Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makna pembangunan kesehatan sebagaimana


ditegaskan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012
adalah pemenuhan hak asasi manusia, pemantapan kemitraan
dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan
pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,
serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan
pembangunan nasional. Sistem Kesehatan Nasional tahun 2012
tersebut sinergis dengan Sembilan Agenda Perubahan
(Nawacita) Kabinet Kerja tahun 2015 - 2019, khususnya dalam
bidang kesehatan.
Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN ) Tahun 2015-2019 adalah
“Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar yang
berkualitas bagi masyarakat” dengan indikator kinerja yaitu
“Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 (satu) Puskesmas
yang tersertifikasi akreditasi”.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dinas kesehatan kabupaten/kota, dan sekaligus sebagai tulang
punggung pelaksana pelayanan kesehatan primer, yang mana
titik berat pelayanannya adalah pada pendekatan pelayanan yang
mengutamakan paradigma sehat diwajibkan ikut berkontribusi
mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang kesehatan di kabupaten/kota melalui penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP), sehingga Puskesmas harus memiliki kinerja
UKM dan UKP yang optimal dengan indikator yang terukur yang
didukung dengan pembinaan oleh dinas kabupaten/kota sebagai
pemilik.
Berdasarkan data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes)
tahun 2011, dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
Puskesmas dilihat dari persentase dukungan per upaya berada
dalam rentang 18% sampai 61%. Persentase dukungan terbesar

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 1


yaitu untuk upaya kesehatan anak dan pencegahan dan
pengendalian penyakit sebesar 61%, sedangkan persentase
dukungan paling rendah yaitu untuk upaya kesehatan lingkungan
sebesar 18%. Dari laporan tersebut mengindikasikan belum
semua dinas kesehatan kabupaten/kota mampu memberikan
bimbingan dan pembinaan teknis kepada Puskesmas diwilayah
kerjanya secara optimal.
Terkait dengan hal tersebut, maka Kementerian
Kesehatan menyusun Pedoman Dinas Kesehatan dalam
Pembinaan Puskesmas, yang akan digunakan dinas kesehatan
kabupaten/kota dan provinsi sebagai acuan dalam memberikan
bimbingan dan pembinaan kepada Puskesmas secara
berjenjang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan bagi dinas Kesehatan dalam melakukan
pembinaan Puskesmas.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan Tim Pembina Cluster Binaan
(TPCB) di dinas kesehatan dalam melakukan pembinaan
secara terintegrasi dan berkesinambungan.
b. Meningkatkan kemampuan dinas kesehatan dalam
membina Puskesmas untuk melaksanakan manajemen
sumberdaya dan program.
c. Meningkatkan mutu pembinaan dinas kesehatan

C. MANFAAT
1. Masyarakat:
Mendapatkan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai peran dinas kesehatan dalam
pembinaan Puskesmas.
2. Puskesmas :
 Puskesmas dapat menyelenggarakan manajemen
Puskesmas, sehingga mampu mempercepat tercapainya
akreditasi Puskesmas.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 2


 Meningkatkan kinerja dan mutu Puskesmas
 Terjalinnya koordinasi yang optimal antara Puskesmas
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
3. Dinas kesehatan kabupaten/kota:
 melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pembina Puskesmas secara terpadu
 melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari
penyebab dan latar belakang serta hambatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di tingkat
kabupaten/kota

4. Dinas kesehatan provinsi:


 melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pembina dinas kesehatan kabupaten/kota secara terpadu
 melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari
penyebab dan latar belakang serta hambatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di tingkat provinsi

5. Kementerian Kesehatan:
Seluruh lintas program di tingkat pusat dapat memahami
konsep pembinaan terpadu dan menerapkannya di tingkat
provinsi
6. Lintas sektor:
Mendukung penyelenggaraan pembinaan Puskesmas.

D. RUANG LINGKUP
1. Konsep pembinaan Puskesmas.
2. Indikator keberhasilan pembinaan Puskesmas melalui
pembinaan secara berjenjang di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.

E. SASARAN
1. Masyarakat
2. Puskesmas
3. Penanggungjawab dan pelaksana program, serta pengelola
sumberdaya di dinas kesehatan kabupaten/kota, sebagai Tim
Pembina Cluster Binaan (TPCB) di tingkat kabupaten/kota.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 3


4. Penanggungjawab dan pelaksana program, serta pengelola
sumberdaya di dinas kesehatan provinsi, sebagai Tim
Pembina Cluster Binaan (TPCB) di tingkat provinsi
5. Penanggungjawab program di Kementerian Kesehatan.
6. Lintas sektor di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 4


BAB II
PEMBINAAN PUSKESMAS OLEH DINAS KESEHATAN

A. KONSEP PEMBINAAN PUSKESMAS


Dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014
memprioritaskan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan berpedoman
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota bidang
kesehatan dan bertanggungjawab dalam upaya pencapaian
indikator SPM. Dalam mengemban tugas ini maka dinas
kesehatan mendelegasikan sebagian wewenang kepada
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis, sehingga keberhasilan
kinerja Puskesmas mempengaruhi tercapainya indikator SPM.
Untuk itu menjadi tugas dinas kesehatan dalam memperbaiki
kinerja Puskesmas melalui pembinaan yang dilaksanakan secara
terpadu. Disamping itu, dengan dilaksanakannya program
Jaminan Kesehatan Nasional maka dinas kesehatan
kabupaten/kota sebagai pemilik Puskesmas harus mampu
menjamin bahwa pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas
sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berkualitas.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi Puskesmas dalam
melakukan pelayanan maka perlu dukungan dari Dinkes
Kabupaten/Kota melalui pembinaan secara terpadu dan
berkesinambungan. Prinsip konsep pembinaan yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan kepada Puskesmas yang ada di
wilayahnya adalah Puskesmas yang ada di wilayah
kabupaten/kota dibagi habis ke dalam kelompok–kelompok
(Cluster Binaan). Pembentukan Cluster Binaan dapat
disesuaikan dengan jumlah bidang yang ada di dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dengan kriteria pembagian yang lain,
seperti akses , kondisi geografis dan transportasi, capaian kinerja
Puskesmas, dan ketersediaan sumber daya di dinas kesehatan
dan kecukupan dana operasional, sehingga dalam satu Cluster
Binaan dapat dibagi berdasarkan dua kriteria atau lebih.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 5


Bentuk pembinaan yang dilakukan atau diberikan oleh Dinas
Keshatan Kabupaten/kota tentunya harus sesuai dengan lingkup
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Puskesmas
dalam konteks konsep kewilayahan. Pembinaan dapat berbentuk
peningkatan kemampuan teknis dan manajmen puskesmas
(sumber daya, operasional, mutu), peningkatan kemampuan
SDM Kesehatan, peningkatan Sistem Informasi Puskesmas, dan
pelaksanaan Akreditasi Puskesmas
Untuk melaksanaan pembinaan tersebut maka Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota harus memiliki kemampuan
kepemimpinan, manajerial dan teknis program sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing. Kepala bidang dan sekretaris
dinas kesehatan kabupaten/kota selaku ketua TPCB maka selain
tugasnya melakukan penataan program/sumberdaya di
bidangnya masing-masing untuk seluruh wilayah di
kabupaten/kota, juga mendapatkan tugas-tugas integrasi dalam
pembinaan terpadu lintas program di Cluster Binaan masing-
masing.
Adapun pengetahuan yang harus dikuasai oleh Tim
Pembina Cluster Binaan yaitu:
1. Tugas pokok dan fungsi organisasi dinas kesehatan
kabupaten/kota.
2. NSPK
3. SPM Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Teknis dan manajeen program
5. Fungsi-fungsi Manajemen, termasuk manajemen sumberdaya.
6. Konsep rujukan UKM dan UKP secara horizontal maupun
vertikal.
7. Akreditasi Puskesmas
8. Konsep manajemen Puskesmas
9. Analisis data dan informasi
10. Teknik komunikasi dan pembinaan
Peningkatan kompetensi tersebut dapat dapat dilakukan
melalui:
1. Pengenalan peran, tugas dan fungsi SOTK di Dinas
Kesehatan

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 6


Pengenalan peran, tugas dan fungsi antar bidang dan
sekretariat dalam organisasi dinas kesehatan kabupaten/kota
yang dilakukan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan peraturan daerah tentang organisasi dinas
kesehatan bertujuan agar semua angota tim mengetahui tupoksi
sesuai SOTK maupun tupoksi terintegrasi dalam tim.
2. Pengenalan NSPK oleh masing-masing Kepala Bidang.
Kegiatan ini difasilitasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota,
dan didampingi Tim Pendamping dari Provinsi. Semua anggota
TPCB harus mempelajari dan menguasai peraturan ataupun
pedoman /standar yang terkait dengan pelayanan kesehatan
tingkat pertama/primer.
3. Pengenalan program dan manajemen sumberdaya
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing kepala bidang yang
difasilitasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, dan
sebaiknya didampingi Tim Pendamping dari provinsi:
1) Menyajikan program masing-masing yang menjadi
tanggungjawabnya.
2) Menjelaskan posisinya saat ini dalam pencapaian target
kinerja melalui pendekatan yang dilakukan.
3) Mengidentifikasi kejadian Missed Opportunity untuk
keterpaduan lintas program.
4) Menjelaskan perlunya keterpaduan program-program untuk
keberhasilan pencapaian hasil program bagi kelompok
sasaran yang menjadi target bersama, dalam upaya
memenuhi kebutuhan pelayanan pada setiap tahapan siklus
hidup, dengan kejelasan peran, tugas dan fungsi dari
masing-masing bidang, seksi dan pelaksana pelayanan.
5) Mejelaskan bagaimana keterpaduan antar program
dibangun, dilaksanakan, dipantau, dibina, dinilai
dampaknya, terhadap kesehatan target sasaran.
6) Menjelaskan adanya peluang untuk membangun kerjasama
terpadu dengan lintas sektor terkait.
7) Semua data diperoleh akan digunakan sebagai bahan
penyusunan rumusan perbaikan/ peningkatannya.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 7


4. Peningkatan kemampuan dalam mengolah dan
menganalisa data.
Data dan hasil analisis data tersebut merupakan dasar dalam
pelaksanaan pembinaan.
5. Pelatihan teknis, workshop atau on the job training
mengenai program, manajemen Puskesmas, kemampuan
komunikasi dan leadership.
Keberhasilan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
melaksanakan pembinaan kepada Puskesmas tentunya tidak
terlepas dari peran dinas kesehatan provinsi dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap dinas kesehatan
kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam
UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa
pengawasan dan pembinaan pelaksanaan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang Kesehatan dapat diserahkan
sepenuhnya kepada Provinsi oleh Kementerian Kesehatan.
Provinsi diberi kewenangan untuk memberikan sanksi bagi
kabupaten/kota berkaitan dengan pelaksanaan SPM seperti
yang diamanatkan pasal 67 dan 68 UU Nomor 23 tahun 2014.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN
Pembinaan Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. PEMBAGIAN CLUSTER BINAAN DAN PEMBAGIAN TIM
PEMBINA CLUSTER BINAAN
Untuk menetapkan pembagian tim dan cluster binaan, dinas
kesehatan kabupaten/kota mengadakan rapat internal yang
dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan. Rapat internal tersebut
dihadiri oleh semua kepala bidang dan staf untuk menyepakati
kriteria pembagian cluster yang diikuti dengan pembentukan tim
pembina cluster sebagai penanggungjawab pembinaan.
Rapat awal pembagian cluster dan pembagian tim dikoordinasi
oleh bagian sekretariat dinas kesehatan kabupaten/kota.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 8


Output rapat ini yaitu :terbentuknya cluster dan tim pembina
cluster binaan

a. Pembagian Cluster Binaan

1) Berdasarkan kesepakatan seluruh bidang yang ada di


dinkes, yang dipimpin oleh kepala dinas
2) Kriteria pembentukan cluster, dapat menggunakan salah
satu maupun kombinasi dari kriteria berikut:

a) Dikelompokkan berdasarkan akses, kondisi geografis dan


transportasi, satu Cluster Binaan terdiri dari Puskesmas
yang letaknya berdekatan dan mudah diakses satu sama
lain.
b) Dikelompokkan berdasarkan sumber daya di Dinkes,
misalnya jumlah bidang atau jumlah SDM di dinas
kesehatan.
c) Dikelompokkan berdasarkan kecukupan dana
operasional, apabila dana operasional di dinas kesehatan
tidak besar maka jumlah cluster sebaiknya tidak terlalu
banyak.
d) Dikelompokkan berdasarkan hasil kinerja Puskesmas,
satu Cluster Binaan terdiri dari Puskesmas yang capaian
kinerjanya satu tingkat (misal tingkat kinerja baik)
berdasarkan PKP terakhir, atau dapat pula terdiri dari
Puskesmas yang capaian kinerjanya berbeda tingkat
berdasarkan PKP terakhir.

e) Dikelompokkan berdasarkan permasalahan kesehatan di


cluser binaan, satu Cluster Binaan terdiri dari Puskesmas
yang berlainan permasalahan kesehatan di wilayahnya
sehingga pembinaan dapat terpadu dan melibatkan
semua lintas program
3) Semua Puskesmas yang ada di kab/kota dibagi habis ke
dalam cluster binaan

b. Manfaat Pembagian Cluster

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 9


1) Pembagian cluster binaan ditujukan agar semua
Puskesmas mendapatkan pembinaan terpadu dari Dinas
Kesehatan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembinaan dari Dinas Kesehatan
2) Pembentukan Cluster Binaan dilakukan agar pembinaan
yang dilakukan lebih terarah, merata dan mencakup semua
Puskesmas di wilayah kabupaten/kota. Selain itu, setiap
Cluster Binaan memiliki penanggung jawab dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Pembinaan tersebut harus
memiliki indikator keberhasilan, baik dari sisi dinas
kesehatan sebagai pembina maupun dari sisi Puskemas
sebagai objek yang dibina.

c. Pembentukan Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB)

1) Untuk dapat menjangkau seluruh Puskesmas dalam binaan


dinas kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas di wilayah
kabupaten/kota dibagi habis ke dalam beberapa Cluster
Binaan.
2) Jumlah TPCB disesuaikan dengan jumlah Cluster Binaan
yang disepakati ataupun sebaliknya.
3) Struktur TPCB terdiri atas penanggungjawab, ketua dan
anggota. Penanggungjawab yaitu kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
4) Ketua TPCB yaitu dipilih oleh dengan kriteria:
- memiliki pengetahuan terhadap konsep Puskesmas
- memiliki kemampuan leadership
- memiliki kemampuan pembinaan teknis atau manajemen
- minimal eselon IV di Dinas Kesehatan
Ketua tim TPCB bertanggungjawab langsug kepada
kepala dinas kesehatan
5) Komposisi anggota TPCB terdiri atas pelaksana dan
penanggungjawab program yang disebar merata kedalam
Cluster Binaan. Seluruh staf teknis dan manajemen yang
berada di dalam struktur bidang dan sekretariat dinas

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 10


kesehatan kabupaten/ kota, ditetapkan sebagai anggota
TPCB.
6) Para penanggungjawab program meskipun berada dalam
TPCB, namun tetap bertanggung jawab pada masing-
masing programnya.
7) Keanggotaan TPCB ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan (SK) dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.

Contoh Pembagian Tim dan Cluster Binaan berdasarkan


berdasarkan jumlah bidang di dinas kesehatan
kabupaten/kota :
Dalam dinkes kabupaten x terdapat 4 bidang dan 1
sekretariat, maka komposisi, susunan anggota TPCB dan
pembagian cluster digambarkan pada tabel nomor 3.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 11


Tabel 1
Daftar Keanggotaan Tim Pembina Cluster Binaan
(TPCB)

CONTOH TIM PEMBINA CLUSTER BINAAN KAB X

PERSON SEKR BIDAN BIDANG BIDA BIDAN KETER


ALIA TIM ETARI G P2 NG G ANGAN
S YANKE KESG FARMA
S A SI DAN
PROM
KES

CLUSTE KETUA SEKS SEKSI &


SEKSI SEKSI & SEKSI
R (KABID I& STAFF:
& STAF STAF & STAF
MELATI ) STAF Tidak
dari satu
SEKSI SEKS
CLUSTE KETUA SEKSI & SEKSI Bidang
& I&
R ROSE (KABID) STAF & STAF
STAF STAF

CLUSTE SEKSI SEKS


SEKSI KETUA SEKSI
R & I&
& STAF (KABID) & STAF
MAWAR STAF STAF

KETU
CLUSTER SEKSI
SEKSI SEKSI & A SEKSI
CEMPAK &
& STAF STAF (KABI & STAF
A STAF
D)

SEKSI SEKS KETUA


CLUSTE SEKSI SEKSI &
& I& (KABID
R LILY & STAF STAF
STAF STAF )

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 12


2. PENGORGANISASIAN TIM PEMBINA (PEMBAGIAN
TUGAS & FUNGSI)
2.1. Pengenalan peran, tugas dan fungsi antar bidang
dan sekretariat dalam organisasi dinas kesehatan
kabupaten/kota yang dilakukan oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
daerah tentang organisasi dinas kesehatan masing-
masing bertujuan agar semua angota tim
mengetahui tupoksi sesuai SOTK maupun tupoksi
terintegrasi dalam tim.
Sebagai contoh, pengenalan tugas dan fungsi
sekretariat dan bidang dalam Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota seperti sebagai berikut:
a. Sekretariat Dinas Kesehatan bertanggung
jawab terhadap:
1) Tupoksi sesuai SOTK:
a) Pengelolaan data dan informasi
 Menerima laporan bulanan, triwulan,
semester, tahunan dan laporan sewaktu
dari Puskesmas, termasuk laporan hasil
surveilan epidemiologi, laporan hasil survei,
dan laporan lain. Laporan harus diterima
tepat waktu sesuai ketentuan yang berlaku.
 Data laporan dikompilasi, diolah, dianalisis
secara terpadu bersama dengan lintas
program dan didistribusikan kembali le lintas
program.
 Mengkompilasi data pencapaian SPM
kesehatan kabupaten/kota, sebagai bahan

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 13


informasi yang akan digunakan dalam forum
pembahasan lintas program dan lintas
sektor. Data harus diterima tepat waktu
sesuai ketentuan yang berlaku.
b) Pengelolaan Sumberdaya:
 Memantau dan mengevaluasi ketersediaan
dan kebutuhan sumberdaya (3 M: Man,
Money, Minutes) dan operasional dinas
kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas.
 Mengetahui kesenjangan ketersediaan
sumberdaya dan upaya mengatasinya.
 Pengelolaan SDM di Dinas Kesehatan dan
Puskesmas, dalam rangka:
(a) Meningkatkan kompetensinya dan
kualitas tenaga,
(b) Mengusulkan tambahan tenaga dalam
jenis, jumlah dan kompetensi sesuai
kebutuhan
(c) Persebaran dan pemerataan tenaga
 Inventarisasi asset, penambahan dan
pengadaan baru, pemeliharaan, perbaikan
dan penggantian, untuk mendukung
penyelenggaraan program-program
Tupoksi Sekretariat Dinas Kesehatan di atas
sebagai contoh, untuk pelaksanaan di lapangan
menyesuaikan dengan peraturan daerah masing-
masing tentang SOTK.
2) Tugas integrasi dalam Tim Pembina:
a) Mempersiapkan pertemuan bulanan Lintas
Program terpadu, untuk membahas laporan
kinerja program-program dan tindak-lanjutnya.
b) Mempersiapkan pertemuan kalakarya Tim
Pembina Cluster Binaan.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 14


b. Kepala Bidang dan Seksi-seksi di dinas kesehatan
kabupaten/kota:
1) Tupoksi sesuai SOTK:
a) Mempelajari hasil kompilasi data laporan semua
Puskesmas dan mengembalikannya kepada
sekretaris dinkes yang selanjutnya akan diolah dan
dengan arahan Bidang masing-masing dianalisis
untuk bahan pembahasan dalam forum lintas
program di dinas kesehatan kabupaten/kota.
b) Mengidentifikasi:
 Faktor-faktor pendukung atas keberhasilan
pencapaian kinerja program sekaligus
mengidentifikasi faktor penyebab dan latar
belakang masalah atas kesenjangan
pencapaian target kinerja program.
 Mengidentifikasi kemungkinan terjadi Missed
Opportunity pada target sasaran yang tidak
terjangkau pelayanan secara lengkap.
c) Melaksanakan penyiapan bahan, merencanakan
dan melaksanakan pembinaan terkait program
teknis.
Tupoksi Bidang di Dinas Kesehatan di atas
sebagai contoh, untuk pelaksanaan di lapangan
menyesuaikan dengan peraturan daerah masing-
masing tentang SOTK
2) Tugas integrasi dalam TPCB:
a) Mempersiapkan materi pertemuan Lintas Program
terpadu dinas kesehatan kabupaten/kota dan materi
Kalakarya TPCB, dari hasil analisis laporan
Puskesmas serta informasi lainnya.
b) Membahas dalam forum keterpaduan Lintas
Program:

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 15


 Informasi dari laporan Puskesmas dan lainnya,
simpulan hasil analisis, faktor pendukung dan
penghambat.
 Temuan-temuan hasil simpulan laporan kinerja
program dan rumusan tindak-lanjutnya sebagai
tindakan koreksi (corrective action) di tingkat
kabupaten/kota.
c) Menyimpulkan hasil dan merumuskan langkah-
langkah perbaikan dan peningkatannya dalam
pembinaan. Langkah perbaikan dirumuskan secara
spesifik per Cluster Binaan.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 16


2.2. Pengenalan NSPK oleh masing-masing Kepala
Bidang.
Kegiatan ini difasilitasi kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan didampingi Tim Pendamping dari
Provinsi. Semua anggota TPCB harus mempelajari dan
menguasai peraturan ataupun pedoman /standar yang
terkait dengan pelayanan kesehatan tingkat
pertama/primer.
2.3. Pengenalan program dan manajemen sumberdaya
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing kepala bidang
yang difasilitasi kepala dinas kesehatan kabupaten/kota,
dan sebaiknya didampingi Tim Pendamping dari provinsi:
a. Menyajikan program masing-masing yang menjadi
tanggungjawabnya.
b. Menjelaskan posisinya saat ini dalam pencapaian
target kinerja melalui pendekatan yang dilakukan.
c. Mengidentifikasi kejadian Missed Opportunity untuk
keterpaduan lintas program.
d. Menjelaskan perlunya keterpaduan program-program
untuk keberhasilan pencapaian hasil program bagi
kelompok sasaran yang menjadi target bersama,
dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan pada
setiap tahapan siklus hidup, dengan kejelasan
peran, tugas dan fungsi dari masing-masing bidang,
seksi dan pelaksana pelayanan.
e. Mejelaskan bagaimana keterpaduan antar program
dibangun, dilaksanakan, dipantau, dibina, dinilai
dampaknya, terhadap kesehatan target sasaran.
f. Menjelaskan adanya peluang untuk membangun
kerjasama terpadu dengan lintas sektor terkait.
g. Semua data diperoleh akan digunakan sebagai
bahan penyusunan rumusan perbaikan/
peningkatannya.
2.4. Peningkatan kemampuan dalam mengolah dan
menganalisa data.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 17


Data dan hasil analisis data tersebut merupakan dasar
dalam pelaksanaan pembinaan.

3. ANALISIS SITUASI CLUSTER BINAAN


Berdasarkan Laporan yang dikirim dari puskesmas (manual/
elektronik) ke Sekretariat Dinas Kesehatan, setelah dikonfirmasi
kelengkapan dan akurasi datanya, dikompilasi, diolah, dan
didistribusikan secara teratur kepada sekretariat dan semua
bidang, untuk dapat dimanfaatkan.
Upaya untuk memastikan bahwa data yang akan dianalisis
berkualitas adalah: melakukan Logical Check antar Indikator
dalam 1 (satu) program, antar Program dan antar sumber.
Selanjutnya dilakukan pengecekan konsistensi internal dan
eksternal serta akurasinya, sehingga dapat terlihat apakah data
yang akan dianalisis ini under reported atau over reported atau
akurat. Apabila tahapan tersebut telah dilakukan maka proses
analisis data untuk melihat situasi awal bisa dilakukan.
Selanjutnya Tim Pembina Cluster Binaan dapat memanfaatkan
hasil analisis data diatas untuk menyimpulkan beberapa
masalah kesehatan masyarakat di cluster binaannya.
Atas hasil pemantuan dan analisis berkala yang dilakukan,
diperoleh gambaran tentang:
a) Tingkat pencapaian target program masing-masing
puskesmas, cluster binaan, dan seluruh wilayah
kabupaten/kota, masing-masing akan dibandingkan
dengan target yang ditetapkan, dan dilihat kaitannya
dengan:
(1) Ketersediaan sumberdaya (Man, Money, Minutes)
untuk penyelenggaraan pelayanan, terutama SDM
pelaksana, sekaligus tingkat fungsi atau kompetensi
sumberdaya

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 18


(2) Kesulitan akses masyarakat pada pelayanan
kesehatan kaitannya dengan kondisi geografi
wilayah, luas wilayah serta musim (kemarau,
penghujan, musim angin barat),
(3) Tersedianya pelayanan.
b) Kecenderungan pencapaian target kinerja dari waktu ke
waktu, bulanan, triwulanan, semesteran, dan di akhir tahun
(atas hasil trend analysis),
c) Keterlibatan Lintas Sektor terkait dalam program-program
kesehatan
d) Kepesertaan atau hambatan dari Tokoh Masyarakat, dan
Masyarakat Peduli terhadap program yang dilaksanakan
(untuk lebih mendorong peran-serta kelompok Inovator,
dan mengelola kelompok laggard/ penghambat)
e) Adanya faktor lainnya.

