Anda di halaman 1dari 2

Nikmatnya Bersyukur

Assalamualaikum Wr.Wb.

Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia..

Pada momentum ibadah Jumat ini, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan
keimanan sekaligus senantiasa meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah subhanahu wata’ala
yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita. Saking banyaknya nikmat yang
diberikan, terkadang kita lupa tidak merawat dan mensyukurinya. Di antara nikmat itu seperti
nikmat sehat, sempat, dan juga yang paling penting adalah nikmat iman dan Islam. Semua
nikmat yang dianugerahkan kepada kita ini pasti tidak bisa kita hitung satu persatu. Hal ini
sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat
Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS An-Nahl:18). Dalam mewujudkan rasa syukur kita,
marilah kita senantiasa mengucapkan “Alhamdulillah” baik saat mendapat nikmat maupun saat
kita ditimpa musibah. Karena perlu disadari, nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita lebih
banyak dari masalah dan musibah yang kita hadapi dan rasakan. Dengan syukur dalam berbagai
kondisi apa pun, mudah-mudahan Allah akan selalu menyayangi kita dan nikmat dari-Nya akan
terus mengalir dalam kehidupan kita. Allah pun telah menjanjikan dalam Al-Qur’an Surat
Ibrahim ayat 7 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." Semoga kita bukanlah hamba yang kufur akan
nikmatnya sehingga kita bisa terhindar dari azab, musibah dan malapetaka dan kehidupan kita
selamat di dunia dan akhirat. Amin.

Jamaah sholat Jumat yang berbahagia...

Dalam kehidupan ini, kita tidak akan pernah lepas dari nikmat dan begitu juga tak akan bisa
lepas dari musibah dan cobaan. Saat mendapatkan nikmat dan saat menghadapi musibah,
Agama Islam telah memberikan panduan dengan senantiasa memegang dua prinsip, yakni: asy-
syukru indan niam (bersyukur ketika mendapat nikmat) dan ash-shabru indal musibah
(bersabar saat mendapatkan musibah). Kedua hal ini pun bisa menjadi barometer (ukuran)
keimanan seseorang yang akan menjadikannya kuat dan sabar dalam menjalani kehidupan yang
terus mengalami perubahan ini. Allah sendiri sudah menegaskan bahwa manusia akan selalu
diberi cobaan musibah yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 155: "Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.” Dalam ayat ini, sabar menjadi perisai dan senjata orang-orang beriman dalam
menghadapi beban dan tantangan hidup. Perasaan takut, kelaparan, kekurangan bekal, harta,
jiwa dan buah-buahan adalah ujian yang bakal kita hadapi dalam kehidupan ini. Tidak ada yang
melindungi kita dari ujian-ujian berat itu selain jiwa kesabaran yang telah dikaruniakan Allah
kepada kita.

Lalu siapakan orang yang bersabar itu? Diterangkan dalam ayat selanjutnya, dalam Surat Al-
Baqarah Ayat 156: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya semua dari Allah dan semua akan kembali
kepadaNya).

Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia...

Musibah adalah ujian dari Allah sekaligus wujud cinta-Nya pada hamba-Nya. Cinta dan kasih
sayang Allah akan diberikan kepada hamba-Nya yang kuat dalam menghadapi musibah.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah: Besarnya pahala sesuai
dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan
menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa ridha (menerima cobaan tersebut) maka baginya
keridhaan, dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan."

Hadits ini memberikan motivasi kepada kita untuk senantiasa optimis dan terus sabar dalam
menghadapi musibah. Memang terkadang, pesimisme terus menghantui kita dan semakin
menambah berat beban dalam menghadapi musibah dan cobaan. Namun sebenarnya bukan
besarnya ombak lautan yang kita hadapi, melainkan perahu kitalah yang terlalu kecil untuk
mengarunginya. Bukan besarnya masalah yang kita hadapi, melainkan kesabaran kitalah yang
terlalu kecil untuk menghadapinya. Perlu disadari bahwa sikap sabar ini bukan berarti
menyerah terhadap kondisi yang ada. Sabar harus diiringi dengan ikhtiar untuk menghadapi
ujian yang ada. Bukan lari dari ujian itu sendiri. Ujian dalam hidup akan menjadikan kita lebih
kuat dan berpengalaman dalam menghadapi ujian yang nantinya pasti akan kita temui lagi. Lari
dari ujian hidup, bukanlah solusi untuk menyelesaikannya karena jika kita lari dari ujian dan
masalah hidup, maka bersiaplah untuk menghadapi masalah yang lebih besar.

Demikian Khutbah Singkat yang dapat saya sampaikan pada sholat Jum'at siang hari ini. Semoga
menjadi pembelajaran bagi kita semua, aamiin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai