Semkas Kelompok 3 Poli Anak - Revisi Intervensi Done
Semkas Kelompok 3 Poli Anak - Revisi Intervensi Done
SEMINAR KASUS.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
1. KONSEP PENYAKIT.................................................................................................................3
Definisi.........................................................................................................................................3
Anatomi Fisiologi........................................................................................................................3
Etiologi.........................................................................................................................................4
Patofisiologi.................................................................................................................................5
Tanda dan Gejala..........................................................................................................................5
Komplikasi...................................................................................................................................5
Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................................5
Penatalaksanaan Medis................................................................................................................6
WOC TTN....................................................................................................................................8
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................9
Pengkajian....................................................................................................................................9
FORMAT PENGKAJIAN NENONATUS....................................................................................14
RIWAYAT KEPERAWATAN.....................................................................................................14
PENGKAJIAN FISIK NEONATUS..........................................................................................14
DATA IBU..................................................................................................................................18
DATA TAMBAHAN..................................................................................................................22
ANALISA DATA.......................................................................................................................25
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN...........................................................................27
INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................................................28
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN..........................................................32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................40
1. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam) dan bersifat
self-limited serta terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada
bayi yang prematur maupun pada bayi yang matur (lahir aterm). (Brooker, 2008).
Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah keadaan bayi baru lahir (newborn)
mengalami pernapasan yang cepat dan butuh usaha tambahan dari normal karena kondisi di
paru-paru. Sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami hal ini dan umumnya menghilang
setelah beberapa hari dengan tatalaksana yang optimal. (Stefano, 2005).
1.2 Anatomi Fisiologi
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah
satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-cabang
membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai
usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan
ketiga. Kematangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru,
yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler
paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Dua faktor yang berperan pada
rangsangan pertama nafas bayi :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim yang
merangsang pusat pernafasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paruparu selama
persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-sistem harus
berfungsi secara normal. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk
pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan
ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli
akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru.
Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-
paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi.
Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan oksigenasi jaringan
akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru
dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim
1.3 Etiologi
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory
distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak dapat
didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi prematur
belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan
beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko
TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
a. Lahir secara secar
b. Lahir dari ibu dengan diabetes
c. Lahir dari ibu dengan asma
d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan sepanjang
jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon selama
persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau
prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak
mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran
normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat
mereka menarik napas untuk pertama kali.
1.4 Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan bayi tidak
menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen dari pembuluh darah
plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon
dari perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir
(tekanan mekanis terhadap thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya dan
paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa
kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem pembuluh darah
atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-
paru atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami
kesulitan untuk menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan
lebih dalam untuk mendapat cukup oksigen ke paru-paru.
1.5 Tanda dan Gejala
a. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit
b. Napas cuping hidung (nasal flare)
c. Sela iga cekung saat b ernapas (retraksi interkostal)
d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
e. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas
f. Selain tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya
1.6 Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti :
a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan nutrisi pada
organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal).
b. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia
biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg).
Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan indikasi untuk
mencari penyebab lain.
2. Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk
menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan
polisitemia.
3. Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.
b. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN:
1. Hiperexpansi paru, khas pada TTN.
2. Garis prominen di perihiler.
3. Pembesaran jantung ringan hingga sedang.
4. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral.
5. Cairan di fisura minor dan perlahan akan te rdapat di ruang pleura.
6. Prominent pulmonary vascular markings.
1.8 Penatalaksanaan Medis
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di NICU
(perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung, pernapasan dan kadar
oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi pernapasan menurun dan kadar
oksigen tetap normal, lainnya mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker,
selang di bawah hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk
bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway pressure
(CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPCP bayi
mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan
udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka selama
pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini
jarang terjadi. Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat
sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara bersamaan. Pada kasus ini
maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula
darah bayi tetap terjaga.
