Anda di halaman 1dari 42

PEMERINTAH KABUPATEN SIKKA Dokumen

Pedoman Pengendalian
Nomor : 3/A/III/MM/Pusk.WB/II/2017

DINAS KESEHATAN – PUSKESMAS WATUBAING Terbit


No.Revisi
Mulai berlaku
:
: Puskesmas Watubaing

:1 Maret 2017
JL. MAUMERE – LARANTUKA KM. 40 Halaman : 1- 40

PEDOMAN MANUAL MUTU


PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING

2017

PUSKESMAS WATUBAING JL. MAUMERE – LARANTUKA KM. 40 KECAMATAN TALIBURA


PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page i
Pedoman Pengendalian Dokumen
Nomor : 3/A/III/MM/Pusk.WB/II/2017
Terbit : Puskesmas Watubaing
No.Revisi :
Mulai berlaku :1 Maret 2017
Halaman : 1- 40

DAFTAR ISI

BAB I PE DAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………..……...... 1
B. Tujuan Pedoman ……………………..……...... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………..……...... 1
D. Batasan Operasional ……………………..……...... 2
E. Landasan Hukum ……………………..……...... 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. SDM Kualifikasi Status Kepegawaian ……………………..……...... 3
B. SDM Kualifikasi Jenjang Pendidikan ……………………..……...... 4
C. Tugas dan Fungsi Jabatan ……………………..……...... 4

BAB III PENYELENGGARAAN PELAYANAN


A. Penyelenggaraan ……………………..……...... 17
B. Organisasi ……………………..……...... 17
C. Motto, Visi, Misi dan Tata Nilai ……………………..……...... 17
D. Mutu Pelayanan ……………………..……...... 18
E. Penetapan Indikator Kinerja ……………………..……...... 20
F. Pelimpahan Wewenang ……………………..……...... 24
G. Perencanaan dan Pelaksanaan ……………………..……...... 25
H. Prosedur Pelayanan ……………………..……...... 25
I. Alur Pelayanan ……………………..……...... 26
J. Jadwal Pelayanan ……………………..……...... 27
BAB IV KESELAMATAN PASIEN ……………………..……...... 28

BAB V KESELAMATAN KERJA ……………………..……...... 29

BAB VI TATALAKSANA PELAYANAN


A. Pelayanan Kesehatan Perorangan ……………………..……...... 31
B. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ……………………..……...... 31

BAB VII PENGENDALIAN MUTU


A. Mutu Pelayanan ……………………..……...... 33
B. Pengendalian Dokumen ……………………..……...... 34

BAB VIII LOGISTIK


A. Perencanaan Kebutuhan ……………………..……...... 37
B. Penganggaran ……………………..……...... 37
C. Pengadaan ……………………..……...... 38
D. Penyimpanan ……………………..……......
……………………..……...... 39
E. Pendistribusian 39
F. Penghapusan ……………………..……......

BAB IX PENUTUP ……………………..……...... 40

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page i


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan
mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau
pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis
ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat
dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu paripurna
yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut
mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan
banyaknya pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan
kesehatan dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi
Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber
Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas.

B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana
pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas. Sehingga pelayanan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah hasil sesuai dengan yang
diharapkan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Puskesmas Watubaing berada di wilayah Kecamatan Talibura yang terletak
diantara 80 22‟ LS - 80 43‟ LS dan 1220 18 BT - 1220 41‟ BT. Luas Wilayah kerja
Puskesmas Watubaing sebesar 431,26 Km2 terdiri dari 8 (delapan) Desa Yaitu ; Desa
Nangahale, Desa Talibura, Desa Darat Gunung, Desa Darat Pantai, Desa Bangkoor,
Desa Nebe, Desa Wailamung, dan Desa Lewomada. Desa yang paling luas wilayahnya
adalah Desa Lewomada sebesar 85,21 Km2 dan yang paling sempit Desa Bangkoor
sebesar 11,15Km2. Total jumlah penduduk dari 8 desa sebanyak 16.539 Orang.
Peningkatan mutu pelayanan merupakan upaya terus menerus untuk mencapai
target baik standar maupun indikator yang lebih baik. Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat, untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan
terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok dan
membina peran serta masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu disini,
adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan (preventif), upaya
peningkatan kesehatan (promotif), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
ditujukan kepada semua penduduk.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 1


Ruang lingkup peningkatan mutu Puskesmas meliputi :
1. Penyelenggaraan Puskesmas.
2. Pengorganisasian.
3. Sarana Prasarana.
4. Sumber Daya Manusia.
5. Proses Pelayanan baik UKP maupun UKM.
6. Pelaksanaan Audit dan Evaluasi serta Pencegahaan Kejadian Tidak di inginkan.
7. Upaya perbaikan berkesinambunngan.

D. Batasan Operasional
a. Defenisi
Mutu disebutkan sebagai kepatuhan terhadap standar yang sudah ditetapkan atau
yang memenuhi persyaratan yang diinginkan pelanggan, serta stake holder dan
provider. Mutu juga berarti kesesuaian terhadap persyaratan yang ditetapkan

b. Dimensi Mutu
Dimensi mutu, meliputi :
1. Akses.
2. Efektifitas.
3. Efisiensi.
4. Keselamatan dan Keamanan.
5. Kenyamanan.
6. Kesinambungan Pelayanan.
7. Kopetensi petugas.
8. Informasi dan Dokumentasi.

E. Landasan Hukum
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional,
d. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 2


BAB II STANDAR
KETENAGAAN

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Keseshatan) merupakan tatanan yang


menghimpun berbagai upaya perencanaan pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan
tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan
kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No.32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini antara lain dinyatakan :
1) Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan
yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3); dan
2) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21).
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.

Untuk Puskesmas Watubaing Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai


ketentuan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, walaupun
masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan ke jenjang yang diharapkan, namun masih
akan terus diupayakan agar semua tenaga mencapai kualitas seperti yg diharapkan.

A. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Status Kepegawaian


No Jenis Ketenagaan Jumlah Status Kepegawaian Keterangan
PNS PTT Sukarela
1. Kepala Puskesmas 1 1 - -
2 Dokter 2 - 2 -
3 Perawat Ahli 7 1 - 6
4 Perawat Teknis 21 14 - 7
5 Perawat Gigi 1 1 - -
6 Bidan Teknis 22 6 7 9
7 Teknis Kefarmasian 1 1 - -
8 Analisis kesehatan 3 1 - 2
9 Promkes 2 1 - 1
10 Jurim - - - -
11 Sanitarian 2 1 - 1
12 Tenaga Gizi 1 1 - -
13 Rekam Medik 2 - - 2
14 Tenaga Pekarya
Kesehatan
a. Tata usaha 1 1 - -
b. Loket 1 1 - 1
c. Cleaning Service 1 - - -
d. Sopir 1 1 - 1
e. Juru Masak 1 - - -

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 3


B. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Kualifikasi Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan
No Jenis Ketenagaan Jumlah DO / D4 / Ket
D3 Profesi
D1 S1
1. Kepala Puskesmas 1 1
2 Dokter 2 2
3 Perawat 28 2 19 7
4 Perawat Gigi 1 1
5 Bidan 22 3 17 2
6 Teknis Kefarmasian 1 1
7 Analisis kesehatan 3 3
8 Promkes 2 2
9 Jurim -
10 Sanitarian 2 1 1
11 Tenaga Gizi 1 1
12 Rekam Medik 2 2
Tenaga Pekarya
Kesehatan
a. Tata usaha 1 1
13 b. Loket 1 1 2
c. Cleaning Service 1 1
d. Sopir 1 1
e. Juru Masak 1 1

C. Tugas dan Fungsi Jabatan


Uraian tugas jabatan dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1. Tugas jabatan fungsional :
a. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Mengkoordinir Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas berdasarkan
data program Dinas Kesehatan;
2) Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis Puskesmas;
3) Merumuskan kebijakan operasional dalam bidang pelayanan kesehatan
masyarakat;
4) Memberikan tugas pada staf dan jejaring Puskemas ( Pustu dan Polindes );
5) Melakukan pengawasan, pengendalian dan evaluasi program kegiatan
Puskesmas;
6) Menilai prestasi kerja staf sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan
karier;
7) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan realisasi
program kerja dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai
bahan dalam menyusun program kerja berikutnya;
8) Memimpin pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pertemuan berkala
(Mini Lokakarya Bulanan dan Tribulanan);
9) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait di kecamatan, lintas
sector, penyedia pelayanan tingkat pertamas swasta, perorangan serta
masyarakat dalam pengembangan UKBM;
10) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai bahan nformasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas Kesehatan;
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 4


b. Tata Usaha, Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Menyusun rencana kegiatan urusan tata usaha berdasarkan data program
Puskesmas;
2) Mengkoordinasikan para staf dalam menyusun program kerha Puskesmas
agar terjalin kerjasama yang baik;
3) Mengkoordinasikan berbagai kegiatan administrasi dan manajemen di
Puskesmas untuk mendukung kepala puskesmas menjalankan tugas dan
fungsinya mengelolah Puskesmas;
4) Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar;
5) Melakukan evaluasi hasil kegiatan urusan tata usaha secara keseluruhan;
6) Menyediakan dan menyimpan data umum Puskesmas serta data kesehatan
yang diperlukan untuk semua pihak yang membutuhkan;
7) Membuat laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepada Kepala Puskesmas.

c. Pengadministrasi Keuangan/Bendahara, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Bendahara JKN dan BOK, mempunyai tugas :
a) Menyusun rencana kegiatan bendahara berdasarkan data program
Puskesmas;
b) Membuat daftar permintaan pembayaran berdasarkan dokumen
operasional Puskesmas;
c) Melakukan pencatatan bukti penerimaan ke dalam buku kas;
d) Melakukan penyusunan naskah perintah perjalanan dinas dan membuat
perincian pembayaran pelaksanaan tugas;
e) Melakukan pembayaran biaya pelaksanaan kegiatan kepada pemegang
program;
f) Menyusun laporan keuangan sebagai informasi dan pertanggung
jawaban kepada Kepala Puskesmas;
g) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

2) Bendaharan Penerimaan, mempunyai tugas :


a) Membuat laporan harian penerimaan;
b) Membuat catatan harian uang masuk dalam buku kas umum;
c) Memeriksa dan melaporkan kas sebagai bahan infomasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

3) Bendahara Barang, mempunyai tugas :


a) Melakukan kompilasi dan mengkonsepusulan kebutuhan barang
puskesmas berdasarkan data dari unit pelayanan;
b) Menerima, memeriksa dan mencatat jenis serta jumlah barang yang
masuk dan keluar;
c) Mendistribusikan dan melayani kebutuhan barang serta mencatat tanda
terima barang;
d) Mencatat, mengelompokan, memeriksa dan member nomor kode pada
setiap barang agar tercatat/tersimpan secara baik di masing-masing unit
pelayanan kedalam buku inventaris barang (Kartu Inventaris Barang,
Kartu Inventaris Ruangan dan Buku Induk Inventaris);
e) Membuat laporan sebagai informasi dan pertanggung jawaban kepada
Kepala Puskesmas;