4. SIMULASI PEMBINAAN
Melalui forum “Kalakarya” di dinas kesehatan kabupaten/kota
yang dilaksanakan minimal 3 bulan sekali, masing-masing Tim
Pembina cluster Binaan melakukan exercise keterpaduan
dalam pengelolaan program kesehatan. Exercise dilakukan
dengan memanfaatkan hasil analsis situasi data Puskesmas
dan cluster binaan di dinas kesehatan kabupaten/kota yang ada
pada tahun sebelumnya dan tahun berjalan. Diharapkan dari
exercise dapat dihasilkan tujuan, rencana/strategi dan taktik
pelaksanaan pembinaan.
Pada exercise tim membahas :
1) Data wilayah kabupaten/kota, data cluster binaan dan data
wilayah kerja masing-masing Puskesmas pada tahun
sebelumnya dan tahun berjalan:
a) Kondisi keterpaduan lintas program dalam setiap
kelompok target sasaran sesuai siklus hidup untuk
masing-masing cluster binaan

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 19


b) Lakukan “trend analysis” antara tahun sebelumya
dengan tahun berjalan, untuk mengidentifikasi:
(1) Identifikasi masalah dan kendala implementasi
keterpaduan program dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan pada target sasaran di
tingkat kabupaten/kota dan Cluster Binaan
(2) Identifikasi peluang untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja keterpaduan dalam wilayah
kabupaten/kota dan Cluster Binaan
2) Rumuskan tujuan, rencana/strategi dan langkah-langkah
pelaksanaan pembinaan.
a) Seluruh bidang dan sekretariat dinas kesehatan
kabupaten/kota
b) Semua Tim Pembina Cluster Binaan
c) Semua Puskesmas dalam wilayah kabupaten/kota
3) TPCB merancang kegiatan pelayanan secara terintegrasi
berdasar lingkup siklus kehidupan (life cycle) untuk semua
kelompok target sasaran di Cluster Binaan masing-masing.
Forum Kalakarya dapat pula berfungsi untuk pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan pembinaan terpadu yang telah
dilaksankan TPCP dan dampaknya terhadap capaian kinerja
program di puskesmas, cluster binaan dan di tingkat Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota, dan tindak-anjutnya berupa
tindakan koreksi (corrective action)

Untuk melakukan latihan/exercise pembinaan terintegrasi


sebagaimana diharapkan, silahkan gunakan data profil kesehatan
kabupaten kota, untuk tahun lalu dan tahun yang sedang berjalan
saat ini. Latihan akan lebih baik kalau sudah dapat mempraktekkan
dengan menggunakan data sejak 2,5 tahun sebelumnya (N-2; N-1,
dan N yang sedang berjalan)

Forum Kalakarya di Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota


diselenggarakan secara berkala, rutin dan berkelanjutan, untuk

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 20


Lintas Program setiap 3 bulan (Triwulan) yang diikuti oleh
internal tim TPCB, dan untuk Lintas Sektor setiap 6 bulan.

5. PERSIAPAN PELAKSANAAN PEMBINAAN CLUSTER


BINAAN
Tim Pembina Cluster Binaan mempelajari kembali:
1) Rencana pembinaan
2) Pembagian tugas, peran dan kewajiban masing-masing
anggota tim

Tabel 2. Contoh Pembagian Tugas Ketua dan Anggota


TPCB
CONTOH PEMBAGIAN TUGAS KETUA DAN ANGGOTA TPCB

KETUA TIM ANGGOTA

1. Memimpin anggota tim untuk 1. Membuat jadwal pembinaan


mempelajari kembali rencana sesuai arahan ketua tim dan
pembinaan yang telah disusun kesepakatan bersama
dan membuat penjadwalan
bersama
2. Menjelaskan kembali tujuan 2. Memahami tujuan pembinaan
pembinaan terpadu dan terpadu
mensiosialisasikan ke anggota tim
3. Memutuskan prioritas dan strategi 3. Menyusun prioritas dan strategi
pembinaan cluster binaan pembinaan cluster sesuai arahan
bersama angota tim ketua tim
4. Mengkoordinasikan anggota tim 4. Menyiapkan bahan pembinaan
untuk melaksanakan rencana dan menyerahkan bahan ke ketua
pembinaan sesuai jadwal yang tim. Bahan pembinaan
telah disepakati berdasarkan berdasarkan hasil analisis data
urutan prioritas sesuai hasil excersise pada forum
kalakarya.
5. Memimpin pembinaan ke cluster 5. Melaksanakan pembinaan ke
binaan, baik melalui forum cluster binaan bersama ketua tim
pertemuan pembahasan,

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 21


mekanisme umpan balik maupun
kunjungan langsung
6. Melakukan evaluasi terhadap hasil 6. Merangkum hasil temuan yang
pembinaan dan rencana tindak didapatkan pada waktu
lanjut pelaksanaan pembinaan,
menyusun laporan pembinaan
untuk diserahkan ke ketua Tim

6. PELAKSANAAN PEMBINAAN PUSKESMAS OLEH TIM


PEMBINA CLUSTER BINAAN.
Pembinaan yang dilakukan oleh TPCB meliputi:

- Penyelenggaraan UKM
 UKM Esensial
 UKM Pengembangan
- Penyelenggaraan UKP
- Sumber Daya
 Ketenagaan
 Keuangan
 Sarana
 Prasarana
 Alat Kesehatan
- Manajemen Puskesmas
- Sistem Informasi Puskesmas
- Pelayanan Kefarmasian
- Perkesmas
- Laboratorium
- Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Puskesmas
sebagai penanggungjawab wilayah (terhadap jaringan, jejaring
dan UKBM)

Cara yang digunakan dalam pembinaan yaitu:

a. Pembinaan tidak langsung ke Puskesmas.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 22


Pembinaan tidak langsung dapat dilakukan dengan:
1. Memberikan umpan balik atas laporan yang dikirimkan
Puskesmas sebelum diundang dalam forum pembahasan
lintas program di dinas kesehatan kabupaten/kota. Umpan
Balik/feedback harus dilakukan secara rutin triwulanan
kepada semua Puskesmas atau sewaktu-waktu untuk
sesuatu yang bersifat penting/urgent.
2. Pertemuan pembahasan hasil kinerja Puskesmas dan
pembinaannya secara rutin setiap bulan.

b. Pembinaan langsung ke Puskesmas.


Tim Pembina Cluster Binaan Dinas Kesehatan memberikan
pembinaan lapangan berdasarkan urutan skala prioritas
program dan kebutuhan Puskesmas yang telah disepakati
dalam forum Kalakarya tingkat Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Kunjungan pembinaan secara selektif menurut prioritas,
dilakukan oleh Tim Pembina Cluster Binaan didukung bidang
program sesuai permasalahan yang dihadapi puskesmas,
sekaligus merupakan kesempatan untuk saling belajar
menguasai program diluar tanggungjawabnya.

7. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMBINAAN


Pemantauan dilakukan secara berkala/periodik terhadap hasil
pembinaan dan tindaklanjutnya, berupa tindakan koreksi
(corrective action), baik dari Puskesmas maupun dari TPCB
sendiri.

