OLEH :
INGGIT WIDYA NINGRUM
(S.0014.P.018)
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Anak Resusitasi Jantung Paru pada Bayi Baru Lahir
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah Keperawatan Anak ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Keperawatan Anak
tentang Resusitasi Jantung Paru pada Bayi Baru Lahir ini dapat memberi wawasan
sehingga dapat memberikan memahami dari penyakit tersebut dan cara menghindari
maupun mengobatinya.
Kendari, 9 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang....................................................................
B Rumusan Masalah...............................................................
C Tujuan..................................................................................
Definisi RJP.......................................................................................
Tujuan RJP.........................................................................................
Manfaat RJP.......................................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Resusitasi........................
Tekhnik Resusitasi.............................................................................
Tindakan Resusitasi............................................................................
Penghentian RJP................................................................................
Komplikasi RJP..................................................................................
Kesalahan pada RJP...........................................................................
BAB IV PENUTUP
A Kesimpulan .........................................................................
B Saran .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru pada bayi baru lahir dan orang dewasa memiliki
perbedaan fisiologis yang besar. Pada anak-anak, resusitasi jantung paru adalah hal
yang sangat penting untuk meberikan saat transisi saat masa intrauteri dan saat keluar
Rahim untuk menghirup udar langsung tanpa menggunakan plasenta sebagai
mediator bernafasnya.
Sekitar 5-10% bayi yang baru lahir memerlukan resusitasi aktif pada saat
dilahirkan (misalnya stimulasi untuk bernafas), dan sekitar 1-5% bayi yang dilahirkan
di rumah sakit memerlukan assisted ventilation. Lebih dari 5 juta neonatus meninggal
setiap tahunnya di seluruh dunia dan diperkirakan 19 % kematian pada neonatus
tersebut disebabkan oleh asfiksia pad saat bayi lahir.
Gagal nafas merupakan suatu kondisi yang akut yang dapat meregang nyawa.
Dan merupakan suatu keadaan yang sangat urgen. Pada saat bayi lahir terjadi
perubahan fisiologis pada system cardiovascular dan respirasi. Kegagalan beradaptasi
pada lingkungan di luar uteri menyebabkan kematian dan juga trauma pada bayi
tersebut. Sehingga sangat penting untuk dilakukan resusitasi jantung paru pada bayi
baru lahir di menit pertama.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur tetap pelaksanaan tindakan resusitasi jantung paru pada bayi
baru lahir?
C. Tujuan
Untuk memahami bagaimana prosedur tetap pelaksanaan tindakan resusitasi
jantung paru pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FISIOLOGI JANTUNG PARU PADA BAYI BARU LAHIR
1. Fisiologi Paru
Pada janin aterm, paru-paru janin berisi kira-kira 90 ml (30 ml/kg) ultrafiltrat
plasma. Sekitar 50 sampai 150 ml/kg/hari cairan ini dihasilkan oleh paru dan
dikeluarkan melalui mulut, dibuang kedalam cairan amnion. Kira-kira dua per tiga
cairan dikeluarkan dari paru ketika vagina dan otot dinding pelvis menekan dada
bayi selama proses persalinan. Sisanya dikeluarkan melalui pembuluh darah, limpa
dan saat bernapas. Bayi yang kecil, preterm, lahir dengan cepat dan lahir melalui
seksio cesarea tidak mendapatkan tekanan vagina. Akibatnya bayi tersebut berusaha
mengeluarkan cairan paru setelah lahir dan sulit bernapas dibandingkan dengan
bayi yang dadanya ditekan secara efektif selama proses persalinan. Retensi cairan
paru menyebabkan transien takipneu sehingga pengeluarannya harus dibantu.
Normalnya bayi baru lahir bernapas setelah 30 detik dengan frekuensi 40-60
kali/menit. Pernapasan yang cepat ini bertujuan untuk mengganti peningkatan CO 2
yang dihasilkan oleh tingginya metabolisme dan membantu memelihara kapasitas
residual fungsional yang normal5. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama
ialah :
1)
2)
3)
4)
2. Fisiologi Jantung
Sirkulasi pada janin adalah paralel, yaitu ventrikel kanan memompa duapertiga
dari output ventrikel dan ventrikel kiri memompa satupertiganya. Perbedaan output
antara kedua ventrikel janin terjadi karena janin mempunyai aliran intracardiac dan
ekstracardiac, yaitu foramen ovale dan duktus arteriosus. Darah yang balik dari
plasenta mengandung banyak oksigen. Sebagai fungsi anatomi, vena kava inferior
dan foramen ovale mengalirkan darah plasenta yang teroksigenasi masuk ke dalam
atrium kiri. Darah yang miskin oksigen dari vena kava superior langsung masuk ke
ventrikel kanan dan ke arteri pulmonalis. Dari semua darah yang masuk ke arteri
pulmonalis, 95 % dialirkan melalui duktus arteriosus masuk ke aorta desenden5.
Resistensi vaskuler pulmoner (Pulmonary Vascular Resistance: PVR) yang
meningkat dalam uterus, menurun secara dramatis sebagai respon terhadap
perluasan paru, pernapasan, peningkatan pH, dan peningkatan tekanan oksigen di
alveoli yang terjadi saat lahir 5. Penurunan PVR akan mengurangi tekanan arteri
pulmonalis dan meningkatkan aliran darah ke paru. Peningkatan aliran darah paru
meningkatkan volume darah balik ke atriun kiri, yang meningkatkan tekanan atrium
kiri melebihi tekanan atrium kanan dan menutup foramen ovale. Penutupan foramen
ovale mencegah aliran darah dari kanan ke kiri melalui struktur ini5.
perfusi
jaringan.
Elektrokardiogram
dan
ekokardiogram
dapat
membantu
mendiagnosa masalah tersebut sebelum lahir. Jika hal tersebut terjadi, pertama harus
dipersiapkan untuk menangani keadaan bradikardinya5.
2. Pernapasan
Bayi biasanya mulai bernapas 30 detik setelah lahir dan perlu bantuan bila tidak
bernafas setelah 90 detik. Beberapa menit setelah lahir, frekuensi napas neonatus
antara 30 sampai 60 kali/menit. Apneu dan bradipneu terjadi pada keadaan asidosis
berat, asfiksia, infeksi (meningitis, septikemia, pneumonia) dan kerusakan CNS.
Takipneu (>60 kali/menit) terjadi pada hipoksemia, hipovolemia, asidosis
(metabolik dan respiratorik), perdarahan CNS, kebocoran gas paru, kelainan paru (
hyalin membrane disease, sindrom aspirasi, infeksi), udem paru, dan penggunaan
obat-obatan oleh ibu (narkotik, alkohol, magnesium, barbiturat)5.
3. Tonus Otot
Sebagian besar neonatus, termasuk yang preterm akan aktif saat lahir dan
menggerakan semua ekstremitas sebagai respon terhadap rangsangan. Asfiksia,
penggunaan obat pada ibu, kerusakan CNS, amiotonia kongenital, dan miastenia
grafis akan menurunkan tonus otot. Fleksi kontraktur serta tidak adanya lipatan
sendi merupakan tanda kerusakan CNS yang terjadi di dalam rahim5.
4. Reflek
Neonatus normal bergerak ketika salah satu ekstremitas digerakkan dan meringis
atau menangis ketika selang dimasukkan ke dalam hidungnya. Tidak adanya respon
terjadi pada bayi hipoksia, asidosis, penggunaan obat sedatif pada ibu, trauma CNS
dan penyakit otot kongenital5.
5. Warna Kulit
Pada umumnya semua kulit neonatus berwarna biru keunguan sesaat setelah
lahir. Sekitar 60 detik, seluruh tubuhnya menjadi merah muda kecuali tangan dan
kaki yang tetap biru (sianosis sentral) 5. Sianosis sentral diketahui dengan memeriksa
wajah, punggung dan membran mukosa.7. Jika sianosis sentral menetap sampai
lebih dari 90 detik perlu dipikirkan aspiksia, cardiac output rendah, udem paru,
methemoglobinemia, polisitemia, penyakit jantung kongenital, aritmia dan kelainan
paru (distres pernapasan, obstruksi jalan napas, hipoplastik paru, hernia
diafragmatika), terutama bila bayi tetap sianosis dibawah respirasi kendali dan
oksigen ysng mencukupi5. Pucat menandakan penurunan cardiac output, anemia
berat, hipovolemia, hipotermia atau asidosis1.
6. Asfiksia
Asfiksia diartikan sebagai hipoksemia yang disertai dengan asidosis metabolik 8.
Dalam uterus, asfiksia disebabkan oleh hipoksia maternal, penurunan aliran darah
plasental-umbilikal, dan gagal jantung fetal. Hipoksia maternal disebabkan oleh
penyakit jantung sianotik kongenital maternal, gagal jantung kongestif, atau gagal
napas.
Selama stadium awal dari asfiksia, cardiac output tetap stabil tetapi terjadi
perubahan distribusi. Aliran darah ke hati, ginjal, usus, kulit dan otot menurun,
dimana aliran darah ke jantung, otak, kelenjar adrenal dan plasenta dipertahankan
tetap konstan atau dinaikkan. Distribusi aliran darah ini membantu memelihara
oksigenasi dan nutrisi otak dan jantung, mengingat kandungan oksigen dalam darah
arteri sangatlah rendah.
Fungsi dari jantung yang hipoksemik dijaga oleh metabolisme glikogen
miokardial dan metabolisme asam laktat. Ketika sumber energi habis, dengan cepat
terjadi kegagalan miokardial, dan tekanan darah arteri dan cardiac output menurun.
Apabila denyut jantung menurun sampai kurang dari 100 denyut/menit selama
asfiksia, maka cardiac output akan menurun secara bermakna. Tekanan vena sentral
Asfiksia
selama
proses
persalinan
biasanya
menyebabkan
2)
3)
BAB III
PEMBAHASAN
1. Definisi RJP
Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR),merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi
masih hidup.
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan
organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung
dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada
sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem
tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 6
menit).
2. Tujuan RJP
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera
sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Tindakan
resusitasi ini dimulai dengan penilaian secara tepat keadaan dan kesadaran penderita
kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan hidup dasar (basic life support)
yang bertujuan untuk oksigenasi darurat. (AHA, 2003).
Tujuan tahap II (advance life support) adalah untuk memulai kembali sirkulasi
yang spontan, sedangkan tujuan tahap III (prolonged life support) adalah
pengelolaan intensif pasca resusitasi. Hasil akhir dari tindakan resusitasi akan sangat
tergantung pada kecepatan dan ketepatan penolong pada tahap I dalam memberikan
bantuan hidup dasar.
Breathing
1) Dekatkan pipi penolong pada hidung dan mulut penderita, lihat dada
penderit
2) Lihat, dengar dan rasakan pernafasan ( 5 10 detik)
3) Jika tidak ada nafas lakukan bantuan nafas buatan/Ventilasi Tekanan Positif
4) Pada Neonatus dan bayi
Pada anak > 1 tahun pasang sungkup yang menutupi mulut, sedangkan hidung
dapat dijepdengan jari telunjuk dan ibu jari penolong. Lakukan tiupan nafas
dengan mulut atau balon resusitasi. Berikan nafas buatan untuk neonatus 30-60
kali/menit, dan 20 kali untuk bayi dan anak yang kurang dari 8 tahun.
Evaluasi pemberian nafas buatan dengan cara mengamati gerakan turun naik
dada. Bila dada naik maka kemungkinan tekanan adekwat. Bila dada tidak naik
cek kembali posisi anak, perlekatan sungkup, tekanan yang diberikan, periksa
jalan nafas apakah ada mucus atau tidak bila ada dapat dilakukan penghisapan
dengan suction.Setelah dilakukan ventilasi selama satu menit, evaluasi apakah
bayi atau anak dapat bernafas secara spontan, Lakukan penilaian pulsasi tidak
boleh lebih dari 10 detik. Jika pulsasi ada dan penderita tidak bernafas, maka
hanya dilakukan bantuan nafas sampai penderita bernafas spontan.
Circulation
1) Jika pulsasi tidak ada atau terjadi bradikardi maka harus dilakukan kompresi
dada sehingga memberikan bantuan sirkulasi disertai bantuan nafas secara
ritmik dan terkoordinasi. Pada neonatus pemberian kompresi jantung
diberikan bila didapat pulsasi bayi
2) Posisi tempat kompresi :
Pada neonates
: 1 jari dibawah linea interpapilaris.
Pada bayi
: Sternum bagian bawah.
Pada anak
: 2 jari diatas prosesus xipoideus.
3) Tangan yang melakukan kompresi :
Neonatus
: menggunakan 2 jari tangan atau 2 ibu jari.
Bayi
: dengan menggunakan 2 jari.
7. Tindakan Resusitasi
Resusitasi Bayi
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dalam resusitasi, prinsip dasar yang
perlu diingat ialah :
1) Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap
bebasnya jalan nafas
2) Memberikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha
pernapasan buatan
3) Memperbaiki asidosis yang terjadi
4) Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan
yaitu :
a. Tindakan Umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar.
Segera setelah bayi lahir, disegerakan agar bayi mendapat pemanasan yang
baik. Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari tubuhnya.
Penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk mengeringkan
tubuh bayi mengurangi evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan saluran
pernapasan bagian atas segera dilakukan. Hal ini harus dikerjakan dengan
hati-hati untuk menghindarkan timbulnya kerusakan-kerusakan mukosa jalan
napas,
spasmus
laring,
atau
kolaps
paru-paru.
Bila
bayi
belum
dengan
katetertrakea,
kemudian
udara
dengan
O2
harus
diberikan secara
hati-hati
dan perlahan-lahan.
Untuk
timbulnya
kompliksi
pneumothoraks
atau
disebabkan oleh penekanan pernapasan akibat morfin atau pethidin dan obatobat berasal dari golongan itu yang diberikan pada ibu selama persalinan.
8. Penghentian RJP
RJP pada korban dihentikan apabila:
ada penolong yang menggantikan
ada tanda kehidupan
ada tanda kematian
setelah 30 menit
9. Komplikasi RJP
Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami
pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar
sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban
tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia.
10. Kesalahan pada RJP
Kesalahan
Akibat
paru.
7. Jumlah
darah
yang
dialirkan
kurang
8. Rasio RJP dan pernapasan buatan tidak 8. Oksigenisasi darah kurang
baik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR),merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi
masih hidup.
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera
sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Tindakan
resusitasi ini dimulai dengan penilaian secara tepat keadaan dan kesadaran penderita
kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan hidup dasar (basic life support)
yang bertujuan untuk oksigenasi darurat. (AHA, 2003).
Tujuan utama resusitasi kardiopulmoner yaitu melindungi otak secara manual
dari kekurangan oksigen, lebih baik terjadi sirkulasi walaupun dengan darah hitam
daripada tidak sama sekali. Sirkulasi untuk menjamin oksigenasi yang adekwat
sangat diperlukan dengan segera karena sel-sel otak menjadi lumpuh apabila
oksigen ke otak terhenti selama 8 20 detik dan akan mati apabila oksigen terhenti
selama 3 5 menit (Tjokronegoro, 1998). Kerusakan sel-sel otak akan
menimbulkan dampak negatif berupa kecacatan atau bahkan kematian.
Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asphiksia. Dan
bila pada bayi asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi secara benar
akan meninggal atau mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya cerebral
palsy, kelainan jantung misalnya tidak menutupnya ductus arteriosus.
B. Saran
Perlu pemberian tindakan resusitasi secara cepat dan tepat dalam menghadapi
pasien bayi baru lahir. Untuk menghindari komplikasi-komplikasi terburuk yang
dapat terjadi. Sehingga diperlukan ketelatenan dalam melakukan tidakan resusitasi
jantung paru pada bayi baru lahir
DAFTAR PUSTAKA
Astuti,
Novi.
2013.
Resusitasi
Neonatus.
Alamat
Web