Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan

Pelayanan KIA
Cakupan Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Barat

Fifi Ishak1 , St Surya Indah Nurdin1 , Zulaika F Asikin1 1


Program Studi Sarjana Kebidanan Universitas Muhammadiyah Goronto,Indonesia

*Penulis Koresponden: Fifi Ishak

Email: fifiishak@umgo.ac.id

Info Artikel Abstrak

Sejarah artikel: Kerjasama antara bidan dan dukun bayi adalah

Diterima 2 Maret 2022 disebut sebagai kemitraan antara bidan dan persalinan tradisional

Diterima dalam bentuk revisi petugas. Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru

28 Maret 2022 lahir harus saling menguntungkan bagi semua pihak dan dibangun

Diterima 31 Maret 2022 di atas prinsip-prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan saling percaya.

Tujuan dari ini untuk mengevaluasi interaksi kolaborasi antara

Kata kunci : bidan dan dukun bersalin tradisional dalam konteks peningkatan

Kemitraan bidan penolong pelayanan dan kesehatan ibu dan bayi di Puskesmas Limboto Barat

Kelahiran Tradisional di Uganda,Arika.Dalam penelitian ini,strategi penelitian cros-

Ibu layanan kesehatan bayi sectional menggunakan uji Chi Square digunakan.Pendekatan

sampling yang digunakan dalam hal ini penelitian ini adalah

sampling insidental,yaitu teknik menentukan sampel yang di

gunakan.Temuan menunjukkan bahwa Chi Uji kuadrat adalah 0,005

atau nilai p kurang dari 0,005,yang menyebabkan kesimpulan

bahwa ada hubungan antara bidan dan tradisional penolong

persalinan dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pengantar

Pelayanan KIA menunjukkan sejauh mana tenaga kesehatan atau bidan, baik

orang, kelompok, atau organisasi, melaksanakan wewenang dan kewajiban yang didelegasikan kepada

bidan. Pelayanan kebidanan untuk pertolongan persalinan cukup ideal, dan bidan cukup

berhasil dalam memberikan asuhan kebidanan yang meningkatkan hasil kinerja. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 289.000

individu di seluruh dunia pada tahun 2014. Mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, masih

banyak

lebih tinggi dari AKI di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Cakupan pelayanan ibu hamil

perempuan dilihat dari kunjungan pertama (K1) hingga kunjungan keempat (K4) di Puskesmas Limboto Barat

Wilayah operasional Puskesmas, dengan jumlah ibu hamil tahun 2018 sebanyak 172. Awal

pengamatan di wilayah Puskesmas Limboto Barat menunjukkan bahwa 172 ibu hamil

melakukan 44 kunjungan K1 (57 persen) dan 37 K4 kunjungan (54 persen). Laporan pencapaian

Indikator program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Limboto Barat Tahun 2018. Berikut ini

indikator meliputi penyediaan layanan ANC dari K1 hingga K4 dengan tarif 54%, INC dengan tarif

95%, PNC sebesar 100%, BBL sebesar 95%, dan KB sebesar 95%. Berdasarkan

laporan capaian di puskesmas, dimana pelayanan ANC, INC, BBL, dan KB cukup

baik, tetapi diperlukan lebih banyak konseling dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat akan kesehatannya

kesehatan, dan dimana tenaga kesehatan membantu 30 orang pada tahun 2018 dengan persalinan ditolong oleh

dukun bersalin tradisional. 1 bayi atau tenaga non kesehatan, karena diketahui hamil

wanita melahirkan di rumah tanpa bantuan profesional kesehatan dan jarak ke kesehatan

fasilitas cukup besar.

ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah lisensi CC BY-SA

4.0
(Depkes RI, 2012), trio tradisional perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi

(24%) merupakan penyebab kematian (11 persen). Alasannya karena bidan miskin

pertunjukan.

Pada tahun 2012, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa

angka kematian ibu tetap tinggi pada 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio ini menurun

signifikan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 1991. Jumlah ini agak turun,

tetapi tidak banyak. Tujuan dunia ke-5 MDGs (Millenium Development Goals) adalah untuk mengurangi

kematian ibu menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengingat saat ini

keadaan, kemungkinan mencapai tujuan MDGs ke-5 untuk mengurangi AKI adalah keluar jalur,

menyiratkan bahwa upaya rajin dan tulus diperlukan untuk mencapainya. Menurut Metti &

Rosmadewi (2012), kerjasama bidan dengan dukun terjalin erat

didirikan di Puskesmas Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. Sinyalnya itu

dukun bersalin telah mengakui bahwa wewenang untuk membantu persalinan ada di tangan

ahli kesehatan. Dalam dunia yang ideal, kerjasama antara bidan dan tradisional

penyembuh akan saling menguntungkan, berdasarkan cita-cita transparansi, kesetaraan, dan kepercayaan.

Suparwati et al (2011) menemukan bahwa ketika bidan dan dukun bayi berkolaborasi

untuk meningkatkan penurunan angka kematian ibu, semua bidan menyepakati adanya

penyembuh

Peneliti dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo telah mengumpulkan data awal tentang

304 bidan kabupaten. Sedangkan Puskesmas Limboto Barat mempekerjakan 16 bidan

dan 20 dukun selama periode Desember-Januari. Menurut sepuluh ibu hamil

diwawancarai, ibu hamil tetap mempercayai dukun bersalin karena mereka

memberikan dukungan spiritual dan inspirasi yang dapat membantu ibu secara fisik dan emosional

mempersiapkan pengiriman. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan kerjasama antara bidan dan pengobat tradisional di wilayah yang dicakup
oleh pelayanan KIA Puskesmas Limboto Barat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kemitraan antara bidan dengan

dukun bersalin dengan cakupan pelayanan KIA di wilayah kerja Barat

Puskesmas Limboto.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Cross Sectional Study adalah jenis penelitian yang

berfokus pada periode waktu di mana variabel independen dan dependen diukur

atau diamati. Selain itu, sebuah penelitian dilakukan untuk memastikan hubungan kerjasama

antara bidan dan dukun bayi dalam hal cakupan pelayanan KIA

di wilayah operasi Puskesmas Limboto Barat. Penelitian dilakukan di antara

Desember 2018 dan Januari 2019. Ada 16 peserta dan 20 pengobat tradisional

penelitian berjumlah 36 orang dari sepuluh masyarakat di Puskesmas Limboto Barat.

Hasil dan Diskusi

Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, pendidikan pekerjaan, tempat

persalinan dan penolong persalinan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang.

Usia Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Limboto Barat

NO AGE n %

1 21-30 TAHUN 7 35.0

2 31-40 TAHUN 5 25.0

3 41-50 TAHUN 4 20.0


4 51-60 TAHUN 4 20.0

TOTAL 20 100

Sumber: Data Primer, 2019 ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online)Hak Cipta © 2022, Jurnal La

Medihealtico, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

Berdasarkan tabel 1, ada dua puluh responden bidan dan dukun di Limboto Barat Wilayah operasional

Puskesmas, mulai usia 21 sampai 30 tahun. 7 individu (35,0%) antara usia 31 dan 40 tahun 5 individu (25,0

persen) antara usia 41-50 tahun 4 orang (20,0 persen) antara usia 51-60 tahun 4 orang (20,0 persen).

Temuan ini mengungkapkan bahwa mayoritas responden di Puskesmas Limboto Bara twilayah tersebut berusia

antara 21 dan 30 tahun.

Karakteristik Pendidikan Responden

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Limboto Barat

NO PARITAS n %

1 Sekolah dasar 6 30.0

2 SMP 4 20.0

3 DIII 5 25.0

4 DIV 5 25.0

TOTAL 20 100

Sumber: Data Primer, 2019


Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan di wilayah kerja

Puskesmas Limboto Barat sebanyak 6 orang atau (30,0%) sekolah dasar. 4 orang atau (20,0%) SMP, 5 orang

atau (25,0%) DIII, dan 5 orang (25,5%) DIV. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas tanggapan responden di

wilayah kerja Limboto Barat Puskesmas berpendidikan SD (30,0%).

Analisis Univariat

Kemitraan Bidan dan Dukun di Wilayah Kerja Limboto Barat Puskesmas

Tabel 3. Distribusi frekuensi Kemitraan bidan dan dukun di wilayah kerja

Puskesmas Limboto Barat

NO Kemitraan Bidan dan Dukun n %

1 Ada kemitraan 18 90.0

2 Tidak ada Kemitraan 2 10.0

TOTAL 20 100

Sumber: Data Primer, 2019

Based on table 3, it is known that out of 20 respondents of midwife and shaman partnerships spread across 10

villages there are 18 respondents (90%) who commit commit while there are 2 respondents (10%) others do not

do partnerships

Peningkatan pelayanan KIA di wilayah puskesmas limboto barat

Tabel 4. Distribusi frekuensi pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Limboto barat

NO Layanan KIA n %
1 Meningkat 18 90.0

2 berkurang 2 10.0

TOTAL 20 100

ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah

lisensi CC BY-SA 4.0

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari data pelayanan KIA yang tersebar di 10 desa terdapat peningkatan

pelayanan KIA pada 18 responden (90,0%). Dan ada pelayanan KIA itu menurun pada 2 responden (10%).

Kemitraan Bidan dan Dukun

Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi antara bidan dan pengobat tradisional dan cakupan pelayanan KIA di

wilayah operasi Puskesmas Limboto Barat. Dari dua puluh bidan dan dukun yang menanggapi di sepuluh

komunitas, 18 (90,0 persen) percaya bahwa dukungan kemitraan bidan dan dukun dapat berkontribusi pada

peningkatan KIA jasa

Menurut penelitian Anggorodi (2009), fungsi bidan lebih ditonjolkan selama persalinan dan nifas. Pada saat

melahirkan, fungsi bidan melebihi yang dari pengobat tradisional. Seiring dengan membantu kelahiran, bidan

dapat memberikan suntikan untuk pasien yang membutuhkannya dan dapat dengan cepat mengirim pasien ke

rumah sakit jika dalam keadaan darurat atau sulit pengiriman terjadi. Pekerjaan dukun bayi hanya sebatas

membantu bidan dengan memijat pasien tubuh, membawa air ketika pasien haus, dan yang paling penting,

memasok pasien dengan kekuatan batin. Kehadiran dukun bayi sangat penting karena pasien

berpikir bahwa jika Dukun menunggu pengiriman, pengiriman akan berjalan tanpa insiden (Walsh,2009).
Para peneliti menemukan, berdasarkan temuan studi dan interpretasi ahli, bahwa ada: hubungan kemitraan

antara bidan dan pengobat tradisional mengenai cakupan Pelayanan KIA di Puskesmas Limboto Barat. Sebelum

menjalin kerjasama, dukun mengarahkan ibu hamil ke bidan atau fasilitas kesehatan, sebanyak sepuluh

orang;setelah masuk ke dalam kemitraan, dukun dirujuk ke total lebih dari dua puluh rakyat.

Layanan KIA

Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu strategi percepatan ibu hamil dan pengurangan

kematian bayi baru lahir melalui berbagai inisiatif yang berpusat pada persalinan dengan tepat fasilitas

perawatan kesehatan (Magge et al., 2020). Temuan menunjukkan peningkatan pelayanan KIA, dengan 18 orang

(90,0 persen) selalu melakukan pemeriksaan kesehatan komprehensif atau berdemonstrasi KIA di wilayah

operasi Puskesmas Limboto Barat. Ada sepuluh bidan dan sepuluh dukun dalam sampel, menghasilkan total dua

puluh responden, karena hanya sepuluh desa yang ditemukan di Kecamatan Limboto Barat.

ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah

lisensi CC BY-SA 4.0

Menurut penelitian Rustika & Raflizar (2015), Revolusi KIA dan PPMCH memiliki peningkatan pelayanan

KIA, khususnya penyediaan tenaga kesehatan. Dengan pertumbuhan di persalinan ditolong tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan, perlu ditingkatkan pelayanan kepada puskesmas, PONED, pustu, dan bidan. Tidak ada

persaingan antar bidan dan dukun, serta kader aktif sebagai pendamping ibu hamil; dukun adalah sangat

kooperatif; puskesmas dan rumah bersalin disiapkan untuk melayani persalinan; dan puskesmas pembantu

disiapkan untuk melayani persalinan oleh tenaga kesehatan dan bidan desa yang sudah ada, khususnya di

Puskesmas Pembantu. Hadiah dan hukumannya sistem sangat penting untuk keberhasilan ini, seperti halnya

pemberdayaan masyarakat, yang telah dilaksanakan berhasil, termasuk aktivasi ambulans komunitas, papan

buletin di desa markas, bendera ibu hamil, stik ibu hamil, kemitraan antar bidan dan dukun (bikun), dan kader

aktif sebagai pendamping. Bidan dan dukun, bersalin ibu-ibu, dukun dukun koperasi, tabungan bersalin, dan

peraturan desa hanyalah sebagian dari topik yang dibahas.


Menurut asumsi peneliti, bidan dan dukun berkolaborasi karena tanggung jawab dan kewajiban bersama untuk

menyelamatkan setiap manusia. Namun, dari sepuluh desa di kecamatan Limboto Barat, salah satu desa yang

masih kekurangan kemitraan atau kerjasama yaitu Desa Huidu, dimana kemitraan antara bidan dan dukun belum

berjalan optimal, menyiratkan bahwa kemitraan berkurang serta layanan KIA menurun. Di 2017, desa mencapai

41,20 persen, dan 52,10 persen pada 2018. K1 dan K4 tumbuh sedikit namun tidak memenuhi syarat pelayanan

minimal karena kurangnya kesadaran masyarakat dari sifat kritis kesehatan.

Peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan pelayanan KIA tidak lepas dari semua Bidan dan Dukun yang

senantiasa menginformasikan kepada masyarakat tentang jadwal Posyandu dan pemeriksaan kehamilan, serta

pelaksanaan pelayanan Posyandu di desa atau di Puskesmas yang telah ditetapkan. dilakukan secara bulanan.

Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan Pelayanan KIA Peningkatan

Menurut temuan penelitian dari 20 responden di Dinas Kesehatan Limboto Barat Wilayah operasional sentra

yang tersebar di sepuluh desa, 18 (90,0 persen) responden menyatakan ada adalah hubungan bidan dengan

dukun dalam kunjungan pemeriksaan KIA. Sedangkan 2 (10,0 persen) responden menyatakan tidak ada

kerjasama antara bidan dan dukun, serta menyatakan tidak sering KIA inspeksi. Hasil analisis statistik

menunjukkan nilai Chi Square sebesar 0,005 atau nilai p sebesar 0,005, menunjukkan bahwa bidan dan dukun

bayi berkolaborasi untuk meningkatkan pelayanan KIA.

Menurut peneliti, hubungan kemitraan antara bidan dan dukun dengan tujuan peningkatan pelayanan KIA di

wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat adalah berhasil karena dukungan dan kerjasama semua pihak, termasuk

tenaga kesehatan, puskesmas pemerintah desa, dan masyarakat umum, khususnya bidan dan adat dukun di

kecamatan Limboto Barat. Kolaborasi antara bidan dan persalinan tradisional penolong, yang sangat bermanfaat

bagi bidan dan dukun bersalin dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan dan informasi yang lebih mudah

diakses tentang kehamilan, dapat meningkatkan layanan kesehatan dan membantu pemerintah dalam

mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan bidan dan dukun bayi. Diantaranya adalah kemungkinan

terjadinya kontrak BBLR. Bidan dan dukun lebih mudah menerima informasi dari petugas kesehatan,
bidan, dan dukun. Inilah sebabnya mengapa kolaborasi atau kerjasama antara bidan dan dukun bayi tradisional

sangat penting untuk peningkatan layanan KIA

ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah

lisensi CC BY-SA 4.0

Hal ini sesuai dengan penelitian Rustika (2015) tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan

pengaruhnya terhadap peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan di daerah Kupang.

Temuan menunjukkan bahwa Revolusi KIA dan PPMCH telah berhasil meningkatkan pelayanan KIA,

khususnya yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Kenaikan Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan sejalan dengan pertumbuhan jumlah puskesmas, PONED, pustu, dan bidan. Tidak ada

persaingan antar bidan dan dukun, kader aktif berperan sebagai pendamping ibu hamil, persalinan tradisional

petugas sangat kooperatif, ibu bersalin hemat, ada peraturan desa, puskesmas dan rumah bersalin disiapkan

untuk melayani persalinan, dan puskesmas pembantu dipersiapkan untuk melakukan persalinan oleh tenaga

kesehatan dan bidan desa. disiapkan di terlebih dahulu, yaitu di fasilitas kesehatan penunjang. Komponen

pendukung kebijakan tersebut antara lain: insentif dan hukuman, pemberdayaan masyarakat, dan hubungan

antara bidan dan pengobat tradisional (Walsh et al., 2018).

Dalam penelitian ini, peran tenaga kesehatan atau dukun bayi dalam mempromosikan kesehatan ibu dan anak

diperiksa, menunjukkan bahwa itu telah membaik dan sangat baik, tetapi masih perlu ditingkatkan agar

masyarakat tetap percaya akan adanya kesehatan, dan menunjukkan bahwa hasil wawancara mengungkapkan

berbagai informasi yang berkaitan erat dengan KIA di daerah yang masyarakat atau bidan dan dukunnya belum

datang ke tenaga kesehatan untuk kunjungan. Dengan alasan jauh dari pelayanan kesehatan dan lebih mencari

nafkah penting daripada kesehatan, karena masyarakat memandang kebutuhan sehari-hari lebih penting daripada

kesehatan, dan kesehatan masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat setempat. Agar masyarakat peduli

lebih tentang atau mengutamakan kesehatan, kita perlu memperkuat pelaksanaan program KIA. Peningkatan

kualitas pelayanan program KIA masih diharapkan menjadi kegiatan prioritas di kabupaten atau kota, baik oleh
petugas kesehatan maupun di masyarakat, khususnya kader dan dukun bersalin tradisional yang bekerja sama

dengan h.

Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui pelayanan dan pemeliharaan bidan dan dukun bersalin, ibu

hamil, ibu menyusui, bayi dan balita, serta anak prasekolah (Abou El Fadl et al., 2016). Pemberdayaan

masyarakat di bidang KIA di mengatasi keadaan darurat yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan

dari non-klinis perspektif. Tidak hanya profesional kesehatan dan dukun bersalin yang berperan penting

peran, tetapi begitu juga keluarga, bidan, dan dukun. Peningkatan pelayanan antenatal dengan fasilitas layanan

berkualitas tinggi, peningkatan bantuan profesional selama persalinan, peningkatan deteksi dini bidan berisiko

tinggi dan dukun bersalin oleh petugas kesehatan dan kader serta dukun bayi di masyarakat, dan meningkat

pelayanan neonatus. Salah satu temuan studi menunjukkan bahwa kepercayaan publik dan hubungan dengan

dukun bayi tetap ada. Sementara dukun bersalin tidak lagi menawarkan perawatan prenatal atau bantuan

persalinan, layanan mereka masih diperlukan untuk memijat ibu dan bayi setelah melahirkan, membantu ibu

dalam merawat bayi setelah lahir, dan memberikan bimbingan tentang topik terkait KIA. KIA di masyarakat,

khususnya di Provinsi Gorontalo, di rangka untuk meningkatkan kesehatan dan memastikan bahwa masyarakat

menerima pemerataan, lengkap, dan selalu perawatan kolaboratif yang memenuhi harapan.

Berdasarkan temuan beberapa penelitian sebelumnya, adalah mungkin untuk menyimpulkan bahwa ada

hubungan antara bidan dan dukun serta peningkatan pelayanan KIA.

ISSN 2721-1215 (Cetak), ISSN 2721-1231 (Online) Hak Cipta © 2022, Jurnal La Medihealtico, Di bawah lisensi CC BY-SA

4.0

Kesimpulan

Dalam asuhan kehamilan, persalinan, dan nifas, kolaborasi antara bidan dan tradisional penolong persalinan

sangat penting (90,0 persen). Perluasan pelayanan KIA di Barat Wilayah pelayanan Puskesmas Limboto

signifikan (90,0 persen). Hasil statistik analisis mengungkapkan nilai Chi Square 0,005 atau nilai p 0,005,

menunjukkan bahwa bidan dan dukun bayi berkolaborasi untuk meningkatkan pelayanan KIA. Lembaga
pendidikan dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pustaka, sumber informasi, dan referensi untuk

pengajaran dan pembelajaran, khususnya dalam kaitannya dengan hubungan kemitraan antara bidan dan

dukun bayi di wilayah Kabupaten Gorontalo dengan tujuan meningkatkan KIA jasa. Profesi kebidanan memiliki

potensi untuk memperluas pengetahuan melalui kolaborasi koneksi dalam penyampaian pendidikan dan praktik

kebidanan. Untuk Puskesmas diusulkan penelitian yang dilakukan tentang hubungan kerjasama antara bidan dan

tradisional penolong persalinan dengan tujuan memperkuat layanan KIA dan karenanya meningkatkan layanan

kualitas. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan temuan penelitian ini sebagai data pembanding

saat melakukan penelitian tentang interaksi kemitraan antara bidan dan persalinan tradisional penolong dengan

tujuan meningkatkan pelayanan KIA.

Referensi

Abou El Fadl, R., Blair, M., & Hassounah, S. (2016). Mengintegrasikan lisan ibu dan anak

promosi kesehatan ke dalam praktik keperawatan dan kebidanan - tinjauan sistematis. PloS

satu, 11(11), e0166760

Anggorodi. R. (2009). Dukun Bayi dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia, Makara

Kesehatan. 13(1): 9–14.

Magge, H., Nahimana, E., Mugunga, J. C., Nkibahahizi, F., Tadiri, E., Sayinzoga, F., ... &

Hirschhorn, L.R. (2020). Semua bayi menghitung inisiatif: dampak sistem kesehatan

pendekatan perbaikan pada perawatan neonatal dan hasil di Rwanda. Kesehatan Dunia:

Sains dan Praktek, 8(3), 000-000.

Metti, D., & Rosmadewi, R. (2019). Hubungan Kemitraan Bidan dan Dukun dengan Persalinan

oleh Tenaga Kesehatan di WilayahKerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 5(1), 59-64.

Rustika, R., & Raflizar, R. (2015). Revolusi Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Dalam

peningkatan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten


Kupang. Jurnal Ekologi Kesehatan Indonesia, 14(1), 81-88.

Suparwati, A., Musthofa, S.B., & Nikita, A. Kemitraan Bidan dan Dukun dalam Mendukung

Penurunan Angka Kematian Lbu di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak. Media

Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas Diponegoro, 11(1), 14-24.

Walsh, A., Matthews, A., Manda-Taylor, L., Brugha, R., Mwale, D., Phiri, T., & Byrne, E.

(2018). Peran tokoh adat dalam pelaksanaan ibu, bayi baru lahir dan anak

kebijakan kesehatan di Malawi. Kebijakan dan Perencanaan Kesehatan, 33(8), 879-887.

Walsh, L.V. (2009). Melahirkan di komunitas Maya. Dalam Melahirkan Lintas Budaya (hal.

255-264). Springer, Dordrecht

Anda mungkin juga menyukai