Pandemi yang melanda hampir semua belahan dunia ini membawa dampak
yang cukup serius bagi kehidupan masyarakat, ekonomi banyak yang
kehilangan pekerjaan, penurunan pendapatan, kesehatan, banyak yang
diberi ujian berupa sakit, nikmat keamanan dan ketenangan seolah-olah
dicabut oleh Allah ta’ala, pendidikan, dimana anak-anak kita tidak bisa
mendapatakan pendidikan yang layak, sebagaimana mestinya. Dan ini
dialamai oleh hampir seluruh dunia
Sebagai seorang muslim, mukmin kita harus menyadari bahwa ini semata-
mata ujian dari Allah ta’ala. Wabah ujian ini datangnya dari Allah untuk
menguji keimanan dan kesabaran kita, pada hakikatnya Allah sedang
menilai, melihat bagaimana keadaan hamba-hambaNya saat sedang
diberikan ujian ini
Sebagai seorang muslim, maka ketika diberi ujian, cobaan, maka tidaklah
yang ia intropeksi pertama kali kecuali dirinya sendiri
1
Kita seharusnya melakukan intropeksi, apa yang telah kita lakukan,
seberapa jauhnya kita meninggalkan Allah sehingga Allah memberikan
ujian ini bagi kita
Ada 4 keadaan seorang hamba ketika diberi ujian oleh Allah, 3 keadaan
diberkahi oleh Allah, dan keadaan lainnya dimurkai oleh Allah. Keadaan
pertama adalah dia marah kepada Allah. Keadaan lainnya adalah dia sabar,
ridha dan tingkatan tertinggi adalah bersyukur
Ma’asyiral muslimin
Hari ini kita merayakan Hari Raya Idul Adha. Hari Raya ini dikatakan
dengan Idul Adha karena pada hari raya ini dan tiga hari sesudahnya, atau
disebut dengan hari Tasyrik, kita semua diserukan untuk memotong hewan
qurban, sebagaimana firman Allah ta’ala:
Setidaknya ada dua hal yang dapat dipetik hikmahnya dari syariat
berkurban:
1. Meneladani Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Ismail ‘alaihis salam
yang penuh kesabaran menerima cobaan dan ujian yang ditimpakan
kepada mereka..
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam diuji oleh Allah mengurbankan anaknya yang
sangat dicintainya yaitu Nabi Ismail ‘alaihis salam. Mereka diuji oleh Allah
berdua dengan kesabaran dan kepasrahan yang tinggi menerima dengan
ikhlas ujian tersebut.
2
Sungguh sangat mengagumkan seorang ayah yang sanggup mengorbankan
putranya padahal putranya itu hanya satu-satunya dan demikian lama
ditunggu kelahirannya. Lebih mengagumkan lagi kesediaan Ismail‘alaihis
salam untuk dijadikan qurban, padahal itu berarti memberikan nyawanya,
sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya.
Dalam situasi musibah pandemi yang terjadi saat ini kita dituntut untuk
lebih sabar dan tabah, sambil terus berusaha untuk mengatasi segala
kesulitan yang kita hadapi. Sikap ketidaksabaran atau kekurang sabaran
dalam menghadapi berbagai kesulitan justru hanya akan menambah
kesulitan baru.
Bagi kita umat Islam, peristiwa pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail itu hendaknya dijadikan contoh dalam rangka
meningkatkan kepasrahan dan ketundukan kita kepada kehendak Allah
ta’ala
3
Pesan ibadah qurban yang kedua adalah menumbuhkan sikap ta’awun
(saling membantu antar sesama umat manusia), khususnya di kalangan
umat Islam.
4
Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddin, wa afiyatan fil jasadi, wa ziyadatan fil ilmi, wa barakatan fir rizqi, wa taubatan qablal maut,
wa rahmatan indal maut, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahumma hawwin alaina fii sakaratil maut, wa najatan minan naari, wal afwa
indal hisab.
Rabbana Atina Fiddun ya Hasanah. Wafil Akhirati Hasanah. waqinna ‘adza bannar
Allahumma taqabbal minna inaka antas sami’ul ‘alim, wa tub ‘alaina innaka anta tawwabur rahiim
subhana rabbika rabbil izzati amma yasifun wasalamun alal mursalin walhamdulillahirabbil alaamiin. Amin ya Rabbal ‘Alamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh