BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan dari pelaporan Kinerja Pencapaian SPM 2021 adalah untuk mengetahui
dan mengevaluasi sejauh mana terwujudnya penerapan SPM di Daerah yang
efektif dan efisien dari segi sosialisasi, koordinasi, penyusunan kebijakan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Sehingga kedepan diharapkan setiap tahapan dalam
penerapan SPM dapat dilaksanakan secara komprehensif (utuh) mulai dari
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan evaluasinya untuk mengetahui
sejauh mana pencapaian pelaksanaan pelayanan dasar dalam rangka perbaikan
kualitas pelayanan publik pada tahun berikutnya. Laporan Pencapaian SPM ini
nantinya akan menjadi bahan kajian untuk menetapkan kebijakan guna
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaporan kinerja pencapaian SPM 2021 adalah informasi
tentang kondisi aktual perkembangan penerapan SPM terutama dalam hal
pelaksanaan, penganggaran dan penerapan SPM Bidang Kesehatan Kabupaten
Labuhanbatu
Misi 2:
Misi 4:
Membangun Perekonomian yang kuat untuk menjamin pemerataan kesejahteraan
masyarakat melalui Perluasan Lapangan Kerja, peningkatan kuantitas dan kualitas
produksi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, penguatan lembaga
keuangan dan koperasi serta pengembangan potensi kawasan wisata
Misi 5:
Menciptakan sinergi pembangunan di bidang infrastruktur, pengendalian
pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan
Untuk Penetapan Target SPM Tahun 2021 dapat dilihat pada tabel berikut :
BAB II
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM
Pemerintah Daerah wajib memenuhi mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada
SPM bidang Kesehatan. Mutu Pelayanan Dasar untuk setiap Jenis Pelayanan Dasar
sebagaimana ditetapkan dalam standar teknis, sekurang-kurangnya memuat :
1) standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
2) standar jumlah dan kualitas personel/sumber daya manusia kesehatan; dan
3) petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
Standar teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Penerima Pelayanan Dasar untuk setiap Jenis Pelayanan Dasar yaitu Warga Negara
dengan ketentuan:
1) Ibu hamil untuk Jenis Pelayanan Dasar Pelayanan kesehatan ibu hamil;
2) Ibu bersalin untuk Jenis Pelayanan Dasar Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
3) Bayi baru lahir untuk Jenis Pelayanan Dasar Pelayanan kesehatan bayi baru
lahir;
4) Balita untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan Kesehatan balita;
5) Usia pendidikan dasar untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan kesehatan pada
usia pendidikan Dasar;
6) Usia produktif untuk Jenis Pelayanan Dasar Pelayanan kesehatan pada usia
produktif;
7) Usia lanjut untuk Jenis Pelayanan Dasar Pelayanan kesehatan pada usia
lanjut;
8) Penderita hipertensi untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan kesehatan
penderita hipertensi;
9) Penderita diabetes melitus untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan kesehatan
penderita diabetes Melitus
10) Orang dengan gangguan jiwa berat untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan
kesehatan orang Dengan gangguan jiwa berat;
11) Orang terduga tuberkulosis untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan kesehatan
orang Terduga tuberkulosis; dan
12) Orang dengan risiko terinfeksi virus yang Melemahkan daya tahan tubuh
manusia (Human Immunodeficiency Virus) untuk Jenis Pelayanan Dasar
pelayanan kesehatan orang dengan risiko Terinfeksi virus yang melemahkan
daya tahan Tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus)
Tabel 2.1. Target dan Saasaran Pencapaian SPM untuk Bidang Kesehatan
Tahun 2021
2.3 Realisasi
Realisasi Capaian SPM Bidang Kesehatan Tahun 2021 terjadi penurunan dari
tahun sebelumnya dibeberapa indikator layanan hal ini disebabkan karena masih
berlangsungnya wabah pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pelayanan kesehatan
tidak berjalan optimal/terganggu. Sejak awal Maret 2020 sampai dengan akhir 2021.
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah mulai dari
membatasi hubungan sosial (social distancing), menghimbau untuk bekerja di
rumah (work from home) bagi sebagian besar Aparatur Sipil Negara (ASN), meniadakan
kegiatan ibadah, dan meminta masyarakat untuk tetap di rumah serta mengurangi
aktivitas ekonomi di luar rumah. Kebijakan tersebut bermaksud baik, namun dampak dari
kebijakan tersebut memiliki resiko tinggi, hingga akhir Maret 2020 kebijakan pemerintah
bukan hanya social distancing tapi dilanjutkan dengan Physical Distancing, dan juga
pemerintah telah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB sebagai upaya
untuk membatasi atau menghentikan penyebaran Virus Corona., dan sampai dengan
tahun 2021 upaya pencegahan penyebaran dan kewasapadan terhadap Virus Corona tetap
dilakukan. walaupun ada kebijakan-kebijakan tersebut, penyelenggara pelayanan publik
tetap wajib memberikan layanan kepada masyarakat dan tetap harus mematuhi standar
pelayanan minimal dengan tetap memperhatikan hak dan kewajiban masing-masing pihak
baik penyelenggara maupun masyarakat. Dinas Kesehatan segenap lingkup jajarannya
telah berupaya maksimal dimasa kondisi wabah pandemi covid-19 untuk memberikan
layanan kepada masyarakat Labuhanbatu dengan segala keterbatasan yang ada. Adapun
realisasi capaian SPM tahun 2021 adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tahun 2021
Jenis Pelayanan Indikator Capaian Target
Dasar Sasaran Jumlah %
Absolut
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pelayanan Kesehatan Persentase ibu hamil 100 11358 10.624 93,54
Ibu Hamil mendapatkan pelayanan
kesehatan ibu hamil
Pelayanan Kesehatan Persentase ibu bersalin 100 10841 10.126 93,40
Ibu Bersalin mendapatkan pelayanan
persalinan
Pelayanan Kesehatan Persentase bayi baru lahir 100 10325 9.962 96,48
Bayi Baru Lahir mendapatkan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir
Pelayanan Kesehatan Cakupan Pelayanan 100 40133 32.138 80,08
Balita Kesehatan Balita sesuai
Standar /Persentase anak
usia 0-59 bulan yang
mendapatkan pelayanan
kesehatan balita sesuai
standar
Dari Data di atas diketahui bahwa 12 Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan
belum mencapai target 100% yaitu Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan
kesehatan ibu hamil, Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan,
Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, Cakupan
Pelayanan Kesehatan Balita sesuai Standar /Persentase anak usia 12-59 bulan yang
mendapatkan pelayanan kesehatan balita sesuai standar, Persentase anak usia
pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, Persentase
Orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar, Persentase orang
usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar, Persentase warga
negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standard,
Selanjutnya secara lengkap hasil analisa capaian indikator kinerja SPM sebagai
berikut :
1. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan Ibu Hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali (K4) selama masa kehamilan, satu kali pada
Trimester Pertama, satu kali pada Trimester Kedua, dan dua kali pada trimester
ketiga. Dari 12.250 Ibu Hamil yang mendapat Pelayanan K1 Pada Tahun 2016
sebanyak 11.007 Ibu Hamil dan yang mendapatkan pelayanan Ibu Hamil adalah
sebanyak 9.966 Ibu Hamil atau sebesar 81,36% mengalami peningkatan Tahun
2017 dari 12.199 Ibu Hamil, yang mendapatkan pelayanan ibu hamil adalah
sebanyak 10.301 Ibu Hamil atau sebesar 84,44% dari jumlah seluruh Ibu Hamil.
Pada tahun 2018 Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil
mengalami penurunan yaitu menjadi 82,66% atau sebanyak 10.037 Ibu Hamil dari
12.143 sasaran Ibu Hamil. Untuk Tahun 2019 indikator ini mengalami peningkatan
menjadi 89,94% dimana dari 12.086 sasaran ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan ibu hamil (K4) adalah sebanyak 10.870 ibu hamil. Selanjutnya ditahun
2020 menunjukkan penurunan sedikit dari tahun sebelumnya yaitu menjadi
84,60%. Tahun 2021 Pelayanan kesehatan Ibu Hamil diwujudkan melalui
pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 6 kali (K6) selama masa
kehamilan yaitu triwulan 1 dua kali (diperiksa dokter sekali), triwulan 2 sekali,
triwulan 3 tiga kali (sekali diperiksa dokter),persentase pelayanan kesehatan ibu
hamil meningkat dari tahun – tahun sebelumnya yaitu sebesar 93,54% ibu hamil
yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar dan jika dibandingkan dengan
target Kabupaten Tahun 2021 dan target SPM Nasional (100%), maka belum
mencapai target.
