Anda di halaman 1dari 9

EPIDEMIA Vol.01, No.

01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

FAKTOR DETERMINAN IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP ADOW BOLAANG
MONGONDOW SELATAN TAHUN 2017

Gita Cahyani Mokoagow1 Nancy Bawiling2 Jilly Toar3


1,2,3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Manado
Email :gitamokoagow@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui fakor determinan apasaja yang mempengaruhi ibu
dalam pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Adow. Kecamatan Pinolosian,
Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Jenis penelitian survei analitik. Dengan rancangan
penelitian Crossectional, variabel yang diteliti variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan dan
independen yaitu umur, pendidikan, dan jarak ke fasilitas kesehatan. Sampel sebanyak 100 ibu melahirkan
pada tahun 2017, penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan sampel menggunakan
random sampling yaitu berdasarkan data sekunder dari puskesmas. Data diolah dengan program SPSS dengan
uji statistik Khai – kuadrat (Chi–square). Hasil uji di dapatkan bahwa ibu lebih banyak memilih bersalin di
biang kampung sebesar 61,0% di tenaga kesehatan 39,0%. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat
hubungan antar umur dengan pemilihan penolong persalinan nilai (p-value 0,001). Terdapat hubungan antara
pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan nilai (p-value 0,018). Terdapat hubungan antara akses ke
fasilitas kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan nilai (p-value 0,000). Disarankan kepada puskesmas
agar bisa mendampingi dan memberikan arahan terhadap biang kampung dalam proses menolong persalinan.
Kata Kunci : Faktor Determinan, Pemilihan Penolong Kesehatan

Abstract
This study generally aims to find out what factors are determinants that affect mothers in the selection of birth
attendants in the working area of the Adow Inpatient Health Center. Pinolosian District, Middle of Bolaang
Mongondow Selatan District. Type of analytic survey research. With the Crossectional study design, the
variables examined by the dependent variable were the selection of birth attendants and independent, namely
age, education, and distance to health facilities. A sample of 100 mothers gave birth in 2017, the study used
primary and secondary data. Sampling using random sampling is based on secondary data from the health
center. Data was processed using the SPSS program with a statistical test of Khai - quadrate (Chi - square).
The test results were found that mothers preferred maternity at the village level by 61.0% in health workers
39.0%. The conclusion of this study is that there is a relationship between ages with the delivery helper
selection value (p-value 0.001). There is a relationship between education and the selection of birth attendants
(p-value 0.018). There is a relationship between access to health facilities and the delivery helper selection
value (p-value 0,000). It is recommended to the puskesmas to be able to assist and provide direction to the
village leader in the process of assisting labor.
Keywords: Determinant Factor, Selection of Health Helper

27
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

PENDAHULUAN kesehatan ibu dan anak adalah bidan.


Salah satu faktor yang memengaruhi AKI Bidan mempunyai tugas penting dalam
(Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka memberikan bimbingan, asuhan dan
Kematian Bayi) adalah tenaga penolong. penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan
Setiap menit seorang perempuan dengan tanggung jawabnya sendiri serta
meninggal karena komplikasi yang terkait memberikan asuhan kepada bayi baru
dengan kehamilan dan persalinannya. lahir. Asuhan itu termasuk tindakan
dengan kata lain, 1.400 perempuan pencegahan, deteksi kondisi abnormal,
meninggal setiap hari atau lebih dari pada ibu dan anak, serta melaksanakan
500.000 perempuan meninggal setiap tindakan kegawatdaruratan medik. (Sheila
tahun karena kehamilan dan persalinan dan Anthea, 2009).
(WHO, 2015). Angka Kematian Ibu dan Anak di
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia masih cukup tinggi
(KIA) masih merupakan masalah dibandingkan dengan negara ASEAN
kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya lainnya. Menurut data survei Demografi
telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012,
Indonesia antara lain meningkatkan AKI menunjukkan angka 359/100.000
pelayanan antenatal di semua fasilitas kelahiran hidup. Di Sulawesi Utara pada
pelayanan kesehatan dengan mutu yang tahun 2014 yaitu 58 kasus dan tahun 2015
baik serta menjangkau semua kelompok meningkat mencapai 71 kasus dan
sasaran, meningkatkan pertolongan bervariasi di Kabupaten/Kota. (Dinkes
persalinan oleh tenaga profesional secara Sulut, 2016).
berangsur, meningkatkan deteksi dini Pemilihan penolong persalinan
risiko tinggi ibu hamil dan melaksanankan merupakan salah satu hak reproduksi
sistem rujukan serta meningkatkan perorangan, ini berarti setiap orang baik
pelayanan neonatal dengan mutu yang laki-laki atau perempuan mempunyai hak
baik. Tujuan akhir dari program KIA yang sama untuk memutuskan secara
tersebut menurunkan angka kematian ibu bebas dan bertanggungjawab mengenai
dan anak (Depkes RI, 2015). jumlah anak, jarak antar anak serta
Pertolongan persalinan oleh tenaga menentukan dimana akan melahirkan
kesehatan terlatih menjadi sangat penting (Depkes, 2001).
dalam upaya penurunan angka kematian Di Puskesmas Rawat Inap Adow
ibu karena dapat membantu mengenali pada tahun 2015 terdapat sebesar 115 Ibu
kegawatan medis dan membantu keluarga melahirkan, 2016 sebesar 121 melahirkan,
untuk mencari perawatan darurat. Pada dan 2017 sebesar 133 ibu melahirkan. Dari
tahun 2011 Kementerian Kesehatan telah data tersebut bisa di simpulkan bahwa di
menetapkan kebijakan bahwa semua setiap tahunnya terdapat peningkatan
persalinan harus dilakukan oleh tenaga jumlah ibu melahirkan setiap tahunnya.
kesehatan terlatih dan memulai program Dari data sekunder puskesmas rawat inap
Jampersal (Jaminan Persalinan), yaitu adow bayi dibawah tiga tahun sebesar 307
suatu paket program yang mencakup bayi yakni dari tahun 2015 – 2017. (data
pelayanan antenatal, persalinan, posnatal puskesmas 2017)
dan Keluarga Berencana. (Eliana, 2012). Di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Salah satu faktor yang mempengauhi Inap Adow pada tahun 2017 terdapat 4 ibu
pemilihan persalinan kepada dukun melahirkan yang dibantu oleh biang
beranak yakni jarak yang jauh antara kampung dan satu ibu dirujuk ke Rumah
rumah ibu dengan fasilitas kesehatan Sakit Kabupaten karena biang kampung
(Endang, 2015). tersebut tidak mampu menangani
Salah satu tenaga kesehatan yang persalinan pada akhirnya ibu tersebut
terlibat langsung terhadap pelayanan mengalami komplikasi paska operasi dan
28
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

sudah dilakukan operasi hingga empat hidup responden sejak dilahirkan sampai
kali. saat penelitian dilakukan. Untuk melihat
Dari hasil penelitian peneliti pada proporsi umur ibu, dikelompokan
100 responden ibu melahirkan pada tahun menurut fakor risiko kehamilan dan
2017 yaitu lebih dari setengah ibu 61,0% persalinan yaitu usia 20-34 tahun
yang memilih bersallin di biang kampung. dikategorikan ”Tidak Berisiko” dan <20
Namun dari survei peneliti tidak ada atau ≥35 diketegorikan ”Berisiko”.
satupun biang kampung yang pernah Pendidikan Ibu“Pernyataan responden
mengikuti pelatihan khusus oleh tenaga tentang lamanya proses belajar yang
kesehatan ataupun tidak ada program diikuti pada institusi formal. Penilaian
pemerintah terhadap kebijakan pelatihan dengan memberikan skor sesuai dengan
terhadap biang kampung. lamanya mengikuti proses belajar, SD dan
SMP dikategorikan “Pendidikan rendah”
METODE PENELITIAN dan SMA, D3, S1 dikategorikan
Jenis penelitian yang di gunakan adalah “Pendidikan tinggi”. Dan Akses ke
penelitian survei analitik dengan fasilitas kessehatan “Pernyataan
menggunakan pendekatan Cross Sectional, responden tentang jarak dan waktu yang
dimana data variabel dependen dan harus ditempuh untuk mendapatkan
independen diambil pada waktu yang pelayanan pertolongan persalinan,
bersamaan. Penelitian ini menggunakan penilaian dikategorikan ”Jauh” bila jarak >
data primer yang diperoleh dari pengisian 2 km dan dan ”Dekat” bila jarak ≤ 2 km”.
kuesioner dan data sekunder yang Cara ukur menggunakan teknik
diperoleh dari di puskesmas Rawat Inap wawancara serta alat ukur kuesioner.
Adow. Variabel dalam penelitian ini terdiri Teknik pengambilan data Data
dari variabel umur ibu, pendidikan ibu, dikumpulkan melalui kuesioner yang
dan akses ke fasilitas persalinan dan diberikan pada responden, beberapa
variabel tenaga penolong persalinan. sebagian di wawancarai oleh peneliti tapi
Tempat penelitian ini Wilayah kerja semuanya berdasarkan kuesioner yang ada.
Puskesmas Rawat Inap Adow yang terdiri Pengisian kuesioner dilakukan oleh
dari 8 (delapan) desa yakni Adow, Adow peneliti dan dibantu oleh beberapa ibu –
Selatan, Torosik, Mataindo, Mataindo ibu PKK di Desa - desa. Pengumpulan
Utara, Deaga, Tobayagan dan Tobayagan data primer ini dilakukan pada bulan
Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2018. Sebelum dilakukan
bulan desember 2018. pengambilan data responden diberikan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjelasan tentang maksud dan tujuan
ibu yang bersalin pada tahun 2017 yang pengambilan data dan responden diberi
ada diwilayah kerja (8 desa) Puskesmas kesempatan bertanya kepada peneliti jika
Rawat Inap Adow sebanyak 133. Sampel ada pertanyaan yang tidak dimengerti atau
yang akan saya ambil dalam penelitian ini kurang jelas.
yaitu ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin: n = � HASIL DAN PEMBAHASAN
1+(�)2 1. Hasil Analisis Univariat
Dan didapatkan sampel sebanyak 100 Tabel 1. Responden berdasarkan penolong
responden. persalinan
Definisi operasional Variabel Penlong Jumlah %
dependen (penolong persalinan), Persalinan
“Pernyataan responden tentang orang Non Tenaga 61 61,0
yang dipilih untuk menolongnya saat Kesehatan
melahirkan anak terakhir”. Dan Variabel Tenaga 39 39.0
Independen (faktor-faktor determinan) Kesehatan
Umur “Pernyataan tentang lama waktu
29
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

Total 100 100,0 Penolong persalinan Total

Dari 100 responden 39 (39,0%) memilih Umur Non Tenkes Tenkes p


tenaga kesehatan sebagai penolong N %
persalinan dan 61 (61,0%) memilih non n % n %
tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinan. 10
Tabel 2. Responden menurur umur ibu. Tidak 37
14 37,8 23 62,2 0
beresiko 0,001
Umur Jumlah %
47 74,6 16 25,4 10
Beresiko 63
Beresiko 63 63,0 0
Tidak beresiko 37 37,0
Proporsi responden dengan umur beresiko
Jumlah 100 100,0 yang memilih non tenaga kesehatan
sebagai penolong persalinan sebanyak
Dari 100 responden sebanyak 63 (63,0%) (74,6%) lebih besar dibandingkan dengan
saat melahirkan anak terakhir merupakan proporsi yang memilih tenaga kesehatan
kelompok beresiko dan 37 (37,0%) yang sebagai penolong persalinan yaitu
tidak beresiko. (25,4%). Perbedaan ini bermakna (nilai p
Tabel 3. Responden menurut pendidikan 0,01) maka dapat disimpulkan ada
ibu di wilayah kerja Puskesmas hubungan yang signifikan antara umur
Pendidikan Jumlah % dengan pemilihan penolong persalinan.
Tabel 6. Hubungan faktor pendidikan
Pendidikan rendah 57 57,0
dengan pemilihan penolong persalinan di
Pendidikan tingggi 43 43,0 wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Adow Kecamatan Pinolosian Tengah
Jumlah 100 100,0% Kabupaten Bolang Mongondow Selatan
2017.
Dari 100 responden 57 (57,0%) Penolong persalinan Total
berpendidikan rendah dan 45 (43,0%)
berpendidikan tinggi. Pendidikan Non
Tenkes p
Tabel 4. Responden menurut akses ke ibu Tenkes
N %
fasilitas kesehatan. n % n %
Akses ke fasilitas Jumlah %
kesehatan Pendidikan 57 100
rendah 41 71,9 16 28,1
Jauh 50 50,0 0,018
Pendidikan 20 46,5 23 53,5 43 100
Dekat 50 50,0 tinggi

Jumlah 100 100,0% Proporsi pendidikan rendah lebih besar


(71,9%) yang memilih non tenaga
Dari 100 responden 50 orang (50,0%) kesehatan dibandingkan dengan
akses ke fasilitas kesehatan jauh dan 50 pendidikaan tinggi (46,5) sebagai
orang (50%) dekat. penolong persalinan. Perbedaan ini
2. Analisis Bivariat bermakna (nilai p 0,018) maka dapat
Tabel 5. Hubungan faktor umur dengan disimpulkan ada hubungan yang signifikan
pemilihan penolong persalinan di wilayah antara pendidikan dengan pemilihan
kerja Puskesmas Rawat Inap Adow penolong persalinan.
Kecamatan Pinolosian Tengah Kabupaten Tabel 10. Hubungan faktor akses ke
Bolang Mongondow Selatan 2017 fasilitas kesehatan dengan pemilihan
30
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

penolong persalinan di wilayah kerja dukun bayi. Berdasarkan indikator


Puskesmas Rawat Inap Adow Kecamatan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan
Pinolosian Tengah Kabupaten Bolang anak, pertolongan persalinan sebaiknya
Mongondow Selatan 2017. oleh tenaga kesehatan yang memiliki
Penolong persalinan Total kompetensi kebidanan (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
Akses ke Non bidan, dan perawat bidan) tidak termasuk
Tenkes p
faskes Tenkes oleh dukun bayi (Nurgahaya, Amelia
N %
2018). Menurut hasil penelitian Iskandar
n % n % et, al (2011) mengatakan bahwa ibu yang
memilih dukun sebagai penolong
Jauh 40 80,0 10 20,0 50 100 persalinan dipengaruhi beberapa faktor
0,000 diantaranya umur, pendidikan, dan jarak
Dekat 21 42,0 29 58,0 50 100 fasilitas kesehatan. Nurhasanah (2016)
mengatakan bahwa terdapat hubungan
Proporsi responden dengan akses ke antara tingkat pendidikan ibu dengan
fasilitas kesehatan jauh memilih non pemilihan penolong persalinan. Amelia
tenaga kesehatan (biang kampung) (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh
sebanyak (80,0%) lebih besar tingkat pendidikan ibu dan jarak ke
dibandingkan proporsi akses ke fasilitas fasilitas kesehatan dengan pemilihan
kesehatan jauh yang memilih tenaga penolong persalinan. Hasil penelitian
kesehatan sebanyak (20,0%). Perbedaan terhadap 100 orang responden terdapat 39
ini bermakna (nilai p 0,000) maka dapat orang (39,0%) memilih tenaga kesehatan
disimpulkan ada hubungan yang signifikan sebagai penolong persalinan sedangkan 61
antara akses ke faslitas kesehatan dengan orang (61,0%) yang memilih dukun
pemilihan penolong persalinan. sebagai penolong persalinan. Dari 39
PEMBAHASAN responden yang memilih tenaga kesehatan
1. Pemilihan Penolong Persalinan sebagai penolong persalinan 59,0%
Pemilihan penolong persalinan merupakan beralasan lebih aman karena dapat
salah satu hak reproduksi perorangan. Hak mengatasi kesulitan saat persalinan, 17,9%
reproduksi perorangan dapat diartikan karena anjuran petugas kesehatan, 17,9%
bahwa setiap orang baik laki-laki ataupun anjuran dari petugas kesehatan dan 5,1%
perempuan (tanpa memandang perbedaan keinginan sendiri. Dari 61 responden yang
kelas sosial, suku, umur, agama dan lain- memilih non tenaga kesehatan (biang
lain) mempunyai hak yang sama kampung) 44,3% beralasan sudah turun
memutuskan secara bebas dan temurun, 24,6% karena lebih dekat, 16,4%
bertanggungjawab (kepada diri, keluarga karena lebih murah, dan 14,8% anjuran
dan masyarakat) mengenai jumlah anak, keluarga.
jarak antar anak, serta untuk menentukan Data primer yang didapat oleh
waktu kelahiran anak dimana anak akan peliti memalui wawanara mendalam
dilahirkan (Depkes RI 2001, dalam Erlina dengan responden yang melahirkan pada
et al). Persalinan yang aman memastikan usia 20 tahun dibantu biang kampung saat
bahwa semua penolong persalinan bersalin, sudah lewat dari pembukaan
mempunya pengetahuan, ketrampilan, dan sembilan dan belum juga melahirkan
alat untuk memberikan pertolongan yang sehingga dirujuk ke rumah sakit
aman dan bersih, serta memberikan Kabupaten dan dilakukan operasi
pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. pengeluaran bayi, setelah dua hari pasca
Tenaga yang dapat memberikan operasi melahirkan terjadi komplikasi
pertolongan persalinan dapat dibedakan sehingga dilakukan operasi lagi hingga 3
menjadi dua, yaitu tenaga profesional dan kali pasca operasi pertama. Berdasarkan
31
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

