Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Pembangunan kesehatan dengan investasi utama pembangunan
sumber daya manusia Indonesia akan memberikan manfaat jangka panjang
dan berkelanjutan. Salah satu komponen terpenting dalam pembangunan
kesehatan adalah terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat (Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI, 2019). Untuk mengukur status gizi
masyarakat, salah satu indikatornya adalah status gizi ibu hamil(Syukur,
2016). Salah satudampak yang dapat dialami ibu hamil jika asupan zat gizi
kurang yaitu akan mengalami kekurangan energy kronik(KEK) (Petrika et
al., 2016).
Menurut World Health Organization (WHO)secara global jumlah
ibu hamil yang mengalami KEK pada tahun 2017 sebanyak (35-75%).
Kejadian kekurangan energy kronik di negara-negara berkembang seperti
Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka dan Thailand
adalah (15-47%) yaitu dengan BMI <18,5. Adapun negara yang
mengalami kejadian yang tertinggi adalah Bangladesh yaitu (47%) dan
yang paling rendah adalah Thailand dengan (15-25%).Sedangkan
Indonesia merupakan urutan keempat terbesar setelah India dengan
(35,5%) (Fatimah & Fatmasanti, 2019). Data riset kesehatan dasar
(Rikesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi KEK pada ibu hamil
sebesar 17,3% Hasil ini menunjukkan penurunan dari Rikesdas
sebelumnya yaitu sebesar 24,2%.UntukProvinsi Riau, prevalensi ibu hamil
yang menderita KEK di Provinsi Riau tahun 2018 sampai dengan tahun
2019 mengalami peningkatan. Prevalensi ibu hamil KEK pada tahun 2018
adalah 8,32% dan meningkat pada tahun 2019 sebesar8,74% (Kemenkes
RI, 2019).
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu wilayah di
Provinsi Riau.Dari data ibu hamil KEK di Kabupaten Indragiri Hilir dalam
dua tahun terakhir mengalami peningkatan.Prevalensi ibu hamil KEK di
Kabupaten Indragiri Hilir dari tahun 2018-2019 berturut-turut yaitu 5,1%,
dan 8,74%. Untuk tahun 2020 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri
Hilir bulan Januari-Maret 2020 terdapat 30 puskesmas di Kabupaten
Indragiri Hilir.Diantara 30 Puskesmas tersebut dengan jumlah Ibu Hamil
terbanyak yaitu Puskesmas Tembilahan Hulu yaitu dari 249 ibu hamil dan
dilakukan pemeriksaan LiLA terdapat 23 orang (9,24%) ibu hamil
mengalami KEK, sementara pada tahun 2019 dengan jumlah ibu hamil
sebanyak 999 orang dengan 73 ibu hamil yang mengalami KEK (7,31%)
(Dinkes Provinsi Riau, 2020). Dari data ini terlihat bahwa terjadi
peningkatan angka KEK pada ibu hamil, sehingga hal tersebut masih
menjadi permasalahan kesehatan di Puskesmas Tembilahan Hulu yang
menjadi salah satufocus perhatian untuk ditanggulangi.
KEK adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun
(Kementerian Kesehatan, 2018)yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan, sehingga peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan
tidak dapat terpenuhi(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kurangnya
asupan energi yang berasal dari zat gizi makro maupun zat gizi mikro serta
zat gizi mikro lain yang ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam
jangka waktu cukup lama yang diukur dengan lingkar lengan atas (LiLA)
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Ibu hamil berisiko mengalami KEK
bila memiliki lingkar lengan atas (LiLA) <23,5cm (Infodatin, 2016).
Kondisi ibu hamil KEK berisiko menurunkan kekuatan otot yang
membantu proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
partus lama dan perdarahan pasca persalinan,bahkan kematian ibu. Risiko
pada bayi dapat mengakibatkan terjadi keguguran, prematur, lahircacat,
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan kematian bayi(Ernawati, 2018).
KEK pada Ibu hamil disebabkan dua factor penyebab, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung ibu hamil KEK
adalah konsumsi gizi yang tidak cukup dan penyakit. Faktor penyebab
tidak langsung adalah persediaan makanan tidak cukup, pola asuh yang
tidak memadai dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan yang
tidak memadai(Simbolon et al., 2018).
Hasil penelitian Fatimah & Fatmasanti (2019), diketahui bahwa
terdapat pengaruh umur ibu dan usia kehamilan dengan kejadian KEK. Ibu
hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebanyak
(83,3%) adalah usia kurang dari 20 tahun. Sedangkan untuk usia
kehamilan, ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK)
sebanyak (55,6%) adalah ibu hamil pada trimester I. Dari hasil penelitian
Muslimah & Hidayati (2017), diketahui bahwa terdapat hubungan antara
indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian KEK pada ibu hamil trimester
I dengan nilai p value sebesar 0,001.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas
Tembilahan HuluProvinsi Riau dengan cara telaah dokumen (Rekapan
Kohort dan rekam medik ibu hamil tahun 2019) dengan jumlah ibu hamil
KEK dari bulan Januari hingga Desember 2019 sebanyak 76 orang.
Analisa dilakukan pada data ibu hamil KEK dari bulan Januari – Maret
2020 sebanyak 23 orang dengan data yang didapatkan yaitu umur ibu, usia
kehamilan, berat badan, tinggi badan dan ukuran LiLA Ibu. Dengan data
berat badan dan tinggi badan ibu hamil dapat diukur IMT ibu hamil. Dari
data yang peneliti dapatkan, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Perbedaan, Umur Ibu,Usia Kehamilan dan IMT dengan
Kejadian KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan
Hulu Kabupaten Indragiri HilirProvinsi RiauTahun2020.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan disesuaikan dengan data
yang diperoleh untuk penelitian ini dengan menggunakan data sekunder
yang berasal dari rekapan kohort Ibu dan rekam medik, masih terjadi
peningkatan Ibu Hamil yang mengalami KEK yaitu dari 7,31% menjadi
9,24%, sehingga hal tersebut masih menjadi permasalahan kesehatan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Provinsi Riau Tahun 2020.

