Pelayanan KIA
Cakupan Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Barat
Email: fifiishak@umgo.ac.id
Diterima 2 Maret 2022 disebut sebagai kemitraan antara bidan dan persalinan tradisional
Diterima dalam bentuk revisi petugas. Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru
28 Maret 2022 lahir harus saling menguntungkan bagi semua pihak dan dibangun
Diterima 31 Maret 2022 di atas prinsip-prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan saling percaya.
Kata kunci : bidan dan dukun bersalin tradisional dalam konteks peningkatan
Kemitraan bidan penolong pelayanan dan kesehatan ibu dan bayi di Puskesmas Limboto Barat
Ibu layanan kesehatan bayi sectional menggunakan uji Chi Square digunakan.Pendekatan
persalinan dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pengantar
Pelayanan KIA menunjukkan sejauh mana tenaga kesehatan atau bidan, baik
orang, kelompok, atau organisasi, melaksanakan wewenang dan kewajiban yang didelegasikan kepada
bidan. Pelayanan kebidanan untuk pertolongan persalinan cukup ideal, dan bidan cukup
berhasil dalam memberikan asuhan kebidanan yang meningkatkan hasil kinerja. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 289.000
individu di seluruh dunia pada tahun 2014. Mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, masih
banyak
lebih tinggi dari AKI di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Cakupan pelayanan ibu hamil
perempuan dilihat dari kunjungan pertama (K1) hingga kunjungan keempat (K4) di Puskesmas Limboto Barat
Wilayah operasional Puskesmas, dengan jumlah ibu hamil tahun 2018 sebanyak 172. Awal
pengamatan di wilayah Puskesmas Limboto Barat menunjukkan bahwa 172 ibu hamil
melakukan 44 kunjungan K1 (57 persen) dan 37 K4 kunjungan (54 persen). Laporan pencapaian
Indikator program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Limboto Barat Tahun 2018. Berikut ini
indikator meliputi penyediaan layanan ANC dari K1 hingga K4 dengan tarif 54%, INC dengan tarif
95%, PNC sebesar 100%, BBL sebesar 95%, dan KB sebesar 95%. Berdasarkan
laporan capaian di puskesmas, dimana pelayanan ANC, INC, BBL, dan KB cukup
baik, tetapi diperlukan lebih banyak konseling dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
kesehatan, dan dimana tenaga kesehatan membantu 30 orang pada tahun 2018 dengan persalinan ditolong oleh
dukun bersalin tradisional. 1 bayi atau tenaga non kesehatan, karena diketahui hamil
wanita melahirkan di rumah tanpa bantuan profesional kesehatan dan jarak ke kesehatan
ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah lisensi CC BY-SA
4.0
(Depkes RI, 2012), trio tradisional perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi
(24%) merupakan penyebab kematian (11 persen). Alasannya karena bidan miskin
pertunjukan.
Pada tahun 2012, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa
angka kematian ibu tetap tinggi pada 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio ini menurun
signifikan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 1991. Jumlah ini agak turun,
tetapi tidak banyak. Tujuan dunia ke-5 MDGs (Millenium Development Goals) adalah untuk mengurangi
kematian ibu menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengingat saat ini
keadaan, kemungkinan mencapai tujuan MDGs ke-5 untuk mengurangi AKI adalah keluar jalur,
menyiratkan bahwa upaya rajin dan tulus diperlukan untuk mencapainya. Menurut Metti &
dukun bersalin telah mengakui bahwa wewenang untuk membantu persalinan ada di tangan
ahli kesehatan. Dalam dunia yang ideal, kerjasama antara bidan dan tradisional
penyembuh akan saling menguntungkan, berdasarkan cita-cita transparansi, kesetaraan, dan kepercayaan.
