Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KENDALA DI DALAM PENYELENGGARAAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI UPT PUSKESMAS


PALENGAAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PAMEKASAN

Oleh:

Aan Subekti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
dejavudede00@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kendala penyelenggaraan pelayanan dasar
kesehatan dengan ukuran pencapaian target SPM kesehatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana
teknis (UPT) Puskesmas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Pamekasan. SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan Pemerintah wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal. SPM ini berorientasi pada perwujudan kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu tujuan
didirikannya Negara. Objek penelitian ini adalah penyelenggaraan pelayanan dasar pada Standar
Pelayanan Minimal bidang kesehatan yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis (UPT) Puskesmas
Palengaan pada Dinas kesehatan Kabupaten Pamekasan. Dalam penelitian ini menggunakan metode
penulisan deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis penelitian ini menggunakan konsep dari
Miles and Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi
data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan Sumber Daya Manusia, banyaknya tugas
rangkap pada Puskesmas, masyarakat yang tertutup, hubungan lintas sektor yang tidak optimal, dan
keterbatasan anggaran menjadi kendala di dalam proses pelayanan kesehatan.

Kata kunci: SPM, Pelayanan Kesehatan, Sumber daya


Abstract
This study aims to determine the constraints of the minimum health service implementation
measured by the achievement target of the health Minimum Service Standards (MSS) by the UPT
(technical implementation unit) of Puskesmas (Public Health Center) of Palengaan of Pamekasan
District Health Office. MSS is a provision of the type and quality of minimum services the Government
is obliged to guarantee to every citizen. It is oriented towards the realization of community welfare
as one of the goals of establishing a nation. The object of this study is the implementation of basic
services based on MSS in the health sector by UPT of Puskesmas Palengaan of Pamekasan District
Health Office. This study applies a qualitative descriptive where the data are collected through
interview, observation, and documentation and analyzed using the concept of Miles and Huberman
covering data reduction, data presentation, drawing conclusions and data verification. The results
indicate that the lack of human resources, the large number of multiple tasks at the Puskesmas, closed
communities, non-optimal cross-sectoral relationships, and budget constraints are of the constraints
in the health service process.
Keywords: MSS, Health Service, Resource

1
1. PENDAHULUAN target yang telah ditetapkan, yaitu Persentase
Skrining Kesehatan Anak Usia Pendidikan
Standar Pelayanan Minimal atau disingkat Dasar sesuai standar , dan Persentase
SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan pelayanan penderita Diabetes Melitus sesuai
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan standar. Kondisi tersebut juga berlaku untuk
Pemerintah wajib yang berhak diperoleh setiap UPT Puskesmas yang lainnya pada Dinas
warga negara secara minimal (UU Nomor 2 Kesehatan Kabupaten Pamekasan. Masalah ini
tahun 2018). Sementara itu, Menurut tentu perlu mendapatkan perhatian lebih dari
Hendrawan (2014: 368), Standar Pelayanan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
Minimal merupakan kebutuhan dasar warga kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
negara, yakni kebutuhan fisiologis yang jika Karena kesehatan merupakan keadaan
tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
warga negara hidup tidak layak atau bahkan memungkinkan setiap orang hidup produktif
bisa meninggal secara sia sia. secara sosial dan ekonomis (Eliana dan
Sumiati, 2016: 2). Pencapaian SPM
Salah satu bentuk penerapan SPM bidang
merupakan cerminan penyelenggaraan
kesehatan di dalam pemerintahan adalah
pelayanan dasar kesehatan, artinya jika target
penerapan SPM pada pelayanan dasar
SPM kesehatan tidak tercapai dapat diartikan
kesehatan yang diselenggarakan oleh
bahwa pelayanan kesehatan yang
puskesmas sebagai unit fasilitas kesehatan
diselenggarakan Pemerintah Daerah
tingkat pertama pemerintah daerah
Kabupaten Pamekasan tidak optimal dan akan
kabupaten/kota dengan target capaian kinerja
berakibat pada kesehatan masyarakat menurun
pemerintah daerah dalam pemenuhan mutu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada
SPM kesehatan harus 100% (seratus persen) ( Di dalam menyelenggarakan pelayanan
UU No 4 Tahun 2019). Namun pada realitas kesehatan pada SPM kesehatan tentunya
yang terjadi di dalam penyelenggaraan SPM, membutuhkan suatu biaya yang telah
seringkali capaian indikator SPM untuk dikalkulasi dan dialokasikan dengan efektif,
masing-masing pelayanan dasar tidak sesuai efisien, dan ekonomis. Disisi lain, Dinas
dengan target yang telah ditetapkan. Kesehatan Kabupaten Pamekasan telah
Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan mengalokasikan biaya berkaitan dengan hal
telah menyelenggarakan pelayanan dasar tersebut, akan tetapi pencapaian target
kesehatan dengan SPM kesehatan sebagai indikator kinerja SPM kesehatan dari tahun ke
acuan di dalam pelakasanaannya. Dari hasil tahun masih belum memenuhi target yang
penelitian, Laporan SPM dari tahun ke tahun telah ditentukan atau belum tercapai karena
telah disusun oleh Puskesmas Palengaan, akan anggaran yang terbatas sehingga
tetapi data Puskesmas Palengaaan pada tahun pengalokasian biaya untuk penyelenggaraan
sebelumnya menunjukkan capaian indikator SPM juga terbatas. Akan tetapi diharapkan
kinerja SPM yang tidak tercapai. masalah keterbatasan anggaran tidak menjadi
masalah utama dalam penyelenggaraan
Menurut data laporan SPM Puskesmas
pelayanan dasar berdasarkan SPM kesehatan.
Palengaan dapat dijelaskan bahwa sebagian
besar indikator SPM bidang kesehatan yang Setelah peneliti melakukan observasi di
telah diterapkan oleh UPT Puskesmas lapangan, peneliti menemukan beberapa
Pegatenan tidak mencapai target yang telah masalah sehingga hal tersebut menjadi
ditentukan sebesar 100% (seratus persen), masalah dalam pemenuhan target indikator
walaupun dari tahun 2018 ke tahun 2019 kinerja SPM bidang kesehatan, baik faktor-
terdapat peningkatan pencapaian target, akan faktor secara internal Puskesmas maupun
tetapi capaian tersebut masih belum sesuai eksternal Puskesmas, beberapa tenaga medis
dengan target, bahkan ada beberapa indikator yang bertugas di Puskesmas seperti dokter
kinerja SPM yang menurun. Selanjutnya pada yang bertugas masih kurang jika dibandingkan
tahun 2019, hanya ada dua indikator kinerja dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Selain
SPM bidang kesehatan yang telah mencapai
2
itu, adanya tugas rangkap yang di pegang oleh presentase pencapaian indikator kinerja SPM
beberapa bidan dan perawat seperti ada Kesehatan pada UPT Puskesmas Palengaan
beberapa bidan yang memegang tugas sebagai sehingga penulis tertarik untuk mengangkat
tenaga kesehatan juga bertugas sebagai tugas penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor
struktural Puskesmas. Dengan adanya Kendala di Dalam Penyelenggaraan
kekurangan jumlah tenaga kesehatan tentunya Standar Pelayanan Minimal Bidang
akan berdampak pada pelayanan yang Kesehatan di UPT Puskesmas Palengaan
diberikan sehingga pelayanan yang diberikan pada Dinas Kesehatan Kabupaten
tidak maksimal. Selain itu, fasilitas pelayanan Pamekasan”.
kesehatan kurang memadai seperti; tidak
berfungsinya beberapa ruang dikarenakan 2. KAJIAN PUSTAKA
rusak, sehingga menghambat proses pelayanan
2.1 Standar Pelayanan Minimal Bidang
kesehatan. Selain itu juga terdapat beberapa
Kesehatan
kesalahan dalam perencanaan mulai dari
kesalahan dalam penentuan sasaran SPM, Hasil monitoring dan evaluasi
kesalahan perhitungan biaya dalam Kemendagri (2020) disimpulkan bahwa
penyelenggaraan pelayanan dasar berdasarkan terdapat permasalahan di dalam penerapan dan
SPM. Hal tersebut terjadi karena kekurangan pelaksanaan SPM bidang kesehatan dengan
di dalam hal SDM baik secara kualitas maupun perencanaan SPM menjadi masalah utama
kuantitas. Selain itu juga terdapat kendala bagi daerah di Indonesia sebesar 36% lalu
dalam berkoordinasi antar staf hubungan disusul dari permasalahan lainnya, yaitu
struktural yang kurang harmonis sehingga pendanaan sebesar 26%, koordinasi sebesar
menghambat dalam proses pelayanan 24% dan permasalahan lainnya sebesar 14%.
kesehatan. Kemudian juga terdapat kendala Hal ini tentu menjadi masalah yang patut
eksternal seperti masyarakat yang tertutup atau diperhatikan oleh daerah demi peningkatan
menutupi akan masalah kesehatan yang mutu pelayanan kesehatan.
dihadapi sehingga menghambat pendataan
prevalensi dan pelayanan kesehatan yang Schroeder (dikutip oleh Ariyadi,
tepat. Lalu koordinasi lintas sektor yang sulit Purjanto, Krishnajaya, & Taufiq, 2010, hal. 1)
dalam keperluan menentukan angka prevalensi menyatakan bahwa dengan ada standar dalam
dalam beberapa indikator kinerja SPM pelayanan publik akan memberikan manfaat
kesehatan. Disisi lain walau terdapat berbagai antara lain: mengurangi variasi proses,
masalah, akan tetapi diharapkan masalah memenuhi persyaratan profesi, dan dasar
keterbatasan anggaran bukan menjadi masalah untuuk mengukur mutu, lalu Moss, Barrach &
utama karena walaupun anggaran ada, jika Reason (dikutip oleh Ariyadi, Purjanto,
terdapat kurangnya / tidak ada tenaga Krishnajaya, & Taufiq, 2010, hal. 1)
Puskesmas ataupun keterbatasan sarana dan menyatakan bahwa dengan adanya standar
prasarana, maka Puskesmas tidak akan akan menjamin keselamatan pasien dan
mencapai target indikator kinerja SPM petugas penyedia pelayanan kesehatan.
kesehatan yang telah ditetapkan. Pemerintah dalam pelayanan kesehatan telah
menerapkan SPM sebagai media pemenuhan
Target indikator-indikator SPM yang telah mutu pelayanan dasar kesehatan sehingga
ditetapkan pada UPT Puskesmas masih belum terwujud keadilan bagi setiap warga Negara.
terpenuhi, padahal target SPM yang telah Penerapan SPM harus mencapai target seratus
ditentukan merupakan sebuah ukuran minimal persen (100%) sesuai dengan Permenkes No. 4
pelayanan kesehatan yang harus dicapai oleh Tahun 2019.
UPT Puskesmas, hal tersebut dapat berarti
bahwa pelayanan kesehatan harus mencapai Pada Puskesmas, ada 2 (dua) Jenis
seluruh masyarakat untuk menciptakan SPM yaitu SPM Kesehatan dan SPM
masyarakat sehat. Maka berangkat dari latar (Puskesmas) BLUD:
belakang yang telah dipaparkan penulis, maka 1. SPM Kesehatan, sebagaimana diatur
penulis ingin mengetahui penyebab rendahnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
3
Tahun 2018, Peraturan Menteri Dalam dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan,
Negeri Nomor 100 Tahun 2018 dan dan menjadi pedoman bagi penerima
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 pelayanan dalam proses pengajuan
Tahun 2019, adalah: permohonan, serta sebagai alat kontrol
a. Standar Pelayanan Minimal, yang masyarakat dan/atau penerima layanan atas
selanjutnya disingkat SPM adalah kinerja penyelenggara layanan (Hardiyansyah,
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu 2011:28).
Pelayanan Dasar yang merupakan
Urusan Pemerintahan Wajib yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara 2.2 Pusat Kesehatan Masyarakat
secara minimal. (Puskesmas)
b. Pelayanan Dasar adalah pelayanan
publik untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas merupakan fasilitas yang
dasar Warga Negara. dibangun oleh pemerintah dengan tujuan
c. Jenis Pelayanan Dasar adalah jenis membangun kesehatan nasional melalui
pelayanan dalam rangka penyediaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
barang dan/atau jasa kebutuhan dasar Direktorat kesehatan dan gizi masyarakat
yang berhak diperoleh oleh setiap (2018), menyimpulkan bahwa Puskesmas
Warga Negara secara minimal. adalah unit pelayanan kesehatana paling
d. Mutu Pelayanan Dasar adalah ukuran strategis dalam sistem pelayanan kesehatan
kuantitas dan kualitas barang dan/atau Indonesia. Hal ini dikarenakan puskesmas
jasa kebutuhan dasar serta merupakan satu-satunya unit pelayanan yang
pemenuhannya secara minimal dalam output kegiatannya sekaligus berkaitan dengan
Pelayanan Dasar sesuai standar teknis indikator-indikator program prioritas,
agar hidup secara layak. pelayanan kesehatan terdepan yang melakukan
e. Urusan Pemerintahan Wajib adalah kebijakan paradigm sehat secara riil
urusan pemerintahan yang wajib dilapangan, instrumen pemerataan pelayanan
diselenggarakan oleh semua Daerah. kesehatan sehingga mewujudkan keadilan,
2. SPM BLUD, sebagaimana diatur dalam instrument untuk mengurangi jarak derajat
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor kesehatan antar wilayah, dan berperan
79 Tahun 2018 adalah Standar pelayanan mengurangi atau mencegah kenaikan biaya
mininal memuat Batasan minimal kesehatan karena pelayanan puskesmas yang
mengenai jenis dan mutu layanan dasar bersifat “intervensi hulu”. Pusat Kesehatan
yang harus dipenuhi oleh Unit Pelaksana Masyarakat yang selanjutnya disebut
Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
menerapkan BLUD, untuk menjamin kesehatan yang menyelenggarakan upaya
ketersediaan, keterjangkauan, kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
pemerataan, kesetaraan, kemudahan dan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
kualitas layanan umum yang diberikan mengutamakan upaya promotif dan preventif,
oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
Daerah yang menerapkan BLUD sesuai yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
dengan ketentuan peraturan perundang- (PMK No 75 Tahun 2014, pasal (1)).
undangan. SPM BLUD ditetapkan dengan Kemudian, Azwar (1996), mendefinisikan
Peraturan Kepala Daerah. puskesmas sebagai suatu unit pelaksana
Surjadi (2012:69), menjelaskan Standar fungsional yang berfungsi sebagai pusat
Pelayanan Minimal merupakan ukuran yang pengembangan kesehatan, pusat pembinaan
dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan peran serta masyarakat dalam bidang
publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
penerima pelayanan. Sementara itu, Standar tingkat pertama yang menyelenggarakan
Pelayanan Minimal merupakan ukuran yang kegiatannya secara menyeluruh terpadu yang
dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan berkesinambungan pada suatu masyarakat
publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah
4
tertentu. Dengan program upaya kesehatan 2.4 Pelayanan Kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) yang dimiliki oleh Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya
puskesmas yang dilaksanakan pada wilayah yang diselenggarakan sendiri atau secara
kerja puskesmas, selain itu Puskesmas juga bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
dapat menjadi wahana pendidikan bagi tenaga memelihara dan meningkatkan kesehatan,
kesehatan. mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan atupun masyarakat (Depkes RI,
2.3 Kesehatan Masyarakat 2009). Selain itu, Pelayanan Kesehatan juga
Kesehatan masyarakat merupakan ilmu didefinisikan sebuah sub sistem pelayanan
dan seni memelihara, melindungi dan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pelayanan preventif (pencegahan) dan
usaha-usaha perorganisasian masyarakat promotif (peningkatan kesehatan) dengan
(AMA, 1948). Sementara itu, WHO sasaran masyarakat (Notoatmojo).
mendefinisikan kesehatan masyarakat (public
health) sebagai ilmu dan seni mencegah Menurut Azwar (1994:48-49), secara
penyakit, memperpanjang hidup, dan umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat
meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
efisiensi melalui usaha-usaha
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
pengorganisasian masyarakat untuk (a)
(primary health servise) adalah
Meningkatkan sanitasi lingkungan; (b)
pelayanan kesehatan yang bersifat
Mengendalikan infeksi menular; (c)
pokok yang sangat dibutuhkan oleh
Pendidikan secara individual dalam hal
masyarakat serta mempunyai nilai
kebersihan perorangan; (d)
strategis untuk meningkatkan derajat
Mengorganisasikan pelayanan medis dan
kesehatan masyarakat.
keperawatan untuk diagnosis dini dan terapi
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
pencegahan penyakit dan pengembangan
(Secondary health servise) adalah
perlengkapan sosial yang akan memastikan
pelayanan kesehatan yang lebih lanjut,
setiap individu dalam komunitas sebuah
telah bersifat rawat inap dan
standar hidup yang memadai untuk
dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis
pemeliharaan kesehatan. Kesehatan
dalam penyelenggaraaan pelayanan
masyarakat juga didefinisikan sebagai
kesehatan.
kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga
(seni) yang bertujuan untuk mencegah
(Tertiary health servise) adalah
penyakit, memperpanjang hidup, dan
pelayanan kesehatan yang bersifat
meningkatkan kesehatan penduduk
lebih kompleks dan dibutuhkan
(masyarakat). (Eliana dan Sumiati, 2016:3)
tenaga-tenaga subspesialis dalam
Menurut definisi yang dikemukakan penyelenggaraan pelayanan
tersebut, Kesehatan masyarakat dapat kesehatan.
disimpulkan sebagai ilmu dan seni menjaga,
Cara pemenuhan kebutuhan dan tuntunan
mengusahakan dan meningkatkan kesehatan
masyarakat akan kesehatan salah satunya
masyarakat serta mengatasi penyakit dengan
adalah dengan penyelenggaraan pelayanan
melalui usaha-usaha pengorganisasian
kesehatan. Terdapat 9 (sembilan) syarat
masyarakat guna kepentingan kesehatan hidup
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
secara luas. SPM merupakan salah satu
baik, yaitu tersedia (available), menyeluruh
instrumen dalam usaha kesehatan masyarakat.
(comprehensive), berkesinambungan
Dengan diterapkannya SPM, maka dapat
(countinues), terpadu (integrated), wajar
mendorong kesehatan masyarakat lebih
(appropriate), dapat diterima ( acceptable),
terkontrol dan lebih mudah dievaluasi secara
bermutu (quality), tercapai (accessible), dan
sistematis.
terjangkau (affordable). (Azwar Azrul, 1999)
5
2.5 Teori Biaya (costing) didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi
(Komaryani, 2020). Maka dari itu pembiayaan
Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang kesehatan menjadi hal yang juga penting.
dikorbankan untuk barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang
di masa mendatang bagi organisasi harus disediakan untuk menyelenggarakan dan
(Simamora, 2002:36). Sementara itu biaya atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
juga didefinisikan sebagai harga perolehan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
yang dikorbankan atau digunakan dalam kelompok, dan masyarakat (Setyawan, 2018).
rangka memperoleh penghasilan atau revenue Jika dibedah lebih lanjut, ada 2 perspektif
yang akan dipakai sebagai pengurang biaya kesehatan yang dapat dijabarkan, yakni
penghasilan (Supriyono, 2000:16). Menurut sebagai berikut:
Mulyadi (2001:8) mengungkapkan bahwa
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis 1. Penyedia pelayanan kesehatan,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah biaya kesehatan merupakan besar
terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan dana yang harus disediakan guna
akan terjadi untuk tujuan tertentu. menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Fokus biaya kesehatan
Di dalam lingkup organisasi terdapat yang diselenggarakan oleh
perbedaan antara biaya (cost) dan pengeluaran penyedia seperti biaya tenaga
(expense) (Heryana, 2019:1). Perbedaan utama kesehatan, peralatan dan
dari keduanya adalah biaya tidak terkait perlengkapan medis, dan program-
dengan pendapatan, sementara pengeluaran program kesehatan. Pelaku utama
terkait dengan pendapatan organisasi. dari penyedia pelayanan keehatan
Sementara persamaannya adalah biaya dan adalah pemerintah dan pihak
pengeluaran sama-sama mengorbankan swasta.
sejumlah sumberdaya. Di lingkup 2. Pemakai jasa pelayanan, biaya
kepemerintahan yang dimana organisasinya kesehatan adalah besar dana yang
disebut sebagai organisasi nirlaba, yaitu suatu dikonsumsi dalam rangka upaya
organisasi yang tidak mencari laba, maka penanganan kesehatan baik bersifat
sebutan biaya adalah yang paling tepat. pribadi maupun kelompok yang
memanfaatkan jasa pelayanan
Biaya diartikan sebagai pengorbanan kesehatan. Besarnya dana bagi
sumber daya ekonomis atau nilai ekuivalen kas pemakai jasa pelayanan lebih
yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang menunjuk pada jumlah uang yang
akan terjadi di masa mendatang untuk harus dikeluarkan untuk dapat
mendapatkan barang atau jasa yang memanfaatkan suatu upaya
diharapkan memberi manfaat sekarang kesehatan (Azwar, 1999)
maupun masa mendatang. Sehingga dengan
dikeluarkannya pengorbanan maka seharusnya Sub-sistem pembiayaan kesehatan adalah
biaya harus dihitung dan dianggarkan secara pengelolaan berbagai upaya penggalian,
ekonomis, efektif dan efisien. pengalokasian, dan pembelanjaan dana
kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
2.6 Pembiayaan Kesehatan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
Pada tahun 2020-2024 arah kebijakan tingginya (PP No. 72 Tahun 2012). Sementara
yang tertuang di dalam rencana pembangunan tujuan dari pembiayaan kesehatan adalah
jangka menengah negara (RPJMN) bidang menyediakan pembiayaan kesehatan yang
kesehatan fokus pada peningkatan pelayanan berkesinambungan dengan jumlah yang
kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta mencukupi, teralokasi secara adil, dan
terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar termanfaatkan secara berhasil guna dan
(primary health care) dengan didorong berdaya guna menjamin terselenggaranya
peningkatan upaya promotif dan preventif, dan pembangunan kesehatan agar meningkatkan
6
derajat kesehatan masyarakat setinggi- 5. Dampak upaya pencegahan,
tingginya (UU No 36 Tahun 2009). Biaya pengobatan dan pemulihan kesehatan
kesehatan merupakan unsur yang harus pada individu dan masyarakat.
mendapat perhatian lebih. Dengan biaya
kesehatan yang terencana secara ekonomis, Munadhir (2020: 9), menyatakan bahwa
efektif dan efisien, maka biaya kesehatan secara umum ekonomi kesehatan akan
semakin meningkatkan derajat kesehatan berkonsentrasi pada industri kesehatan.
masyarakat. Terdapat 4 (empat) bidang yang tercakup di
dalam ekonomi kesehatan, yakni sebagai
Pembiayaan kesehatan harus disediakan berikut:
oleh Kabupaten/Kota untuk memenuhi mutu
Standar Pelayanan Minimal sesuai dengan 1. Peraturan
siklus hidup manusia. Sesuai dengan UU No. 2. Perencanaan
23 Tahun 2014 (pasal 298 ayat (1)), bahwa 3. Pemeliharaan kesehatan atau
belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai organisasi
urusan pemerintah wajib yang terkait 4. Analisis Cost dan Benefit
pelayanan dasar yang ditetapkan dengan
Ilmu ekonomi berperan di dalam
Standar Pelayanan Minimal. perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang
2.7 Ekonomi Kesehatan berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan
dengan menyangkut penggunaan sumber daya
Ekonomi kesehatan sebagai penerapan yang terbatas. Sehingga diharapkan penerapan
teori, konsep, dan teknik ilmu ekonomi dalam ilmu ekonomi pada bidang kesehatan dapat
sektor kesehatan (Mills dan Gilson, 1999). mencapai Optimalisasi, efektivitas dan
Sementara itu, PPEKI (1989) mendefinisikan efisiensi dalam penggunaan sumber daya yang
lebih eksplisi ekonomi kesehatan sebagai terbatas. Dengan adanya Penerapan SPM
penerapan ilmu ekonomi dalam upaya bidang kesehatan, tentu ekonomi kesehatan
kesehatan dan faktor-faktor yang diperlukan dalam mempertimbangkan strategi
mempengaruhi kesehatan untuk mencapai yang akan digunakan dalam mencapai SPM
derajat kesehatan yang optimal. yang optimal sesuai sumber daya yang
terbatas.
Dapat disimpulakan bahwa lmu ekonomi
kesehatan merupakan pengembangan ilmu 2.8 Klasifikasi Urusan Pemerintah
ekonomi melalui diterapkannya prinsip-
prinsip dan ilmu ekonomi pada upaya Tony Dwi Susanto (2018), menyatakan
kesehatan dan sektor perawatan kesehatan bahwa setiap Kota/Kabupaten memiliki 24
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang urusan wajib, yaitu yang terdiri dari 6
optimal. Ekonomi kesehatan sangat pelayanan dasar dan 18 non pelayanan dasar.
berhubungan dengan bagaimana pengelolaan Pelayanan dasar terdiri dari (1) pendidikan; (2)
sumber daya pada upaya kesehatan, Munadhir kesehatan; (3) pekerjaan umum dan enataan
(2020: 9), menyatakan bahwa ekonomi ruang; (4) perumahan rakyat dan kawasan
kesehatan berkaitan dengan hal-hal berikut: pemukiman; (5) ketentraman, ketertiban, dan
perlindungan masyarakat; dan sosial.
1. Alokasi sumber daya diantara Sedangkan non pelayanan dasar terdiri dari (1)
berbagai upaya kesehatan. tenaga kerja; (2) pemberdayaan peremuan dan
2. Jumlah sumber daya yang perlindungan anak; (3) pangan; (4) pertahanan;
dipergunakan dalam upaya kesehatan. (5) lingkungan hidup; (6) administrasi
3. Pengorganisasian dan pembiayaan kependudukan dan pencatatan sipil; (7)
dari berbagai pelayanan kesehatan. pemberdayaan masyarakat dan desa; (8)
4. Efisiensi pengalokasian dan pengendalian penduduk dan keluarga
penggunaan berbagai sumber daya. berencana; (9) perhubungan; (10) komunikasi
dan informatika; (11) koperasi, usaha kecil dan
menengah; (12) penanaman modal; (13)
7
kepemudaan dan olah raga; (14) statistik; (15)
persandian; (16) kebudayaan; (17)
perpustakaan; (18) dan kearsipan.
Pengumpula Penyajian
Penyelenggaraan SPM bidang n Data Data
kesehatan merupakan salah satu urusan
pemerintah yang menurut peraturan
perundang-undangan merupakan urusan
konkuren pemerintah. Urusan konkuren
merupakan urusan bersama dengan pembagian Penarikan
Reduksi Kesimpulan
antara urusan pemerintah pusat, pemerintah Data /Verifikasi
provinsi dan pemerintah daerah dan menjadi
dasar pelaksanaan otonomi daerah. Maka dari
itu SPM harus terlaksana dan tercapai sesuai
dengan target yang telah ditentukan.

3. METODE PENELITIAN Gambar 3.1: Model Analisis Data Interaktif


Miles dan Humberman
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode 4.1 Gambaran Umum UPT Puskesmas
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Di Palengaan
dalam penelitian ini yang menjadi objek
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat
penelitian adalah faktor faktor kendala dalam
Kesehatan Masyarakat (PKM) UPT
penyelenggaraan pelayanan dasar berdasar
Puskesmas Palengaan terletak di Jalan Raya
SPM Kesehatan pada Dinas kesehatan
Palengaan. UPT Puskesmas Palengaan
Kabupaten Pamekasan khususnya pada UPT
berjarak 17 km dari pusat Kabupaten
Puskesmas Palengaan. Sementara itu metode
Pamekasan dan ditetapkan sebagai puskesmas
analisis data menggunakan konsep dari Miles
Rawat Inap yang terletak di kawasan Kawasan
and Huberman di dalam Sugiyono (2013:246),
Pedesaan dengan nomor izin operasional
yang mengemukakan bahwa terdapat 3
440/582/432.412/2016 tentang izin
langkah yang terjadi secara bersamaan dalam
operasional yang ditetapkan oleh pemerintah
analisis data, yaitu reduksi data (data
daerah dan otoritas perizinan. Dengan
reduction), penyajian data (display data), serta
berpedomankan visi dan misi Visi :
penarikan kesimpulan dan verifikasi data
“terwujudnya masyarakat Palengaan yang
(conclusion drawing/verification), dengan
menggunakan data primer untuk mengetahui mandiri untuk hidup sehat 2025”
secara langsung implementasi perhitungan Misi :
pembiayaan standar pelayanan minimal bidang
kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten 1. Meningkatkan upaya pencegahan dan
Pamekasan. Dan sumber data sekunder dari pemberantasan penyakit
beberapa undang-undang terkait dengan 2. Mendorong kemandirian hidup sehat
standar harga pelayanan kesehatan dan bagi perorangan, keluarga dan
peraturan terkait pelaksanaan standar masyarakat
pelayanan minimal lainnya. 3. Memelihara dan meningkatkan
kesehatan perorangan, keluarga,
Secara skematis proses analisis data masyarakat beserta lingkungan
menggunakan model analisis data interaktif 4. Meningkatlan kualitas pelayanan
Miles dan Humberman adalah sebagai berikut: kesehatan yang memenuhi standar,
bermutu, merata, dan terjangkau

8
Berdasarkan Peraturan Bupati Pamekasan 1. Pencegahan dan Pengendalian
Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pembentukan, Hepatitis
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta
2. Kesehatan Usia Lanjut
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
Daerah dan Badan Daerahyang ditindaklanjuti 3. Kesehatan Jiwa
denganSurat Kepala Dinas Kesehatan 4. Kesehatan Gigi dan Mulut
Kabupaten Pamekasan Nomor Masyarakat
061.1/881/432.302/2017 Tentang Struktur
Organisasi Unit Pelaksana, maka rincian 5. Usaha Kesehatan Sekolah
tanggung jawab puskesmas adalah sebagai 6. Pengobatan Tradisional
berikut: Komplementer
A. Upaya Kesehatan Masyarakat 7. Kesehatan Kerja dan Olah Raga
Esensial 8. Kesehatan Indera
1. Upaya Promosi Kesehatan 9. Kesehatan Matra / Haji
2. Upaya Kesehatan Lingkungan 10. Tim Reaksi Cepat
3. Upaya Kesehatan Ibu, Anak dan 11. Pengawasan Obat & Makmin
Keluarga Berencana
 Keluarga Berencana
C. Upaya Kesehatan Perorangan,
 Kesehatan Reproduksi Laboratorium, dan Kefarmasian
4. Upaya Gizi
1. Pelayanan anak dan Imunisasi
5. Upaya Pencegahan dan Pengendalian
2. Pelayanan KB, Ibu dan persalinan
Penyakit
3. Pelayanan Laboratorium
 Pencegahan dan Pengendalian
Tuberkulosis 4. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
 Pencegahan dan Pengendalian 5. Pelayanan Rawat inap
Kusta 6. Pelayanan UGD
 Imunisasi 7. Pelayanan gizi
 Pencegahan dan Pengendalian 8. Pelayanan umum
Demam Berdarah Dengue
9. Pelayanan kefarmasian
 Pencegahan dan Pengendalian
Malaria - Rabies D. Jaringan Pelayanan dan Jejaring
Puskesmas
 Pencegahan dan Pengendalian
HIV-AIDS 1. Pelayanan Pondok Kesehatan Desa
 Pencegahan dan Pengendalian 2. Pelayanan Pondok Persalinan Desa
Penyakit Tidak Menular 3. Penanggungjawab jejaringan
 Surveilans puskesmas
 Pencegahan dan Pengendalian 4. Pelayanan Puskesmas Pembantu
ISPA/D|are 5. Pelayanan Puskesmas Keliling
6. Usaha Kesehatan Sekolah
E. Ketatausahaan

B. Upaya Kesehatan Masyarakat 1. Urusan Rumah Tangga


Pengembangan 2. Urusan Kepegawaian
9
3. Urusan Keuangan terpenuhinya standar ketenagaan sesuai
Permenkes 43 tahun 2019 dikarenakan masih
4. Urusan Sistem Informasi
kurangnya tenaga sebanyak 56 orang yang
terdiri dari 1 tenaga dokter, 19 tenaga perawat,
F. Mutu
16 tenaga bidan, 1 tenaga nutrisionis, 1 tenaga
1. Tim Manajemen Mutu.
apoteker, 2 tenaga analis kesehatan, 1 tenaga
perekam medis, 1 Tenaga Sistem Informasi
4.2 Hasil dan Pembahasan Kesehatan, 9 Tenaga
Ketatausahaan/Administrasi, 2 Pramu
4.2.1 Kondisi sumber daya manusia Kebersihan, 1 Petugas Keamanan dan 2 tenaga
Pengemudi. Berikut tabel kekurangan SDM
Tabel 4.1 Kondisi sumber daya manusia yang
dimiliki Puskesmas Palengaan
berdasarkan analisis beban kinerja:
Tabel 4.2 kebutuhan SDM berdasarkan analisis
beban kinerja UPT Puskesmas Palengaan tahun
2020

Perhitungan Kekurangan Tenaga Puskesmas


berdasarkan Analisis beban kinerja (ABK)
dihitung sesuai dengan ketentuan Permenkes
43 tahun 2019. Dengan kondisi Tenaga
Dari tabel diatas terdapat jenis tenaga UPT Puskesmas Palengaan yang kekurangan, hal
Puskesmas Palengaan terdiri dari 29 tenaga tersebut tentunya menjadi kendala utama
PNS , 6 tenaga Kontrak Daerah, 18 tenaga dalam pencapaian target kinerja SPM
Kontrak Non Kapitasi dan 4 tenaga Kontrak Kesehatan yang berimplikasi pada petugas
BOK. Selain tabel diatas Puskesmas Palengaan pelayanan kesehatan dalam memberikan
memiliki tenaga sukarelawan sebanyak 26 Pelayanan Kesehatan yang efektif dan efisien
pegawai yang terdiri dari 10 tenaga perawat, 9 di lapangan. Seperti keterbatasan jumlah
tenaga bidan. 1 tenaga pengemudi, 1 tenaga dokter dan petugas laboratorium, sehingga hal
kebersihan, 1 perawat gigi dan 4 tenaga tersebut menghambat proses pelaksanaan
administrasi umum dengan wilayah kerja pelayanan kesehatan terutama dalam
terdiri dari 12 desa. Di tahun 2020 ini pelaksanaan program UKM.
Puskesmas Palengaan akan menjadi 2
puskesmas dan kebutuhan ketenagaan akan 4.2.2 Tugas Rangkap Tenaga Puskesmas
dihitung per puskesmas.
Berdasarkan tabel 4.1 kondisi SDM Berikut merupakan kondisi tugas rangkap
Puskesmas Palengaan, Puskesmas Palengaan yang terjadi di UPT Puskesmas Palengaan:
mengalami kekurangan SDM dalam Tabel 4.3 Kondisi Tugas rangkap SDM UPT
mengoperasikan Puskesmas. Berdasarkan Puskesmas Palengaan
Analisis Beban Kerja dapat diketahui bahwa
tenaga di Upt Puskesmas Palengaan masih
belum memenuhi standar. Penyebab tidak

10
ketatausahaan, 2 pramu kebersihan, 1 petugas
keamanan, dan 2 pengemudi untuk
mengurangi beban rangkap tugas.
Dari hasil wawancara dengan beberapa
petugas, SDM yang ada masih banyak yang
merangkap tugas dalam memegang program
sehingga terjadi tugas rangkap pada saat
pelayanan kesehatan dilakukan, dimana 1
petugas tenaga kesehatan melakukan dua tugas
atau lebih untuk meng-cover tugas yang
kosong karena kekurangan tenaga. Seperti
yang sering terjadi beberapa tugas Bidan Desa
yang semula tugasnya melakukan pelayanan
Kesehatan Ibu dan anak pada satu desa, disisi
lain ada tugas yang lain untuk melakukan
pelayanan Kesehatan Ibu dan anak di
Puskesmas Palengaan, hanya dilaksanakan
oleh satu Tenaga kesehatan Bidan. Hal
tersebut mengakibatkan tidak maksimalnya
pelayanan yang dilakukan yang seharusnya,
sehingga capaian indikator SPM Kesehatan
rendah atau tidak mencapai target karena
terjadi ketidak efisiensi waktu, biaya, dan
tempat.

4.2.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan


Berdasarkan data pada tabel 4.3
kualifikasi SDM Puskesmas Palengaan terdiri Berikut merupakan Sarana dan Prasarana
dari PNS 55,26% dan Kontrak 42,10%. yang dimiliki UPT Puskesmas Palengaan:
Pegawai PNS dalam jangka waktu 5 tahun ke
depan yang akan memasuki purna tugas
sebesar 11,9%. Atas kondisi tersebut, maka
diperlukan perencanaan pemenuhan
kebutuhan pegawai PNS Puskesmas untuk
menyeimbangkan beban kerja pegawai dimana
hal tersebut mengakibatkan penumpukan tugas
pada beberapa SDM pada Puskesmas
Palengaan . Sementara itu, pegawai Kontrak
adalah tenaga kontrak daerah, kontrak non
kapitasi, dan kontrak BOK.
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
sumber daya manusia di Puskesmas Palengaan
mempunyai 18 tugas rangkap. Atas 18 tugas
rangkap tersebut dirangkap oleh 10 orang.
Atas kondisi tersebut Puskesmas Palengaan
sangat membutuhkan tambahan tenaga 1
dokter umum, 19 perawat, 16 bidan, 1
nutrisionis, 1 tenaga apoteker dan/ tenaga
teknis kefarmasian, 2 ahli teknologi
laboratorium medik, 1 perekam medis, 1
tenaga sistem informasi kesehatan, 9 tenaga
11
Tabel 4.4 Daftar Sarana dan Prasarana Puskesmas Bangunan 1 Puskesmas, 5 Pustu, 17 Polindes
dan 2 Ponkesdes dalam keadaan terawat dan
layak untuk menjalankan pelayanan yang
optimal. Begitu juga dengan peralatan baik
medis maupun non medis di setiap instalasi
dalam keadaan baik dan dapat dipergunakan
sesuai dengan fungsinya, akan tetapi ada
instalasi yang belum mendapatkan fasilitas
peralatan medis yang lengkap. Kendaraan
yang dimiliki Puskesmas Palengaan
khususnya 2 Ambulance dapat dipergunakan
dengan baik untuk kegiatan pelayanan
kesehatan masyarakat, 10 sepeda motor yang
digunakan oleh pegawai Puskesmas untuk
menjalankan tugas masing – masing.
Menurut hasil wawancara dengan
beberapa Dokter dan bidan, ada instalasi yang
belum mendapatkan fasilitas peralatan medis
yang lengkap atau keterbatasan alat kesehatan,
terutama peralatan kedokteran lanjutan yang
lebih spesifik yang diperlukan dalam proses
pelayanan kesehatan lanjutan, seperti
Kurangnya peralatan pemeriksaan Mata,
sehingga hal tersebut menjadi kendala dalam
pelayanan kesehatan. Selain itu juga terdapat
Jenis sarana dan prasarana berupa Peralatan
dan mesin yang relatif sering mengalami
kerusakan seperti alat kantor dan rumah
tangga, alat kedokteran, dan alat laboratorium.
Hal tersebut disebabkan dikarenakan
pemeliharaan yang kurang teratur, dan faktor
pemakaian.
Selain itu, juga terdapat masalah dari segi
lahan dan tata ruang. Menurut kepala
Puskesmas Palengaan, Puskesmas belum
memiliki zona merah dan ruang PPI
(pencegahan dan pengendalian infeksi) yang
memadai, dikarenakan Puskesmas memiliki
lahan yang sempit sehingga tidak
memungkinkan untuk menambah lokasi dan
unit baru.