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 5


f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

d. Dokter Umum, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Melaksanakan dan memberikan upaya pengobatan dasar dan pelayanan
kegawat daruratan dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan
kewenangannya serta sesuai standar profesi dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
2) Melaksanakan dan meningkatkan mutu pengobatan dasar di Puskesmas;
3) Melaksanakan pelayanan medic sesuai SOP, Standar Pelayanan Minimal
(SPM), Standar Pelayanan Publik (SPP), Tata Kerja, dan Kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas;
4) Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan
edukatif;
5) Melakukan pencatatan pada rekam medic dengan baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnose penyakit
menurut ICD X.
6) Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan data kegiatan pengobatan
dasar sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskemas;

e. Dokter Gigi, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kerja dan kebijaksanaan teknis pelayanan kesehatan
gigi;
2) Melaksanakan dan memberikan upaya pengobatan dasar gigi dengan
penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai
standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Menentukan pola pelayanan dan tata kerja;
4) Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi;
5) Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan
edukatif;
6) Melakukan pencatatan pada rekam medic dengan baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnose penyakit
menurut ICD X;
7) Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan data kegiatan pengobatan
dasar sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskemas.

f. Perawat Poli Umum, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Melaksanakan dan memberikan upaya asuhan keperawatan dengan penuh
tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai standar
profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) Melaksanakan pelayanan medik/asuhan keperawatan sesuai SOP, Standar
Pelayanan Minimal (SPM), Standar Pelayanan Publik (SPP), Tata Kerja,
dan Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas;
3) Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan
edukatif;
4) Melakukan pencatatan pada rekam medic dengan baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnose penyakit
menurut ICD X.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 6


5) Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan data kegiatan pengobatan
dasar sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskemas;

g. Perawat UGD, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kerja pelayanan gawat darurat;
2) Melaksanakan kegiatan pelayanan gawat darurat;
3) Melaksanakan pelayanan medic dan keperawatan gawat darurat sesuai
standar operasional prosedur, SPM, SPP, tata kerja dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas;
4) Melaksanakan kegiatan rujukan pasien ke fasilitas lanjutan (RS).
5) Melakukan pencatatan pada rekam medic dengan baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnose penyakit
menurut ICD X.
6) Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan data kegiatan
keperawatan gawat darurat sebagai bahan informasi dan pertanggung
jawaban kepada Kepala Puskemas.

h. Perawat Gigi, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kerja dan kebijaksanaan teknis pelayanan kesehatan
gigi;
2) Melaksanakan dan memberikan upaya asuhan keperawatan gigi dengan
penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai
standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Menentukan pola pelayanan dan tata kerja;
4) Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi;
5) Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan
edukatif;
6) Melakukan pencatatan pada rekam medic dengan baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnose penyakit
menurut ICD X.
7) Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan data kegiatan pengobatan
dasar sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskemas.

i. Bidan Puskesmas, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kerja pelayanan KIA-KB berdasarkan data program;
2) Melaksanakan ANC (Ante Natal Care), INC (Intra Natal Care), PNC (Post
Natal Care), Perawatan Neonatus, Pelayanan KB, Penyuluhan KIA-KB,
dan Koordinasi lintas program sesuai dengan prosedur/SOP;
3) Melaksanakan asuhan kebidaan;
4) Melaksanakan pelayanan kebidanan sesuai SOP (Standar Prosedur
Operasional), SPM (Standar Pelayanan Minimal), SPP (Standar Pelayanan
Publik), Tata Kerja dan Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas;
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan rekam medic dengan baik, lengkap
serta dapat dipertanggungjawabkan termasuk member kode diagnose
menurut ICD X;
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan serta visualisasi data kegiatan KIA-
KB sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala
Puskesmas;

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 7


7) Melaksanakan evaluasi kegiatan kebidanan dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan kebidanan secara berkala kepada penanggung jawab;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

j. Bidan Desa, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Membuat perencanaan pelayanan KIA-KB di Polindes;
2) Membuat data dasar dan peta pelayanan KIA-KB (PWS) di Wilayah
Kerja;
3) Melaksanakan kegiatan pemeriksaan/pembinaan calon aseptor KB, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita;
4) Melaksanakan kegiatan posyandu, pembinaan kader dan dukun;
5) Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perawatan alat medis dan non
medis KIA-KB;
6) Bertanggung jawab atas kebersihan dan penataan ruangan pelayanan KIA-
KB;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan KIA-KB serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskemas;
8) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan KIA-KB;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

k. Tenaga Teknis Kefarmasian, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun perencanaan upaya pengelolaan dan pelayanan kefarmasian;
2) Menyusun perencanaan kegiatan pelayanan obat di kamar obat
berdasarkan data program pelayanan kesehatan dasar puskesmas;
3) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh tanggung
jawab sesuai keahlian dan kewenangannya;
4) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM, SPP, tata
kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Apoteker dan Kepala
Puskesmas;
5) Menyiapkan dan menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien;
6) Merekap pengeluaran obat berdasarkan resep yang masuk;
7) Membuat laporan pemakaian obat terbanyak;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

l. Penyuluh Kesehatan/Promosi Kesehatan, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kegiatan promosi kesehatan berdasarkan data program
puskesmas;
2) Melakukan penyuluhan kesehatan, pengembangan UKBM, pengembangan
Desa Siaga Aktif, dan pemberdayaan masyarakat dalam PHBS sesuai
SOP serta mengkoordinasikan dengan lintas sector;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan gizi;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 8


