Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi
kebutuhan guna memepertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Kemandirian perawatan diri adalah kemampuan diri untuk
mengurus atau menolong diri sendiri dalam kehidupan seharihari sehingga tidak
tergantung dengan orang lain. Menurut Craven (2007), salah satu perawatan diri yang
penting adalah personal hygiene, dimana ini merupakan kemampuan seseorang dalam
melakukan perawatan diri yang terdiri dari makan, mandi, eliminasi, dan kebersihan
pakaian tanpa dibantu orang lain. Jika seseorang memiliki gangguan dalam melakukan
perawatan diri maka akan beresiko untuk mengalami defisit perawatan diri. Deficit
perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan ataupun
gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Mariyani et
al., 2018)
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015).
2. Tujuan
Tujuan dilakukan perawatan diri
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2) Memelihara kebersihan diri seseorang
3) Memperbaiki kebersihan diri yang kurang
4) Pencegahan penyakit
5) Meningkatkan kepercayaan diri seseorang
6) Menciptakan keindahan (Nurmayana, 2019)
3. Etiologi
Terdapat lebih dari satu factor yang dapat menyebabkan masalah perawatan diri pada
seseorang, diantaranya :
A. Faktor Pedisposisi
1) Biologis, dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik dan
mental yang disebabkan pasien tidak mampu melakukan keperawatan diri dan
dikarenakan adanya factor herediter dimana terdapat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis, adanya faktor perkembangan yang memegang peranan yang tidak
kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi terganggu. Pasien
yang mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang yang menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya
termasuk perawatan diri.
3) Sosial, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri (Saputra, 2022).
B. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan motivasi,
kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah :
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka memungkinkan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status
Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan
Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo dan lain-lain (Saputra, 2022).
4. Tanda dan Gejala
Data subjektif, klien mengatakan:
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mauberhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar.
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan.
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan dan
memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau
celana.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai pakaian
berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, mis: telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat makan, tidak
mampu memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah,
menelan makanan secara aman dan menghabiskanmakanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB dan
BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB
danBAK (Mardhianti, 2022).
5. Dampak dari Deficit Perawatan Diri
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan sering diderita seseorang karena tidakterpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit (badan gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut
dipenuhi kutu atau ketombe, gangguan membranmukosa mulut (karies gigi, gigi
berlubang, sakit gigi dan bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran akibat
penumpukan kotoran telinga dandapat menimbulkan infeksi pada telinga, serta
ganggua fisik pada kuku yangdapat menjadi penyebab kuman penyakit (seperti,
penyakit saluran pencernaan, diare atau sakit perut).
2) Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhanrasa
nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,aktualisasi dan
gangguan interaksi sosial (dijauhi orang) (Syahni, 2018).
6. Komponen Kebersihan Diri
1) Kebersihan rambut dan kulit kepala
2) Kebersihan mata, telinga, dan hidung
3) Kebersihan gigi dan mulut
4) Kebersihan kuku tangan dan kaki
5) Kebersihan pakaian (Nurmayana, 2019)
7. Cara Perawatan Kebersihan Diri
A. Perawatan Pada Kulit
Perawatan kulit yaitu dengan melakukan mandi. Mandi bermanfaat untuk
menghilangkan atau membershkan bau badan, keringat dan sel yang mati, serta
merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa nyaman. Mandi menggunakan sabun
mandi secara rutin minimal 2 kali sehari (bila perlu lakukan lebih sering bila bekerja
di tempat kotor atau banyak berkeringat). Hindari penggunaan pakaian, haduk,
selimut, sabun mandi, dan sarung secara bersamaan. Hindari penggunaan pakaian
yang lembab atau basah. Mengganti pakaian dengan teratur, minimal 1 kali sehari
atau setelah mandi.
B. Perawatan pada Kuku Tangan dan Kaki
Potong kuku 1 kali seminggu atau saat terlihat panjang, gunakan pemotong kuku
dan setelah dipotong ujungkuku dihaluskan atau dikikir. Bersihkan tangan dan kaki
sehari minimal 2 kali sehari atau setiap kotor. Mencuci tangan menggunakan sabun
dan air bersih mengalir. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman,
karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masihtertinggal di tangan. Oleh karena itu
biasakan cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun agar
tangan bersih dan sehat. Saat harus cuci tangan yaitu setiap tangan kita kotor (setelah
memegang uang, memegang binatang, dan berkebun), setelah buang air besar atau
buang air kecil sebelum makan dan sebelum memegang makanan.
C. Perawatan Rambut
Rambut yang bersih tidak hanya menghindarkan dari aroma yang tidak sedap,
tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok,
atau bahkan kuku rambut. Rambut bermanfaat mencegah infeksi pada daerah kepala.
Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit kepala.
Rambut yang bersih juga memantu mengurangi stres dan membantu jaringan
metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal.
Keramas secara teratur minimal membersihkan rambut dua kali dalam seminggu,
atau setelah berolah raga atau banyak mengeluarkan keringat, karena dengan
menggunakan shampo, agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga. Shampo
berfungsi membersihkan rambut juga untuk memberikan beberapa vitamin bagi
rambut sehingga rambut subur dan berkilau. Rambut dan kulit kepala mempunyai
kecendrungan kering, maka diperlukan penyisiran sehari-hari agar tidak kusut
D. Perawatan Mulut dan Gigi
Tujuan dari menjaga kebersihan mulut dan gigi adalah supaya gigi bersih dan
tidak berlubang, mulut tidak berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak
pecah-pecah. Sehingga menyikat gigi betujuan untuk menghilangkan plak yang dapat
menybabkan gigi berlubang dan menyebabkan sakit gigu. Pentingnya menyikat gigi,
agar gigi tetap dalam kondisi baik, sehingga usia dewasa. Menggosok gigi secara
benar dan teratur, sedikitnya 3 kali sehari, dianjurkan setiap selesai makan dan
sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri. Sikat gigi harus
diganti setiap 3 bulan sekali.
E. Perawatan Mata
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam air. Bersihkan daerah mata dari
arah luar ke dalam, bersihkan kotoran mata yang menempel pada sudut kelopak mata.
F. Perawatan Telinga dan Hidung
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang mengganggu
konduksi suara. Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga membantu
temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel
asing kedalam sistem pernafasan (Potter & Perry, 2009).
Bersihkan telinga secara rutin lakukan dengan hati-hati menggunakan alat yang
bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan sewaktu mandi kemudian dikeringkan
dengan handuk atau kapas bersih (Hidayat, 2008). Tidak diperbolehkan menggunakan
alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan serumen yang ada pada telinga
(Potter & Perry, 2009).
Bersihkan hidung juga menggunakan kapas, sapu tangan atau tisue yang bersih.
Biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan kedalam
dengan tisue lembut.
Referensi

Mardhianti. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny W Dengan Masalah Defisit Perawatan
Diri Di Ruang Mawar. Keperawatan Jiwa, 1–51.

Mariyani, F., Tumanduk, E., Messakh, S. T., Sukardi, H., Kristen, U., & Wacana, S. (2018).
Hubungan Tingkat Kemampuan Perawat Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Depresi
Di Bangsal Rumah. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(1), 10–20.

Nurmayana. (2019). Gambaran Tindakan Tentang Kebersihan Diri Pada Siswa Kelas V-Vi di
SD Muhammadiyah 4 Samarinda.

Saputra, A. D. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada


Pasien Dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
Tahun 2022. 8.5.2017.

Syahni, lela aruma. (2018). Penerapan Latihan Mandi Dan Berhias Terhadap Peningkatan
Kemampuan Perawatan Diri Pada Pasien Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di
Instalasi Kesehatan Jiwa Terpadu Rsud Banyumas. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Defisit Perawatan Diri, 8–22.

Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Anda mungkin juga menyukai