Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIQH MARIDH

Keistimewaan Orang Sakit

Oleh :

Lusiana Febriani : 21060016


Hayatul Ulfa : 21060003
Arifin Wahid : 21060004

Dosen Pengampu :
Erna Dewita, S.Sos.I, M.A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
1444 H / 2023 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan ........................................................................................ 1
B. Batasan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyakait Sebagai Azab dan Hukuman ............................................... 2


B. Penyakit Sebagai Penghapus Dosa....................................................... 6
C. Penyakit Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Derajat ...................... 7
D. Penyakit Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah..................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk Allah, tidak bisa melepaskan diri dari
keadaan sakit. Allah Swt memberikan kepada makhluk nya sakit dan sehat,
karena keduanya merupakan qodrat Ilahi yang sudah diberikan saat penciptaan
manusia. Allah Swt menakdirkan kepada setiap makhluknya dengan tujuan
yang mulia dan positif, keadaan sakit adalah sebagai pengingat bahwa Allah
Swt adalah sang pencipta (Wulandari, 2020).
Bila manusia memahami segala cobaan hidup yang ia rasakan
merupakan proses pendewasaan diri agar selalu menjadi pribadi yang lebih
baik maka ia akan selalu berusaha dan berdo’a serta selalu berpikiran positif
kepada-Nya. Ketika seorang hamba bisa memahami antara kedua kata
tersebut, sebenarnya manusia itu bisa memahami bahwasanya terdapat
keistimewaan terhadap sakit yang Allah Swt berikan. Untuk itu, makalah ini
disusun dengan judul kesitimewaan orang sakit.

B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit sebagai azab dan hukuman
2. Apa yang dimaksud dengan penyakait sebagai penghapus dosa
3. Apa yang dimaksud dengan penyakit sebagai sarana meningkatkan derajat
4. Apa yang dimaksud dengan penyakit sebagai bentuk kasih sayang Allah

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep penyakit sebagai azab dan hukuman
2. Untuk mengetahui konsep penyakait sebagai penghapus dosa
3. Untuk mengetahui konsep penyakit sebagai sarana meningkatkan derajat
4. Untuk mengetahui konsep penyakit sebagai bentuk kasih sayang Allah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit Sebagai Azab dan Hukuman

Adzab adalah cobaan yang menimpa orang-orang yang selalu

melalaikan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa

Ta'ala (Azmi, 2019). Tujuannya yaitu sebagai peringatan agar bertobat dan

kembali lagi beribadah kepada-Nya, serta menyesali segala perbuatannya.

Sakit adalah ujian Allah Swt sebagaimana dalam al-Quran :

        

           

   


Artinya :

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].

[101] Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah


Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali
kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik
besar maupun kecil.

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman :

            

2
Artinya :

35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.

Melalui sakit, Allah Swt menguji manusia, untuk melihat siapa di

antara hamba-Nya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan

kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan

melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian

dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan (Hamid, n.d.). Allah Swt

menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman,

sebagaimana firman Allah Swt dalam Alquran :

            

          

Artinya :

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:


"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Sakit tidak akan terjadi kecuali atas kehendak dan izin Allah Swt.

Meskipun manusia mempunyai kontribusi atas sakitnya tersebut. Dalam Q.S.

Al Anbiya atar 83, Allah Swt berfirman :

           

3
Artinya :

83. dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang
Maha Penyayang di antara semua Penyayang".

Dalam sejarah di kisahkan betapa beratnya penyakit yang di timpa

Nabi Ayyub As, Nabi dibericobaan dan ujian dengan penyakit yang sangat

menjijikan dan memalukan, yaitu di kulitnya keluarlah nanah yang berbau

busuk di sekujur tubuhnya kecuali wajah, padahal sebelumnya beliau adalah

laki-laki yang tanpan, sehat, dan gagah. Pada tubuh Nabi Ayyub As terdapat

ulat-ulat yang berasal dari luka borok itu menyerang hati dan lidah beliau.

Nabi Ayyub diberi cobaan sakit dalam waktu yang lama, tetapi beliau

tetap sabra dan tegar mengahadapi penyakitnya yang kronis dan bernanah,

sembari mengharap pahala dari Allah Swt. Tetapi tidak sedikitpun Nabi

Ayyub As mengeluh atas apa yang menimpanya. Pelajaran yang patut di

jadikan teladan, yaitu kesabaran Nabi Ayyub As dalam menerima ujian dari

Allah Swt, Nabi Ayyub As menjalani hidup kesehariannya dengan ikhlas

tanpa mengeluh sedikitpun karena keluhan itu berpotensi melemahkan

semangat untuk sembuh. Beliau panjatkan munajat karena sangat khawatir

jika ibadahnya terganggu oleh sakitnya tersebut. Oleh karena itu, Allah Swt

menjawab munajat tersebut dengan jawaban yang luar biasa. Allah Swt

sembuhkan segala sakit-sakitnya dan Allah Swt anugerahkan kesehatan yang

sempurna dan memberinya keindahan rahmat yang sangat luas (Furida, 2022).