m. Sanitarian, mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Dalam Gedung :
a) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Lingkungan berdasarkan data
program puskesmas;
b) Melakukan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan yang meliputi
pengawasan dan pembinaan TTU/TPM, Pestisida, pelayanan klinik
sanitasi, penyuluhan kesehatan lingkungan dan koordinasi lintas
program terkait sesuai dengan protap;
c) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan kesehatan
lingkungan sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada
Kepala Puskesmas;
d) Melakukan evaluasi hasil kegiatan kesehatan lingkungan secara
meneluruh;
e) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga
penderita, tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan dan
perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit;
f) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku
yang berkaitan dengan kejadia penyakit yang diderita;
2) Luar Gedung :
a) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung
(puskesmas);
b) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan
lapangan yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media
penyuluhan, dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya;
c) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat
desa/kelurahan dan petugas kesehatan/bidan desa;
d) Melakukan pemeriksaan/pengamatan lingkungan, pengamatan
perilaku sertaa konseling sesuai dengan penyakit/masalah yang ada;
e) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan dan memberikan
saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).

n. Nutrisionis, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kegiatan peningkatan gizi masyarakat berdasarkan data
program puskesmas;
2) Mengkoordinir kegiatan penimbangan dan penyuluhan gizi di posyandu.
3) Melaksanakan kegiatan PSG (Pemantauan Status Gizi), Pemantauan
Konsumsi Gizi (PKG), pemantauan pengunaan garam beryodium, ASI
Eksklusif, Pemberian kapsul Vitamin A, Pemberian tablet Fe, penyuluhan
gizi dan koordinasi lintas program sesuai prosedur dan ketentuan;
4) Melaksanakan kegiatan dalam rangka UPGK (Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga);
5) Mendeteksi dan melaporkan adanya balita KEP;
6) Mengkoordinir pelaksanaan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan Balita
KEP;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
8) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan gizi;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 9


o. Analis Laboratorium Klinis, mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Menyusun rencana kegiatan laboratorium berdasarkan data kegiatan
sebelumnya;
2) Mempersiapkan dan memeriksaan sediaan spesiemen (darah, urine, tinja,
sputum);
3) Mengirimkan sediaan untuk diperiksa di tingkat pelayanan yang lebih
tinggi sesuai dengan system rujukan pelayanan kesehatan;
4) Melaksanakan kerjasama lintas program dan sector dalam pelayanan
laboratorium;
5) Bertanggungjawab atas penerimaan restribusi pemeriksaan laboratorium;
6) Menyetorkan kepada bendahara penerima hasil restribusi setiap hari;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan pelayanan laboratorium
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
9) Membanntu penataan/kebersihan ruangan laboratorium.

p. Perekam Medik/Petugas Loket, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kegiatan loket berdasarkan data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan loket yang meliputi pendaftaran pasien,
mendistribusikan rekam medic ke unit terkait, pencatatan/registrasi pasien,
penyimpanan rekam medic pasien, dan pengelolaan rekam medik inaktif
dalam retrieval berkas rekam medic aktif;
3) Bertanggung jawab atas penerimaan uang restribusi dan pengeluaran
karcis;
4) Menyetorkan kepada bendahara penerima hasil penerimaan restribusi setiap
hari;
5) Membantu merencanakan kebutuhan kartu rawat jalan, kartu tanda
pengenal dan family folder;
6) Mencatat registrer pasien baru/lama, BPJS/Non BPJS;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan loket sebagai bahan
informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
8) Melakukan evaluasi hasil kegiatan loket secara menyeluruh;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
10) Membantu penataan/kebersihan ruangan loket.

q. Pengemudi, mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun perencanaan perawatan dan pemeliharaan kendaraan ambulance.
2) Memeriksa kelengkapan kendaraan (cek rem, oli, lampu, air radiator, air
aki, BBM dan tekanan udara ban) secara rutin.
3) Menyiapkan kendaraan ambulance.
4) Mengemudikan kendaraan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat
(Pusling).
5) Mengemudikan kendaraan dalam rangka pelayanan keehatan perorangan
(rujukan dan penjempitan pasien).
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

r. Pramu Kebersihan mempunyai tugas sebagai berikut :


1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana dalam pelayanan
kebersihan puskesmas.
2) Melaksanakan pembersihan lantai, jendela dan lingkungan puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 10


3) Mengontrol dan mengunci ruangan bila kegiatan dalam gedung sudah
selesai.
4) Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kebersihan halaman dan
sekitarnya, serta kamar mandi/wc pasien.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

2. Tugas Jabatan Program :


a. Keluarga Berencana (KB)
1) Menyusun rencana kebutuhan pelayanan KB.
2) Membina unit KB dalam pelaksanaan Quality Assurance.
3) Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamanan alat medis dan non
medis KB.
4) Melaksanakan pelayanan KB.
5) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan pelayanan KB sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas .
6) Membantu menata dan membersihkan ruangan KIA/KB

b. Imunisasi
1) Menyusun perencanaan persediaan dan kebutuhan vaksin secara teratur;
2) Menyusun rencana kegiatan Imunisasi berdasarkan data program
Puskesmas;
3) Melakukan pengambilan vaksin di Dinas Kesehatan sesuai jadwal;
4) Menyusun data sasaran imunisasi;
5) Menyiapkan vaksin untuk kegiatan pelayanan imunisasi di Posyandu;
6) Mengkoordinir kegiatan pemberian imunisasi, Sweeping Imunisasi,
penyuluhan imunisasi, penangganan KIPI, dan koordinasi lintas program
terkait sesuai prosedur dan ketentuan;
7) Mengkoordinir kegiatan BIAS di tiap SD;
8) Melakukan pemeliharaan dan perawatan coldchain di Puskesmas;
9) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan imunisasi serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
10) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan imunisasi;
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
12) Membantu penataan/kebersihan ruangan imunisasi.

c. Malaria
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 Malaria, bersama petugas lintas
program dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan Malaria (MBS) berdasarkan
data API dan ABER.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat malaria dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 Malaria;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Malaria;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 Malaria serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 11


d. Demam Berdarah Dengue
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 DBD, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan DBD, bersama petugas lintas
program dan lintas sector terkait.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat DBD dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 DBD;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 DBD;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 DBD serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

e. ISPA
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 ISPA, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan ISPA.
3) Melaksanakan penyuluhan bersama dengan petugas program terkait;
4) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
5) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
6) Membantu merencanakan kebutuhan obat ISPA dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 ISPA;
7) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 ISPA;
8) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 ISPA serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

f. Diare
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 Diare, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan Diare sesuai standard an
ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat Diare dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 Diare;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Diare;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 Diare serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 12


g. TB
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 TB, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan TB sesuai standar dan
ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat malaria dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 TB;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 TB;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 TB serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

h. Kusta, Frambusia dan Filaria


1) Membuat perencanaan kegiatan P2 Kusta, Frambusia dan Filaria, bersama
petugas lintas program dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan Kusta, Frambusia dan Filaria
sesuai standar an ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat Kusta, Frambusia dan Filaria dan
sarana/alat dalam kegiatan P2 Kusta, Frambusia dan Filaria;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Kusta, Frambusia dan
Filaria;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 Kusta, Frambusia dan
Filaria serta visualisasi data sebagai bahan informasi dan pertanggung
jawaban kepada Kepala Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

i. HIV/AIDS
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 HIV/AIDS, bersama petugas lintas
program dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan HIV/AIDS sesuai standard
an ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat HIV/AIDS dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 HIV/AIDS;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 HIV/AIDS;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 HIV/AIDS serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 13


j. Rabies
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 Rabies, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan Rabies sesuai standard dan
ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat Rabies dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 Rabies;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Rabies;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 Rabies serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;

k. Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


1) Membuat perencanaan kegiatan MTBS, bersama petugas lintas program
dan lintas sektor terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan MTBS sesuai standard dan
ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat MTBS dan sarana/alat dalam
kegiatan MTBS;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program MTBS.
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan MTBS serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;

l. Kesehatan Reproduksi Remaja


1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro)
berdasarkan data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro) yang meliputi
Penjaringan anak sekolah, pemeriksaan kesehatan anak sekolah, pembinaan
dokter kecil;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Reproduksi
Remaja (Kespro) sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban
kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro)
secara menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

m. Upaya Kesehatan Sekolah dan Gigi


1) Menyusun rencana kegiatan UKS/UKGS berdasarkan data program
puskesmas;
2) Melakukan kegiatan UKS/UKGS yang meliputi Penjaringan anak sekolah,
pemeriksaan kesehatan anak sekolah, pembinaan dokter kecil;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan UKS/UKGS sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan UKS/UKGS secara meneluruh;

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 14


5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

n. Perawatan Kesehatan Masyarakat


1) Menyusun rencana kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat berdasarkan
data penyakit puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat yang meliputi
identifikasi penderita penyakit kronis, pembinaan dan pendampingan
penderita penyakit kronis, dengan menerapkan asuhan keperawatan
keluarga;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Perawatan Kesehatan
Masyarakat sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada
Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat secara
menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

o. Surveilens
1) Menyusun rencana kegiatan surveilens berdasarkan data program
Puskesmas;
2) Melakukan pengamatan penyakit yang berkesinambungan, meliputi :
pengumpulan data, pengolahan, analisis dan visualisasi data;
3) Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan KLB dan
koordinasi lintas program terkait sesuai prosedur dan ketentuan;
4) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
5) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan surveilens;
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

p. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


1) Menyusun rencana kegiatan P2PTM berdasarkan data program Puskesmas
2) Melaksanakan kegiatan P2DM, P2HT, P2Keswa dan Posbindu;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan P2PTM;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

q. Kesehatan Lansia
1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Usia Lanjut (Lansia) berdasarkan
data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Usia Lanjut (Lansia) yang meliputi
pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan, pemeriksaan
laboratorium, konseling kesehatan, senam, dan penyuluhan;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Usia Lanjut
(Lansia) sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Usia Lanjut (Lansia) secara
menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 15


r. Kesehatan Reproduksi
1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro)
berdasarkan data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro) yang meliputi
Penjaringan anak sekolah, pemeriksaan kesehatan anak sekolah, pembinaan
dokter kecil;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Reproduksi
Remaja (Kespro) sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban
kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (Kespro)
secara menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

s. Pengobatan Tradisional
1) Menyusun rencana kegiatan Pengobatan Tradisional (Batra) berdasarkan
data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Pengobatan Tradisional (Batra) yang meliputi
identifikasi sarana pelayanan pengobatan tradisional, penyuluhan dan
pendampingan;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Pengobatan Tradisional
(Batra) sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Pengobatan Tradisional (Batra) secara
menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

t. Kesehatan Jiwa
1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Jiwa berdasarkan data program
puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Jiwa yang meliputi Penjaringan dan
penemuan kasus, penyuluhan dan pengobatan;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Jiwa sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Jiwa secara menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.

u. Kesehatan Keselamatan Kerja


1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Keselamatan Kerja berdasarkan
data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Keselamatan Kerja yang meliputi
identifikasi resiko bahaya kesehatan ditempat kerja, penyuluhan K3, dan
konseling K3;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Keselamatan
Kerja sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Keselamatan Kerja secara
menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 16


BAB III
PENYELENGGARAN PELAYANAN

A. Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam sistem
kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi dan demografi dalam
wilayah hukum kecamatan, yang mencakup ketersediaan sarana fisik gedung yang
memenuhi standar dan kemudahan akses bagi masyarakat sehingga menghasilkan
fungsional yang maksimal, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui
puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan
yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
dan keluarga. Sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

B. Organisasi
Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik upaya kesehatan perorangan
maupun upaya kesehatan masyarakat. Unit kerja ini merupakan organisasi yang dipimpin
oleh seorang kepala Puskesmas dan unit struktur ketatausahaan serta unit unit fungsional
pelayanan UKP dam UKM serta jejaring pelayanan kesehatan di tingkat desa dan
pelayanan pelayanan penunjang.

C. Motto, Visi, Misi, dan Tata Nilai Puskesmas

MOTTO

“ KESEHATAN ANDA WUJUD PELAYANAN KAMI ”

VISI

“ Menjadi Puskesmas Berdikari dengan pelayanan bermutu


menuju Masyarakat Talibura Sehat ”

MISI

1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,


keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.

2. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu,


profesional, merata dan terjangkau bagi masyarakat secara
efektif dan efisien.

3. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku


hidup sehat dalam lingkungan yang sehat.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 17


TATA NILAI

Tata Nilai Puskesmas Watubaing : Melayani dengan “BERDIKARI”

1. Berpihak pada masyarakat

2. Disiplin

3. Kerjasama tim

4. Akuntabilitas dan transparan

5. Respon cepat dan tepat

6. Integritas tinggi

D. Mutu Pelayanan
Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas, Kami seluruh karyawan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dengan :
1. Mengutamakan kepuasan pasien dengan melakukan peningkatan pelayanan secara
terus menerus dengan memperhatikan hak-hak pasien.
2. Mentaati etika pelayanan Puskesmas yang telah dibuat.
3. Memberi pelayanan secara tepat, cepat, tulus dan ikhlas.
4. Menerapkan system manejemen mutu Puskesmas secara efektif dan efisien.

Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Watubaing :


1. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab UKP dan penanggung jawab
UKM wajib berpartisipasi dalam program mutu dan keselamatan pasien mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Perencanaan mutu yang disusun berisikan :
a. Area prioritas berdasarkan data da informasi, baik dari hasil monitoring dan
evaluasi indicator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan
mempertimbangkan kekritisan, resiko tinggi dan kecenderungan terjadinya
masalah.
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.
c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien
yang terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan.
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan
indicator, pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti
dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja UKM, dan indikator
kinerja klinis,yang meliputi indikator struktur, proses, dan outcome.
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi,
perancangan system, rancang ulang system untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
g. Penerapan manajemen resiko pada semua lini pelayanan baik pelayanan UKM
maupun penyelenggaraan pelayanan klinis.
h. Manajemen resiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan,
kejadian nyaris cedera, dan keadaan potensial cedera.
i. Program dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan
keselamatan pasien, termasuk didalamnya program peningkatan mutu
laboratorium dan program peningkatan mutu pelayanan obat.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 18


j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan
permasalan, tindak lanjut yang dilakukan.
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.
3. Proses pelayanan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Puskesmas, dan perencanaan
Puskesmas.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga dan staf.
c. Mengunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman praktik klinis, standar
pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan dari profesi
maupun panduan dari Kementerian Kesehatan.
d. Mempertimbangkan informasi dari manajemen resiko.
e. Disusun sesuai dengan pengetahuan keterampilan yang ada di Puskesmas.
f. Mengunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait.
g. Mengintegrasikan serta mengabungkan berbagai proses dan system pelayanan.
4. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
5. Tim manajemen mutu Puskesmas wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien kepada Kepala Puskesmas tiap tri bulan.
6. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf, serta
mempertimbangkan kekritisan, resiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area
prioritas yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan
pasien adalah :
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien.
b. Pelayanan rawat jalan.
c. Pelayanan farmasi.
d. Pelayanan gawat darurat.

Kepala Puskesmas mewajibkan semua koordinator unit untuk :


1. Memahami sistem manajemen mutu dan menjalankan secara konsisten.
2. Mengkomunikasikan kepada karyawan (pelaksana) tentang pentingnya mutu dan
kepuasan pasien, yang dimulai dari identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggan,
perencanaan, penyelenggaraan, upaya Puskesmas dan Pelayanan Klinis,
pelaksanaan pelayanan, monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut pelayanan.
3. Memastikan pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas dilakukan berfokus pada
pasien/pelanggan
4. Mensosialisasikan kebijakan mutu dan sasaran yang ingin dicapai.
5. Melakukan evaluasi untuk melihat efektifitas sistem manajemen mutu.
6. Memastikan tersedianya sumber daya untuk mendukung pelaksanaan sistem.
7. Memastikan perbaikan terus menerus dilakukan pada semua aspek kegiatan.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 19


E. Penetapan Indikator Kinerja
a. Indikator Kinerja Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas Watubaing
2017
Target
Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal tahun
No. Dasar & Sub 2017
Kegiatan
Indikator %
I a. Pelayanan Kesehatan Ibu, 1 Cakupan Kunjungan Ibu
99
Bayi, Balita, dan Anak Hamil K4.
Sekolah
2 Cakupan Ibu Hamil yang
memperoleh ANC 50
berkualitas

3 Cakupan pelayanan Ibu


100
Nifas
4 Cakupan neonatal dengan 80
komplikasi yang
ditangani
5 Cakupan kunjungan
99
neonatus

6 Cakupan Bayi Berat


3
Lahir Rendah (BBLR )

7 Cakupan neonatus
100
komplikasi yang di rujuk

8 Cakupan kunjungan bayi. 100

9 Cakupan Bayi yang


95
Mendapat ASI Eksklusif

10 Cakupan pelayanan anak


63
balita.

