Penyunting:
Rinawati Rohsiswatmo
Lily Rundjan
UKK Neonatologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia
2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini, dalam bentuk
apapun dan dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tahun 2014
Kata Pengantar
Ketua UKK Neonatologi IdAI
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga pada saat KONIKA XVI di Palembang, Buku Panduan
Resusitasi Neonatus yang disusun oleh UKK Neonatologi
terwujud.
iii
ruang
i
perawatan atau rumah sakit rujukan dalam keadaan baik sehingga
prognosis bayi tersebut menjadi baik juga.
v
Kata Pengantar
Ketua Umum Pengurus
Pusat Ikatan dokter Anak
Indonesia
v
lupa pada buku ini juga dibahas mengenai etika dalam resusitasi
sehingga dapat menjawab keraguan terkait masalah etika resusitasi
neonatus.
vii
Daftar Kontributor
v
ix
Daftar Isi
Daftar Kontributor................................................................................................... vi
Persiapan Resusitasi................................................................................................ 9
Resusitasi Terintegrasi......................................................................................... 61
Megacode................................................................................................................. 159
x
xi
1
Periode Transisi
dan Alur Resusitasi
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami perubahan fisiologi sistem pernapasan dan sirkulasi
selama periode transisi pada bayi baru lahir.
2. Mengenal berbagai hambatan proses transisi sistem pernapasan
dan sirkulasi pada bayi baru lahir.
1
Resusitasi
2
Periode Transisi dan Alur 1
MUTIARA BERNAS
Transisi sirkulasi bayi
Gambar 1.1. Transisi sistem pernapasan : cairan dalam alveolus digantikan oleh udara11
baru lahir meliputi
perubahan tekanan darah
sistemik maupun paru
serta penutupan duktus
tarikan napas pertama. Tarikan napas tersebut menghasilkan
yang diperlukan selama
tekanan negatif inspiratori yang tinggi, mencapai 70-110 cmH2O, masa janin
untuk mengembangkan paru serta mendorong sebagian besar
cairan paru ke dalam ruang perivaskular.3 Pengembangan paru dan
peningkatan kadar oksigen dalam alveoli akan mengurangi tahanan
pembuluh darah paru diikuti peningkatan aliran darah paru dan
penyerapan cairan paru ke dalam sirkulasi. Penyerapan cairan paru
juga berlangsung melalui sistem limfatik paru bayi. Penyerapan
cairan paru dipengaruhi oleh sistem transport aktif, terutama
natrium, dan gradien osmotik antara cairan paru dan cairan
interstitial. Pada bayi cukup bulan dan bugar proses penyerapan
berlangsung sampai kurang lebih 2 jam.1,2,9
3
Resusitasi
Gambar 1.2. Perbedaan sirkulasi sebelum lahir (a) dan setelah lahir (b)3
4
Periode Transisi dan Alur 1
Ya
Bernapas atau menangis? Perawatan rutin:
Tonus baik? Pastikan bayi tetap hangat
Keringkan bayi
Tidak Lanjutkan observasi
Ventilasi tekanan
positif (VTP) Pertimbangkan
Continuous positive suplementasi oksigen
Pemantauan SpO2 airway pressure (CPAP)
PEEP 5-8 cmH O Pemantauan SpO2
PEEP 5‐8 2
Pemantauan SpO2
Keterangan:
LDJ < 60/ menit? Intubasi endotrakea dapat
dipertimbangkan pada langkah ini
apabila VTP tidak efektif atau
telah dilakukan selama 2 menit
Pertimbangkan pemberian obat dan cairan
5
Resusitasi
6
Periode Transisi dan Alur 1
Alur resusitasi
Sebagian bayi baru lahir (10%) memerlukan bantuan untuk memulai
pernapasan sedangkan hanya 1% bayi yang memerlukan resusitasi
lebih lanjut. Langkah-langkah untuk melakukan resusitasi pada
bayi baru lahir dapat dilihat pada bagan Resusitasi. Masing-
masing langkah dilakukan selama 30 detik dan harus senantiasa
dinilai serta dilakukan tindakan sesuai hasil penilaian tersebut.
Perpindahan langkah baru dapat dilakukan apabila langkah
sebelumnya telah dilakukan dengan efektif.
Daftar pustaka
1. Carlton DP. Regulation of Liquid Secretion and Absorption by the Fetal
and Neonatal Lung. Dalam: Polin RA, Fox WW, penyunting. Fetal and
7
Resusitasi
8
2
Persiapan Resusitasi
Tujuan Pembelajaran
1. Mengenali faktor risiko antepartum dan intrapartum yang
meningkatkan kebutuhan resusitasi neonatus
2. Memahami pentingnya pembentukan tim resusitasi neonatus
3. Memahami lingkungan dan peralatan yang perlu dipersiapkan
untuk melakukan resusitasi neonatus pada fasilitas lengkap atau
terbatas
4. Memahami upaya pengendalian infeksi saat melakukan
resusitasi
neonatus
P
ersiapan resusitasi yang baik akan memengaruhi
kelancaran dan efektifitas suatu resusitasi. Persiapan
resusitasi mencakup pengenalan faktor risiko, persiapan
tim, persiapan lingkungan resusitasi, persiapan perlengkapan alat
resusitasi, dan pencegahan penularan infeksi yang mungkin timbul Mutiara bernas
saat melakukan resusitasi. Persiapan yang baik dan
terencana akan menentukan
kelancaran dan efektivitas
Mengenali Faktor Risiko resusitasi
9
Resusitasi
1
Persiapan 2
•Pembagian
Penyampaian tugas tim
komunikasi Mengurangi risiko
dan informasi • Informasi ibu kesalahan resusitasi
yang efektif • Informasi
bayi
Anggota tim
Resusitasi pada bayi baru lahir dapat dilakukan oleh dokter spesialis
Mutiara bernas
• Tugas tim harus jelas
anak konsultan neonatologi/ dokter spesialis anak/ dokter spesialis dan dipahami oleh
anestesi/ dokter spesialis kandungan/ dokter umum/ perawat/ masing-masing
bidan,4,5 namun perlu dipahami bahwa bantuan resusitasi tidak individu.
dapat dilakukan seorang diri, terutama pada persalinan risiko tinggi. • Semua informasi
sebaiknya sudah
Sebaiknya penolong sudah menguasai pelatihan resusitasi neonatus
diketahui tim
dasar dengan anggota tim idealnya minimal 3 orang 3,6 resusitasi sebelum
bayi lahir.
1
Resusitasi
Mutiara bernas
Resusitasi tidak dapat
dilakukan seorang
diri. Panggil bantuan!
Circulation
Drugs and
Equipment
Tea
m
1
Persiapan 2
2 = Circulation*
1 = Airway-
Breathing
1
Resusitasi
Tim resusitasi
Kompetensi penolong resusitasi dapat dikategorikan menurut risiko
persalinan:5, 7
1
Persiapan 2
1
Resusitasi
• Persalinan multipel
Lingkungan Resusitasi
Ruangan
Ruang resusitasi harus sangat berdekatan dengan ruang bersalin/
kamar operasi agar tim resusitasi dapat segera melakukan
pertolongan.8
1
Persiapan 2
Gambar 2.3. Metode menghangatkan bayi dengan topi, plastik Gambar 2.4. Infant warmer menghangatkan bayi
pembungkus dan matras penghangat
Suhu
Keadaan hipotermi atau hipertermi akibat proses konduksi,
konveksi, evaporasi maupun radiasi harus dicegah karena akan
memengaruhi efektivitas termoregulasi selama resusitasi. Keadaan
tersebut dapat dihindari dengan menjaga suhu tubuh bayi antara Mutiara bernas
36,5-37,5 oC.4 Upaya pengaturan suhu antara lain:4
Pastikan suhu ruangan 24-
26⁰ C dan bayi tetap
• Mengatur suhu ruangan yang hangat (24 - 26oC) kering
• Meletakkan bayi tidak di bawah pendingin ruangan
• Infant warmer dihangatkan sebelum bayi lahir (untuk
menghangatkan matras, kain, topi, dan selimut bayi)
• Menggunakan kain yang hangat dan kering untuk mengeringkan
bayi
• Menggunakan plastik bening untuk membungkus bayi dengan
berat < 1500 gram
1
Resusitasi
Gambar 2.6 Transpor dengan metode kangguru Gambar 2.7 Inkubator transpor
1
Persiapan 2
Perlengkapan resusitasi
Peralatan
Tidak semua bayi baru lahir memerlukan tindakan resusitasi, namun
peralatan yang lengkap harus tetap disiapkan untuk mengantisipasi
kemungkinan terburuk. Kondisi perlengkapan resusitasi harus
senantiasa dicatat dan diperiksa agar dapat berfungsi dengan baik
ketika diperlukan.1,3,4 Mutiara bernas
Lakukan pengecekan
• Penghangat/ Warmer alat secara berkala untuk
- Kain pengering dan topi
memastikan alat berfungsi
dengan baik.
