Disusun Oleh :
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 14201.11.19010
Semester : V (Lima)
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
____________________ _____________________
Mengetahui,
Kepala Ruangan
____________________
LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru
relaksasi dan terbuka, sehingga paru bertekanan rendah. Kombinasi tekana yang
meningkat dalam sirkulasisistemik, tetapi menurun pada sirkulasi paru
menyebabkan perubahan tekanan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan
penutupan foramen ovale. Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika
dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan
setelah tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan berlangsung dalam 2-3
bulan.
Dengan demikian sisa ductus arteriosus Botalli menjadi ligamentum
anteriosum, duktus venosus arantii menjadi ligamentum teres hepatis dan kedua
arteri umbilicalis menjadi ligamentum vesico umbilicale laterale kiri dan kanan.
b. Pernapasan
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan isik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak. Adapun rangsangan isik lingkungan luar
rahim yaitu udara dingin, gaya gravitasi, nyeri, cahaya, dan suara.
2) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru- paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan sara
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan yang
diperlukan untuk kehidupan. Jadi, semua sistem-sistem tersebut harus berfungsi
secara normal.
c. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress karena adanya perubahan-perubahan lingkungan. Bayi baru lahir
memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan.
Dimana suhu dalam uterus berluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu.
Suhu janin biasanya lebih tinggi dari 0,6 dari pada suhu ibu.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 mekanisme, yaitu :
1) Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Contoh bayi yang dilahirkan di ruangan yang dingin,
bayi terkena hembusan kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak lagsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda-benda
tersebut.
3) Radiasi
d. Kelenjar Endokrin
Kelenjar Endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab
sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran tetapi
langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kaalenjar. Sistem
endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika berada dalam
kandungan. Dimana ketika janin masih berada didalam kandungan, bayi masih
mendapatkan segala kebutuhannya daari plasenta meskipun dalam kandungan
mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas hidup.
1) Kelenjar Tiroid
2) Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira- kira 10
gram atau sedikit ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya
meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.
e. Persyarafan
Beberapa gerak releks yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir
normal :
1) Menelan
Beri bayi minum, menelan biasanya disertai menghisap dan mendapat cairan.
Menelan biasanya diatur oleh mengisap dan biasabya terjadi tanpa tersendak,
batuk atau muntah.
3) Menjulurkan Lidah
Sentuh atau tekan lidah, BBL menjulurkan lidah keluar. Reaksi ini akan hilang
pada usia sekitar 4 bulan.
4) Glabelar
Ketuk dahi, batang hidung, atau maksila BBL yang matanya sedang terbuka.
BBL akan mengejapkan matanya pada 4-5 ketukan pertama. Kedipan yang
terus-menerus pada ketukan berulang menunjukan adanya gangguan
ekstrapiramidal
5) Leher tonik
Pada saat bayi dalaam keadaan tertidur, dengan cepat putar kepala ke arah satu
sisi. Jika bayi menghadap ke kiri, lengan dan kaki pada sisi itu akan lurus,
sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalam posisi fleksi.
6) Moro
Pegang bayi secara vertikal, biarkan salah satu kaki menyentuh permukaan
meja. Bayi akan melakukan gerakan seperti berjalan, kaki akan bergantian
fleksi dan ekstensi, bayi aterm akan berjalan dengan ujungjari-jarinya.
8) Merangkak
Baringkan bayi baru lahir diatas perutnya (temgkurap). Bayi baru lahir akan
melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan tangan dan tungkainya.
9) Terkejut
Suara keras dari tepukan tangan yang nyaring akan menimbulkan respons,
lengan melakukan gerakan abduksi disertai fleksi pada siku, tangan tetap
menggenggam.
Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, goressisi lateral telapak ke arah atas
kemudian gerakan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kaki hiperekstensi
dengan ibu jari dorsileksi.
f. Imunologi
1. Jangka Pendek Dampak atau masalah jangka pendek yang terjadi pada
BBLR (Izzah , 2018) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan metabolik
Gangguan metabolik yang diikuti dengan hipotermi dapat
terjadi karena bayi BBLR memiliki jumlah lemak yang sangat sedikit di
dalam tubuhnya. Selain itu, pengaturan sistem suhu tubuhnya juga
belum matur. Yang sering menjadi masalah pada bayi BBLR yaitu
hipoglikemi. Bayi dengan asupan yang kurang dapat berdampak
kerusakan sel pada otak yang mengakibatkan sel pada otak mati.
Apabila terjadi kematian pada sel otak, mengakibatkan gangguan pada
kecerdasan anak tesebut. Untuk memperoleh glukosa yang lebih harus
dibantu dengan ASI yang lebih banyak. Kebanyakan bayi BBLR
kekurangan ASI karena ukuran bayi kecil, lambung kecil dan energi
saat menghisap sangat lemah.
b. Gangguan imunitas
Gangguan imunologik Sistem imun akan berkurang karena
diberikan rendahnya kadar Ig dan Gamma globulin. Sehingga
menyebabkan sering terkena infeksi. Bayi BBLR juga sering terinfeksi
penyakit yang ditularkan ibu melalui plasenta.
c. Gangguan pernafasan
1. Sindroma gangguan pemafasan Gangguan sistem pernapasan pada
bayi BBLR dapat disebabkan karena kurang adekuatnya surfaktan
pada paru – paru.