Dalam 24-48 jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan
kembali normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan bayi
belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab lainnya yang mungkin
menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih sepenuhnya, inilah syarat
dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi kepada ibu agar
melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti
kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera
hubungi dokter dan unit gawat darurat terdekat.
1.9 WOC TTN
Ibu melahirkan
Alveolus Kolaps
(D.0131) Hipotermia
TTNP
2. Tonus Aktifitas
a. Aktif () Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( )
b. Menangis keras () Lemah ( ) Melengking ( )
Sulit menangis ( )
3. Kepala/Leher
a. Fontanel Anterior :Lunak () Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( )
Cekung ( )
b. Sutura Sagitalis : Tepat () Terpisah ( ) Menjauh ( )
c. Gambaran Wajah : Simetris () Asimetris ( )
d. Molding : Caput sucedanum (-) Cephalohematoma (-)
e. Lingkar kepala : 33 cm
4. Mata:
a. Simetris () Tidak simetris ( )
b. Sekresi : Ada ( ) Tidak ada ()
c. Purulen : Ada ( ) Tidak ada ()
d. Jaundice: ada ( ) tidak ada ()
e. Sklera : Putih bersih () Jundice ( ) Kemerahan ( )
f. Konjunctiva : Merah muda () Anemis ( ) Hiperemi ( )
g: Gerakan bola mata : Normal () Tidak normal ( )
5. THT
a. Telinga Normal () Abnormal ( )
Bentuk/posisi : simetris
Sekresi/cairan : Ada/tidak ada
b. Hidung
Bentuk : Normal () tidak normal ( )
Simetris : lubang hidung simetris kanan dan kiri
Cuping Hidung: tidak ada
Septum: tidak ada
Sekresi: tidak ada
6. Abdomen
a. Lunak () Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )
b. Auskultasi Abdomen : tymphani hiperthimpani
c. Bising Usus : Tidak terdengar Ada : 15 x/menit
d. Perkusi Abdomen : Sonor Pekak
e. Tali pusat :Arteri: 2 buah Vena: 1 buah (Normal)
lain-lain : tali pusar di klem kebersihan terjaga
f. Lingkar perut: 37 cm
7. Toraks
a. Simetris () Asmetris ( )
b. Retraksi: Ada (ringan) () Tidak Ada ( )
c. Kalvikula: Normal () Abnormal ( )
d. Lingkar Dada: 34 cm
8. Paru-paru
a. RR: 54x/menit SPO2: 99%
b. Suara nafas Dextra & Sinistra : Sama () Tidak sama ( )
c. Bunyi nafas di semua lapang paru :Terdengar () Tidak terdengar ( )
Menurun( )
d. Suara nafas : Bersih () Ronchi ( ) Rales ( ) Sekresi
( )
e. Respirasi : Spontan ()
Alat Bantu : vygon oxygen peep 5 flow 8 lpm
9. Jantung
a. Bunyi : Normal Sinus Rhythm (NSR) () Frekuensi: 158 x/menit
Murmur ( ) Gallop ( )
b. Waktu pengisian kapiler : <2 detik
10. Ekstremitas
a. Gerakan Bebas () ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
b. Ekstremitas Atas : Normal () Abnormal ( ), sebutkan:
aktif
c. Ekstremitas Bawah : Normal () Abnormal ( ), sebutkan:
aktif
d. Panggul : Normal () Abnormal ( ), sebutkan:
aktif
e.
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan
Brakial kiri
Femoral kanan
Femoral Kiri
11. Umbilikus
Normal () Abnormal ( )
Inflamasi ( ) Drainase ( )
Jumlah pembuluh darah: 2 Arteri 1 Vena
12. Genital
Perempuan normal () Laki-laki normal ( ) Abnormal ( )
15. Kulit
RIWAYAT KELAHIRAN
Lama kala II : tidak terkaji
Cara melahirkan : Pervaginam ()
Bantuan forceps/vacum extrasi ( )
Caesar ( )
Tempat melahirkan : Rumah bersalin/RS () Rumah ( ) Tempat lain ( )
Anestesi yang didapat : tidak ada
Obat-obatan : tidak terkaji
Pola FHR (Fetal Hearth Rate) Kala II : tidak terkaji
Presentasi : distosi Bahu () compoun ( )
RIWAYAT SOSIAL
Strukstur Keluarga (Genogram)
Keterangan:
: Perempuan
: laki-laki
: pasien bayi ny A.
X: meninggal dunia
---: tanggal serumah
Budaya
Suku : Jawa
Agama : Islam
Bahasa : Jawa
Perencanaan makanan bayi : Sufor (ASI belum keluar)
Problem sosial yang penting : tidak ada
Kurang sistem pendukung sosial : (-) pasien mendapat dukungan penuh oleh
keluarga
Perbedaan Bahasa : (-)
Riwayat penyalahgunaan zat adiktif : (-)
Lingkungan rumah yang kurang memadai: (tidak)
Keuangan (BPJS)
Lain-lain (-)
Hubungan orang tua dan bayi :
IBU TINGKAH LAKU AYAH
Menyentuh Tidak boleh mengungjungi
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata
Anak Lain :
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
Perempuan Normal Lengkap
Laki-Laki Normal Lengkap
RIWAYAT NUTRISI
ASI : Ya Tidak (belum keluar)
Colostrums : Ya Tidak, alasan (belum keluar)
PASI : Ya Tidak
Alasan : ASI belum keluar
Jenis : sufor
RIWAYAT ELEMINASI
Miksi : Belum Sudah: 4x/24 jam
Mekonium : Belum Sudah: 3x/24 jam
Konsistensi : lembek
Warna : hijau kecoklatan
3.4 DATA TAMBAHAN
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Lengkap
Hemoglobin 16.0 15.2 – 23.6 g/dl
Lekosit 36.17 H 9.4 – 34.0 10^3/µL
Eritrosit 5.31 4.0 – 6.0 10^6/µL
Hematocrit 53.5 H 35 – 47 %
Trombosit 321 150 – 440 10^3/µL
MCV 100.8 98 – 123 fL
MCH 30.1 L 33 – 41 Pg
MCHC 29.9 L 31 – 35 g/dl
RDW 18.7 H 11.5 – 14.5 %
MPV 10.3 H 6.8 – 10 fL
Limfosit % 25.0 H 20 – 70 %
Eosionofil % 10.5 1 – 11 %
Monosit % 2.0 1 –5 %
Basofil % 0.5 0 –1 %
Neutrofil % 62.0 H 17 – 60 %
PCT 0.33 0.2 – 0.36 %
IT Rasio 0.11 <0.16 -
Terapi
30 Oktober 2023
- Infus D10 240 ml/24 jam (IV)
- Bolus D10 8 ml (IV) waktu pemberian 1-0-0
- Ampicilin sulbactam 200mg (IV) waktu pemberian 0-1-1
- Gentamicyn 20 mg (IV) waktu pemberian (0-0-1)
- Salep Thrombophop (topical) (1-1-1)
Surabaya, 30 Oktober 2023
Ners
(Nur, S.Kep)
ANALISA DATA
MK D.0140
Hipotermi
21/10/2023 Ds: - Bayi berusia 1 hari D.0143 Risiko Jatuh
Do:
-Bayi berusia 1 hari (<2 Sering menangis
tahun) dengan Gerakan
-Terpasang infus yang aktif
-Skor humpty dumpty adalah
15 (Risiko tinggi) Terjadi perpindahan
posisi
MK D.0143 Risiko
Jatuh
21/10/2023 Ds: - Neonatus baru lahir D.0024 Ikterus
Do: neonatus
-Tampak kuning pada sklera Tidak langsung
dan kulit bayi menangis secara
- Jaudience : 5 spontan
Menunjukkan
adanya gangguan /
hambatan di system
pernapasan
Kekuarangan
oksigen
Terdapat sianosis
dan retraksi dada
Observasi lebih
lanjut
MK D.0024 Ikterus
neonatus
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. D.OO05 Pola napas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi d.d. penggunaan otot
bantu napas, pola napas abnormal, takipnea, terdapat retraksi dinding dada ringan
2. D.0149 Termoregulasi Tidak Efektif b.d. ketidakadekuatan suplai lemak subkutan d.d
kulit hangat, dan suhu tubuh fluktuatif
3. D.0024 Ikterus neonatus b.d. usia kurang dari 7 hari d.d. profil darah abnormal
bilirubin serum total >2 mg/dL, membran mukosa kuning, kulit kuning, sklera kuning
4. D.0143 Risiko jatuh d.d bayi berusia <2 tahun (neonatus usia 1 hari), skor humpty
dumpty yaitu 15 (intepretasi risiko tinggi)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola napas tidak efektif Pola napas (L. 01004) Intervensi : Pemantauan Respirasi (I.01014)
(D.0005) b.d. sindrom Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
hipoventilasi d.d. penggunaan keperawatan selama 3×7 jam maka 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
otot bantu pernapasan, pola diharapkan pola napas bayi membaik napas
napas abnormal (takipnea), dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola napas
dan adanya retraksi dada 1. Penggunaan otot bantu napas 3. Monitor saturasi oksigen
ringan. menurun (5) Terapeutik :
2. Kedalaman napas membaik 4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
(5) pasien
3. Frekuensi napas membaik (5) 5. Dokumentasikan hasil pemantauan
Normal : frekuensi : 40- Edukasi :
60x/menit 6. Informasikan hasil pemantauan penggunaan
neonatal vygon oksigen dengan PEEP 5 Flow 8
2. Ketidakstabilan kadar Kestabilan Kadar Glukosa Darah Manajemen Hipoglikemia (1.03115)
glukosa darah (D.0027) b.d. (L.03022) Observasi :
resistensi insulin d.d. kadar Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
glukosa dalam darah rendah keperawatan selama 3x7 jam maka Terapeutik :
yaitu 43 mg/dL (pada tanggal diharapkan kestabilan kadar glukosa 2. Pertahankan akases IV, jika perlu
29 Oktober 2023 jam 24.00) darah membaik dengan kriteria
hasil : Edukasi :
1. Kadar glukosa dalam darah 3. Anjurkan orang tua untuk berdiskusi dengan tim
membaik (5) perawatan diabetes tentang penyesuaian program
Normal : 60 -120 mg/dL pengobatan
2. Tampak lesu menurun (5) Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian Dextrose 10%, jika perlu
3 Termoregulasi Tidak Efektif Luaran : Termoregulasi (L.14134) Regulasi Temperatur (I.14578)
(D.0149) b.d. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakadekuatan suplai keperawatan selama 3×7 jam maka 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5 derajat
lemak subkutan d.d kulit diharapkan termoregulasi bayi celcius sampai 37,5 derajat celcius)
hangat, dan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
fluktuatif 1. Suhu tubuh membaik (5) (36 3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan
– 37.5) nadi
2. Konsumsi oksigen menurun 4. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
(5) hipertermia
Terapeutik
5. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
7. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan
panas pada bayi baru lahir
8. Tempatkan bayi baru lahir di bawah Radiant
warmer
9. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien
Edukasi
10. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian antipiretik Jika perlu
4 Ikterus neonatus (D.0024) Adaptasi Neonatus (L. 10098) Intervensi : Fototerapi neonatus (I.03091)
b.d. usia kurang dari 7 hari Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
d.d. profil darah abnormal keperawatan selama 1x24 jam maka 1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
bilirubin serum total >2 diharapkan adaptasi neonatus 2. Monitor efek samping fototerapi (mis. Hipertermi,
mg/dL, membran mukosa meningkat dengan kriteria hasil : diare, rush pada kulit, penurunan berat badan lebih
kuning, kulit kuning, sklera 1) Membran mukosa kuning dari 8-10%)
kuning menurun (5) Terapeutik :
(Normal : Berwarna kemerahan) 3. Siapkan lampu fototerapi dan inkubator atau kotak
2) Kulit kuning menurun (5) bayi
(Normal : Kulit berwarna 4. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
kemerahan) 5. Berikan penutup mata (eye protection atau
3) Sklera kuning menurun (5) billband) pada bayi
(Normal : Sklera berwarna putih 6. Ukur jarak antar lampu dan permukaan kulit bayi
jernih) (30 cm atau tergantung spesifikasi lampu
fototerapi)
7. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara
berkelanjutan
8. Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB atau
BAK
9. Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan
cahaya sebanyak mungkin
Edukasi :
10. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara
langsung ketika berkunjung ke ruang Perina sesuai
dengan kebutuhan bayi
5 Risiko jatuh (D.0143) d.d. Setelah dilakukan tindakan Intervensi: Pencegahan jatuh (I. 14540)
usia anak kurang dari 2 tahun keperawatan selama 30 menit maka Observasi :
diharapkan tingkat jatuh bayi 1. Identifikasi faktor risiko
menurun dengan kriteria hasil : 2. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
1. Jatuh dari tempat tidur (mis. Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale),
menurun (5) jika perlu
Terapeutik
3. Pastikan roda tempat tidur bayi (box bayi) selalu
terkunci
4. Pasang pembatas kaca pada tempat tidur (Radiant
warmer)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal Masalah Waktu Implementasi Paraf Waktu Evaluasi Paraf
30 Pola napas tidak efektif 14.00 1. Memonitor frekuensi, 19.00 S:-
Oktober (D.0005) b.d. sindrom irama, dan kedalaman napas O:
2023 hipoventilasi d.d. bayi 1) Down score bayi adalah 2 (tidak
penggunaan otot bantu R: RR pasien 42x/menit, ada gawat napas)
pernapasan, pola napas terdapat retraksi ringan 2) Frekuensi pernapasan bayi :
abnormal (takipnea), dan pada saat pasien bernapas, 42x/menit
adanya retraksi dada down score bayi adalah 2 3) Terdapat retraksi ringan pada
ringan. artinya tidak ada gawat dada
napas 4) SpO2 bayi dengan WL 1 lpm
14.07 2. Mengatur interval yaitu 98%
pemantauan respirasi sesuai A : Masalah keperawatan pola napas
kondisi pasien tidak efektif teratasi sebagian
R: pemantauan dilakukan P : Intervensi keperawatan