Suparwati et al (2011) menemukan bahwa ketika bidan dan dukun bayi berkolaborasi
untuk meningkatkan penurunan angka kematian ibu, semua bidan menyepakati adanya
penyembuh
Peneliti dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo telah mengumpulkan data awal tentang
memberikan dukungan spiritual dan inspirasi yang dapat membantu ibu secara fisik dan emosional
mempersiapkan pengiriman. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan kerjasama antara bidan dan pengobat tradisional di wilayah yang dicakup
oleh pelayanan KIA Puskesmas Limboto Barat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kemitraan antara bidan dengan
Puskesmas Limboto.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Cross Sectional Study adalah jenis penelitian yang
berfokus pada periode waktu di mana variabel independen dan dependen diukur
atau diamati. Selain itu, sebuah penelitian dilakukan untuk memastikan hubungan kerjasama
antara bidan dan dukun bayi dalam hal cakupan pelayanan KIA
Desember 2018 dan Januari 2019. Ada 16 peserta dan 20 pengobat tradisional
Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, pendidikan pekerjaan, tempat
persalinan dan penolong persalinan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang.
Usia Responden
NO AGE n %
TOTAL 20 100
Sumber: Data Primer, 2019 ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online)Hak Cipta © 2022, Jurnal La
Berdasarkan tabel 1, ada dua puluh responden bidan dan dukun di Limboto Barat Wilayah operasional
Puskesmas, mulai usia 21 sampai 30 tahun. 7 individu (35,0%) antara usia 31 dan 40 tahun 5 individu (25,0
persen) antara usia 41-50 tahun 4 orang (20,0 persen) antara usia 51-60 tahun 4 orang (20,0 persen).
Temuan ini mengungkapkan bahwa mayoritas responden di Puskesmas Limboto Bara twilayah tersebut berusia
NO PARITAS n %
2 SMP 4 20.0
3 DIII 5 25.0
4 DIV 5 25.0
TOTAL 20 100
Puskesmas Limboto Barat sebanyak 6 orang atau (30,0%) sekolah dasar. 4 orang atau (20,0%) SMP, 5 orang
atau (25,0%) DIII, dan 5 orang (25,5%) DIV. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas tanggapan responden di
Analisis Univariat
TOTAL 20 100
Based on table 3, it is known that out of 20 respondents of midwife and shaman partnerships spread across 10
villages there are 18 respondents (90%) who commit commit while there are 2 respondents (10%) others do not
do partnerships
Tabel 4. Distribusi frekuensi pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Limboto barat
NO Layanan KIA n %
1 Meningkat 18 90.0
2 berkurang 2 10.0
TOTAL 20 100
ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari data pelayanan KIA yang tersebar di 10 desa terdapat peningkatan
pelayanan KIA pada 18 responden (90,0%). Dan ada pelayanan KIA itu menurun pada 2 responden (10%).
Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi antara bidan dan pengobat tradisional dan cakupan pelayanan KIA di
wilayah operasi Puskesmas Limboto Barat. Dari dua puluh bidan dan dukun yang menanggapi di sepuluh
komunitas, 18 (90,0 persen) percaya bahwa dukungan kemitraan bidan dan dukun dapat berkontribusi pada
Menurut penelitian Anggorodi (2009), fungsi bidan lebih ditonjolkan selama persalinan dan nifas. Pada saat
melahirkan, fungsi bidan melebihi yang dari pengobat tradisional. Seiring dengan membantu kelahiran, bidan
dapat memberikan suntikan untuk pasien yang membutuhkannya dan dapat dengan cepat mengirim pasien ke
rumah sakit jika dalam keadaan darurat atau sulit pengiriman terjadi. Pekerjaan dukun bayi hanya sebatas
membantu bidan dengan memijat pasien tubuh, membawa air ketika pasien haus, dan yang paling penting,
memasok pasien dengan kekuatan batin. Kehadiran dukun bayi sangat penting karena pasien
berpikir bahwa jika Dukun menunggu pengiriman, pengiriman akan berjalan tanpa insiden (Walsh,2009).