penelitian di wilayah kerja Puskesmas pemilihan penolong persalian dengan nilai


Rawat Inap Adow Tahun 2017 ibu yang p=0,001. Hal ini dikarenakan lebih
memeilih biang kampung sebagai banyaknya ibu yang berada di kategori
penolong persalinan lebih banyak beresiko memilih biang kampung sebagai
dibandingkan yang memilih tenaga penolong persalinan karena ibu yang
kesehatan sebagai penolong persalinan. berusia ≥35 sudah melahirkan lebih dari
Hal ini sangat beresiko dikarenakan biang satu kali maka ibu merasa persalinan yang
kampung di wilayah kerja Puskesmas berikut hal yang biasa dan memilih biang
Rawat Inap Adow belum pernah kampung sebagai penolong persalinannya.
mendapatkan pelatihan dari tenaga 3. Hubungan pendidikan dengan pemilihan
kesehatan ataupun alat – alat yang penolong persalinan.
digunakan masih tradisional. Hasil analisis pada tabel 6 terdapat
2. Hubungan umur dengan pemilihan hubungan yang signifikan pendidikan
penolong persalinan. dengan pemilihan penolong persalinan.
Berdasarkan analisis pada tabel 5 terdapat Responden yang berpendidikan rendah
hubungan yang signifikan antara umur (71,9%) yang memilih non tenaga
dengan pemilihan penolong persalinan kesehatan, pendidikan tinggi yang memilih
responden dengan umur beresiko yang non tenaga kesehatan sebesar 46,5%, dan
memilih non tenaga kesehatan sebagai 28,1% pendidikan rendah yang memilih
penolong persalinan sebanyak (74,6%) dan tenaga kesehatan, pendidikan tinggi 53,5%
kelompok tidak beresiko yang memilih yang memilih tenaga kesehatan sebagai
non kesehatan sebagai penolong persalinan penolong persalinan. Perbedaan ini
sebesar (37,8%). lebih besar dibandingkan bermakna (nilai p 0,018) maka dapat
dengan proporsi yang memilih tenaga disimulkan Ibu yang berpendidikan rendah
kesehatan sebagai penolong persalinan cenderung memilih dukun sebagai
dalam kelompok tidak beresiko yaitu penolong persalinan.
(62,2%) dan beresiko (25,4%). Perbedaan Hasil penelitian ini sejalan dengan
ini bermakna (nilai p 0,01). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
penelitian ini kelompok umur yang Nurhasanah, Khojiati (2016) tentang
dikatakan beresiko yaitu persalinan yaitu Faktor yang mempengaruhi ibu dalam
usia <20 atau ≥35 dan tidak beresiko 20- pemiliahan tenaga penolong persalinan
34 tahun. yang menyatakan bahwa terdapat
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan hubungan yang bermakna antara
adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pengetahuan ibu dengan pemilihan tenaga
pada wanita hamil dan persalinan dibawah penolong persalinan nilai p = 0,000.
20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari Penelitian ini diperkuat dengan penelitian
kematian maternal pada usia 20-30 tahun. sebelumnya oleh Masita et. al. (2010)
Kematian meningkat sesudah usia 35 tentang Pemilihan Penolong Persalinan di
tahun. ( Prawirohardjo,1991 dalam Ellyana Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang
Hutapea, 2012). Provinsi Banten yang menyatakan bahwa
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendidikan mempunyai faktor terbesar
penelitian yang dilakukan oleh Gita et. al. terhadap pemilihan penolong persalinan.
(2017) tentang Analisis Faktor Pemilihan Ibu dengan penedidikan rendah akan
Tempat Bersalin Di Rumah Sakit Pada Ibu cenderung empat kali memilih dukun
Hamil yang menyatakan bahwa Terdapat sebagai tenaga penolong persalinan
hubungan antara karakteristik umur ibu dibandingkan dengan ibu berpendidikan
dengan pemilihan tempat bersalin dengan tinggi.
nilai p value = 0,003. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu berhubungan
bahwa umur ibu berhubungan dengan dengan pemilihah persalinan nilai p =
32
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

0,018. Hal ini dikarenakan lebih banyak berhubungan dengan pemilihah persalinan
ibu dalam kategori pendidikan rendah nilai p =0,000. Hal ini dikarenakan ibu
yang memilih biang kapung sebagai yang berada dikategori jauh dari fasilitas
penolong persalinan dibanding ibu yang kesehatan lebih banyak memilih biang
memilih tenaga kesehatan karena ibu yang kampung sebagai penolong persalinan
perpendidikan rendah tidak mempunyai karena menurut ibu biang kampung lebih
pengetahuan serta wawasan yang baik dekat serta kebanyakan ibu memilih biang
khususnya dalam pemilihan penolong kampung dengan alasan sudah turun
persalinan. temurun dan lebih murah.
4. Hubungan akses ke fasilitas kesehatan
dengan pemilihan penolong persalinan. KESIMPULAN
Hasil analisis pada tabel 7 terdapat 1. Terdapat hubungan yang signifikan
hubungan yang bermakna antara akse ke antara faktor umur dengan pemilihan
fasilitas kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan dengan nilai p
penolong persalinan proporsi responden 0,001.
yang memilih akses ke fasilitas kesehatan 2. Terdapat hubungan yang signifikan
jauh memilih non tenaga kesehatan antara faktor pendidikan dengan
sebanyak (80,0%), dekat (42,0%) dan yang pemilihan penolong persalinan
memilih tenaga kesehatan sebagai dengan nilai p 0,018.
penolong persalinan jauh (20,0%), dekat 3. Terdapat hubungan yang signifikan
(58,0%). antara faktor akses ke fasilitas
Pada penelitian yang dilakukan oleh kesehatan dengan pemilihan
Nurhapippa (2015) tentang Faktor Yang penolong persalinan dengan nilai p
Mempengaruhi Ibu Dalam Memilih 0,000.
Penolong Persalinan di Puskesmas XIII
Koto Kampar yang menyatakan bahwa ada DAFTAR PUSTAKA
hubungan keterjangkauan dalam pemilihan
penolong persalinan jika pelayanan Asyifa et. al., (2016). Hubungan Tempat
kesehatan tidak terjangkau yaitu jarak Persalinan Dan Jenis Penolong
tempat tinggal jauh dari lokasi puskesmas, Persalinan Dengan
maka semakin besar keputusan ibu Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
memilih dukun bayi/biang kampung. Dini Di Puskesmas Martapura.
Menurut peneliti akses yang jauh ke Lambung Mangkurat
fasilitas kesehatan mengakibatkan ibu Banjarbaru. Jurnal.
lebih memilih biang kampung sebagai
Astutik, et. al. (2015). Hubungan Akses
penolong persalinan dibandingkan dengan
Pelayanan Kesehatan dan
ibu yang berjarak dekat dengan fasilitas
Pemilihan Penolong Persalinan.
kesehatan.
Stikes Nurul Jadid Paiton, Jawa
Penelitian ini diperkuat dengan penelitian
Timur. Jurnal
sebelumnya oleh Indrawati (2014) tentang
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anonim, Profil Data Kesehatan Puskesmas
Pemilihan Penolong Persalinan di Desa Adow (2018). Angka Ibu
Gema Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Melahirkan tiga tahun terakhir
Kiri yang menyatakan bahwa Terdapat Hal:10.
hubungan antara jangkauan pelayanan Amelia (2012). Faktor-Faktor Yang
kesehatan dengan pemilihan penolong Mempengaruhi Ibu Dalam
persalinan. Dengan uji statistik yang Pemilihan Penolong Persalinan.
dilakukan diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05. Uneversitas Negeri Gorontalo.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Jurnal
bahwa akses ke fasilitas kesehatan
33
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

Dinkes Sulut (2016). Profil Data Angka Indrawati, (2014). Faktor-Faktor Yang
Harapan Hidup. Jurnal. Hal 12 Berhubungan Dengan
(Online). (diakses tanggal 1 Pemilihan Penolong Persalinan
februari 2018). Di Desa Gema Wilayah Kerja
Puskesmas Kampar Kiri. Jurnal.
Endang, (2015). Faktor - Faktor Yang Stikes Tuanku Tambusai Riau.
Mempengaruhi Pemilihan
Pertolongan Persalinan Kepada Iskandar et. al. (2011). Faktor – Faktor
Dukun Di Desa Gema Dan Yang Berhubungan Dengan
Tanjung Belit Wilayah Pencarian Pertolongan
KerjaPuskesmas Kampar Kiri Persalinan Oleh Dukun Bersalin
Hulu I Kabupaten Kampar Dan Tenaga Kesehatan. Stikes
Tahun 2015. Stikes Tuanku Hang Tuah, Tanjung Pinang.
Tambusai Riau. Jurnal Jurnal

Erlina, et. al. (2015). Faktor-Faktor Yang Marmi, Margiati, (2017). Buku Ajar
Berhubungan Dengan Rencana Psikologi Kebidanan
Pemilihan Pertolongan “Pengantar Psikologi
Persalinan Pada Ibu Hamil Di Kebidanan”.
Kelurahan Margawati Wilayah
Kerja Puskesmas Pasundan Masita et. al. (2010). s. Poltekes
Kabupaten Garut. Universitas Kemenkes, Jakarta. Jurnal
Padjadjaran Bandung. Jurnal
Nunung, et. al. (2017). Determinan
Fauzia. (2014). Faktor – Faktor Yang Pemilihan Penolong Persalinan
Berhubungan Dengan Di Desa Punggur Kecil
Keputusan Pemilihan Tempat Kecamatan Sungai Kakap
Persalinan Pasien Poliklinik Kabupaten Kubu Raya.
Kandungan Dan Kebidanan Di Universitas Muhammadiyah
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pontianak. Jumantik
Kemang Medical Care.
Universitas Islam Negeri Syarif Nurhapipa, Seprina., (2015). Faktor Yang
Hidayatullah Jakarta Jurnal. Mempengaruhi Ibu Dalam
Memilih Penolong Persalinan
Gita et. al. (2017) tentang Analisis Faktor DiPuskesmas XIII Koto Kampar
Pemilihan Tempat Bersalin Di . Jurnal
Rumah Sakit Pada Ibu Hamil.
Universitas Muhammadiyah Nurhasanah, Khojianyati (2016). Faktor
Malang. Jurnal yang mempengaruhi ibu dalam
pemiliahan tenaga penolong
Handoko (2012). Statistik Kesehatan. persalinan. Akademi Kebidanan
Nuha Medika, Jogjakarta. Alsyiyah Pontianak. Jurnal
Nurgahaya, Amelia., (2018). Alasan
Hindra, et. al. (2017). Faktor Yang Pemilihan Penolong Persalinan
Berhubungan Dengan Oleh Ibu Bersalin di Pulau
Pemilihan Tenaga Penolong Papandangan Kel Mattiroujung
Persalinan Di Wilayah Kerja Kec. Liukang Tupabbiring
Puskesmas Pasir Putih kabupaten Pangke. Universitas
Kabupaten Muna Tahun 2016. Muslim Indonesia. Jurnal
Jimkesmas.

34
EPIDEMIA Vol.01, No.01 : Oktober 2020
Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA ISSN Print : xxxx – xxx X, ISSN Online : xxxx-xxxx

Oktarina, (2016). Buku Ajar Asuhan


Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir.

Pratiwi, (2016). Kuliah Jurusan Apa?


Jurusan Kebidanan, Gramedia Pustaka

Qodir, (2017). Buah Hati. Diandra


Kreatif. yogyakarta

Syifa, et. al. (2015). Determinan


Pemilihan Jenis Penolong Dan Tempat
Persalinan

Di Daerah Perdesaan
Kabupaten Toraja Utara.
Universitas Hasanudin. Jurnal.

Syafrudin, Hamidah (2009). Kebidanan


Komunitas, EGC

Setiawan, dkk., (2015). Metodologi


peneliian Kesehatan. Hal: 29 dan 74

35

Anda mungkin juga menyukai