setiap 4 jam sekali pemantauan respirasi terus
14.08 3. Mendokumentasikan dilanjutkan
hasil pemantauan
R: RR bayi : 42x/menit,
SpO2 : 98% dengan WL 1
lpm
Ketidakstabilan kadar 14.10 4.Mengidentifikasi tanda
glukosa darah (D.0027) dan gejala hipoglikemia
30 b.d. resistensi insulin d.d. R/: GDA tgl 30 Oktober
S:-
Oktober kadar glukosa dalam 2023 jam 12.00 WIB adalah
O:
2023 darah rendah yaitu 43 69 mg/dL
1) GDA tgl 30/10/2023 pukul
mg/dL (pada tanggal 29
12.00 adalah 69 mg/dL
Oktober 2023 jam 24.00)
2) Bayi tampak aktif dan
14.12 5. Mempertahankan akses
menangis keras
IV
A : Masalah keperawatan
R/ : Akses IV lancar
ketidakstabilan kadar glukosa darah
14.17 6. Berkolaborasi
teratasi sebagian
pemberian Dextrose
P : Intervensi keperawatan
10%
menajemen hipoglikemia terus
R/: Diberikan Dextrose
dilanjutkan
10% 240 mL/24 jam
dengan infuse pump
14.18 7. Mempuasakan bayi
30 Termoregulasi Tidak 14.20 8. Memonitor suhu tubuh 19.00 S:-
Oktober Efektif (D.0149) b.d. bayi sampai stabil O:
2023 ketidakadekuatan suplai R: Suhu tubuh bayi : 36.6 1) Suhu tubuh bayi yaitu 36.60C
lemak subkutan d.d kulit 14.21 9. Memonitor frekuensi 2) Frekuensi pernapasan bayi yaitu
pernapasan, nadi
R: Frekuensi pernapasan :
42x/menit dengan WL 1
lpm, Nadi : 157x/menit
14.22 10. Memonitor dan
mencatat tanda dan gejala
hipotermia
R/ Tidak ada tanda dan
gejala hipotermia
14.23 11. Membedong bayi
dengan rapi
hangat, dan suhu tubuh 42x/menit dengan WL 1 lpm
R/ Bayi lebih nyaman
fluktuatif 3) Frekuensi nadi : 157x/menit
14.24 12. Menggunakan topi bayi
4) Tidak ada tanda dan gejala
untuk mencegah kehilangan
hipotermia
panas pada bayi baru lahir
A : Masalah keperawatan
R/ Bayi menjadi lebih
termoregulasi teratasi sebagian
nyaman
P : Intervensi regulasi temperatur
14.25 13. Menempatkan bayi di
terus dilanjutkan
bawah radian warmer
R/ Suhu tubuh bayi yaitu
36.6
30 Risiko jatuh (D.0143) 14.27 14. Mengidentifikasi faktor 19.00 S:-
Oktober d.d. usia anak kurang risiko jatuh bayi O:
2023 dari 2 tahun R/: Risiko jatuh tinggi 1) Skor humpty dumpty bayi Ny. A
karena bayi berusia kurang adalah 15 (Risiko tinggi)
dari 2 tahun 2) Roda tempat tidur selalu
14,29 15. Menghitung risiko jatuh terkunci
dengan menggunakan 3) Pembatas kaca pada tempat tidur
humpty dumpty (Radiant warmer) selalu
R/: Skor humpty dumpty terpasang
yang diperoleh adalah 15 4) Stiker risiko jatuh telah
14.31 16. Memastikan roda terpasang di gelang identitas
tempat tidur (infant pasien
warmer) selalu terkunci A : Masalah keperawatan risiko
R/: Roda tempat tidur jatuh telah teratasi
(infant warmer) selalu P : Intervensi pencegahan jatuh terus
terkunci dilanjutkan
14.33 17. Memasang pembatas
kaca di tempat tidur (radiant
warmer)
R/: Pembatas kaca di
radian warmer selalu
terpasang
14.35 18.Mengecek pemakaian
stiker risiko jatuh pada
gelang bayi
R/: Gelang bayi sudah
terpasng stiker risiko jatuh
31 Pola napas tidak efektif 15.00 1. Memonitor frekuensi, 19.00 S:-
Oktober (D.0005) b.d. sindrom irama, dan kedalaman napas O:
2023 hipoventilasi d.d. bayi 1) Down score pasien adalah 1
penggunaan otot bantu R: RR pasien 48x/menit, artinya tidak ada gawat napas
pernapasan, pola napas terdapat retraksi ringan 2) Frekuensi pernapasan bayi :
abnormal (takipnea), dan pada saat pasien bernapas, 48x/menit
adanya retraksi dada down sore bayi adalah 1 3) Terdapat retraksi ringan pada
ringan. (tidak ada gawat napas) dada
15.05 2. Memonitor saturasi 4) SpO2 bayi dengan nasal caul 1
oksigen lpm yaitu 99%
R: SpO2 pasien yaitu 99% A : Masalah keperawatan pola napas
dengan Nasal Canul 1 lpm tidak efektif teratasi sebagian
15.08 3. Mendokumentasikan P : Intervensi keperawatan
hasil pemantauan pemantauan respirasi terus
R: RR bayi : 48x/menit, dilanjutkan
SpO2 : 99% dengan Nasal
Canul 1 lpm
15.10 4.Mengidentifikasi tanda
S:-
dan gejala hipoglikemia
O:
R/: GDA tgl 30 Oktober
1) GDA tgl 31/10/2023 pukul
2023 jam 20.00 WIB adalah
Ketidakstabilan kadar 20.00 adalah 77 mg/dL
77 mg/dL
glukosa darah (D.0027) 2) Bayi tampak aktif dan
15.14 8. Mempertahankan akses
b.d. resistensi insulin d.d. menangis keras
IV
kadar glukosa dalam 19.00 3) Minum susu sebagnyak 90
R/ : Akses IV lancar
darah rendah yaitu 43 mL
15.17 9. Berkolaborasi
mg/dL (pada tanggal 29 A : Masalah keperawatan
pemberian Dextrose
Oktober 2023 jam 24.00) ketidakstabilan kadar glukosa darah
10%
teratasi
R/: Diberikan Dextrose
P : Intervensi keperawatan
10% 240 mL/24 jam
menajemen hipoglikemia dihentikan
dengan infuse pump
31 Termoregulasi Tidak 15.18 10. Memonitor suhu tubuh S:-
Oktober Efektif (D.0149) b.d. bayi sampai stabil O:
2023 ketidakadekuatan suplai R: Suhu tubuh bayi : 36.7 1) Suhu tubuh bayi yaitu 36.70C
lemak subkutan d.d kulit 15.20 11. Memonitor tekanan 2) Frekuensi pernapasan bayi yaitu
hangat, dan suhu tubuh darah, frekuensi 48x/menit dengan nasal canul 1
fluktuatif pernapasan, nadi lpm
R: Frekuensi pernapasan :
48x/menit dengan Nasal
Canul 1 lpm, Nadi :
130x/menit
15.22 12. Memonitor dan
mencatat tanda dan gejala
hipotermia
R/ Tidak ada tanda dan
gejala hipotermia
3) Frekuensi nadi : 130x/menit
13. Membedong bayi
4) Tidak ada tanda dan gejala
dengan rapi
hipotermia
R/ Bayi lebih nyaman
A : Masalah keperawatan
14. Menggunakan topi bayi
termoregulasi teratasi sebagian
untuk mencegah kehilangan
P : Intervensi regulasi temperatur
panas pada bayi baru lahir
terus dilanjutkan
R/ Bayi menjadi lebih
nyaman
31 Risiko jatuh (D.0143) 15. Memastikan roda S:-
Oktober d.d. usia anak kurang tempat tidur (box bayi) O : Roda tempat tidur selalu
2023 dari 2 tahun selalu terkunci terkunci
R/: Roda tempat tidur (box A : Masalah keperawatan risiko
bayi) selalu terkunci
jatuh telah teratasi
P : Intervensi pencegahan jatuh terus
dilanjutkan
1 Pola napas tidak efektif 21.00 1. Memonitor frekuensi, 04.00 S:-
Oktober (D.0005) b.d. sindrom irama, dan kedalaman napas O:
2023 hipoventilasi d.d. bayi 1) Down score bayi 1 artinya sesak
penggunaan otot bantu R: RR pasien 48x/menit napas ringan
pernapasan, pola napas dan terdapat retraksi ringan 2) Frekuensi pernapasan bayi :
abnormal (takipnea), dan pada saat pasien bernapas. 48x/menit
adanya retraksi dada Down score bayi adalah 1 3) Terdapat retraksi ringan pada
ringan. (Sesak napas ringan) dada
21.05 2. Memonitor saturasi 4) SpO2 bayi tanpa oksigenasi
oksigen yaitu 100%
R: SpO2 pasien yaitu 100% A : Masalah keperawatan pola napas
tanpa oksigenasi tidak efektif teratasi sebagian
21.07 3. Mendokumentasikan P : Intervensi keperawatan
hasil pemantauan pemantauan respirasi terus
R: RR bayi : 48x/menit, dilanjutkan
SpO2 : 100% tanpa
oksigenasi
1 Termoregulasi Tidak 21.08 4. Memonitor suhu tubuh 05.00 S:-
Oktober Efektif (D.0149) b.d. bayi O:
2023 ketidakadekuatan suplai R: Suhu tubuh bayi : 35.3 1) Suhu tubuh bayi yaitu 35.30C
lemak subkutan d.d kulit 21.10 5. Memonitor tekanan 2) Frekuensi pernapasan bayi yaitu
hangat, dan suhu tubuh darah, frekuensi 48x/menit tanpa oksigenasi
fluktuatif pernapasan, nadi 3) Frekuensi nadi : 1417x/menit
R: Frekuensi pernapasan : 4) Suhu tubuh pasien setelah
48x/menit tanpa oksigenasi, dimasukkan kakinya ke dalam
Nadi : 147x/menit plastik selama proses fototerapi
21.13 6. Memonitor dan mencatat yaitu 36 derajat Celcius
tanda dan gejala hipotermia A : Masalah keperawatan
R/ Tidak ada tanda dan termoregulasi teratasi sebagian
gejala hipotermia P : Intervensi regulasi temperatur
21.15 7. Memasukkan kaki bayi terus dilanjutkan
ke dalam plastik berbahan
polyethytene atau
polyurethane saat
dipertengahan proses
fototerapi
R/ Suhu tubuh pasien 36
derajat celcius
1 Ikterus neonatus 21.18 9. Memonitor ikterik di 05.00 S:-
Oktober (D.0024) b.d. usia sklera dan kulit bayi O:
2023 kurang dari 7 hari d.d. R/ Terdapat kekuningan 1) Sklera dan kulit bayi kekuningan
profil darah abnormal pada sklera dan kulit bayi 2) Saat proses fototerapi, bayi Ny.
bilirubin serum total >2 21.20 10. Melapaskan semua baju A sempat mengalami hipotermi
mg/dL, membran baji kecuali popok sehingga diberikan tindakan
mukosa kuning, kulit selama proses fototerapi yaitu memasukkan kakinya ke
kuning, sklera kuning 21.22 11. Memberikan penutup dalam plastik
mata selama proses 3) Suhu saat proses fototerapi 35.3
fototerapi derajat celcius (sebelum kakinya
21.24 12. Membiarkan tubuh bayi dimasukkan ke dalam plastik)
terpapar sinar fototerapi 4) Suhu bayi setelah kakinya
secara berkelanjutan dimasukkan ke dalam plastik
selama 1x24 jam yaitu 36 derajat celcius
21.25 13. Mengganti popok dan 5) Intake cairan oral (susu formula)
linen bayi jika bayi adalah 60 mL
BAB dan BAK A : Masalah ikterus neonatus belum
21.30 14. Menggunakan linen teratasi
putih supaya P : Intervensi fototerapi terus
memantulkan cahaya dilanjutkan hingga tgl 2 November
sebanyak mungkin 2023 pukul 10.00 WIB
21.32 15. Memberikan susu
formula pada bayi
sebanyak 2 x 30 mL
(pukul 22.00 dan 05.00
WIB)
R/: Bayi lebih tenang
1 Risiko jatuh (D.0143) 21.40 16. Memastikan roda 05.00 S:-
Oktober d.d. usia anak kurang tempat tidur (box bayi) O : Roda tempat tidur selalu
2023 dari 2 tahun selalu terkunci terkunci
R/: Roda tempat tidur (box A : Masalah keperawatan risiko
bayi) selalu terkunci jatuh telah teratasi
P : Intervensi pencegahan jatuh terus
dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA