Kelompok 2
1.Adonia Parinding
2.Liza Mumtaza
3.Kesya Meivin Tamara
4.Nastiti Cahyaningati
5. Nada Dwi Utami
6.Desrina Wilyanti
Poltekkes Kemenkes RI
Jurusan :
D-IV Kebidanan Palu
1
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Biologi
Reproduksi.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan
kritik yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
2
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ......................................................................5
Bab II Pembahasan ..........................................................................................................................6
2.1 Sirkulasi Janin .......................................................................................................................6
2.2 Karakteristik Sirkulasi Janin...............................................................................................7
2.3 Perjalanan Sirkulasi Janin...................................................................................................8
2.4 Sistem Traktus Digestivus …………………………………………………………………9
Bab III Penutup................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................12
3.2 Saran…………………………………………………………………………………..12
3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
4
saturitas oksigen meningkat hingga melebihi 50% maka terjadi apnoe, tidak
tergantung pada konsentrasi karbondioksida. Bila saturasi oksigen menurun,
maka pusat pernapasan menjadi sensitif terhadap rangsangan
karbondioksida. Pusat itu menjadi lebih sensitif bila kadar oksigen turun dan
saturasi oksigen mencapai 25%. Keadaan ini dipengaruhi oleh sirkulasi
utero-plasenter (pengaliran darah antara uterus dan plasenta).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sistem pernapasan pada neonatus dari intra
uterus dan ekstra uterus?
2. Bagaimana perkembangan sistem sirkulasi pada neonatus dari intra uterus
dan ekstra uterus?
3. Bagaimana perkembangan sistem traktus digestivus pada neonatus dari
intra uterus dan ekstra uterus?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perkembangan sistem pernapasan pada neonatus dari intra
uterus dan ekstra uterus
2. Mengetahui perkembangan sistem sirkulasi pada neonatus dari intra
uterus dan ekstra uterus
3. Mengetahui perkembangan sistem traktus digestivus pada neonatus dari
intra uterus dan ekstra uterus
D. Manfaat Penulisan Untuk mengetahui perkembangan dan persiapan
kehidupan pada neonatus dari segi sistem respirasi, sirkulasi dan
traktus digestivus.
5
BAB II
PEMBAHASAN
- Sistem Sirkulasi
Saat paru-paru berkembang, tekanan O2 dalam vebtrikel kiri
meningkat, sebaliknya Co2 menurun. Hal tersebut menimbulkan
resistansi pembuluhpembuluh darah paru, sehingga aliran darah kea lat
tersebut meningkat, ini menyebabkan darah dari arteri polmunalis
mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup, dengan menutup
dan menciutnya vena umbilikalis dan kemudian di potong ali pusatnya,
aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior dan foramen oval
eke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari
paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada di atrium
kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup.
Sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar
tubuh ibu. Pengalihan arah aliran darah setelah terhentinya aliran darah
yang tinggi melalui arteri umbilikalis untuk memberikan perfusi ke villi
plasenta, dan volume darah yang besar yang kembali melalui vena
umbulikalis dan vena kava. Tekanan vena di vena kava menurun
sehingga duktus venosus menutup. Paru mengembang pada saat
pernapasan pertama dan tekanan vaskular paru turun secara tiba-tiba.
Dalam waktu yang sama, tekanan darah sistemik bayi sedikit meningkat.
Ini mengakibatkan pembangkitan arah aliran sementara melalui duktus
arteriosus. Ketika bayi bernapas, tegangan oksigen ini di dalam darah
meningkat dan dinding muskular duktus ini berkontraksi, sehingga aliran
darah yang melaluinya berhenti. Pada saat yang sama, tekanan di dalam
atrium kanan menurun. Terjadi peningkatan serentak aliran darah di
seluruh paru. Darah masuk ke dalam atrium dan mengakibatkan
peningkatan tekanan di dalam atrium kiri.
Dengan kata lain, menciutnya arteria dan vena umbilikalis dan
kemudian dipotongnya tali pusat, maka aliran darah dari plasenta terhenti.