11 Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan 100
setingkat

b. Pelayanan Imunisasi 12 Cakupan Desa/Kelurahan


Universal Child 100
Immunization (UCI).

c. Pelayanan Gizi 13 Cakupan pemberian


makanan pendamping 90
ASI pada anak usia 6-24
bulan keluarga miskin.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 20


14 Cakupan Balita gizi
buruk mendapat 100
perawatanan

15 Cakupan Balita yang


Naik Berat Badannya 71
(N/D)

16 Cakupan Balita Bawah


1
garis Merah

17 Cakupan Balita mendapat


Kapsul vitamin A 91
2x/tahun

18 Cakupan Ibu Hamil


mendapat 90 Tablet Fe 99
dan MMN

19 Cakupan Kecamatan
80
Bebas Rawan Gizi

e. Pelayanan KB 20 Cakupan peserta KB


76
Aktif

f. Penanggulangan Masalah 21 Cakupan Penemuan dan


Kesehatan penanganan penderita
penyakit
22 Acute Flacid Paralysis
(AFP) rate per 100.000 >1
penduduk < 15 tahun

23 Penemuan Penderita
28
Pneumonia Balita

24 Penemuan Pasien Baru


80
TB BTA Positif

25 Kesembuhan Penderita
96
TB BTA +

26 Penderita DBD yang


100
Ditangani

27 Penemuan Penderita
44
Diare

28 Klien yang mendapatkan


penanganan HIV/AIDS 100

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 21


29 Skrining Darah Donor
100
terhadap HIV/AIDS

30 Infeksi Menular seksual


100
yang diobati

31 Cakupan penderita
100
Malaria yang diobati

32 Cakupan Penderita Kusta


97
yang selesai berobat (
RFT Rate > 90% )
33 Cakupan Kasus Filariasis 100
yang ditangani
34 Cakupan Kasus frambusia 100
yang ditangani
35 Pencegahan dan
100
Pemberantasan Penyakit
Rabies
g. Pelayanan Kesehatan 36 Cakupan Pelayanan
Masyarakat Kesehatan Pra Usia 35
Lanjut dan Usia Lanjut
II. h. Pelayanan Kesehatan 37 Institusi yang dibina 85
Lingkungan
38 Rumah/Bangunan Bebas
97
Jentik
39 Sarana Air Bersih yang
memenuhi syarat 54
kesehatan

40 Cakupan Rumah Sehat 70

41 Cakupan Jamban
85
Keluarga

42 Cakupan TTU/TPM yang


85
memenuhi syarat

III Penyelidikan 43 Cakupan Desa/Kelurahan


mengalami KLB yang 100
dilakukan penyelidikan
epidemiologi <24 jam
43 Cakupan Desa Siaga
100
Aktif

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 22


b. Indikator Kinerja Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan / Klinis
PuskesmasWatubaing 2017
Standar Pelayanan Minimal
No Jenis Pelayanan
Indikator 2017
1 Pelayanan Rawat 1. Pemberi Pelayanan di Poliklinik 100 % dokter
Jalan (poliklinik) 2. Pemberi pelayanan di KIA 100 % bidan
terlatih
1. Jam buka pelayanan sesuai dengan 100%
ketentuan
08.00 s/d 13 setiap hari kerja
08.00 s/d 11 setiap hari jumat
2. Kepatuhan hand hygiene 100 %
1. Peresepan obat sesuai formularium
100 %
Nasional
1. Kepuasan pasien ≥ 75 %
2 Persalinan 1. Pemberi pelayanan persalinan 100%
normal
1. Kepatuhan hand hygiene 100%
1. Kematian ibu karena persalinan 0%
2. Kepuasan pasien ≥ 80 %
3 Pelayanan 1. Kelengkapan Peralatan
≥ 80 %
Laboratorium Laboratorium
Sederhana 1. Tidak adanya kejadian tertukar 100 %
specimen
100 %
2. Pemeriksaan Kimia darah terlayani
100 %
3. Pemeriksaan Darah lengkap
terlayani
1. Tidak adanya kesalahan pemberian 100 %
hasil pemeriksaan laboratorium
2. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
4 Pelayanan 1. Pengelola pelayanan farmasi Sesuai standar
Farmasi/obat 2. Fasilitas dan peralatan pelayanan Sesuai standar
farmasi
3. Ketersediaan formularium Tersedia dan
updated paling
lama 3 thn
1. Waktu tunggu pelayanan obat jadi ≤ 30 menit
2. Waktu tunggu pelayanan obat
≤ 60 menit
racikan
1. Tidak adanya kejadian salah
100 %
pemberian obat
1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
5 Pelayanan gizi 1. Pemberi pelayanan gizi Sesuai standart
2. Ketersediaan pelayanan konsultasi Tersedia
gizi
1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
7 Pelayanan rekam 1. Waktu penyediaan dokumen rekam
medik medis rawat jalan ≤ 10 menit

