Anda di halaman 1dari 142

PEMERINTAH KABUPATEN BERAU

DINAS KESEHATAN
LAPORAN KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (LKj-IP)
TAHUN ANGGARAN 2020

GERMAS

27 APRIL 2021
RINGKASAN EKSEKUTIF

L
aporan Kinerja Dinas Kesehatan ini bertujuan untuk menyampaikan
pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja Dinas Kesehatan berdasarkan
perjanjian kinerja tahun 2019 dan sebagai bentuk keterbukaan informasi
public sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2010 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Laporan Kinerja Tahun 2018 merupakan laporan tahun
terakhir pelaksanaan Rencana Sterategis Dinas Kesehatan Tahun 2016-2021.
Penyusunan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Berau mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 53 Tahun
2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LKj-IP Dinas Kesehatan merupakan perwujudan pelaksanaan program dan kegiatan
yang tercantum pada Rencana Sterategis ( Renstra ) Dinas Kesehatan Tahun 2017-2021.
Rencana Sterategis memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sterategis serta Indikator Kinerja
Utama (IKU ) .
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja tahun 2020 menunjukkan bahwa Dinas
Kesehatan sudah mencapai target yang telah ditetapkan dalam sasaran Sterategis. Realisasi
pencapaian Sasaran Sterategis Dinas Kesehatan yang diukur meggunakan Indikator Kinerja
Utama yang telah ditetapkan, kinerja yang dicapai dari 6 sasaran diperoleh capaian kinerja
sebesar 99,65%. mengalami penurunan dari tahun 2019 adalah sebesar 114,4% serta
mengalami penurunan juga dari tahun 2018 yaitu 91,22% namun berdasarkan skala
ordinal capaian tersebut dapat dikategorikan “Berhasil” 80-95.
Capaian Kinerja masing-masing sasaran sterategis adalah Sasaran sterategis
Meningkatnya Status Kesehatan Ibu dan Anak berhasil dicapai sebesar 122,18% yang
diperoleh dari rata-rata kumulatif capaian 3 ( Tiga ) indikator kinerja utama. Sasaran
sterategis Meningkatnya Status Gizi berhasil dicapai sebesar 72,79% yang diperoleh dari
rata-rata kumulatif capaian 2 ( Dua ) indikator kinerja utama. Sasaran Sterategis Menurunnya
angka kesakitan akibat penyakit menular dan tidak menular dicapai sebesar 133,41%.
Sasaran sterategis Meningkatnya akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

i
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 (H) ayat 1 dan Undang-Undang Nomor


36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa Negara bertanggung jawab
untuk mengatur dan memastikan bahwa hak untuk hidup sehat bagi seluruh lapisan
masyarakat dipenuhi termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Kewajiban
negara untuk memenuhi hak dasar masyarakat di bidang kesehatan juga diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 yang menyatakan bahwa negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Dengan demikian, pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotime
disebutkan bahwa salah satu asas umum penyelenggaraan negara adalah asas
akuntabilitas. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kerangka
pembangunan good governance, kebijakan umum pemerintah adalah ingin
menjalankan pemerintahan yangberorientasi pada hasil (result oriented government).
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2020 merupakan amanat dari
peraturan perundang-undangan yang mewajibkan setiap instansi pemerintah baik di
tingkat pusat dan daerah harus melaporkan pencapaian kineja atas kewenangan
utamanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. .

B. Tujuan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kesehatan ini disusun


sebagai bentuk pertanggungjawaban Kinerja Dinas Kesehatan diukur atas dasar
Penilian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan
tujuan dan sasaran sterategis sebagaimana telah ditetapkan dalam perjanjian Kinerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Tahun 2020.

1
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Lkj-IP ) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

C. Tugas Pokok dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau nomor 13 Tahun 2008 pada
Bab II pasal 8 dan 9, Tugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Berau adalah
melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang Kesehatan berdasarkan azas
Otonomi dan Tugas Pembantuan. Untuk penyelenggaraan tugas tersebut, Dinas
Kesehatan Kabupaten Berau mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan.


2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan serta Pelayanan Umum di Bidang
Kesehatan
3. Pembinaan dan Pelaksanaan Tugas dibidang Kesehatan
4. Penyelenggaraan Urusan Kesekretariatan
5. Pelaksanaan UPTD
6. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional
7. Pelaksanaan Tugas Lain yang diberikan oleh Bupati sesuai Tugas dan
Fungsinya.

D. Struktur Organisasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Berau dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah


nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Derah. Pada
Pasal 3 bagian d ditetapkan bahwa Dinas Kesehatan Type A menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang Kesehatan. Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Berau
sebagaimana gambar 1.2
Sebagaimana ditetapkan pada pasal 5 bahwa pada Dinas Daerah dan Badan
dapat dibentuk UPT ( Unit Pelaksana Teknis) yaitu unsur pelaksana teknis Dinas
atau Badan yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis
penunjang tertentu. Berdasarkan Peraturan Bupati Berau Nomor 14 Tahun 2019
Tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Organisasi Unit Pelaksana Teknis Pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau , maka UPT Dinas Kesehatan terdiri dari:

a. UPT Instalasi Farmasi Kabupaten Kabupaten Kelas A


b. UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kelas A
c. UPT Puskesmas yang terdiri dari :
1) Puskesmas Tanjung Redeb 2) Puskesmas Kampung Bugis
3) Puskesmas Teluk Bayur 4) Puskesmas Labanan
5) Puskesmas Sambaliung 6) Puskesmas Suaran
7) Puskesmas Gunung Tabur 8) Puskesmas Merancang
9) Puskesmas Tepian Buah 10) Puskesmas Maratua

2
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Lkj-IP ) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

11) Puskesmas Kelay 12) Puskesmas Tubaan


13) Puskesmas Biatan Lempake 14) Puskesmas Talisayan
15) Puskesmas Batu Putih 16) Puskesmas Biduk-Biduk
17) Puskesmas Tanjung Batu 18) Puskesmas Pulau Derawan
19) Puskesmas Long Laai 21) Puskesmas Long Boy
20) Puskesmas Merapun

Peraturan Bupati Berau Nomor 78 Tahun 2019 Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan. RSUD Talisayan yang dibentuk
merupakan rumah sakit umum Daerah kelas D. merupakan unit organisasi bersifat
khusus yang memberikan pelayanan secara professional dibawah Dinas.

Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan


Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Berau ditunjang dengan rincian Struktur
Organisasi berdasarkan Peraturan Bupati Berau nomor 51 Tahun 2016 pada Bab II
pasal 3 yaitu :

3
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Lkj-IP ) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

GAMBAR 1.1 STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BERAU

4
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (Lkj-IP ) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

E. Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kesehatan) adalah seseorang yang
bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan sedangkan tenaga kesehatan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan dan asisten tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tiga belas jenis, yang terdiri
atas tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarat, tenaga kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik
biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya.
Berdasarkan data jumlah tenaga kesehatan yang bekerja sesuai dengan tugas
dan fungsinya dan estimasi jumlah penduduk, dapat disusun rasio tenaga kesehatan
di Indonesia. Jumlah tenaga kesehatan yang digunakan adalah jumlah tenaga
kesehatan yang bekerja sesuai dengan fungsinya. Hal ini dianggap lebih baik apabila
dibandingkan dengan data tenaga kesehatan yang hanya mempunyai STR, karena
lebih mencerminkan data tenaga yang didayagunakan sesuai dengan tugas dan
fungsinya dan lebih mencerminkan pada lokasi tenaga kesehatan tersebut bekerja.
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator
untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan
kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan
Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025, telah ditetapkan sejumlah target rasio tenaga
kesehatan terhadap jumlah penduduk.
Pada tahun 2019, rasio dokter spesialis ditetapkan sebesar 11 dokter spesialis
per 100.000 penduduk, rasio dokter umum sebesar 45 dokter umum per 100.000
penduduk, rasio perawat sebesar 180 perawat per 100.000 penduduk dan bidan
sebesar 120 bidan per 100.000 penduduk.
Rasio Tenaga Kesehatan (PNS) terhadap Per 100.000 jumlah penduduk di
Kabupaten Berau pada tahun 2020 berdasarkan jumlah penduduk 238.214 jiwa
sebagai berikut :

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 5


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tabel 1.1 Rasio Tenaga Kesehatan (PNS)


Per 100.000 Penduduk di Kab. Berau Tahun 2020
Perhitungan Jumlah Tenaga
Kebutuhan PNS
Jenis Tenaga Kekurangan
Rasio
Standar RS Dinkes Jumlah
(Kebutuhan)
Dokter
11 26,20 23 0 23 3,20
spesialis
Dokter umum 45 107,20 10 20 30 77,20
Perawat 180 555,56 160 202 362 193,56
Bidan 120 285,86 40 115 155 130,86
Sumber : SDMK, 2020
Berdasarkan Data tersebut di atas terlihat bahwa secara kabupaten kekurangan
tenaga dokter spesialis 2 orang, Dokter umum 74 orang, perawat 56 orang dan bidan
124 orang. Mengingat pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar
masyarakat maka kekurangan tenaga kesehatan tersebut dipenuhi melalui kontrak
tenaga sehingga kondisi Tenaga Kesehatan di Kabupaten Berau pada tahun 2020
setelah adanya tenaga kontrak adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Kondisi Tenaga Kesehatan di Kabupaten Berau Tahun 2020


RS Dinkes Rasio Selisih
Jenis
No Jumlah (Kebutuh (Kurang/
Tenaga PNS Kontrak PNS Kontrak a) Lebih )
Dokter
1 23 3 0 0 26 26,20 0,20
spesialis
Dokter
2 10 18 20 35 83 107,20 24,2
umum
3 Perawat 160 125 202 152 639 555,56 83,44
4 Bidan 40 41 115 133 329 285,86 43,14
Sumber : SDMK, 2020

1. Sumber Daya Manusia di Dinas Kesehatan dan UPTD


Secara umum kondisi SDM Kesehatan baik secara Kuantitas maupun
Kualitas termasuk Kategori Kurang. Hal tersebut dapat dilihat pada Jumlah
SDM Kesehatan sampai dengan akhir tahun 2020 adalah 1.286 (Seribu Dua
Ratus Delapan Puluh Enam) orang yaitu PNS ada 546 (Lima Ratus Empat
Puluh Enam) orang dan Pegawai Non PNS / Tenaga Kontrak kegiatan 740
(Tujuh Ratus Empat Puluh Ribu) orang. Dari 546 PNS yang ada, 453 orang
bekerja di 21 Puskesmas dan 2 Orang di RS Talisayan. Untuk Pegawai Non
PNS / Tenaga Kontrak dari 740 orang, 580 orang bekerja di 21 Puskesmas dan
126 orang di RS Talisayan.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 6


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 1.2
PERSENTASE SDM DINAS KESEHATAN DAN UPTD
BERDASARKAN STATUS PNS & NON PNS DI
KABUPATEN BERAU TAHUN 2020

42% PNS
58%
NON PNS

Sumber : Sdmk, 2020


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sumber daya manusia
puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga penunjang (non tenaga
kesehatan). Pemenuhan SDM Kesehatan di Puskesmas perlu mendapatkan
perhatian lebih karena puskesmas merupakan ujung tombak pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarkat. Salah satu dasar untuk menghitung kebutuhan
tenaga kesehatan di puskesmas yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
tahun 2019 berdasarkan Standar minimal yaitu Kondisi minimal yang
diharapkan terpenuhi agar puskesmas dapat terselenggarakan dengan baik
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 1.3
Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan di Puskesmas
Berdasarkan Standar Minimal Tenaga Per Sarana/Kampung
Kabupaten Berau Tahun 2020

Standar Jumlah
No Uraian Minimal tenaga Sarana/Kamp Kebutuhan
per sarana ung
Puskesmas Perawatan wil.
1 35 2 70
perkotaan
Puskesmas Non Perawatan
2 25 3 75
Wil.Perkotaan
Puskesmas Perawatan Wil
3 31 8 248
Terpencil/ST
Puskesmas Non Perawatan
4 22 8 176
Wil Terpencil/ST
Kampung Pustu dan
5 2 110 220
Poskesdes
Total Kebutuhan Tenaga 789
Total Tenaga PNS di Puskesmas 453
Total Kekurangan Tenaga ( Minimal ) 336
Sumber : Sdmk, 2020

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 7


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah SDM Kesehatan


Puskesmas yang PNS adalah 453 orang sementara tenaga yang dibutuhkan
minimal 789 orang, kekurangan SDM tersebut diatasi melalui Tenaga
Kontrak yang dibiayai oleh APBD melalui pengadaan tenaga kontrak kegiatan.
Sampai dengan akhir tahun 2020 tenaga Kontrak yang ditugaskan di
Puskesmas sejumlah 580 orang
.
a) SDM Kesehatan berdasarkan Pendidikan
Jumlah SDM Kesehatan PNS dan Non PNS berdasarkan Kualifikasi
Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4
Rekapitulasi Jumlah SDM Dinas Kesehatan Dan UPTD
Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Kabupaten Berau Tahun 2020

Kualifikasi Pendidikan
No Uraian Jumlah
S2 S1 D4 D3 D1 ≤ SLTA
1 PNS 7 85 8 391 9 46 546
2 Non PNS 3 182 5 402 0 148 740
Jumlah 10 267 13 793 9 194 1.286
Sumber : SDMK, Dinkes 2020

b) SDM Kesehatan berdasarkan Golongan


Berdasarkan golongannya SDM Kesehatan terdiri atas golongan I,
golongan II, golongan III, golongan IV sebagai berikut :

Gambar 1.3
PERSENTASE SDM KESEHATAN PNS BERDASARKAN
GOLONGAN DI KABUPATEN BERAU TAHUN 2020

0,18%
1,28%
GOLONGAN I

28,02% GOLONGAN II
GOLONGAN III
70,51%
GOLONGAN IV

Sumber : SDMK, 2020

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 8


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

c) Jumlah SDM Kesehatan berdasarkan Jabatan


Berdasarkan jabatannya Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Dinas
Kesehatan dan UPTD dibedakan atas Jabatan Struktural Eselon II (Kepala
Dinas), III (Sekretaris dan Kepala Bidang), IV (Kepala Seksi, Kasubbag,
kepala UPTD) dan Jabatan Fungsional (umum dan tertentu), dengan rincian
sebagai berikut :

Gambar 1.4
PERSENTASE SDM KESEHATAN PNS BERDASARKAN
GOLONGAN DI KABUPATEN BERAU TAHUN 2020

0,18%
9,7%
0,91%
ESELON II
GOLONGAN III
GOLONGAN IV
89,19% FUNGSIONAL

Sumber : SDMK, 2020

Jabatan Fungsional tertentu yang ada di UPTD Dinas Kesehatan ada 10


(Sepuluh) yaitu :
1) Dokter
2) Dokter Gigi
3) Perawat
4) Bidan
5) Sanitarian
6) Apoteker
7) Nutrionis
8) Asisten Apoteker
9) Perawat Gigi
10) Analis

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 9


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tabel 1.5
Distribusi Tenaga PNS Dinas Kesehatan dan UPTD
Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Tahun 2020

Tingkat Pendidikan
S2 S1 D4 D3 D1
Dr. Spesialis

Apoteker

Kesehatan

lain2

≤ SLTA
Sarana

Fisioterapi
S1 lainnya
No

Perawat

Lainnya

Perawat

Lainnya

Perawat

Lainnya
farmasi

farmasi

farmasi
Kesling

Kesling
Kesehatan

Analis

Analis
Bidan

Bidan
SKM

Gigi
Gizi

Gizi

Gizi
drg
dr
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 Dinas
Kesehatan 0 0 7 0 1 0 10 4 2 0 9 3 4 15 3 1 0 3 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0 10 77
2 IFK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 7
3 Labkesda 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 7
Puskesmas

6 Tg Redeb 0 0 0 0 3 0 1 0 1 0 0 1 10 18 4 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 45
7 Kp. Bugis 0 0 0 0 5 1 1 0 1 0 0 0 6 14 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4 38
8 Sambaliung 0 0 0 0 4 1 0 0 1 0 0 1 14 29 1 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 58
9 Suaran 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11
10 Gn Tabur 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 11 11 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 29
11 Merancang 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 5 6 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 16
12 Teluk Bayur
0 0 0 0 0 1 3 1 2 0 11 14 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 39
13 Labanan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4 12 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 22
14 Tepian Buah 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 8 17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 30
15 Kelay 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 10
16 Tg.Batu 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 5 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 15

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 10


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tingkat Pendidikan
S2 S1 D4 D3 D1

Dr. Spesialis

Apoteker

Kesehatan

lain2

≤ SLTA
Sarana

Fisioterapi
S1 lainnya
No

Perawat

Lainnya

Perawat

Lainnya

Perawat

Lainnya
farmasi

farmasi

farmasi
Kesling

Kesling
Kesehatan

Analis

Analis
Bidan

Bidan
SKM

Gigi
Gizi

Gizi

Gizi
drg
dr
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
17 Pl. Derawan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 10
18 Maratua 0 0 0 0 2 0 1 0 1 0 0 0 3 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14
19 Tubaan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 14
20 B.Lempake 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 6 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14
21 Talisayan 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 8 23 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 39
22 Batu Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11
23 Biduk-
Biduk 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6 13 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 24

24 Long Laai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
25 Merapun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 8
26 Long Boy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
27 RSUD
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Talisayan

TOTAL ∑ D4 ∑
adalah <SLTA
∑ S2 adalah 7 ∑ S1 adalah 85 8 ∑ D3 adalah 391 ∑ D1 adalah 9 46 546
Sumber : SDMK, Dinkes 2020

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020 11


Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tabel 1.6 Distribusi SDM Kesehatan Non PNS Dinas Kesehatan dan UPTD berdasarkan Tempat Tugas dan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2020
Jenis Pendidikan
Jumlah Pegawai
Non PNS S2 S1 D3
PTT S1 ≤ SLTA
Sarana Kontrak lain2 Dr drg SKM Perawat Farmasi Gizi D4 Bidan Perawat Farmasi Gizi Analis Kesling Gigi Lainnya
NO Kesehatan Pusat lainnya

1 2 3 4 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24

Dinas 22 0 0 0 6 1 2 0 1 0 0 1 2 0 1 0 0 1 7
1 Kesehatan
2 IFK 8 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
3 Labkesda 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
Puskesmas
:
6 Tg Redeb 24 0 3 1 3 0 1 0 1 0 3 3 0 1 2 0 0 0 6
7 Kp. Bugis 23 0 3 1 3 0 1 0 4 1 1 2 1 0 2 0 0 0 4
8 Sambaliung 36 0 1 0 2 0 0 1 2 1 12 9 1 0 0 1 0 0 6
9 Suaran 27 0 2 1 2 1 1 0 1 0 4 5 1 1 1 2 1 0 4
10 Gn Tabur 26 0 2 1 2 2 2 0 1 0 4 3 1 0 1 1 1 0 5
11 Merancang 28 0 1 0 2 0 1 0 0 1 7 8 0 0 1 1 0 0 6
Teluk 24 0 3 0 2 2 1 0 2 1 5 3 0 0 1 0 0 0 4
12 Bayur
13 Labanan 26 0 2 0 1 1 1 0 1 0 5 7 1 0 1 1 0 0 5
Tepian
24 0 2 0 1 1 0 0 0 0 5 7 1 0 1 1 0 0 5
14 Buah
15 Kelay 28 0 1 1 3 1 1 0 1 0 5 7 0 1 1 1 0 1 4
16 Tg.Batu 33 0 2 0 3 1 0 1 0 0 8 9 1 0 0 1 0 0 7

12
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Jenis Pendidikan
Jumlah Pegawai
Non PNS S2 S1 D3
PTT S1 ≤ SLTA
Sarana Kontrak lain2 Dr drg SKM Perawat Farmasi Gizi D4 Bidan Perawat Farmasi Gizi Analis Kesling Gigi Lainnya
NO Kesehatan Pusat lainnya

1 2 3 4 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24

Pl. 17 0 2 1 1 1 1 0 0 0 2 2 1 1 1 0 0 0 4
17 Derawan
18 Maratua 33 0 1 1 3 1 0 0 0 0 7 12 1 1 0 1 0 0 5
19 Tubaan 26 0 1 0 1 1 0 0 0 0 9 6 1 1 1 0 0 0 5
20 B.Lempake 32 0 1 0 3 1 1 0 1 0 8 8 1 0 1 1 0 1 5
21 Talisayan 32 0 2 1 1 1 1 0 2 1 7 7 1 0 0 1 1 1 5
22 Batu Putih 39 0 2 0 3 1 1 0 0 0 12 11 0 1 2 0 0 0 6

Biduk- 29 0 1 1 1 2 1 0 0 0 8 8 0 1 1 1 1 0 3
23 Biduk
24 Long Laai 26 0 0 0 2 0 1 0 0 0 8 9 1 1 1 1 0 0 2
25 Merapun 32 0 2 0 2 1 1 0 1 0 8 8 1 1 1 0 0 0 6
26 Long Boy 15 0 1 0 1 0 0 0 1 0 4 6 0 0 1 0 0 0 1
RSUD 126 3 6 1 3 9 3 1 5 0 14 28 5 2 6 0 1 2 37
27 Talisayan
TOTAL 740 3 41 10 52 28 23 3 25 5 146 169 22 12 28 14 5 6 148
Sumber : SDMK, Dinkes 2020

13
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

F. Permasalahan Utama ( Isu Strategis)

Permasalahan pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Berau merupakan “gap


expectation” antara kinerja pelayanan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan
serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan
dibuat. Potensi permasalahan pelayanan pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum
didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak
dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.
Permasalahan pelayanan yang masih memerlukan penanganan serius di Dinas
Kesehatan Kabupaten Berau selama periode 2016-2021 seperti terlampir dalam tabel 3.1
Tabel 1.7
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Capaian Kinerja Pelayanan sesuai Tugas
dan Fungsi SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Permasalahan
Faktor yang Mempengaruhi
Pelayanan SKPD
Standar yang
Aspek Capaian/Kondisi EKSTERNAL
Digunakan INTERNAL
Kajian Saat ini (DILUAR
(KEWENANGAN
KEWENANGAN
SKPD)
SKPD)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
- Ketersediaan Perubahan aturan
1). Sarana dan
anggaran tepat ,era globalisasi,
Target dan Prasarana
waktu perkembangan
Realisasi
Capaian Kinerja - Standar teknologi
Pencapaian Indikator 2). Sumber
Pelayanan SKPD Pelayanan komunikasi dan
Kinerja Kinerja Daya
2011-20015 rata – Minimum
Pelayanan Pelayanan informasi, manusia
rata tercapai yang
SKPD Standar transportasi yang 3). Akses dan
82,63% ditetapkan
Pelayanan mengarah pada mutu
pemerintah
Minimal, terbentuknya pelayanan
Pusat dan
Daerah dunia tanpa
batas.

G. Sistematika

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan ini menjelaskan pencapaian kinerja Dinas


Kesehatan selama Tahun 2020. Capaian kinerja tersebut juga dibandingkan dengan
capaian kinerja tahun sebelumnya untuk mengukur keberhasilan/kegagalan kinerja Dinas
Kesehatan. Selain itu, capaian kinerja tahun 2020 juga dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya. Dengan kerangka
pikir seperti itu, maka sistimatika penyajian laporan kinerja Dinas Kesehatan adalah
sebagai berikut:

- Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif).

14
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

- Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Dinas Kesehatan dan sekilas


pengantar lainnya.

- Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar


beberapa hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja

- Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaran-sasaran


Dinas Kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran
kinerja.

- Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Kinerja Dinas Kesehatan tahun
2020.

15
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

BAB II
PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis
Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar
bagi perencanaan kinerja dalam penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
Dinas Kesehatan. Beberapa dokumen tersebut antara lain, Undang Undang No. 25 tahun
2004 mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menjadi acuan
bagi perencanaan pembangunan nasional. Sebagai kelanjutan, telah ditetapkan UU No. 17
tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025 dan
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional. Di lingkungan KementerianKesehatan telah ditetapkan Kepmenkes No.
HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
tahun 2015-2020.
Sedangkan dokumen perencanaan daerah meliputi RPJPD, RPJMD, Renstra
SKPD, RKPD dan Renja SKPD. Pemerintah Kabupaten Berau telah menyusun
dokumen RPJPD kabupaten Berau 2006-2026 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2006 dan RPJMD telah ditetapkan dengan peraturan Daerah nomor 12
tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Berau
Tahun 2016-2021 sedangkan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Berau telah
ditetapkan dengan Keputusan kepala Dinas Kesehatan Nomor 440/364/Prog.I/2011
tentang Rencana Sterategis Dinas Kesehatan Tahun 2016-2021.
Renstra Dinas Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif yang memuat program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan
langsung oleh Dinas Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2016-2021, dengan penekanan
pada pencapaian sasaran Strategis, Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Sustainable
Development Goals ( SDGs ).

1. Visi dan Misi


Sejalan dengan Visi Pemerintah Kabupaten Berau yaitu “Mewujudkan
Berau Sejahtera, Unggul, Dan Berdaya Saing Berbasis Sumber Daya Manusia

16
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan”. , maka visi Dinas
Kesehatan Kabupaten Berau adalah
Visi merupakan cara pandang jauh ke depan kemana Dinas Kesehatan
Kabupaten Berau akan diarahkan dan apa yang akan dicapai maupun diperoleh. :

.
VISI
MASYARAKAT BERAU SEHAT DAN MANDIRI

MISI
a. Melaksanakan Upaya kesehatan yang merata, terjangkau dan bermutu
b. Menggerakkan peran serta dan kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat.

Penjelasan kata kunci “Visi” di atas sebagai berikut :

a) Sehat mengandung makna terciptanya masyarakat Berau yang sehat yang


ditunjukkan dengan semakin meningkatnya indikator derajat kesehatan
masyarakat Kabupaten Berau dengan berpedoman pada Standar Pelayanan
Minimal bidang Kesehatan 2016-2021 dan Indikator Kinerja Dinas Kesehatan.
b) Mandiri mengandung makna upaya terintegrasi dan terencana untuk
menumbuhkan kesadaran seluruh masyarakat dalam upaya bersama
meningkatkan derajat kesehatan.

2. Tujuan dan Sasaran Strategis


Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan
meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah semua program dan
kegiatan dalam melaksanakan misi. Tujuan dicanangkan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.

17
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Berau dalam jangka waktu tahunan.
Sasaran merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategik yang
berfokus pada tindakan dan alokasi sumber daya dalam kegiatan atau aktivitas.
Karakteristik dari sasaran paling tidak terdiri atas: SMART (Specific, Measurable,
Acceptable, Result, Timeliness).
Sasaran merupakan bagian integral dalam sistem perencanaan strategik yang
terfokus pada tindakan dan alokasi sumber daya dalam kegiatan atau aktivitas.
Sasaran bersifat spesifik, terukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga
dapat diukur secara nyata dalam jangka waktu tertentu baik tahunan.
Berdasarkan fokus sasaran tersebut secara lebih operasional, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten Berau menetapkan sasaran, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tujuan dan Sasaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten Berau
Indikator
Tujuan Sasaran
Tujuan
Meningkatkan Angka 1 Meningkatnya Status Kesehatan Ibu
Derajat Kesehatan Harapan dan Anak
Masyarakat Hidup 2 Meningkatnya Status Gizi Masyarakat
3 Menurunnya angka kesakitan akibat
penyakit menular dan tidak menular
4 Meningkatnya akses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rujukan
5 Meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat serta berperan aktif
dalam upaya kesehatan masyarakat
6 Meningkatnya cakupan jaminan
pemeliharaan kesehatan

3. Kebijakan, Strategi, Arah Kebijakan dan Program


Untuk mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan selain
diperlukan suatu kebijakan sebagai petunjuk atau arahan agar pelaksanaan suatu
tindakan lebih fokus dan tepat sasaran, juga perlu didukung dengan strategi
pencapaian tujuan yang tepat.
Rumusan pernyataan strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Berau dalam lima
tahun mendatang terdiri dari
a. Meningkatkan kualitas Pelayanan Kesehatan

18
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

b. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


c. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan kerja
e. Meningkatkan kepersertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Perencanaan Strategis mengharuskan dilakukannya segala sesuatu dengan
pertimbangan adanya saling keterkaitan antara program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan, sehingga untuk hal
tersebut dibutuhkan kebijakan.
Dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan cara pencapaiannya. Adapun cara mencapai tujuan dan sasaran
meliputi Penetapan Kebijakan, Program dan Kegiatan.
Kebijakan adalah ketentuan yang telah disepakati pihak terkait yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan,
petunjuk bagi kegiatan aparatur pemerintah dan masyarakat, agar tercapai
kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau.
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau menetapkan 24 (dua puluh empat)
kebijakan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Optimalisasi pelayanan kesehatan ibu dan anak, usia produktif dan lansia
b. Peningkatan promosi kesehatan
c. Optimalisasi Pelayanan Gizi
d. Peningkatan mutu pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan.
e. Optimalisasi penanganan kesehatan khusus dan bencana
f. Pencegahan dan Penanggulangan serta Pengendalian Penyakit Menular
dan Tidak Menular
g. Pemenuhan Kebutuhan Peralatan dan Sediaan Farmasi sesuai standar
h. Peningkatan Sistem Informasi Kesehatan berbasis IT
i. Pemenuhan kebutuhan dan distribusi tenaga kesehatan dan tenaga lainnya
sesuai standar
j. Peningkatan kualitas SDM Kesehatan
k. Pembangunan dan pengembangan Sarana Prasarana Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Dinas Kesehatan, UPTD Dinas , RS Pratama ).
l. Pemenuhan Peralatan dan perlengkatan Kerja Aparatur.

19
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

m. Peningkatan Manajemen Pelayanan Kesehatan


n. Optimalisasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
bidang kesehatan
o. Optimalisasi Upaya Kesehatan Berbassis masyarakat ( UKBM )
p. Peningkatan Pembinaan Kesehatan Olahraga masyarakat
q. Optimalisasi pelayanan kesehatan lingkungan ( pengelolaan Limbah Cair,
Padat, Gas dan Udara, Zat kimia dan limbah B3 termasuk limbah
medis,Pengeloaan Air, Permukiman, Tempat-Tempat Umum, Tempat
Pengolahan Makan dan Minumam, Industri rumah
r. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit
menular berbasis lingkungan
s. Peningkatan Pelayanan Klinik Sanitasi
t. Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Kerja dan pengendalian lingkungan
kerja
u. Optimalisasi Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
v. Optimalisasi pendataan masyarakat miskin
w. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya jaminan
kesehatan
x. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya jaminan
kesehatan
Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang
dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah dalam rangka kerjasama
dengan masyarakat guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Agar tujuan dan sasaran dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan, maka
berdasarkan kebijakan, ditetapkan program kegiatan. Dinas Kesehatan Kabupaten
Berau untuk tahun 2016-2021 terdapat 28 (dua puluh delapan) program. Namun
karena adanya perubahan Susunan Organisasi dan Tata Kerja ( SOTK) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 dan Peraturan Daerah
Kabupaten Berau Nomor 7 tahun 2016 Tentang Pembentukan dan susunan
Perangkat Daerah . Dinas Kesehatan merupakan Dinas dengan Tipe A yang bertugas
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.Pada tahun
2020 ada 21 (dua puluh satu) program yang dilaksanakan.