1.3 PertanyaanPenelitian
1.3.1 Berapa presentase umur ibu, usia kehamilan, IMT dan Kejadian KEK pada
ibu hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten
Indragiri HilirTahun 2020?
1.3.2 Apakah ada perbedaan umur ibu dengan Kejadian KEK pada ibu hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020?
1.3.3 Apakah ada perbedaan usia kehamilan dengan Kejadian KEK pada ibu
hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri
Hilir Tahun 2020?
1.3.4 Apakah ada perbedaan IMT dengan Kejadian KEK pada ibu hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020?

1.4 TujuanPenelitian
1.4.1 TujuanUmum
Mengetahui perbedaan umur ibu, usia kehamilan dan IMT ibu hamil
dengan Kejadian KEK pada ibu hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2020.
1.4.2 TujuanKhusus
1. Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2020.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi usia kehamilan ibu hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Tahun
2020.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi IMT ibu hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2020.
4. Diketahuinya distribusi frekuensi ukuran LilA ibu hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir Tahun
2020.
5. Diketahuinya perbedaan umur ibu hamil dengan Kejadian KEK Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020.
6. Diketahuinya perbedaan usia kehamilan ibu hamil dengan Kejadian
KEK Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2020.
7. Diketahuinya perbedaan IMT ibu hamil dengan Kejadian KEK Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi sebagai tambahan bagi
responden dan untuk mengembangkan suatu ilmu tentang gizi dalam
kehamilan khususnya tentang KEK bagi bidan, mahasiswa, dan Puskesmas
Tembilahan Hulu.
1.5.2 ManfaatSecaraPraktik
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan
khususnya Bidan, Puskesmas Tembilahan Hulu untuk pencegahan atau
preventif dan intervensi spesifik kejadian KEK pada ibu hamil.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan umur ibu,
usia kehamilan dan IMT ibu hamil dengan Kejadian KEK yang akan
dilakukan pada bulan Juni 2020 di Puskesmas Tembilahan Hulu
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil tercatat dalam data rekapan kohort ibu dari
Januari - Maret 2020 di Puskesmas Tembilahan Hulu sebanyak 249 orang
dengan menggunakantekniksimple random sampling. Instrumen yang
digunakan adalah dengan data sekunder yang diperoleh dari data rekapan
kohort ibu. Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan
pendekatan crosssectional dan dianalisa dengan univariat dan bivariat
dengan uji statistic chi-square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan menurutKementerian Kesehatan RI (2014), merupakan
suatu masa dimana didalam rahim seorangperempuan terdapat janin yang
terjadi karena adanya proses pembuahansetelah bertemunya sel sperma
dan sel telur.
Kehamilan ialah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum yangdilanjutkan dengan nidasi atau inplantasi. Kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).

2.1.2 Konsep Kehamilan


Konsep kehamilan normal yaitu peningkatan tekanan terjadisetelah
folikel de graaf matang dengan mengeluarkan estrogen dan atas pengaruh
FSH yang menurun dan merangsang LH sehingga terjadi pula ruptur
dengan melemparkan ovum yang dibungkus oleh cumulus ooforus dan
korona radiate. Semakin meningkatnya estrogen akan mengakibatkan
terjadinya gerakan putar balik ovarium pada sumbunya dan fimbria tuba
makin mendekati ovarium yang kedua. Gerakan tersebut selalu dapat
mengelilingi ovarium. Dengan demikian, seluruh permukaan ovarium
seolah-olah tertutup oleh fimbria sehingga saat terjadi ovulasi, ovum selalu
dapat ditangkap oleh fimbria. Estrogen yang dikeluarkan oleh vilinya
sehingga menimbulkan aliran cairannya menuju uterus(Kementerian
Kesehatan RI, 2014)
Karena pengaruh LH, komolus ooforus dan sel korona radiate ikut
mengeluarkan progesteron yang dapat meningkatkan gerak sepertiga dari
tuba sampai ismus, untuk mempercepat jalannya ovum. Ovum akan berada
pada tuba fallopi selama 80 jam, khususnya di ampula tuba, sebagai
tempat terluas dan kemungkinan akan terjadinya konsepsi. Saat puncak
masa subur, lendir serviks sangat jernih sehingga mudah ditembus oleh
spermatozoa.Dalam perjalanan menuju tuba, spermatozoa mengalami
kapasitasi dengan melepaskan
7 sebagian pembungkus kepala yang terdiri
glikoprotein dan mampu melakukan tugas menembus ovum melalui
stomata yang telah siap. Hasil konsepsi meneruskan perjalanannya dan
masuk kavum uteri dalam bentuk blastostista serta masih memerlukan
kesiapan endometrium sekitar 90-150 jam (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).

2.1.3 Perubahan Fisiologi Selama Kehamilan


MenurutPrawirohardjo (2012), guna menunjang pertumbuhan
danperkembanganjanin dalam rahim terjadilah perubahan-perubahan
padatubuh ibu hamil:
1. Rahim / uterus mengalami hipertropi dan hyperplasia
2. Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
3. Ovarium
4. Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untukpersiapan
memberikan ASI sehingga payudara menjadi lebih besar,
areolamenghitam dan puting susu menonjol
5. Sirkulasi darah.
a. Volume darah meningkat, curah jantung bertambah
b. Sel darah merah mengalami peningkatan.
c. Sistem respirasi mengalami perubahan untuk memenuhi
kebutuhanoksigen dan adanya desakan diafragma oleh pembesaran
rahim.
d. Sistem pencernaan mengalami perubahan karena adanya hormone
estrogen dan progesteron.
e. Traktus urinarius mengalami penambahan filtrasi pada glomerulus
dan pembesaran ureter.
f. Kulit mengalami hiperpigmentasi pada tempat tertentu
g. Metabolisme mengalami perubahan dimana kebutuhan nutrisi
makintinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.