Permasalahan:
- Adanya Pandemi Covid-19 yang menyebabkan turunnya tingkat kunjungn K6 ibu
hamil dan pelaksanaan tugas tenaga kesehatan menjadi kurang optimal
- Di beberapa wilayah masih terdapat akses ke fasyankes yang sulit
- Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil dalam pentingnya memeriksakan
diri ke petugas kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dan kurang aktifnya
petugas kesehatan dalam mempromosikan kepada masyarakat khususnya ibu
hamil tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan
tiap semester kehamilan hingga proses persalinan serta faktor sosial budaya
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas, serta adanya ibu hamil yang mendapatkan pelayanan di fasyankes luar
wilayah kerja kabupaten.
- Masih Minimnya dana
Solusi:
- Perlu untuk lebih menggiatkan kegiatan luar gedung seperti pendataan, pelayanan
di Posyandu, kunjungan rumah, pelaksanaan kelas ibu hamil serta kemitraan bidan
dan dukun untuk meningkatkan cakupan pelayanan pada Ibu Hamil untuk
meningkatkan cakupan.
- Perlu disusun regulasi tentang sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat
fasyankes swasta untuk wajib lapor pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan
ibu hamil ke Puskesmas.
- Penyusunan Perencanaan Pembiayaan Kesehatan SPM yang lebih terarah serta
diperkuatnya dukungan dari Pemerintah Daerah dalam pembiayaan SPM
- Menguatkan kerjsama lintas Sektor serta kerjsama dengan faskes swasta
Permasalahan:
- Masih adanya persalinan yang dibantu oleh dukun beranak, masih rendahnya
tingkat kesadaran ibu bersalin dalam pentingnya memeriksakan diri ke petugas
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan setelah melaksanakan persalinan. Kurang
aktifnya petugas kesehatan dalam melaksanakan Home Visite pada ibu yang
selesai melakukan proses persalinan.
- Masih belum optimalnya pencatatan dan pelaporan dari fasilitas kesehatan swasta,
sehingga data laporan yang tercatat masih belum lengkap dan hal ini salah satu
penyebab capaian masih di bawah 100%, serta masih adanya ibu bersalin
mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja kabupaten.
- Ketersediaan alat persalinan dan pasca persalinan masih belum sesuai standar
Solusi:
- Lebih menggiatkan kegiatan luar gedung seperti pendataan, pelayanan di
Posyandu, kunjungan rumah, pelaksanaan kelas ibu hamil serta kemitraan bidan
dan dukun untuk meningkatkan cakupan pelayanan pada Ibu Bersalin.
- Perlu disusun regulasi tentang sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat
faskes swasta untuk wajib lapor pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan ibu
hamil ke Puskesmas.
- Rencana Pemenuhan alat persalinan dan pasca persalinan sesuai standar
Permasalahan:
- Adanya Pandemi Covid-19 yang menyebabkan turunnya tingkat kunjungan bayi
baru lahir dan pelaksanaan tugas tenaga kesehatan menjadi kurang optimal
- Masih rendahnya kegiatan Home Visite oleh petugas kesehatan menyebabkan
kegiatan jumlah Kunjungan Neonatus Lengkap sulit untuk mengalami kenaikan.
- Kurangnya Informasi mengenai pelayanan bayi baru lahir
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas serta adanya bayi baru lahir mendapatkan pelayanan diluar wilayah
kerja kabupaten.
Solusi:
- Melihat capaian tersebut masih sangat diperlukan upaya lebih maksimal lagi
dalam peningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar
100%. Adapun kegiatan yang perlu ditingkatkan adalah komitmen dengan
Puskesmas dalam kunjungan rumah (Home Visite) untuk kegiatan pelayanan
Kunjungan Neonatus Lengkap, pengoptimalan dana BOK Puskesmas dan JKN.
- Perlu disusun regulasi tentang SPM Bidang Kesehatan di tingkat Pemda termasuk
sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat faskes swasta untuk wajib lapor
pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan bayi baru lahir ke Puskesmas.
