Penyunting:
Rinawati Rohsiswatmo
Lily Rundjan
UKK Neonatologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia
2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini, dalam bentuk
apapun dan dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tahun 2014
Kata Pengantar
Ketua Ukk Neonatologi Idai
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga pada saat KONIKA XVI di Palembang, Buku Panduan
Resusitasi Neonatus yang disusun oleh UKK Neonatologi terwujud.
iii
perawatan atau rumah sakit rujukan dalam keadaan baik sehingga
prognosis bayi tersebut menjadi baik juga.
iv
Kata Pengantar
Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia
v
lupa pada buku ini juga dibahas mengenai etika dalam resusitasi
sehingga dapat menjawab keraguan terkait masalah etika resusitasi
neonatus.
vi
Daftar Kontributor
vii
viii
Daftar Isi
Resusitasi Terintegrasi................................................................... 61
Megacode.................................................................................... 159
ix
1
Periode Transisi dan
Alur Resusitasi
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami perubahan fisiologi sistem pernapasan dan sirkulasi
selama periode transisi pada bayi baru lahir.
2. Mengenal berbagai hambatan proses transisi sistem pernapasan
dan sirkulasi pada bayi baru lahir.
1
Resusitasi Neonatus
2
Periode Transisi dan Alur Resusitasi 1
MUTIARA BERNAS
Transisi sirkulasi bayi baru
Gambar 1.1. Transisi sistem pernapasan : cairan dalam alveolus digantikan oleh udara11
lahir meliputi perubahan
tekanan darah sistemik
maupun paru serta
tarikan napas pertama. Tarikan napas tersebut menghasilkan penutupan duktus yang
tekanan negatif inspiratori yang tinggi, mencapai 70-110 cmH2O,
diperlukan selama masa
janin
untuk mengembangkan paru serta mendorong sebagian besar
cairan paru ke dalam ruang perivaskular.3 Pengembangan paru dan
peningkatan kadar oksigen dalam alveoli akan mengurangi tahanan
pembuluh darah paru diikuti peningkatan aliran darah paru dan
penyerapan cairan paru ke dalam sirkulasi. Penyerapan cairan paru
juga berlangsung melalui sistem limfatik paru bayi. Penyerapan
cairan paru dipengaruhi oleh sistem transport aktif, terutama
natrium, dan gradien osmotik antara cairan paru dan cairan
interstitial. Pada bayi cukup bulan dan bugar proses penyerapan
berlangsung sampai kurang lebih 2 jam.1,2,9
3
Resusitasi Neonatus
Gambar 1.2. Perbedaan sirkulasi sebelum lahir (a) dan setelah lahir (b)3
4
Periode Transisi dan Alur Resusitasi 1
Ya Perawatan rutin:
Bernapas atau menangis?
Tonus baik? • Pastikan bayi tetap hangat
• Keringkan bayi
Tidak • Lanjutkan observasi
PADA SETIAP LANGKAH TANYAKAN: APAKAH ANDA MEMBUTUHKAN BANTUAN?
pernapasan, laju denyut
30 detik
Langkah awal:(nyalakan pencatat waktu) jantung, dan tonus
• Pastikan bayi tetap hangat
• Atur posisi dan bersihkan jalan napas Keterangan:
• Keringkan dan stimulasi
Pada bayi dengan berat ≤
• Posisikan kembali 1500 gram, bayi langsung
dibungkus plastik bening tanpa
dikeringkan terlebih dahulu
Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot kecuali wajahnya, kemudian
dipasang topi. Bayi tetap dapat
distimulasi walaupun dibungkus
Tidak bernapas/ megap‐ Bernapas spontan plastik
megap, dan atau
LDJ < 100x/ menit
Distres napas Sianosis sentral persisten
30 detik
(Takipnu, retraksi, atau Tanpa distres napas
merintih)
Ventilasi tekanan
positif (VTP) Pertimbangkan
Continuous positive suplementasi oksigen
Pemantauan SpO 2
airway pressure (CPAP)
PEEP 5-8 cmH22OO
PEEP 5‐8 cmH Pemantauan SpO2
Pemantauan SpO2
Keterangan:
Bila LDJ tetap
Gagal CPAP Apabila LDJ > 100 kali per menit dan
< 100 kali/ menit
30 detik PEEP 8 cmH22OO
PEEP 8 cmH target saturasi oksigen tercapai:
FiO2> 40% • Tanpa alat bantu napasÆ
Setiap 60 detik sekali nilai laju denyut jantung, usaha napas dan tonus
Dengan distres napas Lanjutkan ke perawatan observasi
Pertimbangkan intubasi • Dengan alat bantu napas Æ
Pengembangan dada adekuat?
Lanjutkan ke perawatan pasca‐
resusitasi
Ya Tidak
Dada mengembang Bila dada tidak
Waktu dari Target SpO2
adekuat namun mengembang adekuat
LDJ < 60x / menit Evaluasi: Lahir Preduktal
• Posisi kepala bayi 1 menit 60‐70%
VTP (O2 100%) + • Obstruksi jalan
kompresi dada 2 menit 65‐85%
napas
(3 kompresi tiap 1 • Kebocoran sungkup 3 menit 70‐90%
napas)
• Tekanan puncak 4 menit 75‐90%
inspirasi cukup atau
Pertimbangkan Intubasi tidak 5 menit 80‐90%
10 menit 85‐90%
Observasi LDJ dan usaha
napas tiap 60 detik
Keterangan:
Intubasi endotrakea dapat
LDJ < 60/ menit? dipertimbangkan pada langkah ini
apabila VTP tidak efektif atau telah
dilakukan selama 2 menit
Pertimbangkan pemberian obat dan cairan intravena
5
Resusitasi Neonatus
Tidak semua bayi baru lahir dapat melewati periode transisi dengan
sempurna, terutama bayi prematur atau bayi dengan kelainan
kongenital berat. Beberapa penyulit yang dapat menghambat proses
transisi pada bayi baru lahir antara lain :1,9,11
• Kelahiran tanpa melalui proses persalinan aktif (contoh :
operasi sesar elektif) dan pernapasan yang tidak adekuat pada
bayi (contoh: bayi prematur atau bayi berat lahir rendah)
mengakibatkan proses penyerapan cairan paru terhambat.
6
Periode Transisi dan Alur Resusitasi 1
Alur resusitasi
Daftar pustaka
1. Carlton DP. Regulation of Liquid Secretion and Absorption by the Fetal
and Neonatal Lung. Dalam: Polin RA, Fox WW, penyunting. Fetal and
7
Resusitasi Neonatus
8
2
Persiapan Resusitasi
Tujuan Pembelajaran
1. Mengenali faktor risiko antepartum dan intrapartum yang
meningkatkan kebutuhan resusitasi neonatus
2. Memahami pentingnya pembentukan tim resusitasi neonatus
3. Memahami lingkungan dan peralatan yang perlu dipersiapkan
untuk melakukan resusitasi neonatus pada fasilitas lengkap atau
terbatas
4. Memahami upaya pengendalian infeksi saat melakukan resusitasi
neonatus
P
ersiapan resusitasi yang baik akan memengaruhi
kelancaran dan efektifitas suatu resusitasi. Persiapan
resusitasi mencakup pengenalan faktor risiko, persiapan
tim, persiapan lingkungan resusitasi, persiapan perlengkapan alat
resusitasi, dan pencegahan penularan infeksi yang mungkin timbul
saat melakukan resusitasi.
Mutiara bernas
Persiapan yang baik dan
Mengenali Faktor Risiko terencana akan menentukan
kelancaran dan efektivitas
Berbagai keadaan ibu dan janin selama kehamilan maupun
resusitasi
persalinan dapat menjadi faktor risiko resusitasi saat lahir, sehingga
harus cepat dikenali untuk mengantisipasi masalah yang mungkin
timbul.1,2 Faktor risiko tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. 1,3
9
Resusitasi Neonatus
10
Persiapan Resusitasi 2
•Pembagian
Penyampaian
tugas tim
komunikasi Mengurangi risiko
dan informasi •Informasi ibu kesalahan resusitasi
yang efektif •Informasi
bayi
Anggota tim
Mutiara bernas
Resusitasi pada bayi baru lahir dapat dilakukan oleh dokter spesialis • Tugas tim harus jelas
anak konsultan neonatologi/ dokter spesialis anak/ dokter spesialis dan dipahami oleh
anestesi/ dokter spesialis kandungan/ dokter umum/ perawat/ masing-masing individu.
bidan,4,5 namun perlu dipahami bahwa bantuan resusitasi tidak • Semua informasi
dapat dilakukan seorang diri, terutama pada persalinan risiko tinggi. sebaiknya sudah
diketahui tim resusitasi
Sebaiknya penolong sudah menguasai pelatihan resusitasi neonatus
sebelum bayi lahir.
dasar dengan anggota tim idealnya minimal 3 orang 3,6
11
Resusitasi Neonatus
Mutiara bernas
Resusitasi tidak dapat
dilakukan seorang diri.