2.1.4 Kebutuhan Nutrisi IbuHamil


Ibu hamil membutuhkan gizi yang lebihbanyak dari pada
kebutuhan dalam keadaan normal untuk memenuhikesehatan ibu hamil
sendiri dan calon bayi yang masih dikandungnya. Kebutuhan zat - zat gizi
selamahamil seperti pada tabel 2.1 dibawah ini (Kemenkes RI, 2015).

Tabel 2.1
Angka Kecukupan Gizi Sebelum Dan Selama Kehamilan
Kebutuhan ibu sebelum Tambahan Kebutuhan selama
Jenis Zat Gizi hamil hamil
19-29 tahun 30-49 tahun TM I TM II TM III
Protein (g) 2250 2150 180 300 300
Lemak total (g) 56 57 20 20 20
Lemak n-6 (g) 75 60 62 10 10
Lemak n-3 (g) 12,0 12,0 0,3 2 2
Karbohidrat (g) 1,1 1,1 25 0,3 0,3
Serat (g) 309 323 3 25 25
Air (ml) 32 30 300 3 3
Vitamin A (mcg) 2300 2300 300 300 300
Vitamain D (mcg) 500 500 00 300 350
Vitamin E (mcg) 15 15 0,3 00 00
Vitamin B1 (mg) 15 15 0,3 0,3 0,3
Vitamin B2 (mg) 1,1 1,1 41 0,3 0,3
Vitamin B3 (mg) 1,4 1,3 0,4 41 41
VitB5 Panthotenat 12 12 200 0,4 0,4
Vitamin B6 (mg) 5 5 0,2 200 200
Folat (mcg) 1,3 1,3 0 0,2 0,2
VitaminB12 (mcg) 400 400 25 0 0
Biotin (mcg) 2,4 2,4 10 25 25
Kolin (mg) 30 30 200 10 10
Vitamin C (mg) 425 425 0 200 200
Kalsium(mg) 75 75 40 0 0
Fosfor (mg) 1100 1000 00 40 40
Magnesium (mg) 700 700 0,2 00 00
Natrium (mg) 310 320 100 0,2 0,2
Kalium (mg) 1500 1500 50 100 100
Mangan (mg) 4700 4700 70 59 5
Tembaga (mcg) 1,8 1,8 250 70 13
Kromium (mcg) 900 900 180 450 70
Besi (mg) 25 25 20 300 10
Iodium (mcg) 26 26 62 20 50
Seng (mg) 150 150 0,3 10 300
Selenium (mcg) 10 10 25 2 20
Fluor (mg) 30 30 3 0,3 10
(Sumber: Simbolon et al., 2018)

2.1.5 Pelayanan Kesehatan bagi IbuHamil


Menurut Kemenkes (2015), Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
harusdiberikan secara berkualitas sesuai standar yaitu:
1. Timbang berat badan dan tinggi badan, untuk mendeteksi
gangguanpertumbuhan janin sedangkan pengukuran tinggi badan
dilakukanuntuk menapis faktor risiko panggul sempit pada ibu hamil.
Gangguanpertumbuhan janin ditunjukkan dengan penambahan berat
badankurang dari 1 kg setiap bulannya.
2. Ukur tekanan darah, untuk mendeteksi adanya hipertensi dalamkehamilan
dan preeklamsia.
3. Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LiLA), dilakukan untuk
skrining ibu hamil berisikoKEK yaitu ibu hamil yang
mengalamikekurangan gizi dalam waktu lama yang ditandai dengan
ukuran LiLAkurang dari 23,5 cm.
4. Ukur Tinggi fundus uteri, dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin
5. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ), dilakukan
untuk mengetahui letak janinsedangkan pemeriksaan DJJ untuk menapis
adanya gawat janin.
6. Skrining imunisasi Toxoid Tetanus (TT) dan pemberian imunisasi
jikaperlu untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum
7. Beri tablet tambah darah (tablet zat besi dan asam folat) minimal 90tablet
untuk mencegah anemia gizi besi.
8. Periksa laboratorium meliputi pemeriksaan golongan darah,
kadarhemoglobin (Hb), proteinurin, gula darah, HIV.
9. Tata laksana / penanganan kasus terhadap setiap kelainan yangditemukan
sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasusyang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai sistem rujukan.
10. Temu wicara (konseling), yang meliputi kesehatan ibu baik selama
kehamilan, persiapan persalinan dan setelah persalinan khusnya KB.

2.2 Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil


2.2.1 Pengertian
KEK menurut Kementerian Kesehatan RI (2018) adalah masalah
gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan makanan dalam waktu
yang cukup lama, hitungan tahunyang berasal dari dalam masa kehamilan
persalinan dan setelah persalinanyang ditandai oleh rendahnya cadangan
energi dalam jangka waktu cukup lama yang diukur dengan lingkar lengan
atas (LiLA).
KEK menurut Simbolon et al. (2018)adalah keadaan dimana ibu
menderita keadaan kekurangan kalori dan protein (malnutrisi) yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
Sedangkan menurut Primadani (2016), KEK merupakan suatu keadaan
dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro sehingga perlu
ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan janin.
Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan hasil pemeriksaan
antropologi, LiLA < 23 cm dan harus ditangani sesuai standardan
kewenangan tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi (Goni et al., 2013)

