 < 0,05. Kesimpulan
penelitian ini adalah ada hubungan antara pemerian nutrisi, kepatuhan minum
obat, ambulasi, dan perawaatan luka terhadap proses penyembuhan luka post
sectio caesarea .
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan
pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh.Meski sudah terhindar dari
menyerang sistem imun tubuh lainnya. Pasien dengan gangguan penurunan daya
tahan: immunologic baik usia muda dan usia tua akan berhubungan dengan
operasi, jika ditemui adanya suatu penyakit pada pasien tersebut maka akan
Diabetes melitus (DM) atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
untuk melepaskan oksigen ke jaringan. Jika mengalami luka akan sulit sembuh
melawan infeksi, karena pada penderita DM luka kecil sekalipun akan sulit untuk
disembuhkan, hal ini terjadi karna pada penderita DM rentan terhadap infeksi
Dari 15 responden yang penyakit ada, sebanyak 1 responden (1,3%) yang tidak
infeksi dan 14 (17,5%) responden yang infeksi. Hasil uji chi-square diperoleh p-
value sebesar 0,001<0,05 artinya ada hubungan penyakit dengan infeksi Daerah
Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 21,000 (95% CI: 2,601-169,593)
Interprestasi: responden yang ada ada penyakit berisikio 21,000 kali lebih besar
(P=0,001> 0,05), yang berarti tidak ada pengaruh penyakit terhadap infeksi
Daerah Operasi Post SC. Dalam penelitian ini responden yang mederita penyakit
tinggi masa- masa kehamilan, dimana sebelumnya tekanan darah biasanya hanya
normal saja, hal ini dapat dipengaruhi oleh hormon saat masa-masa hamil, namun
123
terkadang sesudah melahirkan tekanan darah dapt normal kembali. Ada beberapa
responden yang mengatakan ada beberapa kali naik tekanaan darah post operasi
SC, responden lain mengatakan tekanan darah tinggi yang di alaminya karena
jika hepatitis yang dialaminya itu sebelum 4 bulan hamil dan sudah baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Puspitasari (2011), dengan judul
Mellitus) dengan penyembuhan luka, dengan nilai probabilitas p= 0,012 < 0,05.
melepaskan oksigen ke jaringan. Salah satu tanda penyakit diabetes adalah kondisi
luka akan sulit sembuh karena diabetes mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menyembuhkan diri dan melawan infeksi. Maka dari itu apabila seseorang
tersebut menderita penyakit DM dengan kadar gula yang sangat tinggi akan
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari dengan
meggunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset) jika mau mandi
atau aktifitas yang mengharuskan bersentuhan dengan air, gunakan bahan plastik
atau pembalut yang kedap air (opset) untuk melindungi luka bekas operasi agar
tidak terkena air. Upayakan agar luka tidak sampai basah, karena bisa
membersihkan luka operasi yang dijahit dengan benang nilon pada hari pertama
pasca operasi dengan sabun dan air merupakan tindakan yang aman untuk
air dan sarung tangan nonsteril, selain teknik aspektik, untuk luka jahitan yang
mandi berendam. Berendam didalam bak dapat menyebabkan eksudat luka lebih
isotonik (0,9%) pada suhu tubuh. Pertanyaan tentang kapan balutan luka harus
dalam keadaan lembab, menjaga agar tidak terkena air.Jaga kebersihan diri
secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun
tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak
wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih
setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
Kebersihan kulit. Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh
merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi
diri tidak baik sebanyak 9 (11,3%) responden tidak infeksi dan 34 (42,5%)
(38,8%) yang tidak infeksi dan 6 (7,5%) responden yang infeksi. Hasil uji chi-
diri dengan infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 19,519
tidak baik berisikio19,519 kali lebih besar infeksi Daerah Operasi Post SC
dibanding yang kebersihan diri kategori baik. Hasil uji multivariat variabel status
gizi Kebersihan diri p-value<0,05 didapat (P=0,005< 0,05), yang berarti ada
pengaruh kebersihan diri terhadap infeksi Daerah Operasi Post SC. Kebersihan
diri yang kategori tidak baik bagi sebahagian responden dengan alasan tidak bisa
bergerak, jika bergerak banyak akan terasa sakit pada bekas operasi, sampai hari
ke 8 masih ngelap badan. Sebahagian karena takut terkena air, tidak pandai
mengganti perban dirumah harus kerumah sakit, sementara jika dibawa berjalan
atau diperjalanan masih susah bekas operasi sering sakit, selain itu susah
SC juga sangat dipengaruhi oleh asupan gizi, umur, berat badan dan personal
adalah Chi Square dengan α 0,05. Hasil penelitian analisa univariat umur
responden aman sebanyak 153 orang (77,7%), berat badan normal 145 orang
(73,6%), personal hygiene 173 orang baik. Hasil uji statistik untuk umur p 0,628 >
α 0,05, berat badan p 0,936 > α 0,05, personal hygiene p 0,621 > α 0,05.
Penelitian ini dapat disimpulkan tidak ada hubungan umur, berat badan, personal
127
luka proses penggantian sel-sel mati yang berbeda dari sel asalnya. Sel baru
menunjukkan bahwa angka infeksi dapat mencapai 25,3% tetapi sebagian besar
seharusnya memiliki angka infeksi tidak lebih dari 2%. Proses penyembuhan luka
melibatkan integritas proses fisiologi. Sifat penyembuhan pada semua luka sama
dengan variasinya tergantung pada lokasi, tingkat keparahan dan luas lukanya.
Pengangkatan jahitan dilakukan pada hari ke-7 untuk sebagian dan diselesaikan
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Pada pasien obesitas jaringan adiposa biasanya mengalami avaskuler
lambat. Fase proliferasi status gizi sangat berperan penting dalam proses granulasi
jika tidak ada infeksi/kontaminasi pada fase inflamasi karena hal ini dapat
berfungsi untuk mengisi ruang yang kosong atau pembentukan fibrin pada daerah
luka sehingga penyembuhan luka dapat berjalan secara maksimal. Status gizi
sangat penting untuk proses penyembuhan luka pasca operasi, hal ini telah
diketahui bahwa status gizi yang buruk akan memperlambat penyembuhan luka
akibat kekurangan vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan
penyembuhan lukanya tidak terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan
lukanya terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan kurang sebesar 7
lukanya terinfeksi mempunyai status gizi dengan berat badan lebih yaitu sebesar 2
Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC) pada Ibu Nifas di Poli
terdapat hubungan antara status gizi dengan penyembuhan luka post operasi
Sectio Caesarea (SC) pada ibu nifas. Status gizi merupakan faktor yang sangat
yang memiliki anggota keluarga seorang ibu nifas post operasi Sectio Caesarea
(SC) sebaiknya memperhatikan status gizi dan penyembuhan luka pada ibu nifas
post operasi Sectio Caesarea (SC), akhirnya status gizi ibu nifas dengan post
operasi Sectio Caesarea (SC) yang baik dapat mewujudkan penyembuhan luka
(40%) yang tidak infeksi dan 6 (7,5) responden yang infeksi. Hasil uji chi-square
diperoleh p-value sebesar 0,000<0,05 artinya ada hubungan status gizi dengan
infeksi Daerah Operasi Post SC. Hasil Odd Ratio (OR) yaitu 22,667 (95% CI:
lebih besar infeksi Daerah Operasi Post SC dibanding yang status gizi kategori
normal. Hasil uji regresi variabel status gizi Status gizi p-value<0,05 didapat
130
(P=0,001< 0,05), yang berarti ada pengaruh status gizi terhadap infeksi Daerah
misalkan karena luka bekas operasi terasa gatal digaruk dan di tekan-tekan tanpa
melihat apakah luka oprrasi berdarah karena tekanan yang tanpa disadari di tekan
.
dengan kuat akibat rasa gatal yang ditimbulkan Dalam menjaga kebersihan
badan,ibu dapat mandi, namun sebagian responden merasa takut mandi sebab
kuatir luka operasi terkana air, padahal tak perlu khawatir terhadap luka bekas
irisan yang terkena air karena akan aman selama luka ditutup kain kassa lembut
yang diatasnya dilapisi plester kedap air, maka akan mencegah terjadinya infeksi
karena terkena air. ada beberapa responden yang mengerjakan pekerjaan rumah
namun hanya yang lebih ringan, sebab jika bergerak banyak akan menyebabkan
rasa sakit di tempat luka bekas operasi. Sebahagian responden kurang beristirahat,
padahal istirahat akan mengembalikan energi yang kurang dan memulihkan tubuh
kembali, namun bayi sering rewel pada malam hari dan memberikan asi atau susu
seoptimal mungkin .
seperti pada pola makan yang normal. Buang air besar kemungkinan tidak teratur,
bahkan ada yang sampai 3-4 hari baru bisa buang air besar, minum banyak cairan
131
penting untuk menghindari dehidrasi dan konstipasi. Hidrasi membantu buang air
Konsumsi setidaknya 8 hingga 10 gelas air putih setiap hari dan sertakan cairan
seperti susu rendah lemak, teh herbal, dan air kelapa. responden dalam pola
mengkomsumsi sayur mayor, buah-buahan, telor, bahkan minum susu, ikan, serta
daging –dagingan.
