Anda di halaman 1dari 9

Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No.

1 |September 2020

Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan Terhadap Capaian Indikator


Kinerja Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2019

Jessica Christanti; Megi Juliantini


Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Soegijapranata
email: jessica@unika.ac.id

Abstrak
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) setiap daerah bervariasi setiap tahunnya dan
dipengaruhi berbagai faktor salah satunya adalah tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan
melihat hubungan kelengkapan dan kesesuaian tenaga kesehatan terhadap ketercapaian target
indikator SPM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional.
Populasi sebanyak 24 Puskesmas di Kabupaten Ketapang dengan teknik pengambilan total
populasi. Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2019 merupakan sumber data sekunder.
Sebanyak 25% puskesmas memiliki ketercapaian target SPM lebih dari 15%, sedangkan 75%
puskesmas memiliki ketercapaian target SPM kurang dari 15%. Sebanyak 37,5% puskesmas
memiliki jumlah kesehatan sesuai dan 62,5% puskesmas tidak sesuai dengan standar. Sebanyak
41,7% puskesmas memiliki jenis tenaga kesehatan yang lengkap dan 58,3% puskesmas tidak
lengkap sesuai standar. Hasil uji fisher menunjukan tidak ada hubungan dengan kelengkapan
jenis (p=0,665) dengan kesesuaian jumlah tenaga kesehatan (p=0,635) terhadap ketercapaian
target indikator SPM. Banyak faktor yang mempengaruhi ketercapaian target indikator SPM.

Kata Kunci: puskesmas, standar pelayanan minimal, tenaga kesehatan

PENDAHULUAN Standar pelayanan minimal merupakan suatu


ketentuan dan mutu pelayanan dasar yang
Sistem kesehatan di Dunia berlomba-lomba wajib diberikan oleh pemerintah keseluruh
untuk meningkatkan kualitas pelayanan warga negara secara minimal. (UNDANG-
kesehatan Adanya standar pelayanan UNDANG REPUBLIK INDONESIA
kesehatan di suatu daerah dapat berdampak NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG
pada kemajuan ekonomi dan kualitas hidup PEMERINTAHAN DAERAH, 2014)
masyarakat (Syed Amin Tabish, 2009) Adapun standar pelayanan minimal terdapat
Kualitas suatu pelayanan kesehatan dapat 6 bidang salah satunya adalah kesehatan
terukur dengan adanya suatu standar yang yang memiliki revisi secara berkala dengan
berisi indikator dengan tujuan yang tepat revisi terakhir yaitu PMK No 4 Tahun 2019
sehingga berdampak langsung pada Tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
masyarakat dan perbaikan berkelanjutan. pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
(Mosadeghrad, 2014) Salah satu upaya Kesehatan yang berlaku sejak 1 Januari
Kementrian Kesehatan dalam meningkatkan 2019, dimana sebelumnya terdapat pada
kualitas hidup masyarakat dengan PMK No.43 Tahun 2016 Tentang Standar
menerbitkan standar pelayanan minimal. Pelayanan Minimal Kesehatan. Capaian

1
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

Standar Pelayanan Minimal (SPM) setiap Kabupaten Ketapang memiliki 24 puskesmas


daerah bervariasi setiap tahunnya dan yang terdiri dari 8 puskesmas rawat inap
dipengaruhi berbagai faktor seperti tenaga dengan wilayah kerja terpencil/sangat
kesehatan ( kompetensi, motivasi, kepuasan terpencil, 8 puskesmas rawat jalan dengan
kerja, sosio-demografi), lingkungan (sistem wilayah kerja terpencil/ sangat terpencil, 5
pelayanan kesehatan, sumber daya dan puskesmas rawat jalan di wilayah kerja
fasilitas, kolaborasi pengembangan kerja pedesaan dan 3 puskesmas rawat jalan di
sama), dan masyarakat (sosiodemografi, wilayah kerja perkotaan. (Kemenkes RI,
kooperatif, dan kesakitan). (Mosadeghrad, 2017)
2014) Beberapa penelitian menunjukan
bahwa tenaga kesehatan berdampak terhadap Distribusi tenaga kesehatan yang tidak
kinerja di fasilitas kesehatan. merata di daerah kabupaten dan tenaga
(Purwaningrum, 2018) (Fahlevi & Iqbal, kesehatan merupakan salah satu faktor yang
2017) Akan tetapi terdapat juga masalah mempengaruhi capaian Standar Pelayanan
tenaga kesehatan yaitu tidak meratanya Minimal Bidang Kesehatan. Oleh karena itu,
distribusi tenaga kesehatan ke seluruh kelengkapan dan kesesuaian tenaga
wilayah Indonesia. (Dewi, 2013) kesehatan perlu dilakukan analisa hubungan
dengan kinerja puskesmas melalui capaian
Ketimpangan pada salah satu faktor tersebut SPM Bidang Kesehatan.
dapat mempengaruhi hasil capaian standar
minimal dan indeks pembangunan kesehatan METODE
masyarakat di daerah tersebut. Data IPKM
Penelitian ini merupakan penelitian cross
(Indeks Pembangunan Kesehatan
sectional dengan total sampling. Populasi
Masyarakat) Tahun 2018 menunjukan bahwa
penelitian ini sebanyak 24 puskesmas yang
5 provinsi peringkat terbawah adalah Papua,
berada di Kabupaten Ketapang. Variabel
Papua Barat, Maluku, Kalimantan Barat dan
pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas
Kalimantan Tengah.(Hapsari, 2018)
yaitu kelengkapan dan kesesuaian tenaga
Kabupaten Ketapang merupakan salah satu
kesehatan dan variabel terikat yaitu capaian
kabupaten di Kalimantan Barat. Kabupaten
indikator kinerja SPM. Data penelitian
Ketapang memiliki luas wilayah 31.588 Km2
diambil dari Profil Kesehatan Kabupaten
dengan 20 kecamatan terdiri dari 9
Ketapang 2019 (Data Sekunder).
kelurahan dan 253 desa. (Badan Pusat
Kelengkapan dan kesesuaian tenaga
Statistik Kab. Ketapang, 2020) Kabupaten
kesehatan disesuaikan dengan PMK 43
Ketapang terbagi menjadi wilayah pesisir
tahun 2019 tentang puskesmas, dimana
pantai dan pedalaman/ perhuluan.
tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain
Kecamatan yang berada dalam wilayah
dokter dan/ atau dokter layanan primer,
pesisir pantai terdiri dari Kecamatan Matan
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga promosi
Hilir Utara, Muara Pawan, Delta Pawan,
kesehatan dan ilmu perilaku, tenaga sanitasi
Benua Kayong, Matan Hilir Selatan dan
lingkungan, nutrisionis, tenaga apoteker
Kedawangan. Kecamatan yang berada dalam
dan/atau tenaga teknis kefarmasian, dan ahli
wilayah pedalaman atau perhuluan adalah
teknologi laboratorium medik. (Permenkes
Kecamatan Simpang Hulu, Simpang dua,
RI Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat
Sungai Laur, Hulu Sungai, Sandai, Nanga
Kesehatan Masyarakat, 2019) Adapun
Tayap, Tumbang Titi, Sungai Melayu,
jumlah dan jenis tenaga kesehatan
Rayak, Pemaha, Jelai Hulu, Marau, Singkup,
disesuaikan dengan wilayah kerja puskesmas
Air Upas, dan Manis Mata.

2
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

dan kemampuan pelayanan puskesmas perkotaan. Puskesmas dengan wilayah kerja


(Kemenkes RI, 2017). terpencil/ sangat terpencil dengan
kemampuan layanan rawat inap terdiri dari
Capaian SPM disesuaikan dengan PMK No. Puskesmas Kedawangan, Puskesmas Manis
43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Mata, Puskesmas Marau, Puskesmas
Minimal Kesehatan dengan 12 indikator Tumbang Titi, Puskesmas Tanjung Pura,
kinerja antara lain cakupan ibu hamil Puskesmas Nanga Tayap, Puskesmas Sandai
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dan Puskesmas Balai Berkuak. Puskesmas
standar, cakupan ibu bersalin mendapatkan dengan wilayah kerja terpencil/ sangat
pelayanan persalinan sesuai standar, cakupan terpencil dengan kemampuan layanan rawat
bayi baru lahir mendapatkan pelayanan jalan terdiri dari Puskesmas Air Upas,
kesehatan sesuai standar, cakupan balita Puskesmas Suka Mulya, Puskesmas Riam,
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai Puskesmas Pemahan, Puskesmas Sei
standar, cakupan skrining kesehatan usia Melayu, Puskesmas Hulu Sungai, Puskesmas
pendidikan dasar sesuai standar, cakupan Sungai Laur, Puskesmas Simpang Dua.
skrining kesehatan usia 15-59 tahun sesuai Puskesmas dengan wilayah kerja pedesaan
standar, cakupan skrining kesehatan usia 60 dengan kemampuan layanan rawat jalan
tahun ke atas sesuai standar, cakupan terdiri dari Puskesmas Sei Besar, Puskesmas
penderita hipertensi mendapatkan pelayanan Pesaguan, Puskesmas Tuan-Tuan,
kesehatan sesuai standar,cakupan penderita Puskesmas Kuala Satong, dan Puskesmas
diabetes mellitus mendapatkan pelayanan Sei Awan. Puskesmas dengan wilayah kerja
kesehatan sesuai standar, cakupan orang perkotaan dengan kemampuan layanan rawat
dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan jalan terdiri dari Puskesmas Kedondong dan
pelayanan kesehatan sesuai standar, cakupan Puskesmas Mulia Baru.
orang dengan TB mendapatkan pelayanan
TB sesuai standar dan orang yang berisiko Tabel 1. Persentase 10 Indikator SPM
terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan Bidang Kesehatan yang Mencapai Target
HIV sesuai standar. Pada penelitian ini
hanya melibatkan 10 indikator kinerja Variabel n %
karena keterbatasan pengambilan data dan 2
<15% 18 75
indikator yang tidak dilibatkan yaitu 10 Indikator SPM
pelayanan tuberculosis dan HIV. mencapai target
>15% 6 25
Analisa data dilakukan dengan
SPSS…berupa analisa univariat dan Jumlah 24 100
biviariat. Jenis variabel penelitian berupa
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten
kategorik sehingga uji statistik yang
Ketapang, 2019
dilakukan adalah uji chi square. Akan tetapi
syarat uji chi square tidak terpenuhi SPM memiliki 12 indikator dengan target
sehingga dilakukan alternatif uji statistik 100% di setiap indikatornya. Suatu
dengan fisher. puskesmas tidak selalui semua indikator
SPM mencapai target. Pada Tabel 1 capaian
HASIL
10 indikator SPM terbagi menjadi kurang
Kabupaten Ketapang memiliki 24 puskesmas dari 15% dan lebih dari 15% yang berarti
yang terbagi berdasarkan wilayah kerja suatu puskesmas memiliki kurang dari 15%
terpencil/sangat terpencil, pedesaan dan dari 10 indikator SPM yang mencapai 100%

3
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

begitu juga sebaliknya. Tabel 1 menunjukan akan tetapi sebanyak 62,5% puskesmas tidak
sebanyak 25% dari total 24 puskesmas memiliki jumlah tenaga kesehatan yang
memiliki lebih dari 15% dari 10 indikator sesuai dengan standar.
SPM yang memenuhi target, sedangkan 75%
dari total 24 puskesmas memiliki kurang dari Tabel 3. Kesesuaian Jenis Tenaga
15% dari 10 indikator SPM yang memenuhi Kesehatan Berdasarkan PMK 43 Tahun
target. 2019 Tentang Puskesmas

Tabel 2. Kesesuaian Jumlah Tenaga Variabel N %


Kesehatan Berdasarkan PMK 43 Tahun
2019 Tentang Puskesmas Lengkap 10 41,7
Jenis
Variabel N % Tenaga Tidak
Kesehatan Lengkap 14 58,3
Sesuai 9 37,5
Jumlah Jumlah 24 100
Tenaga Tidak
Kesehatan Sesuai 15 62,5 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten
Ketapang, 2019
Jumlah 24 100
Sebanyak 41,7% jenis tenaga kesehatan di
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten puskesmas berdasarkan kemampuan
Ketapang, 2019 pelayanan dan wilayah kerja lengkap sesuai
dengan PMK 43 Tahun 2019 Tentang
Sebanyak 37,5% jumlah kesehatan di Puskesmas, akan tetapi sebanyak 58,3%
puskesmas berdasarkan kemampuan puskesmas memiliki jenis tenaga kesehatan
pelayanan dan wilayah kerja sesuai dengan yang tidak lengkap sesuai standar.
PMK 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas,

Tabel 4. Analisa Jenis Tenaga Kesehatan Terhadap Ketercapaian Target 10 Indikator


SPM Bidang Kesehatan

10 Indikator Kinerja SPM Bidang


Variabel
Kesehatan Mencapai Target Jumlah Nilai P

<15% >15%

Lengkap 7 (70%) 3 (30%) 10 (100%) 0,665


Jenis Tenaga
Kesehatan Tidak Lengkap 11(78,5%) 3(21,4%) 14 (100%)

Jumlah 18 (75%) 6(25%) 24(100%)

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2019


Keterangan: Tingkat Signifikansi ( α= 0,05)

4
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

Tabel 4 menunjukan dari 10 puskesmas, jenis tenaga kesehatan tidak lengkap dengan
sebanyak 7 (70%) memiliki jenis tenaga ketercapaian target pada 10 indikator lebih
kesehatan lengkap dengan ketercapaian dari 15%. Analisa statistik ditemukan adanya
target pada 10 indikator kurang dari 15%, nilai expected count kurang dari 5 sehingga
sedangkan 3 (30%) puskesmas lainnya tidak memenuhi syarat uji chi square.
memiliki jenis tenaga kesehatan lengkap Alternatif uji statistic yang digunakan adalah
dengan ketercapaian target pada 10 indikator uji fisher yang menunjukan nilai p sebesar
lebih dari 15%. Sebanyak 14 puskesmas, 0,665, sehingga disimpulkan bahwa tidak
diketahui 11(78,5%) puskesmas memiliki ada hubungan kelengkapan jenis tenaga
jenis tenaga kesehatan tidak lengkap dengan kesehatan dengan ketercapaian target 10
ketercapaian target pada 10 indikator kurang indikator SPM Bidang Kesehatan di
dari 15% dan 3 (21,4%) puskesmas memiliki Puskesmas Kabupaten Ketapang.
Tabel 5. Analisa Jumlah Tenaga Kesehatan Terhadap Ketercapaian
Target 10 Indikator SPM Bidang Kesehatan
10 Indikator Kinerja SPM Bidang
Variabel Kesehatan Mencapai Target Jumlah Nilai P

<15% >15%

Jumlah Sesuai 6(66,7%) 3 (33,3%) 9 (100%) 0,635


Tenaga
Kesehatan Tidak Sesuai 12 (80%) 3 (20%) 15(100%)

Jumlah 18 (75%) 6 (25%) 24 (100%)

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2019


Keterangan: Tingkat Signifikansi ( α= 0,05)
Tabel 5 menunjukan dari 9 puskesmas, kesehatan tidak sesuai standar dengan
sebanyak 6 (66,7%) memiliki jumlah tenaga ketercapaian target pada 10 indikator lebih
kesehatan yang sesuai standar dengan dari 15%. Analisa statistik ditemukan adanya
ketercapaian target pada 10 indikator kurang nilai expected count kurang dari 5 sehingga
dari 15%, sedangkan 3 (33,3%) puskesmas tidak memenuhi syarat uji chi square.
lainnya memiliki jumlah tenaga kesehatan Alternatif uji statistic yang digunakan adalah
yang sesuai dengan ketercapaian target pada uji fisher yang menunjukan nilai p sebesar
10 indikator lebih dari 15%. Sebanyak 15 0,635, sehingga disimpulkan bahwa tidak
puskesmas, diketahui 12 (75%) puskesmas ada hubungan kesesuaian jumlah tenaga
memiliki jumlah tenaga kesehatan tidak kesehatan dengan ketercapaian target 10
sesuai standar dengan ketercapaian target indikator SPM Bidang Kesehatan di
pada 10 indikator kurang dari 15% dan 3 Puskesmas Kabupaten Ketapang.
(20%) puskesmas memiliki jumlah tenaga