20
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Untuk merealisasikan program kerja operasional maka implementasinya


tertuang dalam kegiatan atau aktifitas yang merupakan penjabaran kebijakan sebagai
arah dari pencapaian tujuan dan sasaran yang memberikan kontribusi bagi
pencapaian visi dan misi.
Dari 173 (Seratus Sembilan Puluh) kegiatan Dinas Kesehatan untuk tahun
2016-2021 ada 139 (seratus tiga puluh sembilan) kegiatan yang dilaksanakan pada
tahun 2020.

B. Indikator Kinerja Utama


Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan amanat Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007
tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama. Terdapat banyak definisi
mengenai indikator kinerja. Indikator kinerja ada yang didefinisikan sebagai nilai atau
karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur output atau outcome. Indikator
kinerja juga didefinisikan sebagai alat ukur yang digunakan untuk derajat keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya. Definisi lain menjelaskan bahwa indikator kinerja
adalah suatu informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau kondisi
suatu fasilitas atau kelompok fasilitas, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Indikator
kinerja merupakan ukuran yang menjelaskan mengenai kinerja, hal-hal yang direncanakan
akan menjadi kinerja suatu organisasi akan diukur keberhasilan pencapaiannya dengan
menggunakan indikator kinerja. Indikator kinerja dapat terdiri dari angka dan satuannya.
Angka menjelaskan mengenai nilai (berapa) dan satuannya memberikan arti dari nilai
tersebut (apa). Dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pemerintahan,
perlu memperhatikan Indikator Kinerja Utama (IKU). Indikator Kinerja Utama (IKU) yang
sering pula disebut Key Performance Indicator. Dalam ketentuan umum Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei
2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama disebutkan Kinerja
Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan
instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007, setiap
unit kerja mandiri wajib menyusun Indikator kinerja utama. IKU ditetapkan, dan merupakan
acuan ukuran kinerja yang dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten dan masing-masing

21
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Daerah. IKU digunakan


dasar untuk menetapkan Rencana Kinerja Tahunan, menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran, menyusun dokumen Penetapan Kinerja, menyusunan Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LKj-IP) serta melakukan evaluasi penyampaian kinerja sesuai dengan
dokumen Rencana Pembangunan. Pemilihan Indikator kinerja pada pemerintah
kabupaten/kota menggunakan indikator kinerja pada tinggkat outcome dan menggambarkan
keberhasilan instansi pemerintah secara keseluruhan organisasi. Keberhasilan instansi
pemerintah merupakan keberhasilan bersama dari beberapa unit kerja yang ada di
lingkungan instansi pemerintah tersebut, dengan kata lain, pemilihan indikator kinerja pada
pemerintah daerah bukan sekedar gabungan dari berbagai indikator kinerja pada unit kerja
pendukungnya.
Adapun Indikator Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Berau adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Target Indikator Kinerja Sasaran Dinas Kesehatan
Kabupaten BerauTahun 2016– 2021

Sasaran Indikator Kinerja Target


Satuan
Strategis Utama (IKU) 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Meningkatn 1 Jumlah Kematian Kasus 11 10 9 8 7 6
ya Status Ibu Melahirkan
Kesehatan
2 Angka Kematian /1000 23 21 19 17 16 15
Ibu dan
Bayi (IMR) klh
Anak
3 Angka Kematian /1000 20 19 18 17 16 15
Anak Balita klh
(IKU)
2 Meningkat 4 Persentase BBLR % 4,4 4,1 3,9 3,6 3,3 3,3
nya Status 5 Prevalensi Balita % 30 8 7 6 6 6
Gizi Kurang Gizi
Masyarakat
3 Menurun 6 Angka Kesakitan <1 <1 <1 <1 <1 <1
nya angka Malaria (Annual
kesakitan Parasite
akibat Incidence) %
penyakit 7 Angka Kesakitan /100.000 250 230 200 175 140 140
menular dan DBD (IR DBD) pddk
tidak
8 Prevalensi HIV % < < 0,5 < 0,5 < 0,5 < <
menular
(Persen) 0,5 0,5 0,5
9 Persentase Kasus % 45 100 100 100 100 100
TB yang
ditemukan dan
diobati

22
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran Indikator Kinerja Target


Satuan
Strategis Utama (IKU) 2016 2017 2018 2019 2020 2021
10 Persentase desa % 60 70,91 81,82 90,91 100 100
yang
melaksanakan
posbindu
4 Meningkatn 11 Persentase % 100 100 100 100 100 100
ya akses Fasilitas
dan Mutu Pelayanan
Pelayanan Kesehatan yang
Kesehatan terakreditasi
dasar dan
Rujukan 12 Persentase % 50 80 85 90 92 100
Pemanfaatan
Puskesmas
(Utilisasi)
13 Persentase % 91,5 92 92,5 93 94 95
Pemanfaatan
Puskesmas
(Utilisasi)
5 Meningkatn 14 Persentase % 100 100 100 100 100 100
ya cakupan cakupan jaminan
jaminan pemeliharaan
pemeliharaa Kesehatan
n kesehatan Masyarakat
Miskin
15 Persentase % 100 100 100 100 100 100
Pelayanan Dasar
Peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
16 Persentase % 40 35 30 25 20 15
Pelayanan
Rujukan Peserta
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
6 Meningkatn 17 Cakupan Desa % 5 10 55 60 65 70
ya Siaga Aktif
kesadaran (Purnama
masyarakat Mandiri)
untuk hidup
sehat serta 18 Persentase % 35 40 55 60 65 70
berperan Capaian Indikator
aktif dalam Keluarga Sehat

23
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran Indikator Kinerja Target


Satuan
Strategis Utama (IKU) 2016 2017 2018 2019 2020 2021
upaya 19 Persentase % 40 45 50 59 64 70
kesehatan Kampung
masyarakat /Kelurahan yang
Melaksanakan
STBM
Sumber : Renstra Dinkes 2016-2021

C. Rencana Kinerja Tahun 2020 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2020

Pada dasarnya Rencana Kinerja (Performance Plan) tahun 2020 menguraikan target
kinerja yang hendak dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Berau selama tahun 2020.
Target kinerja mempresentasikan nilai kuantitatif yang harus dicapai dari semua indikator
kinerja yang melekat pada tingkat sasaran maupun tingkat kegiatan. Target kinerja pada
tingkat sasaran akan dijadikan benchmark dalam mengukur keberhasilan organisasi di
dalam upaya pencapaian visi dan misinya. Sedangkan target kinerja untuk tingkat sasaran
juga didefinisikan dalam Rencana Kerja Tahun 2020 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2020.
Dalam Perjanjian Kinerja 2020 juga diserta dengan target kegiatan untuk tujuan
pengukuran efisiensi dan efektifitas kegiatan.
Untuk tahun 2020 Dinas Kesehatan menetapkan 6 ( Enam ) sasaran yang hendak
dicapai. Sasaran dan ikhtisar target kinerja masing – masing sasaran yang hendak dicapai
dalam tahun 2020 dan merupakan Perjanjian Kinerja tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3
Sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Tahun 2020
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2020

1 2 3
1 Meningkatnya 1 Jumlah Kematian Ibu 9 kasus
Status Kesehatan Melahirkan
Ibu dan Anak 2 Angka Kematian Bayi ( 18 /1000 klh
IMR )
3 Angka Kematian Anak 16 /1000 klh
Balita ( IKU )
2 Meningkatnya 4 Persentse BBLR
3,3 %
Status Gizi

24
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2020

1 2 3
Masyarakat 5 Prevalensi Balita
kekurangan Gizi 6,0 %
3 Menurunnya 6 Angka Kesakitan Malari
angka kesakitan (Annual Parasite <1 %
akibat penyakit Incidence)
menular dan tidak 7 Angka Kesakitan DBD ( /100.000
menular IR DBD ) 140 pddk
8 Prevalensi HIV ( persen ) <0,5
%

9 Persentase Kasus TB yang 100


ditemukan dan diobati %

10 Persentase desa yang 100


melaksanakan posbindu %

4 Meningkatnya 11 Persentase Fasilitas


akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 92 %
Pelayanan yang terakreditasi
Kesehatan Dasar
dan Rujukan 12 Persentase Pemanfaatan 94 %
Puskesmas (Utilisasi)

5 Meningkatnya 13 Persentase cakupan 100 %


cakupan jaminan jaminan pemeliharaan
pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
kesehatan Miskin
14 Persentasi pelayanan 100 %
Dasar Peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan
15 Persentasi pelayanan
Rujukan Peserta Jaminan 20 %
Pemeliharaan Kesehatan
6 Meningkatnya 16 Cakupan Desa siaga Aktif
kesadaran ( Purnama dan mandiri 65 %
masyarakat untuk Mandiri )
hidup sehat serta
17 Persentase Capaian
berperan aktif
Indikator Keluarga Sehat 65 %
dalam upaya
kesehatan
masyarakat 18 Persentasi
Kampung/Kelurahan yang 64 %
Melaksanakan STBM

25
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Untuk mencapai kinerja Dinas Kesehatan yang telah ditetapkan pada perjanjian kinerja
antara Bupati dengan Kepala Dinas tersebut didukung dengan anggaran yang bersumber
dari APBD Kabupaten Berau sebagai berikut :

Tabel 2.4
Anggaran dalam Perjanjian Kinerja antara
Bupati dengan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Berau Tahun 2020

NO Program Anggaran

1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Rp 6.198.088.000

2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Rp 2.699.940.650


Aparatur
3 Program peningkatan disiplin aparatur Rp 71.400.000

5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Rp 1.309.176.000


Aparatur
6 Program peningkatan pengembangan sistem Rp 5.000.000
pelaporan capaian kinerja dan keuangan
7 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Rp 9.294.826.676

8 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Rp 77.278.856.003

9 Program Pengawasan Obat dan Makanan Rp 1.244.032.000

10 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Rp 1.102.515.000


Masyarakat
11 Program Perbaikan Gizi Masyarakat Rp 1.245.466.500

12 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Rp 430.054.200

13 Program Pencegahan dan Penanggulangan Rp 1.136.599.000


Penyakit Menular
14 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Rp 2.528.768.000

15 Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Rp 2.772.710.000

26
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

NO Program Anggaran

16 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan Rp 30.276.978.000


sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas
pembantu dan jaringannya
17 Program pengadaan, peningkatan sarana dan Rp 5.576.408.500
prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah
sakit paru paru/ rumah sakit mata
18 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Rp 162.060.000

19 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan Rp 2.639.636.000


dan anak
20 Program Peningkatan Kesehatan Kerja dan Rp 330.200.000
Olahraga
21 Program Penyusunan, Pengkajian dan Rp 1.007.511.000
Pengembangan Data dan Informasi Kesehatan
22 Program Peningkatan Pelayanan Penyakit Tidak Rp 391.940.000
Menular dan Kesehatan Jiwa

23 Program Pelayanan Kesehatan bersumber Dana Rp 8.553.036.069


Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Total Anggaran tahun 2020 Rp 156.255.201.598

27
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan bagian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai suatu tatanan, instrumen, dan metode pertanggungjawaban.
Pengukuran kinerja secara khusus membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan
tingkat kinerja standar, rencana, atau target. Kegiatan tersebut dilakukan dengan
menggunakan indikator kinerja utama. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan
oleh Dinas Kesehatan dalam kurun waktu Januari – Desember 2020.

Pada awal tahun 2020 Dinas Kesehatan telah menetapkan Perjanjian Kinerja,
terdiri atas 18 Indikator Kinerja Utama dalam mencapai sasaran strategis dan 6 Indikator
Kinerja Utama sasaran program/kegiatan guna mendukung sasaran strategis Dinas
Kesehatan, beserta target yang telah dilaksanakan pada tahun 2020.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada


pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan
dalam dokumen Rencana Strategis/Penetapan Kinerja

B. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Tahun 2019


Menindaklanjuti Surat Inspektorat Kabupaten Berau Tanggal 03 September 2020
Nomor 700/41/LHE-LKIP/Itkab.wil.II/IX/2020 Perihal Laporan Hasil Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Kesehatan Tahun 2019 dengan ini disampaikan
bahwa Rekomendasi/Saran terhadap permasalahan yang telah dikemukakan sudah
ditindak lanjuti. Beberapa perbaikan yang disarankan yaitu :
1. Perencanaan kinerja
Hasil Evaluasi untuk Perencanaan Kinerja sebesar 29,45 Nilai ini akumulasi dari
penilaian terhadap dokumen Renstra tahun 2016-2021, Dokumen Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) tahun 2019, dan Dokumen Perjanjian Kinerja dengan rincian sebagai
berikut :

28
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

No Komponen /Sub Komponen Bobot Hasil Evaluasi


1 Perencanaan Strategis 10 9,75
2 Perencanaan Kerja Tahunan 20 19,70
Jumlah Perencanaan Kinerja 30,00 29,45

Pada Perencanaan kinerja belum memenuhi bobot target dikarenakan :


a. Target Kinerja yang diperjanjian telah digunakan untuk mengukur keberhasilan,
namun belum dijadikan dasar untuk memberikan penghargaan
b. Rencana Aksi atas Kinerja telah dimonior pencapaiannya secara berkala, namun
belum terdapat mekanisme dan implementasi reward dan punishment terhadap
keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
c. Perjanjian Kinerja telah dimanfaatkan untuk penyusunan (identifikasi) kinerja
sampai kepada tingkat eselon III dan IV, namun belum memenuhi semua kriteria
yang ada, yaitu :
- Target target kinerja dalam PK atasan telah dibreakdown dalam (selaras
dengan) target-target bawahan (eselon III dan IV)

2. Pengukuran Kinerja
Hasil Evaluasi untuk Pengukuran Kinerja sebesar 18,75 Akumulasi penilaian dengan
rincian sebagai berikut :

Bobot Hasil
No Komponen /Sub Komponen
Evaluasi
1 Pemenuhan Pengukuran 5,00 5,00
2 Kualitas Pengukuran 12,50 10,00
3 Implementasi Pengukuran 7,50 3,75
Jumlah Pengukuran Kinerja 25,00 18,75

Pada Pengukuran kinerja belum memenuhi bobot target dikarenakan :


Kualitas Pengukuran :
a. IKU unit kerja telah selaras dengan IKU IP, namun belum menjadi penyebab
(memiliki hubungan kausalitas) terwujudnya tujuan dan sasaran yang ditetapkan
RPJMD
b. Ukuran (Indikator) kinerja eselon III dan IV telah memenuhi kriteria indikator
kinerja yang baik, namun belum menggambarkan kinerja atau hasil sesuai dengan
levelnya terkait langsung dengan kinerja (sasaran) atau kondisi yang akan diukur

29
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

c. Indikator kinerja eselon III dan IV belum selaras dengan indikator kinerja
atasannya karena belum dibreakdown dari indikator atasan
d. Sudah terdapat ukuran (indikator) kinerja individu yang mengacu pada IKU unit
kerja organisasi/atasannya, namun belum memenuhi kriteria yang ada antara
keselarasan:
- IKU individu merupakan breakdown dari IKU atasannya
- Indikator Kinerja Utama individu menjadi penyebab (memiliki hubungan
kausalitas) terwujudnya kinerja utama atasannya
e. Pengukuran Kinerja sudah dilakukan secara berjenjang , namun belum memenuhi
kriteria yang ada antara lain :
- Belum terdapat alur penjenjangan kinerja yang jelas mulai dari pimpinan
sampai staf operasional (individu)
- Belum terdapat pengukuran kinerja pada setiap jenjangnya
- Hasil pengukuran tidak dapat diversifikasi atau ditelusuri sampai ke sumbernya
- Hasil pengukuran berjenjang tersebut belum divalidasi
f. Pengukuran Kinerja belum dikembangkan menggunakan teknologi informasi
Implementasi Pengukuran
a. IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen-dokumen perencanaan dan
penganggaran, namun belum dijadikan alat ukur tercapainya outcome atau hasil-
hasil program yang ditetapkan dalam dokumen anggaran (RKA)
b. IKU telah dimanfaatkan umtuk penilaian kinerja, namun belum terdapat bukti
yang cukup IKU telah dimanfaatkan sepenuhnya sebagaimana kritreria yang
ditetapkan antara lain
- Capaian IKU dijadikan dasar reward atau punishment
- Capaiaan IKU dijadikan dasar promosi atau kenaikan/ penurunan peringkat
c. Target Kinerja eselon III dan IV telah dimonitor pencapaian, namun belum
memenuhi semua kriteria yang ada antara lain:
- Terdapat breakdown target kinerja tahunan kedalam target2 bulanan/periodik
yang selaras dan terukur
- Terdapat pihak atau bagian yang bertanggungjawab untuk melaporkan dan
yang memonitor kinerja secara periodik
- Terdapat jadwal, mekanisme atau SOP yang jelas tentang mekanisme
monitoring kinerja secara periodik

30
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

- Terdapat dokumentasi hasil monitoring


- Terdapat tindaklanjut atas hasil monitoring
d. Hasil pengukuran (capaian) kinerja mulai dari setingkat eselon IV keatas belum
dikaitkan dengan (dimanfaatkan sebagai dasar pemberian) reward & punishment.
Hasil pengukuran dikatakan terkait reward & punishment apabila terdapat :
- Pejabat/pegawai yang berkinerja dengan yang tidak berkinerja (tidak jelas
kinerjanya)
- Pejabat/pegawai yang mencapai target dengan yang tidak mencapai target
- Pejabat/pegawai dengan capaian diatas standar dengan yang standar
e. IKU belum direviu secara berkala
f. Pengukuran kinerja atas Rencana Aksi digunakan untuk pengendalian dan
pemantauan kinerja secara berkala, namun hasil pengukuran Rencana Aksi belum
sepenuhnya dijadikan dasar untuk menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan
dan sasaran

3. Pelaporan Kinerja
Hasil Evaluasi untuk Pelaporan Kinerja sebesar 12,49 Akumulasi penilaian dengan
rincian sebagai berikut :

Komponen /Sub Bobot


No Hasil Evaluasi
Komponen
1 Pemenuhan Pelaporan 3,00 3,00
2 Penyajian Informasi 7,50 5,89
Kinerja
3 Pemanfaatan Informasi 4,50 3,60
Kinerja
Jumlah 15,00 12,49

Pada Pelaporan Kinerja belum memenuhi bobot target dikarenakan :


a. Informasi yang disajikan telah digunakan dalam perbaikan secara ekstensif
namun belum menyeluruh
b. Informasi yang disajikan telah digunakan untuk menilai dan memperbaiki
pelaksanaan program dan kegiatan organisasi secara ekstensif, namun belum
menyeluruh
c. Informasi yang disajikan telah digunakan untuk peningkatan kinerja secara
ekstensif, namun belum menyeluruh

31
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

d. Informasi yang disajikan telah digunakan untuk penilaian kinerja secara


ekstensif, namun belum menyeluruh

4. Evaluasi kinerja
Hasil Evaluasi untuk Evaluasi Internal sebesar 7,13 Akumulasi penilaian dengan
rincian sebagai berikut :

Komponen /Sub Bobot Hasil


No
Komponen Evaluasi
1 Pemenuhan Evaluasi 2,00 1,88
2 Kualitas Evaluasi 5,00 3,75
3 Pemanfaatan Evaluasi 3,00 1,50
Jumlah 10,00 7,13

Pada Evaluasi Internal belum memenuhi bobot target dikarenakan :


Kualitas Evaluasi
a. Evaluasi program dilaksanakan dalam rangka menilai keberhasilan program,
namun belum terdapat simpulan mengenai keberhasilan atau kegagalan program
yang dievaluasi dan terdapat bukti yang cukup rekomendasi telah (akan)
ditndaklanjuti
b. Evaluasi program belum disertai rekomendasi perbaikan yang terkait dengan
perncanaan kinerja dan rekomendasi tersebut telah (disetujui untuk) dapat
dilaksanakan
c. Evaluasi program belum disertai rekomendasi-rekomendasi yang terkait dengan
peningkatan kinerja dan rekomendasi tersebut telah (disetujui untuk) dapat
dilaksanakan
d. Pemantauan Rencana Aksi belum dilakukan secara bulanan
e. Pemantauan Rencana Aksi belum terdapat penilaian atas seluruh aksi yang
dilaksanakan dan alternatif yang diberikan
f. Pemantauan Rencana Aksi telah memberikan alternatif perbaikan namun belum
terdapat penilaian atas seluruh aksi yang dilaksanakan dan alternatif yang
diberikan.
Pemanfaatan Evaluasi
a. Hasil evaluasi program yang telah ditindaklanjuti untuk perbaikan pelaksanaan
program dimasa yang akan datang belum melebihi dari 90% terkait dengan
rekomendasi perencanaan yang ditindaklanjuti

32
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

b. Hasil evaluasi Rencana Aksi telah ditindaklanjuti dalam bentuk Langkah-langkah


nyata namun rekomendasi hasil evaluasi yang ditindaklanjuti belum melebihi
90%

5. Pencapaian Kinerja
Hasil Evaluasi untuk Pencapaian Kinerja sebesar 12,71 Akumulasi penilaian dengan
rincian sebagai berikut :

No Komponen/Sub komponen Bobot Hasil Evaluasi


Kinerja yang dilaporkan
1 (Output) 7,50 2,00
Kinerja yang dilaporkan
2 (Outcome) 12,50 10,71
Jumlah 20,00 12,71

Pada Pencapaian Kinerja belum memenuhi bobot target dikarenakan :


a. Pencapaian target output/outcome belum memenuhi persentase dari kriteria
yang ditetapkan dalam evaluasi akuntabilitas kinerja
b. Capaian Kinerja output belum menyajikan perbandingan dengan capaian kinerja
program dan kegiatan tahun sebelumnya yaitu tahun 2018, sehingga evaluator
tidak dapat membandingkan capaian kinerja tahun 2019 dengan tahun 2018

6. Rekomendasi tahun sebelumnya yang belum ditindak lanjuti


a. Pada tahun 2020 Akan dilakukan Pemberian penghargaan(reward) kepada staf
Dinas Kesehatan berdasarkan keberhasilan dari target kinerja masing-masing
staf.
b. IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran yang
dijadikan alat ukur tercapainya outcome, bukti dokumen terlampir dan pada
tahun 2020 akan dimanfaatkan untuk penilaian kinerja dalam pemberian reward,
promosi/penurunan peringkat, serta IKU harus menunjukkan kondisi yang lebih
baik (inovatif).
c. Pada tahun 2020 Target kinerja eselon III dan IV akan dimonitor oleh pejabat
setingkat lebih tinggi memonitor kinerja secara periodik, dan hasil kinerja yang
dicapai akan dijadikan dasar sebagai pemberian reward dan punishment pada
pegawai setingkat eselon IV keatas, serta diberikan perbedaan antara pegawai

33
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

yang mencapai target dengan yang tidak, mana yang tepat waktu man yang
tidak, serta pegawai yang
mencapai standar.
d. Pengukuran kinerja atas Rencana Aksi telah digunakan untuk pengendalian dan
pemantauan kinerja secara berkala, dan dijadikan dasar untuk mengambil
tindakan (action) dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan bukti
dokumen terlampir

7. Terhadap permasalahan yang telah dikemukakan di atas, kami telah/akan melakukan


perbaikan, antara lain :
a. Perencanaan Kinerja
1) Target Kinerja yang diperjanjian telah digunakan untuk mengukur
keberhasilan, namun akan dijadikan dasar untuk memberikan
penghargaan/reward
2) Rencana Aksi atas Kinerja telah dimonitor pencapaiannya secara berkala,
maka akan dijadikan mekanisme dan implementasi reward dan punishment
terhadap keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
3) Perjanjian Kinerja telah dimanfaatkan untuk penyusunan (identifikasi)
kinerja sampai kepada tingkat eselon III dan IV, sudah memenuhi semua
kriteria yang ada, yaitu :
- Target target kinerja dalam PK atasan telah dibreakdown dalam (selaras
dengan) target-target bawahan (eselon III dan IV)

b. Pengukuran Kinerja
Kualitas Pengukuran :
1) IKU unit kerja telah selaras dengan IKU IP, maka akan menjadi penyebab
(memiliki hubungan kausalitas) terwujudnya tujuan dan sasaran yang
ditetapkan RPJMD, Dokumen terlampir.
2) Ukuran (Indikator) kinerja eselon III dan IV telah memenuhi kriteria
indikator kinerja yang baik, maka akan menggambarkan kinerja atau hasil
sesuai dengan levelnya terkait langsung dengan kinerja (sasaran) atau
kondisi yang akan diukur
3) Indikator kinerja eselon III dan IV sudah selaras dengan indikator kinerja
atasannya karena sudah dibreakdown dari indikator atasan

34
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

4) Sudah terdapat ukuran (indikator) kinerja individu yang mengacu pada


IKU unit kerja organisasi/atasannya, namun sudah memenuhi kriteria
yang ada antara keselarasan:
- IKU individu merupakan breakdown dari IKU atasannya
- Indikator Kinerja Utama individu telah menjadi penyebab (memiliki
hubungan kausalitas) terwujudnya kinerja utama atasannya
5) Pengukuran Kinerja sudah dilakukan secara berjenjang , yang antara lain
Perjanjian Kinerja dari kepala dinas sampai ke staf (Dokumen terlampir).
Pengukuran dapat di verifikasi atau ditelusuri sampai ke sumbernya.:
6) Pengukuran Kinerja untuk Eselon II ( Kadis) telah menggunakan
teknologi informasi (aplikasi e-sakipberau.com), untuk eselon III kebawah
belum menggunakan teknologi informasi.
Implementasi Pengukuran
1) IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen-dokumen perencanaan dan
penganggaran, telah dijadikan alat ukur tercapainya outcome atau hasil-
hasil program yang ditetapkan dalam dokumen anggaran (RKA) dokumen
terlampir
2) IKU telah dimanfaatkan umtuk penilaian kinerja, sepenuhnya
sebagaimana kritreria yang ditetapkan antara lain
- Capaian IKU dijadikan dasar reward atau punishment
- Capaiaan IKU dijadikan dasar promosi atau kenaikan/ penurunan
peringkat
3) Target Kinerja eselon III dan IV telah dimonitor pencapaian, akan
diusahakan agar dapat memenuhi semua kriteria yang ada antara lain:
- Akan dibuat breakdown target kinerja tahunan kedalam target2 secara
triwulan yang selaras dan terukur
- Sub bagian akan bertanggungjawab untuk menrima laporan
pertriwulan dari bidang dan Kepala Dinas dan/atau Sekretaris
bertugas memonitor kinerja secara periodik
- Akan dibuatkan jadwal rapat monitoring kinerja secara triwulan, dan
akan dibuatkan mekanisme atau SOP yang jelas tentang mekanisme
monitoring kinerja secara triwulan
- Akan dibuatkan dokumentasi hasil monitoring

35
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

- Terdapat tindaklanjut atas hasil monitoring


4) Hasil pengukuran (capaian) kinerja mulai dari setingkat eselon IV keatas
akan dikaitkan dengan (dimanfaatkan sebagai dasar pemberian) reward &
punishment. Hasil pengukuran dikatakan terkait reward & punishment
apabila terdapat :
- Pejabat/pegawai yang berkinerja dengan yang tidak berkinerja (tidak
jelas kinerjanya)
- Pejabat/pegawai yang mencapai target dengan yang tidak mencapai
target
- Pejabat/pegawai dengan capaian diatas standar dengan yang standar
5) IKU telah direviu secara berkala dokumen terlampir
6) Pengukuran kinerja atas Rencana Aksi digunakan untuk pengendalian dan
pemantauan kinerja secara berkala, namun hasil pengukuran Rencana
Aksi akan dijadikan dasar untuk menyesuaikan strategi untuk mencapai
tujuan dan sasaran

c. Pelaporan Kinerja
1) Informasi yang disajikan telah digunakan dalam perbaikan secara
ekstensif dan akan dilakukan secara menyeluruh
2) Informasi yang disajikan telah digunakan untuk menilai dan memperbaiki
pelaksanaan program dan kegiatan organisasi secara ekstensif dan akan
dilakukan secara menyeluruh
3) Informasi yang disajikan telah digunakan untuk peningkatan kinerja
secara ekstensif dan akan dilakukan secara menyeluruh
4) Informasi yang disajikan telah digunakan untuk penilaian kinerja secara
ekstensif dan akan dilakukan secara menyeluruh

d. Evaluasi Kinerja
Kualitas Evaluasi
1) Evaluasi program akan dilaksanakan dan akan di tindaklanjuti dalam
rangka menilai keberhasilan program, dan akan disimpulkan mengenai
keberhasilan atau kegagalan program yang dievaluasi.

36
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

2) Evaluasi program akan disertai rekomendasi perbaikan yang terkait dengan


perncanaan kinerja dan rekomendasi tersebut akan disetujui untuk dapat
dilaksanakan
3) Pemantauan Rencana Aksi akan dilakukan secara bulanan
4) Pemantauan Rencana Aksi terdapat penilaian atas seluruh aksi yang
dilaksanakan dan alternatif yang diberikan
5) Pemantauan Rencana Aksi telah memberikan alternatif perbaikan dan
terdapat penilaian atas seluruh aksi yang dilaksanakan dan alternatif yang
diberikan
6) Pemantauan Rencana Aksi telah memberikan alternatif perbaikan akan
dilakukan penilaian atas seluruh aksi yang dilaksanakan atas alternatif yang
diberikan.
Pemanfaatan Evaluasi
1) Hasil evaluasi program yang telah ditindaklanjuti untuk perbaikan
pelaksanaan program dimasa yang akan datang akan diusahakan untuk
melebihi melebihi dari 90% terkait dengan rekomendasi perencanaan yang
ditindaklanjuti
2) Hasil evaluasi Rencana Aksi telah ditindaklanjuti dalam bentuk Langkah-
langkah nyata namun rekomendasi hasil evaluasi yang ditindaklanjuti
akan diusahakan melebihi 90%

e. Pencapaian Kinerja
1) Pencapaian target output/outcome akan diusahakan untuk memenuhi
persentase dari kriteria yang ditetapkan dalam evaluasi akuntabilitas
kinerja pada tahun berikutnya
2) Capaian Kinerja output akan menyajikan perbandingan dengan capaian
kinerja program dan kegiatan tahun sebelumnya yaitu tahun 2019,
sehingga evaluator dapat membandingkan capaian kinerja tahun 2020
dengan tahun 2019

37
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

C. Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2020


Secara umum Dinas Kesehatan Kabupaten Berau telah melaksanakan tugas dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan
Kabupaten Berau Tahun 2016-2021. Pengukuran target kinerja dari sasaran strategis yang
telah ditetapkan akan dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan
realisasi kinerja. Adapun Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Tahun 2020
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Berau Tahun 2020
Sasaran Target Realisa
Indikator Kinerja Satuan Capaian
Strategis 2020 si
1 2 3 4 5 6
1 Meningkatnya 1 Jumlah Kematian
Status Ibu Melahirkan 9 kasus 8 111,11
Kesehatan
Ibu dan Anak 2 Angka Kematian
Bayi ( IMR ) /1000
18 22,58 74,56
klh
3 Angka Kematian
Anak Balita ( IKU ) /1000
16 3,06 180,88
klh
2 Meningkatnya 4 Persentse BBLR
Status Gizi 3,3 % 5,69 27,72
Masyarakat
5 Prevalensi Balita
kekurangan Gizi 6,0 % 4,93 117,87

3 Menurunnya 6 Angka Kesakitan


angka Malari (Annual <1 ‰ 0,48 151,52
kesakitan Parasite Incidence)
akibat 7 Angka Kesakitan /100.000
penyakit DBD ( IR DBD ) 140 201 143,57
pddk
menular dan
8 Prevalensi HIV (
tidak menular <0,5 % 0,14 171,94
persen )
9 Persentase Kasus
TB yang ditemukan 100 % 100 100
dan diobati
10 Persentase desa
yang melaksanakan 100 % 100 100,00
posbindu

38
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran Target Realisa


Indikator Kinerja Satuan Capaian
Strategis 2020 si
1 2 3 4 5 6
4 Meningkatnya 11 Persentase Fasilitas
akses dan Pelayanan
Mutu Kesehatan yang 92 % 83 90,22
Pelayanan terakreditasi
Kesehatan 12 Persentase
Dasar dan Pemanfaatan
Rujukan 94 % 77,5 82,45
Puskesmas
(Utilisasi)
5 Meningkatnya 13 Persentase cakupan
cakupan jaminan
jaminan pemeliharaan 100 % 100 100,00
pemeliharaan Kesehatan
kesehatan Masyarakat Miskin
14 Persentasi pelayanan
Dasar Peserta
Jaminan 100 % 100 100,00
Pemeliharaan
Kesehatan
15 Persentasi pelayanan
Rujukan Peserta
Jaminan 20 % 11,30 143,50
Pemeliharaan
Kesehatan
6 Meningkatnya 16 Cakupan Desa siaga
kesadaran Aktif ( Purnama dan 65 % 16,36 25,17
masyarakat mandiri Mandiri )
untuk hidup
17 Persentase Capaian
sehat serta
Indikator Keluarga 65 % 16,00 24,62
berperan aktif
Sehat
dalam upaya
kesehatan 18 Persentasi
masyarakat Kampung/Kelurahan
64 % 100 156,25
yang Melaksanakan
STBM
Capaian Indikator Sasaran tahun 2020 99,65

Capaian kinerja tahun 2020 diatas ada 18 indikator kinerja yang mendukung 6
sasaran strategis. Dari 18 indikator kinerja 8 indikator merupakan indikator negatif dimana
semakin rendah realisasi maka capaian kinerja semakin tinggi dan dari 8 indikator negatif
diatas hanya 6 indikator yang lebih rendah dari target sementara 2 indikator melebihi target
sehingga capaian 2 indikator tersebut menjadi rendah. Sementara itu dari 10 indikator
positif 6 indikator yang telah melebihi target dengan capaian 100% lebih dan 4 indikator

39
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

tidak mencapai target, dari 4 indikator yang tidak mencapai target 2 indikator memiliki
capaian diatas 50% sementara 2 indikator memiliki capaian diabawah 50%. Sehingga
secara umum rata-rata pencapaian sasaran keseluruhan hanya memperoleh hasil 52,15% dan
dikategorikan Cukup (Memadai).

D. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2020

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan kegiatan dan program pada tahun
2020 adalah sebanyak 6 (enam) sasaran. Capaian sasaran diukur berdasarkan Indikator
kinerja yang telah ditetapkan Pada Perjanjian Kinerja Tahun 2020 antara Bupati Berau
dengan Kepala Dinas Kesehatan pada tahun 2020. Evaluasi dan Analisis terhadap Capaian
kinerja mutlak dan wajib dilaksanakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja
pelayanan kesehatan yang akan datang. Evaluasi dan analisis capaian kinerja dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1) Membandingkan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini.
2) Membandingkan antara Realisasi Kinerja serta capaian kinerja Tahun ini dengan
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.
3) Membandingkan Realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan Sterategis organisasi.
4) Membandingkan realisasi Kinerja Tahun ini dengan standar Nasional dan Propinsi
5) Analisis Penyebab Keberhasilan /Kegagalan atau Peningkatan /Penurunan Kinerja
Serta alternative Solusi yang telah dilakukan.
6) Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber daya.
7) Analisis Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.

40
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

1. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja masing-masing sasaran pada Dinas


Kesehatan dan Perbandingan dengan Capaian ditahun sebelumnya serta
Hambatan dan Solusi yang telah dilakukan

Sasaran I : Meningkatnya Status Kesehatan Ibu dan Anak

Indikator keberhasilan dan capaian Kinerja sasaran Meningkatnya Status


Kesehatan Ibu dan Anak pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Capaian Sasaran Strategis 1 Tahun 2016-2020

%
Tar Reali pencapai Reali Reali Reali Reali
Sasaran
Sterategis
Indikator Kinerja get sasi an target sasi sasi sasi sasi
2020 2020 2020 (Klm 2016 2017 2018 2019
4/3 )
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Menin 1 Jumlah per
gkat Kematian Ibu kasus 9 8 111,11 8 9 8 5
nya Melahirkan
Status 2 Angka /1000
Keseh Kematian Bayi klh 18 22.58 74,56 16,17 17,76 18,36 19,33
atan ( IMR )
Ibu 3 Angka 1000
dan Kematian Anak 16 3.06 180,88 7 3,06 3,67 1.74
Anak Balita ( IKU )
% pencapaian sasaran Meningkatnya Status kesehatan
122,18
ibu dan Anak
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun
2020 untuk mendukung pencapaian Rp 2.859.086.000
sasaran 1
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan
Tahun 2020 untuk mendukung Rp. 1.591.554.600
pencapaian sasaran 1

Berdasarkan Tabel 3.2 tersebut maka dari 3 indikator yang ditetapkan Untuk mengukur
keberhasilan sasaran strategis Sasaran Strategis Kesehatan keluarga adalah Meningkatnya
Status Kesehatan Ibu dan Anak yaitu sebagai berikut :
a. Jumlah Kematian Ibu Melahirkan
b. Angka Kematian Bayi
c. Angka Kematian Anak Balita

41
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Ketiga indikator masalah di atas digunakan untuk menilai besaran masalah kesehatan ibu
dan anak yang terjadi di satu wilayah. Target indikator masalah kesehatan ibu dan anak
diupayakan mencapai target yang serendah-rendahnya.
Ketiga indikator di atas merupakan outcome dari 4 indikator pelayanan dari Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Keempat indikator pelayanan
itu adalah
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
d. Pelayanan kesehatan balita

Keempat indikator pelayanan ini digunakan untuk menilai kualitas pelayanan program
kesehatan ibu dan anak yang diberikan kepada masayarakat. Target indikator pelayanan
program kesehatan ibu dan anak diupayakan setinggi-tingginya (100%).
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah merupakan ketentuan
mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar minimal bidang kesehatan yang merupakan
urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara. Pada SPM yang lalu
pencapaian target-target SPM lebih merupakan kinerja program kesehatan, maka pada SPM
yang sekarang pencapaian target-target tersebut lebih diarahkan kepada kinerja Pemerintah
Daerah, menjadi penilaian kinerja daerah dalam memberikan pelayanan dasar kepada
Warga Negara. Selanjutnya sebagai bahan Pemerintah Pusat dalam perumusan kebijakan
nasional, pemberian insentif, disinsentif dan sanksi administrasi Kepala Daerah. Capaian
kinerja Pemerintah Daerah dalam pemenuhan mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar
pada SPM Kesehatan harus 100% (seratus persen).

a. Angka kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR)

Angka Kematian Ibu adalah Banyaknya


kematian perempuan pada saat hamil atau
selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa

42
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih merupakan yang tertinggi di
Asia Tenggara serta masih jauh dari target global SDG untuk menurunkan AKI
menjadi 183 per 100.000 KH pada tahun 2024 dan kurang dari 70 per 100.000 KH
pada tahun 2030. Kondisi ini mengisyaratkan perlunya upaya yang lebih strategis dan
komprehensif, karena untuk mencapai target AKI turun menjadi 183 per 100.000
KH tahun 2024 diperlukan paling tidak penurunan kematian ibu sebesar 5,5% per
tahun.
Penyebab kematian langsung kematian ibu adalah gangguan hipertensi dalam
kehamilan (33,1%), pendarahan obstetrik (27,03%), komplikasi non-obstetrik
(15,7%), komplikasi obstetrik lainnya (12,04%), infeksi yang berkaitan dengan
kehamilan (6,06%), dan penyebab lain (4,81%) (SRS 2016). Penyebab kematian
ibu ini menunjukkan bahwa kematian maternal dapat dicegah apabila cakupan
pelayanan dibarengi dengan mutu pelayanan yang baik. Kejadian kematian ibu
sebanyak 77% ditemukan di rumah sakit, 15,6% di rumah, 4,1% di perjalanan menuju
RS/fasilitas kesehatan, dan 2,5% di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (SRS 2016).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukkan
terjadinya peningkatan cakupan indikator kesehatan ibu yang direfleksikan dari
indikator empat kali kunjungan ANC (K4) dan pertolongan persalinan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan. Proporsi pemeriksaan kehamilan K4 telah menunjukkan
kenaikan dari 70% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 74,1% pada tahun
2018 (Riskesdas 2018). Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan juga naik
dari 66,7% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 79,3% pada tahun 2018
(Riskesdas 2018).
Peningkatan capaian pelayanan kesehatan ibu yang tidak disertai dengan
perbaikan angka kematian ibu, mengindikasikan belum optimalnya kualitas pelayanan
maternal. Fenomena tiga terlambat masih terjadi, yakni terlambat pengambilan
keputusan untuk dirujuk ke fasyankes yang tepat, terlambat sampai ke tempat rujukan,
dan terlambat ditangani dengan tepat. Untuk itu, harus dibangun sinergisme dan sistem
rujukan yang kuat antara FKTP (puskesmas) dan FKRTL (rumah sakit), termasuk
peningkatan kompetensi SDM pelayanan maternal. Penguatan puskesmas PONED dan
RS PONEK 24 jam selama 7 hari perlu dilakukan termasuk kemampuan SDM untuk

43
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

memberikan pelayanan PONED dan PONEK. Selain itu, RS juga perlu melakukan
audit kematian khususnya maternal perinatal untuk mengetahui penyebab kematian ibu
dan bayi baru lahir serta melakukan intervensi sesuai penyebabnya.
Selama ini sistim monitoring program kesehatan ibu dan anak kabupaten
menggunakan cakupan-cakupan dan angka rate kematian. Sehingga untuk memicu
“adrenalin” dan kewaspadaan dini kabupaten maka angka kematian ibu ini perlu
ditampilkan dalam bentuk angka absolut berupa Jumlah Kematian Ibu Melahirkan.
PERMASALAHAN
Kabupaten Berau sejak sepuluh tahun terakhir tidak pernah mencapai 100.000
kelahiran hidup sehingga dalam pembahasan kematian ibu mempergunakan istilah
jumlah kasus kematian yang terjadi.
Pada tabel dibawah memperlihatkan bahwa pada tahun 2020, dari indikator
kinerja “Jumlah Kematian Ibu Melahirkan” didapat capaian realisasi 8 kasus dari target
9 kasus.
Secara Kabupaten penurunan kematian Ibu tersebut mencapai realisasi target
yang diinginkan (8 orang) jika dibandingkan target awal yang ditetapkan sebelumnya
(9 orang). Tetapi jika dibandingkan capaian AKI tahun 2019 sebanyak 5 orang maka
tahun 2020 ini ada kenaikan. Ada perubahan pola tempat kematian ibu pada tahun
2020. Dimana pada tahun-tahun sebelumnya kematian ibu banyak terjadi di tingkat
rumah tangga dan masyarakat (hulu), tetapi untuk tahun 2020 dari delapan (8) kasus
kematian Ibu ini, 5 (lima) orang kematian terjadi di RS rujukan (hilir). Sedangkan 2
kasus kematian lainnya terjadi di perjalanan pada saat dirujuk dan 1 kasus kematian
ibu di rumah.
Tabel 3.3
Target dan Capaian Realisasi
Indikator Kinerja Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Tahun 2020

Indikator Kinerja Target Capaian Realisasi


Meningkat nya Status Kesehatan 2020 2020
Ibu dan Anak
Jumlah Kematian Ibu Melahirkan 9 kasus 8 Kasus

44
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.1
Pola Kasus Kematian Ibu selama 9 tahun terakhir di Kabupaten Berau

16 15
14

12 12

10 9
10 8
8 8 8 AKI
6
6 5
4

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Data tersebut diatas menunjukkan adanya penurunan yang cukup signifikan pada periode tahun
2013 – 2015. Sedangkan untuk periode tahun 2016 – 2020 terjadi fluktuasi yakni tahun 2016
kasus kematian ibu 8 orang, tahun 2017 kasus kemtian ibu 9 orang, tahun 2018 kasus kematian
ibu 8 orang dan tahun 2019 kasus kematian ibu 5 orang dan tahun 2020 sebanyak 8 orang.
Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg berkompeten dan di fasilitas kesehatan yang
terstandart, serta perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan
jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana. Disamping itu pentingnya
melakukan intervensi lebih kehulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam
upaya percepatan penurunan AKI.
Dalam upaya peningkatan Penurunan kematian Ibu, pada tahun 2020 Seksi Kesehatan
Keluarga Gizi (Kesga Gizi) telah melaksanakan beberapa kegiatan, yaitu:

1) Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (3 kali rapat pengkajian/pembahasan kasus


kematian ibu dan anak oleh Tim Pengkaji Kabupaten, 1 kali pembelajaran)
2) Monitoring,Evaluasi dan pelaporan Kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
3) Tersedianya anggaran DAK JAMPERSAL yang terdiri diantaranya Rumah Tunggu
Kelahiran, Jaspel, pendampingan dan rujukan

Tahun 2020 ini kematian Ibu di kabupaten Berau banyak di sebabkan oleh eklampsia
sebanyak 5 orang, sedangkan untuk penyebab atonia 1 orang, meningitis 1 orang dan
perdarahan 1 orang, Sebagaimana gambar di bawah.

45
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.2
Penyebab Kematian Ibu Tahun 2020
Eklampsia Perdarahan Meningitis Atonia

Atonia; 1; 13%

Meningitis; 1; 13%

Perdarahan; 1;
12% Eklampsia; 5; 62%

Dari tampilan data AKI untuk tahun 2020 dan 2019 terdapat perbedaan untuk penyebab
kematian tersebut. Tahun 2019, kematian ibu didominasi sebagai penyebabnya adalah
perdarahan sedangkan pada tahun 2020 ini didominasi oleh eklampsia.

Gambar 3.3
PENYEBAB KEMATIAN IBU TAHUN 2019

Jantung; 1; 20%

Perdarahan; 2;
40%

Sepsis; 1; 20%

Hipertiroid; 1;
20%

Faktor-faktor yangmempengaruhi kematian Ibu


1) Faktor pendukung keberhasilan:

a) Adanya komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam


mendukung program penurunan kematian Ibu.
b) Adanya Kemitraan Bidan dan Dukun.
c) Meningkatnya peran serta dan kesadaran masyarakat untuk melakukan
persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
d) Menguatnya motivasi dan komitmen Dokter spesialis Kandungan dan Bidan
dalam menjalankan program.

46
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

e) Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi


kemasyarakatan lainnya.
f) Penguatan lintas Program dan lintas sektor.

2) Faktor penghambat keberhasilan:


a) Personil
1. Kinerja Bidan Belum maksimal ( karena masih ada Bidan sebagai
pengelola keuangan).
2. Penanganan Eklamsi belum tepat di tingkat Puskesmas Pembantu/Bidan
Desa
3. Masih kurangnya keterampilan bidan dan dokter dalam penanganan kasus
gawat darurat (Invertio Uteri) serta belum memahami Protap Manajemen
Aktif Kala 3.
b) Metode/ Proses Bisnis Internal
1. Belum ada pembagian Wilayah kerja untuk Bidan khususnya di wilayah
perkotaan.
2. Pemetaan Bumil yang belum maksimal.
3. Sistem pencatatan yang belum sistematis (manual).
4. Belum Terlaksananya Deteksi dini Eklamsi, terutama pada usia kehamilan
triwulan satu oleh bidan dan dokter.
5. Rujukan yang tidak terpantau oleh dokter Puskesmas.
6. Rujukan dari Pustu langsung ke RS.
7. Rujukan kadang tidak didampingi oleh Tenaga yang berkompeten.
8. Pre-eclampsia berat di rumah sakit, penanganannya masih ada yang belum
sesuai standar algoritma tatalaksana Bumil dengan preeclampsia /
eklampsia.
c) Pasien/ Penerima Layanan
1. Kehamilan yang tidak terpantau karena ibu hamil sering berpindah tempat/
domisili serta ibu hamil tidak periksa ke Puskesmas tempat domisili.
2. Tidak semua ibu hamil datang ke Puskesmas dan Posyandu.
3. Adanya ketakutan pasien untuk datang ke puskesmas selama
berlangsungnya pandemic Covid mulai bulan Maret 2020.
4. Tidak semua ibu hamil mendapat pelayanan dengan oleh dokter pada
triwulan pertama/kunjungan pertama, dan triwulan 3.

47
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

5. Kurangnya minat Ibu hamil dan Keluarga untuk kelas ibu hamil, terutama
didaerah perkotaan (Pusk. Tanjung Redeb, Bugis, Gunta, Sambaliung dan
Teluk Bayur).
d) Alat, Obat, Sarana dan Prasarana
1. Obat yang tidak tersedia di Pustu.
2. Penggunaan ambulan desa yang belum tepat.
3. Ambulan desa yang hanya tersedia satu tanpa ada alternative.
4. Kondisi geografis yang beragam antar wilayah se Kabupaten Berau.
5. Belum semua Puskesmas dan Poskesdes/Polindes memiliki sarana,
prasarana, dan peralatan yang memadai untuk pertolongan persalinan.
e) Lintas Sektor, Lintas Program dan Pemerintah
1. Tidak semua Praktek swasta (Dokter praktek, Bidan praktek dan Klinik
swasta yang menangani kehamilan dan persalinan) mengirim/memberikan
Laporannya ke Puskesmas.
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Pemeriksaan
kehamilan secara rutin di fasilitas Kesehatan (standar pelayanan sesuai
dengan standar 10T).
3. Belum kuatnya sistem pendampingan untuk ibu hamil yg mempunyai faktor
resiko tinggi maupun ibu hamil yg dengan komplikasi Kebidanan.
Usul pemecahan masalah:
a) Personil
1. Peningkatan kapasitas bidan dalam melakukan Pemetaan bumill dan PWS
melalui lintas sektor (kader, RT, Dasa Wisma, PKK).
2. Peningkatan kapasitas Kepala Puskesmas dalam Upaya Penurunan AKI dan
AKB.
3. Pembelajaran dengan Kukar/kemenkes tentang Aplikasi E-Kohort.
4. Konsultasi Aplikasi E-Kohort.
5. Penguatan Peran Dokter dalam pemeriksaan Ibu hamil di UPTD
Puskesmas.
6. Sosialisasi tentang peran Dokter pada ANC pada Puskesmas dan jejaring
Puskesmas.
7. Reviu dan simulasi penanganan Eklamsi di Puskesmas oleh Dokter.

48
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

8. Pelatihan pada Tenaga Kesehatan atau Refreshing Petugas untuk


penanganan Invertio Uterti oleh Obgyn/ Tim PONEK pada puskesmas
mampu PONED di wilayah pesisir dan wilayah yang jarak rujukan lebih
dari 1 jam. Terutama untuk Puskesmas Suaran sebagai puskesmas
persinggahan.
9. Rekomendasi untuk segera membuat dan mensosialisasikan Manajemen
Aktif Kala 3 dan Penanganan Invertio Uteri.
10. Mengadakan OJT (On The Job Training) di RS Abdul Rivai.
11. Menerapkan etika pelayanan serta meningkatkan customer service.
b) Metode/ Proses Bisnis Internal
1. Membuat aplikasi pemetaan tenaga (bidan dan perawat), fasilitas kesehatan
(Puskesmas Induk, Pustu, Poskesdes, Polindes, BPM).
2. Kapus membuat SK pembagian Wilayah kerja Bidan puskesmas dan
mengawasi/memantau sistem kerjanya secara berkala dan berjenjang.
3. Membuat aplikasi untuk system pencatatan ibu hamil (kohort ibu berbasis
system terpadu).
4. Membuat aplikasi untuk system pencatatan dan pelaporan pihak swasta.
5. Pelaksanaan Deteksi dini Pre Eklamsi sesuai Tatalaksana yg ada di Buku
KIA.
6. Gunakan/Mengisi buku KIA yg ada untuk pencatatan Deteksi dini bumill
dengan Pre Eklamsi.
7. Memberikan pengobatan dini pada ibu dengan resiko Eklampsi sesuai
dengan advis dokter Obgyn di RSUD dr Abdul Rivai.
8. Membuat surat edaran kepada Jaringan dan Jejaring Puskesmas tentang
Pemeriksaan Kehamilan oleh Dokter.
9. Surat Edaran tentang Sistem Rujukan.
10. Meningkatkan Rujukan Terencana dari pada Rujukan gawat darurat dengan
memperkuat penerapan penggunaan Skor Puji Rohayati.
c) Alat, Obat, Sarana dan Prasarana
1. Semua RS (2 RS) memiliki Bank Darah.
2. Bikor memantau Obat dan Alkes Penanganan Gawat Darurat Obstetri
(Eklampsi).
3. Penyiapan Obat dan alat Penanganan Eklampsi.

49
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

4. Penyiapan Ambulan dan Pendonor darah di Desa Siaga.


d) Lintas Sektor, Lintas Program dan Pemerintah Daerah
1. Peningkatan promosi ajakan pemeriksaan bumil ke Puskesmas (Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat).
2. Pertemuan rutin di Puskesmas/Dinkes dengan jejaring Puskesmas/Dinkes.
3. Memberikan Reward dan Punishment pada Pelaku Praktek Swasta terkait
pelaporan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
4. Penguatan Peran Desa Siaga dalam Penurunan AKI dan AKB melalui P4K
(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
5. Melakukan koordinasi dengan pihak RS dalam rangka penurunan Kematian
Ibu.
6. Melaksanakan Rapat Tim Pengkaji secara Periodek (4 kali dalam setahun).
7. Meneruskan rekomendasi dari Tim Pengkaji AMP pada Bupati Berau,
Asisten 1 dan Direktur RS.
8. Meningkatkan kesadaran Masyarakat dan Keluarga untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan Kelas Ibu hamil.
9. Berkoordinasi dengan lintas sektor terutama DP2KBP3A untuk memotivasi
masyarakat agar ber-KB.
e) Anggaran
1. Dukungan anggaran.
2. Sosialisasi Pemanfaatan Jampersal.

b. Angka Kematian Bayi


Upaya pemeliharaan kesehatan Anak dimulai sejak didalam rahim hingga anak
berusia 5 tahun, diantaranya dengan melakukan pelayanan kesehatan Ibu hamil,
pelayanan neonatal esensial, pelayanan tumbuh dan kembang Anak (Bayi, Anak Balita).
Upaya pemeliharaan kesehatan Anak ini adalah salah satu upaya mempersiapkan
generasi penerus yang sehat, berkualitas dan sebagai Upaya penurunan angka kematian
Anak (Bayi dan Anak Balita)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah Angka yang menunjukkan banyaknya
kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau
dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu
tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

50
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Permasalahan
Kematian Bayi di kabupaten Berau selama beberapa tahun ini mengalami
peningkatan , kematian bayi tahun 2016 sebanyak 76 ( 16,16 KLH ), tahun 2017 ini naik
menjadi 87 kasus (17,755/1000 KLH) sementara itu pada tahun 2018 kembali
mengalami peningkatan menjadi 95 kasus atau sebesar 18,36 per 1000 KLH dan tahun
2019 juga mengalami peningkatan menjadi 100 kasus ( 19,33/1000 KLH ). Adapun pada
tahun 2020 jumlah kematian bayi menjadi 118 kasus (22,58/ 1000 KLH).
Pada tabel dibawah memperlihatkan bahwa pada tahun 2020,pencapaian indikator
kinerja “Penurunan Angka kematian Bayi” masih tinggi 22,58 /1000 KLH, di sertai
dengan tingginya Bumil eklampsia, Bumil KEK dan Bumil Anemia.. Artinya masih
perlu adanya upaya yang harus dilakukan dalam Penurunan kematian Bayi, dimulai dari
pencegahan dan penanganan Anemia pada Remaja putri serta pada 1000 hari pertama
kehidupan (HPK)
Tabel 3.4
Target dan Capaian Realisasi Indikator Kinerja Angka Kematian Bayi Tahun 2020

Indikator Kinerja Target Capaian Realisasi


Meningkat nya Status 2020 2020
Kesehatan Ibu dan Anak

Angka Kematian Bayi 18/1000 KLH 22,58/1000 KLH

Gambar 3.4
Penyebab Kematian Bayi 2020

51
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Kasus Kematian bayi th 2020 sebagian besar disebabkan oleh BBLR yaitu 48 kasus
dan Premature 5 kasus (masuk dalam penyebab kematian lain-lain). Hal ini ada kaitan
dengan masih tingginya bumil KEK sebesar 635 dan Bumil Anemia. 1137. Begitu pula ada
kenaikan untuk Bumil dengan hipertensi/ preeklampsia yang kesemuanya memicu BBLR
yang berujung pada kematian. Sedangkan Bumil KEK yang mendapat PMT Bumil dengan
persentase 95,7%. Dan juga sekitar 73,6% Persentase Bumil yang mendapatkan TTD
minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Dalam upaya peningkatan Penurunan Angka Kematian Bayi tersebut, pada tahun 2020
Kesehatan Keluarga telah melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu:
1) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kesehatan Ibu & Anak.
2) Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (3 kali Pengkajian dan 1 kali Pembelajaran).
3) Jaminan Persalinan (Jampersal).

Secara Kabupaten Angka Kematian Bayi belum mencapai target yang diinginkan,
dari 21 puskesmas yg tersebar di wilayah Kebupaten Berau, kejadian angka kematian Bayi
tertinggi terjadi Puskesmas Sambaliung 20 Kasus, Puskesmas Tanjung Redeb 15 kasus,
Puskesmas Bugis 13 kasus, dan Teluk Bayur 11 kasus.
Gambar 3.5
Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Puskesmas
Pada Tahun 2020

JUMLAH KASUS KEMATIAN BAYI TAHUN 2020 118


120

100

80

60

40
20
15 13 11 10
20 8 7 5 5 4 4 3 3 3 2 2 1 1 1 0 0
0

52
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian Bayi


1. Faktor pendukung keberhasilan:
a) Adanya Kemitraan Bidan dan Dukun.
b) Peningkatan SDM petugas kesehatan dalam penanganan Bayi Baru Lahir
penanganan neonatal komplikasi
c) Meningkatnya peran serta dan kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan
ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
d) Meningkatnya kesadaran Bidan dalam memperbaiki Sistem pencatatan dan
pelaporan
e) Menguatnya motivasi dan komitmen Dokter spesialis Anak, Kandungan dan Bidan
dalam menjalankan program.
f) Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya.

2. Faktor penghambat keberhasilan:


a) Personil
1. Masih kurangnya keterampilan bidan dan dokter dalam Resusitasi dan
Penanganan Bayi Dengan BBLR.
2. Masih terbatasnya kuantitas dan kualitas petugas program Anak di Puskesmas
Induk, umumnya hanya 1 orang petugas yang menjalankan program Anak
meliputi :
1) Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
2) Pelayanan Kesehatan Balita
3) Pelayanan Kesehatan Usia Pendidikan Dasar
4) Skrining Hipotiroid Kongenital
5) Kekerasan terhadap Perempuan/ Anak
6) Anak Berkebutuhan Khusus
7) UKS/ PKPR

b) Metode/ Proses Bisnis Internal


1. Rendahnya pemberian cakupan pelayanan kesehatan pada Bayi Baru Lahir sesuai
standar.
2. Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan pada Bayi dan Balita yang sesuai
standar terutama indikator penimbangan 8 kali per tahun yang tidak terpenuhi.

53
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

3. Belum maksimalnya Sistem Rujukan Neonatal dengan komplikasi.


4. Belum ada pembagian Wilayah kerja untuk petugas khususnya di wilayah
perkotaan.
5. Pemetaan Bayi/ Balita yang belum maksimal.
6. Sistem pencatatan yang masih manual dengan Kohort Bayi dan Anak sehingga
rentan terjadi duplikasi data dan tidak cepat memunculkan informasi.
7. Kelas Ibu Balita belum terlalu aktif.
c) Pasien/ Penerima Layanan
1. Masih kurang dikenalnya program Kelas Ibu Balita oleh masyarakat.
2. Tingginya Kasus Bumil Eklampsia, KEK dan Anemia.
3. Kehamilan yang tidak terpantau karena ibu hamil sering berpindah tempat/
domisili serta ibu hamil tidak periksa ke Puskesmas tempat domisili.
4. Tidak semua ibu hamil datang ke Puskesmas dan Posyandu.
5. Tidak semua ibu hamil mendapat pelayanan dengan oleh dokter pada triwulan
pertama/kunjungan pertama, dan triwulan 3.
6. Kurangnya minat Ibu hamil dan Keluarga untuk datang ke puskesmas dan kelas
ibu hamil, terutama di daerah perkotaan (Pusk. Tanjung Redeb, Bugis, Gunta,
Sambaliung dan Teluk Bayur). Termasuk membawa bayi balitanya ke puskesmas
untuk memperoleh layanan.
d) Alat, Obat, Sarana dan Prasarana
1. Belum semua Puskesmas dan Poskesdes/Polindes memiliki sarana, prasarana, dan
peralatan yang memadai untuk Resusitasi dan Penanganan Bayi Dengan BBLR.
2. RS Abdul Rivai sebagai satu-satunya RS rujukan Kabupaten hanya memiliki 2
CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), ventilator bayi.
e) Lintas Sektor, Lintas Program dan Pemerintah
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Pemeriksaan
kehamilan secara rutin di fasilitas Kesehatan (standar pelayanan sesuai dengan
standar 10T).
2. Masih kurangnya koordinasi antar Dinas Kesehatan (termasuk Puskesmas Induk
dan Pustu) dengan pihak PKK, DPMPK, Kecamatan, Kelurahan dan Kampung
dalam hal memberdayakan Dasa Wisma.

54
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Usul pemecahan masalah:


a) Personil
1. Peningkatan SDM petugas dalam hal penanganan bayi baru lahir dan penanganan
neonatal komplikasi
2. Perlunya dukungan manajemen puskesmas dalam pengelolaan pelayanan
kesehatan anak sehingga beban kerja dapat diseimbangkan sesuai dengan porsi
ketenagaan sehingga proporsional.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi tenaga yang sudah dilatih.

b) Metode/ Proses Bisnis Internal


1. Menyusun pola pemantauan sehingga bisa dilakukan oleh kader mulai kecamatan
hingga dasawisma.
2. Mensosialisasikan pemantauan bisa dilakukan oleh orang tua selama masa
pandemi dengan memanfaatkan alat timbang berat badan dan alat ukur tinggi
badan yang ada di rumah.
3. Petugas Puskesmas bisa mengkoordinir pola pemantauan yang berjalan di
wilayah kerjanya.
4. Mengkoordinasikan dengan pihak terkait mengenai Sistem Rujukan Neonatal
dengan komplikasi.
5. Pembagian Wilayah kerja untuk petugas khususnya di wilayah perkotaan serta
mengoptimalkan pemetaan bayi/ balita.
6. Membuat aplikasi untuk system pencatatan (kohort bayi dan balita yang berbasis
system terpadu dengan kohort ibu).
7. Meningkatkan pelayanan kunjungan neonatal (KN1-KN3).
8. Mengoptimalkan dan meningkatan pelayanan kelas ibu hamil, cakupan K1 & K4
sehingga bisa menekan tingginya Kasus Bumil Eklampsia, KEK dan Anemia.
9. Mensosialisasikan dan mengoptimalkan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita.

c) Alat, Obat, Sarana dan Prasarana


1. Melengkapi sarana, prasarana, dan peralatan semua Puskesmas dan Pustu yang
memadai untuk Resusitasi dan Penanganan Bayi Dengan BBLR.
2. Mendukung RSUD dr. Abdul Rivai untuk menambah volume alat CPAP.