dan parut dengan kualitas yang buruk. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu nifas
harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Konsumsi menu seimbang perlu
makanan sehat yang terdiri dari nasi, lauk, sayuran dan ditambah satu telur setiap
hari. Ibu nifas yang berpantang makan, kebutuhan nutrisi akan berkurang
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dan ini akan mempengaruhi dalam proses
menjadi tidak sembuh dengan baik atau tidak normal. Sedangkan ibu yang
nutrisinya sudah cukup akan tetapi masih mengikuti adat kebiasaan pantang
makan seperti yang telah dikatakan oleh orangtua, sehingga bisa juga
kurang baik, artinya sembuh sedang. Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah
cukup baik maka proses penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC) akan
lebih cepat sembuh. Protein juga merupakan zat makanan yang sangat penting
132
untuk membuntuk jaringan baru, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh ibu nifas
agar luka post op Sectio Caesarea (SC) cepat sembuh. Namun jika makanan
berprotein ini dipantang maka proses penyembuhan luka post op Sectio Caesarea
(SC) akan berjalan lambat, dan hal in dapat memicu terjaadinya infeksi pada luka
5.9. Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas/kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dan sesudah
melahirkan, yaknipenderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation,
dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian
kesembuhan.Faal usus dan kandung kencing lebih baik, dengan bergerak akan
merangsang peristaltik usus kembali normal dan aktifitas ini juga membantu
yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan
meneyababkan peningkatan suhu tubuh. Karena adanya involusi uterus yang tidak
baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.Perdarahan yang
abnormal, involusi uterus yang tidak baik.Tidak dilakukan mobilisasi secara dini
Dalam hal ini mobilisasi responden masih kurang efektif, sebab dari
beberapa responden menyatakan takut bergerak, hanya tiduran saja dan mengurus
bayi untuk menyusui, padahal mobilisasi ini sangat penting, sebab jaringan-
jaringan yang rusak akan cepat deperbaiki jika peredaran darah lancer. responden
kwatir bergerak sebab jika banyak gerakan rasa sakit akan timbul bukan hanya
pada luka bekas oprasi , akan tetapi daerah pinggang juga ikut sakit.
dimana pada dari populasi 395 ibu post operasi SC yang bisa diteliti 80
responden.
yang di angkat sebagai faktor pemicu infeksi operasi post SC, hingga bias
Dalam hal penelitian ini ada beberapa faktor penyebab infeksi operasi post
SC diantaranya umur sebab usia berperan untuk proses kesembuhan post operasi
menurun, jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut kurang. Kepatuhan dalam
minum obat merupakan bentuk kenyakinan pasien, baik keluarga maupun peran
pasien merasa diperdulikan dan keinginan sembuh akan lebih tinggi. Upaya
penyembuhan yang lama juga dapat disebabkan status gizi yang tidak baik juga
kebersihan diri dalam menjaga luka operasi, apalagi jika ibu menaglami penyakit
yakni menjaga kebersihan badan, aktivitas dan waktu istirahat serta pola makan
Mobilisasipergerakanibu post operasi agar tubuh dan dan peredaran darah serta
syaraf-syaraf dapat berkerja dengan baik. Maka diharapkan kerja sama yang baik
segala lintas dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu operasi post
SC yang terkadang baru merasakan menjadi seoarang ibu, banyak hal-hal yang
masih baru bagi seorang ibu ibu tersebut, maka itu baik keluarga, tenaga medis
135
dan perawat dengan lebih mengupayakan tindakan preventif dan promotif tanpa
BAB VI
6.1. Kesimpulan
7. Pola Makan Setelah Operasi SC bagi setiap responden sudah baik, paham
vitamin lainnya.
8. Mobilisasi masih sangat kurang, rasa sakit yang ditimbulkan oleh bekas
9. Dalam penelitian ini faktor yang lebih dominan yang berpengaruh diantara
responden yang kategori infeksi akan lebih beresiko lama sembuh sebesar
6.2. Saran
Diharapkan ibu post operasi SC agar lebih memperhatikan apa saja yang
misalkan teratur dalam meminum obat supaya tujuan terapi dapat tercapai,
dalam tubuh.
2. Pelayanan Kesehatan
penyembuhan bagi ibu yang melakukan operasi SC. Sebab sebagian ibu
137
hal- hal yang masih baru, seperti menyarankan untuk menyusi dini dapat
juga hal-hal
3. Institusi Pendidikan
4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data