Permasalahan:
- Tingkat kesadaran ibu yang masih rendah terhadap pemanfaatan Posyandu dan
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dalam memeriksakan anak Balita dan
kurang maksimalnya kegiatan kunjungan rumah.
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas serta adanya balita mendapatkan pelayanan diluar wilayah kerja
kabupaten
Solusi:
- Meningkatkan upaya-upaya pelayanan kesehatan balita melalui kegiatan
pembinaan Posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk PAUD dan konseling
keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku KIA serta pemberian
vitamin A. Serta meningkatkan kembali komitmen dengan Lintas Sektor untuk
mendukung dan ikut berperan aktif dalam upaya-upaya peningkatan pelayanan
kesehatan Balita lengkap
- Perlu disusun regulasi tentang SPM Bidang Kesehatan di tingkat Pemda termasuk
sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat faskes swasta untuk wajib lapor
pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan balita ke Puskesmas
murid kelas 1 sampai dengan kelas 7 SD dan setingkat dan yang telah mendapat
pelayanan kesehatan adalah sebanyak 14.805 siswa. jika dibandingkan dengan
target Tahun 2018 dan SPM Nasional 100%, maka capaian hampir mendekati
target dengan persentase realisasi capaian 98,73%. Sedangkan pada Tahun 2019
mengalai peningkatan sebesar 100% Dengan jumlah murid terdapat 25.467 anak
murid kelas 1 sampai dengan kelas 7 SD dan setingkat dan yang telah mendapat
pelayanan kesehatan adalah sebanyak 25.467 siswa. Tahun 2020 mengalami
penurunan yang sangat signifikan yaitu hanya 21,55% dengan jumlah murid yang
mendapat pelayanan kesehatan adalah 6.010 siswa dari target 27.893 siswa/murid.
Pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 67,39% dengan jumlah murid
yang mendapat skrining kesehatan sebanyak 51.100 murid dari jumlah total anak
usia pendidikan dasar 75.830 anak. jika dibandingkan dengan target Tahun 2021
100% dan SPM Nasional 100%, maka capaian tidak mendapai target.
Permasalahan:
- Adanya Pandemi Covid-19 dan Keluarnya Kebijakan Dari Kementerian
Pendidikan untuk Belajar secara online yang menyebabkan pelaksanaan skrining
oleh petugas kesehatan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya hanya sebatas
pada jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah atau hanya pada saat anak
menghantar tugas belajar.
- Petugas untuk layanan Usia Pendidikan Dasar di Puskesmas terlibat juga sebagai
tim vaksinator sehingga terkendala dalam pelaksanaan layanan usia pendidikan
dasar
- Sarana dan prasarana pendukung untuk layanan usia pendidikan dasar belum
tersedia dengan lengkap.
yang mendapat layanan dari target 305.290. Pada tahun 2021 terjadi penurunan
persentase usia produktif yang mendapatkan skrining keshatan sesuai standar
sebesar 30,61% atau 100.512 jiwa dari total estimasi usia produktif di Kabupaten
Labuhanbatu yaitu 328.374 jiwa. Dan Jika dibandingkan dengan target 2021 dan
Target SPM Nasional 100% angka ini belum mencapai target.
Permasalahan:
- Wabah Pandemi Covid-19 sehingga aktivitas layanan skrining tidak optimal
- Masih rendahnya kesadaran penduduk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan belum optimalnya kegiatan PERKESMAS serta
home visite sehingga tidak seluruh penduduk usia 15-59 tahun mendapatkan
skrining kesehatan terlebih juga pada masa pandemi yang mengakibatkan
kurangnya masyarakat untuk melakukan pemeriksaan ke faskes.
- Informasi terkait layanan usia produktif masih belum optimal.
- Data Pelayanan dari jaringan dan fasyankes swasta ke puskesmas belum optimal
serta adanya usia produktif mendapatkan pelayanan diluar wilayah kerja
kabupaten dan data dari BPJS (pCare) belum bisa ditarik untuk pelaporan P2-
PTM.
- Posbindu yang ada belum sepenuhnya berjalan optimal serta jumlahnya masih
sangat kurang serta ketersedaiaan alat yang masih minim
- Petugas Posbindu tidak memiliki saran Komputer/Laptop untuk entry data.