55
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

d) Lintas Sektor, Lintas Program dan Pemerintah


1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Pemeriksaan
kehamilan secara rutin di fasilitas Kesehatan (standar pelayanan sesuai dengan
standar 10T).
2. Meningkatkan koordinasi antar Dinas Kesehatan (termasuk Puskesmas Induk dan
Pustu) dengan pihak PKK, DPMPK, Kecamatan, Kelurahan dan Kampung dalam
hal memberdayakan Dasa Wisma.
3. Sosialisasi dan mewujudkan kemandirian Keluarga dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) melalui pendekatan keluarga, lintas program & lintas sektor.
4. Meningkatkan Sistem Rujukan Neonatal dengan komplikasi.
5. Memaksimalkan pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun
6. Bekerjasama dengan Rumah Sakit PONEK dalam peningkatan kapasitas
Puskesmas PONED.

e) Anggaran
1. Memantau pemanfaatan BOK dan sumber dana lainnya terkait kunjungan
neonatal dan lainnya.

c. Angka Kematian Anak Balita (AKABA)


Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah banyaknya kematian Anak Balita
berusia di atas satu tahun hingga lima tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu atau dapat juga dikatakan probabilitas anak balita meninggal pada rentang usia
diatas satu tahun hingga 5 tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).
Kematian Anak Balita di Kabupaten Berau dari tahun 2016 sampai dengan tahun
2018 terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2016 sebanyak 7 kasus atau sebesar
1,49 per 1000 KLH dan meningkat menjadi 15 kasus atau 3,06 per 1000 KLH sepanjang
tahun 2017, dan pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan yaitu 19 kasus atau
sebesar 3,67 per 1000 KLH, tahun 2019 turun menjadi 9 kasus ( 1,74 / 1000 KLH ). Tahun
2020 ada peningkatan 16 kasus atau sebesar 3,06/ 1000 KLH. Adapun distribusi data
kematian Anak Balita di Kabupaten Berau pada tahun 2016 – 2020 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

56
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tabel 3.5
Distribusi data Kematian anak Balita di Kabupaten Berau Tahun 2016-2020
Kematian
Tahun Jumlah Lahir
Jumlah Per Seribu (0/000)
Hidup
2016 4.701 7 1,49
2017 4.900 15 3,06
2018 5.174 19 3,67
2019 5.172 9 1,74
2020 5.224 16 3,06

Secara Kabupaten Angka Kematian Balita belum mencapai target yang diinginkan, dari 21
puskesmas yg tersebar di wilayah Kebupaten Berau, kejadian angka kematian Bayi tertinggi
terjadi Puskesmas Gunung Tabur 3 Kasus, Puskesmas Talisayan 3 kasus, Puskesmas
Sambaliung 2 kasus, dan Maratua 2 kasus.

Gambar 3.6

57
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Penyebab kematian anak balita tertinggi adalah penyebab lain2 sebanyak 11 kasus
yaitu gizi buruk 3 kasus, kanker 1 kasus, aspirasi 1 kasus dan beberapa faktor penyebab
lain yang berpengaruh terhadap kesehatan Anak .

PENYEBAB KEMATIAN
PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA
ANAK BALITA TAHUN LAIN-LAIN TAHUN 2020
2020 Gizi Buruk 3
Kanker 1
Aspirasi 1
LAIN-LAIN Thalasemia 1
4 1 Drowning 1
Osteosarcoma 1
11 PNEUMONIA Kelainan Bawaan 1
Kecelakaan 1
Gangguan Saluran Cerna 1
DEMAM TOTAL 11
BERDARAH
DENGUE

Dalam upaya peningkatan Penurunan Angka Kematian Bayi tersebut, pada tahun 2020
Kesehatan Keluarga telah melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu:
1) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kesehatan Ibu & Anak.
2) Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (3 kali Pengkajian dan 1 kali Pembelajaran).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian Anak Balita


1. Faktor pendukung keberhasilan:
a) Meningkatnya kualitas pelayanan KIA di tingkat puskesmas.
b) Meningkatnya kesadaran Bidan dalam memperbaiki Sistem pencatatan dan
pelaporan.
c) Menguatnya motivasi dan komitmen Dokter spesialis Anakdan Bidan dalam
menjalankan program.
d) Menguatnya sistem rujukan yang efisien dan efektif
e) Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya.
2. Faktor penghambat keberhasilan:
a) Masih ada perawat dan Bidan Desa yang belum terlatih tatalaksana Balita sakit
dengan pendekatan MTBS.

58
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

b) Masih ada Bidan Desa yang belum terlatih Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak.
c) Masih adanya tenaga yang sudah dilatih tetapi belum mampu melaksanakan hasil
pelatihan.
d) Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan pada Anak Balita sesuai standar.
e) Belum maksimalnya sistem pencatatan pada kohort Anak Balita
f) Pentingnya monev pasca pelatihan
g) Belum maksimalnya Ketersediaan sarana dan prasarana pasca pelatihan.
h) Ada beberapa Puskesmas yang belum melaksanakan kelas ibu balita
i) Faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit infeksi serta perlunya penerapan pola pendekatan MTBS bagi
puskesmas yang belum melaksanakan.

Usul pemecahan masalah:


a) Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang terlatih tatalaksana Balita sakit dengan
pendekatan MTBS dan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak, serta memaksimalkan kemampuan dan ketrampilan pelaksanaan di lapangan.
b) Peningkatan sarana prasarana di Puskesmas Perawatan
c) Peningkatan SDM petugas dalam hal penemuan kasus sedini mungkin, penanganan
& penatalaksanaan kasus serta rujukan.
d) Integrasi lintas program melalui pendekatan MTBS di tingkatkan
e) Melakukan monitoring dan evaluasi tenaga yang sudah dilatih.
f) Meningkatkan sistem pencatatan pada kohort Anak Balita melalui Bimbingan teknis.
g) Pentingnya menyediakan sarana dan prasarana setelah tenaga dilatih, sehingga ilmu
yg didapat dapat diterapkan di tempat tugas.
h) Mengawal pelaksanaan kelas ibu balita
i) Penyediaan obat lebih di optimalkan

Meningkatkan dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi


kemasyarakatan lainnya dalam peningkatan kualitas pelayanan KIA.

59
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran 2 : Meningkatnya status Gizi

Gizi lebih dan gizi kurang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Termasuk
dalam kelompok gizi lebih adalah overweight (obesitas) dan ekses mikronutrien
(misalnya kelebihan natrium). Kelompok gizi kurang antara lain underweight, wasting,
stunting, dan defisiensi mikronutrien.
Penurunan prevalensi wasting dan stunting pada balita merupakan sasaran pokok
RPJMN 2020-2024. Prevalensi wasting pada balita telah menurun dari 12,1% tahun 2013
(Riskesdas 2013) menjadi 10,2% tahun 2018 (Riskesdas 2018) dan pada tahun 2019 turun
lagi menjadi 7,4% (SSGBI 2019). Juga telah terjadi penurunan stunting dari 37,2% tahun
2013 (Riskesdas 2013) menjadi 30,8% tahun 2018 (Riskesdas 2018), dan pada tahun 2019
telah turun lagi menjadi 27,7% (SSGBI 2019). Sementara itu, juga telah terjadi
penurunan underweight pada balita dari 19,6% tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi
17,7% tahun 2018 (Riskesdas 2018), dan pada tahun 2019 telah turun lagi menjadi 16,3 %
(SSGBI 2019).
Upaya penurunan stunting tidak semata tugas sektor kesehatan karena penyebabnya
yang multidimensi, tetapi harus melalui aksi multisektoral. Intervensi spesifik dilakukan
oleh sektor kesehatan, sementara intervensi sensitif dilakukan oleh seluruh pemangku
kepentingan. Terdapat lima pilar penanganan stunting, yakni komitmen politik,
kampanye dan edukasi, konvergensi program, akses pangan bergizi, dan monitoring
progam.

60
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Indikator keberhasilan dan capaian Kinerja sasaran Meningkatnya Status Gizi dapat
dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6
Capaian Sasaran Startegis 2 Tahun 2016-2020

%
pencap
Targ Reali ain Reali Reali Reali Reali
Sasaran
Indikator Kinerja et sasi target sasi sasi sasi sasi
Sterategis
2020 2020 2020 2016 2017 2018 2019
(Klm 4/3
)
1 2 3 4 5 9 9 4 4
2 Mening 4 Persentase
% 3,3 5,69 27,72 9.78 8,4 5,2 5,3
katnya BBLR
Status 5 Prevalensi
Gizi Balita
% 6,0 4,93 117,87 2 2,9
kekurangan 2,5 3,53
Gizi
% pencapaian Meningkatnya
72,79
Status Gizi
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun
2020 untuk mendukung Rp. 927.436.500
pencapaian sasaran 2
Jumlah Realisasi Anggaran
Kegiatan Tahun 2020 untuk
Rp. 319.113.350
mendukung pencapaian sasaran
2

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR merupakan istilah untuk mengganti bayi
prematur karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram yaitu umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan atau karena kombinasi keduanya. Bayi
yang lahir Prematur berarti menjalani waktu yang lebih pendek dirahim ibu untuk
tumbuh dan bertambah berat badan.
Berdasarkan data Tahun 2020, Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh
BBLR sebagai penyebab utamanya. Baru kemudian disusul Asfiksia, Kelainan
Kongenital, Premature dan lain-lain. Kabupaten Berau selama beberapa tahun ini

61
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

menunjukkan kenaikan angka BBLR, dan untuk tahun 2020 realisasi sebesar 5,69 % dari
target 3,3 %. Kenaikan angka Persentase BBLR terlihat dari data tabel dibawah sejak
tahun 2016 sampai dengan tahun 2020
Tabel 3.7
Data BBLR
TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020
101 ( 2,64% ) 124 ( 2,92%) 276 ( 5,34% ) 297 ( 5,69 )

Rumus Perhitungan
Presentasi BBLR = Jumlah bayi BBLR x 100 %
Jumlah bayi baru lahir hidup yg ditimbang

BBLR terjadi akibat hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh 3 faktor


utama yaitu faktor ibu, janin dan plasenta. Namun hambatan pertumbuhan janin juga
dapat disebabkan oleh multifaktor. Faktor ibu meliputi usia ibu, umur kehamilan, jarak
kelahiran, paritas, status gizi, pendidikan, sosial ekonomi, mengalami komplikasi
kehamilan seperti anemia, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklampsi, KPD,
keadaan gizi kurang. Faktor janin dan plasenta meliputi kelainan kromosom, IUGR,
infark plasenta dan disfungsi plasenta. Faktor lingkungan meliputi paparan radiasi,
alkohol, terpapar zat beracun seperi asap rokok.
Kabupaten Berau pada tahun 2020 untuk Kasus BBLR telah ditemukan
sebanyak 297 kasus dari 5.224 bayi baru lahir yang ditimbang dengan persentase BBLR
Sebesar 5,69% dan dari 297 kasus tersebut penyebab terjadinya kelahiran bayi dengan
BBLR adalah berasal dari ibu hamil dengan riwayat kehamilan : BUMIL dengan Anemia
22%, hypertensi 20%, 4 T (tua) 17%, 4 T (banyak) 14%, penyakit peyerta 8%, 4 T
(Muda), 8%, 4 T (dekat) 6%, KEK ( kekurangan Energi Kronik ) 5%. Dibandingkan
tahun 2019 dengan temuan jumlah BBLR sebanyak 276 Kasus dengan persentase 5,34 %
di tahun 2020 mengalami peningkatan jumlah BBLR sebanyak 297 kasus dengan
persentase 5,69 % dan lebih tinggi dari target 3,3 % yang telah ditentukan.
Hasil pendataan tahun 2020 faktor resiko pada ibu masih didominasi anemia
dan KEK. Selain itu juga terdapat penambahan trend yakni meningkatnya Bumil dengan
hipertensi dan preeklampsi. Ini ditandai dengan kasus kematian ibu lebih banyak

62
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

dipengaruhi eklampsi. Selanjutnya disusul faktor penyebab BBLR lainnya yaitu usia ibu,
jarak kehamilan, paritas.

Anemia
Anemia atau kurang darah adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat. Sementara itu, dalam sel darah merah terdapat hemoglobin (Hb). Hemoglobin
adalah protein dalam sel darah merah yang memberikan warna merah pada darah dan
bertugas mengangkut oksigen. Juga berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Apabila kadar hemoglobin dalam darah berkurang maka kemampuan darah untuk
mengikat dan membawa oksigen akan berkurang, demikian pula zat-zat nutrisi yang
dibawa oleh sel darah merah akan berkurang. Keadaan ini menyebabkan janin
kekurangan makanan dan oksigen sehingga akan mengalami gangguan pertumbuhan
yang berdampak lahir dengan BBLR.

Kurang Energi Kronik (KEK)


Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan.
Apabila status gizi buruk, baik sebelum kehamilan maupun selama kehamilan akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan pada janin, menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah infeksi,
abortus dan sebagainya sehingga memiliki risiko melahirkan bayi dengan BBLR.
Pengukuran antropometri LILA merupakan indikator lemak subkutan dan otot
sehingga dapat digunakan untuk mengetahui cadangan protein di dalam tubuh. Ukuran
LILA dapat digunakan sebagai indikator Protein Energy Malnutrition (PEM) pada anak-
anak serta mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada wanita usia
subur. Status gizi ibu yang diukur berdasarkan LILA memperoleh hasil < 23,5 cm
maka di kategorikan mengalami KEK.
Ibu yang tergolong KEK mengalami kekurangan energi dalam waktu yang lama, bahkan
sejak sebelum masa kehamilan. Asupan gizi yang tidak adekuat saat masa implantasi
embrio dapat berakibat fatal bagi perkembangan janin di trimester selanjutnya.
Padahal, sebelum dan saat hamil, ibu membutuhkan asupan gizi yang optimal untuk
mempersiapkan dan menunjang pertumbuhan serta perkembangan janin, sehingga
jika ibu mengalami kekurangan gizi maka asupan gizi yang diberikan untuk janin juga

63
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

akan sulit untuk terpenuhi, akibatnya terjadi hambatan pertumbuhan janin dan berat bayi
lahir yang rendah.

Hipertensi dan preeklampsi

Hipertensi (kronis) merupakan tekanan darah tinggi yang sudah terjadi sebelum hamil
atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, sehingga
banyak ibu hamil yang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi kronis.
Hipertensi (kronis) pada ibu hamil sering kali baru terdeteksi ketika ibu hamil menjalani
pemeriksaan kandungan.

Preeklampsi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90 mmHg terjadi
setelah umur kehamilan 20 minggu dan disertai dengan proteinuria atau konsentrasi
protein dalam urin sebesar 300 mg/24 jam. Pada preeklampsi terjadi vasokontriksi
pembuluh darah dalam uterus yang menyebabkan peningkatan resistensi perifer
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Vasokonstriksi pembuluh darah dalam
uterus dapat mengakibatkan penurunan aliran darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi
ke janin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan intrauterine growth retardation
(IUGR) dan melahirkan BBLR.

Usia Ibu
Usia berpengaruh terhadap kejadian BBLR, hal ini disebabkan karena melahirkan di
usia kurang dari 20 tahun terjadi persaingan nutrisi antara ibu dan janin dimana di
usia tersebut seorang wanita masih dalam masa pertumbuhan yang juga akan
membutuhkan asupan gizi yang besar untuk memenuhi masa pertumbuhannya.
Begitu pula dengan usia diatas 35 tahun, seorang wanita mengalami kemunduran fungsi
biologis pada organ-organ tubuh salah satunya penurunan mobilitas usus yang akan
menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga mempengaruhi asupan nutrisi yang
dibutuhkan antara ibu dan janin.

Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan sebelumnya dengan
kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu diwaspadai karena
fungsi alat reproduksi tidak berfungsi secara optimal sehingga memungkinkan

64
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

pertumbuhan janin kurang baik. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun lebih berisiko karena
kondisi rahim yang belum pulih menimbulkan pertumbuhan janin yang kurang baik
sehingga bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, persalinan lama karena gangguan
kekuatan kontraksi, dan pendarahan saat persalinan. Jarak kelahiran yang optimal
dianjurkan adalah 36 bulan akan memberikan kesempatan kepada ibu untuk memperbiki
gizi dan kesehatannya.

Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan.
Paritas adalah faktor penting yang dapat mempengaruhi kesejahteraan janin selama
kehamilan. Status paritas tinggi dapat meningkatkan faktor kejadian BBLR. Hal tersebut
terjadi karena kemampuan rahim dalam menyediakan nutrisi bagi kehamilan semakin
menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terhambat. Paritas tinggi
memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak yang dapat menyebabkan risiko
kehamilan, dan kelahiran prematur. Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh
ibu semakin tinggi risiko untuk mengalami komplikasi, hal ini dapat diterangkan bahwa
setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan kelainan uterus
dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan sirkulasi nutrisi ke janin
terganggu.
Dari data realisasi persentase Bumil KEK 2020 diperoleh hasil persentase yaitu 11,58
% dari target 15% dan bumil Anemia sekitar 19,70 % dari target 27%. Hal ini
menandakan masih terdapat bumil yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK) yang
bisa menambah resiko kematian ibu dan anak. Untuk hal ini selain penyuluhan gizi untuk
ibu hamil juga di berikan tablet tambah darah dan pemberian makanana tambahan
(PMT). Yang lebih jadi perhatian sekarang pencegahan Anemia dimulai dari Remaja
Putri yaitu pemberian tablet tambah darah sebanyak 52 tablet dalam satu tahun/ remaja
putri.

SOLUSI
Solusi dari permasalahan diatas adalah pentingnya deteksi dini pada saat pemeriksaan
kehamilan secara rutin dimana selama kehamilan ukuran janin dipantau melalui beberapa
cara yaitu Diagnosis berat badan lahir rendah (BBLR) dapat diperkirakan oleh dokter
kandungan sejak masa kehamilan. Saat pemeriksaan kehamilan rutin, dokter akan

65
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

mengamati perkembangan ukuran dan berat badan janin dalam rahim, dan
membandingkannya dengan usia kehamilan. Metode pemeriksaan yang umumnya
dilakukan adalah USG kehamilan.
Peningkatan berat badan secara bertahap merupakan salah satu cara memeriksa
pertumbuhan janin. Untuk mengukur tinggi fundus, dilakukan pemeriksaan dengan
mengukur panjang dari titik atas tulang pubis hingga titik atas rahim (puncak rahim atau
fundus).
Solusi lainnya yaitu tenaga kesehatan terlatih juga dapat menggunakan ultrasonografi
untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan janin. Ultrasonografi
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan pencitraan janin. Gambaran yang
diperoleh merupakan perhitungan yang lebih akurat daripada perhitungan tinggi fundus.
Pengukuran dilakukan pada kepala bayi, perut, dan tulang paha atas (femur), untuk
memperkirakan berat janin. Perlu adanya Peningkatan Kapasitas bagi dokter dan Bidan
Puskesmas dalam pelayanan Bayi baru lahir dengan BBLR. Diharapkan semua dokter
Puskesmas terutama Puskesmas rawat inap bisa melakukan USG dasar pada ibu hamil di
semester satu dan di semester tiga, agar ibu hamil dengan resiko tinggi bisa terdeteksi
sejak dini serta melakukan pemantau sampai ibu bersalin.

b. Kurang Gizi Pada Anak Balita


Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,
perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta
kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020 - 2024,
menyatakan bahwa arah kebijakan pembangunan bidang kesehatan adalah
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama
penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dengan mendorong
peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan
teknologi, yang dicapai melalui 5 (lima) strategi, yaitu: 1) Peningkatan kesehatan
ibu, anak, KB dan kesehatan reproduksi, 2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat, 3)
Peningkatan pengendalian penyakit, 4) Pemberdayaan Gerakan Masyarakat Hidup

66
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sehat (Germas), dan 5) Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan
makanan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan tahun 2018, menunjukan
terjadi penurunan prevalensi balita berat badan kurang dari 19,6% menjadi 17,7%,
penurunan prevalensi balita pendek dari 37,2% menjadi 30,8% dan penurunan
prevalensi balita gizi kurang (wasting) dari 12,1% menjadi 10,2%. Namun demikian,
capaian kinerja gizi masih kurang optimal seperti persentase ibu hamil yang mendapat
Tablet Tambah Darah sebesar 73,2% dan persentase balita mendapat vitamin A
sebesar 82,4%. Penurunan masalah gizi balita tidak diikuti oleh perbaikan masalah gizi
pada dewasa, hal ini ditunjukkan dengan prevalensi obesitas pada kelompok usia di
atas 18 tahun dan anemia pada ibu hamil yang mengalami peningkatan.
Percepatan perbaikan gizi masyarakat diprioritaskan pada percepatan pencegahan
stunting dengan target penurunan prevalensi stunting adalah 14% dan wasting 7% di
tahun 2024. Dalam rangka upaya penurunan stunting dan wasting maka disusun
Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yaitu; 1) Persentase Bumil KEK
(target 10% tahun 2024), 2) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
Surveilans Gizi (Target 100% tahun 2024), 3) Persentase Puskesmas mampu Tata
Laksana Gizi Buruk pada Balita (Target 60% tahun 2024), dan 4) Persentase bayi
usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif (target 60% tahun 2024).
Pemerintah telah mengeluarkan standar antropometri penilaian status gizi anak
melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Standar Antropometri Anak sehingga dapat dilakukan pemantauan dan penilaian status
gizi dan tren pertumbuhan anak sesuai standar demi tercapai pertumbuhan yang optimal
pada setiap anak.
Berdasarkan sasaran program, maka pada tahun 2020, telah dilaksanakan kegiatan
Perbaikan Gizi Masyarakat di Kabupaten Berau sebagai berikut :
1. Pengadaan F.75 dan F.100 untuk balita gizi buruk serta susu pasca gizi buruk umur 6-
24 bulan gizi kurang serta distribusi PMT.
2. Monitoring dan Evaluasi Program Gizi
3. Pelacakan Gizi Buruk

67
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Kabupaten Berau pada Tahun 2020 untuk data prevalensi Balita kekurangan gizi
mengalami peningkatan dibanding tahun 2019 dari jumlah kasus 380 dengan persentase
sebesar 3,53% menjadi 529 kasus dari 10.735 bayi yang diukur berat badan dan
panjang/ tinggi badan dengan persentase sebesar 4,93% pada tahun 2020. Peningkatan
data ini disebabkan pada tahun 2019 penginputan data di aplikasi EPPGBM ( Elektronik
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat ) tidak maksimal dikarenakan
kebanyakan Balita tidak mempunyai NIK ( nomor induk kependudukan ) baru pada
tahun 2020 banyak balita yang memiliki NIK. Tabel dibawah ini adalah data Balita Gizi
Kurang dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020
Tabel 3.8
Data Balita Gizi Kurang Kabupaten Berau
TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2019 TAHUN 2020
394 ( 3,90% ) 497 ( 4,50% ) 380 ( 3,53 % ) 529 ( 4,93% )

Dengan Rumus Perhitungan sebagai berikut:


Prevalensi Balita Gizi kurang = Jumlah Balita Gizi Kurang x 100 %
Jmlh Balita yg diukur berat badan
dan panjang / tinggi badan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indikator Program Gizi


1) Faktor Pendukung Keberhasilan:

a) Dukungan regulasi pusat berupa Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020


tentang RPJMN Tahun 2020 - 2024, yang dicapai melalui 5 (lima) strategi, salah
satunya adalah Percepatan perbaikan gizi masyarakat antara lain penurunan stunting
dan wasting.
b) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Tertinggal dan Transmigrasi bahwa Dana
Desa dapat digunakan untuk kegiatan penanganan stunting sesuai musyawarah desa.
Serta pencairan Dana Desa mensyaratkan data serta program dukungan penurunan
stunting.
c) Adanya aplikasi online ePPGBM milik Kementerian Kesehatan yang digunakan
untuk mencatat data sasaran individu dan penimbangan atau pengukurannya yang
dapat memberikan feedback secara langsung status gizi sasaran tersebut.
d) Adanya komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam mendukung
program gizi masyarakat

68
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

e) Meningkatnya peran serta dan kesadaran masyarakat dalam peningkatan status gizi
pribadi dan masyarakat.
f) Menguatnya motivasi dan komitmen tenaga pengelola gizi (TPG) puskesmas dalam
menjalankan program.
g) Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya.

2) Faktor penghambat keberhasilan:


a) Personil
1. Ketersediaan tenaga gizi belum memenuhi kebutuhan kabupaten secara umum,
rata-rata puskesmas hanya memiliki 1 orang TPG.
2. Pengelolaan program gizi masyarakat oleh TPG yang masih lemah.
3. Masih kurangnya kompetensi TPG dalam melaksanakan proses asuhan gizi
puskesmas.
4. Masih lemahnya kemampuan TPG dalam mengembangkan PMT berbasis
bahan pangan local.
5. Masih kurangnya pemahaman TPG tentang indikator program gizi.
b) Metode/ Proses Bisnis Internal
1. Masih adanya Posyandu yang tidak aktif terutama masa pandemi dimana
untuk wilayah perkotaan posyandu banyak yang dinonaktifkan sehingga
cakupan kegiatan Posyandu banyak yang tidak berjalan sesuai program
terutama balita ditimbang (D/S) hasilnya rendah yaitu 26,06 %, jauh dari
target yang ditetapkan yaitu 60%, juga hasil kegiatan yang lain yang tidak
mencapai target.
2. Pemantauan sasaran yang belum optimal disebabkan belum ada pembagian
wilayah kerja untuk TPG khususnya di wilayah perkotaan dan Pemetaan
sasaran (Bumil dan Balita) yang belum maksimal. Sehingga mengakibatkan
kosongnya data pemantauan.
3. Untuk TPG yang hanya satu orang di puskesmas masih kesulitan dalam
mengelola pola layanan gizi antara pelayanan dalam gedung dan luar gedung.
4. Masih ada Bumil pada saat kunjungan antenatal di puskesmas yang tidak
bertemu TPG untuk memperoleh edukasi karena TPG sedang kegiatan luar
gedung.

69
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

5. Masih kurangnya sosialisasi manfaat ASI sehingga pemahaman manfaat ASI


masih kurang di masyarakat bahkan di kalangan petugas kesehatan.
6. Belum maksimalnya pojok gizi/konsultasi gizi di puskesmas.
c) Pasien/ Penerima Layanan
1. Adanya pergeseran pola makan yang lebih banyak mengkonsumsi makanan
siap saji atau kemasan yang banyak mengandung garam dan MSG serta minim
serat, vitamin dan mineral.
2. Tidak semua ibu hamil dan balita datang ke Puskesmas dan Posyandu. Adanya
ketakutan pasien untuk datang ke puskesmas selama berlangsungnya pandemi
Covid mulai bulan Maret 2020.
3. Kehamilan yang tidak terpantau karena ibu hamil sering berpindah tempat/
domisili serta ibu hamil tidak periksa ke Puskesmas tempat domisili.
4. Kurangnya minat Ibu hamil dan Keluarga untuk kelas ibu hamil, terutama
didaerah perkotaan (Pusk. Tanjung Redeb, Bugis, Gunta, Sambaliung dan
Teluk Bayur).
d) Alat, Obat, Sarana dan Prasarana
1. Kurangnya prasarana serta kualitas pelayanan di posyandu, terutama sistem 5
meja belum berjalan optimal.
2. Kurangnya sarana timbangan berat badan (dacin) dan alat ukur tinggi/panjang
badan serta sarana kelengkapan Posyandu lainnya.
3. Masih kurangnya fasilitas ruangan khusus konseling gizi di puskesmas.
4. Keterbatasan alat pengolah data berupa computer yang akan digunakan dalam
aplikasi ePPGBM.
e) Lintas Sektor, Lintas Program dan Pemerintah
1. Masih ada komitmen yang kurang para pemangku kepentingan/ lintas sektor
terhadap pengembangan Posyandu.
2. Peran aktif masyarakat yang rendah khususnya kesadaran untuk menimbang
balita di Posyandu.
3. Kurangnya peningkatan kapasitas kader.
4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Pemeriksaan
kehamilan secara rutin di fasilitas Kesehatan (standar pelayanan sesuai
dengan standar 10T).

70
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

3) Usulan Pemecahan Masalah


a) Personil
1. Penambahan jumlah TPG puskesmas terutama untuk puskesmas wilayah
perkotaan.
2. Peningkatan kompetensi TPG dalam melakukan pengelolaan program gizi
serta dalam proses asuhan gizi puskesmas.
3. Menambah frekuensi rapat/ pertemuan evaluasi antar TPG dan Kabupaten
sehingga dapat meningkatkan pemahaman survailans gizi dan sinkronisasi
data.
4. Peningkatan kapasitas petugas konselor ibu menyusui
5. Pembelajaran ke Kabupaten/ Kota yang telah berhasil dalam mengelola
program gizi masyarakat.
6. Konsultasi Aplikasi ePPGBM.
7. Pembinaan dan peningkatan kapasitas kader
b) Metode/ Proses Bisnis Internal
1. Mengoptimalkan koordinasi antar program terutama bidang Kesehatan
Masyarakat (Gizi, KIA, Promkes, Kesling).
2. Memprioritaskan layanan dalam gedung dengan tidak mengabaikan layanan
luar gedung terkait Bumil.
3. Membuat pola pemantauan lintas program untuk layanan kesehatan ibu dan
anak.
4. Meningkatkan koordinasi lintas program antara lain melalui Kelas Ibu Hamil,
Kelas Ibu Balita dan kegiatan layanan antenatal puskesmas.
5. Mengoptimalkan edukasi bagi semua Bumil terkait pola makan gizi seimbang
pada saat hamil.
6. Mengoptimalkan konseling Bumil terutama Bumil resiko tinggi dengan
anemia, KEK dan hipertensi/ preeklampsi.
7. Pemberian PMT pabrikan harus disertai edukasi pola makan gizi seimbang
bagi Bumil dan bayi balita.
8. Mengaktifkan sosialisasi persiapan pemberian ASI Eksklusif bagi Bumil
trimester terakhir.
9. Meningkatkan capaian indikator kinerja program gizi antara lain
a. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif.

