ABSTRAK. Tulisan ini menjelaskan pelaksanaan dan evaluasi pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan kasus hipertensi dan Diabetes Mellitus (DM) di Kota Bandung. Pemenuhan SPM merupakan kewajiban
pemerintah baik pusat maupun daerah sesuai dengan amanat Undang -Undang 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standa r Pelayanan Minimal dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Menggunakan data hasil laporan 80 UPT Puskesmas di Kota Bandung yang dilandasi rumus untuk mencari
persentase capaian SPM kasus hipertensi dan DM sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan, dapat dilihat bahwa realisasi persentase capaian SPM untuk kas us hipertensi di Kota
Bandung tahun 2020 ialah 18,99% dan realisasi persentase capaian SPM untuk kasus DM di Kota Bandung ialah
115,35%. Dalam pembahasan dijelaskan mengapa dan apa yang melatarbelakangi realisasi capaian SPM hipertensi
dan DM di Kota Bandung. Sedangkan kendala yang muncul dalam pemenuhan capaian SPM hipertensi dan DM
di Kota Bandung diantaranya ialah kendala sarana dan prasarana seperti belum ada Posbindu PTM Kit akibat
terbatasnya anggaran. Kemudian belum semua UPT Puskesmas telah memilik i tenaga terlatih untuk melakukan
kegiatan PANDU PTM, masih rendahnya kesadaran melakukan pencatatan dan pelaporan serta pelaporan dan
pencatatan masih belum sesuai dengan apa yang dirancang dalam format resmi, dan belum semua UPT Puskesmas
melaksanakan program PANDU PTM.
ABSTRACT. This paper describes the implementation and evaluation of the Minimum Service Standards
achievements in the health sector in cases of hypertension and Diabetes Mellitus (DM) in Bandung City. Fulfilling
SPM is an obligation for both central and regional governments under the mandat e of Law 23 of 2014 concerning
Regional Government, Government Regulation Number 2 of 2018 concerning Minimum Service Standards, and
Minister of Home Affairs Regulation Number 100 of 2018 concerning Implementation of Minimum Service
Standards. Using data from reports of 80 community health centres in Bandung City which is the formulation in
calculating Minimum Service Standards achievements are based on a formula following the Regulation of the
Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 4 of 201 9 concerning Technical Standards for Fulfilling
Basic Service Quality at Minimum Service Standards in the Health Sector. The results are the realization of the
percentage of Minimum Service Standards achievements for hypertension cases in Bandung City in 2 020 is
18.99%, and the realization of the percentage of Minimum Service Standards achievements for DM cases in
Bandung is 115.35%. In the discussion explained why the realization of the Minimum Service Standards
achievement of hypertension and DM in Bandung City. The obstacles that arise in fulfilling the Minimum Service
Standards achievement in cases of hypertension and DM in Bandung city are following: lack of facilities and
infrastructure such as there is no Posbindu PTM Kit due to limited budget. Then, not all community health centre
has trained personnel to carry out PANDU PTM activities, there is still low of awareness of recording and
reporting as well as reporting and recording are still not following what was designed in the official format. Lastly,
not all community health centre has implemented the PANDU PTM programs.
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Vo lu me 46 No. 2, Oktober 2020 357
sumber daya manusia penyusun anggaran yang komunikasi dan kerjasama yang memadai
kurang memahami indikator capaian SPM antara para petugas medis dan para petugas
(Jaswin et. al., 2018). Kurang pahamnya administrasi dalam mencatat dan melaporkan
penyusun anggaran dalam memahami capaian capaian SPM.
indikator SPM. Selain itu, aturan teknis SPM Terkait pencatatan dan pelaporan capaian
yang masih digodok dan direvisi pada waktu SPM bidang kesehatan, Adhi & Ningsih (2020)
penelitian tersebut dilakukan. mengklaim bila manajemen data dan alur
Selain masalah SDM, jumlah anggaran pengumpulan data SPM di rumah sakit terlalu
yang kurang mendukung ketercapaian SPM dan panjang. Alur pelaporan yang panjang ini
lemahnya pelaksanaan evaluasi terhadap diakibatkan tidak ada sistem pencatatan yang
capaian SPM dituding sebagai biang keladi terpusat. Pencatatan SPM masih tanpa sistem
mengapa capaian SPM tidak memuaskan dan masih manual. Hal tersebut diperparah
(Jaswin et al., 2018). dengan belum adanya SOP dan sistem
Siriyei & Wulandari (2013) menyebutkan pencatatan yang andal
bahwa faktor determinan rendahnya capaian Selain itu kesadaran untuk membuat dan
SPM yaitu faktor pelatihan, faktor beban kerja, mencatat laporan SPM di tiap unit sangat
dan perencanaan. Sedangkan faktor rendah (Adhi & Ningsih, 2020). Begitu juga
ketersediaan dana, ketersediaan sarana upaya untuk meminta data SPM masih sebatas
prasarana, dan kerjasama tim bukanlah faktor lisan yang sangat mudah diabaikan. Di sini
determinan rendahnya capaian SPM. Namun terlihat pula bahwa kesadaran untuk melakukan
penelitian Siriyei & Wulandari (2013) hanya pencatatan oleh pegawai lapangan medis masih
dilakukan pada satu lokasi saja yakni rendah.
Puskesmas Mojo Kota Surabaya, sehingga hasil Dari sisi penganggaran dan pembelanjaan,
faktor determinan capaian SPM ini terbatas di Sumardjoko & Akhmadi (2020) mencoba
satu Puskesmas saja dan tidak bisa hubungan antara variabel SiLPA dana kapitasi
digenerealisasi karena mungkin saja karakter dan standar pelayanan minimal di Puskesmas di
tiap Puskesmas berbeda-beda. Cirebon. Pada hipotesisnya, mereka
Senada dengan Siriyei & Wulandari (2013), menyatakan bahwa terdapat perbedaan capaian
Indriono (2020) mengemukakan bahwa faktor SPM bidang kesehatan pada Puskesmas dengan
penghambat pemenuhan standar pelayanan SiLPA dana kapitasi rendah dan Puskesmas
kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan SiLPA dana kapitasi tinggi. Penelitian
ialah karena minimnya kesempatan tenaga ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan
kesehatan di IGD untuk melanjutkan capaian SPM antara Puskesmas dengan SiLPA
pendidikan dan pelatihan. dana kapitasi tinggi dan SiLPA dana kapitasi
Kemudian, Saputra (2017) memotret rendah. Artinya, pengeluaran atau pemasukan
capaian pelayanan kesehatan dasar yang belum dana kesehatan yang tinggi tidak selalu
baik di Kota Pekanbaru. Ia menyatakan bahwa memiliki hubungan yang signifikan dengan
tidak tercapainya pelayanan kesehatan yang performa pelayanan.
memuaskan diakibatkan oleh rasio jumlah Ketidakterserapan dana kapitasi
tenaga kesehatan dan penduduk yang sangat diakibatkan oleh proses perencanaan yang
tidak ideal dan memadai, ketersebaran tenaga kurang baik. Mulai dari penganggaran terhadap
medis dan fasilitas kesehatan yang tidak merata kebutuhan yang kurang cermat, penganggaran
di tiap kecamatan, serta kota belum memiliki tidak memerhatikan peraturan yang telah
rumah sakit rujukan. berubah, perubahan anggaran di tngah atau di
Di sisi organisasi, Kuzairi, et.al. (2017) akhir tahun yang tidak cermat, hingga kesulitan
mengklaim bahwa kendala pencapaian SPM di dalam menentukan estimasi dana pendapatan
rumah sakit yang belum memenuhi target dalam tahun berjalan yang memang sangat
capaian ialah terutama karena adanya ego fluktuatif (Sumardjoko & Akhmadi, 2020).
sektoral. Mereka menganggap tidak terdapat
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
358 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 2, Oktober 2020
Anindya et al., (2020) menyatakan bahwa dini, pencegahan penyakit melalui promosi dan
target capaian SPM hipertensi yang diatur di langkah preventif, hingga pelayanan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik komprehensif agar tidak menimbulkan
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang kesakitan, kecacatan, dan kematian bagi
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan masyarakat dan menghindari beban
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang pembiayaan kesehatan yang tinggi.
Kesehatan terlalu tinggi untuk Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
diimplementasikan terutama untuk Puskesmas (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi hipertensi di
di Semarang. Kota Bandung ialah sebesar 36,6%, sedangkan
Dengan mewawancarai pegawai prevalensi Diabetes Mellitus (DM) sebesar
Puskesmas dan pemegang program Penyakit 2,3%. Ini berarti, diperkirakan sebanyak 36,6%
Tidak Menular (PTM) yang telah bekerja lebih penduduk Kota Bandung menderita hipertensi,
dari lima tahun, Anindya et al., (2020) mencoba dan 2.3% penduduk Kota Bandung mengidap
mencari kendala pemenuhan SPM di DM. angka ini tentunya sangat besar, terutama
Puskesmas. Pada faktor internal, para informan untuk hipertensi dimana diperkirakan lebih dari
menganggap tidak ada kendala dalam hal sepertiga penduduk Kota Bandung mengalami
sumber daya manusia, namun bila sang hipertensi.
pemegang dan petugas PTM melaksanakan
dinas luar otomatis program pun tertunda. METODE
Dalam hal sosialisasi peraturan, sebenarnya Artikel ini menggunakan rumus penghitungan
sudah diinfokan dalam apel pagi contohnya, sasaran capaian pelayanan SPM hipertensi dan
tapi tidak ada tindak lanjut setelah tersebut. Diabetes Mellitus di kota Bandung berdasarkan
Pada faktor eksternal, ditemukan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
institusi jejaring kesehatan banyak yang tidak Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
melakukan pelaporan capaian SPM. Ini, Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
menurut Anindya et al., (2020), menandakan Bidang Kesehatan.
masih kurangnya kepedulian terhadap Pertama, dalam aturan tersebut, pemerintah
kesehatan secara umum dan masih daerah perlu menetapkan target sasaran pelayanan
meyepelekan dan menganggap pencatatan yang ditetapkan dalam Riset Kesehatan Daerah
sebagai pekerjaan yang waib dilaksanakan. (Riskesda) masing-masing pemerintah daerah.