TPBC melakukan evaluasi di masing-masing Cluster


Binaannya berdasarkan hasil temuan. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk melihat kesenjangan antara tingkat
capaian program kegiatan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan termasuk merumuskan permasalahan serta
rencana tindak lanjut perbaikan. Analisis dapat dilakukan
berdasarkan trend dan kesenjangan pencapaian bulan lalu,
triwulan lalu, tahun lalu.
a. Tingkat Puskesmas

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 23


Pencapaian target kinerja Puskesmas pasca
pembinaan. Adanya peningkatan pencapaian target
kinerja Puskesmas pasca pembinaan dibandingkan
dengan kinerja sebelumnya, khususnya dalam
kemampuan berkontribusi untuk pencapaian SPM
Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota. Tim Pembina
Cluster Binaan dapat:
 Menilai kinerjanya per periode waktu
 Merumuskan tindakan koreksi yang akan
dilakukan secara lintas program, untuk kelompok
sasaran sesuai siklus hidup,
Pada tingkat Puskesmas, melihat trend hasil kinerja
pada setiap periode pemantauan/ evaluasi di masing-
masing cluster:
 Harus dibahas di dalam lokakarya mini
Puskesmas,
 Keterkaitannya dengan lintas sektor dan
masyarakat, dibahas dalam Lokakarya Mini Lintas
sektor
 Merumuskan rencana tindak lanjut

b. Pada tingkat Kabupaten/kota.


Hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota dan jajarannya dalam hal,
antara lain:
 Dapat mengevaluasi keberhasilan pembinaan
Kabupaten/ kota ke Puskesmasnya,
 Dapat memutuskan bagaimana pendekatan paling
tepat akan dilakukan di kabupaten/ kota,
 Dapat memberikan bimbingan teknis dan
manajemen kepada Tim Pembina Cluster Binaan,
bilamana diperlukan.
 Dapat melakukan supervisi lapangan ke
Puskesmas yang kinerjanya buruk, dan juga yang
kinerjanya baik, agar dapat melihat kebutuhan
dukungan yang harus diberikan, dan melihat faktor

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 24


pendukung/ hal-hal positif apa yang bisa dicontoh
di Puskesmas yang berhasil.

8. PERUMUSAN RENCANA TINDAK LANJUT


Setiap hasil evaluasi harus dirumuskan rencana tindak lanjutnya
berupa corrective action per program dan atau kegiatan sebagai
upaya memecahkan masalah

C. OUTPUT DAN OUTCOME PEMBINAAN

Level Output Outcome


Pembinaan
Pembinaan Puskesmas siap  Puskesmas terakreditasi
Dinkes Kab/kota diakreditasi atau  Tercapainya indikator SPM
ke Puskesmas tetap terakreditasi bidang kesehatan kab/kota

Pembinaan Kabupaten/Kota  Kab/Kota yang seluruh indikator


Provinsi ke siap SPM mencapai 100%
Dinkes Kab/kota melaksanakan  Kab/Kota yang memiliki
akreditasi Puskesmas terakreditasi minimal
50%
 Tercapainya indikator SPM
bidang kesehatan di Provinsi

D. PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KEMENTERIAN


KESEHATAN DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN DINAS
KABUPATEN/KOTA DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS
1. Peran Kementerian Kesehatan
a. Kementerian Kesehatan menentukan kebijakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk mendukung
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 25


b. Kebijakan yang dikeluarkan harus menjamin dapat
dimplementasikan di lapangan di seluruh wilayah Indonesia
secara konsisten (Consistent National Value). Oleh karena
itu kebijakan pusat harus didukung dengan:
1) Adanya peraturan-peraturan Menteri Kesehatan yang
dapat menjelaskan bagaimana kebijakan tersebut dapat
diimplementasikan. Kebijakan tersebut dirinci dalam
bentuk NSPK pelayanan/program yang harus dipatuhi
sampai ditingkat terdepan/lapangan
2) Peraturan Menteri dimaksud harus didukung perangkat-
perangkat yang memastikan bahwa peraturan tersebut
dipastikan dapat dijalankan, seperti :
a) Pedoman-pedoman teknis dan atau manajemen
b) Pedoman pendampingan bagi Pendamping Provinsi
dalam mendampingi TPCB di Kabupaten/kota.
c) Pedoman pembinaan Puskesmas bagi dinas
kesehatan kabupaten/kota
d) Pedoman Manajemen Puskesmas
c. Pusat melakukan diseminasi informasi kepada provinsi
dalam melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota melakukan pembinaan kepada Puskesmas
d. Pusat dapat menyediakan dukungan anggaran untuk
provinsi dalam melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota melakukan pembinaan Puskesmas
e. Provinsi melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dalam pelaksanaan pembinaan Puskesmas
yang akan dilaksanakan oleh Tim Pembina Kabupaten/Kota
2. Peran Provinsi
a. Provinsi merupakan perpanjangan tangan pemerintah
pusat, dalam hal ini peran Kementerian Kesehatan akan
dilaksanakan di tingkat provinsi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi
b. Sesuai dengan peran dan tanggung-jawabnya, Dinas
Kesehatan Provinsi:
1) Melakukan orientasi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dalam melakukan pembinaan

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 26


kepada Puskesmas yang akan dilakukan oleh Tim
Pembina Cluster Binaan
2) Mendampingi Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
tertentu dalam melaksanakan pembinaan
Puskesmas
3) Memberikan dukungan kepada Kabupaten/kota
dalam bentuk:
a) Memberikan umpan balik/feedback, disertai
saran-saran perbaikan, atas informasi yang
diperoleh dari kabupaten/kota dan data profil
kabupaten/kota yang dikompilasi dari laporan
rutin Puskesmas,
b) Membahas bersama Kabupaten/kota dalam
pertemuan rutin di Provinsi, untuk membahas
masalah yang dihadapi dan solusinya
c) Pembinaan langsung ke Kabupaten/kota
tertentu secara lintas program sesuai urutan
prioritas, untuk mendapatkan gambaran
masalah di kabupaten/kota dan sampling ke
Puskesmas atas temuan masalah
4) Tingkat provinsi, juga menjalankan sebagian
peran pemerintah pusat, misalnya dalam:
a) Menyediakan SDM yang tidak dapat
dihasilkan di kabupaten/kota, seperti:
Dokter/dokter gigi, Sarjana Keperawatan,
Apoteker, Sanitarian, Tenaga Gizi,
Laboratorium, dan lainnya.
b) Mengatur pendanaan pusat yang
diperuntukkan bagi Provinsi dan
kabupaten/kota sesuai peruntukannya dan
ketentuan yang berlaku.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 27


BAB III
INDIKATOR KEBERHASILAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS

A. POLA PIKIR
Penilaian cakupan target kinerja puskesmas akan
ditentukan dari keberhasilan puskesmas menjalankan fungsinya
dalam bekontribusi mewujudkan pencapaian target SPM
Kesehatan Kabupaten/kota dan mendapatkan Status Akreditasi
yang tinggi atas hasil penilaian akreditasi yang dilakukan
Untuk hal tersebut maka peran Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dalam pembinaan puskesmas adalah bagaimana
Puskesmas secara “maksimal” dapat berkontribusi dalam
pencapaian target SPM Kabupaten/kota, dan dalam
pendampingan akreditasi, bagaimana puskesmas mendapatkan
status akreditasi setinggi mungkin.

B. KRITERIA PEMILIHAN INDIKATOR


Indikator kinerja pembinaan Puskesmas adalah indikator
yang menunjukkan tingkat keberhasilan pembinaan dan
pengawasan terhadap Puskesmas. Keberhasilan pembinaan dan
pengawasan terhadap Puskesmas merupakan gabungan
indikator keberhasilan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota dan tindak-lanjutnya oleh Puskesmas.
Pemilihan indikator harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Spesific :
Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada
kemungkinan kesalahan interpretasi/ Tidak multi tafsir dan
menjawab masalah.
2. Measurable :
Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitaitf, yaitu dua atau lebih mengukur indicator
kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.
3. Achievable :
Dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia, penting,
dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 28


masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak serta
proses.
4. Relevan/Realistic :
Indikator kinerja harus sesuai dengan kebijakan yang
berlaku

5. Efektif:
Data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis
dengan biaya yang tersedia.
6. Sensitif
Harus cukup flesibel dan sensitive terhadap perubahan/
penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan
7. Time specific,
Jelas kapan harus tercapai tujuan yang ditetapkan (target
bulanan, triwulan, tahunan dsb)

C. PENETAPAN TARGET PENCAPAIAN KINERJA PUSKESMAS


Mempertimbangkan bahwa kekuatan masing-masing
Puskesmas dalam wilayah kabupaten/kota pada umumnya tidak
sama. Target yang ditetapkan dalam SPM Bidang Kesehatan
Kabupaten/kota adalah untuk kabupaten/kota, sehingga dengan
kondisi dan situasi yang berbeda di puskesmas untuk kabupaten-
kabupaten tertentu, besaran target kinerja masing-masing
puskesmas harus ditetapkan bersama, sehingga hasil akhir
pencapaian target kinerja bagi kabupaten/kota, akan tercapai
dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi.
Untuk mencapai target kinerja tingkat kabupaten/kota, baik
untuk SPM Bidang Kesehatan, ataupun target-target kinerja
lainnya, maka sesuai dengan pertimbangan kekuatan dan
kelemahan Puskesmas yang ada, Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota memfasilitasi Puskesmas-Puskesmas untuk
menyepakati target kinerja masing-masing, agar kinerja Dinas
Kesehatan Kabupate/kota dapat tercapai.

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 29


Dalam pelaksanaannya, atas target kinerja yang sudah
ditetapkan berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek bagi
masing-masing Puskesmas yang ada, penilaian keberhasilannya
diukur dari target yang ditetapkan, artinya dikatakan berhasil baik
harus tercapai 100%, cukup adalah (95-99) %, kurang adalah
<95%. Perhitungan ini akan realistik kalau Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota untuk tindak-lanjut melakukan fungsinya
membina Puskesmas dengan baik dan benar. Cara ini dapat
dimanfaatkan untuk lebih mendorong Dinas Kesehatan dalam
memberikan perhatian kepada Puskesmas sebagai binaannya.
Target-target indikator kinerja yang ditetapkan, bukan hanya
untuk pencapaian target-target program semata, melainkan juga
untuk pencapaian target kinerja atas pelayanan yang
komprehensif/menyeluruh secara terpadu antar program kepada
kelompok-kelompok sasaran sesuai dengan tahapan dalam
siklus hidup manusia, yang harus mendapatkan pelayanan lintas
program secara terintegrasi lintas program, bahkan sebaiknya
juga dengan adanya dukungan dari lintas sektor sebagaimana
dijelaskan terdahulu.

D. INDIKATOR KINERJA PEMBINAAN PUSKESMAS OLEH


DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI

1. Indikator Keberhasilan Pembinaan Tingkat Kabupaten/kota

Tabel 3
Indikator Keberhasilan Pembinaan Puskesmas tingkat Kab/Kota

STANDAR PENGUKURAN
N SASARAN
INDIKATOR KURAN
o STRATEGIS BAIK CUKUP
G
INDIKATOR INPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
Puskesmas 1. Puskesmas memiliki 95-100% 80 - 95% <80%
mempunyai nomor registrasi sesuai Puskesma Puskesm Puskesm
ijin dan Permenkes 75/2014 s as as
registrasi
2. Tim Pembina Cluster Ada Tidak

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 30


STANDAR PENGUKURAN
N SASARAN
INDIKATOR KURAN
o STRATEGIS BAIK CUKUP
G
Binaan Kab/ Kota yg di
SK-kan Ka Dinkes
3. Roadmap pembinaan Ada Tidak
Yankes primer tingkat
Kab. /kota.
4. Presentase Puskesmas 100% 80 – < 80%
yang mengirim Laporan 99%
Bulanan lengkap setiap
bulan ke Dinkes
5. Presentase Puskesmas
yang mengirim PKP ke 100% 80 – < 80%
Dinkes 99%
6. Adanya alokasi Ada Tidak
anggaran untuk
pembinaan terpadu
Puskesmas

INDIKATOR PROSES Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4


Adanya feed 1. Prosentase PKP yg
back atas diberi feed back oleh 100% 80 – < 80%
PKP yg Dinkes Kab. /kota 99%
dikirim
Puskesmas
ke Dinkes
Kab/kota dan
disertai saran
ke
Puskesmas
2. Adanya rencana tindak Ada Tidak
lanjut Pembinaan Ada
terpadu ke Puskesmas
sesuai urutan prioritas
berdasarkan hasil
pemantauan

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 31


STANDAR PENGUKURAN
N SASARAN
INDIKATOR KURAN
o STRATEGIS BAIK CUKUP
G
3. Adanya kalakarya di ≥4 1-3 Tidak
tingkat Kab/Kota kali/tahun kali/tahun dilakuka
n
INDIKATOR OUTPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
Puskesmas 1. Hasil pra survei 90-100% 70 - 90% <70%
tersertifikasi Puskesmas layak PKM di PKM di PKM di
akreditasi terakreditasi wi- wi- wi-
(Paripurna, Utama, layahnya, layahnya layahny
Madya, Dasar) di a
wilayah Kabupaten /
Kota
Layak : masing-masing
bab hasil penilaian >
10% angka yang
diperlu-kan untuk lulus
INDIKATOR OUTCOME Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
Tercapainya 1. Indikator SPM Bidang 100% (95- 99) % < 95%
seluruh target Kesehatan Untuk Untuk Untuk
indikator SPM Kabupaten/Kota semua semua semua
Bidang indikator indikator indikator
Kesehatan
Kab. / kota
yang berlaku
Terakreditasin 2. Jumlah Puskesmas ter- 75-100% 50 - 75% <50%
ya Puskesmas akreditasi (Dasar, Ma- PKM di PKM di PKM di
sesuai target dya, Utama, Paripurna) wilayahny wilayah wilayah
yang di wilayah Kabupaten/ a nya nya
ditetapkan Kota, sesuai yang
dalam Renstra direncanakan/
Kemenkes ditetapkan oleh masing-
tahun 2015- masing Dinkes
2019 dengan Kab/kota
status
akreditasi

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 32


STANDAR PENGUKURAN
N SASARAN
INDIKATOR KURAN
o STRATEGIS BAIK CUKUP
G
yang
ditetapkan
Interpretasi Nilai Mutu Pembinaan:
 Baik = nilai rata-rata > 8,5
 Sedang = nilai rata-rata 5,5 – 8,4
 Kurang = nilai rata-rata <5,5

2. Indikator Keberhasilan Pembinaan Tingkat Provinsi

Tabel 4
Indikator Keberhasilan Pembinaan tingkat Provinsi

SASARA
STANDAR PENGUKURAN
N N
INDIKATOR
o STRATE KURAN
GIS BAIK CUKUP
G
INDIKATOR INPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
1. Roadmap penguatan >75% 50%- <50%
Yankes primer di tingkat 75% Kab/Kota
Kab/Kota

2. SK Kadinkes Provinsi Ada Tidak


tentang Tim Pembina
Cluster Binaan Tk.
Provinsi
*di dalam SK, wilayah
Provinsi dibagi habis
menjadi cluster binaan
3. Jumlah Kab/Kota yang 100% 76%- <76%
memiliki SK Tim pem- 99% Kab/Kota
bina Cluster Binaan
4. Alokasi anggaran untuk Ada Tidak
pembinaan terpadu ke

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 33


SASARA
STANDAR PENGUKURAN
N N
INDIKATOR
o STRATE KURAN
GIS BAIK CUKUP
G
kabupaten/ kota ada
INDIKATOR PROSES Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
1. Analisis dan Feedback 100% 76%- <76%
laporan rutin kabupa- 99% Kab/Kota
ten/kota minimal 2 kali
dalam satu tahu

2. Adanya rencana tindak- Ada Tidak


lanjut pembinaan terpadu Ada
ke kab/kota
3. Adanya kalakarya di ≥4 1-3 Tidak
tingkat provinsi kali/tahu kali/tahun dilakukan
n
INDIKATOR OUTPUT Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4
1.Kab/ Kab/Kota siap akreditasi >75% 50%- <50%
kota Puskesmas 75% Kab/Kota
mampu Siap akreditasi :
mem- Memiliki komitmen untuk
persiap melaksanakan akreditasi
kan Puskesmas yg dibuktikan
Puskes dgn:
mas a. SK tim pendamping
untuk yang ditandatangi oleh
penilai- Bupati/Walikota/Ka-
an Dinkes
Akredita b. memiliki tim
si pendamping yg terlatih
c. memiliki dukungan dana
untuk pelaksanaan
akreditasi di APBD
Kab/Kota
INDIKATOR OUTCOME Nilai 10 Nilai 7 Nilai 4

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 34


SASARA
STANDAR PENGUKURAN
N N
INDIKATOR
o STRATE KURAN
GIS BAIK CUKUP
G
1. Kab/Kota yang seluruh >75% 50%- <50%
indikator SPM mencapai 75%
100%
2. Kab/Kota yang memi-liki >75% 50%- <50%
Puskesmas terakreditasi 75%
minimal 50%

Interpretasi Nilai Mutu Pembinaan:


 Baik = nilai rata-rata > 8,5
 Sedang = nilai rata-rata 5,5 – 8,4
 Kurang = nilai rata-rata <5,5

PEDOMAN DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN PUSKESMAS 35


BAB IV
PENUTUP

Telah diuraikan hal-hal yang sangat mendasar untuk memberikan


acuan dalam melaksanakan pembinaan Puskesmas yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, sekaligus pula dijelaskan secara singkat
peran provinsi dan pusat.