5
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

PEMBAHASAN tenaga kesehatan untuk pencapaian target


SPM.(Mosadeghrad, 2014)
Pada tahun 2019 ketercapaian target pada 10
indikator SPM berdasarkan Data Profil Kerjasama Masyarakat
Kesehatan Kabupaten Ketapang masih
sedikit. Hal ini serupa dengan penelitian di Dukungan dan peran serta masyarakat
Kabupaten Cirebon dimana tingkat dibutuhkan dan berdampak pada kualitas
pencapaian indikator kinerja SPM masih pelayanan kesehatan. Standar pelayanan
sedikit akan tetapi peneitian tersebut masih yang sesuai bergantung juga terhadap
menggunakan data tahun 2015 dimana kemampuan pasien dalam pemberian
regulasi yang menjadi acuan berbeda informasi dan kooperatif dengan tenaga
.(Purwaningrum, 2018). Perbedaan capaian kesehatan saat pemberian pelayanan
di masing-masing daerah memiliki faktor kesehatan berjalan. (Mosadeghrad, 2014)
yang mempengaruhi yaitu faktor dari pasien/
Sosio-Demographic Tenaga Kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan, dan
lingkungan.(Mosadeghrad, 2014) Hasil penelitian menunjukan kelengkapan
jenis dan kesesuaian jumlah tenaga
Sosio-demografi Masyarakat/ Pasien kesehatan memiliki hubungan tidak
Faktor sosio-demografi masyarakat/pasien bermakna dengan ketercapaian target standar
mempengaruhi interaksi antar tenaga pelayanan minimal di puskesmas. Hasil
kesehatan dengan pasien sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian
berdampak pada kinerja indikator fasilitas sebelumnya dimana jenis dan jumlah tenaga
kesehatan. Tenaga Kesehatan perlu untuk kesehatan memiliki hubungan bermakna
memahami dan peka terhadap kultur dengan rata-rata capaian indikator kinerja
masyarakat.(Mosadeghrad, 2014) Penelitian SPM di puskesmas.(Husein, 2013). Selain
mengenai faktor penghambat implementasi kelengkapan jenis dan kesesuaian jumlah
Standar Pelayanan Minimal Bidang tenaga kesehatan, karakter dan kepribadian
Kesehatan di Puskesmas Ondong Siau Barat, dari tenaga kesehatan berdampak pada
Kabupaten Sitaro menunjukan bahwa kualitan pemberian pelayanan kesehatan.
budaya dan pola pikir masyarakat berperan Distribusi tenaga kesehatan yang tidak
dalam menghambat implementasi SPM merata tentunya berdampak pada
Bidang Kesehatan. Oleh karena intervensi peningkatan beban kerja sehingga tenaga
dengan sosialisasi terkait perubahan kesehatan menjadi kesulitan dalam
paradigma kepada masyarakat dan kerjasama membangun hubungan dengan
antar pemerintah, puskesmas dan dinas masyarakat.(Mosadeghrad, 2014)
terkait diperlukan (Tumuwe et al., 2014) Hal
Kompetensi Tenaga Kesehatan
ini didukung dengan penelitian sebelumnya
bahwa pengetahuan tenaga kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan sebagian besar
tentang sosio-demografi masyarakat/ pasien bergantung dengan pengetahuan dan skill
dapat membantu tenaga kesehatan dari tenaga kesehatan. Oleh karena itu,
berkomunikasi lebih baik dengan masyarakat petugas kesehatan perlu meningkatkan
dan mendapatkan kepercayaan dari kompetensinya ( contoh tata karma,
masyarakat/ pasien. Pengetahuan masyarakat pengetahuan dan skill) agar pelayanan
terhadap suatu penyakit, hak dan kewajiban diberikan dengan kualitas terbaik. Tempat
pasien untuk mendapatkan pelayanan sesuai pendidikan untuk tenaga kesehatan terkait
standar pelayanan minimal mendukung berperan penting dalam memberikan edukasi