Pada akhirnya Anindya et al., (2020)
mrekomendasikan proses sosialisasi terhadap Dalam aturan itu dinyatakan bahwa
peraturan tentang SPM perlu digalakan dengan penghitungan target prevalensi hipertensi dan
cara yang lebih kreatif, memberikan Diabetes Mellitus ditentukan pada Riset Kesehatan
penghargaan terhadap jejaring kesehatan yang Dasar Kabupaten/Kota tahun 2018. Maka, angka
patuh melaporkan capaian, dan merencanakan prevalensi hipertensi di Kota Bandung pada tahun
kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung 2018 ditetapkan sebesar 36,6%. Sedangkan angka
dengan indikator-indikator SPM bidang prevalensi untuk penyandang Diabetes Mellitus
kesehatan. tahun 2018 ditetapkan sebesar 2,3%.
Penanganan dan penanggulangan PTM di Oleh karena itu, untuk menghitung sasaran
Kota Bandung berdasarkan pada penanganan pelayanan hipertensi di Kota Bandung
PTM dari pemerintah pusat melalui kegiatan digunakan formulasi sebagai berikut:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
bagi individu dan masyarakat. Oleh karena itu, Sasaran pelayanan hipertensi di Kota
untuk menangani PTM, Kota Bandung juga Bandung = Jumlah penduduk Kota
menggerakan pelayanan terpadu PTM atau Bandung usia 15 tahun ke atas X
(PANDU PTM). Kegiatan PANDU PTM prevalensi penyandang hipertensi di Kota
dititikberatkan melalui peningkatan kapasitas Bandung berdasarkan Riskesdas tahun
2018 (36,6%)
petugas dalam deteksi dini, melakukan deteksi
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Vo lu me 46 No. 2, Oktober 2020 359
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
360 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 2, Oktober 2020
Sedangkan UPT Puskesmas dengan target di Kota Bandung berasal dari gabungan Rumah
sasaran skrining hipertensi terendah ditempati oleh Sakit dan Klinik Utama yang ada di Kota Bandung
UPT Puskesmas Suryalaya dengan 1908 kasus. Di dengan jumlah 15.636 kasus. Kemudian diikuti
tempat kedua terendah ialah UPT Puskesmas oleh UPT Puskesmas Babakan Sari dengan jumlah
Pamulang dengan 1923 kasus, menyusul UPT penanganan sebanyak 5046 kasus, UPT Puskesmas
Puskesmas Salam dengan 1964 kasus, Lio Genteng Sukajadi sebanyak 4587, UPT Puskesmas
2171 kasus, Pasawahan 2244 kasus, Balai Kota Padasuka 4057, UPT Puskesmas Margahayu Raya
2368 kasus, dan Cempaka Arum dengan 2502 dengan 4030, UPT Puskesmas Taman Sari dengan
kasus. 3583 kasus, dan UPT Puskesmas Caringin dengan
Dari target sasaran (Sas) skrining hipertensi 3004 kasus. Kemudian di peringkat 8 terdapat UPT
sebanyak 698.686 kasus, angka kumulatif (Kum) Puskesmas Neglasari dengan 2763 kasus, dan UPT
jumlah penanganan kasus hipertensi sesuai standar Puskesmas Sekeloa dan UPT Puskesmas Kujang
atau juga realisasi skrining hipertensi di Kota Sari di peringkat sembilan dan sepuluh dengan
Bandung sebanyak 132.662 kasus. jumlah kasus masing-masing berturut-turut
Kontribusi tertinggi angka kumulatif jumlah sebanyak 2571 kasus dan 2554 kasus.
penanganan kasus hipertensi sesuai standar (Kum)
Tabel 1. Capaian Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Hipertensi Dan Diabetes Mellitus (Dm)
Kota Bandung Tahun 2020
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
362 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 2, Oktober 2020
Sedangkan angka kumulatif (Kum) atau dengan 1416 kasus, UPT Puskesmas Taman Sari
jumlah penanganan kasus hipertensi sesuai sebanyak 1404 kasus, UPT Puskesmas Neglasari
standar terendah ialah UPT Puskesmas Suryalaya dengan 1388, UPT Puskesmas Margahayu Raya
dengan jumlah kasus sebanyak 184 kasus. Disusul sebanyak 1334 kasus, UPT Puskesmas Padasuka
oleh UPT Puskesmas Cibaduyut Wetan sebanyak 1268 kasus, Sukajadi dengan 1229 kasus, UPT
250 kasus, UPT Puskesmas Girimande sebanyak Puskesmas Rusunawa dengan 967 kasus, dan
268 kasus, UPT Puskesmas Mandala Mekar peringkat 10 terbesar ialah UPT Puskesmas
dengan 287 kasus, dan UPT Puskesmas Pasir Jati Ibrahim Adjie sebanyak 962 kasus.
