Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehat
merupakan nikmat Allah SWT yang paling berharga dalam kehidupan ini. Setiap
orang mendambakan kesehatan baik sehat secara jasmani maupun rohani, karena
apabila manusia sedang sakit akan sangat berpengaruh pada kehidupannya, selain
sehat, merasakan sakit juga membuat manusia tidak produktif lagi merasa kurang
percaya diri. Orang sakit merasa telah menjadi orang yang terbodoh, terlemah,
dan termalang di dunia sehingga mengambil keputusan yang sekecil-kecilnya
menjadi ragu-ragu. Sebagian besar orang yang sedang sakit akan mengalami
timbulnya goncangan mental dan jiwanya karena penyakit yang dideritanya.
Pasien yang mengalami kondisi tersebut sangat memerlukan bantuan motivasi
yang dapat menimbulkan rasa optimis dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan
dari Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk
selalu sabar dalam menghadapi segala musibah yang menghadangnya, baik itu
ujian, cobaan, ataupun peringatan dari Allah SWT. Karena jika pasien sabar, maka
Allah SWT akan menampakan kebaikannya, agar manusia bisa memahami
kemaslahatan yang tersembunyi dibalik itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sakit salah satu bentuk musibah?
2. Apa saja prinsip yang menjadi pedoman orang muslim?
3. Apa hikmah dari sakit?

C. Tujuan
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami apa itu pengertian
sakit salah satu bentuk musibah, prinsip yang menjadi pedoman orang muslim,
dan hikmah sakit.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran
seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak
sesaatpun melainkan ia butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu tergantung
kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan
menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.(T/R2/E1).
Setiap manusia yang tercipta dan terlahir ke dunia fana ini pasti pernah
mengalami sakit dan musibah walau hanya sekali selama hidupnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan
‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan
yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqaroh : 155-157).
Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah dan
merupakan rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata, “Andaikata
kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya,
maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas,
pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika
dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah
sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari
sekedar gambaran ini.” (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa
Ta’lil hal 452). Seorang Muslim, tentu tak pernah lepas dari ujian dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Sakit, adalah salah satu bentuk ujian dari Allah
Subhanawu Wa Ta’ala sebagai bukti cinta-Nya kepada seorang Muslim.

2
B. Prinsip Yang Menjadi Pedoman Seorang Muslim
Dalam menyikapi sakit dan musibah tersebut, ada beberapa prinsip yang mesti
menjadi pedoman seorang Muslim, antara lain:
1. Pertama, sakit dan musibah adalah takdir Allah Azza wa Jalla.
 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Tiada suatu.” (Qs. Al-
Hadid : 22). Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirmanbencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,
artinya, “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan
dengan izin Allah.” (Qs. At-Taghaabun : 11). Rasulullah Shallallahu alaihi
Wa Sallam bersabda, “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua
takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah
menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653).

2. Kedua, sakit dan musibah adalah penghapus dosa. Ini adalah hikmah


terpenting dari diturunkannya sakit dan musibah. Namun, sedikit sekali
manusia yang bisa mengambil hikmah dibalik sakit dan musibah termasuk
bagi si penerima sakit dan musibah itu sendiri. Ada sebagian orang saat
menderita sakit dan menerima musibah justeru dengan mencaci maki,
berkeluh kesah, dan putus asa hingga tak sedikit yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri, na’uzubillah. Sebagai Muslim yang lurus imannya, tentu
hanya kepada Allah saja kita berlindung dari perbuatan buruk di atas.
Sebenarnya, jika mereka mengetahui hikmah dibalik sakit dan musibah yang
menimpa, maka semuanya akan terasa ringan dibanding banyaknya rahmat
dan kasih sayang Allah dibalik sakit dan musibah yang diderita itu. Ketika
seorang Muslim mau dan menyadari, ternyata betapa banyak hikmah dibalik
sakit dan musibah yang sudah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam dalam berbagai sabdanya, antara lain; Pertama, “Tidaklah seorang
Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan
mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan
daun-daunnya.” (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571). Masya Allah,

