Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa perawat yang memiliki budaya
organisasi yang cukup memiliki kinerja yang baik 0 perawat (0%), lebih besar
dibanding perawat dengan budaya organisasi yang cukup sebanyak 24 perawat
(100%). Sedangkan perawat yang memiliki budaya organisasi yang baik dengan
kinerja baik sebanyak 16 perawat (84,3%) lebih besar dibanding perawat dengan
perilaku yang cukup sebanyak 3 perawat (15,7%).
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,000 (p < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara budaya
organisasi dan kinerja perawat.
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa perawat yang memiliki motivasi
kerja yang cukup memiliki kinerja yang baik 6 perawat (18,8%), lebih kecil
dibanding perawat dengan motivasi kerja yang cukup sebanyak 26 perawat
(81,2%). Sedangkan perawat yang memiliki motivasi kerja yang baik dengan
kinerja baik sebanyak 10 perawat (90%), lebih besar dibanding perawat dengan
perilaku yang cukup sebanyak 1 perawat (10%).
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000 (p < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara motivasi kerja
terhadap kinerja.
IV.3 Pembahasan
IV.3.1 Univariat
IV.3.1.1 Kinerja
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maslita
(2017) yang mendapatkan hasil penelitian pada responden dengan hasil mayoritas
kinerja cukup sebanyak 36 orang (53,7 %), perawat dengan kategori kinerja
kurang sebanyak 31 orang (46,3%) pada perawat pelaksana di ruang rawat inap
RSU Kabupaten Tangerang. Kurangnya tingkat kinerja perawat pelaksana tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
IV.3.2 Bivariat