dengan 296 kasus. Selanjutnya di posisi ke enam Kontribusi angka kumulatif (Kum) atau
terendah ialah UPT Puskesmas Ahmad Yani realisasi penanganan kasus DM sesuai standar
dengan 332 kasus, UPT Puskesmas Astana Anyar terendah ialah pada UPT Puskesmas Suryalaya
dengan 365 kasus, dan UPT Puskesmas Cijagra dengan jumlah 38 kasus. Kemudian angka realisasi
Baru di peringkat delapan dengan kasus sebanyak terendah kedua ialah UPT Puskesmas Cibaduyut
448 kasus. Wetan. Disusul oleh UPT Puskesmas Mandala
Untuk kasus Diabetes Mellitus (DM) Mekar sebanyak 75 kasus, lalu UPT Puskesmas
angka estimasi sasaran (Sas) skrining penderita Girimande dengan 78 kasus, UPT Puskesmas
DM Kota Bandung ialah sebanyak 43.906 Sukawarna dengan 81 kasus, UPT Puskesmas Pasir
kasus. Sasaran (Sas) target tertinggi untuk skrining Jati dan UPT Puskesmas Jatihandap sebanyak
DM ialah UPT Puskesmas Babakan Sari dengan masing-masing 85 kasus, dan peringkat ke delapan
1639 kasus target sasaran skrining. Kedua ialah ialah UPT Puskesmas Pasawahan dengan 154
UPT Puskesmas Pasir Kaliki dengan 1308 kasus kasus.
sasaran, UPT Puskesmas Sukajadi dengan 1230 Selanjutnya tabel 2 dan 3 menunjukan angka
kasus, UPT Puskesmas Padasuka dan UPT persentase capaian SPM yang membandingkan
Puskesmas Garuda memiliki jumlah sasaran yang antara angka kumulatif atau realisasi penanganan
sama yakni 1212 kasus. kasus hipertensi dan DM dengan angka sasaran
Di peringkat enam, UPT Puskesmas atau targetnya yang kemudian dikalikan 100%.
Margahayu Raya memiliki sasaran 1176 kasus, Persentase capaian SPM ini menunjukan sejauh
disusul oleh UPT Puskesmas Sukahaji dengan mana target sasaran tiap UPT Puskesmas dapat
1041 kasus. UPT Puskesmas Gumuruh, UPT direalisasikan.
Puskesmas Caringin, dan UPT Puskesmas Dago Tabel 2 menunjukan persentase capaian
menempati ranking tertinggi kedelapan, SPM pelayanan hipertensi di puskesmas-
kesembilan dan kesepuluh dengan masing-masing puskemas yang ada di Kota Bandung pada
angka kasus berturut-turut sebanyak 984 kasus, 945 tahun 2020.
kasus, dan 890 kasus 1 kasus, menyusul UPT
Puskesmas Salam dengan 124 kasus, UPT
Puskesmas Lio Genteng 136 kasus, UPT
Puskesmas Pasawahan 141 kasus, Balai Kota 149
kasus, dan Cempaka Arum dengan 157 kasus, serta
UPT Puskesmas Jatihandap dengan 177 kasus.
Sedangkan untuk angka kumulatif (Kum)
atau realisasi penanganan kasus DM sesuai
standar di kota Bandung sebanyak 50.646
kasus. Dari jumlah tersebut, penyumbang utama
pelaksanaan skrining ialah rumah sakit dan
klinik utama yang ada di kota Bandung
sebanyak 12.221 kasus. Sedangkan untuk UPT
Puskesmas, Babakan Sari menjadi yang paling
banyak melaksanakan skrining sebanyak 1558
kasus. Disusul oleh UPT Puskesmas Pasir Kaliki
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Vo lu me 46 No. 2, Oktober 2020 363
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
364 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 2, Oktober 2020
Secara umum total capaian SPM untuk Puskesmas Cigadung 7,90%, UPT Puskesmas
pelayanan hipertensi di Kota Bandung berada di Cibuntu 8,58%, UPT Puskesmas Girimande
angka 18,99%. Hasil ini didapatkan dari angka dengan capaian 8,71%, UPT Puskesmas
kumulatif (Kum) kasus hipertensi Kota Bandung Cipamokolan 9,13%, UPT Puskesmas Derwati
sebesar 132.662 kasus yang terealisasi dibagi sebesar 9,25%, UPT Puskesmas Citarip dengan
dengan angka sasaran (Sas) sebesar 698.686 kasus capaian 9.26%, UPT Puskesmas Suryalaya dengan
yang kemudian dikalikan 100%. 9,64%, dan terakhir UPT Puskesmas Cijerah
Lalu, terdapat 33 UPT Puskesmas yang nilai dengan capaian SPM hipertensi sebesar 9,87%.