- Dokter yang terlatih untuk pelayanan terpadu PTM masih terbatas.
Solusi:
- Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan dan PERKESMAS di seluruh
Puskesmas se Kabupaten Labuhanbatu sehingga seluruh penduduk usia 15-59
tahun mendapatkan skrining kesehatan oleh petugas kesehatan yang berkompeten.
- Perlu disusun regulasi tentang SPM Bidang Kesehatan di tingkat Pemda termasuk
sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat faskes swasta untuk wajib lapor
pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan usia produktif
- Pengaktifan posbindu serta penyediaan alat posbindu
Permasalahan:
- Kurangnya kesadaran dari penduduk usia lanjut untuk memeriksakan
kesehatannya terlebih dimasa pandemi covid-19. Kegiatan PERKESMAS masih
belum terlaksana dengan maksimal menyebakan rendahnya pelaksanaan kegiatan
kunjungan rumah yang didalamnya terdapat lansia menjadi salah faktor terbesar
indikator pelayanan kesehatan lansia tidak tercapai 100%.
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas serta adanya usia lanjut mendapatkan pelayanan diluar wilayah kerja
kabupaten
- Petugas untuk layanan Lansia di Puskesmas terlibat juga sebagai tim vaksinator
sehingga terkendala dalam pelaksanaan layanan usia pendidikan dasar
Solusi:
- Mengaktifkan kembali kegiatan PERKESMAS di Puskesmas untuk dapat
menjaring para lansia yang tidak bisa melakukan kunjungan ke Puskesmas. Hal
ini perlu mendapat perhatian khusus baik dari SKPD terkait maupun Pemerintah
Kabupaten dikarenakan indikator ini merupakan salah satu indikator yang
termasuk dalam SPM Nasional yang merupakan cermin hasil kerja pemerintah
kabupaten.
- Pengaktifan posyandu lansia dan pengoptimalan puskesmas santun lansia
- Perlu disusun regulasi tentang sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat
faskes swasta untuk wajib lapor pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan usia
lanjut
Permasalahan:
- Masih rendahnya kesadaran penduduk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
- Adanya pandemi covid-19 menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan ke faskes
serta pelayanan skrining oleh petugas yang menjadi tidak optimal
- kegiatan home visit belum dapat terlaksana secara optimal, sehingga tidak semua
penduduk usia 15 tahun keatas mendapat pemeriksaan kesehatan.
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas serta adanya penderita hipertensi mendapatkan pelayanan diluar
wilayah kerja kabupaten
- Posbindu yang ada belum sepenuhnya berjalan optimal serta jumlahnya masih
sangat kurang serta ketersedaiaan alat yang masih minim.
Solusi:
- Peyebarluasan informasi layanan kesehatan, Mengoptimalkan kembali kegiatan
PERKESMAS sehingga pelaksanaan home visite pun dapat terlaksana dengan
lebih baik.
- Perlu disusun regulasi tentang sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat
faskes swasta untuk wajib lapor pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan DM.
- Pengaktifan posbindu serta penyediaan alat posbindu serta perlu inovasi layana
keliling deteksi dini penyakit tidak mennular untuk meningkatkan cakupan
layanan.
dibandingkan dengan target nasional 100%, angka capaian tersebut masih belum
mencapai target.
Permasalahan:
- Adanya pandemi covid-19 menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan ke faskes
serta pelayanan skrining oleh petugas yang menjadi tidak optimal
- Belum optimalnya kegiatan PERKESMAS dan home visite sehingga tidak seluruh
penderita DM dapat diberikan pelayanan kesehatan terutama yang tidak terdeteksi
oleh petugas kesehatan terdekat.
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas serta adanya penderita hipertensi mendapatkan pelayanan diluar
wilayah kerja kabupaten
- Posbindu yang ada belum sepenuhnya berjalan optimal serta jumlahnya masih
sangat kurang serta ketersedaiaan alat yang masih minim.
Solusi:
- Melaksanakan dan melakukan optimalisasi kegiatan PERKESMAS di seluruh
Puskesmas se Kabupaten Labuhanbatu sehingga seluruh penderita DM baik yang
melakukan kunjungan ataupun tidak berkunjung ke Puskesmas dapat terlayani
oleh petugas kesehatan yang berkompeten.