4.2.4 Keterbukaan Masyarakat


Dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan yang akurat dan benar kepada
masyarakat diperlukan diagnosis penyakit
Berdasarkan Tabel 4.6, sesuai dengan hasil yang tepat sehingga input dari pelayanan
wawancara peneliti dan observasi lapangan, kesehatan dapat menghasilkan output berupa
Dari semua jaringan Puskesmas Palengaan, 4 kesehatan yang optimal. Maka dari itu
berstatus milik daerah dan 21 milik pribadi. diperlukan kerjasama masyarakat/pasien untuk
12
terbuka akan penyakit yang sedang dialami pertemuan tidak berjalan secara konsisten dan
sehingga dapat dilakukan diagnosis yang berkesinambungan. Selain itu informan lain
mendalam dan pendataan serta penanganan mengatakan bahwa rapat koordinasi lintas
pelayanan kesehatan yang tepat. sektor telah dijadwalkan akan tetapi tidak
Menurut hasil wawancara dengan pelaku terlaksana. Hal tersebut disebabkan karena
penyelenggara pelayanan kesehatan, yaitu berbagai tanggung jawab dibebankan pada
beberapa Dokter dan perawat di Puskesmas Puskesmas dengan kondisi tugas rangkap.
Palengaan, terdapat masalah yang cukup Untuk mengetahui partisipasi lintar sektor
krusial dalam hal diagnosis penyakit yang tentang ketelibatan dalam pelayanan
sedang dialami oleh pasien. Cukup sering kesehatan, dari hasil wawancara mendalam
ditemukan kasus di lapangan dimana pasien bahwa diperoleh informasi dari beberapa
tidak ingin diperiksa oleh dokter dan bersifat informan mengatakan terlibat sebatas kegiatan
non-koperatif dengan tujuan menutupi koordinasi masih dilakukan pada saat terjadi
penyakitnya. Hal tersebut dilakukan karena kejadian luar biasa (KLB)/genting.
penyakit yang dialami oleh pasien cukup aneh
dan tidak biasa sehingga pasien merasa 4.2.6 Keterbatasan Anggaran
terasingkan oleh lingkungan sekitar apabila
Di dalam keperluan pertimbangan dan
penyakit tersebut diketahui oleh Dokter
perencanaan alokasi biaya penyelenggaraan
ataupun orang lain. Salah satu contoh yang
SPM kesehatan tahun 2021 oleh Puskesmas
terjadi dilapangan adalah diagnosis penyakit
Palengaan maupun Dinas Kesehatan
pada indikator kinerja SPM yaitu pelayanan
Kabupaten Pamekasan, pertama perlu
kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus
diperhatikan seberapa besar sumber dana yang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
diperoleh Puskesmas Palengaan melalui
melemahkan daya tahan tubuh manusia,
proyeksi pendapatan dengan melihat besaran
dimana orang yang terindikasi gejala virus
pendapatan pada tahun-tahun sebelumnya.
HIV akan merasakan keterasingan dan malu
Sehingga perlu disajikan data proyeksi yang
jika penyakit tersebut diketahui oleh orang
didapat oleh peneliti. Berikut merupakan
lain, maka pasien memilih untuk tidak
proyeksi pendapatan Puskesmas Palengaan
koperatif.
pada tahun 2021:
Dengan pola perilaku masyarakat atau
pasien tersebut, tentu akan menghambat dan Tabel 4.5 Daftar UPT Puskesmas Kabupaten
mempengaruhi proses pelayanan kesehatan Pamekasan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Dan No Puskesmas
Kapitasi
Pendapatan
Non-Kapitasi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Jumlah Pendapatan

berimplikasi pada capaian target indikator 1


2
Puskesmas Pakong
Puskesmas Pasean
1,300,000,000.00
2,138,908,200.00
470,000,000.00
341,000,000.00
688,270,000.00
788,968,000.00
2,458,270,000.00
3,268,876,200.00
3 Puskesmas Pegantenan 2,355,181,000.00 374,819,000.00 563,910,500.00 3,293,910,500.00
kinerja SPM bidang kesehatan secara teknis 4 Puskesmas Tampojung Pregi 1,253,937,300.00 238,000,000.00 549,890,000.00 2,041,827,300.00
5 Puskesmas Waru 2,049,127,200.00 332,485,400.00 575,005,000.00 2,956,617,600.00
penyusunan data yang nantinya akan disajikan 6 Puskesmas Kadur 2,544,480,000.00 611,272,000.00 712,333,000.00 3,868,085,000.00
7 Puskesmas Palengaan 2,565,000,000.00 309,690,000.00 1,217,783,500.00 4,092,473,500.00
di laporan keuangan. 8 Puskesmas Proppo 2,585,520,000.00 561,561,000.00 784,881,000.00 3,931,962,000.00
9 Puskesmas Sopaah 1,928,880,000.00 249,700,000.00 763,395,400.00 2,941,975,400.00
10 Puskesmas Talang 607,446,000.00 180,000,000.00 504,055,000.00 1,291,501,000.00
4.2.5 Kurang Optimal Hubungan Lintas
Sektor Pada setiap tahunnya, Puskesmas
Palengaan memperoleh sumber dana dalam
Partisipasi lintas sektor diluar sektor operasional pelayanan kesehatan kepada
kesehatan sangat berperan dalam mendukung masyarakat melalui pendapatan yang terdiri
terselenggaranya pelayanan kesehatan secara dari 3 sumber dana, yaitu Pendapatan Kapitasi,
optimal. Peran dan kerja sama lintas sektor Pendapatan Non-Kapitasi, dan BOK (bantuan
diharapkan menjadikan upaya pelayanan operasional kesehatan). Pendapatan Kapitasi
kesehatan berjalan lancar dan merata. Menurut adalah pendapatan yang diperoleh dari besaran
hasil wawancara dengan Pemegang program pembayaran per bulan yang dibayar dimuka
UKM Puskesmas Palengaan, pertemuan lintas kepada Puskesmas oleh BPJS berdasarkan
sektor sudah dilaksanakan demi didapatkannya jumlah peserta terdaftar tanpa
update informasi dan sinkronisasi data memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
berkaitan dengan kesehatan akan tetapi kesehatan yang diberikan. Pendapatan Non-
13
Kapitasi adalah besaran pembayaran yang Sebesar Rp. 2,243,022,344.00 atau 54.81%
dibayarkan oleh BPJS kepada Puskesmas atas dari Pendapatan Puskesmas Palengaan. Dari
pelayanan rawat inap dan pelayanan lain yang prosentase tersebut relatif cukup besar bagi
dibayar berdasar pengajuan klaim dari Puskesmas mengingat anggaran perlu
Puskesmas. Lalu pendapatan BOK adalah dialokasikan ke dalam operasional Puskesmas
Bantuan Biaya Operasional Kesehatan non Palengaan seperti belanja pegawai, belanja
gaji untuk Puskesmas dan jaringannya serta barang dan jasa, maupun belanja modal.
UKBM dalam menyelenggarakan Pelayanan Di dalam penyelenggaraan pelayanan
Kesehatan Promotif dan Preventif KIA-KB, kesehatan berdasar indikator kinerja SPM
Gizi, Imunisasi, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan, dibutuhkan suatu biaya karena
Promosi Kesehatan, dan Pengendalian tanpa adanya biaya suatu kegiatan tidak dapat
Penyakit untuk mempercepat pencapaian berjalan. Proyeksi kebutuhan biaya riil dalam
tujuan MDGs (Suhandi S. T., 2011). rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan
berdasar indikator kinerja SPM Kesehatan,
Proyeksi Pendapatan Puskesmas yang dihitung melalui mekanisme perhitungan
Palengaan pada Tahun 2021 sebesar Rp. berdasarkan standar Permenkes No. 4 Tahun
4,092,473,500.00. Berikut rincian Sumber 2019 Tentang Standar Pemenuhan Mutu
Dana Pendapatan Puskesmas Palengaan: Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Tabel 4.6
Minimal Bidang Kesehatan. Disajikan sebagai
berikut:
Proyeksi Pendapatan Puskesmas Pakong Tahun
2021 Tabel 4.7

