Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makna pembangunan kesehatan sebagaimana ditegaskan


dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 adalah
pemenuhan hak asasi manusia, pemantapan kemitraan dan
kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya
kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan investasi
kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional. Sistem
Kesehatan Nasional tahun 2012 tersebut sinergis dengan Sembilan
Agenda Perubahan (Nawacita) Kabinet Kerja tahun 2015 - 2019,
khususnya dalam bidang kesehatan.
Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN ) Tahun 2015-2019 adalah Meningkatnya
akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi masyarakat
dengan indikator kinerja yaitu Jumlah Kecamatan yang memiliki
minimal 1 (satu) Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas
kesehatan kabupaten/kota, dan sekaligus sebagai tulang punggung
pelaksana pelayanan kesehatan primer, yang mana titik berat
pelayanannya adalah pada pendekatan pelayanan yang
mengutamakan paradigma sehat diwajibkan ikut berkontribusi
mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan di kabupaten/kota melalui penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan
(UKP), sehingga Puskesmas harus memiliki kinerja UKM dan UKP yang
optimal dengan indikator yang terukur yang didukung dengan
pembinaan oleh dinas kabupaten/kota sebagai pemilik.
Berdasarkan data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun
2011, dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk Puskesmas
dilihat dari persentase dukungan per upaya berada dalam rentang 18%
sampai 61%. Persentase dukungan terbesar yaitu untuk upaya
kesehatan anak dan pencegahan dan pengendalian penyakit sebesar
61%, sedangkan persentase dukungan paling rendah yaitu untuk
upaya kesehatan lingkungan sebesar 18%. Dari laporan tersebut
mengindikasikan belum semua dinas kesehatan kabupaten/kota
mampu memberikan bimbingan dan pembinaan teknis kepada
Puskesmas diwilayah kerjanya secara optimal.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
Terkait dengan hal tersebut, maka Kementerian Kesehatan
menyusun Pedoman Dinas Kesehatan dalam Pembinaan
Puskesmas, yang akan digunakan dinas kesehatan kabupaten/kota
dan provinsi sebagai acuan dalam memberikan bimbingan dan
pembinaan kepada Puskesmas secara berjenjang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan bagi dinas Kesehatan dalam melakukan
pembinaan Puskesmas.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan Tim Pembina Cluster Binaan
(TPCB) di dinas kesehatan dalam melakukan pembinaan
secara terintegrasi dan berkesinambungan.
b. Meningkatkan kemampuan dinas kesehatan dalam membina
Puskesmas untuk melaksanakan manajemen sumberdaya dan
program.
c. Meningkatkan mutu pembinaan dinas kesehatan

C. MANFAAT
1. Masyarakat:
Mendapatkan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai peran dinas kesehatan dalam pembinaan Puskesmas.
2. Puskesmas :
Puskesmas dapat menyelenggarakan manajemen
Puskesmas, sehingga mampu mempercepat tercapainya
akreditasi Puskesmas.
Meningkatkan kinerja dan mutu Puskesmas
Terjalinnya koordinasi yang optimal antara Puskesmas dengan
dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Dinas kesehatan kabupaten/kota:
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pembina
Puskesmas secara terpadu
melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab
dan latar belakang serta hambatan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota

4. Dinas kesehatan provinsi:

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pembina
dinas kesehatan kabupaten/kota secara terpadu
melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari
penyebab dan latar belakang serta hambatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di tingkat provinsi

5. Kementerian Kesehatan:
Seluruh lintas program di tingkat pusat dapat memahami konsep
pembinaan terpadu dan menerapkannya di tingkat provinsi
6. Lintas sektor:
Mendukung penyelenggaraan pembinaan Puskesmas.

D. RUANG LINGKUP
1. Konsep pembinaan Puskesmas.
2. Indikator keberhasilan pembinaan Puskesmas melalui pembinaan
secara berjenjang di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

E. SASARAN
1. Masyarakat
2. Puskesmas
3. Penanggungjawab dan pelaksana program, serta pengelola
sumberdaya di dinas kesehatan kabupaten/kota, sebagai Tim
Pembina Cluster Binaan (TPCB) di tingkat kabupaten/kota.
4. Penanggungjawab dan pelaksana program, serta pengelola
sumberdaya di dinas kesehatan provinsi, sebagai Tim Pembina
Cluster Binaan (TPCB) di tingkat provinsi
5. Penanggungjawab program di Kementerian Kesehatan.
6. Lintas sektor di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
BAB II
PEMBINAAN PUSKESMAS OLEH DINAS KESEHATAN

A. KONSEP PEMBINAAN PUSKESMAS


Dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014
memprioritaskan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar dengan berpedoman pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota bidang kesehatan dan
bertanggungjawab dalam upaya pencapaian indikator SPM. Dalam
mengemban tugas ini maka dinas kesehatan mendelegasikan sebagian
wewenang kepada Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis, sehingga
keberhasilan kinerja Puskesmas mempengaruhi tercapainya indikator
SPM. Untuk itu menjadi tugas dinas kesehatan dalam memperbaiki
kinerja Puskesmas melalui pembinaan yang dilaksanakan secara
terpadu. Disamping itu, dengan dilaksanakannya program Jaminan
Kesehatan Nasional maka dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai
pemilik Puskesmas harus mampu menjamin bahwa pelayanan yang
diberikan oleh Puskesmas sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan berkualitas.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi Puskesmas dalam
melakukan pelayanan maka perlu dukungan dari Dinkes
Kabupaten/Kota melalui pembinaan secara terpadu dan
berkesinambungan. Prinsip konsep pembinaan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan kepada Puskesmas yang ada di wilayahnya adalah
Puskesmas yang ada di wilayah kabupaten/kota dibagi habis ke dalam
kelompokkelompok (Cluster Binaan). Pembentukan Cluster Binaan
dapat disesuaikan dengan jumlah bidang yang ada di dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dengan kriteria pembagian yang lain, seperti
akses , kondisi geografis dan transportasi, capaian kinerja Puskesmas,
dan ketersediaan sumber daya di dinas kesehatan dan kecukupan
dana operasional, sehingga dalam satu Cluster Binaan dapat dibagi
berdasarkan dua kriteria atau lebih.
Bentuk pembinaan yang dilakukan atau diberikan oleh Dinas
Keshatan Kabupaten/kota tentunya harus sesuai dengan lingkup
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Puskesmas dalam
konteks konsep kewilayahan. Pembinaan dapat berbentuk peningkatan
kemampuan teknis dan manajmen puskesmas (sumber daya,
operasional, mutu), peningkatan kemampuan SDM Kesehatan,

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
peningkatan Sistem Informasi Puskesmas, dan pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas
Untuk melaksanaan pembinaan tersebut maka Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota harus memiliki kemampuan kepemimpinan, manajerial
dan teknis program sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Kepala bidang dan sekretaris dinas kesehatan kabupaten/kota selaku
ketua TPCB maka selain tugasnya melakukan penataan
program/sumberdaya di bidangnya masing-masing untuk seluruh
wilayah di kabupaten/kota, juga mendapatkan tugas-tugas integrasi
dalam pembinaan terpadu lintas program di Cluster Binaan masing-
masing.
Adapun pengetahuan yang harus dikuasai oleh Tim Pembina
Cluster Binaan yaitu:
1. Tugas pokok dan fungsi organisasi dinas kesehatan kabupaten/kota.
2. NSPK
3. SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Teknis dan manajeen program
5. Fungsi-fungsi Manajemen, termasuk manajemen sumberdaya.
6. Konsep rujukan UKM dan UKP secara horizontal maupun vertikal.
7. Akreditasi Puskesmas
8. Konsep manajemen Puskesmas
9. Analisis data dan informasi
10. Teknik komunikasi dan pembinaan
Peningkatan kompetensi tersebut dapat dapat dilakukan melalui:
1. Pengenalan peran, tugas dan fungsi SOTK di Dinas Kesehatan
Pengenalan peran, tugas dan fungsi antar bidang dan sekretariat
dalam organisasi dinas kesehatan kabupaten/kota yang dilakukan
oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
daerah tentang organisasi dinas kesehatan bertujuan agar semua
angota tim mengetahui tupoksi sesuai SOTK maupun tupoksi
terintegrasi dalam tim.
2. Pengenalan NSPK oleh masing-masing Kepala Bidang.
Kegiatan ini difasilitasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan
didampingi Tim Pendamping dari Provinsi. Semua anggota TPCB
harus mempelajari dan menguasai peraturan ataupun pedoman
/standar yang terkait dengan pelayanan kesehatan tingkat
pertama/primer.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
3. Pengenalan program dan manajemen sumberdaya
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing kepala bidang yang
difasilitasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan sebaiknya
didampingi Tim Pendamping dari provinsi:
1) Menyajikan program masing-masing yang menjadi
tanggungjawabnya.
2) Menjelaskan posisinya saat ini dalam pencapaian target kinerja
melalui pendekatan yang dilakukan.
3) Mengidentifikasi kejadian Missed Opportunity untuk keterpaduan
lintas program.
4) Menjelaskan perlunya keterpaduan program-program untuk
keberhasilan pencapaian hasil program bagi kelompok sasaran
yang menjadi target bersama, dalam upaya memenuhi kebutuhan
pelayanan pada setiap tahapan siklus hidup, dengan kejelasan
peran, tugas dan fungsi dari masing-masing bidang, seksi dan
pelaksana pelayanan.
5) Mejelaskan bagaimana keterpaduan antar program dibangun,
dilaksanakan, dipantau, dibina, dinilai dampaknya, terhadap
kesehatan target sasaran.
6) Menjelaskan adanya peluang untuk membangun kerjasama
terpadu dengan lintas sektor terkait.
7) Semua data diperoleh akan digunakan sebagai bahan
penyusunan rumusan perbaikan/ peningkatannya.
4. Peningkatan kemampuan dalam mengolah dan menganalisa
data.
Data dan hasil analisis data tersebut merupakan dasar dalam
pelaksanaan pembinaan.
5. Pelatihan teknis, workshop atau on the job training mengenai
program, manajemen Puskesmas, kemampuan komunikasi dan
leadership.
Keberhasilan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
melaksanakan pembinaan kepada Puskesmas tentunya tidak terlepas
dari peran dinas kesehatan provinsi dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap dinas kesehatan kabupaten/kota. Hal ini sesuai
dengan yang diamanatkan dalam UU Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah bahwa pengawasan dan pembinaan
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan
dapat diserahkan sepenuhnya kepada Provinsi oleh Kementerian
Kesehatan. Provinsi diberi kewenangan untuk memberikan sanksi

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
bagi kabupaten/kota berkaitan dengan pelaksanaan SPM seperti yang
diamanatkan pasal 67 dan 68 UU Nomor 23 tahun 2014.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN
Pembinaan Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. PEMBAGIAN CLUSTER BINAAN DAN PEMBAGIAN TIM PEMBINA
CLUSTER BINAAN
Untuk menetapkan pembagian tim dan cluster binaan, dinas kesehatan
kabupaten/kota mengadakan rapat internal yang dipimpin oleh Kepala
Dinas Kesehatan. Rapat internal tersebut dihadiri oleh semua kepala
bidang dan staf untuk menyepakati kriteria pembagian cluster yang
diikuti dengan pembentukan tim pembina cluster sebagai
penanggungjawab pembinaan.
Rapat awal pembagian cluster dan pembagian tim dikoordinasi oleh
bagian sekretariat dinas kesehatan kabupaten/kota.
Output rapat ini yaitu :terbentuknya cluster dan tim pembina cluster
binaan

a. Pembagian Cluster Binaan

1) Berdasarkan kesepakatan seluruh bidang yang ada di dinkes,


yang dipimpin oleh kepala dinas
2) Kriteria pembentukan cluster, dapat menggunakan salah satu
maupun kombinasi dari kriteria berikut:

a) Dikelompokkan berdasarkan akses, kondisi geografis dan


transportasi, satu Cluster Binaan terdiri dari Puskesmas yang
letaknya berdekatan dan mudah diakses satu sama lain.
b) Dikelompokkan berdasarkan sumber daya di Dinkes, misalnya
jumlah bidang atau jumlah SDM di dinas kesehatan.
c) Dikelompokkan berdasarkan kecukupan dana operasional,
apabila dana operasional di dinas kesehatan tidak besar maka
jumlah cluster sebaiknya tidak terlalu banyak.

d) Dikelompokkan berdasarkan hasil kinerja Puskesmas, satu


Cluster Binaan terdiri dari Puskesmas yang capaian kinerjanya

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
satu tingkat (misal tingkat kinerja baik) berdasarkan PKP
terakhir, atau dapat pula terdiri dari Puskesmas yang capaian
kinerjanya berbeda tingkat berdasarkan PKP terakhir.

e) Dikelompokkan berdasarkan permasalahan kesehatan di


cluser binaan, satu Cluster Binaan terdiri dari Puskesmas yang
berlainan permasalahan kesehatan di wilayahnya sehingga
pembinaan dapat terpadu dan melibatkan semua lintas
program
3) Semua Puskesmas yang ada di kab/kota dibagi habis ke dalam
cluster binaan

b. Manfaat Pembagian Cluster

1) Pembagian cluster binaan ditujukan agar semua Puskesmas


mendapatkan pembinaan terpadu dari Dinas Kesehatan dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembinaan dari Dinas
Kesehatan

2) Pembentukan Cluster Binaan dilakukan agar pembinaan yang


dilakukan lebih terarah, merata dan mencakup semua
Puskesmas di wilayah kabupaten/kota. Selain itu, setiap Cluster
Binaan memiliki penanggung jawab dari dinas kesehatan
kabupaten/kota. Pembinaan tersebut harus memiliki indikator
keberhasilan, baik dari sisi dinas kesehatan sebagai pembina
maupun dari sisi Puskemas sebagai objek yang dibina.

c. Pembentukan Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB)

1) Untuk dapat menjangkau seluruh Puskesmas dalam binaan dinas


kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas di wilayah
kabupaten/kota dibagi habis ke dalam beberapa Cluster Binaan.
2) Jumlah TPCB disesuaikan dengan jumlah Cluster Binaan yang
disepakati ataupun sebaliknya.
3) Struktur TPCB terdiri atas penanggungjawab, ketua dan anggota.
Penanggungjawab yaitu kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
4) Ketua TPCB yaitu dipilih oleh dengan kriteria:
- memiliki pengetahuan terhadap konsep Puskesmas

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
- memiliki kemampuan leadership
- memiliki kemampuan pembinaan teknis atau manajemen
- minimal eselon IV di Dinas Kesehatan
Ketua tim TPCB bertanggungjawab langsug kepada kepala
dinas kesehatan
5) Komposisi anggota TPCB terdiri atas pelaksana dan
penanggungjawab program yang disebar merata kedalam Cluster
Binaan. Seluruh staf teknis dan manajemen yang berada di
dalam struktur bidang dan sekretariat dinas kesehatan
kabupaten/ kota, ditetapkan sebagai anggota TPCB.
6) Para penanggungjawab program meskipun berada dalam TPCB,
namun tetap bertanggung jawab pada masing-masing
programnya.
7) Keanggotaan TPCB ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
(SK) dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

Contoh Pembagian Tim dan Cluster Binaan berdasarkan


berdasarkan jumlah bidang di dinas kesehatan kabupaten/kota
:
Dalam dinkes kabupaten x terdapat 4 bidang dan 1 sekretariat,
maka komposisi, susunan anggota TPCB dan pembagian
cluster digambarkan pada tabel nomor 3.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
Tabel 1
Daftar Keanggotaan Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB)

CONTOH TIM PEMBINA CLUSTER BINAAN KAB X

PERSONALIA SEKRETA BIDANG BIDANG P2 BIDANG BIDANG KETERANG


TIM RIS YANKES KESGA FARMASI AN
DAN
PROMKES

CLUSTER KETUA SEKSI & SEKSI & SEKSI & SEKSI & SEKSI &
MELATI (KABID) STAF STAF STAF STAF STAFF:
Tidak dari
CLUSTER SEKSI & KETUA SEKSI & SEKSI & SEKSI & satu Bidang
ROSE STAF (KABID) STAF STAF STAF

CLUSTER SEKSI & SEKSI & KETUA SEKSI & SEKSI &
MAWAR STAF STAF (KABID) STAF STAF

CLUSTER SEKSI & SEKSI & SEKSI & KETUA SEKSI &
CEMPAKA STAF STAF STAF (KABID) STAF

CLUSTER SEKSI & SEKSI & SEKSI & SEKSI & KETUA
LILY STAF STAF STAF STAF (KABID)

2. PENGORGANISASIAN TIM PEMBINA (PEMBAGIAN TUGAS &


FUNGSI)

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
2.1. Pengenalan peran, tugas dan fungsi antar bidang dan
sekretariat dalam organisasi dinas kesehatan
kabupaten/kota yang dilakukan oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
daerah tentang organisasi dinas kesehatan masing-
masing bertujuan agar semua angota tim mengetahui
tupoksi sesuai SOTK maupun tupoksi terintegrasi dalam
tim.
Sebagai contoh, pengenalan tugas dan fungsi sekretariat dan
bidang dalam Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seperti
sebagai berikut:

a. Sekretariat Dinas Kesehatan bertanggung jawab


terhadap:
1) Tupoksi sesuai SOTK:
a) Pengelolaan data dan informasi

Menerima laporan bulanan, triwulan, semester,


tahunan dan laporan sewaktu dari Puskesmas,
termasuk laporan hasil surveilan epidemiologi,
laporan hasil survei, dan laporan lain. Laporan
harus diterima tepat waktu sesuai ketentuan
yang berlaku.

Data laporan dikompilasi, diolah, dianalisis


secara terpadu bersama dengan lintas program
dan didistribusikan kembali le lintas program.

Mengkompilasi data pencapaian SPM


kesehatan kabupaten/kota, sebagai bahan
informasi yang akan digunakan dalam forum
pembahasan lintas program dan lintas sektor.
Data harus diterima tepat waktu sesuai
ketentuan yang berlaku.

b) Pengelolaan Sumberdaya:

Memantau dan mengevaluasi ketersediaan dan


kebutuhan sumberdaya (3 M: Man, Money,

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
Minutes) dan operasional dinas kesehatan
kabupaten/kota dan Puskesmas.

Mengetahui kesenjangan ketersediaan


sumberdaya dan upaya mengatasinya.

Pengelolaan SDM di Dinas Kesehatan dan


Puskesmas, dalam rangka:
(a) Meningkatkan kompetensinya dan kualitas
tenaga,
(b) Mengusulkan tambahan tenaga dalam
jenis, jumlah dan kompetensi sesuai
kebutuhan
(c) Persebaran dan pemerataan tenaga
Inventarisasi asset, penambahan dan
pengadaan baru, pemeliharaan, perbaikan dan
penggantian, untuk mendukung
penyelenggaraan program-program
Tupoksi Sekretariat Dinas Kesehatan di atas sebagai
contoh, untuk pelaksanaan di lapangan menyesuaikan
dengan peraturan daerah masing-masing tentang
SOTK.
2) Tugas integrasi dalam Tim Pembina:
a) Mempersiapkan pertemuan bulanan Lintas Program
terpadu, untuk membahas laporan kinerja program-
program dan tindak-lanjutnya.
b) Mempersiapkan pertemuan kalakarya Tim Pembina
Cluster Binaan.

b. Kepala Bidang dan Seksi-seksi di dinas kesehatan


kabupaten/kota:
1) Tupoksi sesuai SOTK:
a) Mempelajari hasil kompilasi data laporan semua
Puskesmas dan mengembalikannya kepada sekretaris
dinkes yang selanjutnya akan diolah dan dengan
arahan Bidang masing-masing dianalisis untuk bahan
pembahasan dalam forum lintas program di dinas
kesehatan kabupaten/kota.
b) Mengidentifikasi:

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
Faktor-faktor pendukung atas keberhasilan
pencapaian kinerja program sekaligus
mengidentifikasi faktor penyebab dan latar belakang
masalah atas kesenjangan pencapaian target kinerja
program.

Mengidentifikasi kemungkinan terjadi Missed


Opportunity pada target sasaran yang tidak
terjangkau pelayanan secara lengkap.
c) Melaksanakan penyiapan bahan, merencanakan dan
melaksanakan pembinaan terkait program teknis.
Tupoksi Bidang di Dinas Kesehatan di atas sebagai
contoh, untuk pelaksanaan di lapangan menyesuaikan
dengan peraturan daerah masing-masing tentang
SOTK
2) Tugas integrasi dalam TPCB:
a) Mempersiapkan materi pertemuan Lintas Program terpadu
dinas kesehatan kabupaten/kota dan materi Kalakarya
TPCB, dari hasil analisis laporan Puskesmas serta
informasi lainnya.
b) Membahas dalam forum keterpaduan Lintas Program:

Informasi dari laporan Puskesmas dan lainnya,


simpulan hasil analisis, faktor pendukung dan
penghambat.

Temuan-temuan hasil simpulan laporan kinerja program


dan rumusan tindak-lanjutnya sebagai tindakan koreksi
(corrective action) di tingkat kabupaten/kota.
c) Menyimpulkan hasil dan merumuskan langkah-langkah
perbaikan dan peningkatannya dalam pembinaan.
Langkah perbaikan dirumuskan secara spesifik per
Cluster Binaan.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
2.2. Pengenalan NSPK oleh masing-masing Kepala Bidang.
Kegiatan ini difasilitasi kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan didampingi Tim Pendamping dari
Provinsi. Semua anggota TPCB harus mempelajari dan
menguasai peraturan ataupun pedoman /standar yang terkait
dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama/primer.
2.3. Pengenalan program dan manajemen sumberdaya
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing kepala bidang yang
difasilitasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan
sebaiknya didampingi Tim Pendamping dari provinsi:
a. Menyajikan program masing-masing yang menjadi
tanggungjawabnya.
b. Menjelaskan posisinya saat ini dalam pencapaian target
kinerja melalui pendekatan yang dilakukan.
c. Mengidentifikasi kejadian Missed Opportunity untuk
keterpaduan lintas program.
d. Menjelaskan perlunya keterpaduan program-program
untuk keberhasilan pencapaian hasil program bagi
kelompok sasaran yang menjadi target bersama, dalam
upaya memenuhi kebutuhan pelayanan pada setiap
tahapan siklus hidup, dengan kejelasan peran, tugas dan
fungsi dari masing-masing bidang, seksi dan pelaksana
pelayanan.
e. Mejelaskan bagaimana keterpaduan antar program
dibangun, dilaksanakan, dipantau, dibina, dinilai
dampaknya, terhadap kesehatan target sasaran.
f. Menjelaskan adanya peluang untuk membangun
kerjasama terpadu dengan lintas sektor terkait.
g. Semua data diperoleh akan digunakan sebagai bahan
penyusunan rumusan perbaikan/ peningkatannya.
2.4. Peningkatan kemampuan dalam mengolah dan
menganalisa data.
Data dan hasil analisis data tersebut merupakan dasar dalam
pelaksanaan pembinaan.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
3. ANALISIS SITUASI CLUSTER BINAAN
Berdasarkan Laporan yang dikirim dari puskesmas (manual/
elektronik) ke Sekretariat Dinas Kesehatan, setelah dikonfirmasi
kelengkapan dan akurasi datanya, dikompilasi, diolah, dan
didistribusikan secara teratur kepada sekretariat dan semua bidang,
untuk dapat dimanfaatkan.
Upaya untuk memastikan bahwa data yang akan dianalisis
berkualitas adalah: melakukan Logical Check antar Indikator dalam 1
(satu) program, antar Program dan antar sumber. Selanjutnya
dilakukan pengecekan konsistensi internal dan eksternal serta
akurasinya, sehingga dapat terlihat apakah data yang akan dianalisis
ini under reported atau over reported atau akurat. Apabila tahapan
tersebut telah dilakukan maka proses analisis data untuk melihat
situasi awal bisa dilakukan. Selanjutnya Tim Pembina Cluster Binaan
dapat memanfaatkan hasil analisis data diatas untuk menyimpulkan
beberapa masalah kesehatan masyarakat di cluster binaannya.
Atas hasil pemantuan dan analisis berkala yang dilakukan, diperoleh
gambaran tentang:
a) Tingkat pencapaian target program masing-masing puskesmas,
cluster binaan, dan seluruh wilayah kabupaten/kota, masing-
masing akan dibandingkan dengan target yang ditetapkan, dan
dilihat kaitannya dengan:
(1) Ketersediaan sumberdaya (Man, Money, Minutes) untuk
penyelenggaraan pelayanan, terutama SDM pelaksana,
sekaligus tingkat fungsi atau kompetensi sumberdaya
(2) Kesulitan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan
kaitannya dengan kondisi geografi wilayah, luas wilayah
serta musim (kemarau, penghujan, musim angin barat),
(3) Tersedianya pelayanan.
b) Kecenderungan pencapaian target kinerja dari waktu ke waktu,
bulanan, triwulanan, semesteran, dan di akhir tahun (atas hasil
trend analysis),
c) Keterlibatan Lintas Sektor terkait dalam program-program
kesehatan
d) Kepesertaan atau hambatan dari Tokoh Masyarakat, dan
Masyarakat Peduli terhadap program yang dilaksanakan (untuk

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
lebih mendorong peran-serta kelompok Inovator, dan mengelola
kelompok laggard/ penghambat)
e) Adanya faktor lainnya.

4. SIMULASI PEMBINAAN
Melalui forum Kalakarya di dinas kesehatan kabupaten/kota yang
dilaksanakan minimal 3 bulan sekali, masing-masing Tim Pembina
cluster Binaan melakukan exercise keterpaduan dalam pengelolaan
program kesehatan. Exercise dilakukan dengan memanfaatkan hasil
analsis situasi data Puskesmas dan cluster binaan di dinas kesehatan
kabupaten/kota yang ada pada tahun sebelumnya dan tahun berjalan.
Diharapkan dari exercise dapat dihasilkan tujuan, rencana/strategi
dan taktik pelaksanaan pembinaan.
Pada exercise tim membahas :
1) Data wilayah kabupaten/kota, data cluster binaan dan data
wilayah kerja masing-masing Puskesmas pada tahun
sebelumnya dan tahun berjalan:
a) Kondisi keterpaduan lintas program dalam setiap kelompok
target sasaran sesuai siklus hidup untuk masing-masing
cluster binaan
b) Lakukan trend analysis antara tahun sebelumya dengan
tahun berjalan, untuk mengidentifikasi:
(1) Identifikasi masalah dan kendala implementasi
keterpaduan program dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan pada target sasaran di tingkat
kabupaten/kota dan Cluster Binaan
(2) Identifikasi peluang untuk perbaikan dan peningkatan
kinerja keterpaduan dalam wilayah kabupaten/kota dan
Cluster Binaan
2) Rumuskan tujuan, rencana/strategi dan langkah-langkah
pelaksanaan pembinaan.
a) Seluruh bidang dan sekretariat dinas kesehatan
kabupaten/kota
b) Semua Tim Pembina Cluster Binaan
c) Semua Puskesmas dalam wilayah kabupaten/kota

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
3) TPCB merancang kegiatan pelayanan secara terintegrasi
berdasar lingkup siklus kehidupan (life cycle) untuk semua
kelompok target sasaran di Cluster Binaan masing-masing.
Forum Kalakarya dapat pula berfungsi untuk pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan pembinaan terpadu yang telah dilaksankan
TPCP dan dampaknya terhadap capaian kinerja program di
puskesmas, cluster binaan dan di tingkat Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota, dan tindak-anjutnya berupa tindakan koreksi
(corrective action)

Untuk melakukan latihan/exercise pembinaan terintegrasi


sebagaimana diharapkan, silahkan gunakan data profil kesehatan
kabupaten kota, untuk tahun lalu dan tahun yang sedang berjalan
saat ini. Latihan akan lebih baik kalau sudah dapat mempraktekkan
dengan menggunakan data sejak 2,5 tahun sebelumnya (N-2; N-1,
dan N yang sedang berjalan)

Forum Kalakarya di Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota


diselenggarakan secara berkala, rutin dan berkelanjutan, untuk Lintas
Program setiap 3 bulan (Triwulan) yang diikuti oleh internal tim TPCB,
dan untuk Lintas Sektor setiap 6 bulan.

5. PERSIAPAN PELAKSANAAN PEMBINAAN CLUSTER BINAAN


Tim Pembina Cluster Binaan mempelajari kembali:
1) Rencana pembinaan
2) Pembagian tugas, peran dan kewajiban masing-masing anggota
tim

Tabel 2. Contoh Pembagian Tugas Ketua dan Anggota TPCB


CONTOH PEMBAGIAN TUGAS KETUA DAN ANGGOTA TPCB

KETUA TIM ANGGOTA

1. Memimpin anggota tim untuk 1. Membuat jadwal pembinaan sesuai


mempelajari kembali rencana arahan ketua tim dan kesepakatan
pembinaan yang telah disusun dan bersama
membuat penjadwalan bersama

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
2. Menjelaskan kembali tujuan 2. Memahami tujuan pembinaan
pembinaan terpadu dan terpadu
mensiosialisasikan ke anggota tim
3. Memutuskan prioritas dan strategi 3. Menyusun prioritas dan strategi
pembinaan cluster binaan bersama pembinaan cluster sesuai arahan
angota tim ketua tim
4. Mengkoordinasikan anggota tim 4. Menyiapkan bahan pembinaan dan
untuk melaksanakan rencana menyerahkan bahan ke ketua tim.
pembinaan sesuai jadwal yang telah Bahan pembinaan berdasarkan hasil
disepakati berdasarkan urutan analisis data sesuai hasil excersise
prioritas pada forum kalakarya.
5. Memimpin pembinaan ke cluster 5. Melaksanakan pembinaan ke cluster
binaan, baik melalui forum pertemuan binaan bersama ketua tim
pembahasan, mekanisme umpan
balik maupun kunjungan langsung

6. Melakukan evaluasi terhadap hasil 6. Merangkum hasil temuan yang


pembinaan dan rencana tindak lanjut didapatkan pada waktu pelaksanaan
pembinaan, menyusun laporan
pembinaan untuk diserahkan ke
ketua Tim

6. PELAKSANAAN PEMBINAAN PUSKESMAS OLEH TIM PEMBINA


CLUSTER BINAAN.
Pembinaan yang dilakukan oleh TPCB meliputi:

- Penyelenggaraan UKM
UKM Esensial
UKM Pengembangan
- Penyelenggaraan UKP
- Sumber Daya
Ketenagaan
Keuangan
Sarana
Prasarana
Alat Kesehatan
- Manajemen Puskesmas
- Sistem Informasi Puskesmas
- Pelayanan Kefarmasian
- Perkesmas

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
- Laboratorium
- Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Puskesmas sebagai
penanggungjawab wilayah (terhadap jaringan, jejaring dan UKBM)

Cara yang digunakan dalam pembinaan yaitu:

a. Pembinaan tidak langsung ke Puskesmas.


Pembinaan tidak langsung dapat dilakukan dengan:
1. Memberikan umpan balik atas laporan yang dikirimkan
Puskesmas sebelum diundang dalam forum pembahasan lintas
program di dinas kesehatan kabupaten/kota. Umpan
Balik/feedback harus dilakukan secara rutin triwulanan kepada
semua Puskesmas atau sewaktu-waktu untuk sesuatu yang
bersifat penting/urgent.
2. Pertemuan pembahasan hasil kinerja Puskesmas dan
pembinaannya secara rutin setiap bulan.

b. Pembinaan langsung ke Puskesmas.


Tim Pembina Cluster Binaan Dinas Kesehatan memberikan
pembinaan lapangan berdasarkan urutan skala prioritas program
dan kebutuhan Puskesmas yang telah disepakati dalam forum
Kalakarya tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kunjungan pembinaan secara selektif menurut prioritas, dilakukan
oleh Tim Pembina Cluster Binaan didukung bidang program sesuai
permasalahan yang dihadapi puskesmas, sekaligus merupakan
kesempatan untuk saling belajar menguasai program diluar
tanggungjawabnya.

7. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMBINAAN


Pemantauan dilakukan secara berkala/periodik terhadap hasil
pembinaan dan tindaklanjutnya, berupa tindakan koreksi
(corrective action), baik dari Puskesmas maupun dari TPCB
sendiri.

TPBC melakukan evaluasi di masing-masing Cluster Binaannya


berdasarkan hasil temuan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
melihat kesenjangan antara tingkat capaian program kegiatan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan termasuk
merumuskan permasalahan serta rencana tindak lanjut perbaikan.
Analisis dapat dilakukan berdasarkan trend dan kesenjangan
pencapaian bulan lalu, triwulan lalu, tahun lalu.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
a. Tingkat Puskesmas
Pencapaian target kinerja Puskesmas pasca pembinaan.
Adanya peningkatan pencapaian target kinerja Puskesmas
pasca pembinaan dibandingkan dengan kinerja
sebelumnya, khususnya dalam kemampuan berkontribusi
untuk pencapaian SPM Bidang Kesehatan di
Kabupaten/kota. Tim Pembina Cluster Binaan dapat:
Menilai kinerjanya per periode waktu
Merumuskan tindakan koreksi yang akan dilakukan
secara lintas program, untuk kelompok sasaran sesuai
siklus hidup,
Pada tingkat Puskesmas, melihat trend hasil kinerja pada
setiap periode pemantauan/ evaluasi di masing-masing
cluster:
Harus dibahas di dalam lokakarya mini Puskesmas,
Keterkaitannya dengan lintas sektor dan masyarakat,
dibahas dalam Lokakarya Mini Lintas sektor
Merumuskan rencana tindak lanjut

b. Pada tingkat Kabupaten/kota.


Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota dan jajarannya dalam hal,
antara lain:
Dapat mengevaluasi keberhasilan pembinaan
Kabupaten/ kota ke Puskesmasnya,
Dapat memutuskan bagaimana pendekatan paling
tepat akan dilakukan di kabupaten/ kota,
Dapat memberikan bimbingan teknis dan manajemen
kepada Tim Pembina Cluster Binaan, bilamana
diperlukan.
Dapat melakukan supervisi lapangan ke Puskesmas
yang kinerjanya buruk, dan juga yang kinerjanya baik,
agar dapat melihat kebutuhan dukungan yang harus
diberikan, dan melihat faktor pendukung/ hal-hal positif
apa yang bisa dicontoh di Puskesmas yang berhasil.

8. PERUMUSAN RENCANA TINDAK LANJUT


Setiap hasil evaluasi harus dirumuskan rencana tindak lanjutnya
berupa corrective action per program dan atau kegiatan sebagai
upaya memecahkan masalah

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
C. OUTPUT DAN OUTCOME PEMBINAAN

Level Pembinaan Output Outcome


Pembinaan Puskesmas siap Puskesmas terakreditasi
Dinkes Kab/kota diakreditasi atau Tercapainya indikator SPM bidang
ke Puskesmas tetap terakreditasi kesehatan kab/kota

Pembinaan Kabupaten/Kota Kab/Kota yang seluruh indikator


Provinsi ke siap melaksanakan SPM mencapai 100%
Dinkes Kab/kota akreditasi Kab/Kota yang memiliki Puskesmas
terakreditasi minimal 50%
Tercapainya indikator SPM bidang
kesehatan di Provinsi

D. PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KEMENTERIAN


KESEHATAN DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN DINAS
KABUPATEN/KOTA DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS
1. Peran Kementerian Kesehatan
a. Kementerian Kesehatan menentukan kebijakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan untuk mendukung tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
b. Kebijakan yang dikeluarkan harus menjamin dapat
dimplementasikan di lapangan di seluruh wilayah Indonesia
secara konsisten (Consistent National Value). Oleh karena itu
kebijakan pusat harus didukung dengan:
1) Adanya peraturan-peraturan Menteri Kesehatan yang dapat
menjelaskan bagaimana kebijakan tersebut dapat
diimplementasikan. Kebijakan tersebut dirinci dalam bentuk
NSPK pelayanan/program yang harus dipatuhi sampai
ditingkat terdepan/lapangan
2) Peraturan Menteri dimaksud harus didukung perangkat-
perangkat yang memastikan bahwa peraturan tersebut
dipastikan dapat dijalankan, seperti :
a) Pedoman-pedoman teknis dan atau manajemen
b) Pedoman pendampingan bagi Pendamping Provinsi
dalam mendampingi TPCB di Kabupaten/kota.

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
c) Pedoman pembinaan Puskesmas bagi dinas kesehatan
kabupaten/kota
d) Pedoman Manajemen Puskesmas
c. Pusat melakukan diseminasi informasi kepada provinsi dalam
melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
melakukan pembinaan kepada Puskesmas
d. Pusat dapat menyediakan dukungan anggaran untuk provinsi
dalam melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota melakukan pembinaan Puskesmas
e. Provinsi melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dalam pelaksanaan pembinaan Puskesmas yang
akan dilaksanakan oleh Tim Pembina Kabupaten/Kota
2. Peran Provinsi
a. Provinsi merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat,
dalam hal ini peran Kementerian Kesehatan akan
dilaksanakan di tingkat provinsi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
b. Sesuai dengan peran dan tanggung-jawabnya, Dinas
Kesehatan Provinsi:
1) Melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dalam melakukan pembinaan kepada
Puskesmas yang akan dilakukan oleh Tim Pembina
Cluster Binaan
2) Mendampingi Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
tertentu dalam melaksanakan pembinaan Puskesmas
3) Memberikan dukungan kepada Kabupaten/kota dalam
bentuk:
a) Memberikan umpan balik/feedback, disertai
saran-saran perbaikan, atas informasi yang
diperoleh dari kabupaten/kota dan data profil
kabupaten/kota yang dikompilasi dari laporan
rutin Puskesmas,
b) Membahas bersama Kabupaten/kota dalam
pertemuan rutin di Provinsi, untuk membahas
masalah yang dihadapi dan solusinya
c) Pembinaan langsung ke Kabupaten/kota tertentu
secara lintas program sesuai urutan prioritas,
untuk mendapatkan gambaran masalah di
kabupaten/kota dan sampling ke Puskesmas atas
temuan masalah
4) Tingkat provinsi, juga menjalankan sebagian peran
pemerintah pusat, misalnya dalam:

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
a) Menyediakan SDM yang tidak dapat dihasilkan di
kabupaten/kota, seperti: Dokter/dokter gigi,
Sarjana Keperawatan, Apoteker, Sanitarian,
Tenaga Gizi, Laboratorium, dan lainnya.
b) Mengatur pendanaan pusat yang diperuntukkan
bagi Provinsi dan kabupaten/kota sesuai
peruntukannya dan ketentuan yang berlaku.

BAB III
INDIKATOR KEBERHASILAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS

A. POLA PIKIR
Penilaian cakupan target kinerja puskesmas akan ditentukan dari
keberhasilan puskesmas menjalankan fungsinya dalam bekontribusi
mewujudkan pencapaian target SPM Kesehatan Kabupaten/kota dan
mendapatkan Status Akreditasi yang tinggi atas hasil penilaian
akreditasi yang dilakukan

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
Untuk hal tersebut maka peran Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
dalam pembinaan puskesmas adalah bagaimana Puskesmas secara
maksimal dapat berkontribusi dalam pencapaian target SPM
Kabupaten/kota, dan dalam pendampingan akreditasi, bagaimana
puskesmas mendapatkan status akreditasi setinggi mungkin.

B. KRITERIA PEMILIHAN INDIKATOR


Indikator kinerja pembinaan Puskesmas adalah indikator yang
menunjukkan tingkat keberhasilan pembinaan dan pengawasan
terhadap Puskesmas. Keberhasilan pembinaan dan pengawasan
terhadap Puskesmas merupakan gabungan indikator keberhasilan
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan tindak-
lanjutnya oleh Puskesmas.
Pemilihan indikator harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Spesific :
Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada
kemungkinan kesalahan interpretasi/ Tidak multi tafsir dan
menjawab masalah.
2. Measurable :
Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitaitf, yaitu dua atau lebih mengukur indicator kinerja
mempunyai kesimpulan yang sama.
3. Achievable :
Dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia, penting, dan
harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan,
keluaran, hasil, manfaat, dan dampak serta proses.
4. Relevan/Realistic :
Indikator kinerja harus sesuai dengan kebijakan yang berlaku

5. Efektif:
Data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan
biaya yang tersedia.
6. Sensitif
Harus cukup flesibel dan sensitive terhadap perubahan/
penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan
7. Time specific,
Jelas kapan harus tercapai tujuan yang ditetapkan (target
bulanan, triwulan, tahunan dsb)

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
C. PENETAPAN TARGET PENCAPAIAN KINERJA PUSKESMAS
Mempertimbangkan bahwa kekuatan masing-masing Puskesmas
dalam wilayah kabupaten/kota pada umumnya tidak sama. Target yang
ditetapkan dalam SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/kota adalah
untuk kabupaten/kota, sehingga dengan kondisi dan situasi yang
berbeda di puskesmas untuk kabupaten-kabupaten tertentu, besaran
target kinerja masing-masing puskesmas harus ditetapkan bersama,
sehingga hasil akhir pencapaian target kinerja bagi kabupaten/kota,
akan tercapai dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan
yang dihadapi.
Untuk mencapai target kinerja tingkat kabupaten/kota, baik untuk
SPM Bidang Kesehatan, ataupun target-target kinerja lainnya, maka
sesuai dengan pertimbangan kekuatan dan kelemahan Puskesmas
yang ada, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota memfasilitasi Puskesmas-
Puskesmas untuk menyepakati target kinerja masing-masing, agar
kinerja Dinas Kesehatan Kabupate/kota dapat tercapai.
Dalam pelaksanaannya, atas target kinerja yang sudah ditetapkan
berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek bagi masing-masing
Puskesmas yang ada, penilaian keberhasilannya diukur dari target
yang ditetapkan, artinya dikatakan berhasil baik harus tercapai 100%,
cukup adalah (95-99) %, kurang adalah <95%. Perhitungan ini akan
realistik kalau Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk tindak-lanjut
melakukan fungsinya membina Puskesmas dengan baik dan benar.
Cara ini dapat dimanfaatkan untuk lebih mendorong Dinas Kesehatan
dalam memberikan perhatian kepada Puskesmas sebagai binaannya.
Target-target indikator kinerja yang ditetapkan, bukan hanya untuk
pencapaian target-target program semata, melainkan juga untuk
pencapaian target kinerja atas pelayanan yang
komprehensif/menyeluruh secara terpadu antar program kepada
kelompok-kelompok sasaran sesuai dengan tahapan dalam siklus
hidup manusia, yang harus mendapatkan pelayanan lintas program
secara terintegrasi lintas program, bahkan sebaiknya juga dengan
adanya dukungan dari lintas sektor sebagaimana dijelaskan terdahulu.

D. INDIKATOR KINERJA PEMBINAAN PUSKESMAS OLEH DINAS


KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI

1. Indikator Keberhasilan Pembinaan Tingkat Kabupaten/kota

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
Tabel 3
Indikator Keberhasilan Pembinaan Puskesmas tingkat Kab/Kota

N SASARAN STANDAR PENGUKURAN


INDIKATOR
o STRATEGIS BAIK CUKUP KURANG
INDIKATOR INPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
Puskesmas 1. Puskesmas memiliki nomor 95-100% 80 - 95% <80%
mempunyai ijin registrasi sesuai Permenkes Puskesmas Puskesmas Puskesmas
dan registrasi 75/2014
2. Tim Pembina Cluster Binaan Ada Tidak
Kab/ Kota yg di SK-kan Ka
Dinkes
3. Roadmap pembinaan Ada Tidak
Yankes primer tingkat Kab.
/kota.
4. Presentase Puskesmas yang 100% 80 99% < 80%
mengirim Laporan Bulanan
lengkap setiap bulan ke
Dinkes
5. Presentase Puskesmas yang
mengirim PKP ke Dinkes 100% 80 99% < 80%
6. Adanya alokasi anggaran Ada Tidak
untuk pembinaan terpadu
Puskesmas

INDIKATOR PROSES Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4


Adanya feed 1. Prosentase PKP yg diberi
back atas PKP feed back oleh Dinkes 100% 80 99% < 80%
yg dikirim Kab. /kota
Puskesmas ke
Dinkes
Kab/kota dan
disertai saran
ke Puskesmas
2. Adanya rencana tindak lanjut Ada Tidak Ada
Pembinaan terpadu ke
Puskesmas sesuai urutan
prioritas berdasarkan hasil
pemantauan
3. Adanya kalakarya di tingkat 4 1-3 Tidak
Kab/Kota kali/tahun kali/tahun dilakukan
INDIKATOR OUTPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
Puskesmas 1. Hasil pra survei Puskesmas 90-100% 70 - 90% <70%
tersertifikasi layak terakreditasi PKM di wi- PKM di wi- PKM di wi-
akreditasi (Paripurna, Utama, Madya, layahnya, layahnya layahnya

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
N SASARAN STANDAR PENGUKURAN
INDIKATOR
o STRATEGIS BAIK CUKUP KURANG
Dasar) di wilayah
Kabupaten / Kota
Layak : masing-masing bab
hasil penilaian > 10% angka
yang diperlu-kan untuk lulus
INDIKATOR OUTCOME Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
Tercapainya 1. Indikator SPM Bidang 100% (95- 99) % < 95%
seluruh target Kesehatan Kabupaten/Kota Untuk Untuk Untuk
indikator SPM semua semua semua
Bidang indikator indikator indikator
Kesehatan Kab. /
kota yang berlaku
Terakreditasinya 2. Jumlah Puskesmas ter- 75-100% 50 - 75% <50%
Puskesmas akreditasi (Dasar, Ma-dya, PKM di PKM di PKM di
sesuai target Utama, Paripurna) di wilayah wilayahnya wilayah wilayah
yang ditetapkan Kabupaten/ Kota, sesuai nya nya
dalam Renstra yang direncanakan/
Kemenkes tahun ditetapkan oleh masing-
2015-2019 masing Dinkes Kab/kota
dengan status
akreditasi yang
ditetapkan
Interpretasi Nilai Mutu Pembinaan:
Baik = nilai rata-rata > 8,5
Sedang = nilai rata-rata 5,5 8,4
Kurang = nilai rata-rata <5,5

2. Indikator Keberhasilan Pembinaan Tingkat Provinsi

Tabel 4
Indikator Keberhasilan Pembinaan tingkat Provinsi

SASARAN STANDAR PENGUKURAN


No INDIKATOR
STRATEGIS
BAIK CUKUP KURANG
INDIKATOR INPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
SASARAN STANDAR PENGUKURAN
No INDIKATOR
STRATEGIS
BAIK CUKUP KURANG
1. Roadmap penguatan Yankes >75% 50%-75% <50%
primer di tingkat Kab/Kota Kab/Kota

2. SK Kadinkes Provinsi tentang Ada Tidak


Tim Pembina Cluster Binaan Tk.
Provinsi
*di dalam SK, wilayah Provinsi
dibagi habis menjadi cluster
binaan
3. Jumlah Kab/Kota yang memiliki 100% 76%-99% <76%
SK Tim pem-bina Cluster Binaan Kab/Kota
4. Alokasi anggaran untuk Ada Tidak ada
pembinaan terpadu ke
kabupaten/ kota
INDIKATOR PROSES Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
1. Analisis dan Feedback laporan 100% 76%-99% <76%
rutin kabupa-ten/kota minimal 2 Kab/Kota
kali dalam satu tahu

2. Adanya rencana tindak-lanjut Ada Tidak Ada


pembinaan terpadu ke kab/kota

3. Adanya kalakarya di tingkat 4 1-3 Tidak


provinsi kali/tahun kali/tahun dilakukan

INDIKATOR OUTPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4


1. Kab/kota Kab/Kota siap akreditasi >75% 50%-75% <50%
mampu Puskesmas Kab/Kota
mem- Siap akreditasi :
persiapkan Memiliki komitmen untuk
Puskesma melaksanakan akreditasi
s untuk Puskesmas yg dibuktikan dgn:
penilai-an a. SK tim pendamping yang
Akreditasi ditandatangi oleh
Bupati/Walikota/Ka-Dinkes
b. memiliki tim pendamping yg
terlatih
c. memiliki dukungan dana untuk
pelaksanaan akreditasi di APBD
Kab/Kota
INDIKATOR OUTCOME Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
1. Kab/Kota yang seluruh indikator >75% 50%-75% <50%
SPM mencapai 100%

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
SASARAN STANDAR PENGUKURAN
No INDIKATOR
STRATEGIS
BAIK CUKUP KURANG
2. Kab/Kota yang memi-liki >75% 50%-75% <50%
Puskesmas terakreditasi minimal
50%

Interpretasi Nilai Mutu Pembinaan:


Baik = nilai rata-rata > 8,5
Sedang = nilai rata-rata 5,5 8,4
Kurang = nilai rata-rata <5,5

P E D O M A N D I N A S K E S E H ATA N D A L A M P E M B I N A A N 29
PUSKESMAS
BAB IV
PENUTUP

Telah diuraikan hal-hal yang sangat mendasar untuk memberikan acuan dalam
melaksanakan pembinaan Puskesmas yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota, sekaligus pula dijelaskan secara singkat peran provinsi dan pusat.

Pembinaan Puskesmas oleh Tim Pembina Cluster Binaan di Dinas Kesehatan


Kabupaten/kota, harus dilaksanakan secara rutin, berkala dan terencana
berdasarkan atas hasil analisis data yang benar dengan tujuan yang jelas dan
rasional. Pelaksanaannya dilakukan secara terintegrasi lintas program dan bila
dipandang perlu melibatkan lintas sektor terkait.
Tim Pembina harus menguasai teknik mengidentifikasi masalah dan mampu
memberikan saran-saran solusi yang tepat, efektif dan efisien.Tim Pembina
memberikan bantuan kepada Puskesmas melakukan koreksi (corrective
action).Tercapainya tujuan pembinaan Puskesmas dapat dilihat melalui perbaikan
dan peningkatan penilaian kinerja Puskesmas setiap tahunnya.
Untuk dapat menjalankan perannya tersebut, pedoman ini masih perlu dilengkapi
dengan acuan-acuan lain seperti pedoman teknis program di Puskesmas, pedoman
manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Puskesmas, Pedoman Sumberdaya,
Pedoman Mutu Pelayanan Program di Puskesmas, Pedoman Akreditasi Puskesmas,
dan Pedoman SPM, Pedoman-pedoman lainnya yang relevan dengan proses
penyelenggaraan Puskesmas.

Agar pembinaan dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan, maka


sebagaimana juga untuk Pendampingan Akreditasi, perlu diberikan pelatihan khusus
untuk tingkat kabupaten/kota, agar Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sebagai
pelaksana terdepan pembinaan Puskesmas dapat menjalankan tugasnya dengan
baik, perlu dilakukan pelatihan pembinaan.

LAMPIRAN
30
Indikator Sasaran Program dan Pelayanan di Puskesmas
(Indikator Output, Proses, dan Input)

Tabel 5
Indikator Output Puskesmas

A. ADMEN
No. Indikator Skor 10 Skor 5 Skor 0 Nilai
A.1 Penyedia Informasi Kesehatan
1 Profil Tahunan Ada, Ada, tidak Tidak ada
Kesehatan wilayah dipublikasikan dipublikasikan
Puskesmas
2 PWS- KIA Ada, Ada, tidak Tidak ada
dipublikasikan dipublikasikan
3 PWS Gizi, SKDN Ada, Ada, tidak Tidak ada
dipublikasikan dipublikasikan
4 PWS Imunisasi Ada, Ada, tidak Tidak ada
dipublikasikan dipublikasikan
5 Monitoring dan Ada, Ada, tidak Tidak ada
evaluasi pencapaian dipublikasikan dipublikasikan
kinerja TERPADU
6 Tenaga pengolah dan Ada, dengan Ada, tanpa Tidak ada
analisis data reward system reward system
Puskesmas dari Kab/Kota, di dari Kab/Kota,
SK kan diSK kan
B. UKM ESENSIAL
No. Indikator Skor 10 Skor 5 Skor 0 Nilai
B.1 Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana

1 Cakupan K1 >90% 75-90% <75%


2 Cakupan K4 >80% 65-80% <65%
3 Cakupan pertolongan persalinan oleh
>90% 75-90% <75%
nakes (Pn)
4 Cakupan pelayanan ibu nifas (KF 3) >90% 75-90% <75%
5 Cakupan kunjungan neonatal (KN 1) >89% 70-89% <70%
6 Cakupan pelayanan neonatal (KN
>86% 70-86% <70%
lengkap)
7 Cakupan pemberian tablet Fe minimal
80% 65-80% <65%
90 tablet selama kehamilan
8 Cakupan skrining status imunisasi TT
80% 65-80% <65%
ibu hamil
9 Komplikasi kegawatdaruratan >80% 75-80% <75%
kebidanan yang ditangani (untuk
PONED)

31
10 Cakupan neonatal dengan komplikasi 75% 50-75 % <50%
yang ditangani (untuk PONED)
11 Cakupan Kunjungan Bayi 87% 70-87% <70%
12 Cakupan pelayanan anak balita sakit 87% 80-87% <80%
dengan MTBS
13 Skrining kesehatan pada siswa SD >80% 70-80% <70%
yang meliputi
keadaan kesehatan umum (higiene
perorangan, gangguan kesehatan pd
mata, telinga, kulit dll),
penilaian status gizi gigi dan mulut
(karies), pemeriksaan indera,
gangguan mental, pubertas
14 Cakupan peserta Keluarga Berencana >70% 65-70% <65%
aktif
B.2 Promosi Kesehatan
1 Jumlah keluarga dengan masalah 80% 30-79% <30%
kesehatan yang mendapatkan target target
kunjungan rumah oleh tenaga
Puskesmas (minimal D3)
Dilakukan pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (ada
dokumen nursing proses)
2 Puskesmas sebagai model institusi 6 3-5 <3
kesehatan yang ber PHBS: program program program
- Puskesmas bebas asap
rokok
- Lingkungan bersih
- Bebas jentik
- Jamban sehat
- Persalinan ditolong nakes
- Penimbangan balita
3 Jumlah SD dan SMP yang dilakukan >80% 50-80% <50%
promosi kesehatan jiwa minimal satu
kali dalam setahun

4 Jumlah promosi kesehatan jiwa pada


>5 kali 3 5 kali <3 kali
kelompok masyarakat dalam 1 tahun
5 Jumlah SD dan SMP yang dilakukan
promosi kesehatan kesehatan
>80% 5080% <50%
reproduksi minimal 1 kali dalam
setahun
6 Jumlah SD dan SMP yang dilakukan 80% 5080% <50%
Promosi Kesehatan gizi seimbang
minimal 1 kali dalam setahun

32
7 Jumlah SD dan SMP yang dilakukan
Promosi Kesehatan PHBS minimal 1 >80% 5080% <50%
kali dalam setahun
8 Jumlah SD dan SMP yang dilakukan
Promosi Kesehatan penyakit
berpotensi wabah yang dapat >80% 5080% <50%
dicegah minimal 1 kali dalam
setahun
9 Jumlah SD dan SMP yang dilakukan
Promosi penyakit menular HIV AIDS,
>80% 5080% <50%
TB, malaria, DBD, Napza minimal 1
kali dalam setahun
10 Jumlah promosi kesehatan pada
kelompok masyarakat peduli
kesehatan yang aktif (Jumantik, >5 kali 35 kali <3 kali
kader posyandu, SBH, TOGA,
TOMA, UKS) dalam 1 tahun
B.3 Kesehatan Lingkungan
1 Sarana air bersih/minum yang >80% 70-80% <70%
memenuhi syarat
2 Sarana sanitasi dasar (jamban >80% 70-80% <70%
sehat)
3 Cakupan rumah sehat >80% 70-80% <70%

4 Cakupan pengawasan limbah >80% 70-80% <70%


(fasilitas rawat jalan)
B.4 Gizi Masyarakat
1 Presentase Balita 6 59 bulan
85% 51-84% <50%
mendapat kapsul Vit A dosis tinggi
2 Presentase bayi 0-6 bulan mendapat
80% 51-79% <50%
ASI eksklusif
3 Cakupan rumah tangga
90% 51-89% <50%
mengkonsumsi garam beriodium
4 Presentase balita gizi buruk
100% <100%
mendapat perawatan
5 Presentase balita ditimbang berat
> 85% 51-84% <50%
badannya D/S
6 Presentase Ibu hamil mendapat 90
95% 51-94% <50%
tablet tambah darah
B.5 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1 Cakupan desa/kelurahan Universal
85% 80-84% <80%
Child Imunization (UCI)
2 Imunisasi lengkap pada bayi usia <
1 tahun (BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, 85% 75-84% <75%
Polio 4 kali, Campak 1 kali)
3 Hb 0-7 hari 90% 70-89% <70%
33
Cakupan pemeriksaan balita terduga
80% 75-79% <75%
4 pneumonia
Jumlah Pasien TB (semua tipe) yang
5 ditemukan dicatat dan dilaporkan ke >5% 2-5% 0%
Puskesmas
6 Presentase pasien TB yang 95% 80-94% <80%
menyelesaikan pengobatan
7 Cakupan Desa/Kelurahan yang 10% 3-9% <3%
melaksanakan kegiatan Posbindu
PTM
8 Presentase penduduk usia 15 5% 2-4% <2%
tahun yang mendapatkan pelayanan
pemeriksaan tekanan darah
9 Presentase penduduk usia 15 10% 3-9% <3%
tahun yang mendapatkan pelayanan
pemeriksaan obesitas
10 Presentase penduduk usia 15 10% 3-9% <3%
tahun yang mendapatkan pelayanan
pemeriksaan gula darah
11 Presentase jumlah perempuan usia 10% 3-9% <3%
30-50 tahun yang dideteksi dini
kanker serviks dan payudara
12 Presentase kasus hipertensi yang 10% 3-9%
mendapatkan pelayanan
pengobatan
13 Presentase kasus Diabetes Mellitus 10% 3-9% <3%
yang mendapatkan pelayanan
pengobatan.

C. PELAYANAN KESEHATAN PERSEORANGAN


STANDAR PENGUKURAN
No Indikator Nilai
SKOR 10 SKOR 5 SKOR 0

1. Pelaksanaan pelayanan klinis medis Ada SOP


diselenggarakan sesuai Permenkes tetapi
Ada SOP
5/2014 tidak
mengacu Tidak ada
mengacu
pada PMK SOP
pada
5/2014
PMK
5/2014

34
2. Jumlah kunjungan rawat jalan non
spesialistik yang dirujuk
<5% 5 10% >10%
- 80% penyakit non spesialistik
tuntas di pelayanan primer
3. Jumlah tenaga medis (Rasio jumlah
dokter berbanding dengan waktu
pelayanan dan jumlah pasien)
a. Dokter 1:>
1 : 5.000 5000 1 : > 6.000
6.000
b. Dokter gigi ada Tidak ada
4. Program Rujuk Balik
a. Melaksanakan atau tidak Ya Tidak
b. Jumlah peserta <70% -
>70% <50%
>50%
5 Program Pengelolaan Penyakit Kronis
a. Memiliki Klub Prolanis Ada Tidak
b. Rasio peserta BPJS prolanis rutin
>50% <50%
berkunjung ke klinik
6 Angka perpindahan peserta BPJS ke
<5 % 55,5% >5,5%
Faskes lain per tahun
7 Persentase kepuasan pasien 50% -
>80% < 50%
79%
8 Pemanfaatan Pcare Ya Tidak

Tabel 6
Indikator Proses Puskesmas

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR STANDAR PENGUKURAN

B VARIABEL PROSES YA TIDAK


1 Tersedianya sistem 1. Pencatatan dan
pencatatan dan pelaporan pelaporan Puskesmas
Puskesmas menggunakan SP2TP

35
2 Terlaksananya Mana-jemen 2. Menyusun RUK, sesuai
Puskesmas: RUK, RPK, analisis kebutuhan
Wasdal, PKP, dlm forum masyarakat (tahun
Lokmin N+1), mulai dlm forum
Lokmin I
3. Menyusun RPK sesuai
usulan yg disetujui pd
tahun berjalan (N)
4. Melaksanakan Wasdal
melalui forum Lokmin
(12 X LP; 4 X LS)
5. Melaksanakan PKP,
melalui forum Lokmin
terakhir
3 Kepala Puskesmas terlatih 6. Kepala Puskesmas ter-
manajemen Puskesmas latih Manajemen
Puskesmas

Tabel 7
Indikator Input Puskesmas
No SASARAN INDIKATOR STANDAR PENGUKURAN
STRATEGIS
C VARIABEL INPUT1 BAIK CUKUP KURANG

1 Tersedianya jenis 1. Puskesmas Memiliki Memiliki Memiliki SDM


& jumlah tenaga memiliki jenis & SDM dgn 9 SDM dokter, dgn 3 jenis
Pusk sesuai jumlah tenaga jenis ketena- pe rawat, ketenagaan
Permenkes sesuai Permenkes gaan (PMK bidan,dan 2
Puskesmas Puskesmas tenaga
1
Terpenuhinya variable Input Puskemas juga menjadi indikator
keberhasilan Dinkes Kabupaten/Kota
36
75/ 2015) kesehatan
lainnya

2 Tersedianya dana Puskesmas Tersedia, Tersedia, ti- Tidak tersedia


operasional baik dr memiliki dana memenuhi dak meme-
sumber APBD, operasional pelak-sanaan nuhi pelak-
APBN sumber keg. prioritas sanaan keg.
dana lain yang sah prioritas
(JKN, dll)
3 Tersedianya Puskesmas memi- Memiliki izin Memiliki izin Tidak memi-liki
sarana, prasarana, liki izin pendirian pendirian operasional izin ope-
alat & bahan habis bangunan dan izin bangunan namun tidak rasional dan
pakai se-suai operasional dan izin memiliki izin izin pendiri-an
Permenkes operasional pendirian dan izin
Puskesmas yg bangunan operasional
mendukung pe-
laksanaan UKM &
UKP
Baik Rusak ringan
Rusak
sedang/berat
Puskesmas Memiliki Memiliki Memiliki ru-ang
memiliki ruangan ruang ruang > < 75% sesuai
lengkap sesuai lengkap 75% sesuai dengan PMK
Permenkes sesuai dgn dengan PMK 75/2014
Puskesmas PMK 75/ 75 /2014
2014

Puskesmas Lengkap > 70 % terpe- < 70 % tidak


memiliki alkes sesuai nuhi sesuai terpenuhi se-
sesuai Permenkes dengan PMK dengan PMK suai PMK 75 /
Puskesmas 75/ 2014 75/2014 2014

Ketersediaan obat Puskesmas Tersedia dan > 70 % < 70 % tidak


memiliki obat lengkap terpenuhi terpenuhi
lengkap sesuai
Fornas

Puskesmas Tersedia > 70 % < 70 % tidak


memiliki terpenuhi terpenuhi
ketersediaan obat
rujuk balik

37
TIM PENYUSUN :

drg. Kartini Rustandi, M.Kes


dr. Sri Hastuti Nainggolan, MPH
dr. H. KM Taufiq, MMR
dr. Ganda R. P. Sinaga, MKM
Tinexcelly Simamora, SKM, MKM
dr. Dewi Irawati, MKM
dr. Mugi Lestari
dr. Ernawati Atmaningtyas
Ruri Purwandani, SP
drg. Naneu Retna Arfani
drg. Idawatylina, M.Kes
Indi Susanti, M.Epid
drg. AditiaPutri
dr. Irni Dwi Aprianty
Sutaryanto, SKM, M. Epid
38
EDITOR :
dr. H. KM Taufiq, MMR
dr. Ganda R.P. Sinaga, MKM
dr. Ernawati Atmaningtyas

39

Anda mungkin juga menyukai