Panggil bantuan!
Circulation
Drugs and
Equipment
Team
Leader
12
Persiapan Resusitasi 2
2 = Circulation*
3 = Drugs and
Equipment*
1 = Airway-
Breathing
13
Resusitasi Neonatus
Tim resusitasi
Kompetensi penolong resusitasi dapat dikategorikan menurut risiko
persalinan:5, 7
14
Persiapan Resusitasi 2
15
Resusitasi Neonatus
• Persalinan multipel
Lingkungan Resusitasi
Ruangan
Ruang resusitasi harus sangat berdekatan dengan ruang bersalin/
kamar operasi agar tim resusitasi dapat segera melakukan
pertolongan.8
16
Persiapan Resusitasi 2
Gambar 2.3. Metode menghangatkan bayi dengan topi, plastik Gambar 2.4. Infant warmer menghangatkan bayi
pembungkus dan matras penghangat
Suhu
Keadaan hipotermi atau hipertermi akibat proses konduksi, konveksi,
evaporasi maupun radiasi harus dicegah karena akan memengaruhi
efektivitas termoregulasi selama resusitasi. Keadaan tersebut dapat
dihindari dengan menjaga suhu tubuh bayi antara 36,5-37,5 oC.4 Mutiara bernas
Pastikan suhu ruangan 24-
Upaya pengaturan suhu antara lain:4
26⁰ C dan bayi tetap kering
• Mengatur suhu ruangan yang hangat (24 - 26oC)
• Meletakkan bayi tidak di bawah pendingin ruangan
• Infant warmer dihangatkan sebelum bayi lahir (untuk
menghangatkan matras, kain, topi, dan selimut bayi)
• Menggunakan kain yang hangat dan kering untuk mengeringkan
bayi
• Menggunakan plastik bening untuk membungkus bayi dengan
berat < 1500 gram
17
Resusitasi Neonatus
Gambar 2.6 Transpor dengan metode kangguru Gambar 2.7 Inkubator transpor
18
Persiapan Resusitasi 2
Perlengkapan resusitasi
Peralatan
Tidak semua bayi baru lahir memerlukan tindakan resusitasi, namun
peralatan yang lengkap harus tetap disiapkan untuk mengantisipasi
kemungkinan terburuk. Kondisi perlengkapan resusitasi harus
senantiasa dicatat dan diperiksa agar dapat berfungsi dengan baik
ketika diperlukan.1,3,4 Mutiara bernas
Lakukan pengecekan
• Penghangat/ Warmer alat secara berkala untuk
- Kain pengering dan topi memastikan alat berfungsi
dengan baik.
- Handuk hangat/ pembungkus
- Kantung plastik untuk neonatus < 1500 gram
- Penghangat kepala (overhead heater) atau infant warmer
• Pengisap / Suction
19
Resusitasi Neonatus
Katup PEEP
Gambar 2.11 Balon dan sungkup dengan katup PEEP Gambar 2.12 T-piece resuscitator
• Ventilasi
20
Persiapan Resusitasi 2
- Sungkup wajah
21
Resusitasi Neonatus
• Tekanan
22
Persiapan Resusitasi 2
23
Resusitasi Neonatus
Single nasal
prong
Gambar 2.16 Sungkup wajah Gambar 2.17 Pemberian CPAP dengan ET single nasal
prong
24
Persiapan Resusitasi 2
3
3
4 4 Katup udara
2 5
Katup oksigen
1 5
7 6
PEEP Cap
25
Resusitasi Neonatus
26
Persiapan Resusitasi 2
1
8
Spesifikasi Jackson-Rees:
7 1. Pipa hijau
Merupakan selang inspirasi yang
terhubung dengan sumber oksigen
2. Manometer
2 6 Berfungsi untuk mengukur tekanan
yang diberikan ke bayi (menilai PIP dan
PEEP)
3. Sungkup wajah neonatus
Menghubungkan Jackson-Rees dengan
hidung dan mulut bayi
4. Elbow
5. Pipa putih
Merupakan selang ekspirasi
6. T-connector
7. Katup PEEP
5 Berfungsi untuk mempertahankan PEEP
8. Balon
Memiliki fungsi untuk mempertahankan
PEEP, dan dapat memberikan PIP jika
diremas
Gambar 2.20 Jackson-Rees
2
Reservoir bag dengan berbagai
ukuran:
- 0,5 L (PIP max. 30 cm H2O)
- 1 L (PIP max. > 30 cm H2O)
- 2 L
- 3 L
Gambar 2.21 Manometer dan reservoir bag
27
Resusitasi Neonatus
Gambar 2.23 T-piece resuscitator Mixsafe Portabel tampak depan dan belakang
Keterangan:
1. Tombol Power
2. Handle
3. Kontrol PIP
4. Kontrol PEEP
5. Outlet port
6. Adaptor (baterai portabel)
7. Inlet port
28
Persiapan Resusitasi 2
PIP
Katup
PEEP
Spesifikasi:
1. Selang oksigen
Selang yang mengalirkan oksigen
dari sumbernya ke balon dan
sungkup
2. Balon 250 ml
Dapat memberikan PIP pada bayi
3. Sungkup wajah neonatus
4. Katup PEEP
Berfungsi untuk mempertahankan
Gambar 2.25 Katup PEEP PEEP
29
Resusitasi Neonatus
30
Persiapan Resusitasi 2
T-piece resuscitator √ √ √ - √
Jackson-Rees+manometer √ √ √ - -
• Akses sirkulasi
-- Kateter umbilikal
31
Resusitasi Neonatus
Inkubator
Oxygen blender
• Pelengkap
-- Stetoskop bayi
-- Pulse oximetry
• Sumber gas
Gambar 2.28
Tabung oksigen
32
Persiapan Resusitasi 2
33
Resusitasi Neonatus
Gambar 2.32 Oxygen Blender Gambar 2.33. Tabung udara dan oksigen yang
dihubungkan dengan Y-connector
2. Fasilitas terbatas
a. Blender
b. Tabung oksigen dan udara yang disambungkan dengan
Y-connector
c. Tabung oksigen / oksigen konsentrator + mini
compressor
34
Persiapan Resusitasi 2
Tabel 2.3 Panduan Perbandingan Udara Bertekanan dengan Oksigen Murni untuk Menghasilkan Berbagai Fraksi Oksigen
Kons. O2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 80% 68% 61% 55% 51% 47% 45% 43% 41% 39%
4 84% 74% 66% 61% 56% 52% 50% 47% 45% 44%
5 86% 77% 70% 65% 61% 57% 54% 51% 49% 47%
6 88% 80% 74% 68% 64% 61% 57% 54% 53% 51%
7 90% 82% 76% 71% 67% 64% 61% 58% 56% 54%
8 91% 84% 78% 74% 70% 66% 63% 61% 58% 56%
9 92% 86% 80% 76% 72% 68% 65% 63% 61% 58%
10 93% 87% 82% 77% 74% 70% 67% 65% 63% 61%
Ventilasi Alat yang dapat memberikan PEEP kontinyu dini pada bayi dengan distres napas
T-piece resuscitator Jackson-Rees
Alat yang dapat memberikan ventilasi tekanan positif
T-piece resuscitator Balon sungkup dengan katup PEEP
Alat yang dapat mencampur O2 100% dengan udara bertekanan
Oxygen blender Tabung oksigen dan tabung udara tekan yang dihubungkan dengan
Y-connector
Oxygen concentrator dan kompresor (sumber udara tekan)
Tabung oksigen / oksigen konsentrator + mini compressor
Sirkulasi Pemasangan jalur umbilikal emergensi (sementara)
Dengan kateter umbilikal Dengan Oral Gastric Tube
Transportasi Inkubator transpor Metode kanguru
Pelengkap Pulse oxymeter Pulse oxymeter harus tetap disediakan
35
Resusitasi Neonatus
1. Kebersihan tangan
36
Persiapan Resusitasi 2
37
Resusitasi Neonatus
38
Persiapan Resusitasi 2
39
Resusitasi Neonatus
8 7 2.A
6
1
2
3
9 10
40
Persiapan Resusitasi 2
Pemakaian
Bilas dengan menggunakan air hangat
Keringkan sungkup, komponen patient valve, dan
komponen intake valve di dalam lemari bersuhu 50-
700C sampai kering (minimal 30 menit)
Pemakaian:
Cuci tangan 7 langkah dengan cairan antiseptik dan
air mengalir, keringkan dengan tissue bersih
Keluarkan sungkup, komponen patient valve, dan
komponen intake valve dari tempat penyimpanan
barang medis steril, letakkan dan buka diatas meja
yang sudah disiapkan sebelumnya
Periksa dan pastikan sungkup, komponen patient
valve, dan komponen intake valve berada dalam
keadaan utuh, tidak robek atau rusak. Apabila sungkup
robek atau rusak, ganti dengan sungkup yang baru.
Gunakan sarung tangan steril Mutiara bernas
Rakit kembali seluruh komponen Peralatan resusitasi
Lakukan tes fungsi balon dan sungkup merupakan sumber
infeksi. Pastikan untuk
Sungkup, komponen patient valve, dan komponen
membersihkannya setiap
intake valve dikemas dalam plastik pengepak. pemakaian!
41
Resusitasi Neonatus
Hal-Hal Penting
• Persiapan yang baik dan terencana akan memengaruhi
kelancaran dan efektivitas resusitasi. Semua informasi
sebaiknya sudah diketahui tim resusitasi sebelum bayi lahir.
• Tugas tim harus jelas dan dipahami oleh masing-masing
individu. Resusitasi tidak dapat dilakukan sendirian. Panggil
bantuan!
• Tim resusitasi sebaiknya memiliki personil yang tetap dan
siap kapanpun ada persalinan dengan risiko bayi lahir yang
memerlukan resusitasi.
• Pastikan suhu ruangan 24-26OC dan bayi tetap kering.
• Lakukan pengecekan alat secara berkala untuk memastikan
alat berfungsi dengan baik.
• Upayakan mencampur oksigen + medical air sehingga
tercapai FiO2 <30%, dan bila memungkinkan gunakan FiO2
21%.
• Peralatan resusitasi merupakan sumber infeksi. Pastikan
untuk membersihkannya setiap pemakaian.
• Setiap persalinan harus dianggap berisiko sampai terbukti
tidak.
• Di setiap persalinan harus tersedia perlengkapan resusitasi
yang lengkap serta tim resusitasi yang mampu melakukan
resusitasi hingga tingkat aktif (intubasi, RJP, pasang infus
untuk sirkulasi).
• Bila terdapat persalinan multipel, diperlukan set dan tim
resusitasi sejumlah bayi yang akan lahir.
• Plastik dapat digunakan untuk menghangatkan bayi. Bayi
dengan berat < 1500 gram membutuhkan infant warmer
dengan sistem servo, plastik penghangat dan topi, bila perlu
dan tersedia gunakan matras penghangat.
• Target FiO2 <30% di daerah terbatas dapat dicapai
menggunakan tabung oksigen atau oxygen concentrator yang
digabungkan dengan mini kompresor penghasil medical air.
Gunakan tabel khusus untuk panduannya.
42
Persiapan Resusitasi 2
Referensi
1. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011. h.7-
8.
2. Perlman JM, Wyllie J, Kattwinkel J, Atkins DL, Chameides L, Goldsmith
JP. Part 11 Neonatal resuscitation: 2010 International Consensus
on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care Science With Treatment Recommendations. Circulation.
2010;122:516-38.
3. Leone TA, Finer NN. Resuscitation in delivery room. Dalam: Gleason
CA, Devaskar SU, penyunting. Avery’s Diseases of The Newborn. Edisi
ke-9. Philadelphia: Saunders; 2012. h.328-40.
4. Australian Resuscitation Council. Section 13: Neonatal Guidelines.
Diunduh dari http://www.resus.org.au. Diakses pada 15 Oktober 2013.
5. The Royal Women’s Hospital Neonatal Service. Clinician’s Handbook.
Melbourne: The Royal Women’s Hospital; 2006. h. 91-4.
6. Karlowicz MG, Karotkin EH, Goldsmith JP. Resuscitation. Dalam:
Karotkin EH, Goldsmith JP, penyunting. Assisted Ventilation of the
Neonate. Edisi ke-5. Missouri: Saunders; 2011. h.76-7.
7. Bissinger RL. Neonatal Resuscitation. Diunduh dari http://emedicine.
medscape.com/article/977002-overview. Diakses pada 15 September
2013.
8. Leone TA, Finer NN. Resuscitation at birth. Dalam: Fanaroff AA,
Fanaroff JM, penyunting. Care of the High Risk Neonate. Edisi ke-6.
Philadelphia: Saunders; 2013. h.54-64.
9. Kaban RK, Kosim MS. Prosedur medik bayi baru lahir ventilasi
mekanik pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi ke-1.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h.436.
10. Mahfouz AA, Al-Azraqi TA, Abbag Fl, Al-Gamal MN, Seef S, Bello
CS. Nosocomial infection in a neonatal intensive care unit in South-
Western Saudi Arabia. East Mediterr Health J. 2010;16:40-4.
11. Judith A, Cotrril G. Infection control practices in the NICU: What is
evidence-based? NeoReviews. 2013;11:419-25.
12. Royal Children Melbourne Hospital. Clinical Practice Guideline.
Diunduh dari http://www.rch.org.au/clinicalguide/index.cfm. Diakses
pada 13 September 2013.
43
Resusitasi Neonatus
44
3
Penilaian dan
Langkah Awal
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami penilaian dan langkah awal yang perlu dilakukan
pada resusitasi neonatus
• Pernapasan
• Tonus otot
• Laju denyut jantung
45
Resusitasi Neonatus
Pernapasan
Pernapasan sangatlah penting untuk dinilai karena tanda yang
pertama kali muncul pada bayi dengan gangguan kardiorespirasi
adalah penurunan upaya bernapas.4
Pada bayi yang bernapas spontan, perlu dinilai ada atau tidaknya
tanda distres pernapasan. Retraksi atau tarikan ke dalam pada tulang
iga dan sternum, merintih saat ekspirasi merupakan tanda-tanda
yang harus diwaspadai pada semua bayi. Hal di atas menunjukkan
kemungkinan bayi mengalami kesulitan mengembangkan paru-
paru.
MUTIARA BERNAS Bayi dengan kondisi apnu atau dengan napas megap-megap
Berikan CPAP (continuous perlu diberikan ventilasi tekanan positif. Demikian juga pada bayi
positive airway pressure)
dengan napas spontan, sianosis sentral, dan laju denyut jantung di
pada bayi bernapas spontan
disertai distres pernapasan. atas 100 kali per menit yang telah mendapat terapi oksigen aliran
Berikan VTP (ventilasi bebas namun tidak membaik.
tekanan positif) pada bayi
dengan pernapasan megap- Bayi prematur seringkali memiliki napas yang tidak teratur
megap atau apnu. atau mengalami periode apnu singkat berulang. Pada kondisi ini
bila denyut jantung bayi di atas 100 kali per menit, bayi umumnya
46
Penilaian dan Langkah Awal 3
Gambar 3.1. Bayi baru lahir dengan tonus otot yang baik. Diambil Gambar 3.2. Bayi baru lahir dengan tonus otot yang buruk.
dari http://www.solarnavigator.net/animal_kingdom/humans/babies. Diambil dari http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/
htm files/c_org_3d_training_tools.jpg
47
Resusitasi Neonatus
Bila respons bayi tidak ada atau lemah, maka penolong dapat
melakukan stimulasi dengan cara mengeringkan bayi dengan
handuk secara cepat namun lembut.
Lokasi paling baik untuk pulsasi pada tali pusat adalah bagian
dasar, namun tidak adanya nadi di lokasi tersebut bukanlah pertanda
pasti untuk tidak adanya denyut jantung. Denyut nadi perifer dan
sentral sebaiknya tidak digunakan untuk menilai laju denyut jantung
karena sulit diraba dan hasilnya kurang dapat dipercaya.5-7
48
Penilaian dan Langkah Awal 3
MUTIARA BERNAS
Bila laju denyut jantung
bayi tetap di bawah 60 kali
per menit setelah ventilasi
tekanan positif yang
adekuat, lakukan kompresi
dada.
Bila laju denyut jantung bayi terus menerus kurang dari 100
kali per menit, maka ventilasi bantuan harus dilakukan. Apabila
laju denyut jantung bayi tetap kurang dari 60 kali per menit bahkan
setelah diberikan ventilasi tekanan positif yang adekuat, kompresi
dada perlu diberikan.1
Oksigenasi
Salah satu komponen penilaian resusitasi lanjutan adalah
derajat oksigenasi. Untuk menilainya dapat dilakukan dengan
menggunakan pulse oximetry. Adapun penilaian warna kulit
cenderung bersifat subjektif dan tidak akurat.
49
Resusitasi Neonatus
Pulse Oximetry
Penggunaan alat untuk monitoring yang lebih ekstensif dapat
memberi banyak kegunaan selama resusitasi berlangsung. Pulse
oximetry dapat menampilkan laju denyut jantung janin secara
audiovisual sepanjang resusitasi sehingga para anggota tim dapat
melakukan tugasnya masing-masing dan memonitor kondisi bayi
pada saat yang bersamaan dan tidak perlu menghentikan tindakan
resusitasi.14-15
50
Penilaian dan Langkah Awal 3
Nilai Apgar
Nilai Apgar (tabel 3.2) merupakan sebuah metode objektif untuk
menilai kondisi bayi baru lahir dan mudah diterapkan pada berbagai
kondisi fasilitas kesehatan, namun sebaiknya nilai Apgar tidak
digunakan untuk menentukan kebutuhan dan intervensi
resusitasi pada bayi baru lahir.4,11,14,15 Penilaian ini menentukan
respons bayi baru lahir ketika melewati periode transisi pada beberapa
menit awal kehidupan. Nilai Apgar ditentukan pada menit ke-1 dan
5 serta dilanjutkan setiap 5 menit sampai nilai Apgar mencapai 7. MUTIARA BERNAS
Sebagai contoh, pada seorang bayi baru lahir didapatkan nilai Apgar Pada bayi yang
membutuhkan resusitasi
pada menit pertama nilai 2, menit kelima nilai 3, menit kesepuluh
aktif dan suplementasi
nilai 5, menit kelima belas nilai 7.
oksigen, pulse oximetry
harus digunakan
Pelaporan resusitasi harus ditulis secara lengkap dan meliputi untuk memantau
seluruh tahapan resusitasi. Penilaian perbaikan atau perburukan derajat oksigenasi dan
klinis harus dicatat setiap kali terdapat perubahan bermakna agar merencanakan pengaturan
perjalanan klinis bayi mudah dipahami dan untuk menentukan kadar oksigen.
tindakan pasca resusitasi.
Langkah Awal
51
Resusitasi Neonatus Bab 3
3.2 Langkah Awal
LAHIR
Perawatan Rutin:
• Keringkan bayi
Ya
• Beri kehangatan
Bernapas atau • Bersihkan jalan
menangis?
napas bila perlu
Tonus otot baik?
• Observasi
pernapasan,
warna dan laju
denyut jantung
Tidak
30 detik
Langkah Awal:
Bayi bernapas
• Berikan kehangatan
adekuat dan laju
• Posisikan dan bersihkan
jalan napas
denyut jantung >
100 kali per
• Keringkan dan stimulasi
menit
• Posisikan kembali
Nilai pernapasan, tonus dan laju
denyut jantung
14
52
Penilaian dan Langkah Awal 3
Gambar 3.5.Posisi bayi kontak kulit dengan kulit (skin-to-skin) dengan ibunya. Diambil dari: http://
ibudankeluarga.wordpress.com/2011/11/21/keajaiban-inisiasi-menyusu-dini/
Memberi Kehangatan
Kondisi hipotermia dapat meningkatkan konsumsi oksigen yang MUTIARA BERNAS
pada akhirnya dapat mengganggu resusitasi yang efektif. Pastikan Area resusitasi harus
area resusitasi terjaga hangat dengan suhu ruangan sekitar 25 dijaga hangat dengan
hingga 26oC, meletakkan bayi di bawah radiant warmer dalam suhu ruangan sekitar 25-
26OC, bayi diletakkan di
beberapa menit pertama setelah lahir, dan menggunakan alas/
bawah radiant warmer.
matras penghangat tambahan bila perlu, terutama pada bayi-bayi
Penghangat tambahan serta
kecil.15 Pasang probe suhu pada bayi dan setel infant warmer pada matras penghangat dapat
mode operasional otomatis atau sistem Servo, sehingga infant digunakan untuk bayi <
warmer akan menyesuaikan suhunya berdasarkan temperatur bayi 1000 gram
yang dinilai dari probe.
53
Resusitasi Neonatus
Gambar 3.6. Penggunaan plastik bening pada bayi baru lahir kurang bulan16
54
Penilaian dan Langkah Awal 3
MUTIARA BERNAS
Posisi yang paling baik
Gambar 3.7. Beberapa contoh posisi bayi.
Posisi ini menunjukkan posisi yang baik untuk untuk membuka jalan
membuka jalan napas secara optimal, yaitu
setengah ekstensi.
napas bayi adalah setengah
ekstensi
55
Resusitasi Neonatus
Gambar 3.8. Proses mengeringkan bayi. Setelah mengeringkan bayi, handuk yang basah diganti
dengan yang kering. Diambil dari Buku Panduan Resusitasi Neonatus. American Academy of
Pediatrics
Kain yang sudah basah harus segera diganti dengan kain baru
yang kering dan bersih agar bayi tetap hangat.
56
Penilaian dan Langkah Awal 3
Gambar 3.10. Apnu primer dan apnu sekunder. Diambil dari Buku Panduan Resusitasi Neonatus.
American Academy of Pediatrics
Pada periode ini, jika bayi diberikan rangsang taktil, bayi akan
kembali bernapas. Namun jika bayi terus mengalami kekurangan
oksigen selama apnu primer, bayi akan berusaha napas megap-
megap dan kemudian memasuki periode apnu sekunder. Selama
periode apnu sekunder, rangsang taktil berkepanjangan tidak akan
berhasil dan bantuan pernapasan harus diberikan.4
57
Resusitasi Neonatus
Hal-hal penting
1. Penilaian awal pada resusitasi neonatus akan menentukan
langkah dan tindakan resusitasi selanjutnya.
58
Penilaian dan Langkah Awal 3
Daftar pustaka
1. Australian Resuscitation Council. Guideline 13.3 Assessment of the
Newborn Infant. Section 13: Neonatal Guidelines. Diunduh dari www.
resus.org.au. Diakses pada 15 Oktober 2013.
2. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011. h.9.
3. Dawes GS. Foetal and Neonatal Physiology. A Comparative Study of the
Changes at Birth. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc; 1968.
4. American Academy of Pediatrics/ American Heart Association. Neonatal
Resuscitation Program – The textbook of neonatal resuscitation. Edisi
ke-5. Elk Grove Village: American Academy of Pediatrics; 2011. h.8-5.
5. Whitelaw CC, Goldsmith LJ. Comparison of two techniques for
determining the presence of a pulse in an infant. Acad Emerg Med.
1997;4:153-4.
6. Kamlin CO, Dawson JA, O’Donnell CP, Morley CJ. Donath SM, Sekhon
J, et al. Accuracy of pulse oximetry measurement of heart rate of
newborn infants in the delivery room. J Pediatr. 2008; 152: 756-60.
7. Owen CJ, Wyllie JP. Determination of heart rate in the baby at birth.
Resuscitation. 2004;60:213-7.
8. Rao R, Ramji S. Pulse oximetry in asphyxiated newbornsin the delivery
room. Indian Pediatr. 2001;38:762-6.
9. O’Donnell CPF, Kamlin COF, Davis PG, Morley CJ. Obtaining
pulse oximetry data in neonates; a randomized crossover study of
sensor application techniques. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.
2005;90:F84-5.
10. O’Donnell CPF, Kamlin COF, Davis PG, Morley CJ. Feasibility of and
delay in obtaining pulse oximetry during neonatal resuscitation. J
Pediatr. 2005;147:698-9.
11. Perlman JM, Wyllie J, Kattwinkel J, et al. Part 11: neonatal resuscitation:
2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment
Recommendations. Circulation. 2010;122:S516-38
12. O’Donnell CPF, Kamlin COF, Davis PG, Carlin JB, Morley CJ. Clinical
assessment of infant colour at delivery. Arch Dis Child Fetal Neonatal
Ed. 2007;92:F465-7.
13. UK Resuscitation Council. Section 11 Newborn Life Support. 2010
Resuscitation Guidelines. Diunduh dari www.resus.org.uk/pages/nls.
pdf. Diakses pada 15 Oktober 2013.
59
Resusitasi Neonatus
14. Milner AD. Care around birth. Dalam: Rennie JM, penyunting.
Roberton’s Textbook of Neonatology. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier;
2005.h225-6.
15. Leone TA, Finer NN. Resuscitation at birth. Dalam: Fanaroff AA,
Fanaroff JM, penyunting. Klaus and Fanaroff ’s Care of High-Risk
Neonate. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier; 2013.h57-8.
16. Knobel RB, Wimmer Jr JE, Holbert D. Heat loss prevention for preterm
infants in the delivery room. J Perinatol. 2005; 25: 304-8.
17. Carroll PD, Nankervis CA, Giannone PJ, Cordero L. Use of polyethylene
bags in extremely low birth weight infant resuscitation for the
prevention of hypothermia. J Reprod Med. 2010;55(1-2):9-13.
60
5
Stabilisasi dan
Transportasi Pasca
Resusitasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memertahankan stabilitas bayi baru lahir pasca resusitasi.
2. Memahami mekanisme transportasi bayi baru lahir yang
membutuhkan perawatan.
Stabilisasi neonatus
61
Resusitasi Neonatus
Pemeriksaan kadar gula darah pada bayi sakit atau bayi dengan
risiko hipoglikemia harus segera dilakukan dalam 30-60 menit
setelah lahir dan jika bayi menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia
antara lain jitteriness, iritabilitas, hipotonia, letargi, menangis lemah
atau melengking, hipotermia, refleks hisap buruk, takipnea, sianosis,
apnea, atau kejang. Pemeriksaan dapat diulang dalam 1-3 jam
sesuai hasil pemeriksaan kadar gula darah dan kondisi bayi.1-3 Jika
kadar gula darah menetap dalam rentang normal maka frekuensi
pemeriksaan dapat dikurangi atau dihentikan. Pemeriksaan kadar
62
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
• Apabila kadar gula darah tetap < 50 mg/dL, ulangi bolus D10
2 mL/kg.
• Apabila kadar gula darah tetap < 50 mg/dL setelah 2 kali bolus
D10, ulangi bolus dan tingkatkan jumlah glukosa intravena
hingga 100-120 mL/kg/hari atau tingkatkan konsentrasi glukosa
intravena menjadi D12,5 atau D15.
63
Resusitasi Neonatus
64
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
65
Resusitasi Neonatus
66
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
• Laju napas
Laju napas normal pada bayi berkisar antara 40-60 kali per
menit. Laju napas kurang dari 30 kali per menit disertai
penggunaan otot napas tambahan menandakan bayi mengalami
kelelahan bernapas. Napas megap-megap dapat menjadi tanda
ancaman henti napas.
• Usaha napas
• Kebutuhan oksigen
67
Resusitasi Neonatus
• Saturasi oksigen
• Gas darah
*Sebelum pengambilan darah kapiler, hangatkan kaki/ tumit selama 3-5 menit
untuk memerbaiki aliran darah ke area pengambilan sampel.1
MUTIARA BERNAS Penilaian derajat gangguan napas pada bayi baru lahir dapat
Distres napas yang
dilakukan menggunakan skor Downe (Downe score). Skor ini dapat
disebabkan infeksi sulit
dibedakan dengan distres digunakan pada berbagai kondisi dan usia gestasi.
karena penyebab lain
sehingga kultur darah Distres napas bukanlah suatu diagnosis melainkan suatu
dan pemberian antibiotik manifestasi klinis yang disebabkan oleh berbagai kelainan yang
perlu dilakukan sampai melibatkan paru maupun organ selain paru. Jika laju napas >
kemungkinan infeksi dapat 60kali/menit disertai pCO2 yang tinggi maka penyebab distres napas
disingkirkan dapat dicurigai berasal dari paru seperti sindrom gawat napas,
68
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
Gambar 5.2.
Deteksi pneumotoraks
dengan transiluminasi
Diunduh dari http://www.
carolinacoreconcepts.com.
69
Resusitasi Neonatus
a. Syok hipovolemik
b. Syok kardiogenik
c. Syok septik
70
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
71
Resusitasi Neonatus
72
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
sama dengan pada syok hipovolemik namun pada syok septik dapat
diperlukan bolus cairan lebih banyak akibat adanya kebocoran
cairan dari intravaskular ke ekstravaskular atau interstisial. Pada
syok kardiogenik maupun syok septik dapat diberikan terapi:
73
Resusitasi Neonatus
• Blood count
• Blood culture
• Blood glucose
Kadar gula darah diperiksa dini dan pantau dengan ketat sesuai
indikasi.
• Blood gas
74
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
75
Resusitasi Neonatus
76
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
77
Resusitasi Neonatus
78
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
79
Resusitasi Neonatus
Tabel 5.4. Peralatan yang dibutuhkan selama transportasi bayi baru lahir
Dukungan termal:
Inkubator transpor (pada fasilitas lengkap)/transpor secara skin to skin (pada fasilitas terbatas)
Termometer dan/ atau monitor suhu disertai probes
Plastik, selimut insulator, pelindung panas
Dukungan respiratori:
Tabung oksigen dan udara dengan indikator tekanan dan kandungan gas yang sesuai
Flowmeter
Sungkup dan kanul nasal neonatus
Oxygen analyzer
Balon tekanan positif
Peralatan continuous positive airway pressure (CPAP): nasal prong dan pipa endotrakeal
Ventilator mekanik
Pipa endotrakeal ukuran 2,5;3,0;3,5;4,0 mm
Laringoskop dengan blade ukuran 00, 0, dan 1
Baterai dan lampu cadangan untuk laringoskop
Stilet dan plester untuk fiksasi pipa endotrakeal
Perangkat suction:
Kateter suction (ukuran 5, 6, 8, 10, 12 Fr)
Alat suction dengan batas tekanan < 100 mmHg
Feeding Tube (8 Fr) dan spuit 20 mL untuk dekompresi oro-gastrik
Sarung tangan steril, air steril untuk irigasi
Perangkat pemantauan:
Stetoskop, monitor jantung, pulse oxymeter
Alat pantau gula darah
Peralatan infus parenteral:
Kateter intravena (24, 26 G)
Spuit (2, 5, 10, 20, 50 mL)
Spalk, dressing transparan atau micropore
Three way stopcock, set infus (diusahakan kompatibel dengan syringe pump/ infuse pump)
Obat-obatan:
Kalsium glukonas 10%
Epinefrin (1:10000) diisi dalam spuit, sodium bikarbonat
Dopamin, Dobutamin, Morfin, Midazolam
Normal salin, Fenobarbital, Surfaktan
80
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
Gambar 5.6. CPAP transportasi dengan Jackson Rees (fasilitas Gambar 5.7. CPAP transportasi dengan T-piece resuscitator Neopuff®
terbatas) (fasilitas lengkap)
81
Resusitasi Neonatus
Gambar 5.8. CPAP transportasi dengan T-piece resuscitator Mixsafe portabel berbaterai (fasilitas
terbatas)
82
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
• Apnea berulang
• Kejang berulang
83
Resusitasi Neonatus
HAL-HAL PENTING
Daftar pustaka
1. Karlsen K. The S.T.A.B.L.E Program: Guidelines for Neonatal
Healthcare Providers. Edisi ke-5. Park City: S.T.A.B.L.E Program;
2006. h.5-42.
84
Stabilisasi dan Transportasi Pasca Resusitasi 5
14. Jobe AH. The new bronchopulmonary dysplasia. Curr Opin Pediatr.
2011;23:167-72.
15. Bomont RK, Cheema IU. Use of nasal continuous positive pressure
during neonatal transfer. Arch Dis Fetal Neonatal Ed. 2006;91:85-9.
16. Murray PG, Stewart MJ. Use of nasal continuous positive airway
pressure during retrieval of neonates with acute respiratory distress.
Pediatrics. 2008;121:754-8.
85
Resusitasi Neonatus
86
4
Resusitasi Terintegrasi
Tujuan Pembelajaran:
1. Mengupayakan semua bayi yang lahir mencapai kondisi “warm,
pink, and sweet”.
S
etelah melakukan penilaian dan langkah awal pada 30
detik pertama, penolong resusitasi perlu menilai kembali
usaha bernapas dan laju denyut jantung. Bila penilaian
menunjukkan bayi gagal mencapai pernapasan regular yang adekuat,
atau laju denyut jantung di bawah 100 kali per menit, lakukan
resusitasi dengan mengintegrasikan komponen airway (membuka
jalan napas), breathing (ventilasi), circulation (kompresi dada) dan
drugs (pemberian cairan dan obat-obatan). 1
Kerja sama tim yang baik sangat penting dalam resusitasi bayi
baru lahir, terutama resusitasi tahap lanjut. 2,3
87
Resusitasi Neonatus
88
Resusitasi Terintegrasi 4
89
Resusitasi Neonatus
Breathing (Ventilasi)
Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot
Tidak bernapas/ megap‐
Bernapas spontan
megap, dan atau
LDJ < 100x/ menit
Distres napas Sianosis sentral persisten
(Takipnu, retraksi, Tanpa distres napas
atau merintih)
Ventilasi tekanan
positif (VTP) Pertimbangkan
Continuous positive suplementasi oksigen
Pemantauan SpO2 airway pressure (CPAP)
PEEP 5‐8 cmH2O Pemantauan SpO2
Pemantauan SpO2
Keterangan:
Apabila LDJ > 100 kali
per menit dan target
saturasi oksigen tercapai:
• Tanpa alat Æ Lanjutkan
ke perawatan observasi
• Dengan alat Æ
Lanjutkan ke perawatan
paska‐resusitasi
6
90
Resusitasi Terintegrasi 4
Gambar 4.2. Ukuran sungkup wajah. Sungkup paling kiri terlalu kecil karena tidak menutupi ujung
dagu, sedangkan sungkup di tengah terlalu besar sampai menutupi mata. Sungkup paling kanan
berukuran tepat, menutupi ujung dagu, mulut dan hidung.
91
Resusitasi Neonatus
Gambar 4.3. Sungkup wajah tipe Laerdel® (kiri) dan Fisher Paykel ® (kanan).8
Gambar 4.4.Cara memegang sungkup wajah tipe Laerdel® dengan benar. Dari kiri ke kanan: Stem
Hold, Two-Point Top Hold, dan OK Rim Hold.8
92
Resusitasi Terintegrasi 4
Gambar 4.5.
Cara memegang sungkup
wajah tipe Fisher&Paykel®
dengan benar.8
93
Resusitasi Neonatus
0 1 2
Frekuensi Napas < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Tidak ada udara masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa alat
stetoskop bantu
Interpretasi Skor
Skor < 4 Distres Pernapasan Ringan (CPAP)
Skor 4-5 Distres Pernapasan Sedang (CPAP)
Skor ≥ 6 Distres Pernapasan Berat (pertimbangkan intubasi)
94
Resusitasi Terintegrasi 4
Gambar 4.6
T-piece resuscitator di fasilitas lengkap (atas:
Neopuff®, bawah: Mixsafe®)
Keterangan
1. Selang inspirasi
2. Selang ekspirasi
3. Elbow
4. Paediatric APL (Adjustable Pressure
Limiting Valve)
5. Reservoir bag
6. T-connector
95
Resusitasi Neonatus
96
Resusitasi Terintegrasi 4
97
Resusitasi Neonatus
Gambar 4.8. Pemberian CPAP dengan menggunakan Jackson-Rees (atas) dengan ukuran sungkup
yang sesuai (bawah)
98
Resusitasi Terintegrasi 4
Gagal CPAP
PEEP 8 cmH2O
FiO2> 40%
Dengan distres napas
Pertimbangkan intubasi
Memulai Ventilasi
Tujuan ventilasi adalah untuk mencapai kapasitas residu fungsional
yang adekuat.2
99
Resusitasi Neonatus
100
Resusitasi Terintegrasi 4
menghindari tekanan serta volume berlebihan. TPI awal untuk
ventilasi tekanan positif dapat diberikan sebesar 30 cmH2O pada
bayi prematur.2
101
Resusitasi Neonatus
MUTIARA BERNAS
• Apabila bayi masih tidak bernapas dan denyut jantung
<100 kali per menit maka ventilasi tekanan positif tetap
dilanjutkan
• Apabila bayi bernapas tidak adekuat dan denyut jantung
>100 kali per menit maka lanjutkan dengan pemberian
PEEP
• Apabila bayi bernapas adekuat dan denyut jantung >100
kali per menit maka lanjutkan dengan perawatan pasca-
resusitasi
• Apabila bayi masih tidak bernapas dan denyut jantung
turun <60 kali per menit maka pastikan ventilasi sudah
adekuat dan kompresi dada dapat dimulai.
102
Resusitasi Terintegrasi 4
3. Perbaikan oksigenasi
Pemberian Oksigen
Tujuan pemberian oksigen adalah mencapai saturasi oksigen semirip
mungkin dengan bayi baru lahir sehat, sesuai dengan usia bayi
tersebut. Pada tabel berikut tertera saturasi target untuk bayi baru
lahir sepanjang resusitasi, dengan target teratas saturasi oksigen
90%. Harus diingat bahwa beberapa bayi dapat mencapai saturasi di
103
Resusitasi Neonatus
104
Resusitasi Terintegrasi 4
105
Resusitasi Neonatus
Tabel 4.3. Tabel konsentrasi oksigen untuk campuran udara bertekanan dan oksigen
% Udara Bertekanan (Liter/menit)
Kons. O2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 41% 37% 34% 32% 31% 30% 29% 28%
2 61% 53% 47% 44% 41% 38% 37% 35% 34%
Oksigen Murni (Liter/ menit)
3 80% 68% 61% 55% 51% 47% 45% 43% 41% 39%
4 84% 74% 66% 61% 56% 52% 50% 47% 45% 44%
5 86% 77% 70% 65% 61% 57% 54% 51% 49% 47%
6 88% 80% 74% 68% 64% 61% 57% 54% 53% 51%
7 90% 82% 76% 71% 67% 64% 61% 58% 56% 54%
8 91% 84% 78% 74% 70% 66% 63% 61% 58% 56%
9 92% 86% 80% 76% 72% 68% 65% 63% 61% 58%
Sebagai contoh, penolong berniat untuk memberikan oksigen
10 93% 87% 82% 77% 74% 70% 67% 65% 63% 61%
106
Resusitasi Terintegrasi 4
Gambar 4.10. Sumber udara bertekanan dan tabung oksigen 100% yang dihubungkan dengan Y-connector di fasilitas
terbatas.
107
Resusitasi Neonatus
Gambar 4.11.
T-piece resuscitator Mixsafe dengan pencampur
oksigen sebagai salah satu pilihan pemberian
oksigen di fasilitas terbatas.
Intubasi Endotrakea
Indikasi
Keputusan untuk melakukan intubasi bergantung pada usia gestasi
bayi, derajat distres napas, respons terhadap ventilasi tekanan
positif, dan kemampuan serta pengalaman penolong.2
Intubasi trakea perlu dilakukan jika2:
108
Resusitasi Terintegrasi 4
Ukuran dan Kedalaman Insersi Laringoskop dan Pipa
Endotrakeal
Diameter internal pipa endotrakeal (endotracheal tube/ ETT) dalam
milimeter dapat dihitung melalui rumus usia gestasi dalam minggu
dibagi 10. Umumnya, pipa dengan diameter 2,5 mm sesuai untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 1 kg, pipa dengan diameter 3,0
mm untuk bayi dengan berat 1-2 kg, pipa dengan diameter 3,5 mm
untuk bayi dengan berat 2-3 kg, dan pipa dengan diameter 3,5-4,0
mm untuk bayi dengan berat di atas 3 kg.2
Tabel 4.4. Panjang Pipa Endotrakeal yang Direkomendasikan Berdasarkan Usia Gestasi Terkoreksi (Usia
Gestasi Saat Lahir + Usia Postnatal) dan Berat Badan Saat Diintubasi. 2
Usia Gestasi Berat Badan Tanda ETT di Bibir Ukuran ETT – Ukuran Kateter
Terkoreksi (kg) (cm) Diameter Internal Pengisap ETT (F)
(minggu) (mm)
109
Resusitasi Neonatus
Teknik Intubasi
Teknik melakukan intubasi endotrakea :
110
Resusitasi Terintegrasi 4
111
Resusitasi Neonatus
13. Kenali dan tentukan lokasi glotis. Letak pipa endotrakeal yang
benar adalah antara pita suara dan karina masukkan pipa
sampai garis pedoman pita suara berada sebatas pita suara
Gambar 4.15 Anatomi faring dan hipofaring yang tampak apabila lidah diangkat
112
Resusitasi Terintegrasi 4
113
Resusitasi Neonatus
114
Resusitasi Terintegrasi 4
Gambar 4.18
Detektor CO2. Gambar diambil dari http://
www.covidien.com
115
Resusitasi Neonatus
• Laju denyut jantung di bawah 100 kali per menit yang tidak
meningkat segera setelah intubasi dan ventilasi diberikan
116
Resusitasi Terintegrasi 4
117
Resusitasi Neonatus
118
Resusitasi Terintegrasi 4
Teknik dua jari (dua ujung jari pada sternum) dapat dilakukan
jika teknik dua ibu jari dianggap mengganggu akses ke perut atau
dada bayi (misalnya untuk kanulasi umbilikal atau torakosentesis).
Tangan lainnya menyokong punggung.2
Gambar 4.20. Ventilasi dan kompresi dada pada bayi baru lahir1
119
Resusitasi Neonatus
Penilaian
Penilaian laju denyut jantung dilakukan setelah 60 detik koordinasi
ventilasi tekanan positif dan kompresi dada, hal ini dimaksudkan
agar dalam 60 detik telah didapatkan peningkatan laju denyut
jantung yang bermakna dibandingkan penilaian 30 detik yang
dianggap terlalu singkat.
Perbaikan kondisi bayi ditandai dengan:2,3
• Denyut jantung yang terdengar saat auskultasi
• Pulsasi spontan pada oksimetri
• Peningkatan saturasi oksigen
• Pergerakan atau napas spontan
120
Resusitasi Terintegrasi 4
Jalur Pemberian
Vena Umbilikal
Kateter vena umbilikal merupakan jalur intravaskular yang paling
cepat didapat untuk pemberian cairan dan obat walau dalam keadaan
sirkulasi perifer yang buruk. Sebelum dipasang, sambungkan kateter
dengan katup three-way, dan pastikan baik kateter maupun three-
way diisi cairan garam fisiologis/normal saline (NaCl 0,9%).2,3
121
Resusitasi Neonatus
Pipa Endotrakeal
Hanya adrenalin dan surfaktan artifisial yang dapat diberikan
melalui pipa endotrakeal. Adrenalin diberikan dalam dosis yang
lebih tinggi (50-100 mcg/kgBB) dibandingkan pemberian melalui
intravena. Adrenalin hanya diberikan melalui pipa endotrakeal bila
laju denyut jantung kurang dari 60 kali per menit walau ventilasi
dan kompresi dada adekuat telah diberikan dan jalur intravena
tidak tersedia.2,3
Vena Perifer
Gambar 4.21. Jalur vena umbilikal. 23
Jalur vena perifer sangat sulit dipasang pada bayi baru lahir yang
mengalami renjatan.2,3
Jalur Intraosseus
Jalur ini jarang dilakukan pada bayi baru lahir, namun dapat
digunakan bila akses umbilikal dan vena tidak tersedia.
Pertimbangkan jalur ini bila penolong cukup berpengalaman dalam
memasang jalur intraosseus.2
Arteri Umbilikal
Arteri umbilikal tidak direkomendasikan untuk pemberian obat-
obat resusitasi. Terdapat kekuatiran akan terjadinya komplikasi
bila obat-obatan vasoaktif atau hipertonik (adrenalin atau sodium
bikarbonat) diberikan melalui arteri.2
122
Resusitasi Terintegrasi 4
Adrenalin
Indikasi
Dosis
Sodium Bikarbonat
Indikasi
Apabila bayi baru lahir terlalu lama mengalami hipoksia, maka asidosis
metabolik dapat terjadi akibat akumulasi asam laktat. Asam laktat
terbentuk saat jaringan mengalami insufisiensi oksigen. Asidosis berat
dapat menyebabkan gangguan kontraksi miokardium dan konstriksi
pembuluh darah paru, sehingga aliran darah paru berkurang dan
difusi oksigen dari alveol ke kapiler makin sedikit. Bila curah jantung
123
Resusitasi Neonatus
Dosis
Nalokson
Indikasi
124
Resusitasi Terintegrasi 4
Dosis
Indikasi
125
Resusitasi Neonatus
Dosis
Prosedur:
Persiapan Bahan dan Alat
5. Pinset
126
Resusitasi Terintegrasi 4
Pelaksanaan
127
Resusitasi Neonatus
13. Bila koreksi obat atau cairan masih diperlukan untuk beberapa
waktu, maka kateter perlu difiksasi dengan benang jahit.
Bayi Prematur
Bantuan Pernapasan
Bayi sangat prematur rentan mengalami displasia bronkopulmonar
atau penyakit paru kronis sebagai dampak/komplikasi dari
tindakan intubasi dan penggunaan ventilasi mekanik > 72 jam.
128
Resusitasi Terintegrasi 4
Gambar 4.22. Pemberian CPAP dengan Jackson-Rees yang disambungkan ke sungkup wajah
(atas) atau melalui single nasal prong (bawah)
129
Resusitasi Neonatus
130
Resusitasi Terintegrasi 4
131
Resusitasi Neonatus
Oksigen
Bayi prematur memiliki risiko lebih besar untuk mengalami cedera
hiperoksia dibandingkan bayi cukup bulan. Pada saat melakukan
resusitasi bayi sangat prematur, dianjurkan untuk tidak menggunakan
oksigen 100%, melainkan campuran udara dan oksigen lalu
melakukan titrasi fraksi oksigen. Bayi prematur membutuhkan waktu
lebih lama untuk mencapai saturasi oksigen 90% dibanding bayi
cukup bulan, sehingga pemberian fraksi oksigen saat resusitasi perlu
dimonitor dengan pulse oxymetry. Komplikasi hiperoksia adalah
keterlambatan menarik napas pertama, retinopati prematuritas,
displasia bronkopulmonar, dan enterokolitis nekrotikans.2
132
Resusitasi Terintegrasi 4
Tatalaksana Suhu
Bayi prematur berisiko mengalami hipotermia, oleh karena itu semua
bayi dengan usia gestasi di bawah 28 minggu atau berat badan di
bawah 1500 gram harus dibungkus dengan plastik polietilen segera
setelah lahir. Bayi tidak boleh dikeringkan sebelum dibungkus dengan
plastik.19 Penjelasan lebih lanjut mengenai pemberian kehangatan bayi
prematur dapat dilihat pada Bab 3: Penilaian dan Langkah Awal.
Gambar 4.23
Atresia koana
133
Resusitasi Neonatus
Pneumotoraks Tension
Pneumotoraks adalah akumulasi udara di rongga pleura hingga
menyebabkan kolaps paru sebagian atau total pada sisi yang
terkena.19
134
Resusitasi Terintegrasi 4
135
Resusitasi Neonatus
Wing needle
Kateter
Spuit 10 cc intravena
Three-way
136
Resusitasi Terintegrasi 4
Masukkan/dorong kanula
ke dalam sambil mencabut
stylet keluar, hindari
memasukkan stylet dengan
terlalu keras
Pneumonia/Sepsis
Pneumonia kongenital dapat menyebabkan compliance paru
buruk, sehingga bayi membutuhkan tekanan ventilasi lebih tinggi
saat resusitasi untuk membuka alveol paru. Manifestasi klinis
pneumonia adalah distres pernapasan berat.2
137
Resusitasi Neonatus
138
Resusitasi Terintegrasi 4
Kelahiran Gemelli
Bayi gemelli seringkali membutuhkan resusitasi karena prematuritas,
abnormalitas plasenta, gangguan aliran darah tali pusat, dan/atau
komplikasi mekanis selama persalinan.2
Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam sebelum persalinan dapat terjadi pada
abrupsio plasenta, plasenta previa atau vasa previa. Meski sumber
pendarahan paling sering berasal dari ibu, namun sedikit saja
perdarahan berasal dari janin dapat menyebabkan hipovolemia pada
bayi. Sebagai contoh perdarahan transplasenta mayor ke dalam
sirkulasi ibu (perdarahan fetomaternal) menyebabkan hipovolemia
bayi tanpa perdarahan antenatal yang tampak.2
139
Resusitasi Neonatus
140
Resusitasi Terintegrasi 4
141
Resusitasi Neonatus
142
Resusitasi Terintegrasi 4
143
Resusitasi Neonatus
144
Resusitasi Terintegrasi 4
Resusitasi Terintegrasi
Berurutan
Kedua tahapan pertama dalam resusitasi, yaitu Airway dan
Breathing, merupakan komponen terpenting dan paling awal
dijalankan. Tahapan-tahapan ini tidak boleh dilompati untuk
menuju ke komponen berikutnya Circulation dan Drugs. Dengan
kata lain sebelum memutuskan melakukan komponen Circulation
dan Drugs harus dipastikan Airway dan Breathing sudah optimal.
Contoh Kasus:
Dokter A sedang menangani bayi yang baru saja lahir dari seorang
ibu G1P0A0 dengan usia gestasi 35 minggu. Dokter A sudah
melakukan penilaian dan langkah awal. Pada usia 30 detik setelah
lahir didapatkan bayi tetap tidak bernapas, tonus buruk dan laju
denyut jantung 58 kali per menit.
Jawaban: Tidak
145
Resusitasi Neonatus
Tidak
Langkah awal:
• Pastikan bayi tetap hangat
• Atur posisi dan bersihkan jalan napas
• Keringkandan stimulasi
• Posisikan kembali
Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot
Pemantauan SpO2
146
Resusitasi Terintegrasi 4
Simultan
Penilaian usaha napas, laju denyut jantung dan tonus serta tindakan
resusitasi berupa Airway, Breathing, Circulation dan Drugs harus
dilakukan secara simultan atau bersamaan pada satu waktu.
Ketepatan Waktu
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, waktu merupakan hal
yang sangat penting pada resusitasi bayi baru lahir. Keterlambatan
penanganan di awal akan mengakibatkan keterlambatan perbaikan
klinis bayi. Usaha napas pertama dapat tertunda dan hipoksia lama
dapat diakibatkan oleh denyut jantung yang rendah.
147
Resusitasi Neonatus
Koordinasi
Para penolong harus memiliki koordinasi yang baik, mampu
bekerja sama dan memiliki bahasa medis sama sehingga tidak
ada keterlambatan, tidak saling bertabrakan kerjanya, tidak saling
menunggu atau malah menonton penolong lainnya melakukan
resusitasi.
Penilaian Berulang
Kondisi bayi baru lahir dapat mengalami perubahan sepanjang
resusitasi walaupun penolong belum mencapai titik penilaian pada
alur resusitasi. Oleh karena itu, penilaian komponen resusitasi
harus dilakukan berulang kali sepanjang resusitasi. Selain berfungsi
untuk memandu penolong menentukan tindakan dan perawatan
selanjutnya, penilaian berulang juga membantu penolong untuk
memantau apakah ada perbaikan atau perburukan kondisi bayi.
148
Resusitasi Terintegrasi 4
Contoh Kasus:
Dokter B sedang meresusitasi neonatus yang lahir tidak bernapas,
tonus buruk, dan laju denyut jantung 50 kali per menit.
Pada tahap Airway, pastikan lagi posisi kepala bayi sudah benar
(setengah ekstensi) dan tidak ada obstruksi pada jalan napas bayi.
149
Resusitasi Neonatus
150
Resusitasi Terintegrasi 4
Hal-hal penting
1. Komponen resusitasi bayi baru lahir terdiri atas empat
hal, yaitu Airway, Breathing, Circulation dan Drugs
151
Resusitasi Neonatus
Daftar pustaka
1. Richmond S, Wyllie J. European Resuscitation Council Guidelines
for Resuscitation 2010 Section 7. Resuscitation of babies at birth.
Resuscitation. 2010; 81: 1389–99
2. Australian Resuscitation Council. Section 13: Neonatal Guidelines.
Diunduh dari www.resus.org.au. Diakses pada 15 Oktober 2013.
3. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011.
h.10-7.
4. Falciglia HS, Henderschott C, Potter P, Helmchen R. Does DeLee
suction at the perineum prevent meconium aspiration syndrome? Am
J Obstet Gynecol. 1992;167:1243-9.
5. Vain NE, Szyld EG, Prudent LM, Wiswell TE, Aguillar AM, Vivas NI.
Oropharyngeal and nasopharyngeal suctioning of meconium-stained
neonates before delivery of their shoulders: multicentre, randomised
controlled trial. Lancet. 2004;364:597-602.
6. Wiswell TE, Gannon CM, Jacob J, Goldsmith L, Szyld E, Weiss K, et
al. Delivery room management of the apparently vigorous meconium-
stained neonate: results of the multicenter, international collaboraive
trial. Pediatr. 2000;105:1-7.
7. Liu WF, Harrington T. The need for delivery room intubation of thin
meconium in the low-risk newborn: a clinical trial. Am J Perinatol.
1998;15:675-82.
8. Wood FE, Morley CJ, Dawson JA, Kamlin CO, Owen LS, Donath S,
et al. Improved techniques reduce face mask leak during simulated
neonatal resuscitation: study 2. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.
2008;93:230–F4.
9. Halamek LP, Morley C. Continuous positive airway pressure during
neonatal resuscitation. Clin Perinatol. 2006; 33: 83– 98.
10. Buch P, Makwana AM, Chudasama RK. Usefulness of Downe score
as clinical assessment tool and bubble CPAP as primary respiratory
support in neonatal respiratory distress syndrome. J Pediatr Sci.
2013;5:176-83.
11. Sharma A, Ford S, Calvert J. Adaptation for life: a review of neonatal
physiology. Anaesth Intensive Care Med. 2010;12:85-90.
12. Altuncu E, Ozek E, Bilgen H, Topuzoglu A, Kavuncuoglu S. Percentiles
of oxygen saturations in healthy term newborns in the first minutes of
life. Eur J Pediatr. 2008;167:687-8
13. Gonzales GF, Salirrosas A. Arterial oxygen saturation in healthy infants
immediately after birth. J Pediatr. 2006;148:585-9
14. Toth B, Becker A, Seelbach-Gobel B. Oxygen saturation in healthy
newborn infants immediately after birth measured by pulse oximetry.
Arch Gynecol Obstet. 2002;266:105-7
15. Mariani G, Dik PB, Ezquer A, Aguirre A, Esteban ML, Perez C, et
al. Pre-ductal and post-ductal O2 saturation in healthy term neonates
after birth. J Pediatr. 2007;150:418-21
16. Rabi Y, Yee W, Chen SY, Singhal N. Oxygen saturation trends
immediately after birth. J Pediatr. 2006;148:590-4
17. Dawson JA, Kamlin CO, Vento M, Wong C, Cole TJ, Donath SM, et al.
Defining the reference range for oxygen saturation for infants after
birth. Pediatrics. 2010;125:1340-7
152
Resusitasi Terintegrasi 4
153
Resusitasi Neonatus
154
6
Aspek Etika dalam
Resusitasi
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami aspek etika dalam resusitasi
2. Memahami kapan menghentikan usaha resusitasi
W
alaupun dunia medis di bidang perinatal telah
berkembang dengan baik dan pesat, tetapi hal tersebut
tidak menjamin semua bayi akan lahir hidup atau tetap
hidup dengan/ tanpa melewati masa kritis. Bayi prematur/ berat
lahir rendah khususnya memiliki risiko tinggi untuk komplikasi
jangka panjang dengan biaya pengobatan yang tidak murah, seperti:
penyakit paru kronik, kebutaan, gangguan kognitif, kelainan
neurologis, gagal tumbuh dan gangguan perkembangan.1
155
Resusitasi Neonatus
A. Penolakan resusitasi2
-- Anensefali
156
Aspek Etika dalam Resusitasi 6
Referensi
1. Fanaroff JM, Nelson LJ. Ethical issues in the perinatal period. Dalam:
Fanaroff AA, Fanaroff JM, penyunting. Care of the High-Risk Neonate.
Edisi ke-6. Philadelphia: Saunders; 2013. h.535-42.
2. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011.h.19.
3. Hird M, Larcher VF. Ethical and legal aspects of neonatology. Dalam:
Rennie JM, penyunting. Roberton’s Textbook of Neonatology. Edisi ke-
4. Philadelphia: Elsevier; 2005. h.97-100.
157
Resusitasi Neonatus
158
7
Megacode
KASUS 1
Seorang bayi dengan berat 1400 gram dilahirkan dari ibu G2P1A0
dengan preeklamsia berat pada usia kehamilan 31 minggu. Ibu belum
pernah mendapat suntikan kortikosteroid sebelum persalinan. Pada
saat dilahirkan bayi menangis kuat disertai pergerakan dan fleksi
pada keempat ekstremitas. Tangan dan kaki bayi terlihat sianotik.
KASUS 2
Seorang bayi dengan berat 2700 gram dilahirkan dari ibu G3P1A1
secara bedah kaisar pada usia kehamilan 40 minggu. Sebelumnya
ibu mengeluh gerakan janin berkurang disertai hasil pemeriksaan
CTG berupa deselerasi lambat. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
maupun penyulit selama kehamilan. Pada saat dilahirkan bayi
tampak mengalami lilitan tali pusat erat sebanyak 2 kali, tidak
menangis, dan tampak kebiruan. Bayi dibebaskan dari lilitan tali
pusat dan diserahkan kepada anda selaku penolong resusitasi. Bayi
tampak megap-megap dan lunglai disertai warna kebiruan disekitar
mulut, tangan, dan kaki. Cairan ketuban tampak kehijauan namun
tidak berbau.
159
Resusitasi Neonatus
KASUS 3
Seorang bayi dengan berat 3200 gram dilahirkan dari ibu G1P0A0
melalui persalinan normal pada usia kehamilan 42 minggu. Pada
saat persalinan tampak cairan ketuban bercampur mekoneum
kental. Bayi lahir menangis dengan tonus otot yang cukup. Tangan
dan kaki bayi tampak kebiruan.
KASUS 4
Seorang bayi dengan berat 1100 gram dilahirkan dari ibu G1P0A0
melalui bedah kaisar atas indikasi ketuban pecah dini dan
oligohidramnion pada usia kehamilan 28 minggu. Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit maupun penyulit selama kehamilan. Pada saat
dilahirkan bayi tidak bernapas, tidak bergerak dan lunglai, serta
tampak kebiruan. Laju denyut jantung 90 kali/ menit.
160
Megacode 7
KASUS 5
Seorang bayi dengan berat 2400 gram dilahirkan dari ibu G2P0A1
melalui persalinan normal pada usia kehamilan 36 minggu. Ibu
mengaku mengeluarkan cairan seperti air seni sejak 18 jam yang
lalu. Ibu memiliki riwayat infeksi saluran kemih sejak sekitar 1 tahun
yang lalu. Pada saat dilahirkan bayi tidak bernapas dan lunglai, serta
tampak kebiruan seluruh tubuh. Frekuensi denyut jantung 90 kali/
menit.
KASUS 6
Bayi dengan berat 1800 gram dilahirkan dari ibu G2P1A0 melalui
bedah kaisar emergensi atas indikasi solusio plasenta pada usia
kehamilan 30 minggu. Pada saat dilahirkan bayi tampak menangis
lemah, tonus otot lemah disertai kebiruan. Pada usia 1 menit bayi
tampak mengalami retraksi dalam di epigastrium, merintih, napas
cuping hidung, dengan frekuensi napas 65 kali/ menit. Laju denyut
jantung 110 kali/ menit. Tangan dan kaki masih tampak kebiruan.
161
Resusitasi Neonatus
162