2. Asfiksia Pada bayi BBLR saat lahir biasanya dapat timbul asfiksia.
3. Apneu periodik Terjadi apneu periodik karena kurang matangnya
organ yang terbentuk pada saat bayi BBLR dilahirkan.
4. Paru belum berkembang Paru yang belum berkembang
menyebabkan bayi BBLR sesak napas. Untuk menghindari
berhentinya jalan napas pada payi BBLR harus sering dilakukan
resusitasi.
5. Retrolenta fibroplasia Retrolenta fibroplasia dapat terjadi akibat
berlebihnya gangguan oksigen pada bayi BBLR (Kusparlina,
2016).
d. Gangguan sistem peredarah darah
1. Perdarahan Perdarahan dapat terjadi padi bayi BBLR karena
terjadi gangguan pada pembekuan darah. Gangguan fungsi pada
pembukuh darah dapat menyebabkan tingginya tekanan vaskuler
pada otak dan saluran cerna. Untuk mempertahankan pembekuan
darah normal dapat diberikan suntikan vitamin K.
2. Anemia Anemia dapat terjadi karena kekurangan zat besi pada
bayi BBLR.
e. Gangguan jantung
Gangguan jantung dapat terjadi akibat kurang adekuatnya
pompa jantung pada bayi BBLR.
f. Gangguan cairan dan elektrolit Gangguan eliminasi Pada bayi BBLR
kurang dapat mengatur pembuangan sisa metabolisme dan juga kerja
ginjal yang belum matang. Sehingga, menyebabkan adsorpsi sedikit,
produksi urin berkurang dan tidak mampunya mengeluarkan kelebihan
air didalam tubuh. Edema dan asidosis metabolik sering terjadi pada
bayi BBLR.
g. Distensi abdomen Distensi abdomen pada bayi BBLR dapat
menyebkan kurangnya absopsi makanan di dalam lambung. Akibatkan
sari – sari makanan hanya sedikit yang diserap.
h. Gangguan pencernaan Saluran pencernaan pada bayi BBLR kurang
sempurna sehingga lemahnya otot – otot dalam melakukan pencernaan
dan kurangnya pengosongan dalam lambung (England, 2014).
2. Jangka Panjang Dampak atau masalah jangka panjang yang terjadi pada
BBLR (Izzah, 2018) adalah sebagai berikut :
a. Masalah psikis
1. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan Pada bayi BBLR
terdapat gangguan pada masa pertembuhan dan perkembangan
sehingga menyebabkan lambatnya tumbuh kembang Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
2. Gangguan bicara dan komunikasi Gangguan ini menyebabkan
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) memiliki kemampuan
bicara yang lambat dibandingkan bayi pada umummnya.
3. Gangguan neurologi dan kognisi Gangguan neurologi dan kognisi
pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga sering
ditemukan (Lestari, 2018).
b. Masalah fisik
1. Penyakit paru kronis Penyakit paru kronis disebabkan karena
infeksi. Ini terjadi pada ibu yang merokok dan terdapat radiasi
pada saat kehamilan.
2. Gangguan penglihatan dan pendengaran Pada bayi BBLR sering
terjadi Retinopathy of prematurity (ROP) dengan BB 1500 gram
dan masa gestasi < 30 minggu.
3. Kelainan bawaan
4. Kelainan bawaan merupakan kelainan fungsi atubuh pada ibu yang
dapat ditularkan saat ibu melahirkan bayi BBLR ( Khoiriah, 2017).
V. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan berat badan
Seiring dengan semakin efektifnya teknologi dan perawatan neonatus,
kategori berat badan lahir yang baru telah ditemukan untuk lebih mendefinisikan
bayi berdasarkan berat badan. Kategori bayi berat badan lahir rendah adalah:
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan di
bawah 2500 gram pada saat lahir.
2. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan
lahir
3. Bayi berat badan lahir extrem rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat
badan lahir
b. Berdasarkan masa gestasi
1. Prematuritas murni
Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasinya. Tanda banyi premature Adalah
semakin prematur atau semakin kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin
besar pula perbedaannya dengan banyi lahir yang cukup bulan.tanda dangejala
bayi premature:
1) Umur kehamilan atau sama dengan atau kurngnya dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
3) Berat badan sama dengan kurang dari 2500 gram
Bayi baru lahir pada waktu penentuan umur kehamilan sangat penting karna
angka kematian dan kesakitan menurun dengan meningkatnya umur
kehamilan. Penyakit yang Masalah masalah yang dapa terjadi pada prematur
berhubungan dengan belum matangnya fugsi organ organ tubuhnya hal ini
berhubungan dengan umur kehamilan saat bayi dilahikan semakin muda
kehamilan makin tidak sempurna konsenkuensi dari anatomi fisiologi masalah
yang berfareasi.adapun masalah masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Hipotermia
Tanda klinis hipotermia
a) Suhu tubuh dibawah normal
b) Kulit dingin
c) Akral dingin
d) Sianosis
2. Sindrom gawat nafas
Tanda klinis sindrom gawat nafas
a) Pernafasn cepat
b) Sianosis perioral
c) Merintih waktu exspirasi
3. Hiploglikimia
Tanda klinis hiplogkimia
a) Gemetar atau tremor
b) Sianosis
c) Apatis
d) Kejang
e) Apnea intermiten
2. Dismatur
Bayi lahir dengan berat badan kurang dariberat badan seharusnya untuk masa
gestasinya. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
VI. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan 13 berat badan
lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Nelson, 2020).
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi antara lain :
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hampir semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan
seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-
lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. 9 Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
VII. PATHWAY
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada BBLR:
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33
-38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
i. Pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia
j. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
k. Titer torch sesuai indikasi
l. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
m. Pemantauan elektrolit
n. Bayigram ataupun fotodada (Pantiwati,2010).
IX. PENATALAKSANAAN
Menurut Prawirohardjo (2010) dalam Andika dkk 2020, penanganan bayi
dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan di dalam inkubator.
b. Pelestarian suhu tubuh
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam inkubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi ke dalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 oC, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2oC untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30% - 35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan.
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai sistem imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asesoris dan tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiper billirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relatif memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan
dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk
mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan
energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm
dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya 21 lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring
miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai,
karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan
menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan
mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan
abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan
ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung
melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi
telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal Handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini diposisikan
untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki
masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk
menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan
control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir
mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini
untuk mencegah atau menunda terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit.
Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan
dan diganti merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang
ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung
berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung
dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada
bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada
bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi
tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun
enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis.
Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak
sebelum lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang
lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron
dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara medis)
dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia,
dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang terganggu
memerlukan metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu.
Jumlah yang diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan
bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan
dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan,
dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan
yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara
perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR.
Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang
membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya,
hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya
karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya. PMK dapat memberikan
kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal, hal ini dapat
mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan
kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu
dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai
untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu
dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2018).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel
pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai
punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos
dalam (laki-laki) selama PMK.
: Ekspektasi (Membaik)
Kriteria hasil :
Mengigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi 1 2 3 4 5
oksigen
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokostriksi 1 2 3 4 5
perifer
Kutis 1 2 3 4 5
memorata
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku 1 2 3 4 5
sianosis
Hipoksia 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darah
Pengisian 1 2 3 4 5
kapiler
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Dispnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pernapasan pursed-lip 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Kedalaman napas 1 2 3 4 5
Ekskursi dada 1 2 3 4 5
Ventilasi semenit 1 2 3 4 5
Kapasitas vital 1 2 3 4 5
Tekanan ekspirasi 1 2 3 4 5
Tekanan inspirasi 1 2 3 4 5
Serum albumin 1 2 3 4 5
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Intervensi Utama :
a) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
17. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
d. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (D.0142)
: Ekspektasi (menurun)
Kriteria Hasil :
Kebersihan tangan 1 2 3 4 5
Kebersihan badan 1 2 3 4 5
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5
Drainase purulen 1 2 3 4 5
Piuria 1 2 3 4 5
Periode malaise 1 2 3 4 5
Periode menggigil 1 2 3 4 5
Letargi 1 2 3 4 5
Gangguan kognitif 1 2 3 4 5
Kultur darah 1 2 3 4 5
Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur sputum 1 2 3 4 5
Kultur feses 1 2 3 4 5
Kultur makan 1 2 3 4 5
Intervesi Utama
: Ekspektasi (Membaik)
Kriteria hasil :
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrossianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi oksigen 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi perifer 1 2 3 4 5
Kutis memorata 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Hipoksia 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu Kulit 1 2 3 4 5
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Andini, F., Fatmawati, z., & Mudrikatin, S. (2020). Asuhan Kebidanan pada By. Ny. “N”
Riwayat Prematur BBLR Umur 31 Hari Dengan Pneumonia Di Paviliun Anggrek
RSUD Jombang, Prima Wiyata Health, 1(1), 8-8
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2019), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2019), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat PPNI:Jakarta Selatan.
Niswah, L., Dyah Noviawati, S. A., & Muslihatun, W. N. (2020). HUBUNGAN USIA IBU
DAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD WATES
KABUPATEN KULON PROGO (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).
Pristya, T. Y., Novitasari A., & Hutami, M.S. (2020). Pencegahan dan Pengendalian BBLR
Di Indonesia : SYSTEMATIC REVIEW. Indonesian Journal Of Healt Development,
2(3), 175-182