6
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

dan pengembangan profesi di fasilitas tingginya indikator SPM. Proses


kesehatan. Tenaga kesehatan memiliki pelaksanaan seperti bimbingan kepada staf,
harapan bahwa tempat pendidikan menjadi kejelasan komunikasi, pengembangan
tempat untuk mendapatkan ilmu yang tidak motivasi, dan penerapan kepemimpinan
teoritis saja tetapi sesuai dengan praktek di yang efektif dapat menyukseskan capaian
lapangan. (Mosadeghrad, 2014) Penelitian target SPM. Pengawasan pelayanan
sebelumnya yang dilakukan pada tenaga puskesmas dilakukan secara terus menerus
kesehatan di Puskesmas Peureumeue, dan mengadakan tindak lanjut apabila ada
Kabupaten Aceh Barat menunjukan hasil yang tidak sesuai. Pengawasan berkala
yang sejalan bahwa kompetensi tenaga dengan tindak lanjut yang tepat mendukung
kesehatan ( pengetahuan, penugasan, dan pencapaian target SPM.(Irenius Siriyei,
disiplin kerja) dapat mempengaruhi kinerja 2013)
pelayanan kesehatan di Puskemas.(Fahlevi
& Iqbal, 2017). Kolaborasi dan Pengembangan
Kerjasama
Kepuasan dan Motivasi Kerja Petugas
Kesehatan Ketercapaian target SPM juga memerlukan
adanya sosialisasi dan advokasi ke berbagai
Kepuasan kerja pada tenaga kesehatan instansi terkait seperti dari Kementrian
berperan penting dalam pemberian Kesehatan, Pemerintah Daerah, Dinas
pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien. Kesehatan dan puskesmas secara
Tenaga kesehatan memiliki 9 faktor menyeluruh tidak terbatas hanya orang
organisasi yang mempengaruhi motivasi tertentu karena mempertimbangkan adanya
kerja seperti insentif, lingkungan kerja, rotasi kepegawaian sehingga pengelola SPM
kepemimpinan manajerial, regulasi suatu baru telah dilakukan kaderisasi oleh
organisasi, rekan kerja, pengakuan, pengelola yang lama. (Hendarwanl & Oster,
keselamatan kerja, kejelasan daftar tugas, 2015) Kolaborasi pemerintah daerah dengan
dan kesempatan kenaikan nusantara sehat mendukung untuk
pangkat.(Mosadeghrad, 2014). Penelitian pencapaian target SPM Bidang Kesehatan di
sebelumnya mendukung bahwa kepuasan tingkat kabupaten/kota karena adanya
kerja tenaga kesehatan berdampak pada pembekalan tim Nusantara Sehat sebelum
motivasi kerja sehingga kinerja tenaga pemberangkatan tim . Oleh karena itu
kesehatan pun berdampak positif. Jaminan komitmen pemerintah daerah untuk
kesehatan pada tenaga kesehatan merupakan mengalokasikan sumber daya dalam
salah satu faktor yang memberikan kepuasan merespon persyaratan dari Nusantara Sehat
kerja.(Suratri et al., 2020) sangat dibutuhkan (Kesehatan, 2017)

Sistem Pelayanan Kesehatan KESIMPULAN


Manajemen puskesmas melibatkan Hasil penelitian disimpulkan bahwa
koordinasi , perencanaan hingga monitoring ketercapaian target 10 indikator SPM bidang
dan evaluasi terhadap pelayanan puskesmas kesehatan di puskesmas masih sedikit
baik medis maupun non medis agar dapat dengan rentang 0% sampai 25%.
mencapai output berupa capaian target SPM. Kelengkapan jenis tenaga kesehatan dan
Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kesesuaian jumlah tenaga kesehatan di
proses perencanaan oleh koordinator puskesmas tidak memiliki hubungan
program yang benar akan berdampak pada bermakna dengan ketercapaian target 10

7
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

indikator SPM bidang kesehatan. Hal ini 367–380.