Tekanan di ventrikel kanan dan atrium kanan menurun sebagai akibat
meningkatnya aliran darah dari ventrikel kanan ke paru melewati arteria
6
pulmonalis. Sementara itu aliran balik ke atrium kiri meningkat yang
menyebabkan tekanan di atrium kiri meningkat. Peningkatan tekanan
atrium kiri dan penurunan tekanan atrium kanan menyebabkan
menutupnya foramen ovale. Sementara itu, oksigen
menyebabkanmenutupnya duktus arteriosus.
Ini merupakan perubahan sirkulasi fetal ke sirkulasi dewasa.
1. Intra Uteri
Mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari
plasenta, melalui vena umbikalis, masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian
besar darah tersebut melalui duktus venosus arantii akan mengalir ke
vena kava inferior pula. Di dalam atrium dekstra sebagian besar darah ini
akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra, melalui foramen yang
terletak diantara atrium dekstra dan atrium sinista. Dari atrium sinistra
selanjutnya darah ini mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian
dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil dari darah atrium kanan
mengatur ke ventrikel kanan bersama-sama dan darah yang berasal dari
paru-paru yang belum berkembang, sebagian besar darah dari ventrikel
kanan ini, yang seyogyanya megnalir melalui arteria pulmoralis darah di
aorta akan mengalir ke seluruh tubuh untuk memberi nutrisi dan
oksigenasi pada sel-sel tubuh darah dari sel-sel tubuh yang miskin
oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagainya akan
dialirkan ke plasenta melalui 2 arteria umbilikalis. Seterusnya diteruskan
ke peredaran darah di koteledon dan jonjot-jonjot dan kembali melalui
vena umbilikalis ke janin. Demikian seterusnya sirkulasi janin ini
berlangsung ketika janin berada di dalam uterus. Ketika janin dilahirkan,
segera bayi mengisap udara dan menangis kuat. Dengan dengan
demikian, paru-parunya akan berkembang, tekanan dalam paruparu
mengecil dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru. Dengan
demikian, duktus botalli tidak berfungsi lagi. Demikian pula, karena
tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan tertutup,
sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi. Dengan
dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilikalis dan duktus vengsus
arantii akan mengalami obiliterasi dengan demikian, setelah bayi lahir
maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang diisap ke parDewasa
ini, dapat dipantau peredaran darah janin dan denyutan-denyutan di tali
pusat.
a. Karakteristik sirkulasi janin secara rinci adalah sebagai
berikut:
7
1. Terdapat pirau (shunt) intra kardial (foramen ovale) maupun
ekstra kardial (duktus arteriosus dan venosus).
2. Ventrikel kanan dan ventrikel kiri bergerak secara serentak.
3. Vebtrikel kanan memompa darah ke tempat tahanan yang lebih
tinggi dari ventrikel kiri.
4. Darah yang dipompa ventrikel kanan sebagian besar menuju
aorta melalui duktus arteriosus dan hanya sebagian kecil menuju
paru-paru.
5. Paru-paru mengambil O 2 dari darah , bukan sebaliknya dan
darah memperoleh O2 dari plasenta.
6. Paru-paru secara terus menerus mensekresi cairan ke dalam
saluran nafas.
7. Hati sebagai organ pertama yang menerima bahan makanan
(O2, glukosa, asam amino).
8. Plasenta sebaga tempat utama pertukaran gas. Makanan/ bahan
esensial janin dan ekskresi.
9. Plasenta mnejamin berjalannya sirkulasi pertahanan rendah.
b. Perjalan sirkulasi darah janin
8
atrium kanan, 2/3 meunju ke artim kiri melalui foramen ovale,
selanjutnya dari ventrikel kiri menuju ke aorta dan sisa 1/3 darah
mengalir ke ventrikel kanan dan dipompakan ke arteri pulmonalis.
Sebagian berasal darah dari bagian atas tubuh masuk ke atrium
kanan melalui vena cava suferior dan sebagian besar terus ke
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, dari vebtrikel kanan
sebagian darah menuju paru dan sebagian besar menyebrang
melalui duktus arteriosus menuju aorta.
2. Eksta uteri
a. Dua kejadian besar segra setelah bayi lahir:
a. Terjadi pernafasan pertama kali
b. Terputus hubuungan dengan plasenta
b. Segera setelah lahir terjadi perubahan sebagai berikut:
a. Tahanan vaskuler paru menurun sehingga aliran paru
meningkat
b. Tahanan sistematik meningkat
c. Duktus arteriosus menutup
d. Foramen ovale menutup
e. Duktus venosus menutup
Kejadian ini merupakan perubahan sirkulasi neonatus secara
drastic yang berbeda dengan dewasa sehingga disebut “Sirkulasi
Neonatus” atau “Sirkulasi Transisi”.
C. Sistem Traktus Digestivus
Sebelum lahir janin cukup bulan mulai menghisap dan menelan.
Kemampuan menelan dan mencerna ASI pada bayi baru lahir cukup
bulan masih terbatas. Hubungan antara esophagus dan lambung masih
belum sempurna yang menyebabkan gumoh pada bayi baru lahir dan
neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Walau pengosongan lambung 2,5-3 jam,
itulah sebabnya bayi memerlukan ASi sesering mungkin. Pada saat
makanan masuk ke lambung, terjadilah gerakan peristaltik cepat. Ini
berarti pemberian makanan diikuti dengan reflex pengosongan lambung.
Bayi yang diberi ASI dapat bertinja 8-10 kali sehari atau paling sedikit 2-
3 kali sehari. Bayi yang diberi minum Pasi bertinja 4-6 kali sehari, tetapi
9
kecendrungan dapat mengalami konstipasi. Untuk membantu bayi dalam
mengatasi gastrointestinal adalah dengan memberika ASI segra setelah
bayi lahir.
Beberapa organ saluran pencernaan mengalami perubahan dimasa
kecil, yaitu:
1. Mulut
Ada beberapa ciri yang normal pada bayi abru lahir yaitu pada daerah
mulut ; bibir bayi kemerahan, lidah rata dan simetris, tidak memanjag
atau menjulur di antara bibir. Frenulum (jaringan di bawah lidah) tidak
membatasi gerakan ujung lidah. Gusi sebagian besar memperlihatkan
bakal gigi dan langitlangit tertutup.
2. Lambung
Pada saat lahir kapasitas lambung bayi adalah sekitar 1-2 ounces (30-
60 ml) dan meningkat dengan cepat. Karena bayi menghisap putting,
udara juga mungkin akan terhisap, hal ini akan menimbulkan rasa
kenyang yang palsu karena lambung penuh, bila udara tidak dapat
keluar, hal ini akan menyebabkan bayi mengalami regurgitasi. Reflex
gumoh dan reflex batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik
saat bayi lahir. Hubungan antara esophagus dan lambung masih belum
sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada BBL dan neonatus.
3. Pankreas
Pankreas telah mulai berfungsi meskipun amat terbatas. Insulin telah
dapat ditemukan pada kehamilan 13 minggu dan produksinya
meningkat dengan tuanya kehamilan. Pada ibu dengan diabetes
mellitus tampak adanya hipertrofi sel-sel longerhons. Akan tetapi,
bukti bahwa insulin janin membantu ibunya dalam hal diabetes
melitus belum ada. Ketakutan terhadap rendahnya kadar gula darah
pada bayi baru lahir menjadi alasan baru “yang lumrah” untuk
memisahkan ibu dengan bayinya, dan memberikan bayi tambahan
susu formula pada masa awal setelah bayi lahir. Alasan kekhawatiran
para dokter anak dan ahli neonatal tersebut adalah karena kadar gula
darah yang rendah dapat menyebabkan kerusakan pada otak, sehingga
hal ini menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan.
4. Usus
Pada usia kehamilan 4 bulan alat pencernaan ini telah cukup
terbentuk, janin dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup
banyak, sehingga dengan demikian, janin membantu pula perputaran
air ketuban. Absorbsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh
traktus digestivus. Janin menelan air ketuban, dapat dibuktikan dengan
10
feses pertamanya setelah dilahirkan. Feses pertama bayi adalah
kehijauan, tidak berbau dan kental, dikenal dengan mekonium. Feses
ini mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo dan sisa zat jaringan tubuh lainnya.
Warna hijau tua mekonium disebabkan oleh pemecahan bilirubin.
Marconium dapat keluar per anum bila timbul hipoksia berat,
sehingga usus-usus mengadakan peristaltik, sedangkan muskulus
sfingter ani dalam keadaan lumpuh. Dengan demikian mekonium
mencampuri likuor amnii, yang kemudian berwarna kehijau-hijauan.
Juga bila ada tekanan di dalam uterus yang meningkat hingga
menekan isi abdomen janin, umpamanya pada janin dalam letak
sungsang, mekonilum secara mekanik keluar dari anus. Juga obat yang
meningkatkan mekanisme peristaltik pada ibu, dapat pula melalui
plasenta dan memberi akibat yang sama pada janin. Pada umumnya
janin menelan rata-rata 450 ml air ketuban setiap harinya. Hepar janin
pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam hemopoesis.
Pula dalam metabolisme hidrat arang mulai berperan. Glikogen mulai
disimpan dalam hati, yang pada akhir triwulan makin meningkat.
Sesudah bayi dilahirkan, simpanan glikogen ini cepat terpakai.
Vitamin A dan D disimpan juga dalam hati. Bahwa hepar janin masih
imatur dalam fungsinya selama dalam kandungan dan pula sesudah
dilahirkan, dinyatakan oleh ketidakmampuannya untuk meniadakan
bekas penghancuran darah dari peredaran darah, plasenta dan hati ibu
menyelesaikan ini. Akan tetapi, sebagian kecil bilirubin diolah oleh
hepar janin dan disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana
dialami oksidasi dijadikan biliverdin. Pigmen inilah yang membuat
warna mekonium kehijau-hijauan. Pada umumnya plasenta dapat
meniadakan dengan cepat bekas-bekas metabolisme bilirubin. Akan
tetapi pada keadaan dimana hemadisit darah terlalu cepat, umpamanya
dalam hal eritroblastosis fetalis, 15 mekanisme di plasenta tidak dapat
mengetahuinya. Akan timbul hiperbilirubinemia dengan pigmen yang
akibatnya dapat ditemukan di dalam air ketuban. Adanya pigmen
tersebut dalam likuor amnii dipakai untuk membuat diagnosis dan
mengadakan penilaian mengenai kehamilan demikian itu imaturitas
hepar yang menyangkut fungsinya dalam sistem enzim ialah mengenai
kekurangan enzim glukorunil transferase, yang terjadi hingga dalam
masa neonatus dan dalam waktu yang berbeda-beda. Terutama ini
terjadi pada bayi prematur yang tidak mudah meniadakan hasil
pengolahan hemoglobin melalui heparnya. Timbulnya ikterus
neonatorum dalam hal ini agaknya disebabkan oleh hal tersebut di
11
atas. Feses dari bayi yang menyusu ASI adalah hijau kekuningan,
berair dan bereaksi terhadap asam . sedangkan feses bayi yang minum
susu formula biasanya berwarna kekuningan terang, bebentuk, kurang
frekuensinya, netral sampai sedikit alkali (asam).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah lahir, neonatus mengalami beberapa perubahan fisiologis
sehingga dapat beradaptasi dari kehidupan intrauteri yang bersifat
parasitik ke ekstrauteri yang bersifat mandiri. Setelah tali pusat
dipotong tidak ada lagi aliran darah yang mengandung oksigen dan
nutrien dari ibu ke bayinya. Pada janin yang normal dapat melalui
masa transisi ini dengan baik dan tidak menimbulkan masalah. Selama
proses persalinan dan segera setelah lahir bayi menerima berbagai
rangsang seperti termal, mekanik, kimiawi.dengan kehidupan di luar
uterus. Dan perubahan utama mempengaruhi fungsi pernafasan,
kardiovaskular dan traktus digestivus.
B. Saran
Dalam pelayanan kebidanan, sangat penting bagi seorang bidan untuk
mengetahui perkembangan dan persiapan kehidupan pada neonatus
dari segi sistem respirasi, sirkulasi dan traktus digestivus. Hal ini
berguna agar bidan dapat membedakan normal atau tidaknya keadaan
pada neonatus baik intra maupun ekstra uterus.
12
13