71
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

b. Bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif.


c. Ibu hamil yang mendapatkan dan mengonsumsi Tablet Tambah Darah
TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
d. Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat makanan
tambahan;
e. Balita kurus yang mendapat makanan tambahan;
f. Remaja putri (Rematri) mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) ;
g. Bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
h. Balita yang ditimbang berat badannya (D/S);
i. Balita mempunyai buku Kesehatan Ibu Anak (KIA)/Kartu Menuju
Sehat (KMS);
j. Balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D);
k. Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
l. Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A;
m. Rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; dan
n. Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan.
o. Mengoptimalkan aplikasi ePPGBM dalam rangka pemantauan sasaran.
p. Mengaktifkan penggunaan buku KIA edisi terbaru cetakan 2020 untuk
edukasi.
q. Membuat tampilan rekapan SKDN di Posyandu yang dapat memberikan
informasi jelas kepada lintas sektor.
c) Alat, Obat, Sarana dan Prasarana
1. Dukungan alat berupa komputer/ laptop sehingga bisa mengoptimalkan
pemantauan melalui ePPGBM.
2. Melengkapi ketersediaan alat antropometri untuk puskesmas, pustu dan
posyandu.
3. Perlu diadakannya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan posyandu.

d) Lintas Sektor, Lintas Program dan Pemerintah Daerah


1. Memberi dukungan penuh untuk keaktifan Pokjanal Posyandu tingkat kabupaten
hingga tingkat kelurahan/ kampung.
2. Menggiatkan promosi/ diseminasi/ sosialisasi semua program gizi masyarakat
berkoordinasi dengan Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

72
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

3. Meningkatkan peran aktif organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, tokoh


masyarakat, LSM dan sukarelawan dalam mendukung program gizi masyarakat.
4. Advokasi untuk optimalisasi posyandu serta promosi ajakan ke Posyandu dan
Puskesmas
5. Pelatihan kader untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
6. Memotivasi keluarga melalui berbagai media promosi kesehatan serta kunjungan
rumah
7. Penguatan Peran Desa Siaga dalam capaian indikator kinerja program gizi.
8. Melakukan koordinasi dengan pihak RS dalam rangka sistim rujukan balita gizi
buruk.
9. Melaksanakan Rapat Tim Tata Laksana Gizi Buruk secara Periodik .
10. Meneruskan rekomendasi dari Tim Tata Laksana Gizi Buruk pada Bupati Berau,
Asisten 1 dan Direktur RS.
11. Meningkatkan kesadaran Masyarakat dan Keluarga untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan Kelas Ibu hamil.
12. Perlunya dibentuk Kelompok Pendukung Asi Eksklusif (KP-ASI)
13. Pemberian penghargaan/ reward kepada kader.
14. Mengintegrasikan posyandu dengan BKB dan PAUD
e) Anggaran
1. Dukungan anggaran APBN maupun APBD terhadap penerimaan TPG
puskesmas.
2. Memanfaatkan ADK/ ADD dan CSR untuk pemberdayaan masyarakat terutama
pengembangan gizi masyarakat.

73
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran ke 3 yaitu Menurunnya angka kesakitan, akibat penyakit menular


dan tidak menular

Indikator keberhasilan dan capaian Kinerja sasaran Menurunnya angka kesakitan,


kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular dapat dilihat
pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Capaian Sasaran Strategis 3 Tahun 2016-2020

%
pencap
Targ Realis ain Reali Reali Reali Reali
Sasaran
Indikator Kinerja et asi target sasi sasi sasi sasi
Sterategis
2020 2020 2020 2016 2017 2018 2019
(Klm
4/3 )
1 2 3 4 5 6 7 8 9
3 Menurun 6 Angka
nya Kesakitan
angka Malari (Annual ‰ <1 0.48 151.52 0, 53 0,36 0.09
0,42
kesakita Parasite
n akibat Incidence)
penyakit 7 Angka /100.000
202,6
menular Kesakitan DBD pddk 140 201 143.57 62 74 213
7
dan tidak ( IR DBD )
menular 8 Prevalensi HIV < 0,5
% 0 ,1 4 171,94 0 ,0 2 0, 91 0 ,0 2 0 .0 1
( persen )
9 Persentase
Kasus TB yang 9 9 ,6
% 100 100 100 0 ,2 0 100 100
ditemukan dan 1
diobati
10 Persentase desa
yang 139
% 100 100 100 - -
melaksanakan 116
posbindu
% pencapaianMenurunnya angka kesakitan
akibat penyakit menular dan tidak menular 133,41
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2020
Rp 6.591.116.000
untuk mendukung pencapaian sasaran 3
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun
2020 untuk mendukung pencapaian Rp. 5.684.701.966
sasaran 3

Permasalahan yang dihadapai pada Pencapaian Sasaran ke 3 Menurunnya Angka Kesakitan,


Kematian dan Kecacatan Akibat Penyakit Menular, adalah :

74
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

1. Angka Kesakitan Malaria.


Definisi Operasional Malaria Klinis adalah kasus dengan gejala malaria klinis (demam,
menggigil dan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri
otot atau pegal–pegal). Malaria positif adalah kasus malaria yang di diagnosis
(pemeriksaan specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopis atau rapid diagnosis test
hasil positif mengandung plasmodium.
Penduduk berisiko adalah penduduk yang tinggal di daerah berisiko terjadi penularan
malaria atau endemis malaria pada satuan wilayah terkecil seperti desa/dusun dalam kurun
waktu satu tahun. Sejak tahun 2012 dipergunakan Annual Parasite Incidence atau API
(o/oo) adalah jumlah penderita positif malaria per seribu penduduk.
Jumlah Malaria Positif di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
API = x 1000
Jumlah penduduk Berisiko di wilayah
yang sama
Pada tahun-tahun sebelumnya masih menggunakan Annual Malaria Incidence atau AMI
(o/oo) adalah jumlah penderita malaria klinis per seribu penduduk.
Jumlah Malaria Klinis di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
AMI = x 1000
Jumlah penduduk Berisiko di wilayah
yang sama
Pertimbangan menggunakan API adalah :
 Pengobatan yang diberikan berdasarkan dengan diagnose penyakit dan pemeriksaan
Laboratorium.
 Menghindari terjadinya resistensi terhadap pengobatan malaria dan pemborosan obat
malaria.
 Semua Puskesmas induk dikabupaten Berau telah memiliki peralatan untuk melakukan
Deteksi Malaria ( RDT ) .
 Pada Tahun 2020 API Malaria 0,48 ‰ dari 238.214 jumlah penduduk, mengalami
peningkatan dari tahun 2019 yaitu 0.09 ‰. Kabupaten Berau merupakan kategori
Daerah endemis rendah API < 1 ‰. Namun jika dilihat lebih detail per puskesmas
maka terdapat 1 Puskesmas masuk kategori Endemis Tinggi/Merah (nilai API > 5 ‰)
yaitu Puskesmas Kelay (11,49 ‰), 1 Puskesmas masuk kategori Endemis
sedang/kuning (nilai API 1-5 ‰) yaitu Puskesmas Batu Putih (2,6 ‰), dan 8
Puskesmas dengan Endemis Rendah (Nilai API <1) yaitu Puskesmas Tanjung Redeb
(0,03 ‰), Puskesmas Teluk Bayur (0,05 ‰), Puskesmas Labanan (0,3 ‰), Puskesmas

75
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sambaliung (0,4 ‰), Puskesmas Biatan Lempake (0,6 ‰), Puskesmas Talisayan (0,4
‰), Puskesmas Merapun (0,5 ‰), Puskesmas Tepian Buah (0,2 ‰). Pada Puskesmas
dengan kategori tinggi daan sedang harus dilakukan Intervensi Penanganan Malaria
sesuai dengan kategori wilayahnya.

Permasalahan
 Data Realisasi untuk 1 tahun banyak kasus malaria yang lambat dideteksi karena
Lokasi yang jauh,
 Kasus malaria masih ada, terutama di daerah hutan dimana masyarakatnya
berkunjung ke hutan tanpa memakai Alat Pelindung Diri dari gigitan nyamuk
malaria
 Kurangnya anggaran untuk peningakatan SDM petugas malaria, laboratorium dan
kader malaria
 Tidak ada anggaran untuk penyelidikan epidemiologi petugas kabupaten untuk turun
serta kelapangan
 Tidak ada anggaran untuk sosialisasi dan advokasi masyarakat, pemerintah ,dan
pihak swasta pada daerah yang endemis malaria untuk mendukung kegiatan
eliminasi malaria
 kurangnya dana untuk melakukan massal blood survey atau penemuan kasus secara
dini dengan melakukan screning malaria diwilayah endemis malaria.
 Tidak ada rapid malaria untuk mendukung PE kasus Malaria.
Solusinya
 Dinas kesehatan akan Menyediakan Logistik Malaria baik obat, rapid test dan
BMHP
 Dinas Kesehatan akan melakukan Screening Darah (Rafid Test Malaria) kepada
Masyarakat yang berada diwilayah fokus malaria
 Dinas kesehatan akan membekali kader dengan Pelatihan dalam rangka eliminasi
malaria
 Masyarakat yang terjaring kasus malaria langsung dilakukan pengobatan dan
dilakukan Penyelidikan Epidemiologi serta dilakukan Massal Blood Survey (MBS)
untuk mencegah penularan setempat dan mengedukasi masyarakat untuk
menggunakan alat pelindung diri ( Kelambu) dan anti nyamuk.

76
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

 Pertemuan peningkatan SDM atau bimtek, evaluasi petugas malaria dan analis Lab
dan mengaktifkan kembali pos malaria desa dan sekaigus penyegaran kader malaria.
 PE petugas kabupaten . terhadap setiap kasus malaria
 Sosialisasi dan advokasi kemasyarakat, dan pihak swasta untuk mendukung
eliminasi malaria
 Pertemuan lintas sektor dengan pihak kepala kampung dan pihak perusahaan
mengenai pencegahan dan penanganan malaria di daerahnya

2. Angka Kesakitan (Incidence Rate) Demam Berdarah Dengue.


Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus
Dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
CAPAIAN KINERJA
1. Data DBD Tahun 2019 :
a. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita DBD selama Tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
Target Tahun 2019 = 100 %.
Realisasi Tahun 2019 = 100 %.
b. Case Fatality Rate (CFR) atau Angka Kematian penyakit DBD Tahun 2020.
Target CFR DBD Tahun 2020 =≤1%
Realisasi Tahun 2020 = 0,5 %
c. Angka Bebas Jentik (ABJ) Kabupaten Berau Tahun 2020.
Target ABJ Tahun 2020 = 95 %.
Realisasi Tahun 2020 =
d. Penderita DBD Tahun 2020 sebanyak 201 kasus yang menyebar di semua
kecamatan dengan konsentrasi daerah perkotaan.
e. Incidence Rate (IR) Penyakit DBD Tahun 2020
Target IR DBD Tahun 2020 = 140 / 100.000 penduduk
Realisasi Tahun 2020 = 201 / 100.000 penduduk

77
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Analisa :
Target DBD Kabupaten Berau tahun 2020 adalah 140 kasus, sedangkan jumlah
penderita DBD pada tahun 2020 sebanyak 201 kasus. Dibandingkan dengan kasus 2019
sebanyak 495 kasus menunjukan adanya penurunan kasus DBD. Hal ini menunjukan
adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam hal PHBS dan Pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), sehingga tetap perlu diteruskan upaya-upaya seperti:
1. Meningkatkan upaya Promosi Kesehatan.
2. Meningkatkan kerjasama Lintas Sektor dalam menciptakan Lingkungan Sehat.
3. Meningkatkan Peran serta Masyarakat Untuk ber-PHBS dan 3M Plus.
4. Meningkatkan survei jentik dan pembagian abate pada masyarakat.
5. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Dibidang Kesehatan.
6. Memenuhi sarana dan prasarana P2 DBD.
2. Kinerja 5 Tahun terakhir Program DBD di Kabupaten Berau :

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017


Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

IR DBD 123 896 250 437 106 62


CFR DBD <1% 0,89 % <1% 0,69 % <1% 1,6 %
PP DBD 100 % 100 % 100 % 100 % 100% 100 %
ABJ 95 % 65,89 % 95 % 78.96 % 95% 85,7 %
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
IR DBD 106 74,2 175 213 140 201
CFR DBD <1% 0,6 % <1% 0,6 % <1% 0,5 %
PP DBD 100 % 100 % 100% 100 % 100 % 100%
ABJ 95 % 83,5 % 95% 90 % 95 %

3. Kinerja Tahun 2020 dengan Cerminan Standar Nasional


Analisis :
3.1 Resume Data
a. Terjadi peningkatan kasus DBD yang melebihi target batas maksimal dalam
kurun 5 Tahun terakhir dan yang signifikan peningkatannya adalah tahun 2015
sebanyak 896 kasus. Pada tahun 2017 terjadi penurunan kasus yang signifikan
sebanyak 62 kasus, pada tahun 2018 mengalami peningkatan tetapi tidak

78
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

melebihi target sebesar 74 kasus. Dan tahun 2019 mengalami kenaikan 213
kasus dan menurun di th 2020 sebesar 201 kasus.
b. Pada Tahun 2017 terdapat kematian akibat DBD melebihi target (<1%) dengan
realisasi 1,6% dan di tahun 2018 samapai tahun 2020 terjadi lagi kematian
namun tidak melebihi target batas maksimal.
c. Penemuan kasus DBD yang ditangani tetap sesuai target yakni 100 % yang
artinya semua kasus DBD telah dilakukan penanganan di sarana kesehatan.
d. Angka bebas jentik secara umum selama 5 tahun terakhir tidak mencapai target
dan yang paling rendah adalah tahun 2015
3.2 Peningkatan Kinerja :
a. Dengan adanya penurunan kasus DBD di tahun 2020 sehingga tetap
ditingkatkan kewaspadaan dini terhadap perubahan cuaca, meningkatkan
pemberantasan sarang nyamuk dan pembagian abate, memaksimalkan
penyuluhan kesehatan dan Penyelidikan Epidemiologi (PE) serta melibatkan
lintas sektor yang terkait.
b. Telah dilakukan abatesasi namun tidak semua masyarakat yang membutuhkan
diberi karena tidak cukup ketersediaan Abate.
c. Petugas telah melakukan Fogging Area dengan maksimal namun tidak
didukung oleh perilaku masyarakat untuk memperbaiki lingkungan (3 M plus).
d. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya fogging sehingga
banyak masyarakat meminta untuk dilakukan fogging sebagai pencegahan,
padahal fogging merupakan tindakan terakhir setelah diketahui ada kasus lebih
dari 1 dalam area tertentu.
3.3 Penurunan Kinerja :
a. Kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap Survey Jentik demikian juga
kurang maksimalnya Survey Jentik
b. Tidak adanya tindak lanjut dari hasil survey jentik sehingga walaupun
ditemukan banyak jentik jika tidak dibasmi maka tetap akan berkembang.
c. Tidak maksimalnya pengawasan terhadap pelaksanaan fogging sehingga
sebagian petugas fogging melaksanakan tidak sesuai dengan SOP (banyaknya
permintaan masyarakat untuk dilakukan fogging).

79
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

3. Angka Penemuan Pasien Tuberkulosis BTA Positif Baru.


o Angka Kesakitan (Insiden) TBC
Angka Kesakitan yaitu jumlah kasus TBC baru dan kambuh yang muncul selama periode
waktu tertentu. Angka ini menggambarkan semua jumlah kasus TBC, tidak hanya kasus
TBC yang datang ke fasilitas kesehatan dan dilaporkan .
Definisi TBC terdiri dari :
b) Pasien TBC yang terkonfirmasi bakteriologis adalah yang terbukti pada hasil
pemeriksaan uji biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung, TCM atau biakan langsung. Pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis
mudah menular droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman mico bakterium.
c) Pasien TBC terdiagnosa klinis adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria
terdiagnosa secara bakteriologis tetapi terdiagnosa sebagai pasien TBC aktif oleh
dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TBC.
d) Pengobatan pasien TBC sensitif obat membutuhkan waktu lama yaitu 6 – 8 bulan,
dan pengobatan pasien TBC membutuhkan Pengawas Menelan Obat (PMO) setiap
pasien agar pasien tidak mengalami putus berobat (default), memutuskan rantai
penularan di masyarakat dan mencegah kematian.
e) Cakupan pengobatan semua kasus TBC (Case Detection Rate/ CDR) yaitu jumlah
semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan jumlah semua
kasus TBC.
Rumus CDR :
Jumlah Semua Kasus TBC yang diobati dan dilaporkan
x 100%
Perkiraan Jumlah Kasus TBC

Case Detection Rate (CDR) atau angka penemuan Kasus tahun 2020, pasien yang
ditemukan dan diobati yaitu sebesar 207 kasus, sangat mengalami penurunan kasus
TBC dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 sebesar 503 kasus, dan penemuan
kasus tahun 2020 tidak mencapai target yang ditentukan oleh Provinsi dan Pusat.
Hal ini dikarenakan tidak melakukan deteksi dini dan tidak melakukan penyisiran
kasus didokter praktek mandiri atau pun klinik swasta jejaring hanya dilakukan via
telpon karena pandemi covid-19 Adapun target minimal yang ditentukan yaitu
sebesar 736 kasus dan target maksimal sebesar 905 kasus.

80
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Capaian Success Rate (SR) atau Angka Keberhasilan tahun 2020, tidak bisa
dijadikan acuan utama dalam penilaian kinerja karena TBC tidak sama dengan
penyakit lain yang hanya membutuhkan waku pengobatan beberapa hari sudah
dapat dinilai kesembuhannya, tetapi TBC membutuhkan waktu yang sangat lama ,
untuk TBC sensitif obat butuh waktu pengobatan 6 - 8 bulan, sedangkan TBC RO /
MDR membutuhkan waktu 9 – 24 bulan. sehingga pasien yang berobat mulai
triwulan 1 – 4 dapat diketahui keberhasilan pengobatan pada tahun 2021 atau tahun
2022 tergantung kasus TBC.
Jumlah kasus TBC yang masih dalam pengobatan di tahun 2020 sebanyak 136 dari
207 kasus yang ditemukan dan diobati, dan semua kasus yang dalam pengobatan
akan dievaluasi di tahun 2021 dan tahun 2022.

Rumus Prevalensi;
Jmlh semua kasus TBC yg masih diobati dlm kurun waktu tertentu X 100.000
Jumlah penduduk
Permasalahannya
a. Ada sebagian pasien mangkir untuk berobat
b. Tidak melaksanakan investigasi kontak dan deteksi dini karena adanya pandemi
covid 19
c. Sulitnya akses bagi pasien untuk ke fasilitas kesehatan begitupula sebaliknya,
sulitnya petugas ketempat pasien.
d. Menurunnya kunjungan masyarakat yang terduga TBC kefasyankes selama pandemi
covid.
e. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri yang terkait dengan
penyakit TBC (Pasif Case Finding).
f. Tidak melaksanakan penyisiran kasus TBC didokter praktek mandiri dan klinik
swasta.
Pemecahan Masalah
a. Meningkatkan pelacakan kasus pasien mangkir Via Telpon.
b. Merencanakan dan melaksanakan deteksi dini kasus TBC terhadap keluarga pasien
yang sudah pengobatan serta investigasi kontak via telpon .
c. Mengedukasi masyarakat penting memeriksakan diri kefasyankes jika ada keluhan
batak melalui media/ penyuluhan langsung oleh puskesmas
d. Melakukan penyisiran kasus TBC via telpon .

81
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

4. HIV/Aids.
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah
untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita
terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat
dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and
Testing(VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Jumlah Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Berau pada tahun 2020 adalah 32 kasus,
kasus ini mengalami penurunan dibanding tahun 2019 yaitu sebanyak 34 kasus. Semua
penderita yang ditemukan ditangani 100% dan diserahkan ke Tim VCT di Rumah
Sakit. Hal ini dapat terlaksana dengan baik karena kerja sama lintas sektor seperti
RSU, dan BNK.
Permasalahan.
a. Logistik untuk pemeriksaan tidak mencukupi untuk sasaran HIV
b. Kurangnya tenaga terlatih di puskesmas
c. Kurang anggaran untuk deteksi dini dan survei HIV
d. Deteksi dini HIV dan Survei kontak belum maksimal
e. Sebagian penderita HIV pendatang (PSK) Sistem kontrak
Sebagian besar penderita yang ditemukan adalah para pekerja seks yang datang dari
luar Kabupaten Berau. Umumnya kerja sama dengan pemilik sarana tempat mereka
kerja tidak secepatnya memberi informasi jika ada pendatang baru guna diperiksa
sebelum bekerja/ menularkan penyakit.
Cakupan indikator SPM th 2020 tidak tercapai karena jumlah orang yang beresiko
terinfeksi HIV (Ibu hamil, pekerja Sex, Rutan, Waria) tidak semua mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai standar karena kurangnya persediaan logistik.
Dengan ditutupnya lokalisasi maka berdampak penyebaran pekerja sex secara
terselubung sehingga petugas kesehatan tidak bisa memantau.
Pemecahan masalah :
1. Mengajukan dan mengusulkan anggaran untuk program HIV.
2. Meningkatkan kinerja lintas program yang terkait.
3. Melaksanakan Deteksi Dini ditempat khusus (Lapas dan tempat Hiburan
4. Mengusulkan pelatihan petugas

82
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

5. Mengusulkan penambahan alat pemeriksaan HIV dan BHMP

5. Persentase Desa Yang Melaksanakan Posbindu

Data Posbindu di seluruh Puskesmas Kab.Berau Tahun 2020 antara lain:


 Posbindu Khusus : 76
 Posbindu Umum : 151
 Total Posbindu yang ada : 227
 Jumlah sasaran desa : 110
Dengan Pehitungan antara lain:
Jumlah Desa yang ada
Posbindu = x 1000
Jumlah Posbindu yang ada

Jumlah desa yang bagi dengan jumlah Posbindu yang ada di kali 100% dengan capaian
206% melebihi dari target yang ada , sedangkan capaian kunjungannya masih rendah di
karenakan masyarakat masih kurang antusias dalam kunjungan ke Posbindu, ditambah
dengan permasalahan adanya Pandemi Covid-19 sudah seTahun ini yang mengakibatkan
kunjungan ke Posbindu menurun dan kebanyakn yang kunjung ke Posbindu usia 45 tahun
keatas.
Untuk mengatasi capaian kunjungan yang rendah sudah melakukan upaya berupah
pemeriksaan PTM di beberapa OPD sebelum adanya Pandemi,serta menganjurkan kepada
seluruh Puskesmas untuk meningkatkan penyuluhan tentang Penyakit Tidak Menular dan
Posbindu ke masyarakat,serta membentuk Posbindu di sekolah SMP dan SLTA dimana
sasaran usia Program PTM ada disana.dan menjalankan PANDU PTM di Puskesmas guna
untuk meningkatkan capaian dan SPM .
Permasalahan yang ada adalah :
 Di posbindu tidak ada pengobatan
 Adanya Pandemi Covid -19
 Kebanyakan PKM melaksanakan Posbindu bersamaan pada kegiatan Posyandu
lansia ,sehingganya sasaran usia yang berkunjung ke posbindu 45 Thn keatas
 Puskesmas Kurang melakukan sosialisasi ttg Posbinu PTM dan bahaya dari
Penyakit tidak Menular.

83
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

 Kurang nya pembentukan Posbindu di sekolah SMP dan SLTA dimana sasaran usia
15 sd 18 thn kebanyakan di sekolah

Pemecahan Masalah :
 Sudah menganajurkan PKM untuk selalu mesnsosialisasikan tentang Kegiatan
Posbindu dan pentingnya pencegahan dari pada pengobatan
 Sudah menganjurkan PKM untuk membentuk Posbindu di sekolah dan sebagian pkm
sudah melaksanakan tapi kareena covid banyak yang tidak bisa terlaksana
 Sudah menganjurkan PKM untuk melakukan sosialisasi tentang PTM dan Posbindu
dan PKM sudah melaksanakan.
PKM sudah membentuk Posbindu di sekolah akan tetapi tidak bisa berjalan dikarenakan
pandemic covid

Tabel 3.10
Data dukung Posbindu Tahun 2019 dan 2020 sebagai perbandingan
Tahun 2019 % Tahun 2020 %
No Puskesmas Jenis posbindu Jenis posbindu
Total Total
Umum Khusus Umum Khusus
1 Tg.redeb 8 6 14 12 5 17
2 Kamp.bugis 8 2 10 25 10 35
3 Sambaliung 9 9 9 9 18
4 Teluk bayur 3 1 4 10 10 20
5 Gn.tabur 5 5 5 2 7
6 Labanan 3 1 3 4 2 6
7 Merancang 4 2 5 3 3 6
8 Tg.batu 3 3 6 4 0 4
9 Pl.derawan 1 2 3 4 1 5
10 Maratua 4 4 4 1 5
11 Suaran 3 1 4 3 3 6
12 Tubaan 15 1 16 3 3 6
13 Lempake 10 2 12 11 3 14
14 Talisayan 10 2 12 11 8 19
15 Bt.pth 9 9 6 3 9
Biduk-
16 6 6 14 2 16
biduk
17 Kelay 4 4 4 3 7

84
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tahun 2019 % Tahun 2020 %


No Puskesmas Jenis posbindu Jenis posbindu
Total Total
Umum Khusus Umum Khusus
18 Merapun 1 1 5 2 7
Tepian
19 9 3 12 9 3 12
buah
20 Longlaai 5 5 4 3 7
21 longboy 1 1 1 0 0
JUMLAH 126 27 153 139% 151 76 227 206%

Dari Data perbandingan Tahun 2019 dan 2020 terdapat peningkatan jumlah Posbindu ,Yaitu
dari 153 Posbindu menjadi 227 posbindu ,akan tetapi kunjungannya masih sedikit
dikarenakan permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya.Di posbindu tidak ada
pengobatan
FOTO KEGIATAN DI POSBINDU PTM PADA MASA PANDEMI COVID
Posbindu di OPD
Dinas Kesehatan

85
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Pemda

Dinas Perikanan

86
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tempat Ibadah (Gereja Katolik)

Sasaran ke 4 yaitu Meningkatnya akses dan Mutu Pelayanan


Kesehatan Dasar dan Rujukan

Pencapaian sasaran meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan dapat dilihat pada indikator pada tabel 3.11. Berdasarkan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, pasal 16 : Untuk dapat terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang merata kepada masyarakat, diperlukan ketersediaan tenaga kesehatan
yang merata dalam arti pendayagunaan dan penyebarannya harus merata ke seluruh
wilayah sampai ke daerah terpencil sehingga memudahkan masyarakat dalam
memperoleh layanan kesehatan. Pasal 19 : Untuk melaksanakan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat diperlukan ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan di seluruh wilayah sampai daerah terpencil yang mudah dijangkau oleh
seluruh masyarakat.

87
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tabel 3.11
Capaian Sasaran Strategis 4 Tahun 2016-2020
Real % penca
Tar
i paian Reali Reali Reali
Sasaran get Realisasi
Indikator Kinerja sasi target sasi sasi sasi
Sterategis 202 2016
202 2020 2017 2018 2019
0
0 (Klm 4/3 )
1 2 3 4 5 9 9 4
4 Meningk 11 Persentase 26,09
atnya Fasilitas
akses Pelayanan
dan Kesehatan % 92 83 90,22 13,64 47,83 83
Mutu yang
Pelayan terakredita
an si
Kesehat 12 Persentase
an Dasar Pemanfaat
dan an % 94 77,5 82,45 98
Rujukan Puskesmas
(Utilisasi)
% pencapaian Meningkatnya akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan secara merata 86,33

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk


Rp. 147.491.199.450
mendukung pencapaian sasaran 4
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun
Rp. 121.735.888.024
2020 untuk mendukung pencapaian sasaran 4

1) Untuk penguatan pelayanan kesehatan diharapkan terwujudnya akses pelayanan


kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat. Terdapat tiga (3) upaya
program yang dilakukan saat ini yaitu peningkatan akses berupa sarana dan prasarana,
kompetensi SDM dan ketersediaan alat kesehatan, serta peningkatan mutu berupa
akreditasi Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas. Diharapkan ke depan masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat terwujud.
2) Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan semakin meningkat dan merata di Kabupaten
Berau. Jumlah Fasilitas Kesehatan yang ada meliputi Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C
1 (satu) unit yang berada di ibukota Kabupaten, yakni di Kecamatan Tanjung Redeb.
Rumah Sakit Umum Daerah Pratama, ada satu (1) unit, terletak di Kecamatan Talisayan.
Puskesmas Induk pada tahun 2020 ada 21 unit, Puskesmas Pembantu 112 unit dan Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) ada 67 unit, Laboratorium Kesehatan Daerah milik Pemda 1
unit, Instalasi Farmasi 1 unit, UPTD Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) 1 unit. Pada
tahun 2020 terdapat beberapa unit Puskesmas induk, Puskesmas Pembantu dan

88
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Poskesdes yang mengalami pembangunan,rehab dan penambahan ruang. Dan ada


penambahan 1 unit Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Trans Gurimbang
3) Sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas sebagai pengganti Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014
tentang Puskesmas dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat praktik Mandiri Dokter dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi disebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat harus terstandarisasi, artinya pelayanan yang diterima oleh
masyarakat di seluruh negeri sifatnya sama, antara daerah yang satu dan lain terstandar,
hal ini dapat diperoleh salah satunya melalui upaya akreditasi FKTP. Puskesmas wajib di
akreditasi dan re-akreditasi minimal 3 tahun sekali, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga sebagai syarat kredensialing BPJS.
Akreditasi merupakan pengakuan terhadap puskesmas yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa
Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan.
4) Sejak tahun 2016, Kabupaten Berau telah melaksanakan kegiatan Akreditasi Puskesmas
dan telah di survey pada tahun yang sama, yaitu Puskesmas wilayah perkotaan sebanyak
5 Puskesmas, yakni Puskesmas Tanjung Redeb, Puskesmas Kampung Bugis, Puskesmas
Sambaliung, Puskesmas Gunung Tabur, dan Puskesmas Teluk Bayur dengan predikat
Akreditasi Dasar. Selanjutnya, tahun 2017, Kabupaten Berau mengadakan kembali
Kegiatan Akreditasi pada 5 Puskesmas wilayah Pesisir, yakni Puskesmas Merancang,
Puskesmas Biatan Lempake, Pukesmas Talisayan, Puskesmas Batu Putih dan Puskesmas
Biduk-Biduk dan telah di survey pada tahun yang sama dengan hasil survey sesuai
keputusan Komite Penyelenggara Akreditasi FKTP, 4 puskesmas mendapatkan predikat
terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Merancang, Biatan Lempake, Talisayan dan Batu
Putih, sedangkan satu (1) Puskesmas lainnya terakreditasi dasar yaitu Puskesmas Biduk-
Biduk. Tahun 2018, telah direncanakan satu (1) Puskesmas untuk mengikuti pelaksanaan
akreditasi yaitu Puskesmas Tepian Buah namun ditahun tersebut belum dapat mengikuti
proses Survey dikarenakan proses pendampingan yang belum selesai yang disebabkan
keterlambatan anggaran dana yang diperlukan. Sebagai tindak lanjut, maka di usulkan
kembali di Tahun 2020. Pada Tahun 2019, sebanyak 7 unit Puskesmas lain yang di
rencanakan untuk disurvei yaitu: Puskesmas Labanan, Suaran, Tubaan, Kelay, Tanjung

89
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Batu, Pulau Derawan, dan Puskesmas Maratua. Tahun 2019, tujuh (7) puskesmas yang di
survey awal akreditasi dinyatakan lulus akreditasi, lima (5) puskesmas lulus dengan
predikat Madya (Puskesmas Labanan, Suaran, Tubaan, Tanjung Batu, Maratua), dan dua
(2) puskesmas lulus dengan predikat Utama (Puskesmas Kelay dan Derawan).
Disamping survey awal, tahun 2019 dilaksanakan pula re-akreditasi terhadap lima (5)
Puskesmas kota, dengan hasil yang memuaskan yakni akreditasi madya dan utama. Pada
Tahun 2020 direncakan di laksanakan Survey Re-Akreditasi pada 5 Puskesmas yang
telah dilakukan survey pada tahun 2017, yaitu Puskesmas Merancang, Biatan Lempake,
Talisayan, Batu Putih dan Biduk-Biduk, serta 3 Puskesmas yang akan mengikuti Srvey
Perdana yaitu Puskesmas Tepian Buah, Merapun dan Long Laai, akan tetapi tidak dapat
dilaksanakan pada tahun tersebt dikarenakan adanya pandemic Covid-19, sehingga
direncanakan kembali pelaksanaan survey pada tahun 2022, dimana sebanyak 17
puskesmas akan melaksanakan Survey Re-Akreditasi dan 4 Puskesmas melaksanakan
Survey Perdana Akreditasi Puskesmas.
Masalah Dalam Pencapaian Program
Tahun 2020, dari 21 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Berau, 17 Puskesmas
telah di akreditasi. Masalah yang dihadapi dalam memenuhi target yang telah ditetapkan
untuk mencapai sasaran strategis dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, khususnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang
terakreditasi yaitu Puskesmas Tepian Buah yang telah direncanakan sejak tahun 2018
untuk di survey awal akreditasi belum dapat dilaksanakan, awalnya karena proses
pendampingan yang belum selesai pelaksanaannya yang disebabkan anggaran yang
terlambat turun. Sedangkan di tahun 2019, Puskesmas Tepian Buah masih belum dapat
di survey karena tidak mendapatkan jadwal survey dari Komisi Akreditasi FKTP
Kementerian Kesehatan. Tahun 2020, Puskesmas tepian Buah bersama Puskesmas
Merapun dan Puskesmas Long Laai tidak dapat di survey akreditasi perdana dikarenakan
pandemi Covid-19, bersama itu Puskesmas Merancang, Biatan Lempake, Talisayan,
Batu Putih dan Biduk-Biduk tidak dapat juga melaksankan Survey Re-Akreditasi
dikarenan pandemi covid-19, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
menunda rencana Survey seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Berau.
Solusi Untuk Pemecahan Masalah Program
Pada Tahun 2021 survey masih belum dapat dilaksanakan karena pandemi covid masih
berlangsung namun masih melakukan pendampingan untuk persiapan survey yang akan

90
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

diusulkan Kembali pada tahun 2022 dimana 17 Puskesmas akan melakukan Re survey
akreditasi dan 4 Puskesmas melaksanakan Survey Akreditasi.
5) Tingkat penyediaan dan utilisasi pelayanan kesehatan dalam perencanaan kesehatan
sangat penting. Dengan diketahuinya tingkat penyediaan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan, pemerintah sebagai pemegang regulasi dapat menentukan prioritas-prioritas
kebijakan pelayanan kesehatan serta alokasi sumber-sumber daya yang ada.
Utilisasi pelayanan Kesehatan dapat diketahui dengan melihat beberapa indikator yang
digunakan dalam melakukan rate utilization Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) atau
Puskesmas, antara lain dengan menghitung:
(-) Angka kunjungan
Jumlah kunjungan x 100%
Jumlah Peserta
Analisa: Utilisasi (pemanfaatan) Puskesmas di Kabupaten Berau terbilang tinggi, tahun
2019 Puskesmas telah dimanfaatkan oleh 95% penduduk yang memiliki BPJS
Kesehatan, sedangkan tahun 2020 pemanfaatannya turun menjadi 77,5% dikarenakan
terjadinya pandemi Covid-19. Dalam kondisi pandemi ini, Puskesmas perlu melakukan
berbagai upaya dalam penanganan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan (rawat jalan) pada masa pandemi covid-
19, Puskesmas mengimplementasikan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.01/Menkes/303/2020 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka pencegahan
penyebaran corona virus desease, Puskesmas menyampaikan informasi terkait
pembatasan atau penundaan pelayanan guna mengurangi penularan covid-19. Pelayanan
medik dilaksanakan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP) pelayanan yang berlaku.
Puskesmas menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang datang,
mengubah alur pelayanan, mengubah posisi tempat duduk pasien pada saat pelayanan
(jarak dengan petugas diperlebar), menggunakan sekat pembatas transparan antara
petugas kesehatan dengan pasien. Tahun 2020 jumlah pemanfaatan pelayanan tertinggi
yaitu: pengobatan sebanyak 104.202 pelayanan, selanjutnya KIA sebanyak 16.247, dan
KB sebesar 7.350. Kelompok umur yang banyak memanfaatkan Puskesmas yaitu
kelompok usia 25-34 tahun sebanyak 23.564, dalam kelompok umur ini jenis kelamin
perempuan paling banyak memanfaatkan pelayanan Puskesmas yakni sebanyak 15.996.

91
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran ke 5 yaitu Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan


kesehatan

Pencapaian sasaran meningkatnya pelayanan kesehatan yang bermutu di semua jenjang


pelayanan kesehatan dapat dilihat pada indikator pada table 3.12

Tabel 3.12
Capaian Sasaran Strategis 5 Tahun 2016-2020

%
Targe Reali Reali Reali Reali Reali
Sasaran pencapain
Indikator Kinerja t sasi sasi sasi sasi sasi
Sterategis target 2020
2020 2020 2016 2017 2018 2019
(Klm 4/3 )

1 2 3 4 5 9 9
5 Meningkatn 13 Persentase
ya cakupan cakupan
jaminan jaminan
pemelihara pemeliharaan % 100 100 100 100 100 100 100
an Kesehatan
kesehatan Masyarakat
Miskin
14 Persentasi
pelayanan
Dasar Peserta
% 100 100 100 100 100 90 100
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
15 Persentasi 85
pelayanan
Rujukan
Peserta % 20 11,30 143,50 87 10,11
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
% pencapaian Meningkatnya Pelayanan kesehatan yang 114,50
bermutu di semua jenjang pelayanan kesehatan
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk Rp. 25.177.494.456
mendukung pencapaian sasaran 5
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2020
untuk mendukung pencapaian sasaran 5 Rp. 19.389.423.584

1. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 20 ayat 1


pemerintah bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

92
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

2. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat terutama untuk masyarakat


miskin sudah tercakup sebesar 100% dimana pembiayaannya ditanggung oleh
pemerintah dengan sebutan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Pusat maupun
daerah. Berdasarkan hasil integrasi data dengan Dinas Sosial diperoleh Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS), dimana data ini diperbaharui per empat (4) bulan,
diketahui bahwa tahun 2020 terdapat 27.659 jiwa dengan status miskin, atau peroleh
SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Adapun Dinas Kesehatan sejak tahun 2018
sampai dengan 2020, masih menggunakan data PBI Daerah sebanyak 3.849 jiwa yang
dibiayai melalui APBD dan Jamkesda sebanyak 2.541 jiwa.Di awal tahun 2021
Jamkesda diupayakan diintegrasi menjadi PBI daerah sehingga data dapat dioptimalkan
antar instansi Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, untuk diperoleh data penduduk miskin
yang memerlukan dan memperoleh pelayanan dasar maupun rujukan sebagai target
sasaran.
3. Jumlah Penduduk Kabupaten Berau yang berkunjung ke FKTP yang ada diKabupaten
Berau pada tahun 2020 berdasarkan rekap laporan kunjungan yaitu sebanyak 18.261
jiwa yang tercatat sebagai peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dan seluruhnya
memperoleh pelayanan dasar di FKTP dalam hal ini Puskesmas yaitu sebesar 100%,
tercatat AK (angka kontak) yang sakit dan berobat tahun 2020 sudah mencapai target.
4. Berdasarkan Permenkes Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Pelayanan Kesehatan
Rujukan Perorangan disebutkan bahwa angka ideal rujukan dari FKTP ke Rumah Sakit
adalah 15-20%, adapun cakupan rujukan FKTP Kabupaten Berau tahun 2020 adalah
sebesar 11,30%, diketahui bahwa dari 18.261 penduduk yang memiliki jaminan
kesehatan di Kabupaten Berau dan berobat ke Puskesmas, sebanyak 1.344 pasien yang
di rujuk ke Rumah Sakit dr. Abdul Rivai, adapun yang dirujuk ke RS lanjutan dengan
subspesialistik yaitu sebanyak 106 pasien. Hasil cakupan di bawah 15% ini
menunjukkan bahwa pasien yang memiliki jaminan Kesehatan yang berobat ke
Puskesmas sudah dapat terlayani dengan baik di Puskesmas, sehingga hanya beberapa
pasien yang benar-benar memerlukan penanganan khusus yang rujuk ke RS.

93
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Sasaran ke 6 yaitu Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup


sehat serta berperan aktif dalam upaya kesehatan masyarakat

Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut


WHO(World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia.Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya; Pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko
buruk bagi kesehatan.
Tabel 3.13
Capaian Sasaran Strategis 6 Tahun 2016-2020
%
Tar Reali pencapain Reali Reali Reali
Sasaran Realisa
Indikator Kinerja get sasi target sasi sasi sasi
Sterategis si 2018
2020 2020 2020 2016 2017 2019
(Klm 4/3 )
1 2 3 4 5 9 9
6 Meningkat 16 Cakupan Desa
nya siaga Aktif (
% 65 16,36 25,17 8,18 11,82 16,16 16,16
kesadaran Purnama dan
masyarakat Mandiri )
untuk hidup 17 Persentase Capaian
sehat serta Indikator Keluarga % 65 16 24,62 66 9,78
berperan Sehat
aktif dalam 18 Persentasi
upaya Kampung/Kelurah
kesehatan an yang % 64 100 156,25 13 46,3 100 100
masyarakat Melaksanakan 6
STBM
% Pencapaian Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya kesehatan 68,68
masyarakat
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk
mendukung pencapaian sasaran 6 Rp 3.053.586.000
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2020
untuk mendukung pencapaian sasaran 6 Rp. 2.319.962.927

94
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran 6

Berdasarkan data pada tabel 3.13 terlihat bahwa capaian Sasaran pada tahun 2020
adalah :Analisis capaian kinerja Tahun 2020 dari sasaran Meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Desa / Kelurahan Siaga aktif


Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di
Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi,
munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya
berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu
burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah
merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa
bangsa Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor
dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia. Desa
siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya
bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom up.
Desa dan keluarahan siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga
yang telah di mulai sejak tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau
yang disebut dengan nama lain atau kelurahan yang:
1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat
Pembanu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan
lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta
penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
3. Melaksanakan Surveillance Berbasis Masyarakat (SBM) : Pemantauan penyakit,
Pemantauan kesehatan ibu dan anak (KIA), Pemantauan gizi, dan Pemantauan
lingkungan dan perilaku.

95
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

4. Penduduk dapat memahami dan mengatasi masalah kedaruratan kesehatan.


5. Penduduk dapat memahami cara penanggulangan bencana.
6. Masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga Aktif yaitu terwujudnya
masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya. Secara khusus, tujuan pengembangan desa siaga aktif adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
2. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat.
4. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
5. Mengembangkan UKBM yang dapat melaksanakan survailans berbasis masyarakat
(meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu, pertumbuhan anak, lingkungan,
dan perilaku), penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, serta
penyehatan lingkungan.
6. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun sumber
daya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan swasta/dunia usaha,
untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
di desa atau kelurahan.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan
Tindak Lanjut dari solusi 2019 yang telah dilaksanakan antara lain melaksanakan
pembinaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dengan meningkatkan peran
lintas sektor dan lintas program dalam mendukung kegiatan Desa Siaga aktif untuk
mencapai Strata Purnama Mandiri melalui kegiatan Pembinaan Desa Siaga dengan
tetap mematuhi protokol kesehatan pada masa Pandemi
Kondisi yang dicapai :
Realisasi cakupan desa siaga aktif untuk tahun 2020 adalah 16,36 %, dengan target
65% pada Tahun 2020 dengan demikian indikator kinerja cakupan desa siaga aktif
(Purnama-Mandiri) pada Tahun 2020 tidak dapat terealisasi dengan pencapaian target
sebesar 16.36 % pada Tahun 2020 atau ada 18 desa/Kelurahan dengan status Desa

96
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Siaga Aktif. Dan bila ingin mencapai 65% masih ada 53 kampung lagi yang perlu
ditingkatkan statusnya menjadi Desa Siaga Aktif.
Masalah :
Capaian tahun 2020 ini jauh dari target yang diinginkan, disebabkan:
1. Belum maksimalnya pembinaan Desa Siaga, baik kepada Aparat Kampung dan
Masyarakat
2. Belum aktifnya Kader Desa Siaga
3. Sebagian Desa Siaga belum mempunyai Kader Desa Siaga
4. Masyarakat mempunyai Pemahaman yang salah tentang Desa Siaga
5. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang penting nya untuk hidup sehat, hal
ini dapat dilihat dari tingginya Angka Kematian bayi dan masih banyaknya
kematian Ibu Hamil/Bersalin/Nifas.
6. Kerjasama Lintas program dan Lintas Sektor masih belum berjalan dengan baik,
masing – masing program dan sektor berjalan sendiri dalam menjalankan
kegiatannya dan kurang terintegrasi dengan progam dan sektor lain. Selain itu,
kader desa desa siaga yang sering berganti tanpa ada kaderisasi juga menjadi salah
satu lambatnya perkembangan desa siaga aktif
7. Belum semua Kampung mengalokasikan Dana Kampungnya sebesar 10% untuk
kesehatan
8. Tidak semua Kampung punya Dana sehat.
Adapun permasalahan lain yang dihadapi pada tahun 2020 yaitu adanya pandemic
Covid 19 yang melanda Indonesia bahkan dunia,sehingga kegiatan pembinaan tidak
dapat berjalan maksimal karena adanya peraturan pemerintah dan kabupaten tentang
pembatasan atau larangan kegiatan yang menumpulkan banyak orang dalam rangka
pencegahan penularan Covid 19
Solusi :
1. Penguatan, Advokasi, Sosialisasi dan pembinaan Desa Siaga Aktif kepada Lintas
Sektor dan Lintas Program, baik oleh Puskesmas dan Kabupaten.
2. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan yang mendukung desa siaga.
3. Meningkatkan keampuan Kader Desa Siaga dan membentuk Kader desa siaga untuk
Desa yang belum mempunyai Kader Desa Siaga.

97
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

4. Melakukan pembinaan dan evaluasi pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
kepada pimpinan dan perangkat desa/kelurahan dan pemerintah Desa/Kelurahan
serta kader
5. Peningkatan peran serta Ormas dan Dunia Usaha dalam mendukung kegiatan Desa
Siaga aktif untuk mencapai Strata Purnama Mandir. Peran lintas sektor dan Ormas
merupakan faktor penting untuk meningkatkan Strata Desa Siaga Aktif dan adanya
Pembiayaan dari Kampung atau Kelurahan juga merupakan hal utama dalam
meningkatkan Strata Desa Siaga Aktif, Faktor pendukung ini masih sangat rendah
dilakukan oleh aparat Kampung dan Kelurahan sehingga Strata Desa Siaga Aktif
untuk menuju Purnama dan Mandiri berjalan Lambat dan tidak maksimal
6. Advokasi Penggunaan Dana Kampung untuk Bidang Kesehatan.
7. Penting untuk melakukan survey Rumah Tangga yang Ber-PHBS, sehingga dapat
diketahui tingkat kesadaran masyarakat dibidang kesehatan.
8. Perlunya disusun strategi khusus untuk mengembangkan program Desa Siaga Aktif
karena mengacu pada Nawacita membangun dari daerah pinggiran Meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya hidup sehat dengan memberdayakan
masyarakat untuk ikut serta bertanggung jawab tentang diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya.

b. Persentase Keluarga Sehat


Masalah:
Capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) yang tertampilkan melalui aplikasi PIS-PK
Kemenkes, menunjukkan angka 0,16, yang berarti Kabupaten Berau sebagai Kabupaten
dengan keluarga TIDAK SEHAT. Sesuai ketentuan (Permenkes 36/2016) wilayah
dengan nilai Indeks < 0,500 sebagai kategori tidak sehat. Sampai dengan Desember 2020
jumlah keluarga yang telah di survey dan diberikan intervensi awal sebanyak 22.961 KK
dari total 80.637 KK yang ada di Kabupaten Berau. Dari hasil survey tersebut diketahui
sebanyak 3.671 KK merupakan keluarga dengan IKS > 0,800 atau keluarga sehat. Lima
(5) Indikator terendah dari 12 indikator keluarga sehat, adalah indikator ke delapan (8)
yaitu penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan sebesar 20,69%,
diikuti Indikator ke 7 yaitu Penderita Hipertensi yang berobat teratur sebesar 26,83%,
selanjutnya indikator ke enam Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar sebesar
37,22%, indikator berikutnya yaitu indikator ke sepuluh (10) keluarga sudah menjadi

98
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

anggota JKN sebesar 42,12% terakhir indikator ke sembilan Anggota keluarga tidak ada
yang merokok sebesar 44,92%.Secara substansif, pelaksanaan PISPK telah dilaksanakan
sesuai dengan juknis atau Pedoman Penyelenggaraan PISPK yaitu, Permenkes 36/2016.
Berikut gambar yang menampilkan capaian IKS di Kabupaten Berau, yang diakumulasi
sejak tahun 2018 s/d 2021 (diakses tanggal: 10 Februari 2021):
Gambar 3.7
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Berau Tahun 2020

ANALISA: Telah dilakukan pertemuan koordinasi terintegrasi program dan bina wilayah
guna memaparkan hasil survey PIS-PK yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas,
bersamaan dengan pertemuan SPM di Kabupaten tahun 2020. Rendahnya capaian
masing-masing indikator telah ditanggapi oleh bidang dan seksi yang mengelola
program. Adapun kendala yang ditemukan dalam tahapan implementasi PISPK misalnya
untuk kegiatan: pelatihan yaitu walaupun semua petugas di Puskesmas telah dilatih

99
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

namun para petugas tersebut telah dipindah tugaskan dan sebelum kepindahannya tidak
melakukan serah terima program sehingga petugas yang baru tidak dapat atau terlambat
melaksanakan evaluasi PISPK. Sehingga baik penginputan maupun analisis IKS awal
dan analisis perubahan IKS serta intervensi lanjut menjadi terhambat. Disamping itu,
petugas puskesmas yang memegang program PISPK juga menjadi penanggung jawab
program lainnya. Untuk pelaksanaan verifikasi di tingkat Puskesmas terkendala oleh
pandemic covid-19, sehingga tidak dapat terlaksana secara optimal.
Solusi:
1. Solusi berkaitan kendala kepemilikan akun untuk penginputan data online, yaitu
dengan bersurat ke Dinkes Provinsi Kaltim yang akan menjadi landasan surat
Dinkes Prov ke Pusdatin Kemenkes. Agar Puskesmas yang baru dan puskesmas
yang tidak bisa akses dapat segera menginput datanya ke aplikasi PIS-PK.
2. Menyampaikan ke Kepala Dinas Kesehatan dan bersurat ke Puskesmas-puskemas
terkait tenaga-tenaga yang pernah mengikuti pelatihan PIS-PK agar tidak dipindah
tugaskan setidaknya 3 tahun dan apabila pindah tugas untuk tidak lupa menyimpan
data-data PIS-PK di Komputer atau laptop Puskesmas dan menyerahkan ke PJ PIS-
PK yang baru

c. Persentasi Kampung/ Kelurahan yang Melaksanakan STBM


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan
untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan cara pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku
yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dalam pelaksanaan STBM berpedoman pada lima pilar sebagai berikut :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS).
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT).
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT).
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).

100
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.8
Kerangka Pikir Pengembangan STBM di Indonesia

Indikator Kinerja STB dibedakan menjadi 3 yaitu :


1. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
adalah jumlah kumulatif desa/kelurahan yang terverifikasi melaksanakan STBM.
Akumulasi jumlah desa/kelurahan yang terverifikasi sebagai desa/kelurahan
melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan yang memenuhi kriteria sebagai
berikut.
a. Telah dilakukan pemicuan STBM (upaya untuk menuju perubahan perilaku
masyarakat yang higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode partisipatori berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-Led Total
Sanitation).
b. Telah memiliki natural leader (anggota masyarakat baik individu maupun
kelompok masyarakat yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut).
c. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Masyarakat yang didukung
oleh pemerintah dan berbagai pihak seperti LSM, swasta, perguruan tinggi,
media, dan organisasi sosial lainnya merupakan pelaku utama STBM.
Dukungan yang diberikan meliputi pengembangan kapasitas, pengembangan
pilihan teknologi, memfasilitasi pengembangan mekanisme jejaring pemasaran,
pengembangan media, fasilitasi pemicuan, dan pertemuan-pertemuan

101
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

pembelajaran antar pihak. Berbagai dukungan tersebut telah terbukti mampu


meningkatkan kemandirian masyarakat dalam membangun sarana sanitasi
sesuai kemampuan.

FORMULA
Persentase desa melaksanakan STBM

Jumlah Desa melaksanakan STBM di suatu wilayah pada periode tertentu


X 100
Jumlah Desa di wilayah dan Periode pada tahun yang sama

STBM digunakan sebagai sarana pemerintah dalam pencapaian akses


sanitasi. Kemajuan akses Sanitasi dapat dipantau secara online dan real time melalui
sistem monev STBM berbasis web ( www.stbm-indonesia.org/monev/) dan sms
gateway. Kemajuan STBM yang dapat dipantau adalah Desa/Kelurahan yang sudah
melaksanakan STBM , data Desa/kelurahan yang sudah mencapai status SBS dan
data capaian akses jamban sehat. Capaian untuk Kelurahan/Kampung yang
melaksanakan STBM di Kabupaten Berau Pada Tahun 2017 adalah 51
kelurahan/kampung ( 46,36%) Pada Tahun 2018 semua kelurahan/kampung (100%)
telah Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) .

2. Kelurahan/kampung yang Stop Buang air besar sembarangan (Stop BABS )


atau Open Defication Free (ODF)
Suatu Kelurahan/Kampung dinyatakan telah mencapai Stop Buang air
besar sembarangan (Stop BABS ) atau Open Defication Free (ODF) jika
penduduknya 100% telah mengakses Jamban Sehat dan telah diverifikasi.
Berdasarkan Panduan 5 Pilar STBM untuk Masyarakat, jamban sehat
adalah jamban yang memenuhi kriteria bangunan dan persyaratan kesehatan.
Persyaratan kesehatan yang dimaksud adalah tidak mengakibatkan terjadinya
penyebaran bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran
manusia dan dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Bangunan jamban disebut sehat apabila memenuhi kriteria bangunan jamban sehat
yang terdiri dari:
a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) Bangunan atas jamban berfungsi
untuk melindungi pengguna dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

102
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

b. Bangunan tengah jamban Lubang pembungan kotoran berbentuk leher angsa.


Pada daerah sulit air, lubang dapat dibuat tanpa kontruksi leher angsa tetapi harus
diberi tutup. Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan memiliki
saluran pembuangan air bekas ke sistem pembuangan air limbah (SPAL).
c. Bangunan bawah Bangunan bawah sebagai penampung, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja. Bangunan bawah dapat berupa tangki septik dan cubluk. Cubluk
hanya boleh digunakan di pedesaan dengan kepadatan penduduk rendah dan sulit
air.
Persentase Kelurahan/kampung/Desa yang Stop Buang air besar
sembarangan (Stop BABS ) atau Open Defication Free (ODF) dihitung dengan
formula berikut :

Jumlah desa stop BABS (SBS) di suatu wilayah pada periode tertentu
 x 100%
Jumlah desa di wilayah dan pada periode yang sama

Capaian Kelurahan/kampung/Desa yang Stop Buang air besar


sembarangan (Stop BABS ) atau Open Defication Free (ODF) di Kabupaten Berau
pada Tahun 2020 adalah 33 Kelurahan Kampung dari 110 kampung se kabupaten
Berau ( 30%) mengalami peningkatan dari Tahun 2019 adalah 28 Kel/Kampung dari
110 ( 25.45%) , mengalami peningkatan dari tahun 2018 yaitu 14 Kel/Kampung
(12.73%, dan Tahun 2017 yaitu 3 Kel/Kampung ( 2.7%) sebagai mana grafik
dibawah ini. Kemajuan STBM Kabupaten Berau Tahun 2018 – 2020 pada STBM
Smart sebagai berikut :

103
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.9
Akses Sanitasi Kabupaten Berau Tahun 2018 - 2020

Sumber : E Monev STBM Smart, 2020

STBM Smart diisi oleh Sanitarian Puskesmas dan Fasilitator STBM Dinas
Kabupaten dan menjadi sumber data STBM secara Nasional.
Adapun capaian Kelurahan/Kampung ODF jika dibandingkan dengan Target Renstra
Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut :

104
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.10
Persentase Kampung Stop Buang Air Besar Sembarang Tempat
di Kabupaten Berau Tahun 2017 - 2020

Sumber : STBM Smart , 2020

Berdasarkan gambar 3.12 diketahui bahwa sampai dengan akhir tahun 2020 terdapat 33
kampung (30%) yang telah dinyatakan 100% masyarakatnya telah menggunakan
jamban sehat dan telah diverifikasi sehingga mencapai Kampung ODF. Capaian
Kelurahan/Kampung ODF jika dibandingkan dengan target Renstra Dinas Kesehatan
masi jauh dibawa target kab. Berau yaitu 59%.

Berdasarkan Permendagri 40 tahun 2020 bahwa capaian Kelurahan/Kampung ODF


dijadikan prasyarat untuk Verifikasi Kabupaten Kota Sehat (KKS) dimana ditetapkan
bahwa KKS Swasti sabah Padapa capaian ODF minimal 60%, KKS Swasti sabah
Wiwerda capaian ODF minimal 80%, KKS Swasti sabah Wistara capaian ODF 100%.

Kelurahan/Kampung yang mencapai ODF melaksanakan deklarasi sebagai suatu


komitmen bahwa masyarakat kampung tersebut telah mencapai kampung ODF dan siap
untuk mempertahankannya secara berkesinambungan.

Adapun nama 33 kampung yang telah mencapai kampung ODF adalah Sampai pada
tahun 2020 yaitu :

105
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.11
Nama Kampung yang telah mencapai ODF di Kabupaten Berau
pada Tahun 2017 sampai tahun 2020

3). Kelurahan/kampung Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM)

Kelurahan/Kampung STBM adalah Kelurahan/kampong yang telah Mencapai


100% Penduduknya melaksanakan 5 pilar STBM , dihitung dengan formula berikut :

Persentase
desa/kelurahan
STBM

106
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Gambar 3.12
Persentase Capaian Indikator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM )
Kabupaten Berau Tahun 2017- 2020

Analisis Permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan STBM meliputi :


a) Pelaksanaan kegiatan STBM melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat
jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM.
b) Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung
membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada
masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari
secara berkesinambungan.
c) Masyarakat belum banyak memahami pentingnya sanitasi.

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :

Untuk mengatasi permasalahn dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan STBM
di kabupaten Berau maka dapat dilaksanakan :
a) Mengoptimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh dukungan terhadap
pelaksanaan kegiatan STBM untuk mencapai universal akses air dan sanitasi .
b) Melanjutkan Implementasi 5 pilar STBM Mengoptimalkan advokasi kepada pejabat
daerah agar diperoleh dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan STBM untuk mencapai
universal akses air dan sanitasi

107
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

c) Sinergitas Program untuk Implementasi dengan program OPD terkait Program Sejuta
jamban , Basnas dan Program Sanitasi DPUPR serta Program Pamsimas .
d) Melanjutkan dan meningkatkan dukungan dari masyarakat, NGO, dan organisasi
masyarakat lainnya .
e) Mengadvokasi Penggunaan dana kampung untuk mempercepat pelaksanaan STBM di
Kabupaten Berau

2. Analisa Program/Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan ataupun Kegagalan


Pencapaian Sasaran Kinerja dan Efisiensi Penggunaaan Sumber Daya
Untuk menunjang pencapaian sasaran yang ditetapkan pada perjanjian kinerja
Kepala Dinas Kesehatan Tahun 2020 telah ditetapkan Program dan Kegiatan disertai
anggaran yang berasal dari APBD tahun 2020 dan berikut adalah Analisa Program
dan Kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan serta efisiensi
penggunaan anggaran dalam pencapaian Sasaran Kinerja
a. Sasaran 1 Meningkatnya Status Kesehatan Ibu dan Anak
Tabel 3.14
Capaian Program/Kegiatan dan Anggaran Tahun 2020 untuk Sasaran 1
KODE
SETELAH
PROG.
Uraian Indikator Kinerja Target Realisasi capaian PERUBAHAN Realisasi Sisa
/ KEG.

1 2 4 5 6

Jumlah Kematian Ibu


Melahirkan ( Kasus) 9 8 111,11
Meningkatnya Status
Kesehatan Ibu dan
Anak Angka Kematian Bayi (
18 22,58 74,56
IMR ) (/1000klh)

Angka Kematian Anak


16 3,06 180,88
Balita ( IKU )(/1000klh)

% pencapaian sasaran Meningkatnya Status kesehatan ibu 122,18


dan Anak

Jumlah Capaian Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk mendukung


pencapaian sasaran 1 55,67

Program peningkatan Persentase lansia yang


30 pelayanan kesehatan mendapatkan screening 100 43,44 43,44 33.500.000 33.500.000 -
lansia kesehatan sesuai standar
(persen)

Jumlah Tenaga Kesehatan


yang mendapatkan
3 Pendidikan dan pelatihan 21 0 0 33.500.000 33.500.000 0,00
perawatan kesehatan pelatihan Pelayanan
lansia Lansia (orang)

Jumlah Kematian Ibu


9 8 111,11
Melahirkan (kasus)
Angka kematian Bayi 1.558.054.600 1267.531.400
18 22,58 74,56 2.825.586.000
(kasus)
Angka kematian Balita
16 3,06 180,88
(kasus)

108
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
SETELAH
PROG.
Uraian Indikator Kinerja Target Realisasi capaian PERUBAHAN Realisasi Sisa
/ KEG.

Persentase Ibu Bersalin


Mendapatkan Pelayanan
100 96,94 96,94
Persalinan Sesuai
Standar ( SPM ) (persen)
32 Program
peningkatan Persentase Bayi Baru
keselamatan ibu Lahir Mendapatkan
melahirkan dan Pelayanan Kesehatan 100 92,31 92,31
anak Sesuai Standar ( SPM )
(persen)
Persentase Balita
Mendapatkan Pelayanan
100 36,21 36,21
Kesehatan Sesuai
Standar ( SPM ) (persen)

Jumlah Kegiatan
Sosialisasi AMP,
pengkajian AMP,
6 Peningkatan pelayanan 2 1 50 503.837.000 307.562.000 196.275.000,00
Kesehatan Ibu dan Anak Pembelajaran AMP serata
pelacakan kasus kematian
ibu dan anak (kegiatan)

Monitoring ,Evaluasi dan


Pelaporan Kesehatan Ibu Jumlah Sarana Pelayanan
10 dan Kesehatan yang dimonev 21 21 100 90.000.000 70.865.000 19.135.000,00
Anak pelayanan Ibu dan Anak

Jumlah Ibu
hamil/bersalin/Nifas yang
11 Jaminan Persalinan mendapatkan Jaminan 5523 425 7,70 2.231.749.000 1.179.627.600 1.052.121.400,00
(JAMPERSAL) DAK pelayanan Kesehatan
2020 (orang)

Jumlah 2.859.086.000 1.591.554.600 1.267.531.400

Untuk menunjang pencapaian target Sasaran 1 terdapat 2 Program dengan 7


indikator kinerja dan 4 Kegiatan dengan 4 indikator kinerja
1) Rata-rata Capaian Indikator kinerja Sasaran 1 mencapai 122,18% dimana 2
indikator realisasinya lebih dari 100% yaitu indikator jumlah kematian ibu
melahirkan dengan capaian 111,11% dan indikator angka kematian Bayi
dengan capaian sebesar 180,88%. Sementara itu 1 indikator yaitu Angka
Kematian Anak Balita memperoleh capaian sebesar 74,56%
2) Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia terdiri dari 1 Kegiatan yaitu
Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan lansia dengan Alokasi dana
sebesar Rp. 33.500.000,- dan dapat dilihat dari tabel tersebut untuk capaian
indikator program adalah sebesar 43,44% sementara untuk capaian indikator
kegiatan 0 hal ini dikarenakan adanya pergeseran dana dialihkan untuk
penanggulangan Covid 19
3) Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak terdiri dari 3
kegiatan, dengan alokasi Dana Sebesar Rp. 2.825.586.000,-. Capaian untuk

109
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Anggaran sebesar 55,14 % dengan capaian rata-rata indikator Program


sebesar 98,67% dan capaian rata-rata indikator kegiatan sebesar 52,57%.
4) Dilihat dari capaian rata-rata sasaran secara umum telah mencapai target akan
tetapi dari target kegiatan maupun program pada sasaran 1 secara umum tidak
terdapat efisiensi dari penggunaan sumber daya biaya karena target masing-
masing kegiatan dan program tidak tercapai.

b. Sasaran 2 meningkatnya Status Gizi Masyarakat


Tabel 3.15
Capaian Program/Kegiatan dan Anggaran Tahun 2020 untuk Sasaran 2
KODE
Setelah
PROG./
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6
Persentse BBLR
3,3 7,3 -117,91
(Persen)
Meningkatnya Status Gizi Prevalensi Balita
Masyarakat kekurangan Gizi 6,0 5,4 16,00
(Persen)

% pencapaian Meningkatnya Status Gizi -50,96

Jumlah Capaian Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk mendukung pencapaian sasaran 2 34,41

Prevalensi Balita Kurang


Gizi (persen) 6 5,4 16,00 927.436.500 319.113.350 608.323.150
Program Perbaikan Gizi
Masyarakat Persentase BBLR
(persen) 3,3 7,3 -117,91

Persentase Balita gizi 1,2 0,71 42,03


20
Buruk ( IKK ) (persen)

Prevalensi obesitas pada 1,8 10,2 -464,87


penduduk usia 18+ tahun
(persen)

Penanggulanagan Kurang Energi Jumlah PMT Bumil KEK 600 0 0


Protein (KEP), Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium
3
(GAKY), Kurang 772.523.000 183.272.350 589.250.650,00
Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Jumlah PMT Balita Gizi
Mikro Buruk 25 25 100
Lainnya (Pemberian tambahan
makanan dan vit) Jumlah PMT Balita (
Kurus,Stunting) 300 0 0

Jumlah Kelompok
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Sadar Gizi ( Pos Gizi, KP-
4 1 1 100
masyarakat untuk Asi, LBSI ) 105.040.500 103.338.000
1.702.500,00
pencapaian keluarga
sadar gizi

Jumlah Laporan 17.370.000,00


6 Monitoring, evaluasi dan pelaporan 1 1 100 49.873.000 32.503.000
pelaksanaan Kegiatan
Program gizi di Puskesmas
dan Jaringannya

Jumlah 927.436.500 319.113.350 608.323.150

110
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Untuk menunjang pencapaian target Sasaran 2 terdapat 1 Program dengan 4


indikator kinerja dan 3 Kegiatan dengan 5 indikator kinerja
1). Program Perbaikan Gizi Masyarakat memiliki 4 indikator kinerja dan terdiri
dari 3 kegiatan. Dari indikator kinerja sasaran dan program rata-rata tidak
mencapai target.
2). Untuk kegiatan dari 5 indikator kinerja hanya 3 indikator yang mencapai
target dan 2 indikator tidak tercapai yaitu Jumlah PMT Bumil KEK dan
Jumlah PMT Balita ( Kurus,Stunting)
3). Anggaran yang digunakan untuk mencapai sasaran 2 capaiannya hanya
sebesar 34,41. Sehingga dilihat dari capaian indikator kinerja dan capaian
anggaran dapat disimpulkan secara umum tidak terdapat efisiensi dari
penggunaan sumber daya

c. Sasaran 3 Meningkatnya Angka Kesakitan Akibat Penyakit Menular dan Tidak


Menular
Tabel 3.16
Capaian Program/Kegiatan dan Anggaran Tahun 2020 untuk Sasaran 3
KODE
PROG./ SETELAH
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian PERUBAHAN Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6
Angka Kesakitan Malari
(Annual Parasite Incidence) <1 0,48 151,52

Menurunnya angka kesakitan Angka Kesakitan DBD ( IR 140 201 143,57


akibat penyakit menular dan DBD )
Prevalensi HIV ( persen ) <0,5 0,14 171,43
tidak menular
Persentase Kasus TB yang 100
100 100
ditemukan dan diobati
Persentase desa yang 100
100 100
melaksanakan posbindu
% pencapaian Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan tidak menular 133,41

Jumlah Capaian Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk mendukung pencapaian sasaran 3 86,25
22 Program Pencegahan dan Persentase kasus TB yang
Penanggulangan Penyakit ditemukan dan diobati 100 100 100 6.317.524.000 5.454.965.665 862.558.335
Menular (persen)
Persentase penduduk
Berisiko Terinfeksi HIV
Mendapatkan Pemeriksaan 100 100 100
HIV Sesuai Standar (SPM)
(persen)

Persentase angka kasus HIV 100 100 100


yang diobati (persen)
Prevalensi (persen) <0,5 0,14 171,43
Tingkat Pengetahuan
(persen) 100 0 0

Pemakaian Kondom (persen) >80 0 0

Akses layanan ARV (persen) 100 100 100


Pengobatan Filariasis
(persen) 90 100 111,11

111
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ SETELAH
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian PERUBAHAN Realisasi Sisa
KEG.

Persentase anak usia 0


sampai 11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar 93,5 92,31 98,73
lengkap ( SPM) (persen)
Menurunnya Penderita DBD
( IR ) 140 201 143,57
Menurunnya Kematian
Akibat DBD ( CFR ) <1 0,5 149,49
Menurunya Prevalensi
Malaria ( API ) <1 0,48 151,52

Persentase cakupan
penemuan kasus baru kusta 95 86 90,53
tanpa cacat (persen)
Persentase angka
keberhasilan pengobatan
TB paru BTA positif 90 83,3 92,56
(Success Rate) minimal
85%

Persentase Puskesmas yang


melakukan pemeriksaan dan
tatalaksana Pneumonia 100 76,9 76,9
melalui program MTBS
(persen)

Persentase pelaksanaan
kegiatan deteksi dini 90 86 95,56
Hepatitis B pada kelompok
berisiko (persen)

Persentase penurunan kasus


Penyakit yang Dapat Dicegah 80 85 106,25
Dengan Imunisasi(PD3I)
tertentu (persen)
Persentase sinyal
kewaspadaan dini yang 100 100 100,00
direspon (persen)

Terlaksananya Pemberantasan
Penyemprotan/fogging sarang Vektor melalui Penyemprotan/
1 375 225 60 538.000.000 411.302.400 126.697.600,00
nyamuk Fogging Sarang Nyamuk
(fokus)

Terlaksananya Pelayanan
pencegahan dan
penanggulangan penyakit
menular
1. Pelayanan TB (CDR ) 728 161 805,88

Pelayanan pencegahan dan 2. Malaria 330 115 395,15


5 170.625.000 136.824.700 33.800.300
penanggulangan penyakit menular
3. HIV/AIDS 6896 6232 6905,63

4.Diare 7163 2880 7222,79

5. Filariasis 65 51 86,54

6.Kusta 38 14 101,16

8 Peningkatan imunisasi Terlaksananya Imunisasi pada 220.939.000 161.234.800 59.704.200,00


21 21 100
puskesmas dan jaringannya

Peningkatan survellance Jumlah Puskesmas


9 Epidemiologi dan penanggulangan yangmelaksanakan 21 21 100 638.660.000 483.552.520 155.107.480,00
wabah Penaggulangan KLB/Wabah

Pemberian Insentif dan Santunan Tersedianya instentif dan


Kematian Bagi Tenaga Kesehatan santunan kematian bagi tenaga
16 23 23 100 3.937.500.000 3.936.851.245 648.755,00
yang Menangani COVID 19 kesehatan yang menangani
(DAK) COVID 19 (unit)

Percepatan Penanganan Corona Tersedianya honor percepatan


17 15 15 100 811.800.000 325.200.000 486.600.000,00
Virus Disease 2019 (COVID 19) penanganan COVID 19 (Unit)

Program Peningkatan Persentase desa yang


40 Pelayanan Penyakit Tidak melaksanakan posbindu 100 100 100 273.592.000 229.736.301 43.855.699
Menular dan Kesehatan Jiwa (persen)

112
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ SETELAH
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian PERUBAHAN Realisasi Sisa
KEG.

Desa yang melaksanakan Pos


Pengendalian Penyakit Tidak Pelayanan Terpadu
1 110 110 100 87.660.000 78.359.500 9.300.500
Menular pengendalian penyakit tidak
menular (Kampung)
Jumlah puskesmas yang
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
2 menyelenggarakan upaya 21 21 100 111.012.000 93.056.801 17.955.199
Jiwa
kesehatan jiwa (Pusk)
Jumlah laporan evaluasi
Pelayanan Penyakit Tidak
3 Monitoring dan Evaluasi 21 63 300 74.920.000 58.320.000 16.600.000
Menular dan Kesehatan Jiwa
(Laporan)
Jumlah 6.591.116.000 5.684.701.966 906.414.034

Untuk menunjang pencapaian target Sasaran 3 terdapat 2 Program dengan 19


indikator kinerja dan 9 Kegiatan dengan 14 indikator kinerja
1). Dari 5 Indikator Kinerja Sasaran 3 untuk rata-rata capaian adalah sebesar
133,41% dengan masing-masing capaian Angka Kesakitan Malaria (Annual
Parasite Incidence) sebesar 151,52%, Angka Kesakitan DBD ( IR DBD )
sebesar 143,57%, Prevalensi HIV sebesar 171,94%, Persentase Kasus TB
yang ditemukan dan diobati sebesar 100%, dan Persentase desa yang
melaksanakan posbindu sebesar 100%
2). Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdiri dari 6
kegiatan. Untuk capaian Program rata-rata capaian indikatornya adalah
sebesar 104,46% . Sementara itu capaian indikator program Peningkatan
Pelayanan Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa adalah sebesar 100%
dan memiliki 3 Kegiatan
3). Dari 9 kegiatan yang mendukung sasaran 3 hampir semua indikator dari
kegiatan mencapai target hanya 1 kegiatan yang capaiannya hanya dibawah
100%
4). Untuk sasaran 3 dilihat dari target indikator program dan kegiatan yang telah
tercapai dan dalam penggunaan dana anggaran 86,25% dan terlihat adanya
efisiensi sebesar 13,75% dimana dari dana sebesar Rp. 6.591.116.000,- yang
digunakan adalah sebesar Rp. 5.684.701.966,- dengan sisa dana sebesar
Rp. 904.414.034,-. Akan tetapi dari target ada 1 kegiatan yang tidak tercapai
sehingga secara umum tidak bisa disimpulkan terjadinya efisiensi pada
sasaran 3

113
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

d. Sasaran 4 Meningkatnya akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan


Rujukan
Tabel 3.17
Capaian Program/Kegiatan dan Anggaran Tahun 2020 untuk Sasaran 4
KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6
Persentase
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan yang
terakreditasi 92 83,00 90,22
Meningkatnya akses dan
Mutu Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukani
Persentase
Pemanfaatan
94,0 77,5 82,45
Puskesmas
(Utilisasi)

% pencapaian Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan 86,33

Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk mendukung pencapaian sasaran 4 82,54

Persentase Unit
Program Pelayanan Administrasi
1 Kerja internal yang 100 90 90 6.677.744.200,00 6.218.192.082,00 459.552.118,00
Perkantoran terlayani dengan
baik (persen)

Jumlah Surat yang


1 Penyediaan jasa surat menyurat bermaterai dan yang 500 400 80 5.000.000,00 2.496.000 2.504.000,00
berperangko

Jumlah bulan
pembayaran jasa
12 12 100
komunikasi, sumber
daya air dan listrik

Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya


2
air dan listrik Jumlah Sarana
kesehatan yang
dilakukan
5 5 100 806.000.000 655.312.483 150.687.517,00
penyambungan
listrik, tambah Daya
dan pemasangan Air

Jumlah Kendaraan
Dinas yang
diservice, ganti suku
393 342 87,02 847.634.000 751.404.200 96.229.800,00
cadang, KIR Dinas
kesehatan dan
Penyediaan jasa pemeliharaan dan UPTD
6
perizinan kendaraan dinas/operasional

Jumlah Kendaran
Dinas kantor Dinas
48 48 100
Kesehatan yang
mendapat BBM

Jumlah Pengelolaan
administrasi
7 Penyediaan jasa administrasi keuangan keuangan, 48 51 106,25 385.776.000 381.876.000 3.900.000,00
Perencanaan, Barang
dan Laporan

Jumlah Jenis
Peralatan Kerja
9 Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja 12 12 100 17.500.000 15.050.000 2.450.000,00
Dinas kesehatan
yang diperbaiki

114
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6
Terpenuhinya
10 Penyediaan alat tulis kantor kebutuhan ATK 25 25 100 32.500.000 32.390.000 110.000,00
kantor

Penyediaan barang cetakan dan Jumlah jenis


11 8 8 100 181.500.000 127.760.000 53.740.000,00
penggandaan Cetakan

Jumlah jenis
Penyediaan komponen instalasi
12 komponen instalasi 7 7 100 7.500.000 7.500.000 0,00
listrik/penerangan bangunan kantor
listrik/penerangan

Jumlah sarkes yang


Penyediaan peralatan dan perlengkapan dipenuhi Peralatan
13 14 14 100 863.058.000 838.332.900 24.725.100,00
kantor dan Perlengkapan
Kantornya

Jenis bahan bacaan


Penyediaan bahan bacaan dan peraturan dan peraturan
15 3 2 66,67 8.000.000 3.575.000 4.425.000,00
perundang undangan perundang-undangan
yang disediakan

Penyediaan makanan dan minuman Jenis makan minuman


17 Rapat/pertemuan/ta 2 2 100 37.000.000 37.000.000 0,00
mu yang tersedia

Rapat rapat koordinasi dan konsultasi ke Jumlah Pelaksanaan


18 luar daerah Rapat, koordinasi dan 35 17 48,57 212.692.200 96.642.027 116.050.173,00
konsultasi ke luar
daerah

Rapat rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Jumlah pelaksanaan


Dalam Daerah Rapat Koordinasi dan
19 Konsultasi di Dalam 130 130 100 108.650.000 107.880.000 770.000,00
daerah kab.Berau

Penyediaan Jasa Administrasi/Teknis


Perkantoran Jumlah Tenaga
20 Administrasi /teknis 68 68 100 3.164.934.000 3.160.973.472 3.960.528,00
perkantoran yang
tersedia

Persentase
Program Peningkatan Sarana dan pemenuhan sarana
2 95 75 78,95 2.987.380.650 2.825.348.470 162.032.180
Prasarana Aparatur dan prasarana
dengan kondisi baik
pada Unit Kerja
internal (persen)

Jumlah sarkes yang


10 Pengadaan mebeleur dipenuhi 11 11 100 667.042.000 621.458.000 45.584.000,00
meubelairnya (unit)

ketersediaan
Kendaraan Dinas
/khusus Lapangan
Pelayanan
Pengadaan Kendaraan Dina/Khusus
11 Kesehatan ( Pusling, 19 19 100 385.631.650 382.755.400 2.876.250,00
Lapangan Pelayanan Kesehatan
Ambulance, Roda 2,
Operasional roda
4,operasional.
bidang, lab)

115
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6

ketersediaan
Kendaraan Dinas
/khusus Lapangan
Pengadaan Kendaraan Dinas/Khusus
Pelayanan
Lapangan Pelayanan Kesehatan Dasar
12 Kesehatan ( Pusling, 3 3 100 1.650.000.000 1.543.437.070 106.562.930,00
(DAK Fisik Reguler Pelayanan Dasar
Ambulance, Roda 2,
2020)
Operasional roda
4,operasional.
bidang, lab)

Ketersediaan
Kendaraan Dinas
APBD Pendamping Pengadaan
13 /khusus Lapangan 3 3 100 64.707.000 60.993.000 3.714.000,00
Kendaraan Dinas DAK 2020
Pelayanan

22 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor Pemeliharaan 6 6 100 70.000.000 69.985.000 15.000,00

Jumlah Dokumen
Pengelolaan Inventarisasi Sarana pengelolaan Sarana
45 5 5 100 150.000.000 146.720.000 3.280.000,00
Prasarana Kesehatan Prasarana/aset Dinas
Kesehatan

Persentase aparatur
Program Peningkatan Kapasitas Sumber yang memenuhi
5 60 92 153,33 510.022.000 236.789.200 273.232.800
Daya Aparatur standar
kompetensi/kualifik
asi pada Unit
Kerjanya (Persen)
Jumlah pegawai
1 Pendidikan dan Pelatihan Formal yang mengikuti 69 76 110,14 429.022.000 218.632.800,00
diklat/ pelatihan 210.389.200
Jumlah Pembinaan
Pembinaan Tenaga dan Monitoring
6 dan monev yang 35 30 85,71 81.000.000 26.400.000 54.600.000,00
Sarana Kesehatan
dilakukan
Program peningkatan pengembangan Nilai LKjIP
6 85 80,53 94,74 5.000.000 5.000.000 -
sistem pelaporan capaian kinerja dan (persen)
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja Jumlah Laporan
9 6 6 100 5.000.000 5.000.000 -
SKPD Capaian Kinerja

Persentase
puskesmas yang
Program Obat dan Perbekalan
15 melaksanakan 60 90 150 11.848.690.676 8.930.621.067 2.918.069.609
Kesehatan
pelayanan
kefarmasian sesuai
standar(Persen)

Pengadaaan Obat dan Perbekalan Jenis obat dan bahan


1 419 419 100 6.794.016.676 4.492.954.557 2.301.062.119,00
Kesehatan medis habis pakai di
puskesmas
Jumlah Puskesmas
Peningkatan Mutu Penggunaan Obat dan dengan penggunaan
5 21 21 100 110.510.000 98.330.000 12.180.000,00
Perbekalan Kesehatan obat rasional di
Puskesmas
Jumlah Puskesmas
6 Monitoring, evaluasi dan pelaporan dan jaringannya 21 21 100 70.000.000 41.849.000 28.151.000,00
yang di MONEV
Jenis obat dan bahan
Pengadaan Obat dan Perbekalan
7 medis habis pakai di 419 419 100 3.832.809.000 3.388.829.264 443.979.736,00
Kesehatan (DAK Kefarmasian 2020)
puskesmas (jenis)
Pengadaan Obat dan Perbekalan Jenis obat di
8 puskesmas 5 5 100 310.362.000 267.139.546 43.222.454,00
Kesehatan (DAK Fisik Penugasan

Pengadaan Obat dan Perbekalan


Kesehatan (DAK Fisik Penugasan
9 Jumlah bahan medis 2 2 100 680.240.000 590.765.700 89.474.300,00
Peningkatan Pencegahan dan
habis pakai yang
Pengendalian Penyakit 2020)
diadakan (paket)

APBD Pendamping DAK Kefarmasian,


Penugasan Peningkatan Pencegahan dan
10 419 419 100 50.753.000 50.753.000 0,00
Pengendalian Penyakit dan Penugasan Jenis dan Jumlah
Penguatan Intervensi Stunting 2020 obat dan vaksin di
puskesmas

Persentase penduduk 94 77,5 82,45


yang memanfaatkan
puskesmas (Utilisasi
Puskesmas)(persen)

116
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6

Persentase
Pelayanan Dasar
100 100 100
Peserta Jaminan
16 Program Upaya Kesehatan Masyarakat Pemeliharaan 84.774.967.024 67.385.165.735 17.389.801.289
Kesehatan(persen)

Persentase
Pelayanan Rujukan 25 11,3 143,5
Peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan(persen)

Jumlah Sarkes yang


mendapat kan
7 Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan pelayanan 21 21 100 598.560.000 552.048.691 46.511.309,00
kefarmasian dan alat
kesehatan

Jumlah
Puskesmas/Pustu/Pos
Pengadaan peralatan dan perbakalan
8 kesdes dengan 12 7 58,33 2.606.100.000 2.158.059.951 448.040.049,00
kesehatan termasuk obat generik esensial
peralatan medis
sesuai standar

Jumlah Puskesmas
16 Peningkatan Pelayanan puskesmas 24 Jam yang melaksanakan 14 13 92,86 5.950.470.000 4.844.936.600 1.105.533.400,00
pelayanan 24 jam

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
21 dan luar gedung 3 3 100 1.189.617.000 1.089.891.037 99.725.963,00
Puskesmas Bugis dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kel)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
24 dan luar gedung 11 11 100 1.473.496.000 1.345.856.666 127.639.334,00
Puskesmas Sambaliung dan jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
25 dan luar gedung 4 4 100 1.474.088.000 1.436.023.332 38.064.668,00
Puskesmas Labanan dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
26 dan luar gedung 5 5 100 1.641.201.000 1.520.897.090 120.303.910,00
Puskesmas Merancang dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
27 dan luar gedung 4 4 100 1.989.759.003 1.673.917.728 315.841.275,00
Puskesmas Tanjung Batu dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Pelayanan
Biaya Operasional dan Pemeliharaan Kesehatan dalam
28 Puskesmas Pulau Derawan dan dan luar gedung 1 1 100 1.350.722.000 1.184.590.960 166.131.040,00
Jaringannya puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
29 dan luar gedung 4 4 100 3.081.753.000 2.760.941.880 320.811.120,00
Puskesmas Maratua dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
30 dan luar gedung 6 6 100 1.893.035.000 1.587.109.678 305.925.322,00
Puskesmas Tubaan dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
31 dan luar gedung 10 10 100 2.060.846.000 1.944.114.038 116.731.962,00
Puskesmas Talisayan dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
32 dan luar gedung 6 6 100 1.967.779.000 1.808.421.008 159.357.992,00
Puskesmas Biduk‑Biduk dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

117
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6
Pelayanan
Biaya Operasional dan Pemeliharaan Kesehatan dalam
33 Puskesmas Biatan Lempake dan dan luar gedung 8 8 100 1.853.845.000 1.805.829.216 48.015.784,00
Jaringannya puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
34 dan luar gedung 7 7 100 2.293.502.000 2.106.753.704 186.748.296,00
Puskesmas Batu Putih dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
35 dan luar gedung 4 4 100 1.865.024.000 1.517.725.060 347.298.940,00
Puskesmas Kelay dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
36 dan luar gedung 9 9 100 1.749.335.500 1.422.678.179 326.657.321,00
Puskesmas Tepian Buah dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jumlah kunjungan


38 Masyarakat Melalui Kunjungan Dokter dokter spesialis ke 0 0 0 417.075.000 14.318.000 402.757.000,00
Spesialis kecamatan.

Pelayanan
Biaya Operasional dan Pemeliharaan Kesehatan dalam
46 Puskesmas Tanjung Redeb dan dan luar gedung 3 3 100 969.011.000 826.164.651 142.846.349,00
Jaringannya puskesmas dan
jaringannya (Kel)

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
47 dan luar gedung 2 2 100 1.112.209.721 891.931.123 220.278.598,00
Puskesmas Teluk Bayur dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kel)

Pelayanan
Biaya Operasional dan Pemeliharaan Kesehatan dalam
48 Puskesmas Gunung Tabur dan dan luar gedung 6 6 100 1.451.763.000 1.346.058.828 105.704.172,00
Jaringannya puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
50 dan luar gedung 3 3 100 1.801.928.000 1.698.225.696 103.702.304,00
Puskesmas Suaran dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)
Bed Turn Over
45 15 33,33
(BTO)
Bed Occupancy
8
57 Penyediaan Biaya Operasional RS Rate (BOR)
11.310.028.000 8.980.681.863 2.329.346.137,00
Pratama Talisayan Lenght of Stay
3
(LOS)
Turn Over Interval
39
(TOI)
Pelayanan
Kesehatan dalam
58 Biaya Operasional dan Pemeliharaan
dan luar gedung 4 4 100 2.008.759.000 1.746.656.120 262.102.880,00
Puskesmas Long Laai dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Terlaksananya
59 Pelayanan Kesehatan Pertolongan Pelayanan Kesehatan
P3K/Pendampingan 13 13 100 576.455.000 390.045.000 186.410.000,00
Pertama Kegawat daruratan
Tamu VIP(kec)

Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
62 dan luar gedung 5 5 100,00 2.316.427.000 2.120.439.280 195.987.720,00
Puskesmas Merapun dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

Terlaksananya
66 Biaya Operasional Kesehatan (BOK) pelayanan Kesehatan
20 20 100,00 19.152.930.000 11.276.280.453 7.876.649.547,00
DAK 2020 Preventif dan
promotif
Pelayanan
Kesehatan dalam
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
67 dan luar gedung 5 5 100,00 1.111.584.000 1.000.950.000 110.634.000,00
Puskesmas Long Boy dan Jaringannya
puskesmas dan
jaringannya (Kmp)

118
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6

Jumlah puskesmas
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
77 yang melaksanakan 21 21 100,00 131.892.800 103.784.200 28.108.600,00
Tradisional
kesehatan tradisional

Jumlah puskesmas
APBD Pendamping Pengadaan Alat yang dipenuhi
78 5 5 100,00 56.673.000 31.673.000 25.000.000,00
Kesehatan DAK 2020 peralatan kesehatan
(pusk)
Jumlah Puskesmas
Pengadaan Peralatan Kesehatan (DAK dengan peralatan
79 5 5 100,00 5.678.589.000 4.709.745.618 968.843.382,00
Fisik Reguler Pelayanan Dasar 2020) medis sesuai standar
(pusk)

Pengadaan Peralatan Kesehatan (DAK Jumlah peralatan


80 Fisik Penugasan Peningkatan Pencegahan kesehatan yang 27 27 100,00 1.412.118.000 1.308.927.085 103.190.915,00
dan Pengendalian Penyakit 2020) diadakan (unit/Kit)
APBD Pendamping Pengadaan Peralatan
Kesehatan DAK Fisik Penugasan Jumlah peralatan
81 Peningkatan Pencegahan dan kesehatan yang 27 27 100,00 81.680.000 40.578.000 41.102.000,00
Pengendalian Penyakit 2020 diadakan (unit/Kit)
Terlaksananya
pelayanan kesehatan
82 APBD Pendamping BOK (DAK Non
preventif dan 20 20 100,00 146.712.000 138.912.000 7.800.000,00
Fisik) 2020
promotif
(puskesmas)

Persentase Fasilitas
Program Standarisasi Pelayanan Pelayanan
23 92 83 90,22 2.681.268.000 1.358.703.700 1.322.564.300
Kesehatan Kesehatan yang
terakreditasi

Sarana, Tenaga
Pelayanan
Peningkatan Mutu Standar Perizinan
7 Kesehatan yang 97 67 69,07 114.516.000 94.450.000 20.066.000,00
Pelayanan Kesehatan
mempunyai Ijin
Persen)

Jumlah Sarana
Pelayanan
8 Sertifikasi Sarana Pelayanan Kesehatan 19 17 89,47 402.500.000 145.797.800 256.702.200,00
Kesehatan yang
Terakreditasi (Unit)

Jumlah Sarana
9 Pelayanan
Akreditasi Puskesmas (DAK 2020) 18 17 94,44 2.164.252.000 1.118.455.900 1.045.796.100,00
Kesehatan yang
Terakreditasi (Unit)

Persentase
Program pengadaan, peningkatan dan ketersediaan sarana
perbaikan sarana dan prasarana dan prasarana
25 100 90 90 30.377.948.400 28.083.334.261 2.294.614.139
puskesmas/ puskemas pembantu dan Puskesmas dan
jaringannya jaringannya sesuai
standar (persen)

Jumlah Puskesmas
Pembangunan puskesmas dan Pengadaan yang dibangun
1 lengkap dengan 9 9 100 9.327.202.000 8.365.432.459 961.769.541,00
Sarana Penunjang Lainnya
Sarana Prasarana /
dikembangkan

Jumlah Pustu yang


Pembangunan puskesmas pembantu dan
2 dibangun lengkap 10 10 100 4.794.529.400 4.369.831.115 424.698.285,00
pengadaan sarana penunjang lainnya
dengan meubelair/
dikembangkan

Jumlah
Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas/
21 Puskesmas/pustu/ 5 6 120 1.076.349.000 1.037.408.000 38.941.000,00
Puskesmas Pembantu/Poskesdes
poskesdes yang
direhab

Jumlah Rumah
Pembangunan rumah dokter/Tenaga
24 dokter/tenaga 0 0 0 50.004.000 1.000.000 49.004.000,00
Kesehatan Lainnya
Kesehatan lainnya
yang dibangun

119
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6

Jumlah Rumah
Rehabilitasi Sedang / Berat Rumah
dokter/tenaga 4 4 100 648.610.000 632.062.500 16.547.500,00
Dokter / Rumah Paramedis
25 Kesehatan lainnya
yang direhab
Jumlah Poskesdes
yang dibangun
Pembangunan Poskesdes lengkap dengan 1 1 100 139.299.000 129.802.000 9.497.000,00
27 meubelair /
dikembangkan
Jumlah Puskesmas
Pembangunan Puskesmas dan Pengadaan yang dibangun
Sarana Penunjang Lainnya (DAK Fisik lengkap dengan 4 2 50 14.010.216.000 13.272.589.638 737.626.362,00
31 Reguler Pelayanan Dasar 2020) Sarana Prasarana /
dikembangkan(Pusk)
Jumlah Puskesmas
APBD Pendamping DAK Pembangunan yang dibangun
Puskesmas dan Pengadaan Sarana lengkap dengan 4 2 50 331.739.000 275.208.549 56.530.451,00
33 Penunjang Lainnya Sarana Prasarana /
dikembangkan
Program pengadaan, peningkatan
sarana dan prasarana rumah sakit/ Persentase RS yang
26 rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru sesuai standar 80 90 112,5 6.480.084.500 5.567.994.449 912.090.051
paru/ rumah sakit mata (persen)
Jumlah Rumah Sakit
yang
1 Pembangunan rumah sakit 1 1 100 1.052.280.000 1.028.638.800 23.641.200,00
dibangun/dikembang
kan
Jumlah Pengadaan
18 Pengadaan Alat Kesehatan Rumah Sakit Alat untuk Rumah 1 1 100 615.055.000 296.965.234 318.089.766,00
sakit
Jumlah Pengadaan
Pengadaan Obat-obatan dan Perbekalan
19 Obat untuk Rumah 1 1 100 2.017.924.000 1.785.077.410 232.846.590,00
RS
sakit
Pemenuhan Mebeler
Pengadaan Mebeuleur dan Sarana
21 RS Pratama 1 1 100 395.102.000 388.277.000 6.825.000,00
Prasarana RS
Talisayan
Pembangunan Rumah Dinas Rumah Sakit
29 dan Pengadaan Sarana Penunjang Jumlah Rumah 2 2 100 482.704.000 473.064.400 9.639.600,00
Lainnya Dinas yang dibangun

Jumlah pengadaan
37 Pengadaan Alat Kesehatan (DAK Fisik
alat kesehatan untuk 31 31 100 1.881.915.500 1.561.205.605 320.709.895,00
Rujukan 2020)
rumah sakit
(Unit/Set)

APBD Pendamping Pengadaan Alat Jumlah Pengadaan


39 1 1 100 35.104.000 34.766.000 338.000,00
Kesehatan DAK Fisik Rujukan 2019 Alat untuk Rumah
sakit (paket)
Persentase sarana
dan prasarana
Program Pengadaan, Peningkatan klinik/IFK/Jamkesd
37 Sarana dan Prasarana a/ Labkesda yang 90 85 94,44 101.595.000 101.092.000 503.000
Klinik/IFK/Jamkesda/Labkesda memenuhi standar
(persen)

Jamkesda/ Labkesda
Pembangunan, Pengembangan Klinik/
2 yang 1 1 100 101.595.000 101.092.000 503.000
IFK/ Jamkesda/ Labkesda
dibangun/dikembang
Persentase
ketersediaan
Program Penyusunan, Pengkajian dan dokumen
39 Pengembangan Data dan Informasi perencanaan dan 90 90 100 1.046.499.000 1.023.647.060 22.851.940
Kesehatan penganggaran
pembangunan
kesehatan (persen)

Pengembangan Sistem Informasi Tersedianya Data


1 Kesehatan Tepat 21 21 100 18.715.000 18.715.000 0
Kesehatan Daerah
pada waktunya(Dok)
Penyusunan, pemutakhiran data dan Tersedianya data
3 informasi Sistem Informasi Kesehatan pelaporan 21 21 100 269.104.000 9.891.940
Daerah Puskesmas(dok) 259.212.060

Tersedianya Data
Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Tepat
4 Kesehatan Daerah (DAK Fisik Reguler 10 10 100 758.680.000 745.720.000 12.960.000
pada waktunya/
Pelayanan Dasar 2020)
Sikda Generik
Puskesmas (Pusk)

120
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Perubahan Realisasi Sisa
KEG.