dapat disebabkan karea banyak faktor dari 6. Husein, R. (2013). Studi Evaluasi
segi sumber daya manusia, sistem, dan Ketersediaan Tenaga Kesehatan Di
masyarakat yang mempengaruhi Puskesmas Pada Kabupaten/Kota
ketercaiapain target indikator SPM. Daerah Tertinggal, Perbatasan dan
Kepulauan Terhadap Capaian
SARAN Indikator Kinerja Standar Pelayanan
Minimal Kabupaten/Kota. 129.
Kolaborasi antar pemerintah daerah, dinas
7. Irenius Siriyei, R. D. W. (2013).
kesehatan dan puskesmas sangat diperlukan
FAKTOR DETERMINAN
dalam memantau kualitas pelayanan dengan
RENDAHNYA PENCAPAIAN
perbaikan program secara berkelanjutan.
CAKUPAN STANDAR
Penyediaan sumber daya dan regulasi
PELAYANAN MINIMAL BIDANG
pendukung program perlu dibentuk agar
KESEHATAN DI PUSKESMAS
pelayanan kesehatan yang terbaik dapat
MOJO KOTA SURABAYA.
terwujud.
JurnalAdministrasiKesehatanIndones
DAFTAR PUSTAKA ia, 1(3), 1–8.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107
1. Badan Pusat Statistik Kab. Ketapang. 415324.004
(2020). Kabupaten Ketapang Dalam 8. Kemenkes RI. (2017). Data Dasar
Angka 2020 (B. K. Ketapang (ed.)). Puskesmas Provinsi Kalimantan
BPS Kabupaten Ketapang. Barat. In Kementrian Kesehatan
2. Dewi, S. L. (2013). Kebijakan Untuk (Vol. 53, Issue 9).
Daerah Dengan Jumlah Tenaga https://doi.org/10.1017/CBO9781107
Kesehatan Rendah. Jurnal Kebijakan 415324.004
Kesehatan Indonesia, 02(01), 1–2. 9. Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2019
3. Fahlevi, & Iqbal, M. (2017). Tentang Pusat Kesehatan
Pengaruh Kompetensi Petugas Masyarakat, Kementerian Kesehatan
Terhadap Kinerja Pelayanan Republik Indonesia 1 (2019).
Kesehatan Di Puskesmas 10. Kesehatan, K. (2017). RISET
Peureumeue Kabupaten Aceh Barat. EVALUASI NUSANTARA SEHAT.
Prosiding Seminar Nasional http://www.iakmi.or.id/web/index.ph
IKAKESMADA, 256–265. p/post-formats/category/8-
4. Hapsari, T. D. (2018). Indeks simposium-1?download=39:fit-iii-
Pembangunan Masyarakat. In Indeks iakmi-riset-evaluasi-nusantara-sehat
Pembangunan Masyarakat. Lembaga 11. Mosadeghrad, A. M. (2014). Factors
Penerbit Badan Penelitian dan affecting medical service quality.
Pengembangan KEsehatan. Iranian Journal of Public Health,
5. Hendarwanl, H., & Oster, R. (2015). 43(2), 210–220.
ANALISIS IMPLEMENTASI 12. Purwaningrum, S. N. (2018).
STANDAR PELAYANAN ANALYSIS OF HEALTH
MINIMAL BIDANG KESEHATAN PERSONNEL AVAILABILITY IN
KABUPATEN / KOTA Analysis of THE ACHIEVEMENT OF HEALTH
Health Minimum Services Standards CENTERSHAS PERFORMANCE
Implementation in District / City. INDICATORS Jurnal : Buletin Media
Jurnal Ekologi Kesehatan, 14(4), Informasi Kesehatan.

8
Jurnal PRAXIS | Vol. 3 | No. 1 |September 2020

13. Suratri, M. A. L., Delima, D.,


Siswoyo, H., & Edwin, V. A. (2020).
Hubungan antara Kepuasan dan
Motivasi Kerja pada Tenaga Kerja di
Bidang Kesehatan di Rumah Sakit
(Risnakes 2017). Media Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan,
29(4), 297–312.
https://doi.org/10.22435/mpk.v29i4.2
041
14. Syed Amin Tabish. (2009). Standards
for better health. International
Journal of Health Sciences, 3(1), V–
VIII.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/21475503%0Ahttp://www.pubmedc
entral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid
=PMC3068784
15. Tumuwe, W. N., Tilaar, C., Maramis,
F. R. R., Kesehatan, F., Universitas,
M., & Ratulangi, S. (2014).
PUSKESMAS ONDONG SIAU
BARAT KABUPATEN SITARO
LATAR BELAKANG Pusat
Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS ) adalah salah satu
sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting
ditinjau dari sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia , kinerja
pelayanan keseha. 2–8.
16. UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 23 TAHUN
2014 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERAH, (2014).
https://doi.org/10.4324/97813158531
78

Anda mungkin juga menyukai