Para peneliti menemukan, berdasarkan temuan studi dan interpretasi ahli, bahwa ada: hubungan kemitraan
antara bidan dan pengobat tradisional mengenai cakupan Pelayanan KIA di Puskesmas Limboto Barat. Sebelum
menjalin kerjasama, dukun mengarahkan ibu hamil ke bidan atau fasilitas kesehatan, sebanyak sepuluh
orang;setelah masuk ke dalam kemitraan, dukun dirujuk ke total lebih dari dua puluh rakyat.
Layanan KIA
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu strategi percepatan ibu hamil dan pengurangan
kematian bayi baru lahir melalui berbagai inisiatif yang berpusat pada persalinan dengan tepat fasilitas
perawatan kesehatan (Magge et al., 2020). Temuan menunjukkan peningkatan pelayanan KIA, dengan 18 orang
(90,0 persen) selalu melakukan pemeriksaan kesehatan komprehensif atau berdemonstrasi KIA di wilayah
operasi Puskesmas Limboto Barat. Ada sepuluh bidan dan sepuluh dukun dalam sampel, menghasilkan total dua
puluh responden, karena hanya sepuluh desa yang ditemukan di Kecamatan Limboto Barat.
ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah
Menurut penelitian Rustika & Raflizar (2015), Revolusi KIA dan PPMCH memiliki peningkatan pelayanan
KIA, khususnya penyediaan tenaga kesehatan. Dengan pertumbuhan di persalinan ditolong tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan, perlu ditingkatkan pelayanan kepada puskesmas, PONED, pustu, dan bidan. Tidak ada
persaingan antar bidan dan dukun, serta kader aktif sebagai pendamping ibu hamil; dukun adalah sangat
kooperatif; puskesmas dan rumah bersalin disiapkan untuk melayani persalinan; dan puskesmas pembantu
disiapkan untuk melayani persalinan oleh tenaga kesehatan dan bidan desa yang sudah ada, khususnya di
Puskesmas Pembantu. Hadiah dan hukumannya sistem sangat penting untuk keberhasilan ini, seperti halnya
pemberdayaan masyarakat, yang telah dilaksanakan berhasil, termasuk aktivasi ambulans komunitas, papan
buletin di desa markas, bendera ibu hamil, stik ibu hamil, kemitraan antar bidan dan dukun (bikun), dan kader
aktif sebagai pendamping. Bidan dan dukun, bersalin ibu-ibu, dukun dukun koperasi, tabungan bersalin, dan
menyelamatkan setiap manusia. Namun, dari sepuluh desa di kecamatan Limboto Barat, salah satu desa yang
masih kekurangan kemitraan atau kerjasama yaitu Desa Huidu, dimana kemitraan antara bidan dan dukun belum
berjalan optimal, menyiratkan bahwa kemitraan berkurang serta layanan KIA menurun. Di 2017, desa mencapai
41,20 persen, dan 52,10 persen pada 2018. K1 dan K4 tumbuh sedikit namun tidak memenuhi syarat pelayanan
Peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan pelayanan KIA tidak lepas dari semua Bidan dan Dukun yang
senantiasa menginformasikan kepada masyarakat tentang jadwal Posyandu dan pemeriksaan kehamilan, serta
pelaksanaan pelayanan Posyandu di desa atau di Puskesmas yang telah ditetapkan. dilakukan secara bulanan.