Pembinaan Puskesmas oleh Tim Pembina Cluster Binaan di Dinas


Kesehatan Kabupaten/kota, harus dilaksanakan secara rutin, berkala dan
terencana berdasarkan atas hasil analisis data yang benar dengan tujuan
yang jelas dan rasional. Pelaksanaannya dilakukan secara terintegrasi lintas
program dan bila dipandang perlu melibatkan lintas sektor terkait.
Tim Pembina harus menguasai teknik mengidentifikasi masalah dan
mampu memberikan saran-saran solusi yang tepat, efektif dan efisien.Tim
Pembina memberikan bantuan kepada Puskesmas melakukan koreksi
(corrective action).Tercapainya tujuan pembinaan Puskesmas dapat dilihat
melalui perbaikan dan peningkatan penilaian kinerja Puskesmas setiap
tahunnya.
Untuk dapat menjalankan perannya tersebut, pedoman ini masih perlu
dilengkapi dengan acuan-acuan lain seperti pedoman teknis program di
Puskesmas, pedoman manajemen Puskesmas, Sistem Informasi
Puskesmas, Pedoman Sumberdaya, Pedoman Mutu Pelayanan Program di
Puskesmas, Pedoman Akreditasi Puskesmas, dan Pedoman SPM,
Pedoman-pedoman lainnya yang relevan dengan proses penyelenggaraan
Puskesmas.

Agar pembinaan dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan, maka


sebagaimana juga untuk Pendampingan Akreditasi, perlu diberikan pelatihan
khusus untuk tingkat kabupaten/kota, agar Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
sebagai pelaksana terdepan pembinaan Puskesmas dapat menjalankan
tugasnya dengan baik, perlu dilakukan pelatihan pembinaan.

36
LAMPIRAN
Indikator Sasaran Program dan Pelayanan di Puskesmas
(Indikator Output, Proses, dan Input)

Tabel 5
Indikator Output Puskesmas

A. ADMEN
No Indikator Skor 10 Skor 5 Skor 0 Nilai
.
A.1 Penyedia Informasi Kesehatan
1 Profil Tahunan Ada, Ada, tidak Tidak ada
Kesehatan dipublikasika dipublikasikan
wilayah n
Puskesmas
2 PWS- KIA Ada, Ada, tidak Tidak ada
dipublikasika dipublikasikan
n
3 PWS Gizi, SKDN Ada, Ada, tidak Tidak ada
dipublikasika dipublikasikan
n
4 PWS Imunisasi Ada, Ada, tidak Tidak ada
dipublikasika dipublikasikan
n
5 Monitoring dan Ada, Ada, tidak Tidak ada
evaluasi dipublikasika dipublikasikan
pencapaian n
kinerja TERPADU
6 Tenaga pengolah Ada, dengan Ada, tanpa Tidak ada
dan analisis data reward reward system
Puskesmas system dari dari Kab/Kota,
Kab/Kota, di diSK kan
SK kan
B. UKM ESENSIAL
No Indikator Skor Skor 5 Skor 0 Nilai
. 10
37
B.1 Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
1 Cakupan K1 75-
>90% <75%
90%
2 Cakupan K4 65-
>80% <65%
80%
3 Cakupan pertolongan persalinan 75-
>90% <75%
oleh nakes (Pn) 90%
4 Cakupan pelayanan ibu nifas 75-
>90% <75%
(KF 3) 90%
5 Cakupan kunjungan neonatal 70-
>89% <70%
(KN 1) 89%
6 Cakupan pelayanan neonatal 70-
>86% <70%
(KN lengkap) 86%
7 Cakupan pemberian tablet Fe
65-
minimal 90 tablet selama ≥80% <65%
80%
kehamilan
8 Cakupan skrining status 65-
≥80% <65%
imunisasi TT ibu hamil 80%
9 Komplikasi kegawatdaruratan
kebidanan yang ditangani (untuk 75-
>80% <75%
PONED) 80%

10 Cakupan neonatal dengan ≥75% 50-75 <50%


komplikasi yang ditangani (untuk %
PONED)
11 Cakupan Kunjungan Bayi ≥87% 70- <70%
87%
12 Cakupan pelayanan anak balita ≥87% 80- <80%
sakit dengan MTBS 87%
13 Skrining kesehatan pada siswa >80% 70- <70%
SD yang meliputi 80%
keadaan kesehatan umum
(higiene perorangan, gangguan
kesehatan pd mata, telinga, kulit
dll),

38
penilaian status gizi gigi dan
mulut (karies), pemeriksaan
indera, gangguan mental,
pubertas
14 Cakupan peserta Keluarga >70% 65- <65%
Berencana aktif 70%
B.2 Promosi Kesehatan
1 Jumlah keluarga dengan ≥80% 30- <30%
masalah kesehatan yang 79% target
mendapatkan kunjungan target
rumah oleh tenaga Puskesmas
(minimal D3)
Dilakukan pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (ada dokumen
nursing proses)
2 Puskesmas sebagai model 6 3-5 <3
institusi kesehatan yang ber progra progra program
PHBS: m m
- Puskesmas bebas asap
rokok
- Lingkungan bersih
- Bebas jentik
- Jamban sehat
- Persalinan ditolong
nakes
- Penimbangan balita
3 Jumlah SD dan SMP yang >80% 50- <50%
dilakukan promosi kesehatan 80%
jiwa minimal satu kali dalam
setahun