persentase capaian SPM bidang hipertensinya di Temuan hasil persentase capaian SPM
atas persentase capaian SPM total Kota Bandung hipertensi di Kota Bandung, menambah bukti
dan 47 UPT Puskesmas yang nilai capaiannya di empiris dari apa yang diklaim oleh Anindya et al.
bawah nilai total persentase capaian SPM (2020). Target capaian SPM hipertensi di Kota
hipertensi kota. Tidak ada satupun UPT Puskesmas Bandung tidak bisa mencapai target 100% yang
di Kota Bandung yang berhasil mencapai telah ditargetkan. Meskipun hasil temuan
persentase 100% atau lebih. Artinya tidak ada skrining hipertensi di Kota Bandung selaras
satupun UPT Puskesmas di Kota Bandung yang dengan Anindya et al. (2020), namun klaim
berhasil merealisasikan semua target sasaran bahwa target sasaran untuk hipertensi yang
skrining hipertensinya. diamanatkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Terdapat 4 (empat) UPT Puskesmas yang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
berhasil merealisasikan capaian SPM hipertensi Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
lebih dari 50%. Capaian tertinggi diraih UPT Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Puskesmas Sekeloa dengan persentase capaian Minimal Bidang Kesehatan terlalu tinggi untuk
SPM hipertensi sebesar 80,93%, disusul oleh UPT diimplementasikan masih perlu diselidiki dan
Puskesmas Lio Genteng dengan 70,43%. Lalu ditambah dengan bukti-bukti lainnya dari
UPT Puskesmas Taman Sari dengan 55,08%, dan daerah-daerah lain.
UPT Puskesmas Salam dengan 52,29%. Kementerian Kesehatan tentunya memiliki
Kemudian di posisi kelima ialah UPT laporan hasil capaian hipertensi dari seluruh
Puskesmas Pamulang dengan 49,19%, disusul daerah. Apabila klaim dari Anindya et al.
UPT Puskesmas Mengger dengan capaian sebesar (2020) juga ditemukan dari mayoritas
47,34%, UPT Puskesmas Cempaka Arum dengan keseluruhan daerah, perlu dipertimbangkan
42,33%. Di posisi ke delapan ialah UPT Puskesmas untuk melakukan revisi target capaian
Pasawahan dengan capaian 38,41%, UPT hipertensi.
Puskesmas Sukarasa dengan 33,4% dan Apabila angka target capaian hipertensi
menggenapi di posisi 10 besar ialah UPT sebenarnya sudah mencerminkan penderita
Puskesmas Ledeng dengan capaian sebesar hipertensi di suatu daerah, maka perlu
32,24%. menyusun langkah strategis untuk dapat
Disamping itu, terdapat 17 UPT Puskesmas di merealisasikan skrining hipertensi sesuai terget.
Kota Bandung yang persentase capaian SPM Untuk Kota Bandung, banyak kasus hipertensi
hipertensinya dibawah 10%. Paling rendah ialah yang baru didapat setelah melakukan
UPT Puskesmas Pasirjati dengan capaian 2,94%. penjaringan. Biasanya banyak penduduk yang
Kemudian disusul oleh UPT Puskesmas Cibaduyut tidak sadar ataupun merasakan gejala yang jelas
Wetan dengan 4,88%, lalu berurutan UPT yang diakibatkan oleh hipertensi. Kesadaran
Puskesmas Ahmad Yani dengan 5,16%, UPT masyarakat untuk selalu memerhatikan tekanan
Puskesmas Sukahaji dengan capaian 5,28%, UPT darahnya pun masih sangat kurang. Selain itu
Puskesmas Garuda dengan 5,57%, UPT hipertensi masih dianggap remeh dan tidak
Puskesmas Ciumbuleuit sebesar 6,43%, UPT perlu diperiksakan. Artinya ada kemungkinan
Puskesmas Babakan Tarogong dengan 6,45%, penduduk yang mengalami hipertensi tapi
UPT Puskesmas Mandala Mekar sebesar 6,77, lalu belum terskrining, sehingga target sasaran
UPT Puskesmas Cipadung 7,72%, UPT
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Vo lu me 46 No. 2, Oktober 2020 365
sesuai Riset Kesehatan Daerah kemungkinan disusul oleh UPT Puskesmas Cibaduyut Wetan
benar adanya. sebesar 17,70%, UPT Puskesmas Cibuntu sebesar
Oleh karena itu, perlu strategi pencapaian 21,30%, UPT Puskesmas Babakan Tarogong
skrining hipertensi sesuai target sasaran. dengan 22,54%, UPT Puskesmas Cigadung
Anindya et al. (2020) menjelaskan pula bahwa dengan capaian sebesar 26,38%, UPT Puskesmas
tenaga kesehatan dan SDM skrining tidak Ahmad Yani dengan 27,23%, UPT Puskesmas
mengalami kendala berarti, namun masih tetap Mandala Mekar dengan 28,09%, UPT Puskesmas
sulit mencapai target sasaran. Hal tersebut juga Cipadung sebesar 28,44%, UPT Puskesmas Citarip
ditemui di Kota Bandung, dimana beberapa dengan 28,51%, UPT Puskesmas Babatan sebesar
UPT Puskesmas sudah merasa maksimal dalam 28,88, dan UPT Puskesmas Sukahaji sebesar
melakukan penjaringan hipertensi. 29,97%.
Tabel 3 memperlihatkan persentase Tingginya capaian DM di Kota Bandung
pelayanan Diabetes Mellitus (DM) per UPT dapat dilihat dari 2 perspektif. Pertama, ada
Puskesmas di Kota Bandung di tahun 2020. Jumlah kemungkinan target sasaran DM kecil dan
target sasaran skrining DM di Kota Bandung untuk sebenarnya terdapat lebih banyak penderita DM
tahun 2020 ditetapkan sebesar 43.906 kasus dibandingkan apa yang telah ditergetkan. Kedua,
dengan jumlah realisasi skrining DM sebesar ada indikasi belum berjalannya pencatatan dan
50.646 kasus. Oleh karena itu, persentase capaian pelaporan penderita by name and by address
SPM kasus DM di Kota Bandung pada tahun 2020 sehingga ada kemungkinan adanya pencatatan
sudah melebihi target yang ditetapkan dengan ganda.
persentase realisasi sebesar 115,35%. Untuk angka pendek, untuk mengatasi kedua
Dari 80 UPT Puskesmas Kota Bandung yang kemungkinan akibat tingginya capaian DM di Kota
melaksanakan skrining DM, 27 UPT Puskesmas Bandung ialah dengan mencatat dan melaporkan
berhasil memenuhi capaian SPM DM lebih dari kasus sesuai dengan by name and by address.
100%. Capaian persentase tertinggi ditempati oleh Format laporan yang telah dibuat dan disarankan
UPT Puskesmas Salam dengan 628,23%. Artinya, oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung sebenarnya
UPT Puskesmas Salam melaksanakan skrining 6 sudah mengakomodir pencatatan secara by name
kali lipat dibandingkan dengan target sasarannya. and by address. Namun masih banyak fasilitas
UPT Puskesmas dengan capaian SPM DM kesehatan yang tidak mengisi sesuai dengan format
tertinggi berikutnya ialah Sekeloa dengan penjaringan. Selain di beberapa UPT Puskesmas,
427,64%. Kemudian UPT Puskesmas Taman Sari fasilitas kesehatan swasta masih banyak yang tidak
dengan capaian 344,12%, UPT Puskesmas mengisi format pencatatan sesuai dengan apa yang
Sukarasa dengan 203,39%, UPT Puskesmas diminta oleh Dinas Kesehatan.
Neglasari dengan capaian 200,39%, diikuti oleh Grafik di bawah ini menunjukan grafik
UPT Puskesmas Cikutra Lama dengan 186,97%. SPM pelayanan hipertensi dan DM di Kota
Di peringkat 7 dengan persentase capaian tertinggi Bandung selama tahun 2020. Terlihat dari
ditempati oleh UPT Puskesmas Cempaka Arum grafik tersebut bahwa baik capaian SPM kasus
dengan capaian sebesar 173,89%, lalu disusul oleh hipertensi dan DM mengalami kenaikan setiap
UPT Puskesmas Karang Setra dengan 160%, bulannya karena memang pencatatannya yang
Balaikota dengan 159,06%, dan peringkat 10 bersifat akumulatif.
capaian persentase DM tertinggi ialah UPT Laporan yang diterima dari UPT
Puskesmas Cijagra Lama sebesar 155,32%. Puskesmas setiap bulannya dijumlahkan dari
Dalam tabel 3, terlihat pula capaian skrining jumlah bulan sebelumnya. Sebagai contoh, data
DM terendah. Terlihat di tabel, terdapat 11 UPT bulan Maret merupakan data yang telah masuk
Puskesmas yang persentase capaian realisasi direkap pada bulan Maret, Februari, dan
skrining DM yang berada di bawah 30%. Capaian Januari.
persentase DM terendah ialah UPT Puskesmas
Pasir Jati dengan realisasi 13,43%. Kemudian
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
366 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 2, Oktober 2020
Dalam grafik tersebut terlihat bahwa disiplin mencatat capaian SPM bidang
selama kurun waktu Januari hingga Juli, baik kesehatan secara umum atau kasus hipertensi
capaian SPM hipertensi maupun capaian SPM dan DM secara khusus masih belum konsisten.
DM naik secara bertahap. Namun terjadi Hal ini terlihat dari jumlah capaian kasus
kenaikan signifikan penambahan capaian SPM beberapa UPT Puskesmas yang masih rendah
hipertensi dan DM pada bulan Agustus. hingga akhir tahun.