Menurut temuan penelitian dari 20 responden di Dinas Kesehatan Limboto Barat Wilayah operasional sentra
yang tersebar di sepuluh desa, 18 (90,0 persen) responden menyatakan ada adalah hubungan bidan dengan
dukun dalam kunjungan pemeriksaan KIA. Sedangkan 2 (10,0 persen) responden menyatakan tidak ada
kerjasama antara bidan dan dukun, serta menyatakan tidak sering KIA inspeksi. Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai Chi Square sebesar 0,005 atau nilai p sebesar 0,005, menunjukkan bahwa bidan dan dukun
Menurut peneliti, hubungan kemitraan antara bidan dan dukun dengan tujuan peningkatan pelayanan KIA di
wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat adalah berhasil karena dukungan dan kerjasama semua pihak, termasuk
tenaga kesehatan, puskesmas pemerintah desa, dan masyarakat umum, khususnya bidan dan adat dukun di
kecamatan Limboto Barat. Kolaborasi antara bidan dan persalinan tradisional penolong, yang sangat bermanfaat
bagi bidan dan dukun bersalin dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan dan informasi yang lebih mudah
diakses tentang kehamilan, dapat meningkatkan layanan kesehatan dan membantu pemerintah dalam
mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan bidan dan dukun bayi. Diantaranya adalah kemungkinan
terjadinya kontrak BBLR. Bidan dan dukun lebih mudah menerima informasi dari petugas kesehatan,
bidan, dan dukun. Inilah sebabnya mengapa kolaborasi atau kerjasama antara bidan dan dukun bayi tradisional
ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah
Hal ini sesuai dengan penelitian Rustika (2015) tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
pengaruhnya terhadap peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan di daerah Kupang.
Temuan menunjukkan bahwa Revolusi KIA dan PPMCH telah berhasil meningkatkan pelayanan KIA,
khususnya yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Kenaikan Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan sejalan dengan pertumbuhan jumlah puskesmas, PONED, pustu, dan bidan. Tidak ada
persaingan antar bidan dan dukun, kader aktif berperan sebagai pendamping ibu hamil, persalinan tradisional
petugas sangat kooperatif, ibu bersalin hemat, ada peraturan desa, puskesmas dan rumah bersalin disiapkan
untuk melayani persalinan, dan puskesmas pembantu dipersiapkan untuk melakukan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan bidan desa. disiapkan di terlebih dahulu, yaitu di fasilitas kesehatan penunjang. Komponen
pendukung kebijakan tersebut antara lain: insentif dan hukuman, pemberdayaan masyarakat, dan hubungan
Dalam penelitian ini, peran tenaga kesehatan atau dukun bayi dalam mempromosikan kesehatan ibu dan anak
diperiksa, menunjukkan bahwa itu telah membaik dan sangat baik, tetapi masih perlu ditingkatkan agar
masyarakat tetap percaya akan adanya kesehatan, dan menunjukkan bahwa hasil wawancara mengungkapkan
berbagai informasi yang berkaitan erat dengan KIA di daerah yang masyarakat atau bidan dan dukunnya belum
datang ke tenaga kesehatan untuk kunjungan. Dengan alasan jauh dari pelayanan kesehatan dan lebih mencari
nafkah penting daripada kesehatan, karena masyarakat memandang kebutuhan sehari-hari lebih penting daripada
kesehatan, dan kesehatan masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat setempat. Agar masyarakat peduli
lebih tentang atau mengutamakan kesehatan, kita perlu memperkuat pelaksanaan program KIA. Peningkatan
kualitas pelayanan program KIA masih diharapkan menjadi kegiatan prioritas di kabupaten atau kota, baik oleh
petugas kesehatan maupun di masyarakat, khususnya kader dan dukun bersalin tradisional yang bekerja sama
dengan h.
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui pelayanan dan pemeliharaan bidan dan dukun bersalin, ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan balita, serta anak prasekolah (Abou El Fadl et al., 2016). Pemberdayaan
masyarakat di bidang KIA di mengatasi keadaan darurat yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
dari non-klinis perspektif. Tidak hanya profesional kesehatan dan dukun bersalin yang berperan penting
peran, tetapi begitu juga keluarga, bidan, dan dukun. Peningkatan pelayanan antenatal dengan fasilitas layanan
berkualitas tinggi, peningkatan bantuan profesional selama persalinan, peningkatan deteksi dini bidan berisiko
tinggi dan dukun bersalin oleh petugas kesehatan dan kader serta dukun bayi di masyarakat, dan meningkat
pelayanan neonatus. Salah satu temuan studi menunjukkan bahwa kepercayaan publik dan hubungan dengan
dukun bayi tetap ada. Sementara dukun bersalin tidak lagi menawarkan perawatan prenatal atau bantuan
persalinan, layanan mereka masih diperlukan untuk memijat ibu dan bayi setelah melahirkan, membantu ibu
dalam merawat bayi setelah lahir, dan memberikan bimbingan tentang topik terkait KIA. KIA di masyarakat,
khususnya di Provinsi Gorontalo, di rangka untuk meningkatkan kesehatan dan memastikan bahwa masyarakat
menerima pemerataan, lengkap, dan selalu perawatan kolaboratif yang memenuhi harapan.
Berdasarkan temuan beberapa penelitian sebelumnya, adalah mungkin untuk menyimpulkan bahwa ada
ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah lisensi CC BY-SA
4.0
Kesimpulan
Dalam asuhan kehamilan, persalinan, dan nifas, kolaborasi antara bidan dan tradisional penolong persalinan
sangat penting (90,0 persen). Perluasan pelayanan KIA di Barat Wilayah pelayanan Puskesmas Limboto
signifikan (90,0 persen). Hasil statistik analisis mengungkapkan nilai Chi Square 0,005 atau nilai p 0,005,
menunjukkan bahwa bidan dan dukun bayi berkolaborasi untuk meningkatkan pelayanan KIA. Lembaga
pendidikan dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pustaka, sumber informasi, dan referensi untuk
pengajaran dan pembelajaran, khususnya dalam kaitannya dengan hubungan kemitraan antara bidan dan
dukun bayi di wilayah Kabupaten Gorontalo dengan tujuan meningkatkan KIA jasa. Profesi kebidanan memiliki
potensi untuk memperluas pengetahuan melalui kolaborasi koneksi dalam penyampaian pendidikan dan praktik
kebidanan. Untuk Puskesmas diusulkan penelitian yang dilakukan tentang hubungan kerjasama antara bidan dan
tradisional penolong persalinan dengan tujuan memperkuat layanan KIA dan karenanya meningkatkan layanan
kualitas. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan temuan penelitian ini sebagai data pembanding
saat melakukan penelitian tentang interaksi kemitraan antara bidan dan persalinan tradisional penolong dengan
Referensi
Abou El Fadl, R., Blair, M., & Hassounah, S. (2016). Mengintegrasikan lisan ibu dan anak
promosi kesehatan ke dalam praktik keperawatan dan kebidanan - tinjauan sistematis. PloS
Anggorodi. R. (2009). Dukun Bayi dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia, Makara
Magge, H., Nahimana, E., Mugunga, J. C., Nkibahahizi, F., Tadiri, E., Sayinzoga, F., ... &
Hirschhorn, L.R. (2020). Semua bayi menghitung inisiatif: dampak sistem kesehatan
pendekatan perbaikan pada perawatan neonatal dan hasil di Rwanda. Kesehatan Dunia:
Metti, D., & Rosmadewi, R. (2019). Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan Persalinan
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 5(1), 59-64.
Rustika, R., & Raflizar, R. (2015). Revolusi Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Dalam
Suparwati, A., Musthofa, S.B., & Nikita, A. Kemitraan Bidan dan Dukun dalam Mendukung
Walsh, A., Matthews, A., Manda-Taylor, L., Brugha, R., Mwale, D., Phiri, T., & Byrne, E.
(2018). Peran tokoh adat dalam pelaksanaan ibu, bayi baru lahir dan anak
Walsh, L.V. (2009). Melahirkan di komunitas Maya. Dalam Melahirkan Lintas Budaya (hal.