2.2.2 Penyebab KEK Pada Ibu Hamil


KEK pada Ibu hamil disebabkan 2 faktor penyebab, yaitu:
1. Penyebab langsung,adalah konsumsi gizi yang tidak cukup dan penyakit.
2. Penyebab tidak langsung, adalah persediaan makanan tidak cukup, pola
asuh yang tidak memadai dan kesehatan lingkungan serta pelayanan
kesehatan yang tidak memadai yang dipengaruhi oleh kurangnya
pemberdayaan wanita, keluarga dan sumber daya manusia sebagai masalah
utama, sedangkan masalah dasar adalah krisis ekonomi, politik dan sosial.5
Menurut Kemenkes (2015), Ibu hamil KEK disebabkan oleh
penyebablangsung maupun tidak langsung. Faktor penyebab langsung ibu
hamil KEKadalah konsumsi gizi yang tidak cukup dan adanya penyakit
yang diderita ibusedangkan penyebab tidak langsungnya adalah persediaan
makanan yangtidak cukup, pola asuh, kesehatan lingkungan dan pelayanan
kesehatan yangtidak memadai.Penyebab langsung dan tidak langsung ini
dipengaruhi olehkurangnya pemberdayaan wanita, keluarga dan sumber
daya manusia sebagaimasalah utama serta adanya krisis ekonomi, politik
dan sosial sebagaimasalah dasar.Faktor penyebab tersebut terlihat pada
gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1
Penyebab Ibu hamil KEK

Ibu Hamil KEK

Konsumsi gizi tidak cukup Penyakit Penyebab


Persediaan Pola asuh
makanan tidak tidak Kesling dan
cukup memadai Yankes tidak
memadai Penyebab tidak
langsung

Kurang Pendidikan, pengetahuan dan Keterampilan

Kurang pemberdayaan wanita, keluarga dan SDM


Masalah Utama

Penggangguran, inflasi kurang pangan dan kemiskinan

Kurang pemberdayaan wanita, keluarga dan SDM Masalah Dasar

Sumber: Modifikasi Kerangka Konseptual UNICEF, ACC/SCN dalam Kemenkes


(2015)

2.2.3 Dampak KEK Pada Ibu Hamil


KEK pada Ibu hamil berdampak terhadap kesehatandan
keselamatan ibu, bayi dan proses persalinan (Simbolon et al., 2018)
1. Bagi Ibu
Ibu hamil berisiko dan komplikasi seperti Anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi
bahkan meningkatkan kematian ibu.
2. Bagi Janin
Gangguan pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra
partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
3. Bagi Anak
Akibat KEK mengganggu tumbuh kembang anak, yaitu pertumbuhan
fisik (stunting), otak dan metabolisme yang menyebabkan penyakit tidak
menular di usia dewasa.
4. Proses Persalinan
Kondisi KEK berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu
proses persalinan sehingga berisiko terjadinya persalinan sulit dan lama,
persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta
persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat.5
2.2.4 Pelayanan gizi ibu hamil KEK

1. Pelayanan gizi pada Ibu hamil KEK bertujuan untuk meningkatkan berat
badan melalui konseling gizi tentang makanan dengan gizi seimbang dan
car pemilihan makanan yang tepat menggunakan Daftar Bahan Makanan
Penukar sertata menerapkan PHBS. Pantau berat badan tiap bulan, bila
dalam 1 bulan tidak ada peningkatan berat badan segera rujuk.
2. Perhitungan kenaikan berat badan ibu hamil KEK pada TM 1 adalah berat
badan actual saat pertama kali ditimbang minimal mengalami kenaikan BB
1 kg/bulan.
3. Ibu hamil KEK harus mendapatkan penanganan sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi.
4. Kasus-kasus yang tidak ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan
dengan mengikuti tahapan proses Asuhan Gizi Terstandar yang meliputi
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring evaluasi (Simbolon et
al., 2018)
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), makanan tambahan
yangdiberikan untuk mencukupi kebutuhan gizi pada ibu hamil
dengankategori KEK berupa biskuit lapis yang dibuat dengan
formulasikhusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral.
Karakteristikproduk makanan tambahan untuk ibu hamil KEK
adalahberbentuk biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atasbiskuit
tercantum tulisan “MT Ibu Hamil”, tekstur biskuit renyahberisi krim/selai
padat dan lembut, berat rata-rata 20 mg/biscuit lapis, warna sesuai dengan
hasil proses pengolahan yang normal(tidak gosong), berasa manis dan
memenuhi persyaratan mutu dankeamanan yang sesuai untuk ibu hamil.
Syarat mutu untukmakanan tambahan ibu hamil ini harus memenuhi zat
gizi yang dihitung dalam 100 gram produk (per saji).

2.2.5 Perubahan Berat Badan Pada Ibu Hamil KEK


Proses biologik yang terjadi selama hamil ditandai dengan
kenaikanberat badan yang berasal dari beberapa komponen. Komponen
kenaikanberat badan selama hamil tersaji dalam tabel 2.2 berikut
(Kemenkes RI, 2015)
Tabel 2.2
Komponen Kenaikan Berat Badan Selama Hamil

Diskripsi Komponen Berat (Kg)


Produk Konsepsi Janin 3.23
Plasenta 0.64
Cairan Amnion 1.44
Perubahan BB Ibu terkait Air 6,0
kehamilan Cairan Plasma 1,2 *
Cariran Ekstraseluler 2.2 *
Cairan Intraseluler 2.6 *
Protein Tubuh 1.5
Total 12.5
Keterangan : * langsung terbuang saat kelahiran

2.3 Umur Ibu


Rahmi (2016) mengartikan umur merupakan salah satu factor penting
dalam proses kehamilan hinggapersalinan, karena kehamilan pada ibu
yangberumur muda menyebabkan terjadinyakompetisi makanan antara
janin dengan ibuyang masih dalam masa pertumbuhan.
Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan.Umur berkaitan
dengan kedewasaan psikologis yaitu semakin mampu menentukan
kematangan jiwa, befikir normal dan mengendalikan emosi. Dengan
bertambahnya umur seseorang semakin tinggi pula keingintahuan
sehingga pengetahuan juga semakin bertambah (Prawiroharjo, 2012).
Dikutip dari Rosmalamei & Rosidi (2018)Status gizi ibu hamil
KEK adalah kehamilan pada ibu berusia muda (kurang dari 20 tahun),
kehamilan yang terlalu sering serta kehamilan pada usia terlalu tua (> 35
tahun).Umur yang tergolong dalam resiko tinggi dan sekaligus menjadi
faktor resiko jika terjadi kehamilan adalah umur > 35 tahun. Pada usia
tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan penurunan organ reprosuksi.
Penentuan Resiko Kehamilan Menurut Skor Dr Poedji Rochjati, SpOG,
Kehamilan yang masuk ke dalam kategori “4 terlalu” adalah umur ibu
terlalu muda (< 20 tahun) dan umur ibu terlalu tua (> 35 tahun). Jadi dapat
diartikan bahwa usia< 20 sampai > 35 tahun adalah usia beresiko untuk
hamil.
MenurutPrawirohardjo (2012), umur reproduksi yang sehat dan
aman adalah umur 20-35 tahun.Pada kehamilan diusia kurang 20 secara
biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa di usia ini.Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil.Penyulit pada kehamilan
remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi
sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila
ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga
memudahkan terjadinya keguguran.
Semakin muda dan semakintua umur seseorang ibu yang
sedanghamil akan berpengaruh terhadapkebutuhan gizi yang diperlukan.
Umurmuda perlu tambahan gizi yangbanyak karena selain
digunakanpertumbuhan dan perkembangandirinya sendiri, juga harus
berbagidengan janin yang sedang dikandung(Arisman, 2010).Semakin
dewasa usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih baik dalam berfikir maupun bekerja, hal ini dikarnakan dari
pengalaman jiwa yang dialami akan mempengaruhi perilaku
seseorang(Notoatmodjo, 2012). Usia juga mempengaruhi resiko kehamilan
pada seorang wanita.
Hasil penelitian Ernawati (2018) menunjukkan ada hubungan usia
ibu hamil dan status pekerjaan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Ibu
yang hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (>35
tahun) berisiko mengalami KEK.

2.4 Usia Kehamilan


Menurut Muslihatun (2011)usia kehamilan (usia gestasi) adalah
masa sejak terjadinyakonsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari
hari pertama haid terakhir (menstrualage of pregnancy). Kehamilan cukup
bulan (term/ aterm adalah usia kehamilan 37 – 42minggu (259 – 294 hari)
lengkap. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasikurang
dari 37 minggu (259 hari).Dan kehamilan lewat waktu (postterm) adalah
masa gestasilebih dari 42 minggu (294 hari).
Pada umumnya setiap trimester kehamilan berlangsung antara 12-
14 minggu, atau per tiga bulan.Secara teknis, sepanjang 9 bulan tersebut
usia kehamilan akan terbagi dalam tiga trimester kehamilan, yaitu:
1. Trimester pertama usia kandungan 1-14 minggu
2. Trimester kedua 14-27 minggu
3. Trimester ketiga 27-40 minggu sampai menjelang persalinan(Joseph,
2020).

Menurut Prawirohardjo (2012), umur kehamilan dapat ditentukan dengan:


2.4.1 Rumus Naegle
Rumus Naegle untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC=
Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita
dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus
Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari.
Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid
dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.
Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan
bulannya dikurang 3 (tiga) dan tahun ditambah 1 (satu).
2.4.2 Gerakan pertama fetus
Gerakan pertama fetus dapat dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu.
2.4.3 Palpasi abdomen
1. Rumus Bartholomew
Antara simpisis pubis dan pusat dibagi menjadi 4 bagian yang sama,
maka tiap bagian menunjukkan penambahan 1 bulan. Fundus uteri teraba
tepat di simpisis umur kehamilan 2 bulan (8 minggu). Antara pusat sampai
prosesus xifoideus dibagi menjadai 4 bagian dan tiap bagian menunjukkan
kenaikan 1 bulan. Tinggi fundus uteri pada umur kehamilan 40 minggu
(bulan ke-10) kurang lebih sama dengan umur kehamilan 32 minggu
(bulan ke-8).
2. Rumus McDonald
Fundus uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam bulan obstetrik dan bila
dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam minggu.
3. Palpasi Leopold
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi
untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi
abdomen. Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
a. Leopold I : Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri
dan bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri
b. Leopold II : Leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan
bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal
c. Leopold III : Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian
persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul
d. Leopold IV : Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang
ditemukan pada pemeriksaanLeopold III dan untuk mengetahui
sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul
Memberikan informasi tentang bagian presentasi: bokong atau
kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan
bagian presentasi)(Infodatin, 2016).

2.4.4 Perkiraan tinggi fundus uteri


1. Menggunakan pita ukur
Pita ukur merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU
setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada
tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah
abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang
terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
setelah 22-24 minggu kehamilan.
2. Mempergunakan tinggi fundus uteri
Perkiraan tinggi fundus uteri dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkan dengan patokan.

Tabel 2.3
Rumus Tinggi Fundus Uteri

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus
(Sumber : Prawirohardjo, 2012)

3. Menggunakan pita ukur dengan metode berbeda


Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di
garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita
pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran
dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita
pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan
kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa,
pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena
tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai
berikut:
a. Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus,
tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centi
meternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan.
b. Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus,
tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total
centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu
kehamilan(Prawiroharjo, 2012).
4. Ultrasonografi
Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
a. Mengukur diameter kantong kehamilan (GS=gestational sac) pada
kehamilan 6-12 minggu.
b. Mengukur jarak kepala bokong (GRI=grown rump length) pada
kehamilan 7-14 minggu.
c. Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih 12
minggu(Prawiroharjo, 2012).

2.5 Indeks Massa Tubuh (IMT)


IMT adalah rasio BB/TB2 (kg/m2), yang dinyatakan dalam tabel
normogram.Angka ini proporsional dengan bentuk tubuh. Biasanya,
jumlah yang kecil untuk orang yang kurus dan besar untuk orang yang
gemuk.26Salah satu pengukuran antropometri menggunakan IMT dengan
rasio berat badan dan tinggi badan untuk penilaian status gizi ibu hamil.27
Rumus perhitungan IMT dikutip dari Supariasa (2012) adalah
sebagai berikut:
IMT = BB
TB²(m)

Keterangan :
IMT : Indeks Masa Tubuh
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
Tabel 2.3
Kategori Ambang Batas Indeks Massa Tubuh (IMT)
Untuk Indonesia

Status Gizi Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0

Kekurangan berat badan tingkat kurus 17,0-18,5

Normal >18,5- 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

(Sumber: Supariasa, 2012)

Dikutip dari(Dewi & Sunarsih, 2011), berat badan merupakan


ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Berat
badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Pada kehamilan normal perubahan ini antara lain tampak pada
penambahan berat badan (BB) ibu sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan janin, tambahan cadangan lemak, pembentukan dan
perkembangan placenta, peningkatan cairan tubuh serta pembesaran
payudara. Di samping itu, karena adanya perubahan hormonal ibu hamil
juga mengalami perubahan psikologis, sosiologis dan emosional.Janin
yang tumbuh optimal akan lahir hidup dengan berat 2500-3500 gram.
Untuk mencapai tujuan tersebut BB ibu harus naik selama kehamilan
dengan kisaran 7-12 kg. Serum darah dan volume darah bertambah sebesar
25-30%, dan penambahan berat badan pada trimester ini sekitar 0,4-0,5
kg/minggu. Distribusi kenaikan ibu selama hamil terinci pada tabel 2.4
berikut.

Tabel 2.4
Distribusi Komponen Jaringan dalam Kenaikan BB Ibu
Sesuai Umur Kehamilan

Jaringan Dan Cairan Peningkatan Berat Badan Kumulatif (gram)


10 minggu 20 minggu 30 40
minggu minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan ketuban 30 350 750 800
Rahim 140 320 600 970
Payudara 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan ekstraseluler 0 30 80 1480
Cadangan lemak tubuh 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
(Sumber:Dewi& Sunarsih, 2011)
Rahmah (2016) menjelaskan bahwa peningkatan berat badan saat
hamil terjadi karena bertambahnya nafsu makan ibu dan meningkatnya
hormon progesterone yang dapat meningkatkan pembentukan lemak
tubuh, sehingga berat badan ibu hamil secara otomatis akan meningkat.
1. Anjuran Penambahan Berat Badan Pada Ibu Hamil Per Trimester
Selama trimester I, anjuran penambahan berat badan tidak sebesar
trimester II dan III yaitu berkisar antara 1-2 kg (atau 350-400 g/minggu).
Sedangkan anjuran penambahan berat badan untuk trimester II dan III
berdasarkan status gizi ibu yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.5
Anjuran Penambahan Berat Badan Untuk Trimester II Dan III
Berdasarkan Status Gizi Ibu

IMT sebelum Hamil Rata-rata penambahan berat badan


pada TM II dan TM III (Kg/minggu)
BB kurang (<18,5 kg/m2) 0,51 (1 -1,3)
Normal (18,5-2,49 kg/m2) 0,42 (0,35 – 0,5)
BB berlebih (25-29,9 kg/m2) 0,28 (0,23 – 0,33)
Obesitas (> 30 kg/m2) 0,22 (0,17 – 0,27)
(Sumber: Rahmah, 2016)

2. Anjuran Total Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan


Anjuran total penambahan berat badan selama kehamilan didasarkan
pada status gizi ibu sebelum hamil yang diukur menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Berikut anjuran total penambahan berat badan
selama kehamilan (kg) berdasarkan IMT sebelum hamil:
Tabel 2.6
Anjuran Total Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan

IMT sebelum Hamil Total Penambahan BB (Kg)


BB kurang (<18,5 kg/m2) 12,5 – 18
Normal (18,5-2,49 kg/m2) 11,5 – 16
BB berlebih (25-29,9 kg/m2) 7 – 11,5
Obesitas (> 30 kg/m2) 5–9
(Sumber: Rahmah, 2016)

3. Status Gizi
Status gizi ibu hamil adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan minuman pada beberapa waktu
sebelum hamil.Status gizi dapat diketahui melalui perhitungan IMT dan
pengukuran lingkar lengan atas.
Penambahan berat badan yang tidak optimal bisa terjadi karena
beberapa faktor, diantaranya yaitu (Rahmah, 2016):
1. Asupan makanan tidak adekuat
Asupan makanan yang tidak adekuat (kurang/berlebih) dapat
menyebabkan penambahan berat badan ibu hamil menjadi tidak
optimal.Asupan makan yang kurang bisa terjadi karena kondisi mual
muntah yang dialami ibu hamil. Asupan makanan yang berlebih, terutama
makanan dan minuman yang manis dapat menyebabkan penambahan berat
badan melebihi anjuran.
2. Status gizi sebelum hamil
Ibu yang memiliki status gizi sebelum hamil berat badan berlebih
(overweight) dan obesitas berisiko tinggi memiliki penambahan berat
badan di atas rekomendasi Institute of Medicine (2009).Hal ini terjadi
karena sejak awal status berat badan ibu sudah berlebih, sehingga saat
hamil berat badannya terus meningkat di atas rekomendasi.
3. Dukungan sekitar yang kurang
Dukungan sosial dapat mempengaruhi motivasi ibu hamil dalam
menjaga kesehatan selama kehamilan. Motivasi ibu hamil yang tinggi
dapat menimbulkan keinginan dan kesadaran ibu untuk menjaga kesehatan
selama kehamilan yang diaplikasikannya dalam bentuk perilaku menjaga
kesehatan seperti mengonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang
cukup, menghindari segala hal yang dapat membahayakan ibu dan janin
serta rutin melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulannya, sehingga
penambahan berat badan ibu hamil dapat tercapai secara optimal.
4. Tingkat pengetahuan
Informasi tentang gizi selama kehamilan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu. Apabila informasi tentang gizi selama kehamilan
yang diperoleh ibu kurang, maka tingkat pengetahuan ibu hamil akan
rendah. Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang terhadap gizi
ibu hamil, akan mempengaruhi penambahan berat badan selama kehamilan
tidak optimal (Rahmah, 2016).