- Perlu disusun regulasi tentang sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat
faskes swasta untuk wajib lapor pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan DM.
- Pengaktifan posbindu serta penyediaan alat posbindu
Permasalahan:
- ODGJ berat masih dianggap aib bagi keluarga dan masyarakat sehingga masih
ditemukan ODGJ berat yang dipasung dan keluarga malu membawa penderita
ODGJ berat ke fasilitas kesehatan.
- Kurangnya pengetahuan keluarga untuk mendapatkan akses ke pelayanan
kesehatan
- Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung untuk layanan penderita ODGJ
berat belum tersedia dengan lengkap di semua Puskesmas
- Kurangnya SDM yang terlatih untuk layanan ODGJ berat di Fasyankes.
Solusi:
- Sosialisasi bagi Masyarakat untuk penanganan penderita ODGJ berat oleh petugas
kesehatan
- Pelacakan kasus penderita ODGJ berat dilakukan secara maksimal.
- Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana untuk layanan ODGJ berat.
- Pelatihan dan penambahan SDM untuk layanan TB
- Pelatihan bagi petugas kesehatan untuk penderita ODGJ berat.
Permasalahan:
- Adanya pandemi covid-19 menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan ke faskes
serta pelayanan skrining oleh petugas yang menjadi tidak optimal
- Target terduga TB sangat tinggi sehingga berdampak pada hasil capaian
- Pelayanan yang tidak terlaporkan dari jaringan dan fasyankes swasta ke
puskesmas serta adanya penderita TB mendapatkan pelayanan diluar wilayah
kerja Kabupaten
Solusi:
- Perlu disusun regulasi tentang sistem pencatatan dan pelaporan yang mengikat
faskes swasta untuk wajib lapor pelaksanaan SPM untuk layanan kesehatan DM.
- Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana untuk layanan TB
- Pelatihan dan penambahan SDM untuk layanan TB
- Pengoptimalan dana BOK dan APBD
Permasalahan:
- Adanya pandemi covid-19 menyebabkan rendahnya tingkat kunjungan ke faskes
serta pelayanan skrining oleh petugas yang menjadi tidak optimal karena petugas
pengelola HIV juga diperbantukan sebagai tim vaksinator sehingga terkendala
dalam deteksi dini HIV di wilayah kerja Puskesmas.
- Luasnya cakupan defenisi orang yang beresiko terinfeksi HIV menyebabkan
kegiatan pendataan dan pemeriksaannya juga memerlukan kerjasama dengan
banyak lintas sektor dan memerlukan Sumber Daya Manusia yang mencukupi
untuk pelaksanaan kerjasama ini sehingga seluruh orang beresiko sesuai defenisi
operasional dapat terlaksana.
- Kurang memadainya sarana dan prasarana di Puskesmas seperti Laptop dan
jaringan internet, sehingga terkendala dalam pelaporan secara online
- Kurangnya dukungan anggaran dalam pengelolaan SPM khususnya deteksi HIV
di Puskesmas
- Petugas HIV di Puskesmas terlibat juga sebagai tim vaksinator sehingga
terkendala dalam pelaksanaan layanan usia pendidikan dasar
- Kurangnya komitmen Kepala Puskesmas dalam meningkatkan capaian deteksi
dini orang yang beresiko terinfeksi HIV.
Solusi:
Meningkatkan peningkatan kerjasama antar lintas sektor terutama dengan LSM
yang bergerak di bidang HIV dan perlunya dukungan dana yang kuat baik dari
pemerintah Kabupaten maupun pemerintah Pusat.
2 3 4 5
I. # PAD 16.160.500.000 11.642.299.144 72,04
Kabupaten Labuhanbatu
Nomor Indikator Kinerja SPM/Keluaran Anggaran 2021
Kegiatan Alokasi Realisasi %
Anggaran Satu Anggaran
Tahun (Rp.) (Rp.)
1 3 4 5 6,00
1. Persentase ibu bersalin mendapatkan 4.743.371.284 4.117.740.777 86,81
pelayanan persalinan (IKU Kabupaten)
2. Persentase ibu hamil mendapatkan 1.114.550.596 894.666.652 80,27
pelayanan ibu hamil
3. Persentase Bayi Baru Lahir mendapatkan 216.900.000 137.659.000 63,47
pelayanan kesehatan bayi baru lahir (IKU
Kabupaten)
9 Tenaga Kefarmasian 90
10 Teknik Bimedika, Keterapian Fisik dan 89
Keteknisian Medik
11 Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan 290
Jumlah 2.545
5. Lain -lain
Ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung
untuk layanan SPM
belum tersedia dengan
lengkap untuk semua
Puskesmas
BAB III
PROGRAM DAN KEGIATAN
Tabel 3.1. Pengintegrasian SPM Ke dalam Dokumen Perencanaan Daerah (DOKRENDA) Tahun 2021
No ISU SPM Bidang Kesehatan Program Kegiatan Sub Kegiatan Alokasi Anggaran
RPJMD Renstra RKPD Renja PD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Penanganan lintas sektor
dalam pelayanan SPM
Bidang Kesehatan Kab/kota
TOTAL
2 Perhitungan Sasaran SPM 1.02.02 Program 1.02.02.2.02. Penyedia 2.02.1. Pengelolaan Rp 132.879.000 6,511,434,568 388,873,500 388,873,500
Bidang Kesehatan Kab/Kota Pemenuhan Upaya Layanan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Ibu
serta perhitungan biaya Kesehatan Perorangan UKM dan UKP Rujukan Hamil
untuk pemenuhan SPM dan Upaya Kesehatan Tingkat Daerah
kesehatan Kab/kota Masyarakat Kabupaten/Kota
termasuk sarana dan 2.02.2. Pengelolaan Rp 3.814.865.179 4,052,923,300 4,052,923,300
prasarana terkait Pelayanan Kesehatan Ibu
Bersalin
2.02.3. Pengelolaan 216,900,000 216,900,000
Pelayanan Kesehatan
Bayi Baru Lahir
2.02.4. Pengelolaan 21,696,787 372,699,800 372,699,800
Pelayanan Kesehatan
Balita
2.02.5. Pengelolaan 4,944,678,951 173,100,000 173,100,000
Pelayanan Kesehatan
Usia Pendidikan Dasar
2.02.6. Pengelolaan 160,811,500 160,811,500
Pelayanan Kesehatan
Usia Produktif
2.02.7. Pengelolaan 31,751,971 218,609,000 218,609,000
Pelayanan Kesehatan
Usia Lanjut
TOTAL Rp - Rp Rp Rp
- - -
4 Peran Desa/Kelurahan dalam
Pencapaian Target 100%
SPM Bidang Kesehatan
TOTAL Rp - Rp Rp Rp
- - -
5 Sistem Informasi Kesehatan 1.02.02 Program 1.02.02.2.03.Penyelengga 2.03.01. Pengelolaan Rp 45.000.000 Rp 45.000.000 Rp Rp
yang mendukung Pemenuhan Upaya raan Sistem Informasi Data dan Informasi 34.499.100 34.499.100
Akuntabilitas Pencapaian Kesehatan Kesehatan secara Keehatan
Target 100% SPM Bidang Perorangan dan Terintegrasi
Kesehatan Upaya Kesehatan
Masyarakat 2.03.02. Pengelolaan Rp 112.500.000 Rp 112.500.000 Rp 86.823.000 Rp 86.823.000
Sistem Informasi
Keehatan
Kesehatan/Alat
Penunjang Medik
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
UKGS KIT 122.500.000 119.592.000 97,63
BAB IV
PENUTUP
5. Masih belum dipahaminya baik oleh pelaksana dalam hal ini aparatur terhadap
indikator dari masing-masing bidang yang harus dilaksanakan dan masih
terbatasnya kompetensi pegawai dalam menyiapkan database/baseline
menyebabkan indikator-indikator yang sebenarnya telah terlaksana menjadi tidak
terdokumentasi sehingga disarankan agar Pemerintah Daerah dapat melakukan
fasilitasi bimbingan teknis dan pendampingan konsultan terhadap Penerapan,
Penyusunan Laporan dan Perhitungan Pembiayaan (e-costing) SPM;
6. Perlu dilakukan pemenuhan sarana dan prasarana dan logistik pendukung untuk
penguatan kualitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sehingga dapat
mendukung pelaksanaan SPM lebih baik.
8. Penguatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan SPM
Bidang Kesehatan.