Sakit juga sebagai sebuah ujian kesabaran karena derita sakit itu bisa

menjadikan lebih giat dalam beribadah . Dari kisah tersebut pelajaran yang

4
dapat diambil yaitu jika diberi ujian atau cobaan sakit maka harus bersabar

dalam menghadapi sakit tersebut dan tidak putus asa dalam menghadapi sakit

tersebut. Oleh sebab itu, level tertinggi seseorang ketika sakit bukanlah

mengeluh melainkan ia bersyukur terhadap sakit itu karena aka nada

kebahagiaan setelah sakit yang diderita jika dilalui dengan penuh kesabaran,

tanpa mengeluh, marah-marah, atau menyalahkan keadaan atau orang lain

(Kamal & Taufiq, 2022).

Sikap mulia orang yang beriman ketika ditimpa musibah adalah sabar.

Allah telah memerintahkan manusia untuk selalu sabar dalam menghadapi

segala musibah yang dihadapinya, baik itu ujian, cobaan, ataupun peringatan

dari Allah. Karena jika dia sabar, maka Allah akan menampakkan

kebaikannya dengan tujuan agar selanjutnya manusia bisa memahami

kemaslahatan yang tersembunyi dibalik itu (Dewita et al., 2021). Oleh karena

itu, sakit yang rasakan sudah semestinya hadapi dengan penuh kesabaran.

Sebagaimana firman-Nya :

   

Artinya :

Allah menyukai orang-orang yang sabar (Q.S. Ali Imran : 146).

Allah Ta‟ala juga menjanjikan pahala yang tak berhingga bagi hamba-

Nya yang bersabar. Allah Ta‟ala berfirman :

5
             

          

Artinya :

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada


Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.
dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

B. Penyakait Sebagai Penghapus Dosa

Dosa merupakan penyakit kekal di kehidupan akhirat. Tetapi dalam

kehidupan di dunia ini, dosa merupakan penyakit maknawi yang terdapat

dalam qolbu atau jiwa manusia (El-Sutha, 2015).. Jika orang yang sakit

bersabar dan tidak mengeluh, berarti dengan sifat penyakit yang sementara itu,

ia berhasil menyelamatkan irinya dari berbagai penyakit yang kekal di akhirat.

Namun bila orang itu tidak peduli dengan dosa-dosa, melupakan akhirat, serta

melalaikan tuhan. Orang yang tidak mengenal Allah swt, akan memikul segala

kerisauan dan cobaan yang ada seluas dunia dan isinya. Hal itu dirasakan

berkat kekuatan iman, sesuai dengan tingkatan imannya. Karena penderitaan

penyakit fisik akan luluh dan lebur dengan kesembuhan yang berasal dari

iman (Hadi, 2018).

Seseorang yang menderita sakit sesungguhnya sakitnya itu mempunyai

efek seperti sabun, membersihkan kotoran jiwa, serta menghapus dosa dan

kesalahanmu, sakit merupakan penghapus dosa dan maksiat (Akbar &

Budiyanto, 2020). Di antara kabar gembira bagi orang yang sakit yaitu Allah

6
Ta‟ala akan menghapuskan dosa dosanya sebagaimana pohon menggugurkan

daun-daunnya. Hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw :

ُّ ‫س ِيّئَا ِت ِه َك َما ت َ ُح‬


‫ط‬ َ ُ‫اَّلل‬
‫ط ا‬ ‫ض فَ َما ِس َواهُ ِإ اَّل َح ا‬
ٌ ‫صيبُهُ أَذًى َم َر‬
ِ ُ‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم ي‬

‫ش َج َرة ُ َو َرقَ َها‬


‫ال ا‬

Artinya : “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya,
pasti Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon
menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5660 dan Muslim no.
2571)

C. Penyakit Sebagai Sarana Meningkatkan Derajat

Di antara kabar gembira bagi orang yang sakit yaitu Allah Ta‟ala akan

menghapuskan dosa dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-

daunnya. Hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw :

ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ط‬ ‫يب ْال ُمؤْ ِمنَ ِم ْن ش َْو َك ٍة فَ َما فَ ْوقَ َها إِ اَّل َرفَعَهُ ا‬
‫ أ َ ْو َح ا‬، ً‫اَّللُ بِ َها دَ َر َجة‬ ُ ‫ص‬ِ ُ‫َما ي‬

ً‫َطيئَة‬
ِ ‫بِ َها خ‬
Artinya : “Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lebih dari itu
melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya atau dengannya
dihapuskan kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari no. 5640 dan Muslim no.
2572)

Sakit dapat meningkatkan derajat seseorang muslim. Hal ini

disebabkan karena melalui sakit, terdapat kesempatan untuk meningkatkan

ibadah. Pertama, sakit yang menjadi kesempatan zikrullah (mengingat Allah).

Ketika menderita dalam sakit dan selalu menyebut nama Allah, jauh lebih

sering daripada dalam keadaan sehat, insya Allah sakit akan membawa

hikmah. Mengingatkan betapa kesehatan adalah nikmat Allah yang besar (Al-

Haritsi, 2003).

7
Kedua, sakit yang menjadi sarana muhasabah (perenungan). Ketika

sehat, kerap disibukkan dengan segudang aktivitas yang begitu menyita

waktu. Karena itulah, ketika dalam keadaan sehat orang sakit tidak memiliki

waktu luang untuk merenungkan kehidupan. Ketiga, sakit yang menjadi

ladang jihad. Ketika sakit dan berjuang untuk bisa sembuh, maka itulah jihad

yang sedang dilakukan. Berobat ke dokter maupun dengan pengobatan alami,

yang sesuai syariat, insya Allah akan menjadi sebuah amal yang dapat

membuat dapat menjadi manusia yang lebih tangguh dari sebelumnya (Al-

Haritsi, 2003).

Namun manakala ketika menyalahkan takdir, merutuki kelemahan

diri, menangis sepanjang hari tanpa berkeras berjuang untuk sembuh, tentulah

sakit menjadi ujian yang tidak dapat menjadikan diri naik tingkat menjadi

muslim yang lebih baik.

D. Penyakit Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah

Sakit adalah kemurahan ilahi dan hadiah rahmani bagi mereka yang

menderitanya. Sesungguhnya derita sakit merupakan kebaikan ilahi dan

anugerah dari-Nya. Said Nursi berkata “saudaraku, aku tidak bermusuhan

dengan sakitmu ini. Karena itu aku tidak merasa kasihan kepadamu yang

membuatku merasa perlu mendoakan kesembuhanmu. Berusahalah menghias

dirimu dengan sifat sabar dan tegar dalam menghadapi derita sakit, sampai

engkau mendapatkan kesembuhan. Jika sakit tersebut telah menyelesaikan

tugasnya, maka Allah Swt sang pencipta yang maha penyayang akan

menyembuhkanmu. dengan sakit yang kita alami, membuat kita harus

8
bersyukur karena masih diberikan rasa sakit yang bertanda bahwa Allah Swt

masih menyayangi kita dan kita wajib mensyukuri semuanya (Furida, 2022).

Seorang mukmin selalu yakin bahwa setiap apapun itu yang di

alaminya adalah kehendak Allah Swt, dan tentu saja ada hikmah yang

tersembunyi di balik peristiwa tersebut. Sakit dapat membuat seseorang

berfikir bahwa kasih sayiang Allah Swt begitu besar, karena dengan diberikan

sakit Allah Swt ingin lebih dekat dan memingat segala perilaku hambaNya di

waktu sehat dan bertaubat (Hidayatullah, 2021).

Tidak ada segala musibah yang datang kecuali terjadi atas izin dari-

Nya termasuk sakit yang merupakan ujian dan cobaan dari Allah Ta‟ala. Oleh

karena itu, perlu ditanamkan bahwa akan ada kebaikan dan hikmah di balik

musibah sakit. Ujian sakit yang dialami adalah bentuk kecintaan Allah Ta‟ala

kepada hamba-Nya. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah shallallahu

„alaihi wa sallam :

‫إذا أ َحبا هللاُ قو ًما ابْتال ُه ْم‬

Artyinya : Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR.
Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302)

Dalam hadis lainnya , Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda :

ُ‫ي فَلَه‬ ِ ‫فَ َم ْه َر‬،‫ َو ِإ َّن هللاَ إِذَا أ َ َحبَّ قَ ْو ًما ابْتَالَهُ ْم‬،‫ظ ِم الْبَالَ ِء‬
َ ‫ض‬ َ ‫ظ َم ْال َجزَ ِاء َم َع ِع‬
َ ‫ِإ َّن ِع‬
‫ط‬ُ ‫س ْخ‬ ُّ ‫ط فَلَهُ ال‬
َ ‫س ِخ‬
َ ‫ َو َم ْه‬،‫ضا‬ َ ‫الر‬
ِّ
Artinya : “Sesungguhnya pahala yang besar diperoleh melalui cobaan yang
besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan
cobaan kepadanya, barangsiapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan

9
meridainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka
kepadanya.” (HR. At Tirmidzi no. 2396)

Selain itu, sakit juga merupakan nikmat sehat begitu sangat berharga

dan sehat merupakan anugerah Allah yang luar biasa. Sebagai seorang yang

beriman, harus meyakini bahwa ada hikmah di balik musibah sakit tersebut.

Pada hakikatnya, semua keadaan seorang muslim mengandung kebaikan di

dalamnya, baik ketika sehat ataupun ketika sakit (Hidayatullah, 2021).

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :

‫ْس ذَاكَ أل َ َح ٍد ِإَّلا ِل ْل ُمؤْ ِم ِن ِإ ْن‬


َ ‫ع َجبًا أل َ ْم ِر ْال ُمؤْ ِم ِن ِإ ان أ َ ْم َرهُ ُكلاهُ َخي ٌْر َولَي‬
َ

ُ ‫صبَ َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬ َ َ ‫ش َك َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَهُ َوإِ ْن أ‬
َ ُ‫صابَتْه‬
َ ‫ض ارا ُء‬ َ َ‫أ‬
َ ُ‫صابَتْه‬
َ ‫س ارا ُء‬

Artinya : “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh


urusannya itu baik. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang
mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Hal itu baik
baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik
baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sakit menjadikan setiap detik yang dilalui terasa begitu berharga,

untuk bermunajat, bertoubat, bersyukur, atas sakit yang telah diberikan.

Karena derita sakit yang kita alami itu sebagai peringatan dari Allah swt untuk

kita lebih menghargai kesehatan dan menjaganya agar terhindar dari sakit.

Begitu berharganya nikmat sehat untuk kehidupan, misalnya kita beribadah

pun lebih tenang dalam keadaan sehat, beraktifitas pun lebih semangat dalam

keadaan sehat, dan harus lebih mensyukuri nikmat sehat yang Allah berikan.

B. Saran

Demikianlah penulisan makalah kami, lebih dan kurangnya kami

mohon maaf. Terakhir yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang telah

dibaca dan dipelajari dalam makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap dapat menjadi acuan bagi para

pembaca terutama kami para pemakalah, dalam memahami materi tentang

keistimewaan orang sakit ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, D. L., & Budiyanto, B. (2020). Konsep kesehatan dalam al-qur’an dan
hadis. Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur‟an Dan Hadist, 3(2), 157–173.

Al-Haritsi, A. M. (2003). Sakit Keindahan Hadir Bersamanya. Gema Insani.


https://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=0F1wSlxrqP0C&oi=fnd&
pg=PA22&dq=Bersabar+ketika+sakit&ots=omykBXdzcy&sig=v5ZaSY8
9MkOYrV05igYzZuBsI6U

Azmi, A. (2019). Antara Ujian dan Adzab. https://ump.ac.id/Hikmah-1824-


Antara.Ujian.dan.Adzab.html.

Dewita, E., Jasman, & Syamsurizal. (2021). Layanan Konseling Islam Dalam
Pembinaan Mental Orang Sakit Di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Padang.
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/ummatanwasathan/article/view/2600

El-Sutha, S. H. (2015). Bimbingan Orang Sakit. Cakrawala Publishing.


https://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=7EgiEAAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PA29&dq=Bersabar+ketika+sakit&ots=v4toF8xTuT&sig=YGyRPV
V7ZhF8hS-av0OjErRvekU

Furida, S. L. (2022). Konsep Sakit dalam Alquran Menurut Penafsiran


Badiuzzaman Said Nursi. Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin
Zuhri Purwokerto.

Hadi, S. (2018). Konsep sabar dalam Al-Qur’an. Jurnal Madani: Ilmu


Pengetahuan, Teknologi, Dan Humaniora, 1(2), 473–488.

Hamid, A. (n.d.). Meraih Pahala & Kemuliaan Saat Sakit & Disakiti. SAFIRAH.
Retrieved 31 October 2023, from
https://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=pAiBEAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PA5&dq=Bersabar+ketika+sakit&ots=oLPi9qxqWc&sig=ua30jz11
qqy34mOndVq4pJPTgCE

Hidayatullah, A. F. (2021). Kebaikan di Balik Musibah Sakit.


https://informatics.uii.ac.id/2021/04/02/kebaikan-di-balik-musibah-sakit/.

Kamal, N. A., & Taufiq, W. (2022). Telaah Penafsiran Maqasidi Badiuzzaman


Said Nursi terhadap Tema Eskatologi dalam al-Qur’an. Jurnal Iman Dan
Spiritualitas Volume 2 Nomor 3 (2022), 349.

Wulandari, Y. D. (2020). Analisis Penafsiran Tazkiyah An-Nafs Menurut


Badiuzzaman Said Nursi Dalam Tafsir Risalah An Nur.
http://repository.iiq.ac.id/handle/123456789/477

12

Anda mungkin juga menyukai