Pada bulan Agustus, kasus hipertensi Berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring
terlayani naik tajam dari sekitar 55 ribu-an pelaksanaan skrining hipertensi dan DM,
menjadi lebih dari 100 ribuan kasus. Begitu pula terdapat beberapa kendala. Beberapa yang
dengan kasus DM yang pada Juli sebesar 20 paling sering muncul ialah terkait sarana dan
ribuan kasus naik signifikan menjadi lebih dari prasarana seperti belum ada Posbindu PTM Kit
38 ribu kasus pada Agustus. Selanjutnya, akibat terbatasnya anggaran. Kemudian belum
kenaikan hingga Desember naik juga secara semua UPT Puskesmas telah memiliki tenaga
bertahap namun dengan rentang kenaikan yang terlatih untuk melakukan kegiatan PANDU
lebih besar daripada rentang kenaikan selama PTM, masih rendahnya kesadaran melakukan
Januari hingga Juli. Alasan kenaikan tajam pada pencatatan dan pelaporan serta pelaporan dan
bulan Agustus 2020 ialah akibat penambahan pencatatan masih belum sesuai dengan apa yang
data dari fasilitas kesehatan swasta. Selama dirancang dalam format resmi, dan belum
Januari hingga Juli, Dinas Kesehatan Kota semua UPT Puskesmas melaksanakan program
Bandung melakukan monitoring dan evaluasi PANDU PTM.
terkait capaiam SPM. Setelah ditelusuri Untuk mengatasi permasalahan yang
ternyata fasilitas kesehatan swasta tidak pernah muncul rencana aksi telah beberapa
melaporkan capaian SPM nya. Oleh karena itu, dilaksanakan. Untuk mengatasi masalah
Dinas Kesehatan Kota Bandung mengeluarkan anggaran untuk pengadaan Posbindu Kit dan
surat pemberitahuan kepada fasilitas kesehatan lain-lain, Dinas Kesehatan Kota Bandung telah
tersebut untuk mencatat capaian SPMnya untuk mengusulkan anggaran non-APBD. Dana non-
kemudian dilaporkan ke UPT Puskesmas yang APBD untuk Posbindu Kit berasal dari Dana
membawahi wilayah kerja fasilitas kesehatan Alokasi Khusus (DAK) yang dianggarkan
swasta tersebut. Hasilnya data beberapa UPT untuk Kota Bandung. Selain itu, ketika ada
Puskesmas naik secara signifikan. kegiatan penjaringan, pihak swasta sering ikut
Namun komitmen fasilitas kesehatan baik berkontribusi untuk menyediakan Posbindu Kit
swasta maupun beberapa UPT Puskesmas untuk
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Vo lu me 46 No. 2, Oktober 2020 367
Kurangnya tenaga yang telah dilatih dalam melakukan monitoring dan evaluasi program
Orientasi PANDU PTM masih kurang. Hal ini PANDU PTM di UPT Puskesmas mulai dari
ditambah oleh perpindahan pegawai yang telah perencanaan hingga pelaporan. Proses evaluasi
mengikuti pelatihan. Siriyei & Wulandari ini perlu dilaksanakan dengan baik karena
(2013) dan Indriono (2020) mengemukakan evaluasi pelaksanaan pencapaian SPM PTM
bahwa faktor pelatihan merupakan faktor yang merupakan faktor krusial apakah capaian SPM
dapat membuat program PTM berhasil. Oleh bisa memuaskan atau tidak (Jaswin et al., 2018).
karena itu program orientasi PANDU PTM di
Kota Bandung harus dipertahankan. Pertama SIMPULAN
untuk melatih tenaga baru. Kedua untuk me- Target sasaran capaian SPM bidang
refresh tenaga lama sekaligus memberi kesehatan kasus hipertensi dan Diabetes
sosialisasi dan tata cara baru dalam pelayanan Mellitus (DM) di Kota Bandung untuk tahun
PANDU PTM. 2020 ditetapkan sebesar masing-masing 36,6%
Untuk masalah pencatatan dan pelaporan dan 2,3%.
yang merupakan masalah yang juga ditemui di Realisasi persentase capaian SPM untuk
daerah lain, pencatatan sesuai format yang kasus hipertensi di Kota Bandung ialah 18,99% ,
mencantumkan nama dan alamat merupakan masih jauh dari target sasaran sesuai Riskesdas
masih menjadi pilihan. Dalam penelitian 2018. Hal ini selaras dengan temuan Anindya et
sebelumnya, rendahnya pencatatan dan al. (2020) yang mengklaim bahwa target
pelaporan diakibatkan oleh belum adanya sasaran untuk hipertensi yang diamanatkan oleh
sinergitas antara tenaga medis dan petugas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
administrative yang lebih mengedepankan ego Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
sektoral (Kuzairi, et al., 2017), alur pelaporan Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
yang panjang di unit kerja (Adhi & Ningsih, Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
2020), belum adanya SOP di unit kerja Kesehatan terlalu tinggi untuk
mengenai pelaporan dan pencatatan (Adhi & diimplementasikan. Namun temuan Anindya et
Ningsih, 2020), pencatatan belum memiliki al. (2020) dan rendahnya capaian SPM
sistem pencatatan yang jelas an masih manual hipertensi di Kota Bandung masih perlu
(Adhi & Ningsih, 2020), dan yang paling diselidiki dan ditambah dengan bukti-bukti
penting ialah rendahnya kesadaran petugas lainnya dari daerah-daerah lain.
dalam mencatat dan melaporkan laporan (Adhi Realisasi persentase capaian SPM untuk
& Ningsih, 2020, Anindya et al., 2020). kasus DM di Kota Bandung ialah 115,35%, jauh
Belum seluruhnya UPT Puskesmas yang melampaui target sasaran. Tingginya capaian
melaksanakan program PANDU PTM secara DM di Kota Bandung dapat dilihat dari 2
optimal kemungkinan karena kurangnya perspektif. Pertama, ada kemungkinan target
integrasi antara program PTM dan program sasaran DM kecil dan sebenarnya terdapat lebih
lainnya di UPT Puskesmas. Kendala ini selaras banyak penderita DM dibandingkan apa yang telah
dengan temuan Siriyei & Wulandari (2013), ditergetkan. Kedua, ada indikasi belum berjalannya
Saputra (2017), Kuzairi, et al. (2017), pencatatan dan pelaporan penderita by name and by
Sumardjoko & Akhmadi (2020), dan Anindya address sehingga ada kemungkinan adanya
et al. (2020) yang menyebutkan terdapat pencatatan ganda.
permasalahan perencanaan dalam memenuhi Sedangkan kendala yang muncul dalam
indikator-indikator capaian SPM PTM. pemenuhan capaian SPM hipertensi dan DM
Hal yang paling sering ditemui ialah diantaranya sarana dan prasarana seperti belum
perencana anggaran yang belum atau tidak tahu ada Posbindu PTM Kit akibat terbatasnya
indikator-indikator capaian SPM dan kesulitan anggaran. Kemudian belum semua UPT
dalam menerjemahkan indikator-indikator Puskesmas telah memiliki tenaga terlatih untuk
tersebut kepada satuan-satuan kegiatan. oleh melakukan kegiatan PANDU PTM, masih
karena itu, Dinas Kesehatan Kota Bandung rendahnya kesadaran melakukan pencatatan
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)
368 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 2, Oktober 2020
dan pelaporan serta pelaporan dan pencatatan Roudo, M., & Saepudin, A. (2008).
masih belum sesuai dengan apa yang dirancang Meningkatkan Pelayanan Publik Melalui
dalam format resmi, dan belum semua UPT Penyusunan Dan Penerapan Standar
Puskesmas melaksanakan program PANDU Pelayanan Minimal (SPM): Konsep,
PTM. Urgensi Dan Tantangan. Riptek, 2(1), 1–
6.
DAFTAR PUSTAKA Saputra, T. (2017). Capaian Pelayanan
Adhi, S. N., & Ningsih, K. P. (2020). Kesehatan Dasar Di Kota Pekanbaru.
Manajemen Data Standar Pelayanan Jurnal Ilmu Sosial, 16(1), 47–57.
Minimal Rumah Sakit. Jurnal Rekam Siriyei, I., & Wulandari, R. D. (2013). Faktor
Medis, 3(2), 53–62. Determinan Rendahnya Pencapaian
Anindya, P. A., Jati, S. P., & Nandini, N. Cakupan Standar Pelayanan Minimal
(2020). Upaya Menerapkan Standar Bidang Kesehatan Di Puskesmas Mojo
Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Administrasi
Berdasarkan Indikator Pelayanan Kesehatan, 1(3), 244–251.
Kesehatan Hipertensi di Puskesmas Kota Sumardjoko, I., & Akhmadi, M. H. (2020).
Semarang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Pengukuran Utilitas Dana Kapitasi
10(2), 30–33. Puskesmas Dengan Capaian Standar
Indriono, A. (2020). Implementasi Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di
Sumber Daya Manusia dan Pelayanan Indonesia. Gorontalo Journal of Public
Minimal Kesehatan di Kota Pekalongan Health, 3(2), 80–90.
Pena Justisia : Pena Justisia, 19(1), 72– Undang-Undang 23 Tahun 2014 Tentang
81. Pemerintahan Daerah.
Jaswin, E., Basri, H., & Fahlevi, H. (2018).
Implementasi Penganggaran Berbasis
Kinerja Dalam Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM)
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bener
Meriah. Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, 4(September), 284–299.
Kuzairi, U., Yuswadi, H., Budihardjo, A., &
Patriadi, H. B. (2017). Implementasi
Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) Pada
Pelayanan Publik Bidang Pelayanan
Kesehatan (Studi Kasus Pada Rumah
Sakit Umum dr . H . Koesnadi
Bondowoso). Jurnal Politico, 17(2), 184–
205.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
tentang Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100
Tahun 2018 Tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kasus Hipertensi Dan Diabetes Mellitus
Di Kota Bandung Tahun 2020
(Yulia Astri Nurul Aliyah)