Laporan PKRS - Kel 8 - BPH Poli Urologi
Laporan PKRS - Kel 8 - BPH Poli Urologi
“Pola Hidup Sehat Bagi Penderita BPH di Poli Urologi Rumah Sakit Airlangga”
Dosen Pengampu: Dr. Ika Yuni Widyawati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp KMB
Disusun Oleh :
Nanda Ayu Nur Azizah (132011133068) Dyah Putri Ayu Lestari (132011133074)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Dosen Fasilitator
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Universitas Airlangga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan yang
menjadi penunjang pendidikan kesehatan di Universitas Airlangga dan beberapa kampus
pendidikan lainnya. Pada RSUA, terdapat beberapa pelayanan seperti IGD, UGD, ICU,
IRNA, dan Poli. Salah satu poli yang dimiliki oleh RSUA adalah Poli Urologi.
Poli Urologi merupakan layanan kesehatan dokter spesialis urologi atau kemih berupa
pelayanan kesehatan pada sistem saluran kemih (ginjal, kelenjar adrenal, dan saluran kemih)
serta genital pria dan wanita. Pada poli ini kebanyakan pasien berusia dengan rentang 50-80
tahun yang memiliki kasus penyakit, antara lain batu ginjal, hidronefrosis, batu ureter, batu
kemih, dan hyperplasia of prostate. Diantara semua kasus tersebut, kasus penyakit yang
paling banyak dialami oleh pasien yang melakukan konsultasi adalah hyperplasia of prostate
atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang beberapa informasi terkait
penyakit tersebut (seperti definisi, tanda gejala, hingga pencegahan).
Kelenjar prostat adalah kelenjar yang hanya dimiliki oleh pria. Ciri dari kondisi prostat
yang sehat dapat diketahui dari ukurannya. Ukuran prostat normal sebesar biji kenari dengan
berat sekitar 7-16 gram dan akan semakin besar seiring bertambahnya usia. Selain itu, tidak
adanya gangguan berkemih saat buang air kecil juga merupakan tanda dari kelenjar prostat
yang sehat.
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau biasa dikenal sebagai pembesaran prostat
adalah kondisi ketika kelenjar prostat membesar yang mengakibatkan aliran urine menjadi
tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Tingkat keparahan gejala BPH bisa
berbeda pada tiap penderita dan tidak semua pembesaran prostat menimbulkan masalah.
Sampai saat ini, penyebab BPH belum diketahui dengan pasti. Namun, ada dugaan kondisi
ini terjadi karena perubahan kadar hormon seksual akibat penuaan dam gaya hidup yang
tidak sehat. Gejala yang umumnya terjadi pada pasien BPH adalah gejala pada saluran kemih
bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Gejala pada saluran kemih
bagian bawah terdiri atas gejala iritatif (storage symptoms) dan gejala obstruksi (voiding
symptoms).
Gejala obstruktif ditimbulkan karena adanya penyempitan uretra yang didesak oleh
prostat yang membesar. Gejala yang terjadi berupa retensi urin (urin tertahan di kandung
kemih sehingga urin tidak bisa keluar), harus menunggu lama pada permulaan miksi
(hesitancy), pancaran miksi yang lemah, miksi terputus-putus (intermittent), harus mengejan
(straining), miksi tidak puas (menetes setelah miksi), waktu miksi memanjang yang akhirnya
menjadi retensi urin dan inkontinensia karena overflow (Mansjoer, 2004). Sedangkan gejala
iritatif disebabkan oleh pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna pada saat miksi
atau berkemih, sehingga kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh, serta
nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi). Gejala-gejala lain yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak
yaitu nokturia, inkontinensia urin, aliran urin tersendat-sendat, mengeluarkan urin disertai
darah, dan merasa tidak tuntas setelah berkemih (Dipiro et al, 2015).
Pembesaran prostat jinak tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa upaya yang bisa
dilakukan agar gejalanya tidak semakin memburuk, yaitu dengan melakukan perawatan
mandiri sebagai berikut:
a. Menghindari minum apapun 1- 2 jam sebelum tidur.
b. Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
c. Membatasi konsumsi obat pilek yang mengandung dekongestan dan antihistamin.
d. Tidak menahan atau menunda buang air kecil.
e. Membuat jadwal untuk buang air kecil, misalnya tiap 4 atau 6 jam.
f. Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang sehat.
g. Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam kegel.
h. Mengelola stres dengan baik.
i. Segera memeriksakan diri ke dokter begitu mengalami gejala pembesaran prostat
jinak. Dengan begitu, kondisi anda dapat segera ditangani sebelum muncul
komplikasi.
Disamping perawatan mandiri, asupan nutrisi dan gaya hidup sehat juga terbukti dalam
sejumlah penelitian bisa mencegah atau mengendalikan gangguan prostat. Berikut ini adalah
daftar makanan sehat yang direkomendasikan untuk kesehatan prostat yang penting untuk
dikonsumsi antara lain ikan salmon, tomat, brokoli, kacang kedelai, buah beri, buah delima,
dan teh hijau.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian BPH (Benign Prosatic Hyperplasia)?
2. Bagaimana cara menjaga prostat tetap sehat?
3. Bagiamana tanda dan gejala BPH (Benign Prosatic Hyperplasia)?
4. Apa faktor risiko atau penyebab terjadinya BPH (Benign Prosatic Hyperplasia)?
5. Bagimana cara mencegah penyakit BPH dengan gaya hidup sehat (Benign Prosatic
Hyperplasia)?
6. Bagaimana cara menangani BPH (Benign Prosatic Hyperplasia)?
2.2. Metode
2.3. Media
Menggunakan media berupa Leaflet
BAB III
EVALUASI
Penyuluhan Shift 2
Penyuluhan Shift 2