Hasil Costing Pelayanan Dasar Standar Pelayanan


No Rincian Sumber Dana Minimal
2021 Puskesmas Palengaan
Tahun 2021
1 Pendapatan Kapitasi Rp 2,565,000,000
2 Pendapatan Non-Kapitasi NoRp Indikator
309,690,000 2021
3 Pagu Dana BOK Rp Setiap ibu hamil
1,217,783,500
mendapatkan
Total 1
Rp pelayanan antenatal
4,092,473,500 120,075,732.00
sesuai standar
Setiap ibu bersalin
Proyeksi tersebut didapatkan dengan mendapatkan
memperlakukan pendapatan selama 3 tahun 2 pelayanan
475,173,000.00
persalinan sesuai
kebelakang, yaitu pendaptan pada tahun 2017, standar
2018, dan 2019 sebagai baseline dalam Setiap bayi barul
menentukan prognosa pendapatan pada tahun lahir (BBL)
2020. Sementara itu, Pendapatan pada tahun mendapatkan
2020 tidak digunakan sebagai baseline 3 pelayanan
75,336,612.00
kesehatan neonatal
dikarenakan penelitian berlangsung pada bulan esensial sesuai
September 2020 sehingga data yang standar
didapatkan belum final. Oleh sebab itu, Setiap balita
dilakukan prognosa pada tahun 2020. Setelah mendapatkan
dilakukan pada kenaikan pendapatan dari 4 pelayanan
289,004,000.00
kesehatan sesuai
tahun ke tahun, didapatkan kesimpulan bahwa standar
proyeksi pendapatan pada tahun 2021 Setiap anak pada
dinaikkan sebesar 10% dari tahun sebelumnya, usia pendidikan
yaitu tahun 2020. 5
dasar mendapatkan
Dari Pendapatan sebesar Rp pelayanan 79,168,000.00
kesehatan sesuai
4,092,473,500.00, Keperluan Biaya
standar
Penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan

14
Setiap warga indikator kinerja SPM kesehatan yang telah
negara usia 15 dilaksanakan oleh Puskesmas Palengaan dari
tahun sampai 59
6 tahun mendapatkan
tahun sebelumnya masih rendah dan tidak
61,024,500.00 mencapai target yang telah ditentukan. Oleh
pelayanan
kesehatan sesuai sebab itu peneliti mencoba memproyeksikan
standar seberapa besar kebutuhan biaya riil dalam
Setiap warga rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan
negara usia 60
tahun keatas
berdasar indikator kinerja SPM Kesehatan,
mendapatkan yang dihitung melalui mekanisme perhitungan
7 berdasarkan standar Permenkes No. 4 Tahun
pelayanan 738,623,250.00
kesehatan usia 2019 Tentang Standar Pemenuhan Mutu
lanjut sesuai Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
standar
Minimal Bidang Kesehatan. Sehingga hasil
Setiap penderita
hipertensi dari Costing biaya SPM kesehatan UPT
mendapatkan Puskesmas Palengaan bisa menjadi ukuran
8
pelayanan 21,655,000.00 dalam hal perencanaan pada tahun selanjutnya
kesehatan sesuai demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang
standar
maksimal kepada masyarakat. Berikut
Setiap penderitan
diabetes melitus merupakan bagan metode/langkah Costing
(DM) mendapatkan SPM yang digunakan oleh peneliti:
9
pelayanan 51,023,750.00
kesehatan sesuai Indikator SPM Penentuan
Penentuan
standar PMK No 4
Sasaran SPM
Langkah
Tahun 2019 Kegiatan SPM
Setiap orang
dengan gangguan
jiwa berat Penentuan
Penentuan
Penentuan
Variabel & Satuan Volume
10 mendapatkan Komponen
Standar Harga
SPM
77,972,500.00
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
Costing SPM
Setiap orang
terduga
Tuberkulosis
(TBC) Gambar 4.2 : Metode/langkah Costing SPM
11
mendapatkan 88,046,500.00
pelayanan 5. PENUTUP
kesehatan sesuai
standar 5.1 Kesimpulan
Setiap orang
dengan risiko Berdasarkan hasil pembahasan yang
terinfeksi HIV sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
12 mendapatkan bahwa Implementasi Standar Pelayanan
165,919,500.00
pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan yang
kesehatan sesuai
standar diselenggarakan oleh Puskemas Palengaan
belum optimal yang dapat dilihat dari beberapa
Total capaian masih rendah dan belum mencapai
2,243,022,344.00
target SPM kesehatan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri
Pada awalnya, anggaran biaya untuk Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 yaitu dengan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan target sebesar 100% (seratus persen). Hal
berdasar indikator kinerja SPM kesehatan tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu
sudah ada dan sudah teralokasi yang kekurangan Sumber Daya Manusia,
dituangkan di dalam RBA (Rencana bisnis banyaknya tugas rangkap pada Puskesmas,
anggaran). Disisi lain, walaupun anggaran masyarakat yang tertutup, hubungan lintas
sudah ada, di dalam kenyataannya capaian sektor yang tidak optimal, dan keterbatasan
15
anggaran sehingga hal tersebut menjadi dilakukannya identifikasi lebih lanjut
kendala terutama di dalam proses pelayanan dan pembagian tugas secara jelas dan
kesehatan. merata dengan kondisi SDM yang ada
untuk tujuan efektifitas. Selain itu,
5.2 Keterbatasan Penelitian perencanaan SDM yang matang
dengan tujuan penghematan anggaran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini
juga diperlukan untuk kedepan.
memiliki keterbatasan. Berdasarkan pada
Artinya didalam merekrut pegawai
pengalaman langsung dalam proses penelitian
selain mempertimbangkan hasil
oleh peneliti, ada beberapa keterbatasan yang
analisis beban kinerja, juga diperlukan
dialami dan dapat menjadi beberapa sebab
melakukan pengamatan tugas-tugas
untuk diperhatikan bagi peneliti yang akan
secara riil lapangan untuk
datang dalam menyempurnakan penelitiannya
mempertimbangkan jumlah
karena penelitian ini sendiri memiliki
kebutuhan pegawai yang efisien.
kekurangan yang perlu diperbaiki kedepannya.
3. Perlunya dilakukan klasifikasi dan
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
identifikasi secara detail pada sarana
adalah sebagai berikut:
dan prasarana berkaitan dengan
1. Adanya keterbatasan kontak langsung informasi ketahanan, perawatan, dan
dengan responden karena pandemik umur ekonomis aset-aset untuk
Covid-19. ditindaklanjuti dalam pemakaian dan
2. Dalam proses pengambian data, perawatan yang benar dan aman
informasi yang diberikan responden melalui pembuatan SOP.
melalui wawancara terkadang tidak 4. Perlunya pembuatan program-
menunjukkan pendapat responden program inovasi untuk mendukung
yang sebenarnya, hal ini terjadi karena dalam mencapai target indikator
kadang perbedaan pemikiran, kinerja SPM Kesehaatan.
anggapan dan pemahaman yang 5. Sosialisasi harus dilakukan secara
berbeda tiap responden, juga faktor konsisten dan berkesinambungan baik
lain seperti faktor kejujuran. oleh Kepala Puskesmas maupun
3. Keterbatasan waktu penelitian yang pemerintah berkenaan dengan
hanya dilakukan selama 3 bulan. kebijakan Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan agar pelaksana
Berdasarkan Hasil Penelitian dan program dapat memahami secara
Kesimpulan di atas, maka berikut merupakan menyeluruh dan melaksanakan
saran yang dapat diajukan, sebagai berikut: pelayanan kesehatan pada indikator
kinerja SPM Kesehatan secara
1. Sebagai Puskesmas yang memiliki maksimal sesuai dengan target yang
fungsi menyelenggarakan Upaya hendak dicapai.
Kesehatan Masyarakat dan Upaya
Kesehatan Perorangan, sudah
seharusnya penyelenggaraan SPM DAFTAR PUSTAKA
Bidang Kesehatan diprioritaskan, baik
dari Prioritas Anggaran, maupun DAFTAR PUSTAKA
Prioritas Pelaksanaan secara Teknis,
agar secara minimal seluruh warga
Eliana, Sumiati S. (2016). Kesehatan
negara yang berkaitan mendapatkan
Masyarakat. Jakarta Selatan: Badan
pelayanan dasar kesehatan, selain itu
pengembangan dan pemberdayaan
SPM juga merupakan instrumen
sumber daya manusia kesehatan.
dalam membangun kesehatan
Nasional secara menyeluruh. Ali B. P., Siahaan M. G. R., Solikha A. D.,
2. Dilakukan pengelolaan SDM secara Wikanestri I., Ardhiantie, Entos, …
efektif dan efisien, dimana Fitria A. (2017). Penguatan pelayanan
16
kesehatan dasar di Puskesmas. Jakarta Siriyei I & Wulandari D. R. (2013). Faktor
Pusat: Direktorat Kesehatan dan Gizi determinan rendahnya pencapaian
Masyarakat Kedeputian Pembangunan cakupan Standar Pelayanan Minimal
Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan bidang kesehatan di Puskesmas Mojo
Kementerian PPN/Bappenas. Kota Surabaya. Jurnal administrasi
kesehatan Indonesia. 1(3). 244-251.
Notoatmojo S. (2003). Ilmu dan seni kesehatan Sandiata B. S. (2013). Perlindungan hukum
masyarakat. Jakarta: Rineka Cita. hak mendapatkan pelayanan kesehatan
di rumah sakit pemerintah. Jurnal
Ariyadi H., Purjanto A. K., Krishnajaya,
hukum administrasi. 1(2). 187-194.
Taufiq (n.d). Panduan penyusunan
Yanuar Z. (2014). Implementasi E-Costing
standar pelayanan minimum
SPM kesehatan pada Puskesmas (studi
puskesmas untuk menerapkan pola
kasus pada Puskesmas Ngrambe
pengelolaan keuangan badan layanan
Kabupaten Ngawi). Jurnal akuntansi.
umum daerah. (n.d): Kementerian
3(1).
dalam negeri direktorat jenderal
Saputra R. D. & Suranto (2014). Implementasi
keuangan daerah.
Standar Pelayanan Minimal bidang
Laksono D. A., Wasito B., Sopacua E.,
kesehatan di RSUD Kota Baubau.
Maryani H., Handayani L., Ristrini,
Jurnal ilmu kepemerintahan dan
Suharmiati (2010). Standar pelayanan
kebijakan publik. 1(2).
minimal kesehatan. Surabaya: Health
A. Rengga, "STUDI IMPEMENTASI
Advocacy Yayasan Pemberdayaan
STANDAR PELAYANAN
Kesehatan Masyarakat.
MINIMAL (SPM) BIDANG
Munadhir (2017). Ekonomi Kesehatan.
KESEHATAN DASAR DI KOTA
Makassar: (n.d.).
MAGELANG," FORUM, vol. 40, no.
Kemitraan Pemerintah Australia – Indonesia
1, pp. 12-20, Apr. 2012. [Online].
Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan
untuk Kesejahteraan (n.d). Model Hariyadi M., Hendrartini J., & Budiarto A. M.
perhitungan pembiayaan Standar (2015). Analisis pembiayaan kesehatan
Pelayanan Minimal (terpenuhinya program kesehatan ibu dan anak (KIA)
perhitungan pembiayaan pelayanan berdasarkan Standar Pelayanan
kesehatan berbasis kepulauan dalam Minimal (SPM) di Kabupaten
perencanaan anggaran daerah). Nunukan. Jurnal kebijakan kesehatan
Diakses dari Indonesia. 4(3). 80-89.
https://www.kompak.or.id/id/downloa
d/188/Keberhasilan%20Model%20Pe Kushandajani (2004). Standar Pelayanan
mbangunan%20- Minimal (SPM) dan peningkatan
%20Costing%20SPM%20Kab%20Pan pelayanan publik di era otonomi
gkep.pdf. daerah. Jurnal ilmu administrasi dan
Badan Pusat Statistika Kabupaten Pamekasan kebijakan publik. 1(2). 280-289.
(2020). Kabupaten Pamekasan dalam
angka. Pamekasan: Badan Pusat Setiaji B. (n.d). Analisis biaya (Costing) dalam
Statistika Kabupaten Pamekasan. peningkatan upaya kesehatan
Said A. R. A. (2020). Pembagian kewenangan masyarakat (UKM). Diakses dari
Pemerintah Pusat-Pemerintah Daerah website pppkmi:
dalam otonomi daerah seluas-luasnya http://pppkmi.org/v1/index.php/unduh/
menurut UUD 1945. Jurnal ilmu category/1-bahan-seminar-p2kb-
hokum. 9(4), 577-602. pppkmi?download=1:costing-
Heryana, A. (2019). Konsep Biaya: Aplikasi promkes-bambang-setiaji.
pada Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Primadi O. (n.d). Implementasi &
Dokumen Pribadi
penganggaran SPM kesehatan (fokus
pada isu prioritas). Diakses dari
17
website dinkes kalbarprov: https://jdih.lkpp.go.id/regulation/perat
https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp- uran-lkpp/peraturan-lkpp-nomor-11-
content/uploads/2019/03/IMPLEMEN tahun-2018.
TASI-PENGANGGARAN-SPM-
KESEHATAN-FOKUS-PADA-ISU- Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 100
PRIORITAS.pdf tahun 2018 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal. Diakses dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia https://www.kemendagri.go.id/arsip/d
nomor 23 tahun 2014 tentang etail/10596/permendagri-no-100-
Pemerintah Daerah. Diakses dari tahun-2018.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta
ils/38685/uu-no-23-tahun-2014. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 43 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor Minimal Bidang Kesehatan. Diakses
36 tahun 2009 tentang Kesehatan. dari
Diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/20 ils/113091/permenkes-no-43-tahun-
09/36TAHUN2009UU.htm. 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor Peraturan Menteri Kesehatan nomor 43 tahun
25 tahun 2009 tentang Pelayanan 2019 tentang Pusat Kesehatan
Publik. Diakses dari Masyarakat. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta https://peraturan.bpk.go.id/Home/Dow
ils/38748/uu-no-25-tahun-2009. nload/129900/Permenkes%20Nomor
%2043%20Tahun%202019.pdf.
Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2018
tentang Standar Pelayanan Minimal. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun
Diakses dari 2019 tentang Standar Teknis
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
ils/67029/pp-no-2-tahun-2018. pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan. Diakses dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta
nomor 13 tahun 2019 tentang Laporan ils/111713/permenkes-no-4-tahun-
dan evaluasi penyelenggaraan 2019.
Pemerintah Daerah. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun
ils/103890/pp-no-13-tahun-2019. 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor pada Standar Pelayanan Minimal
35 tahun 2015 tentang Kementerian Bidang Kesehatan. Diakses dari
Kesehatan. Diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta ils/111713/permenkes-no-4-tahun-
ils/41762/perpres-no-35-tahun-2015. 2019.
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor
72 tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Deta
ils/41327/perpres-no-72-tahun-2012.
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah nomor 11
tahun 2018 tentang Katalog Elektronik.
Diakses dari
18

Anda mungkin juga menyukai