4 Jumlah promosi kesehatan >5 kali 3– 5 <3 kali


jiwa pada kelompok kali
masyarakat dalam 1 tahun

39
5 Jumlah SD dan SMP yang
dilakukan promosi kesehatan 50–
>80% <50%
kesehatan reproduksi minimal 80%
1 kali dalam setahun
6 Jumlah SD dan SMP yang
dilakukan Promosi Kesehatan 50–
80% <50%
gizi seimbang minimal 1 kali 80%
dalam setahun
7 Jumlah SD dan SMP yang
dilakukan Promosi Kesehatan 50–
>80% <50%
PHBS minimal 1 kali dalam 80%
setahun
8 Jumlah SD dan SMP yang
dilakukan Promosi Kesehatan
50–
penyakit berpotensi wabah >80% <50%
80%
yang dapat dicegah minimal 1
kali dalam setahun
9 Jumlah SD dan SMP yang
dilakukan Promosi penyakit
50–
menular HIV AIDS, TB, >80% <50%
80%
malaria, DBD, Napza minimal
1 kali dalam setahun
10 Jumlah promosi kesehatan
pada kelompok masyarakat
peduli kesehatan yang aktif 3–5
>5 kali <3 kali
(Jumantik, kader posyandu, kali
SBH, TOGA, TOMA, UKS)
dalam 1 tahun
B.3 Kesehatan Lingkungan
1 Sarana air bersih/minum yang >80% 70- <70%
memenuhi syarat 80%
2 Sarana sanitasi dasar (jamban >80% 70- <70%
sehat) 80%
3 Cakupan rumah sehat >80% 70- <70%
80%
4 Cakupan pengawasan limbah >80% 70- <70%
40
(fasilitas rawat jalan) 80%
B.4 Gizi Masyarakat
1 Presentase Balita 6 – 59 bulan
51-
mendapat kapsul Vit A dosis ≥85% <50%
84%
tinggi
2 Presentase bayi 0-6 bulan 51-
≥80% <50%
mendapat ASI eksklusif 79%
3 Cakupan rumah tangga
51-
mengkonsumsi garam ≥90% <50%
89%
beriodium
4 Presentase balita gizi buruk
100% <100%
mendapat perawatan
5 Presentase balita ditimbang 51-
> 85% <50%
berat badannya D/S 84%
6 Presentase Ibu hamil
51-
mendapat 90 tablet tambah ≥ 95% <50%
94%
darah
B.5 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
1 Cakupan desa/kelurahan
80-
Universal Child Imunization ≥85% <80%
84%
(UCI)
2 Imunisasi lengkap pada bayi
usia < 1 tahun (BCG 1 kali, 75-
≥85% <75%
DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, 84%
Campak 1 kali)
3 70-
Hb 0-7 hari ≥90% <70%
89%
Cakupan pemeriksaan balita 75-
≥80% <75%
4 terduga pneumonia 79%
Jumlah Pasien TB (semua
5 tipe) yang ditemukan dicatat >5% 2-5% 0%
dan dilaporkan ke Puskesmas
6 Presentase pasien TB yang ≥95% 80- <80%
menyelesaikan pengobatan 94%
7 Cakupan Desa/Kelurahan ≥ 10% 3-9% <3%
yang melaksanakan kegiatan
41
Posbindu PTM
8 Presentase penduduk usia ≥ ≥5% 2-4% <2%
15 tahun yang mendapatkan
pelayanan pemeriksaan
tekanan darah
9 Presentase penduduk usia ≥ ≥10% 3-9% <3%
15 tahun yang mendapatkan
pelayanan pemeriksaan
obesitas
10 Presentase penduduk usia ≥ ≥10% 3-9% <3%
15 tahun yang mendapatkan
pelayanan pemeriksaan gula
darah
11 Presentase jumlah perempuan ≥10% 3-9% <3%
usia 30-50 tahun yang
dideteksi dini kanker serviks
dan payudara
12 Presentase kasus hipertensi ≥10% 3-9%
yang mendapatkan pelayanan
pengobatan
13 Presentase kasus Diabetes ≥10% 3-9% <3%
Mellitus yang mendapatkan
pelayanan pengobatan.

C. PELAYANAN KESEHATAN PERSEORANGAN


STANDAR PENGUKURAN
N
Indikator SKOR Nilai
o SKOR 10 SKOR 0
5

1. Pelaksanaan pelayanan klinis Ada SOP Ada Tidak ada


medis diselenggarakan sesuai mengacu SOP SOP
Permenkes 5/2014 pada tetapi
42
tidak
menga
PMK cu
5/2014 pada
PMK
5/2014
2. Jumlah kunjungan rawat jalan non
spesialistik yang dirujuk
5–
- 80% penyakit non <5% >10%
10%
spesialistik tuntas di
pelayanan primer
3. Jumlah tenaga medis (Rasio
jumlah dokter berbanding dengan
waktu pelayanan dan jumlah
pasien)
a. Dokter 1:>
1:>
1 : 5.000 5000 –
6.000
6.000
b. Dokter gigi ada Tidak ada
4. Program Rujuk Balik
a. Melaksanakan atau tidak Ya Tidak
b. Jumlah peserta <70% -
>70% <50%
>50%
5 Program Pengelolaan Penyakit
Kronis
a. Memiliki Klub Prolanis Ada Tidak
b. Rasio peserta BPJS prolanis
>50% <50%
rutin berkunjung ke klinik
6 Angka perpindahan peserta BPJS 5–
<5 % >5,5%
ke Faskes lain per tahun 5,5%
7 Persentase kepuasan pasien 50% -
>80% < 50%
79%
8 Pemanfaatan Pcare Ya Tidak

Tabel 6
Indikator Proses Puskesmas
43
SASARAN STANDAR
No INDIKATOR
STRATEGIS PENGUKURAN

B VARIABEL PROSES YA TIDAK


1 Tersedianya sistem 1. Pencatatan dan
pencatatan dan pelaporan
pelaporan Puskesmas Puskesmas
menggunakan
SP2TP
2 Terlaksananya Mana- 2. Menyusun RUK,
jemen Puskesmas: sesuai analisis
RUK, RPK, Wasdal, kebutuhan
PKP, dlm forum masyarakat (tahun
Lokmin N+1), mulai dlm
forum Lokmin I
3. Menyusun RPK
sesuai usulan yg
disetujui pd tahun
berjalan (N)
4. Melaksanakan
Wasdal melalui
forum Lokmin (12 X
LP; 4 X LS)
5. Melaksanakan PKP,
melalui forum
Lokmin terakhir
3 Kepala Puskesmas 6. Kepala Puskesmas
terlatih manajemen ter-latih
Puskesmas Manajemen
Puskesmas

Tabel 7
Indikator Input Puskesmas
44
No SASARAN INDIKATOR STANDAR PENGUKURAN
STRATEGIS
C VARIABEL INPUT1 BAIK CUKUP KURANG

1 Tersedianya 1. Puskesmas Memiliki Memiliki Memiliki


jenis & jumlah memiliki jenis & SDM dgn 9 SDM SDM dgn 3
tenaga Pusk jumlah tenaga jenis dokter, pe jenis
sesuai sesuai ketena- rawat, ketenagaan
Permenkes Permenkes gaan (PMK bidan,dan 2
Puskesmas Puskesmas 75/ 2015) tenaga
kesehatan
lainnya

2 Tersedianya Puskesmas Tersedia, Tersedia, Tidak


dana memiliki dana memenuhi ti-dak tersedia
operasional operasional pelak- meme-nuhi
baik dr sumber sanaan keg. pelak-
APBD, APBN prioritas sanaan
sumber dana keg.
lain yang sah prioritas
(JKN, dll)
3 Tersedianya Puskesmas Memiliki Memiliki Tidak memi-
sarana, memi-liki izin izin izin liki izin ope-
prasarana, pendirian pendirian operasiona rasional dan
alat & bahan bangunan dan bangunan l namun izin pendiri-
habis pakai izin operasional dan izin tidak an dan izin
se-suai operasiona memiliki operasional
Permenkes l izin
Puskesmas pendirian
yg bangunan
mendukung
pe-laksanaan
UKM & UKP
Baik Rusak Rusak
ringan sedang/berat
1
Terpenuhinya variable Input Puskemas juga menjadi indikator keberhasilan Dinkes
Kabupaten/Kota
45
Puskesmas Memiliki Memiliki Memiliki ru-
memiliki ruang ruang > ang < 75%
ruangan lengkap 75% sesuai sesuai
lengkap sesuai sesuai dgn dengan dengan PMK
Permenkes PMK 75/ PMK 75 75/2014
Puskesmas 2014 /2014

Puskesmas Lengkap > 70 % < 70 % tidak


memiliki alkes sesuai terpe-nuhi terpenuhi se-
sesuai dengan sesuai suai PMK
Permenkes PMK 75/ dengan 75 / 2014
Puskesmas 2014 PMK
75/2014

Ketersediaan Puskesmas Tersedia > 70 % < 70 % tidak


obat memiliki obat dan terpenuhi terpenuhi
lengkap sesuai lengkap
Fornas

Puskesmas Tersedia > 70 % < 70 % tidak


memiliki terpenuhi terpenuhi
ketersediaan
obat rujuk balik

TIM PENYUSUN :

drg. Kartini Rustandi, M.Kes


dr. Sri Hastuti Nainggolan, MPH
46
dr. H. KM Taufiq, MMR
dr. Ganda R. P. Sinaga, MKM
Tinexcelly Simamora, SKM, MKM
dr. Dewi Irawati, MKM
dr. Mugi Lestari
dr. Ernawati Atmaningtyas
Ruri Purwandani, SP
drg. Naneu Retna Arfani
drg. Idawatylina, M.Kes
Indi Susanti, M.Epid
drg. AditiaPutri
dr. Irni Dwi Aprianty
Sutaryanto, SKM, M. Epid

EDITOR :
dr. H. KM Taufiq, MMR
dr. Ganda R.P. Sinaga, MKM
dr. Ernawati Atmaningtyas

47
48

Anda mungkin juga menyukai