2.6 Kerangka Teori


Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Resiko

Keadaan social
ekonomi:

- Tingkat pendidikan
- Jenis Pekerjaan
- Pendapatan
Kejadian KEK pada Ibu
Hamil (LiLA < 23,5 cm)
Faktor Ibu:

- Umur Ibu
- Umur kehamilan
- Jumlah anak
- Pemeriksaan kadar
Hb
- Pola makan

Status
Gizi:DILIHAT DARI
Keterangan: IMT
diteliti - Berat Badan
- Tinggi Badan
tidak diteliti

Sumber :
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL &
HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah suatu uraian visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel
yang satu dengan yang lain dari masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan pada tinjauan teori
maka untuk mengetahui “hubungan umur ibu, usia kehamilan dan IMT
dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020”. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
umur ibu, usia kehamilan dan berat badandan dependen kejadian
kekurangan energi kronik (KEK) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
kerangka konsep berikut ini:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Umur ibu

Usia Kehamilan Kejadian KEK

IMT
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data
dan menghindarkan perbedaan intervensi serta membatasi ruang lingkup
variabel. Variabel yang dimasukkan dalam definisi operasional adalah
variabel kunci/penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat
dipertanggung jawabkan (referensi harus jelas)(Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur

Variabel Independen

1 Kejadian pengukuran Telaah Ceklist 0= KEK Ordina


KEK Lingkar dokumen l
Lengan atas dan 1= Tidak KEK
(LiLA) pada Lembar
ibu hamil observasi
dengan KEK jika
mengunakan LiLA
metlin dengan <23,5cm
cara Tidak KEK
pengukuran jika LiLA
dilakukan >23,5cm
dibagian
tengah antara
bahu dan siku
lengan
kiri(kecuali
orang kidal).

Variabel Dependen

2 Umur Ibu Usia ibu Telaah Ceklist 0=Beresiko Ordina


sesuai dengan dokumen 1 = Tidak l
usia dan Beresiko
reproduksi Lembar
yang sehat observasi
dan aman (20- Berisiko,ji
35 tahun) ka umur
ibu <20
tahun
Tidak
berisiko
jika umur
ibu 20-35
3 Usia Usia Telaah Ceklist 0= Beresiko, Ordina
kehamila kehamilan ibu dokumen 1= Tidak beresiko l
n dalam dan
hitungan Lembar
minggu mulai observasi
hari pertama Berisiko
haid terakhir jika usia
kehamilan
1-14
minggu(T
M I)
Tidak
berisiko
jika usia
kehamilan
15-40
minggu
(TM
II,TM III)
4 IMT BB/TB2 (kg/ Telaah Ceklist 0 = Beresiko Ordina
m2), dokumen 1=Tidak Beresiko l
dan
Lembar
observasi
Berisiko,
jika IMT
<18,5 dan
>30
Tidak
Berisiko
jika IMT
18,5-30

3.3 Hipotesa
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Ha:
3.3.1 Terdapat perbedaan umur ibu dengan Kejadian KEK pada ibu hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020.
3.3.2 Terdapat perbedaan usia kehamilan dengan Kejadian KEK pada ibu hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020.
3.3.3 Terdapat perbedaan IMT ibu dengan Kejadian KEK pada ibu hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2020.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik
dengan desain cross sectional dimana data yang menyangkut variabel
independen (umur ibu, usia kehamilan dan IMT Ibu hamil)dan variabel
dependen (Kejadian KEK) dikumpul dalam waktu
bersamaan(Notoatmodjo, 2018).
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasiadalahwilayah generasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang tertentu (Setiawan &
Prasetyo, 2015). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
tercatat dalam data rekapan kohort ibu dari Januari - Maret 2020 di
Puskesmas Tembilahan Hulu sebanyak 249 orang dan penelitian dilakukan
pada bulan juni 2020
4.2.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil adari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.Estimasi besar
sampel yang digunakan dalam penelitian inimenggunakan rumus
(Notoatmodjo, 2018):

N 249
n= 2 = 2 = 71,35= 71 orang
N ( d ) +1 249 ( 0,1 ) +1
Keterangan :
n : Sampel
N : Populasi
d : determinasi (0,1)

Sehingga didapatkan sampel sebanyak71 orang,


Pengambilansampel dilakukan dengan teknik simple random sampling,
yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

4.3 Prosedur dan Instrumen pengambilan Data


4.3.1 Prosedur Pengambilan Data
Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengalisis
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meminta izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Tembilahan
Hulu.
2. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengumpulan data
3. Melakukan penelitian dengan meminta data rekap kohort ibu hamil.
4. Melakukan penelitian dengan merekap data ibu hamil ke dalam lembar
observasi.
5. Mengolah Data.

4.3.2 Instrumen pengambilan Data


Instrumen dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dan
lembar observasi.

4.4 Pengolahan Data


Pengolahandata dilakukan melalui beberapa tahap, diolah secara
komputerisasi dengan tahapan olahan sebagai berikut(Setiawan &
Prasetyo, 2015):
4.4.1 Pemeriksaandata (editing)
Setelah data rekap kohort ibu hamil didapatkan sesuai variabel
yang ada kemudian diperiksa kembali apakah semua sudah sesuai yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
4.4.2 Pengkodean(coding)
Setelahdata diedit, maka dilakukan proses coding yaitu mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan sesuai
dengan jawaban untuk memudahkan entry data ke computer.
4.4.3 Memasukkan data (entry data)
Data yang telah diedit dan diberi kode kemudian dientri dengan
menggunakan computer dengan cara mengentry data ke paket program
komputer yaitu Microsoft Excel.
4.4.4 Tabulasi (Tabulating)
Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4.4.5 Pembersihan data (Cleaning Data)
Ini merupakankegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-
entry untuk melihat kemungkinan ada kesalahan kode, ketidak lengkapan,
dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.5 Analisis Data


4.5.1 Analisis Univariat
Analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian. Analisa univariat dilakukan untuk
melihat frekuensi dependent dan variabel independent dan proposi masing-
masing variable yang diteliti dan dihitung presentasenya, dengan rumus
sebagai berikut:

𝑝=𝑓×100%
n

Keterangan:
P = Proporsi
f = Frekuensi Kategori
n = Jumlah Sampel

4.5.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat bertujuan untuk melihat dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi.Pengujian hipotesis untuk mengambil
keputusan apakah hipotesis yang diujikan cukup meyakinkan ditolak atau
diterima, dengan menggunakan uji chi-square test.dengan bantuan
perangkat lunak, program statistik, dihasilkan Odds Ratio yang digunakan
untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
Odds Ratio disajikan dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan
95% yang diinterpretasikan sebagai Co Efisien hubungan antara dua
variabel dengan rumus :

𝑋2=Σ(0−𝐸)2

𝐸
Dimana :
X = Kai kuadrat
0 = Frekuensi Observasi
E = Frekuensi Harapan

Dengan kriteria pengambilan kesimpulan :≤ alpha diterima


1. Ho ditolak atau Ha diterima jika P value (Sig) <alpha.
2. Ho gagal ditolak atau Ha ditolak jika P value (Sig) >alpha.

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara 2


variabel yaitu variabel independent dan variabel dependen. Uji yang
dipakai adalah Chi-Square dengan batas ketentuan nilai α=0,05(y95%).

DAFTAR PUSTAKA

Misal:
1. (Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2019)

2. Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi.
EGC.
3. Dewi, V. N. L., & Sunarsih, T. (2011). 2011. Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas. Salemba Medika.
Dinkes Provinsi Riau. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Riau 2018-1-2019.
Ernawati, A. (2018). Hubungan Usia Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang: Media Informasi
Penelitian, Pengembangan Dan IPTEK, 14(1), 27–37.
https://doi.org/10.33658/jl.v14i1.106
Etika, N. M. (2020). Bahayanya Kekurangan Energi Kronis Saat Hamil. Hello
Sehat. https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/kek-gangguan-gizi-
saat-hamil/
Fatimah, S., & Fatmasanti, A. U. (2019). Hubungan Antara Umur, Gravida, Dan
Status Bekerja Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Dan
Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14 Nomor 3.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/248/252
Goni, A., Laoh, J., & Pangemanan, D. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Ibu Hamil Dengan Status Gizi Selama Kehamilan Di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1), 112179.
Hidayati, R. W. (2017). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Lingkar Lengan
Atas Pada Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
Juni 2017. Jurnal Keperawatan Intan Husada, 5 No.1.
https://akperinsada.ac.id/e-jurnal/index.php/insada/article/view/77/48
Infodatin. (2016). Situasi dan Analisis Gizi.
Joseph, N. (2020). Perkembangan Trimester Kehamilan Pertama, Kedua, dan
Ketiga. Hello Sehat.
https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/perkembangan-trimester-
kehamilan/
Kemenkes RI. (2019). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS) 2018.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
__________, (2014). Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan KIA.
__________, (2015). Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK)
Pada Ibu Hamil. Direktorat Bina Gizi.

_______, (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.


http://www.depkes.go.id/resurces/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profilkesehatan-Indonesia-2015.
__________, (2017). Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (Balita -
Ibu Hamil - Anak Sekolah). Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
________, (2018). Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2017.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2019). Keluarga Sadar Gizi,
Indonesia Sehat dan Produktif. Www.Kominfo.Go.Id.
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Intern et+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker
Kristiyanasari, W. (2010). Gizi Ibu Hamil. Nuha Medika.
Laila Rahmi. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan
Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Belimbing Padang
Factors Related To Chronic Energy Deficiency (Ced) To Pregnant Woman
in Belimbing Health Centre Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika,
8(1), 35–46. laila_sitiazzahra@yahoo.co.id
Muslihatun, W. N. (2011). Dokumentasi Kebidanan. Fitramaya.
Muslimah, A. R., & Hidayati, R. W. (2017). Lengan Atas Pada Ibu Hamil
Trimester I Di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta Tahun 2016.
5(1), 1–8. http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/2649
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
__________, (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan d. Rineka Cipta.
Petrika, Y., Hadi, H., & Nurdiati, D. S. (2016). Tingkat asupan energi dan
ketersediaan pangan berhubungan dengan risiko kekurangan energi kronik
(KEK) pada ibu hamil. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian
Journal of Nutrition and Dietetics), 2(3), 140.
https://doi.org/10.21927/ijnd.2014.2(3).140-149
Prawiroharjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Primadani, F. D. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kek Pada
Ibu Hamil Di Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas [Universitas
Muhammadiyah Purwokerto]. http://repository.ump.ac.id/id/eprint/875
Puskesmas Tembilahan Hulu,Rekapan Kohort dan rekam medik ibu hamil tahun
2019-2020.
Puspitasari, D. R., Setyabudi, M. T., & Rohmani, A. (2015). Hubungan Usia,
Graviditas dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi Dalam
Kehamilan. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 2(1), 29–33.
Rahmah, E. F. (2016). Berat Badan Optimal Kehamilan Program Studi Ilmu Gizi.
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. http://gizi.fk.ub.ac.id/berat-
badan-optimal-kehamilan/
Rosmalamei, D., & Rosidi, A. (2018). Usia, Tingkat Pendidikan, Jarak
Kehamilan Dan Paritas Sebagai Faktor Risiko Kurang Energi Kronik
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kalibakung Kecamatan Balapulang
Kabupaten Tegal. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Setiawan, D., & Prasetyo, H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk
Makasiswa Kesehatan (pertama). Graha Ilmu.
Simbolon, D., Jumiyati, & Rahmadi, A. (2018). Pencegahan Dan
Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) Dan Anemia Pada Ibu
Hamil (Pertama). Penerbit Deepublish.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. EGC.
Supariasa, I. D. N. (2012). Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. EGC.
Syukur, N. A. (2016). Faktor - Faktor yang Menyebabkan Kurang Energi Kronis
(KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda.
Mahakam Midwifery Journal, 1(1), 38–45.

Anda mungkin juga menyukai