1 2 3 4 5 6
Jumlah 147.491.199.450 121.735.888.024 25.755.311.426

Untuk mencapai target indikator kinerja Sasaran 4 ada 11 program dan 13


indikator kinerja serta 81 kegiatan dengan 86 indikator kinerja
1). Capaian Target Indikator kinerja sasaran 4 adalah sebesar 86,33% dari 2
Indikator kinerja dengan masing-masing capaian Persentase Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang terakreditasi sebesar 90,22% dan Persentase
Pemanfaatan Puskesmas (Utilisasi) sebesar 82,45%
2). Untuk capaian 13 target Indikator Kinerja Program Rata-rata diatas 90%
hanya 1 indikator yang capaiannya dibawah 90% yaitu indikator kinerja
Persentase pemenuhan sarana dan prasarana dengan kondisi baik pada unit
kerja internal dengan capaian 78,95% yang merupakan indikator kinerja
program peningkatan Sarana dan prasarana Aparatur.
3). Untuk Capaian Target Indikator kinerja Kegiatan per program rata-rata
capaiannya memuaskan hanya beberapa target dari kegiatan yang tidak
tercapai hal ini dikarenakan ada pengurangan dana anggaran sehingga
kegiatan tidak dapat terlaksana serta adanya pandemi covid 19 sehingga
kegiatan yang bersifat sosialisasi, pengumpulan masa dan monitoring
evaluasi tidak dapat dilaksanakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut
4). Dari penggunaan dana anggaran untuk mencapai target sasaran 4 capaiannya
secara keseluruhan adalah sebesar 82,54% dan masih tersisa sekitar 17,46%.
5). Dilihat dari Capaian Program, kegiatan dan Capaian Penggunaan dana secara
umum terdapat adanya efisiensi anggaran akan tetapi jika dilihat secara rinci
perkegiatan dimana ada kegiatan yang tidak mencapai target maka bisa di
simpulkan bahwa sasaran 4 tidak terdapat adanya efisiensi anggaran

121
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

e. Sasaran 5 Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan Kesehatan


Tabel 3.18
Capaian Program/Kegiatan dan Anggaran Tahun 2020 untuk Sasaran 5
KODE
PROG./
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Setelah Realisasi Sisa
KEG.
Perubahan

1 2 3 4 5 6

Persentase
cakupan jaminan
100 100 100
pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat
Miskin
Persentasi
Meningkatnya cakupan jaminan
pelayanan Dasar
pemeliharaan kesehatan
Peserta Jaminan 100 100 100
Pemeliharaan
Kesehatan
Persentasi
pelayanan
Rujukan Peserta
20,00 11,30 143,5
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan

% pencapaian Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan 114,50

Jumlah Capaian Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk mendukung pencapaian sasaran 5 77,01

Persentase
Pelayanan Dasar
Program Upaya Kesehatan
16 Peserta Jaminan 100 100 100 13.116.010.718 12.019.498.453 1.096.512.265
Masyarakat
Pemeliharaan
Kesehatan
(persen)

Jumlah Masyarakat
miskin yang
Peningkatan Jaminan Kesehatan mendapatkan
40 2317 2541 109,67 13.116.010.718 12.019.498.453 1.096.512.265,00
Daerah pembiayaan
kesehatan melalui
Jamkesda

Persentase
masyarakat miskin
Program pelayanan kesehatan
24 yang 100 67,38 67,38 2.765.910.000 1.760.486.000 1.005.424.000
penduduk miskin
mendapatkan
pelayanan
kesehatan (persen)

Jumlah Penduduk
Miskin/tidak
Jaminan Kesehatan Penduduk
mampu yang
11 Miskin/ Tidak Mampu Kab. 5712 3849 67,38 2.765.910.000 1.760.486.000 1.005.424.000,00
memiliki Jaminan
Berau
Kesehatan oleh
Daerah

Program Pelayanan Kesehatan Persentase peserta


bersumber Dana Kapitasi JKN yang
36 Jaminan Kesehatan Nasional mendapatkan 95 60 63,16 9.295.573.738 5.609.439.131 3.665.876.482
(JKN) Fasilitas Kesehatan pelayanan
Tingkat Pertama (FKTP) kesehatan (persen)

Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang 165.537.364
1 Dana Kapitasi JKN di FKTP 4874 313 6,42 465.079.298 299.541.934
mendapatkan
Puskesmas Bugis
pelayanan
kesehatan

122
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Setelah Realisasi Sisa
KEG.
Perubahan

1 2 3 4 5 6
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
2 Dana Kapitasi JKN di FKTP 8554 2927 34,22 1.078.352.003 486.498.261 591.853.742
mendapatkan
Puskesmas Tanjung Redeb
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
3 Dana Kapitasi JKN di FKTP 1746 998 57,16 858.261.998 474.442.200 383.819.798
mendapatkan
Puskesmas Teluk Bayur
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
4 Dana Kapitasi JKN di FKTP 4994 2010 40,25 645.505.883 460.919.176 184.586.707
mendapatkan
Puskesmas Labanan
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
5 Dana Kapitasi JKN di FKTP 8921 698 7,82 988.296.434 488.313.405 499.983.029
mendapatkan
Puskesmas Sambaliung
pelayanan
kesehatan

Pelayanan Kesehatan Bersumber Jumlah Peserta


6 Dana Kapitasi JKN di FKTP JKN di wilayah 10.420.547
Puskesmas Suaran Puskesmas yang 2249 401 17,83 172.332.747 161.912.200
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
7 Dana Kapitasi JKN di FKTP 8365 210 2,51 692.970.916 568.204.069 124.766.847
mendapatkan
Puskesmas Gunung Tabur
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
8 Dana Kapitasi JKN di FKTP 3970 191 4,81 279.210.061 170.300.000 108.910.061
mendapatkan
Puskesmas Merancang Ulu
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
9 Dana Kapitasi JKN di FKTP 4006 343 8,56 361.927.740 263.774.400 98.153.340
mendapatkan
Puskesmas Tanjung Batu
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
10 Dana Kapitasi JKN di FKTP 1283 478 37,26 135.858.224 69.128.800 66.729.424
mendapatkan
Puskesmas Derawan
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
11 Dana Kapitasi JKN di FKTP 2678 1619 60,46 205.083.637 117.602.698 87.480.939
mendapatkan
Puskesmas Maratua
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
12 Dana Kapitasi JKN di FKTP 2097 969 46,21 220.529.126 184.721.233 35.807.893
mendapatkan
Puskesmas Tubaan
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
13 Dana Kapitasi JKN di FKTP 954 484 50,73 337.598.551 191.930.819 145.667.732
mendapatkan
Puskesmas Biatan Lempake
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
14 Dana Kapitasi JKN di FKTP 4181 1907 45,61 313.937.760 225.925.550 88.012.210
mendapatkan
Puskesmas Talisayan
pelayanan
kesehatan

123
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Setelah Realisasi Sisa
KEG.
Perubahan

1 2 3 4 5 6
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
15 Dana Kapitasi JKN di FKTP 3487 481 13,79 610.019.519 312.929.258 297.090.261
mendapatkan
Puskesmas Batu Putih
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
16 Dana Kapitasi JKN di FKTP 5100 723 14,18 454.766.050 291.110.146 163.655.904
mendapatkan
Puskesmas Biduk‑Biduk
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
17 Dana Kapitasi JKN di FKTP 4709 110 2,34 579.087.095 308.381.289 270.705.806
mendapatkan
Puskesmas Kelay
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
18 Dana Kapitasi JKN di FKTP 5597 353 6,31 692.070.696 384.645.818 307.424.878
mendapatkan
Puskesmas Tepian Buah
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
19 Dana Kapitasi JKN di FKTP 759 224 29,51 35.270.000 - 35.270.000
mendapatkan
Puskesmas Long Laai
pelayanan
kesehatan
Jumlah Peserta
JKN di wilayah
Pelayanan Kesehatan Bersumber
Puskesmas yang
20 Dana Kapitasi JKN di FKTP 2053 281 13,69 169.416.000 149.157.875 20.258.125
mendapatkan
Puskesmas Merapun
pelayanan
kesehatan

Jumlah 80.577 15.720 25 25.177.494.456 19.389.423.584 5.767.812.747

Untuk mendukung capaian target indikator dari Sasaran 5 ada 3 Program


dengan 3 indikator kinerja dan 22 kegiatan dengan 22 indikator kinerja
1). Capaian Target Indikator kinerja sasaran 5 adalah sebesar 114,50% dari 3
Indikator kinerja dengan masing-masing capaian indikator Persentase
cakupan jaminan pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin sebesar
100%, Persentasi pelayanan Dasar Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
sebesar 100% dan Persentasi pelayanan Rujukan Peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan sebesar 143,50%
2). Untuk capaian 3 target Indikator Kinerja Program Rata-rata 76,8,% dimana
1 indikator yang capaiannya 100% yaitu indikator kinerja Persentase
Pelayanan Dasar Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan 2 indikator
kinerja program masing-masing 67,38% yaitu Program pelayanan kesehatan
penduduk miskin dengan indikator kinerjanya Persentase masyarakat
miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan 63,16% yaitu Program
Program Pelayanan Kesehatan bersumber Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan

124
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Nasional (JKN) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP dengan


indikator kinerjanya Persentase peserta JKN yang mendapatkan pelayanan
kesehatan.
3). Pada kegiatan Peningkatan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) dari
target pembiayaan masyarakat miskin sebanyak 2.317 jiwa yang dapat
dibiayai adalah sebanyak 2.541 jiwa lebih dari target yang hendak dicapai.
Sementara itu untuk kegiatan jaminan Kesehatan penduduk miskin/tidak
mampu Kabupaten Berau dari jumlah target 5.712 jiwa masyarakat miskin
yang mendapatkan pelayanan Kesehatan bersumber jaminan Kesehatan
Daerah (PBI Daerah) yang benar-benar mendapatkan pelayanan Kesehatan
adalah sebanyak 3.849. Dan untuk Pelayanan Kesehatan bersumber dana
Kapitasi JKN di FKTP Puskesmas jumlah peserta dari seluruh puskesmas
adalah 80.577 jiwa dan yang mendapatkan pelayanan Kesehatan dari FKTP
Puskesmas adalah sebanyak 15.720 jiwa
4). Dari penggunaan dana anggaran untuk mencapai target sasaran 5 capaiannya
secara keseluruhan adalah sebesar 77,01% dan masih tersisa sekitar 22,99%.
5). Dilihat dari Capaian Program, kegiatan dan Capaian Penggunaan dana secara
umum tidak terdapat adanya efisiensi anggaran karena walaupun terdapat
sisa anggaran dilihat secara rinci perkegiatan ada kegiatan yang tidak
mencapai target maka bisa di simpulkan bahwa sasaran 5 tidak terdapat
adanya efisiensi anggaran

f. Sasaran 6 Meningkatnya Kesadaran Masyarakat Untuk Hidup Sehat Serta


Berperan Aktif Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
Tabel 3.19
Capaian Program/Kegiatan dan Anggaran Tahun 2020 untuk Sasaran 6
KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Realisasi Sisa
KEG. Perubahan

1 2 3 4 5 6
Cakupan Desa siaga Aktif (
Purnama dan mandiri Mandiri ) 65 16,36 25,17
(%)
Meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat serta berperan aktif Persentase Capaian Indikator
65 16,00 24,62
dalam upaya kesehatan masyarakat Keluarga Sehat (%)
Persentasi Kampung/Kelurahan
yang Melaksanakan STBM (%) 64 100 156,25

% pencapaian Meningkatnya Kesadaran Masyarakat untuk hidup sehat serta berperan aktif dalam
upaya kesehatan masyarakat 68,68

125
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Realisasi Sisa
KEG. Perubahan

1 2 3 4 5 6

Capaian Anggaran Kegiatan Tahun 2020 untuk mendukung pencapaian sasaran 6 75,98

Persentase penduduk yang


memanfaatkan puskesmas 93 98 105,38
(Utilisasi Puskesmas) (%)
Persentase Pelayanan Dasar
Program Upaya Kesehatan
16 Peserta Jaminan Pemeliharaan 100 100 100,00 522.758.000 360.053.900 162.704.100
Masyarakat
Kesehatan (%)
Persentase Pelayanan Rujukan
Peserta Jaminan Pemeliharaan 25 11,3 79,80
Kesehatan (%)
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Terfasilitasinya pelayanan
Masyarakat Terhadap Dampak Bahaya kesehatan masyarakat dan
56 3 3 100 342.430.000 243.180.000 99.250.000,00
Rokok dan Upaya Penegakan Hukum penegakan hukum terhadap
Bahaya Rokok dampak bahaya rokok
Jumlah Calon Jamaah Haji
Pelayanan Kesehatan Jama'ah Haji
76 yang mendapatkan Pelayanan 3 3 100 180.328.000 116.873.900
Kabupaten Berau
Kesehatan 63.454.100,00

Program Pengawasan Obat dan Persentase tempat usaha yang


17 95 75,17 79,13 1.168.872.500 946.995.426 221.877.074
Makanan memenuhi standar kesehatan

Jumlah TPM yang Memenuhi 544.978.500 397.887.500 147.091.000,00


370 424 114,59
Syarat Kesehatan (Laik Sehat)
Peningkatan Pengawasan Keamanan
2
Pangan dan Bahan Berbahaya
Jumlah PIRT yang Memenuhi
350 351 100,29
Syarat Kesehatan

Jumlah pelayanan pemeriksaan


Peningkatan kapasitas laboratorium
3 laboratorium bakteriologi dan 560 519 92,68 392.503.000 366.339.226 26.163.774,00
pengawasan obat dan makanan
kimiawii air, makanan minuman

Jumlah Sarana Pelayanan


Kefarmasian dan IRTP yang
36 36 100,00 231.391.000 182.768.700 48.622.300,00
dilakukan pengawasan
Pengawasan Obat dan Makanan (DAK
6 (Saryanfar)
Non Fisik 2020)

IRTP 75 75 100,00

Cakupan Desa Siaga Aktif


(Purnama dan mandiri) 65 16,36 25,17
Program Promosi Kesehatan dan (persen)
19 834.268.000 668.958.601 145.529.799
Pemberdayaan Masyarakat
Persentase Capaian Indikator 65 16,00 24,62
Keluarga Sehat (persen)
Pengadaan Media Cetak
Pendukung Promosi Kesehatan
Melalui ( poster,leaflet, baliho,
Pengembangan media promosi dan
1 X - Benner, spanduk, brosur, 4 3 75,00 326.000.000 276.000.000 50.000.000,00
informasi sadar hidup sehat stiker, Pin, Mug, Kipas, Tas,
Neon Bok, Runing Teks,
kalender)

Terlaksananya Penyuluhan pola


hidup sehat pada masyarakat
melalui (Seminar Kesehatan,
Bakti Sosial, Siaran Radio,
2 Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat Kampanye Kesehatan, Pameran 1 1 100 45.778.000 36.584.500 9.193.500,00
kesahatan, Dialog Interaktif
televisi, Penyuluhan Kelompok,
penyuluhan melalui media cetak
dan elektronik)

Percepatan Pelaksanaan Kab.Berau Terlaksanyanya Percepatan


8 Pelaksanaan Kab. Berau Sehat 1 1 100 363.490.000 277.153.701 86.336.299,00
Sehat

Pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Jumlah Desa /Kelurahan Siaga


19 Aktif 2 2 100 99.000.000 79.220.400 19.779.600,00
Aktif yang dibina

Persentase
Program Pengembangan Lingkungan kampung/kelurahan yang
21 64 100 156,25 297.138.100 209.420.000 87.718.100
Sehat melaksanakan sanitasi total
berbasis masyarakat (persen)
Jumlah Sarkes yang
melaksanakan Klinik Sanitasi 21 19 90,48 233.473.100 169.940.000 63.533.100,00
sesuai standar
5 Peningkatan Penyehatan Lingkungan Jumlah TTU yang memenuhi 325 358 110,15
syarat kesehatan
Jumlah Sarana kesehatan yang
mengelolah limbah sesuai 2 4 200,00
Standar
Pengawasan Kualitas Air dan Jumlah Penyelenggara Air
6 Pengambilan Sampel Air Bersih dan Air Minum yang Memenuhi Syarat 286 289 101,05 63.665.000 39.480.000 24.185.000,00
Minum Kesehatan

126
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

KODE
PROG./ Setelah
URAIAN Indikator Kinerja Target Realisasi capaian Realisasi Sisa
KEG. Perubahan

1 2 3 4 5 6
Persentase tempat kerja yang 230.550.000 134.535.000 96.015.000
Program Peningkatan Kesehatan melaksanakan upaya
38 60 60 100
Kerja dan Olahraga kesehatan kerja (persen)

Jumlah puskesmas yang


1 Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Ola melaksanakan upaya 21 12 57 168.450.000 115.335.000 53.115.000
kesehatan olah raga sesuai
standar
Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Jumlah Tempat kerja yang
2 melaksanakan upaya kesehatan 25 25 100 62.100.000 19.200.000 42.900.000
Kesehatan Kerja
kerja
Jumlah 3.053.586.600 2.319.962.927 713.844.073

Untuk mendukung capaian target indikator dari Sasaran 6 ada 5 Program


dengan 8 indikator kinerja dan 13 kegiatan dengan 16 indikator kinerja
1). Capaian Target Indikator kinerja sasaran 6 adalah sebesar 68,68% dari 3
Indikator kinerja dengan capaian masing-masing indikator Cakupan Desa
siaga Aktif ( Purnama dan mandiri Mandiri ) sebesar 25,17%, Persentase
Capaian Indikator Keluarga Sehat sebesar 24,62% dan Persentasi
Kampung/Kelurahan yang Melaksanakan STBM sebesar 156,25%
2). Untuk capaian 16 target Indikator Kinerja Program Rata-rata 85,57,%
dimana 2 indikator yang capaiannya dibawah 50% yaitu indikator kinerja
Cakupan Desa Siaga Aktif (Purnama dan mandiri) dan Persentase Capaian
Indikator Keluarga Sehat dimana masing-masing capaiannya sebesar
25,17% dan 24,62%. Walaupun Capaian rata-rata indikator kinerja
program memuaskan tidak dapat disimpulkan bahwa semua Program dalam
mencapai sasaran 6 telah berhasil membantu mencapai target indikator
kinerja sasaran karena ada beberapa indikator kinerja program yang berada
dibawah 80%.
3). Indikator kinerja kegiatan pada sasaran 6 hampir semua mencapai target
dengan capaian rata-rata diatas 90% walaupun demikian ada dua kegiatan
yang capaiannya hanya sebesar 75% dan 57%
4). Dari penggunaan dana anggaran untuk mencapai target sasaran capaiannya
secara keseluruhan adalah sebesar 75,98% dan masih tersisa sekitar 24,02%.
5). Dilihat dari Capaian Program, kegiatan dan Capaian Penggunaan dana secara
umum tidak terdapat adanya efisiensi anggaran karena walaupun terdapat
sisa anggaran namun jika dilihat secara rinci perkegiatan ada kegiatan yang
tidak mencapai target maka bisa di simpulkan bahwa sasaran tidak terdapat
adanya efisiensi anggaran

127
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

E. Realisasi Anggaran

Dalam mencapai kinerjanya pada tahun anggaran 2020 Dinas Kesehatan didukung
oleh Sumber Daya Anggaran yang berasal dari APBD Kab. Berau dan APBN sebagai
berikut :
Alokasi Anggaran pembangunan kesehatan yaitu Semuan anggaran Pembiayaan
kesehatan (Belanja Langsung) tidak termasuk Gaji (Belanja Tidak Langsung) yang dikelola
oleh Dinas Kesehatan dan sektor/instansi terkait. Pada Tahun Anggaran 2020 Alokasi
Anggaran Pembangunan Kesehatan Kabupaten Berau adalah Rp 488.909.554.777,- (26%)
dari total anggaran Belanja Langsung Kabupaten Berau yaitu Rp.1.902.041.167.108,-.
Masih di bawah amanat UU nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 171 ayat 2
yaitu Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan
minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji dan
Perda Propinsi Kalimantan Timur No 20 tahun 2008 Tentang Sistem Kesehatan Propinsi
Kalimantan Timur.
Tabel 3.20 Alokasi Anggaran Pembangunan Kesehatan Tahun 2020
NAMA INSTANSI/SUMBER
NO Alokasi Dana
PEMBIAYAAN
Persentase anggaran kesehatan (Dinas
Kes & instansi terkait ) dengan 26%
anggaran APBD
1 APBD Kabupaten Berau ( Belanja
1.902.041.167.108
Langsung )
2 Alokasi Anggaran Kesehatan
bersumber APBD ( Dinas Kesehatan 488.909.554.777
dan Instansi terkait ) :

Dinas Kesehatan (Belanja Langsung )


186.099.919.006

RSUD Dr. Abdul Rivai


125.973.343.505
Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan
(Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Persampahan, Program
Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup, 56.701.071.424
Program Peningkatan Kualitas dan
Akses Informasi Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup, Program
Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
)
Badan Perencanaan, Penelitian, dan

128
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

NAMA INSTANSI/SUMBER
NO Alokasi Dana
PEMBIAYAAN
Pengembangan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
205.529.000

Dinas Kepemudaan dan Olah Raga


(Peningkatan Kesegaran Jasmani dan
rekreasi, Pemassalan Olah Raga bagi 571.923.500
Pelajar, Mahasiswa, dan Masyarakat,
Pengembangan Olahraga Lanjut Usia
termasuk Penyandang Cacat)
Badan Kesbang, Politik dan Linmas
(Fasilitasi Kegiatan Badan Narkotika 1.192.107.500
Kabupaten)

Dinas Pengendalian
Penduduk,KB,Pemberdayaan
Perempuan & Perlindungan Anak
3.752.383.334
( Program kesehatan reproduksi
remaja, Program Keluarga Berencana)
Dinas Sosial
(Pengiriman Orang Sakit Jiwa ke RSJ
dan Rehab Penyandang cacat, 186.119.100
Pendidikan dan Pelatihan bagi
penyandang cacat dan ekd trauma)

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan


Pemukiman
( Program Lingkungan Sehat 14.313.789.900
Perumahan)

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan


Ruang
(Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Air Minum dan Air
Limbah, Program Pengadaan
99.913.368.508
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/
Rumah Sakit Paru-paru/ Rumah Sakit
Mata)
Sumber : Penjabaran APBD TA 2020

Alokasi Anggaran Pembangunan Kesehatan yang dikelola oleh Dinas Kesehatan


melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pada tahun 2020 adalah Rp.
249.505.372.088 dengan Rincian Belanja Tidak Langsung Rp. 63.405.453.6872 dan
Belanja Langsung Rp. 186.099.918.406 dengan Realisasi Belanja Tidak Langsung adalah

129
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Rp. 60.565.370.745(95,52%) sedangkan realisasi belanja langsung adalah


Rp. 151.040.644.451 (81,16%) dari alokasi belanja langsung.
Perkembangan Alokasi dan realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dari
tahun 2016-2020 dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber : Laporan Keuangan, 2016-2020


Pada gambar 3.13 memperlihatkan alokasi dan realisasi Belanja Tidak Langsung
pada Dinas Kesehatan Kabupaten Berau dari tahun 2016- 2020, dan pada tahun 2020
terlihat capaian realisasi anggaran untuk belanja tidak langsung adalah sebesar 95,52%
dimana dari anggaran yang tersedia yaitu sebesar Rp.63.405.453.682,- anggaran yang
terealisasi adalah sebesar Rp. 60.565.370.745,-

Sumber : Laporan Keuangan, 2016-2020

130
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Pada gambar 3.14 memperlihatkan alokasi dan realisasi Belanja Langsung pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau dari tahun 2016 - 2020, dan pada tahun 2020 terlihat
capaian realisasi anggaran untuk belanja langsung adalah sebesar 81,16% dimana dari
anggaran yang tersedia yaitu sebesar Rp.186.099.918.406,- anggaran yang terealisasi adalah
sebesar Rp. 151.040.644.451,-
Khusus alokasi dan realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Kesehatan pada
tahun 2020 menurut program dan kegiatan dapat dilihat pada lampiran.

F. SARANA PRASARANA KESEHATAN


Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan (kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, Peningkatan Kesehatan, Pengobatan Penyakit dan Pemulihan
Kesehatan oleh Pemerintah atau Masyarakat). Sarana kesehatan Pemerintah di Kabupaten
Berau meliputi :
1. Rumah Sakit terdiri atas 1 (satu ) unit Rumah Sakit Umum Daerah kelas C yang
merupakan Lembaga Teknis Pemerintah Daerah ( terpisah dengan Dinas Kesehatan )
dan 1 ( satu ) unit RS Pratama Talisayan yang merupakan UPTD Dinas kesehatan.
2. Puskesmas Pada akhir tahun 2016 bertambah 1 unit yaitu puskesmas Long Boy
Kecamatan Kelay, secara keseluruhan puskesmas berjumlah 21 unit yang tersebar di
13 kecamatan. Pada akhir tahun 2020 Puskesmas Long Boy sebagai Puskesmas Induk
yang terakhir telah teregistrasi sehingga semua Puskesmas yang ada di Kabupaten
Berau telah teregistrasi.
3. Laboratorium Kesehatan daerah (Labkesda) pada akhir tahun 2020 telah memiliki
Gedung sendiri akan tetapi sarana dan prasarana pendukung pelayanan lainnya masih
kurang (Alat Kesehatan Laboratorium Kesehatan Daerah, Tenaga) dan terbatas.
4. Instalasi Farmasi Kabupaten sarana Prasana yang dimiliki masih termasuk Kategori
kurang. Kondisi Bangunan /Gedung yang perlu untuk direhabilitasi sudah dilakukan
perbaikan dan rehabilitasi.
5. Mobil Puskesmas Keliling (Puskel) digunakan puskesmas untuk melaksanakan
Operasional Pelayanan Kesehatan Luar Gedung ke kampung dan Ambulance untuk
merujuk pasien. Untuk Kampung yang memiliki akses jalan darat menggunakan speed

131
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

boat, Long boat dan ketinting. Tahun 2020 ada pengadaan 2 mobil Puskel yaitu untuk
Puskesmas Sambaliung dan Puskesmas Biduk-Biduk
6. Alat Kesehatan yang ada pada sarana kesehatan tersebut pada umumnya masih terus
dilengkapi sesuai dengan standar. Secara lengkap Data Sarana Prasarana Dinas
Kesehatan dapat dilihat pada Tabel 3.21

132
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

Tabel 3.21 Data Sarana Kesehatan, Kategori Puskesmas dan Jaringannya serta Kendaraan Operasional Dinas Kesehatan 2020
PUSKESMAS Jaringan Puskesmas Kendaraan Operasional
Nama Sarana Roda 4 Perahu bermotor Roda 2
No. Kecamatan
Kesehatan Ambulance
Perawatan Non Roda Speed Long
+ 24 Jam UGD Perawatan Total Pustu Poskesdes 4 Puskel Boat Boat Ketinting
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Tanjung 1 Dinas Kesehatan
Redeb 15 1 36
2 Labkesda 1 3
3 IFK 1 3
Puskesmas
4 Tanjung Redeb 1 1 2 - 1 1 7
5 Kampung Bugis 1 1 1 - 1 1 1 - - - 12
2 Teluk Bayur 6 Teluk Bayur 1 1 3 - 2 1 - - - 8
7 Labanan 1 1 5 1 2 1 - - - 14
3 Gunung 8 Gunung Tabur 1
Tabur 1 7 5 2 1 - - - 23
9 Merancang Ulu 1 1 1 4 2 2 1 - 1 - 12
4 Sambaliung 10 Sambaliung 1 1 20 14 3 - - - 44
11 Suaran 1 1 1 5 2 1 2 1 9
5 Pulau 12 Tanjung Batu 1
Derawan 1 3 1 1 2 1 1 1 - 12
13 Pulau Derawan 1 1 1 - - - - 1 - 4
6 Maratua 14 Maratua 1 1 3 2 2 1 2 - - 13
7 Talisayan 15 Talisayan 1 1 9 8 1 1 - - - 30
8 Tabalar 16 Tubaan 1 1 8 5 2 1 - 4 - 21
9 Biduk-biduk 17 Biduk-Biduk 1 1 5 4 3 1 - - - 19
10 Kelay 18 Kelay 1 1 1 5 4 1 1 - 1 6 16
19 Merapun 1 1 4 3 1 6
20 Long Boy 1 1 5 1 3
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020
133
Dinas Kesehatan Kabupaten Berau

PUSKESMAS Jaringan Puskesmas Kendaraan Operasional


Nama Sarana Roda 4 Perahu bermotor Roda 2
No. Kecamatan
Kesehatan Ambulance
Perawatan Non Roda Speed Long
+ 24 Jam UGD Perawatan Total Pustu Poskesdes 4 Puskel Boat Boat Ketinting
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
11 Segah 21 Tepian Buah 1 1 8 6 3 1 - 1 1 21
22 Long Laai 1 1 3 1 - - - - 1 6
12 Batu Putih 23 Batu Putih 1 1 6 6 1 2 1 1 - 19
13 Biatan 24 Biatan 1 1 7 5 2 1 - - - 19
14 Talisayan 25 Rs. Peratama 1
Talisayan 1 1 4
JUMLAH 11 4 11 21 113 70 22 32 23 5 9 8 360
Sumber : Subbag Umpeg dan Bidang Yankes Dinas Kesehatan, 2020

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) 2020


134

Anda mungkin juga menyukai