- Handuk hangat/ pembungkus
- Kantung plastik untuk neonatus < 1500 gram
- Penghangat kepala (overhead heater) atau infant warmer
• Pengisap / Suction
1
Resusitasi
Katup PEEP
• Ventilasi
2
Persiapan 2
- Balon tidak mengembang sendiri/Flow-inflating bag
(contoh: sungkup anestesi, Jackson-Rees) merupakan alat
yang dapat memberikan PEEP terukur secara konstan,
sehingga dapat memberikan CPAP dini, namun tidak
direkomendasikan untuk pemberian ventilasi tekanan
positif (lihat topik Tekanan).
2
Resusitasi
- Sungkup wajah
2
Persiapan 2
• Tekanan
2
Resusitasi
2
Persiapan 2
Gambar 2.16 Sungkup wajah Gambar 2.17 Pemberian CPAP dengan ET single
nasal prong
2
Resusitasi
3
3
4
4 Katup udara
2 5
Katup oksigen
1
5
6
7
6
PEEP Cap
2
Persiapan 2
2
Resusitasi
1
8
Spesifikasi Jackson-Rees:
7 1. Pipa hijau
Merupakan selang inspirasi yang
terhubung dengan sumber oksigen
2. Manometer
2 6 Berfungsi untuk mengukur tekanan
yang diberikan ke bayi (menilai PIP dan
PEEP)
3. Sungkup wajah neonatus
Menghubungkan Jackson-Rees dengan
hidung dan mulut bayi
4. Elbow
5. Pipa putih
Merupakan selang ekspirasi
6. T-connector
7. Katup PEEP
5 Berfungsi untuk mempertahankan PEEP
8. Balon
Memiliki fungsi untuk mempertahankan
PEEP, dan dapat memberikan PIP jika
diremas
2
Reservoir bag dengan berbagai
ukuran:
- 0,5 L (PIP max. 30 cm H2O)
- 1 L (PIP max. > 30 cm H2O)
- 2L
- 3L
Gambar 2.21 Manometer dan reservoir bag
2
Persiapan 2
Gambar 2.23 T-piece resuscitator Mixsafe Portabel tampak depan dan belakang
Keterangan:
1. Tombol Power
2. Handle
3. Kontrol PIP
4. Kontrol PEEP
5. Outlet port
6. Adaptor (baterai portabel)
7. Inlet port
2
Resusitasi
PIP
Katup
PEEP
Spesifikasi:
1. Selang oksigen
Selang yang mengalirkan oksigen
dari sumbernya ke balon dan
sungkup
2. Balon 250 ml
Dapat memberikan PIP pada bayi
3. Sungkup wajah neonatus
4. Katup PEEP
Berfungsi untuk mempertahankan
Gambar 2.25 Katup PEEP PEEP
3
Persiapan 2
3
Resusitasi
T-piece resuscitator √ √ √ - √
Jackson-Rees+manometer √ √ √ - -
• Akses sirkulasi
- Kateter umbilikal
3
Persiapan 2
Inkubator
Oxygen blender
Pelengkap
- Stetoskop bayi
- Pulse oximetry
Sumber gas
Gambar 2.28
Tabung oksigen
3
Resusitasi
3
Persiapan 2
Gambar 2.32 Oxygen Blender Gambar 2.33. Tabung udara dan oksigen
yang dihubungkan dengan Y-connector
2. Fasilitas terbatas
a. Blender
b. Tabung oksigen dan udara yang disambungkan dengan
Y-connector
c. Tabung oksigen / oksigen konsentrator + mini
compressor
3
Resusitasi
Tabel 2.3 Panduan Perbandingan Udara Bertekanan dengan Oksigen Murni untuk Menghasilkan Berbagai Fraksi Oksigen
Kons. O2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 80% 68% 61% 55% 51% 47% 45% 43% 41% 39%
4 84% 74% 66% 61% 56% 52% 50% 47% 45% 44%
Oksigen Murni (Liter/
5 86% 77% 70% 65% 61% 57% 54% 51% 49% 47%
6 88% 80% 74% 68% 64% 61% 57% 54% 53% 51%
7 90% 82% 76% 71% 67% 64% 61% 58% 56% 54%
8 91% 84% 78% 74% 70% 66% 63% 61% 58% 56%
9 92% 86% 80% 76% 72% 68% 65% 63% 61% 58%
10 93% 87% 82% 77% 74% 70% 67% 65% 63% 61%
Ventilasi Alat yang dapat memberikan PEEP kontinyu dini pada bayi dengan distres napas
T-piece resuscitatorJackson-Rees
Alat yang dapat memberikan ventilasi tekanan positif
T-piece resuscitatorBalon sungkup dengan katup PEEP
Alat yang dapat mencampur O2 100% dengan udara bertekanan
Oxygen blenderTabung oksigen dan tabung udara tekan yang dihubungkan dengan
Y-connector
Oxygen concentrator dan kompresor (sumber udara tekan) Tabung oksigen / oksigen konsentrator + mini compres
3
Persiapan 2
1. Kebersihan tangan
3
Resusitasi
3
Persiapan 2
3
Resusitasi
4
Persiapan 2
8 7 2.A
6
1
2
3
9 10
4
Resusitasi
Pemakaian
Bilas dengan menggunakan air hangat
Keringkan sungkup, komponen patient valve, dan
komponen intake valve di dalam lemari bersuhu 50-
700C sampai kering (minimal 30 menit)
Pemakaian:
Cuci tangan 7 langkah dengan cairan antiseptik dan
air mengalir, keringkan dengan tissue bersih
Keluarkan sungkup, komponen patient valve, dan
komponen intake valve dari tempat penyimpanan
barang medis steril, letakkan dan buka diatas meja
yang sudah disiapkan sebelumnya
Periksa dan pastikan sungkup, komponen patient
valve, dan komponen intake valve berada dalam
keadaan utuh, tidak robek atau rusak. Apabila sungkup
robek atau rusak, ganti dengan sungkup yang baru.
Gunakan sarung tangan steril Mutiara bernas
Rakit kembali seluruh komponen Peralatan resusitasi
Lakukan tes fungsi balon dan sungkup merupakan sumber
Sungkup, komponen patient valve, dan komponen
infeksi. Pastikan untuk
membersihkannya setiap
intake valve dikemas dalam plastik pengepak. pemakaian!
4
Persiapan 2
Hal-Hal Penting
• Persiapan yang baik dan terencana akan memengaruhi
kelancaran dan efektivitas resusitasi. Semua informasi
sebaiknya sudah diketahui tim resusitasi sebelum bayi lahir.
• Tugas tim harus jelas dan dipahami oleh masing-masing
individu. Resusitasi tidak dapat dilakukan sendirian. Panggil
bantuan!
• Tim resusitasi sebaiknya memiliki personil yang tetap dan
siap kapanpun ada persalinan dengan risiko bayi lahir yang
memerlukan resusitasi.
• Pastikan suhu ruangan 24-26OC dan bayi tetap kering.
• Lakukan pengecekan alat secara berkala untuk memastikan
alat berfungsi dengan baik.
• Upayakan mencampur oksigen + medical air sehingga
tercapai FiO2 <30%, dan bila memungkinkan gunakan FiO2
21%.
• Peralatan resusitasi merupakan sumber infeksi. Pastikan
untuk membersihkannya setiap pemakaian.
• Setiap persalinan harus dianggap berisiko sampai terbukti
tidak.
• Di setiap persalinan harus tersedia perlengkapan resusitasi
yang lengkap serta tim resusitasi yang mampu melakukan
resusitasi hingga tingkat aktif (intubasi, RJP, pasang infus
untuk sirkulasi).
• Bila terdapat persalinan multipel, diperlukan set dan tim
resusitasi sejumlah bayi yang akan lahir.
• Plastik dapat digunakan untuk menghangatkan bayi. Bayi
dengan berat < 1500 gram membutuhkan infant warmer
dengan sistem servo, plastik penghangat dan topi, bila
perlu dan tersedia gunakan matras penghangat.
• Target FiO2 <30% di daerah terbatas dapat dicapai
menggunakan tabung oksigen atau oxygen concentrator yang
digabungkan dengan mini kompresor penghasil medical
air.
Gunakan tabel khusus untuk panduannya.
4
Resusitasi
Referensi
1. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011. h.7-
8.
2. Perlman JM, Wyllie J, Kattwinkel J, Atkins DL, Chameides L,
Goldsmith JP. Part 11 Neonatal resuscitation: 2010 International
Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendations.
Circulation. 2010;122:516-38.
3. Leone TA, Finer NN. Resuscitation in delivery room. Dalam: Gleason
CA, Devaskar SU, penyunting. Avery’s Diseases of The Newborn.
Edisi ke-9. Philadelphia: Saunders; 2012. h.328-40.
4. Australian Resuscitation Council. Section 13: Neonatal Guidelines.
Diunduh dari http://www.resus.org.au. Diakses pada 15 Oktober 2013.
5. The Royal Women’s Hospital Neonatal Service. Clinician’s Handbook.
Melbourne: The Royal Women’s Hospital; 2006. h. 91-4.
6. Karlowicz MG, Karotkin EH, Goldsmith JP. Resuscitation. Dalam:
Karotkin EH, Goldsmith JP, penyunting. Assisted Ventilation of the
Neonate. Edisi ke-5. Missouri: Saunders; 2011. h.76-7.
7. Bissinger RL. Neonatal Resuscitation. Diunduh dari http://emedicine.
medscape.com/article/977002-overview. Diakses pada 15 September
2013.
8. Leone TA, Finer NN. Resuscitation at birth. Dalam: Fanaroff AA,
Fanaroff JM, penyunting. Care of the High Risk Neonate. Edisi ke-6.
Philadelphia: Saunders; 2013. h.54-64.
9. Kaban RK, Kosim MS. Prosedur medik bayi baru lahir ventilasi
mekanik pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi ke-1.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h.436.
10. Mahfouz AA, Al-Azraqi TA, Abbag Fl, Al-Gamal MN, Seef S, Bello
CS. Nosocomial infection in a neonatal intensive care unit in South-
Western Saudi Arabia. East Mediterr Health J. 2010;16:40-4.
11. Judith A, Cotrril G. Infection control practices in the NICU: What is
evidence-based? NeoReviews. 2013;11:419-25.
12. Royal Children Melbourne Hospital. Clinical Practice Guideline.
Diunduh dari http://www.rch.org.au/clinicalguide/index.cfm. Diakses
pada 13 September 2013.
4
Persiapan 2
4
3
Penilaian dan
Langkah
Awal
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami penilaian dan langkah awal yang perlu dilakukan
pada resusitasi neonatus
• Pernapasan
• Tonus otot
• Laju denyut jantung
4
Resusitasi
Pernapasan
Pernapasan sangatlah penting untuk dinilai karena tanda yang
pertama kali muncul pada bayi dengan gangguan kardiorespirasi
adalah penurunan upaya bernapas.4
MUTIARA BERNAS Bayi dengan kondisi apnu atau dengan napas megap-megap
Berikan CPAP (continuous perlu diberikan ventilasi tekanan positif. Demikian juga pada bayi
positive airway pressure) dengan napas spontan, sianosis sentral, dan laju denyut jantung di
pada bayi bernapas spontan
atas 100 kali per menit yang telah mendapat terapi oksigen aliran
disertai distres pernapasan.
Berikan VTP (ventilasi bebas namun tidak membaik.
tekanan positif) pada bayi
dengan pernapasan megap- Bayi prematur seringkali memiliki napas yang tidak teratur
megap atau apnu. atau mengalami periode apnu singkat berulang. Pada kondisi ini
bila denyut jantung bayi di atas 100 kali per menit, bayi umumnya
4
Penilaian dan Langkah 3
Gambar 3.1. Bayi baru lahir dengan tonus otot yang baik. Diambil
Gambar 3.2. Bayi baru lahir dengan tonus otot yang buruk.
dari http://www.solarnavigator.net/animal_kingdom/humans/babies.
Diambil dari http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/
htm
files/c_org_3d_training_tools.jpg
4
Resusitasi
Bila respons bayi tidak ada atau lemah, maka penolong dapat
melakukan stimulasi dengan cara mengeringkan bayi dengan
handuk secara cepat namun lembut.
Lokasi paling baik untuk pulsasi pada tali pusat adalah bagian
dasar, namun tidak adanya nadi di lokasi tersebut bukanlah pertanda
pasti untuk tidak adanya denyut jantung. Denyut nadi perifer dan
sentral sebaiknya tidak digunakan untuk menilai laju denyut jantung
karena sulit diraba dan hasilnya kurang dapat dipercaya.5-7
4
Penilaian dan Langkah 3
MUTIARA BERNAS
Bila laju denyut jantung
bayi tetap di bawah 60
kali per menit setelah
ventilasi tekanan positif
yang adekuat, lakukan
kompresi dada.
Bila laju denyut jantung bayi terus menerus kurang dari 100
kali per menit, maka ventilasi bantuan harus dilakukan. Apabila
laju denyut jantung bayi tetap kurang dari 60 kali per menit bahkan
setelah diberikan ventilasi tekanan positif yang adekuat, kompresi
dada perlu diberikan.1
Oksigenasi
Salah satu komponen penilaian resusitasi lanjutan adalah
derajat oksigenasi. Untuk menilainya dapat dilakukan dengan
menggunakan pulse oximetry. Adapun penilaian warna kulit
cenderung bersifat subjektif dan tidak akurat.
4
Resusitasi
Pulse Oximetry
Penggunaan alat untuk monitoring yang lebih ekstensif dapat
memberi banyak kegunaan selama resusitasi berlangsung. Pulse
oximetry dapat menampilkan laju denyut jantung janin secara
audiovisual sepanjang resusitasi sehingga para anggota tim dapat
melakukan tugasnya masing-masing dan memonitor kondisi bayi
pada saat yang bersamaan dan tidak perlu menghentikan tindakan
resusitasi.14-15
semata.2,14-15
5
Penilaian dan Langkah 3
Nilai Apgar
Nilai Apgar (tabel 3.2) merupakan sebuah metode objektif untuk
menilai kondisi bayi baru lahir dan mudah diterapkan pada berbagai
kondisi fasilitas kesehatan, namun sebaiknya nilai Apgar tidak
digunakan untuk menentukan kebutuhan dan intervensi
resusitasi pada bayi baru lahir. 4,11,14,15 Penilaian ini menentukan
respons bayi baru lahir ketika melewati periode transisi pada beberapa
menit awal kehidupan. Nilai Apgar ditentukan pada menit ke-1
dan 5 serta dilanjutkan setiap 5 menit sampai nilai Apgar MUTIARA BERNAS
mencapai 7. Sebagai contoh, pada seorang bayi baru lahir Pada bayi yang
membutuhkan resusitasi
didapatkan nilai Apgar pada menit pertama nilai 2, menit kelima
aktif dan suplementasi
nilai 3, menit kesepuluh nilai 5, menit kelima belas nilai 7. oksigen, pulse oximetry
harus digunakan
Pelaporan resusitasi harus ditulis secara lengkap dan meliputi untuk memantau
seluruh tahapan resusitasi. Penilaian perbaikan atau perburukan derajat oksigenasi dan
klinis harus dicatat setiap kali terdapat perubahan bermakna agar merencanakan pengaturan
kadar oksigen.
perjalanan klinis bayi mudah dipahami dan untuk menentukan
tindakan pasca resusitasi.
Langkah Awal
Setiap penolong resusitasi harus dapat melakukan penilaian awal
untuk menentukan kebutuhan resusitasi pada bayi baru lahir.
Penilaian awal tersebut meliputi:
5
Resusitasi
LAHIR
Perawatan Rutin:
Keringkan bayi
Beri kehangatan
Bernapas atau Ya
Bersihkan jalan
menangis?
Tonus otot baik? napas bila perlu
Observasi
pernapasan,
warna dan laju
denyut jantung
Tidak
30 detik
Langkah Awal:
5
Penilaian dan Langkah 3
Gambar 3.5.Posisi bayi kontak kulit dengan kulit (skin-to-skin) dengan ibunya. Diambil dari:
http:// ibudankeluarga.wordpress.com/2011/11/21/keajaiban-inisiasi-menyusu-dini/
Memberi Kehangatan
Kondisi hipotermia dapat meningkatkan konsumsi oksigen yang MUTIARA BERNAS
pada akhirnya dapat mengganggu resusitasi yang efektif. Pastikan Area resusitasi harus
area resusitasi terjaga hangat dengan suhu ruangan sekitar 25 dijaga hangat dengan
hingga 26oC, meletakkan bayi di bawah radiant warmer dalam suhu ruangan sekitar 25-
26OC, bayi diletakkan di
beberapa menit pertama setelah lahir, dan menggunakan alas/
bawah radiant warmer.
matras penghangat tambahan bila perlu, terutama pada bayi-bayi Penghangat tambahan serta
kecil.15 Pasang probe suhu pada bayi dan setel infant warmer pada matras penghangat dapat
mode operasional otomatis atau sistem Servo, sehingga infant digunakan untuk bayi <
1000 gram
warmer akan menyesuaikan suhunya berdasarkan temperatur bayi
yang dinilai dari probe.
5
Resusitasi
Gambar 3.6. Penggunaan plastik bening pada bayi baru lahir kurang bulan16
5
Penilaian dan Langkah 3
MUTIARA BERNAS
Posisi yang paling baik
Gambar 3.7. Beberapa contoh posisi bayi.
Posisi ini menunjukkan posisi yang baik untuk untuk membuka jalan
membuka jalan napas secara optimal, yaitu napas bayi adalah setengah
setengah ekstensi.
ekstensi
5
Resusitasi
Gambar 3.8. Proses mengeringkan bayi. Setelah mengeringkan bayi, handuk yang basah diganti
dengan yang kering. Diambil dari Buku Panduan Resusitasi Neonatus. American Academy of
Pediatrics
Kain yang sudah basah harus segera diganti dengan kain baru
yang kering dan bersih agar bayi tetap hangat.
5
Penilaian dan Langkah 3
Gambar 3.10. Apnu primer dan apnu sekunder. Diambil dari Buku Panduan Resusitasi Neonatus.
American Academy of Pediatrics
Pada periode ini, jika bayi diberikan rangsang taktil, bayi akan
kembali bernapas. Namun jika bayi terus mengalami kekurangan
oksigen selama apnu primer, bayi akan berusaha napas megap-
megap dan kemudian memasuki periode apnu sekunder. Selama
periode apnu sekunder, rangsang taktil berkepanjangan tidak akan
berhasil dan bantuan pernapasan harus diberikan.4
5
Resusitasi
Hal-hal penting
1. Penilaian awal pada resusitasi neonatus akan menentukan
langkah dan tindakan resusitasi selanjutnya.
5
Penilaian dan Langkah 3
Daftar pustaka
1. Australian Resuscitation Council. Guideline 13.3 Assessment of the
Newborn Infant. Section 13: Neonatal Guidelines. Diunduh dari
www. resus.org.au. Diakses pada 15 Oktober 2013.
2. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011. h.9.
3. Dawes GS. Foetal and Neonatal Physiology. A Comparative Study of the
Changes at Birth. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc; 1968.
4. American Academy of Pediatrics/ American Heart Association. Neonatal
Resuscitation Program – The textbook of neonatal resuscitation.
Edisi ke-5. Elk Grove Village: American Academy of Pediatrics; 2011.
h.8-5.
5. Whitelaw CC, Goldsmith LJ. Comparison of two techniques for
determining the presence of a pulse in an infant. Acad Emerg Med.
1997;4:153-4.
6. Kamlin CO, Dawson JA, O’Donnell CP, Morley CJ. Donath SM, Sekhon
J, et al. Accuracy of pulse oximetry measurement of heart rate of
newborn infants in the delivery room. J Pediatr. 2008; 152: 756-60.
7. Owen CJ, Wyllie JP. Determination of heart rate in the baby at birth.
Resuscitation. 2004;60:213-7.
8. Rao R, Ramji S. Pulse oximetry in asphyxiated newbornsin the delivery
room. Indian Pediatr. 2001;38:762-6.
9. O’Donnell CPF, Kamlin COF, Davis PG, Morley CJ. Obtaining
pulse oximetry data in neonates; a randomized crossover study of
sensor application techniques. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.
2005;90:F84-5.
10. O’Donnell CPF, Kamlin COF, Davis PG, Morley CJ. Feasibility of and
delay in obtaining pulse oximetry during neonatal resuscitation. J
Pediatr. 2005;147:698-9.
11. Perlman JM, Wyllie J, Kattwinkel J, et al. Part 11: neonatal resuscitation:
2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment
Recommendations. Circulation. 2010;122:S516-38
12. O’Donnell CPF, Kamlin COF, Davis PG, Carlin JB, Morley CJ. Clinical
assessment of infant colour at delivery. Arch Dis Child Fetal Neonatal
Ed. 2007;92:F465-7.
13. UK Resuscitation Council. Section 11 Newborn Life Support. 2010
Resuscitation Guidelines. Diunduh dari www.resus.org.uk/pages/nls.
pdf. Diakses pada 15 Oktober 2013.
5
Resusitasi
14. Milner AD. Care around birth. Dalam: Rennie JM, penyunting.
Roberton’s Textbook of Neonatology. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier;
2005.h225-6.
15. Leone TA, Finer NN. Resuscitation at birth. Dalam: Fanaroff AA,
Fanaroff JM, penyunting. Klaus and Fanaroff ’s Care of High-Risk
Neonate. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier; 2013.h57-8.
16. Knobel RB, Wimmer Jr JE, Holbert D. Heat loss prevention for
preterm infants in the delivery room. J Perinatol. 2005; 25: 304-8.
17. Carroll PD, Nankervis CA, Giannone PJ, Cordero L. Use of
polyethylene bags in extremely low birth weight infant resuscitation
for the prevention of hypothermia. J Reprod Med. 2010;55(1-2):9-
13.
6
5
Stabilisasi dan
Transportasi
Pasca Resusitasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memertahankan stabilitas bayi baru lahir pasca resusitasi.
2. Memahami mekanisme transportasi bayi baru lahir yang
membutuhkan perawatan.
Stabilisasi neonatus
Bayi baru lahir dengan ventilasi dan sirkulasi adekuat pasca
resusitasi tetap memiliki risiko untuk mengalami perburukan.
Kondisi perburukan tersebut dapat menimbulkan gangguan atau
keterlambatan adaptasi berbagai organ tubuh pada masa perinatal,
sehingga bayi harus senantiasa dipertahankan dalam kondisi stabil
selama proses transportasi maupun ketika menjalani perawatan di
ruang rawat. Upaya untuk memertahankan kondisi stabil pada bayi
pasca resusitasi berpegang pada prinsip STABLE, yaitu:
MUTIARA BERNAS
• Sugar and Safe Care (kadar gula darah dan perawatan yang Bayi kurang bulan, bayi
aman) kecil masa kehamilan, bayi
besar masa kehamilan, bayi
• Temperature (suhu tubuh) dari ibu diabetik dan bayi
sakit memiliki risiko tinggi
• Airway (jalan napas)
mengalami hipoglikemia.
6
Resusitasi
Pemeriksaan kadar gula darah pada bayi sakit atau bayi dengan
risiko hipoglikemia harus segera dilakukan dalam 30-60 menit
setelah lahir dan jika bayi menunjukkan tanda-tanda hipoglikemia
antara lain jitteriness, iritabilitas, hipotonia, letargi, menangis lemah
atau melengking, hipotermia, refleks hisap buruk, takipnea, sianosis,
apnea, atau kejang. Pemeriksaan dapat diulang dalam 1-3 jam
sesuai hasil pemeriksaan kadar gula darah dan kondisi bayi. 1-3 Jika
kadar gula darah menetap dalam rentang normal maka frekuensi
pemeriksaan dapat dikurangi atau dihentikan. Pemeriksaan kadar
6
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
• Apabila kadar gula darah tetap < 50 mg/dL, ulangi bolus D10
2 mL/kg.
• Apabila kadar gula darah tetap < 50 mg/dL setelah 2 kali bolus
D10, ulangi bolus dan tingkatkan jumlah glukosa intravena
hingga 100-120 mL/kg/hari atau tingkatkan konsentrasi glukosa
intravena menjadi D12,5 atau D15.
6
Resusitasi
6
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
6
Resusitasi
6
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
• Laju napas
Laju napas normal pada bayi berkisar antara 40-60 kali per
menit. Laju napas kurang dari 30 kali per menit disertai
penggunaan otot napas tambahan menandakan bayi mengalami
kelelahan bernapas. Napas megap-megap dapat menjadi tanda
ancaman henti napas.
• Usaha napas
• Kebutuhan oksigen
6
Resusitasi
• Saturasi oksigen
• Gas darah
*Sebelum pengambilan darah kapiler, hangatkan kaki/ tumit selama 3-5 menit
untuk memerbaiki aliran darah ke area pengambilan sampel.1
MUTIARA BERNAS Penilaian derajat gangguan napas pada bayi baru lahir dapat
Distres napas yang
dilakukan menggunakan skor Downe (Downe score). Skor ini dapat
disebabkan infeksi sulit
dibedakan dengan distres digunakan pada berbagai kondisi dan usia gestasi.
karena penyebab lain
sehingga kultur darah Distres napas bukanlah suatu diagnosis melainkan suatu
dan pemberian antibiotik manifestasi klinis yang disebabkan oleh berbagai kelainan yang
perlu dilakukan sampai melibatkan paru maupun organ selain paru. Jika laju napas >
kemungkinan infeksi
60kali/menit disertai pCO2 yang tinggi maka penyebab distres napas
dapat disingkirkan
dapat dicurigai berasal dari paru seperti sindrom gawat napas,
6
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
Gambar 5.2.
Deteksi pneumotoraks
dengan transiluminasi
Diunduh dari http://www.
carolinacoreconcepts.com.
6
Resusitasi
a. Syok hipovolemik
b. Syok kardiogenik
c. Syok septik
7
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
7
Resusitasi
Gambar 5.3. Evaluasi capillary refill time1
7
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
7
Resusitasi
sama dengan pada syok hipovolemik namun pada syok septik dapat
diperlukan bolus cairan lebih banyak akibat adanya kebocoran
cairan dari intravaskular ke ekstravaskular atau interstisial. Pada
syok kardiogenik maupun syok septik dapat diberikan terapi:
7
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
Blood count
Blood culture
Blood glucose
Kadar gula darah diperiksa dini dan pantau dengan ketat sesuai
indikasi.
Blood gas
7
Resusitasi
7
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
7
Resusitasi
7
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
7
Resusitasi
8
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
Tabel 5.4. Peralatan yang dibutuhkan selama transportasi bayi baru lahir
Dukungan termal:
Inkubator transpor (pada fasilitas lengkap)/transpor secara skin to skin (pada fasilitas terbatas)
Termometer dan/ atau monitor suhu disertai probes
Plastik, selimut insulator, pelindung panas
Dukungan respiratori:
Tabung oksigen dan udara dengan indikator tekanan dan kandungan gas yang sesuai
Flowmeter
Sungkup dan kanul nasal neonatus
Oxygen analyzer
Balon tekanan positif
Peralatan continuous positive airway pressure (CPAP): nasal prong dan pipa endotrakeal
Ventilator mekanik
Pipa endotrakeal ukuran 2,5;3,0;3,5;4,0 mm
Laringoskop dengan blade ukuran 00, 0, dan 1
Baterai dan lampu cadangan untuk laringoskop
Stilet dan plester untuk fiksasi pipa endotrakeal
Perangkat suction:
Kateter suction (ukuran 5, 6, 8, 10, 12 Fr)
Alat suction dengan batas tekanan < 100 mmHg
Feeding Tube (8 Fr) dan spuit 20 mL untuk dekompresi oro-gastrik
Sarung tangan steril, air steril untuk irigasi
Perangkat pemantauan:
Stetoskop, monitor jantung, pulse oxymeter
Alat pantau gula darah
Peralatan infus parenteral:
Kateter intravena (24, 26 G)
Spuit (2, 5, 10, 20, 50 mL)
Spalk, dressing transparan atau micropore
Three way stopcock, set infus (diusahakan kompatibel dengan syringe pump/ infuse pump)
Obat-obatan:
Kalsium glukonas 10%
Epinefrin (1:10000) diisi dalam spuit, sodium bikarbonat
Dopamin, Dobutamin, Morfin, Midazolam
Normal salin, Fenobarbital, Surfaktan
8
Resusitasi
Gambar 5.6. CPAP transportasi dengan Jackson Rees Gambar 5.7. CPAP transportasi dengan T-piece resuscitator Neopuff®
(fasilitas terbatas) (fasilitas lengkap)
8
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
Gambar 5.8. CPAP transportasi dengan T-piece resuscitator Mixsafe portabel berbaterai (fasilitas
terbatas)
8
Resusitasi
• Apnea berulang
• Kejang berulang
8
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
HAL-HAL PENTING
• Stabilisasi pasca resusitasi berpegang pada prinsip
STABLE yang meliputi Sugar and Safe Care (kadar gula
darah dan perawatan aman), Temperature (suhu
tubuh), Airway (jalan napas), Blood Pressure (tekanan
darah), Lab Work (pemeriksaan laboratorium), dan
Emotional Support (dukungan emosi)
Daftar pustaka
1. Karlsen K. The S.T.A.B.L.E Program: Guidelines for Neonatal
Healthcare Providers. Edisi ke-5. Park City: S.T.A.B.L.E Program;
2006. h.5-42.
8
Resusitasi
14. Jobe AH. The new bronchopulmonary dysplasia. Curr Opin Pediatr.
2011;23:167-72.
15. Bomont RK, Cheema IU. Use of nasal continuous positive pressure
during neonatal transfer. Arch Dis Fetal Neonatal Ed. 2006;91:85-9.
16. Murray PG, Stewart MJ. Use of nasal continuous positive airway
pressure during retrieval of neonates with acute respiratory distress.
Pediatrics. 2008;121:754-8.
8
Stabilisasi dan Transportasi Pasca 5
8
4
Resusitasi Terintegrasi
Tujuan Pembelajaran:
1. Mengupayakan semua bayi yang lahir mencapai kondisi “warm,
pink, and sweet”.
S
etelah melakukan penilaian dan langkah awal pada 30
detik pertama, penolong resusitasi perlu menilai kembali
usaha bernapas dan laju denyut jantung. Bila penilaian
menunjukkan bayi gagal mencapai pernapasan regular yang adekuat,
atau laju denyut jantung di bawah 100 kali per menit, lakukan
resusitasi dengan mengintegrasikan komponen airway (membuka
jalan napas), breathing (ventilasi), circulation (kompresi dada) dan
drugs (pemberian cairan dan obat-obatan). 1
Kerja sama tim yang baik sangat penting dalam resusitasi bayi
baru lahir, terutama resusitasi tahap lanjut. 2,3
8
Resusitasi
MUTIARA BERNAS
Pertimbangkan pengisapan
hanya jika bayi tidak bugar
Pengisapan Mulut dan Faring
dengan gejala obstruksi
yang jelas Selain mengeringkan dan merangsang taktil bayi, pengisapan juga
merupakan salah satu tindakan yang dapat merangsang napas.
8
Resusitasi 4
89
Resusitasi
Breathing (Ventilasi)
Setelah melakukan langkah awal, lakukan penilaian usaha napas,
laju denyut jantung dan tonus. Berikut ini adalah bagan resusitasi
blok B (breathing):
Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot
Keterangan:
Apabila LDJ > 100 kali per menit dan target
saturasi oksigen tercapai:
Tanpa alat Lanjutkan ke perawatan observasi
Dengan alat Lanjutkan ke perawatan paska‐resusitasi
9
Resusitasi 4
Gambar 4.2. Ukuran sungkup wajah. Sungkup paling kiri terlalu kecil karena tidak menutupi ujung
dagu, sedangkan sungkup di tengah terlalu besar sampai menutupi mata. Sungkup paling kanan
berukuran tepat, menutupi ujung dagu, mulut dan hidung.
91
Resusitasi
Gambar 4.3. Sungkup wajah tipe Laerdel® (kiri) dan Fisher Paykel ® (kanan).8
Gambar 4.4.Cara memegang sungkup wajah tipe Laerdel® dengan benar. Dari kiri ke kanan: Stem
Hold, Two-Point Top Hold, dan OK Rim Hold.8
9
Resusitasi 4
Cara memegang sungkup wajah Fisher&Paykel® disebut
dengan Rim Hold. Dengan metode ini, tangan kiri penolong
memegang sungkup dengan jari-jari membentuk huruf C dengan
ibu jari dan telunjuk menekan sungkup ke wajah, sedangkan 3 jari
lainnya memegang sambil mengangkat tepi rahang bawah bayi ke
atas (jaw thrust).8
Gambar 4.5.
Cara memegang sungkup
wajah tipe Fisher&Paykel®
dengan benar.8
93
Resusitasi
0 1 2
Frekuensi Napas < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit
Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan Dapat didengar tanpa alat
stetoskop bantu
Interpretasi Skor
Skor < 4 Distres Pernapasan Ringan (CPAP)
Skor 4-5 Distres Pernapasan Sedang (CPAP)
Skor ≥ 6 Distres Pernapasan Berat (pertimbangkan intubasi)
9
Resusitasi 4
Gambar 4.6
T-piece resuscitator di fasilitas lengkap (atas:
Neopuff®, bawah: Mixsafe®)
Keterangan
1. Selang inspirasi
2. Selang ekspirasi
3. Elbow
4. Paediatric APL (Adjustable Pressure
Limiting Valve)
5. Reservoir bag
6. T-connector
95
Resusitasi
9
Resusitasi 4
97
Resusitasi
Gambar 4.8. Pemberian CPAP dengan menggunakan Jackson-Rees (atas) dengan ukuran sungkup
yang sesuai (bawah)
9
Resusitasi 4
Gagal CPAP
PEEP 8 cmH2O
FiO2> 40%
Dengan distres napas
Pertimbangkan intubasi
Memulai Ventilasi
Tujuan ventilasi adalah untuk mencapai kapasitas residu fungsional
yang adekuat.2
99
Resusitasi
1
Resusitasi 4
menghindari tekanan serta volume berlebihan. TPI awal untuk
ventilasi tekanan positif dapat diberikan sebesar 30 cmH 2O pada
bayi prematur.2
10
Resusitasi
MUTIARA BERNAS
• Apabila bayi masih tidak bernapas dan denyut jantung
<100 kali per menit maka ventilasi tekanan positif tetap
dilanjutkan
• Apabila bayi bernapas tidak adekuat dan denyut jantung
>100 kali per menit maka lanjutkan dengan pemberian
PEEP
• Apabila bayi bernapas adekuat dan denyut jantung >100
kali per menit maka lanjutkan dengan perawatan pasca-
resusitasi
• Apabila bayi masih tidak bernapas dan denyut jantung
turun <60 kali per menit maka pastikan ventilasi
sudah adekuat dan kompresi dada dapat dimulai.
1
Resusitasi 4
3. Perbaikan oksigenasi
Pemberian Oksigen
Tujuan pemberian oksigen adalah mencapai saturasi oksigen semirip
mungkin dengan bayi baru lahir sehat, sesuai dengan usia bayi
tersebut. Pada tabel berikut tertera saturasi target untuk bayi baru
lahir sepanjang resusitasi, dengan target teratas saturasi oksigen
90%. Harus diingat bahwa beberapa bayi dapat mencapai saturasi di
10
Resusitasi
1
Resusitasi 4
10
Resusitasi
Tabel 4.3. Tabel konsentrasi oksigen untuk campuran udara bertekanan dan oksigen
% Udara Bertekanan (Liter/menit)
Kons. O2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 41% 37% 34% 32% 31% 30% 29% 28%
2 53% 47% 44% 41% 38% 37% 35% 34%
3 61% 61% 55% 51% 47% 45% 43% 41% 39%
4 68% 66% 61% 56% 52% 50% 47% 45% 44%
80%
74%
84%
Oksigen Murni (Liter/
586%77%70%65%61%57%54%51%49%47%
688%80%74%68%64%61%57%54%53%51%
790%82%76%71%67%64%61%58%56%54%
891%84%78%74%70%66%63%61%58%56%
992%86%80%76%72%68%65%63%61%58%
1093%87%82%77%74%70%67%65%63%61%
1
Resusitasi 4
Gambar 4.10. Sumber udara bertekanan dan tabung oksigen 100% yang dihubungkan dengan Y-connector di fasilitas
terbatas.
10
Resusitasi
Gambar 4.11.
T-piece resuscitator Mixsafe dengan pencampur
oksigen sebagai salah satu pilihan pemberian
oksigen di fasilitas terbatas.
Intubasi Endotrakea
Indikasi
Keputusan untuk melakukan intubasi bergantung pada usia gestasi
bayi, derajat distres napas, respons terhadap ventilasi tekanan
positif, dan kemampuan serta pengalaman penolong.2
Intubasi trakea perlu dilakukan jika2:
1
Resusitasi 4
Ukuran dan Kedalaman Insersi Laringoskop dan Pipa
Endotrakeal
Diameter internal pipa endotrakeal (endotracheal tube/ ETT) dalam
milimeter dapat dihitung melalui rumus usia gestasi dalam
minggu dibagi 10. Umumnya, pipa dengan diameter 2,5 mm
sesuai untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1 kg, pipa dengan
diameter 3,0 mm untuk bayi dengan berat 1-2 kg, pipa dengan
diameter 3,5 mm untuk bayi dengan berat 2-3 kg, dan pipa
dengan diameter 3,5-4,0 mm untuk bayi dengan berat di atas 3
kg.2
Tabel 4.4. Panjang Pipa Endotrakeal yang Direkomendasikan Berdasarkan Usia Gestasi Terkoreksi (Usia
Gestasi Saat Lahir + Usia Postnatal) dan Berat Badan Saat Diintubasi. 2
Usia Gestasi Berat Badan Tanda ETT di Ukuran ETT – Ukuran Kateter
Terkoreksi (kg) Bibir (cm) Diameter Internal Pengisap ETT (F)
(minggu) (mm)
10
Resusitasi
Teknik Intubasi
Teknik melakukan intubasi endotrakea :
1
Resusitasi 4
11
Resusitasi
13. Kenali dan tentukan lokasi glotis. Letak pipa endotrakeal yang
benar adalah antara pita suara dan karina masukkan pipa
sampai garis pedoman pita suara berada sebatas pita suara
Gambar 4.15 Anatomi faring dan hipofaring yang tampak apabila lidah diangkat
1
Resusitasi 4
11
Resusitasi
1
Resusitasi 4
Gambar 4.18
Detektor CO2. Gambar diambil dari http://
www.covidien.com
11
Resusitasi
• Laju denyut jantung di bawah 100 kali per menit yang tidak
meningkat segera setelah intubasi dan ventilasi diberikan
1
Resusitasi 4
11
Resusitasi
1
Resusitasi 4
Teknik dua jari (dua ujung jari pada sternum) dapat dilakukan
jika teknik dua ibu jari dianggap mengganggu akses ke perut atau
dada bayi (misalnya untuk kanulasi umbilikal atau torakosentesis).
Tangan lainnya menyokong punggung.2
Gambar 4.20. Ventilasi dan kompresi dada pada bayi baru lahir1
11
Resusitasi
Penilaian
Penilaian laju denyut jantung dilakukan setelah 60 detik koordinasi
ventilasi tekanan positif dan kompresi dada, hal ini dimaksudkan
agar dalam 60 detik telah didapatkan peningkatan laju denyut
jantung yang bermakna dibandingkan penilaian 30 detik yang
dianggap terlalu singkat.
Perbaikan kondisi bayi ditandai dengan:2,3
• Denyut jantung yang terdengar saat auskultasi
• Pulsasi spontan pada oksimetri
• Peningkatan saturasi oksigen
• Pergerakan atau napas spontan
1
Resusitasi 4
Jalur Pemberian
Vena Umbilikal
Kateter vena umbilikal merupakan jalur intravaskular yang paling
cepat didapat untuk pemberian cairan dan obat walau dalam
keadaan sirkulasi perifer yang buruk. Sebelum dipasang,
sambungkan kateter dengan katup three-way, dan pastikan baik
kateter maupun three- way diisi cairan garam fisiologis/normal
saline (NaCl 0,9%).2,3
12
Resusitasi
Pipa Endotrakeal
Hanya adrenalin dan surfaktan artifisial yang dapat diberikan
melalui pipa endotrakeal. Adrenalin diberikan dalam dosis yang
lebih tinggi (50-100 mcg/kgBB) dibandingkan pemberian melalui
intravena. Adrenalin hanya diberikan melalui pipa endotrakeal bila
laju denyut jantung kurang dari 60 kali per menit walau ventilasi
dan kompresi dada adekuat telah diberikan dan jalur intravena
tidak tersedia.2,3
Vena Perifer
Gambar 4.21. Jalur vena umbilikal. 23
Jalur vena perifer sangat sulit dipasang pada bayi baru lahir yang
mengalami renjatan.2,3
Jalur Intraosseus
Jalur ini jarang dilakukan pada bayi baru lahir, namun dapat
digunakan bila akses umbilikal dan vena tidak tersedia.
Pertimbangkan jalur ini bila penolong cukup berpengalaman dalam
memasang jalur intraosseus.2
Arteri Umbilikal
Arteri umbilikal tidak direkomendasikan untuk pemberian obat-
obat resusitasi. Terdapat kekuatiran akan terjadinya komplikasi
bila obat-obatan vasoaktif atau hipertonik (adrenalin atau sodium
bikarbonat) diberikan melalui arteri.2
1
Resusitasi 4
dosis
Sodium Bikarbonat
Indikasi
12
Resusitasi
dosis
Nalokson
Indikasi
1
Resusitasi 4
dosis
12
Resusitasi
dosis
Prosedur:
Persiapan Bahan dan Alat
5. Pinset
1
Resusitasi 4
Pelaksanaan
12
Resusitasi
13. Bila koreksi obat atau cairan masih diperlukan untuk beberapa
waktu, maka kateter perlu difiksasi dengan benang jahit.
Bayi Prematur
Proteksi Kulit dan Cara Memegang
Bayi baru lahir yang sangat prematur khususnya < 28 minggu
mempunyai risiko cedera kulit dan organ dalam yang cukup
besar, sehingga perlu ditangani dengan lemah lembut dan hati-
hati. Bila penolong hendak memasang jalur vaskular, gunakan
larutan antiseptik seperlunya. Larutan yang mengandung alkohol
dapat merusak kulit bayi yang sangat prematur. Bila diperlukan
pemasangan kateter umbilikal emergensi, oleskan antiseptik
pada tali pusat dan sedikit kulit di sekitarnya. Penggunaan cairan
antiseptik yang berlebihan akan mengalir ke daerah selangkangan
dan paha, sehingga setelah prosedur selesai jangan lupa membilas
dengan aquabidest atau larutan NaCl 0,9% untuk mencegah
terjadinya luka bakar di kulit.2,23
Bantuan Pernapasan
Bayi sangat prematur rentan mengalami displasia bronkopulmonar
atau penyakit paru kronis sebagai dampak/komplikasi dari
tindakan intubasi dan penggunaan ventilasi mekanik > 72 jam.
1
Resusitasi 4
Gambar 4.22. Pemberian CPAP dengan Jackson-Rees yang disambungkan ke sungkup wajah
(atas) atau melalui single nasal prong (bawah)
12
Resusitasi
1
Resusitasi 4
13
Resusitasi
Oksigen
Bayi prematur memiliki risiko lebih besar untuk mengalami cedera
hiperoksia dibandingkan bayi cukup bulan. Pada saat melakukan
resusitasi bayi sangat prematur, dianjurkan untuk tidak
menggunakan oksigen 100%, melainkan campuran udara dan
oksigen lalu melakukan titrasi fraksi oksigen. Bayi prematur
membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai saturasi oksigen
90% dibanding bayi cukup bulan, sehingga pemberian fraksi oksigen
saat resusitasi perlu dimonitor dengan pulse oxymetry. Komplikasi
hiperoksia adalah keterlambatan menarik napas pertama, retinopati
prematuritas, displasia bronkopulmonar, dan enterokolitis
nekrotikans.2
1
Resusitasi 4
Tatalaksana Suhu
Bayi prematur berisiko mengalami hipotermia, oleh karena itu semua
bayi dengan usia gestasi di bawah 28 minggu atau berat badan di
bawah 1500 gram harus dibungkus dengan plastik polietilen segera
setelah lahir. Bayi tidak boleh dikeringkan sebelum dibungkus
dengan plastik.19 Penjelasan lebih lanjut mengenai pemberian
kehangatan bayi prematur dapat dilihat pada Bab 3: Penilaian dan
Langkah Awal.
Gambar 4.23
Atresia koana
13
Resusitasi
Pneumotoraks Tension
Pneumotoraks adalah akumulasi udara di rongga pleura hingga
menyebabkan kolaps paru sebagian atau total pada sisi yang
terkena.19
1
Resusitasi 4
13
Resusitasi
Wing needle
Kateter intravena
Spuit 10 cc
Three-way
1
Resusitasi 4
Masukkan/dorong kanula
ke dalam sambil mencabut
stylet keluar, hindari
memasukkan stylet dengan
terlalu keras
Pneumonia/Sepsis
Pneumonia kongenital dapat menyebabkan compliance paru
buruk, sehingga bayi membutuhkan tekanan ventilasi lebih tinggi
saat resusitasi untuk membuka alveol paru. Manifestasi klinis
pneumonia adalah distres pernapasan berat.2
13
Resusitasi
1
Resusitasi 4
Kelahiran Gemelli
Bayi gemelli seringkali membutuhkan resusitasi karena
prematuritas, abnormalitas plasenta, gangguan aliran darah tali
pusat, dan/atau komplikasi mekanis selama persalinan.2
Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam sebelum persalinan dapat terjadi pada
abrupsio plasenta, plasenta previa atau vasa previa. Meski sumber
pendarahan paling sering berasal dari ibu, namun sedikit saja
perdarahan berasal dari janin dapat menyebabkan hipovolemia pada
bayi. Sebagai contoh perdarahan transplasenta mayor ke dalam
sirkulasi ibu (perdarahan fetomaternal) menyebabkan hipovolemia
bayi tanpa perdarahan antenatal yang tampak.2
13
Resusitasi
1
Resusitasi 4
14
Resusitasi
1
Resusitasi 4
14
Resusitasi
1
Resusitasi 4
Resusitasi Terintegrasi
Resusitasi terintegrasi adalah resusitasi yang dijalankan dengan
menggabungkan keempat komponennya, yaitu Airway, Breathing,
Circulation dan Drugs sehingga penolong dapat menjalankan
resusitasi dengan baik dan mendapat luaran yang optimal.
Prinsip-prinsip dalam resusitasi terintegrasi adalah sebagai berikut:
Berurutan
Kedua tahapan pertama dalam resusitasi, yaitu Airway dan
Breathing, merupakan komponen terpenting dan paling awal
dijalankan. Tahapan-tahapan ini tidak boleh dilompati untuk
menuju ke komponen berikutnya Circulation dan Drugs. Dengan
kata lain sebelum memutuskan melakukan komponen Circulation
dan Drugs harus dipastikan Airway dan Breathing sudah optimal.
Contoh Kasus:
Dokter A sedang menangani bayi yang baru saja lahir dari seorang
ibu G1P0A0 dengan usia gestasi 35 minggu. Dokter A sudah
melakukan penilaian dan langkah awal. Pada usia 30 detik setelah
lahir didapatkan bayi tetap tidak bernapas, tonus buruk dan laju
denyut jantung 58 kali per menit.
Jawaban: Tidak
14
Resusitasi
Tidak
Langkah awal:
Pastikan bayi tetap hangat
Atur posisi dan bersihkan jalan napas
Keringkandan stimulasi
Posisikan kembali
Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot
Pemantauan SpO2
1
Resusitasi 4
Simultan
Penilaian usaha napas, laju denyut jantung dan tonus serta tindakan
resusitasi berupa Airway, Breathing, Circulation dan Drugs harus
dilakukan secara simultan atau bersamaan pada satu waktu.
Ketepatan Waktu
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, waktu merupakan hal
yang sangat penting pada resusitasi bayi baru lahir. Keterlambatan
penanganan di awal akan mengakibatkan keterlambatan perbaikan
klinis bayi. Usaha napas pertama dapat tertunda dan hipoksia lama
dapat diakibatkan oleh denyut jantung yang rendah.
14
Resusitasi
Koordinasi
Para penolong harus memiliki koordinasi yang baik, mampu
bekerja sama dan memiliki bahasa medis sama sehingga tidak
ada keterlambatan, tidak saling bertabrakan kerjanya, tidak saling
menunggu atau malah menonton penolong lainnya melakukan
resusitasi.
Penilaian Berulang
Kondisi bayi baru lahir dapat mengalami perubahan sepanjang
resusitasi walaupun penolong belum mencapai titik penilaian pada
alur resusitasi. Oleh karena itu, penilaian komponen resusitasi
harus dilakukan berulang kali sepanjang resusitasi. Selain berfungsi
untuk memandu penolong menentukan tindakan dan perawatan
selanjutnya, penilaian berulang juga membantu penolong untuk
memantau apakah ada perbaikan atau perburukan kondisi bayi.
1
Resusitasi 4
Contoh Kasus:
Dokter B sedang meresusitasi neonatus yang lahir tidak bernapas,
tonus buruk, dan laju denyut jantung 50 kali per menit.