3
betapa besar kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hambaNya
yang diuji dengan sakit. Selama seorang hamba itu bisa menerima sakitnya
dengan ikhlas dan sabar menerimanya, maka janji Allah dalam hadis di atas
akan menjadi pelipur hati yang lara. Kedua,“Tidaklah seorang Muslim
ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, gundah-gulana
hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan
sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari no. 5641). Itulah janji
Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-Nya yang ditimpa keletihan
karena bekerja, penyakit, kesusahan hidup, kesedihan akibat ujian yang
mendera, gangguan, dan gundah gulana hingga duri yang menusuknya pun
akan menjadi wasilah untuk menghapuskannya dari berbagai kesalahan.
Ketiga, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus-menerus,
kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang
menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.” (HR.
Muslim no. 2573). Keempat, “Bencana senantiasa menimpa orang mukmin
dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga ia berjumpa
dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya.” (HR.
Tirmidzi no. 2399, Ahmad II/450, Al-Hakim I/346 dan IV/314, Ibnu Hibban
no. 697, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no.
576). Masya Allah, betapa hadis di atas jika dihayati sungguh membuktikan
betapa besar kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada setiap hamba-
Nya yang mengalami ujian sakit, baik itu pada harta maupun anaknya.
Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mengatakan
seorang mukmin tidak akan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
hingga ia kembali kepada-Nya benar-benar dalam keadaan tak memiliki
kesalahan sedikitpun. Kelima, “Sesungguhnya Allah benar-benar akan
menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa
darinya”. (HR. Al-Hakim I/348, dishohihkan Syeikh Albani dalam
kitab Shohih Jami’is Shoghirno. 1870). Hadis ini pun menjadi penegas hadis-
hadis lainnya yang menerangkan betapa besar rasa kasih sayang Allah
Subhanahu Wa Ta’ala kepada setiap hamba-Nya yang diuji dengan sakit.
Masih banyak hadis lain yang menjelaskan betapa ujian sakit dan musibah

4
yang diterima seorang Muslim hakikatnya adalah bukti cinta Allah
Subhanahu Wa Ta’ala  kepada setiap hamba-Nya. Jangankan sakit yang berat,
musibah yang besar, sekedar tertusuk duri dan sakit demam saja, yang
menimpa seorang Muslim, maka akan menjadi penyebab dosa-dosanya
terhapus. Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidaklah
seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan
baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan
darinya.” (HR. Muslim no. 2572). Dalam hadis lain disebutkan, “Sakit
demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.” (HR. Al-
Bazzar, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash
Shohihah no. 1821). Orang yang menderita demam, akhlak yang terbaik
adalah tidak mencaci maki penyakit demam itu, sebab Rasulullah Shallallahu
alaihi Wa Sallam sendiri sudah mengingatkan melalui sabdanya, “Janganlah
kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit
itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api
menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR. Muslim no. 2575).
Ikhtiar
Walaupun demikian, apabila seorang mukmin ditimpa suatu penyakit tidaklah
meniadakan usaha (ikhtiar) untuk berobat. Rasulullah shallalllahu alaihi wa
sallam bersabda, “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti
menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari no. 5678). Dan yang perlu diperhatikan
dalam berobat ini adalah menghindarkan dari cara-cara yang dilarang agama
seperti mendatangi dukun, paranormal, ‘orang pintar’, dan sebangsanya yang
acapkali dikemas dengan label ‘pengobatan alternatif’. Selain itu dalam
berobat juga tidak diperbolehkan memakai benda-benda yang haram seperti
darah, khamr, bangkai dan sebagainya karena telah ada larangannya dari
Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallamyang bersabda :
“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah
dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi dalam al-Kuna,
dihasankan oleh Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash-
Shohihah no. 1633).

5
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada apa-apa
yang haram”. (HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban no. 1397. Dihasankan oleh
Syeikh Albani dalam kitabMawaaridizh Zham-aan no. 1172).

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan penyakit kalian pada


apa-apa yang diharamkan atas kalian”. (HR. Bukhari, di-maushulkan ath-
Thabrani dalam Mu’jam al Kabiir, berkata Ibnu Hajar : ‘sanadnya
shohih’, Fathul Baari : X/78-79).

3. Ketiga, wajib bersabar dan ikhlas bila ditimpa sakit dan


musibah. Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin
haruslah sabar dan ridho terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan
harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosa-dosanya sebagai ganjaran dari
musibah yang menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,“Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa
innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqaroh : 155-157).
Dalam beberapa hadis Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai
anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang
pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surge.” (HR. Ibnu
Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah :
I/266).
Maksud hadis diatas yakni apabila seorang hamba ridho dengan musibah
yang menimpanya maka Allah ridho memberikan pahala kepadanya dengan
surga.

“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata
kepada malaikat-Nya, ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-
Ku?. Para Malaikat menjawab, ‘Ya, benar’. Lalu Dia bertanya lagi, ‘Apakah
kalian mengambil buah hatinya?’. Malaikat menjawab, ‘Ya’. Kemudian Dia
berkata, ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’. Malaikat menjawab, ‘Ia

6
memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Inna
lillaahi wa innaa ilaihi roji’un). Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Bangunkan
untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namai dengan (nama) Baitul
Hamd (rumah pujian)’.” (HR Tirmidzi no.1021, dihasankan Syeikh Albani
dalam Shohih Sunan Tirmidzi no. 814)
“Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-
Ku yang beriman jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari
penduduk dunia kemudian ia bersabar atas kehilangan orang kesayangannya
itu melainkan surge.” (HR. Bukhari).
“Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman : ‘Jika Aku
menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (yakni menjadikan
seorang hamba kehilangan dua penglihatannya/buta) lalu ia bersabar maka
Aku akan menggantikan keduanya dengan surge.” (HR. Bukhari).
Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah
menyukai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang
ridho maka baginya keridhoan, dan barangsiapa yang murka maka baginya
kemurkaan.” (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031, dihasankan
Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi II/286).
Hikmah lainnya dari sakit dan musibah adalah menyadarkan seorang
hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah -karena tertipu oleh
kesehatan badan dan sibuk mengurus harta- untuk kembali mengingat Rabb-
nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah
barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa, dan
ketidakmampuannya di hadapan Allah Ta’ala, sehingga ia kembali kepada
Allah dengan penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa
kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah


mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa
mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka
bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (Qs. Al-An’aam
: 42).

7
Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran
seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla.
Tidak sesaatpun melainkan ia butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu
tergantung kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa
mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan
matinya, hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.(T/R2/E1).

Ketika kita sakit Allah tarik 3 perkara:

1. Allah tarik kekuatan dan keceriaan wajah kita.


2. Allah tarik selera makan kita.
3. Allah tarik dosa kita.

Apabila sudah sembuh, Allah antar 2 benda saja Allah antar balik kekuatan
dan keceriaan wajah kita. Allah antar balik selera makan kita. Tapi Allah tidak
antar balik dosa kita.. Allahuakhbar sayangnya Allah pada kita Itu artinya,
penyakit itu adalah penghapus dosa. Dalam hadist lainnya, Rasulullah
bersabda;

ُّ ‫َحطَّاللَّهُلَهُ َسيِّئَاتِ ِه َك َماتَح‬


‫ُطال َّش َج َرةُ َو َرقَهَا‬

“Tidaklah seorang muslim tertimpa oleh suatu yang tidak menyenangkan, sakit
atau yang lainnya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.
Dan dosanya akan berguguran sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”
 (Muttafaq‘alaih)

C. Hikmah Sakit
1. Sakit itu dzikrullah
Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma
ALLAH di banding ketika dalam sehatnya.

8
2. Sakit itu istighfar
Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit,sehingga lisan
terbimbing untuk mohon ampun.
3. Sakit itu tauhid
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus
digetar?
4. Sakit itu muhasabah
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri
dalam sepi,menghitung-hitung bekal kembali.
5. Sakit itu jihad
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah,di wajibkan terus
berikhtiar,berjuang demi kesembuhannya.
6. Bahkan Sakit itu ilmu
Bukankah ketika sakit,dia akan memeriksa,berkonsultasi dan pada
akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena
sakit.
7. Sakit itu nasihat
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri,yang sehat hibur si sakit
agar mau bersabar,ALLAH cinta dan sayang keduanya.
8. Sakit itu silaturrahim
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang
membesuk,penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah
perekat ukhuwah.
9. Sakit itu gugur dosa
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang
sakit dinyerikan dan di cuci-Nya.
10. Sakit itu mustajab doa
Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan
oleh yang sakit.
11. Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan,di ajak maksiat tak
mampu tak mau,dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

9
12. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis,satu sikap
keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.
13. Sakit meningkatkan kualitas ibadah,rukuk-sujud lebih khusyuk,tasbih-
istighfar lebih sering,tahiyyat-doa jadi lebih lama.
14. Sakit itu memperbaiki akhlak,kesombongan terkikis,sifat tamak di
paksatunduk,pribadi dibiasakan santun,lembut dan tawadhu.
15. Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati,mengingat
mati dan bersiap amal untuk menyambutnya,adalah pendongkrak derajat
ketaqwaan.

Dan ingatlah, ketika kita sakit maka berkewajiban untuk rela menerima
ketetapan Allah, bersabar menghadapi takdirNya, dan tetap berprasangka baik
kepadaNya. Menghadirkan rasa takut dan harap, takut kepada siksa Allah atas
dosa-dosa disertai dengan perasaan mengharapkan rahmatNya. Dan yang paling
utama tetap melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu solat. Ketika
sakit, kia tetap solat dan Allah telah memberi keringanan solat bagi orang yang
sakit.

Ketika kita sakit, itu adalah waktu yang tepat untuk kita memuhasabah diri
dan mendekatkan diri kepada Allah. Allah rindu kepada hambaNya, Allah rindu
hamba-Nya itu memohon pertolongan kepada-Nya. Jangan berputus asa, sebab
segala penyakit ada obatnya, kita disuruh untuk berdoa dan ikhtiar "Setiap
penyakit itu pasti ada obatnya. Oleh karena itu, barang sipa yang tepat dalam
melakukan pengobatan suatu penyakit, maka dengan izin Allah ‘azza wa  jalla dia
akan sembuh”.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran


seorang hamba bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak
sesaat pun melainkan ia butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu tergantung
kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya ia akan senantiasa mengikhlaskan dan
menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan matinya, hanyalah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

B. Saran

Saran dalam pembuatan makalah ini adalah semoga bermanfaat bagi penulis
dan pembaca, dan semoga kita dapat bersabar dalam menghadapi sakit salah satu
bentuk musibah dan selalu berharap kepada Allah swt.

11

Anda mungkin juga menyukai