Pada tahap Airway, pastikan lagi posisi kepala bayi sudah benar
(setengah ekstensi) dan tidak ada obstruksi pada jalan napas bayi.
14
Resusitasi
1
Resusitasi 4
Hal-hal penting
1. Komponen resusitasi bayi baru lahir terdiri atas empat
hal, yaitu Airway, Breathing, Circulation dan Drugs
15
Resusitasi
Daftar pustaka
1. Richmond S, Wyllie J. European Resuscitation Council Guidelines
for Resuscitation 2010 Section 7. Resuscitation of babies at birth.
Resuscitation. 2010; 81: 1389–99
2. Australian Resuscitation Council. Section 13: Neonatal Guidelines.
Diunduh dari www.resus.org.au. Diakses pada 15 Oktober 2013.
3. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011.
h.10-7.
4. Falciglia HS, Henderschott C, Potter P, Helmchen R. Does DeLee
suction at the perineum prevent meconium aspiration syndrome?
Am J Obstet Gynecol. 1992;167:1243-9.
5. Vain NE, Szyld EG, Prudent LM, Wiswell TE, Aguillar AM, Vivas NI.
Oropharyngeal and nasopharyngeal suctioning of meconium-stained
neonates before delivery of their shoulders: multicentre, randomised
controlled trial. Lancet. 2004;364:597-602.
6. Wiswell TE, Gannon CM, Jacob J, Goldsmith L, Szyld E, Weiss K, et
al. Delivery room management of the apparently vigorous
meconium- stained neonate: results of the multicenter, international
collaboraive trial. Pediatr. 2000;105:1-7.
7. Liu WF, Harrington T. The need for delivery room intubation of thin
meconium in the low-risk newborn: a clinical trial. Am J Perinatol.
1998;15:675-82.
8. Wood FE, Morley CJ, Dawson JA, Kamlin CO, Owen LS, Donath S,
et al. Improved techniques reduce face mask leak during simulated
neonatal resuscitation: study 2. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.
2008;93:230–F4.
9. Halamek LP, Morley C. Continuous positive airway pressure during
neonatal resuscitation. Clin Perinatol. 2006; 33: 83– 98.
10. Buch P, Makwana AM, Chudasama RK. Usefulness of Downe score
as clinical assessment tool and bubble CPAP as primary respiratory
support in neonatal respiratory distress syndrome. J Pediatr Sci.
2013;5:176-83.
11. Sharma A, Ford S, Calvert J. Adaptation for life: a review of neonatal
physiology. Anaesth Intensive Care Med. 2010;12:85-90.
12. Altuncu E, Ozek E, Bilgen H, Topuzoglu A, Kavuncuoglu S. Percentiles
of oxygen saturations in healthy term newborns in the first minutes
of life. Eur J Pediatr. 2008;167:687-8
13. Gonzales GF, Salirrosas A. Arterial oxygen saturation in healthy infants
immediately after birth. J Pediatr. 2006;148:585-9
14. Toth B, Becker A, Seelbach-Gobel B. Oxygen saturation in healthy
newborn infants immediately after birth measured by pulse oximetry.
Arch Gynecol Obstet. 2002;266:105-7
15. Mariani G, Dik PB, Ezquer A, Aguirre A, Esteban ML, Perez C, et
al. Pre-ductal and post-ductal O2 saturation in healthy term
neonates after birth. J Pediatr. 2007;150:418-21
16. Rabi Y, Yee W, Chen SY, Singhal N. Oxygen saturation trends
immediately after birth. J Pediatr. 2006;148:590-4
17. Dawson JA, Kamlin CO, Vento M, Wong C, Cole TJ, Donath SM, et al.
Defining the reference range for oxygen saturation for infants after
birth. Pediatrics. 2010;125:1340-7
1
Resusitasi 4
15
Resusitasi
1
6
Aspek Etika dalam
Resusitasi
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami aspek etika dalam resusitasi
2. Memahami kapan menghentikan usaha resusitasi
W
alaupun dunia medis di bidang perinatal telah
berkembang dengan baik dan pesat, tetapi hal tersebut
tidak menjamin semua bayi akan lahir hidup atau tetap
hidup dengan/ tanpa melewati masa kritis. Bayi prematur/ berat
lahir rendah khususnya memiliki risiko tinggi untuk komplikasi
jangka panjang dengan biaya pengobatan yang tidak murah, seperti:
penyakit paru kronik, kebutaan, gangguan kognitif, kelainan
neurologis, gagal tumbuh dan gangguan perkembangan.1
15
Resusitasi
A. Penolakan resusitasi2
- Anensefali
15
Aspek Etika dalam Resusitasi 6
Referensi
1. Fanaroff JM, Nelson LJ. Ethical issues in the perinatal period. Dalam:
Fanaroff AA, Fanaroff JM, penyunting. Care of the High-Risk Neonate.
Edisi ke-6. Philadelphia: Saunders; 2013. h.535-42.
2. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal Resuscitation. Queensland: State of Queensland; 2011.h.19.
3. Hird M, Larcher VF. Ethical and legal aspects of neonatology. Dalam:
Rennie JM, penyunting. Roberton’s Textbook of Neonatology. Edisi
ke-
4. Philadelphia: Elsevier; 2005. h.97-100.
15
Resusitasi
15
7
Megacode
KASUS 1
Seorang bayi dengan berat 1400 gram dilahirkan dari ibu G2P1A0
dengan preeklamsia berat pada usia kehamilan 31 minggu. Ibu belum
pernah mendapat suntikan kortikosteroid sebelum persalinan. Pada
saat dilahirkan bayi menangis kuat disertai pergerakan dan fleksi
pada keempat ekstremitas. Tangan dan kaki bayi terlihat sianotik.
KASUS 2
Seorang bayi dengan berat 2700 gram dilahirkan dari ibu G3P1A1
secara bedah kaisar pada usia kehamilan 40 minggu. Sebelumnya
ibu mengeluh gerakan janin berkurang disertai hasil pemeriksaan
CTG berupa deselerasi lambat. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
maupun penyulit selama kehamilan. Pada saat dilahirkan bayi
tampak mengalami lilitan tali pusat erat sebanyak 2 kali, tidak
menangis, dan tampak kebiruan. Bayi dibebaskan dari lilitan tali
pusat dan diserahkan kepada anda selaku penolong resusitasi. Bayi
tampak megap-megap dan lunglai disertai warna kebiruan disekitar
mulut, tangan, dan kaki. Cairan ketuban tampak kehijauan namun
tidak berbau.
15
Resusitasi
KASUS 3
Seorang bayi dengan berat 3200 gram dilahirkan dari ibu G1P0A0
melalui persalinan normal pada usia kehamilan 42 minggu. Pada
saat persalinan tampak cairan ketuban bercampur mekoneum
kental. Bayi lahir menangis dengan tonus otot yang cukup. Tangan
dan kaki bayi tampak kebiruan.
KASUS 4
Seorang bayi dengan berat 1100 gram dilahirkan dari ibu G1P0A0
melalui bedah kaisar atas indikasi ketuban pecah dini dan
oligohidramnion pada usia kehamilan 28 minggu. Ibu tidak memiliki
riwayat penyakit maupun penyulit selama kehamilan. Pada saat
dilahirkan bayi tidak bernapas, tidak bergerak dan lunglai, serta
tampak kebiruan. Laju denyut jantung 90 kali/ menit.
16
Megacode 7
KASUS 5
Seorang bayi dengan berat 2400 gram dilahirkan dari ibu G 2P0A1
melalui persalinan normal pada usia kehamilan 36 minggu. Ibu
mengaku mengeluarkan cairan seperti air seni sejak 18 jam yang
lalu. Ibu memiliki riwayat infeksi saluran kemih sejak sekitar 1 tahun
yang lalu. Pada saat dilahirkan bayi tidak bernapas dan lunglai, serta
tampak kebiruan seluruh tubuh. Frekuensi denyut jantung 90
kali/ menit.
KASUS 6
Bayi dengan berat 1800 gram dilahirkan dari ibu G2P1A0 melalui
bedah kaisar emergensi atas indikasi solusio plasenta pada usia
kehamilan 30 minggu. Pada saat dilahirkan bayi tampak menangis
lemah, tonus otot lemah disertai kebiruan. Pada usia 1 menit bayi
tampak mengalami retraksi dalam di epigastrium, merintih, napas
cuping hidung, dengan frekuensi napas 65 kali/ menit. Laju denyut
jantung 110 kali/ menit. Tangan dan kaki masih tampak kebiruan.
16
Resusitasi
16