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 23


2. Kelengkapan pengisian rekam
medik 24 jam setelah selesai 100 %
pelayanan
3. Kelengkapan Informed Concent
setelah mendapatkan informasi 100 %
yang jelas
4. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
8 Administrasi dan 1. Adanya dokumen mutu yang
Ada
manajemen terkendali
2. Pola Ketenagaan terpenuhi 100%
3. Adanya daftar urutan kepangkatan
Ada
karyawan
1. Ada Audit Ada
2. Semua penanggung jawab dan
pelaksana upaya melakukan self 100%
assesmen
3. Ketepatan waktu pengusulan
100 %
kenaikan pangkat
4. Ketepatan waktu pengurusan gaji
100%
berkala
5. Ketepatan waktu penyusunan
100 %
laporan keuangan
1. Kelengkapan pelaporan
100 %
akuntabilitas kinerja
9 Pelayanan Mobil 1. Ketersediaan pelayanan mobil
24 jam
Puskesmas Keliling Puskesmas keliling
Sebagai 1. Standart K3 terpenuhi 100 %
“ambulans” 2. Semua alat transportasi berfungsi 100 %
3. Waktu tanggap pelayanan ambulan
kepada masyarakat yang < 30 mt
membutuhkan
1. Tidak terjadinya kecelakaan
100 %
ambulans
1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
11 Pemeliharaan 1. Adanya Penanggung Jawab sarana
SK Kapus
Sarana pelayanan
1. Alat ukur dan alat laboratorium
100 %
yang dikalibrasi tepat waktu
12 Pencegahan dan 1. Ketersediaan APD ≥60 %
pengendalian 1. Penggunaan APD saat
100 %
infeksi melaksanakan tugas

F. Pelimpahan Wewenang
Keterbatasan tenaga dokter di Puskesmas Watubaing yang membuat tenaga
perawat dan bidan di daerah terjauh dari Puskesmas mengambil alih tugas dan wewenang
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan (pengobatan dan tindakan medis) untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat daerah tersebut, hal ini bertentangan dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Oleh sebab itu untuk memperlancar dan menjamin adanya kepastian hukum bagi
tenaga perawat dan atau bidan dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan di

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 24


masyarakat perlu diterbitkan surat pelimpahan wewenang dari tenaga dokter kepada
tenaga perawat dan atau bidan.

Jenis Pelimpahan Wewenang :


1. Pelimpahan wewenang secara Delegatif
Pelimpahan wewenang secara delegatif adalah untuk melakukan sesuatu tindakan
medis yang diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dan atau bidan dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab.
2. Pelimpahan wewenang secara Mandat
Pelimpahan wewenang secara mandat adalah untuk melakukan sessuatu tindakan
medis yang diberikkan oleh tenaga medis kepada Perawat dan atau bidan untuk
melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

G. Perencanaan dan Pelaksanaan


Pimpinan Puskesmas menetapkan sasaran mutu pada semua unit (Manajemen
UKM, dan UKP). Dalam mencapai Sasaran Mutu tersebut seluruh kegiatan Puskesmas
Watubaing dibuat dalam bentuk rencana kerja yang berupa Rencana Kerja, Waktu
Pelaksanaan, dan Anggarannya, yang ditetapkan secara tahunan yang bersifat dinamis
dan senantiasa dikembangkan untuk mempercepat pencapaian sasaran mutu
Rencana Kerja tersebut dilaksanakan dengan Kerangka Acuan yang jelas,
dimonitor, dianalisa dan dilakukan tindakan penyesuaian yang diperlukan untuk
menjamin bahwa kinerja proses sesuai dengan Rencana yang telah ditetapkan.
Dalam hal terjadi perubahan terhadap sistem manajemen mutu yang telah
ditetapkan maka integritas sistem manajemen mutu dalam pencapaian Kebijakan dan
Sasaran Mutu harus makin efektif.

H. Produk Pelayanan
a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esesnsial
Upaya kesehatan Masyarakat Esensial Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial tersebut adalah :
1. Upaya Promosi Kesehatan;
2. Upaya Kesehatan Lingkungan;
3. Upaya KIA KB;
4. Upaya Pelayanan Gizi;
5. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari :
a) Imunisasi;
b) P2P Menular (Malaria, DBD, Diare, ISPA, TB, Kusta, Frambusia, Hiv/Aids,
dan Rabies);
c) P2P Tidak Menular (DM, Hypertensi);
d) Surveilens Epidemiologi.
6. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


Upaya kesehatan masyarakat pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 25


Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada, yakni :
1. UKS/UKGS.
2. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
3. Upaya Kesehatan Reproduksi Remaja.
4. Upaya Kesehatan Jiwa.
5. Upaya Kesehatan Keselamatan Kerja.
6. Upaya Kesehatan Pengobatan Tradisional.
7. Club Prolanis dan Posbindu.

c. Upaya Kesehatan Perorangan


Upaya kesehatan perorangan adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk
pasien dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan
klien. Dimulai dari anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai
dengan diagnosanya.
Upaya kesehatan perorangan, meliputi kegiatan di :
1. UGD 24 Jam
2. Ruang Bersalin 24 Jam
3. Loket Pendaftran;
4. Poli Umum;
5. Poli KIA;
6. Poli Gigi;
7. Poli MTBS;
8. Laboratorium;
9. Loket Obat;
10. Ambulance

I. Alur Pelayanan

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 26


J. Jadwal Pelayanan Puskesmas Watubaing
Puskesmas Watubaing bbuka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu.
No Jenis Pelayanan Waktu Keterangan
1. Pelayanan UGD 24 jam
2. Pelayanan Persalinan 24 jam
Jadwal pelayanan
3. Pelayanan Poli Umum 08.00 – 11.30 Wita
rawat jalan
Pelayanan Poli KIA-KB 08.00 – 11.30 Wita
khusus hari Jumat
4. Pelayanan Poli Gigi 08.00 – 11.30 Wita
sampai jam 10.30
5. Pelayanan Poli MTBS 08.00 – 11.30 Wita
Wita dan hari
6. Pelayanan Poli TB 08.00 – 11.30 Wita
Sabtu
7. Pelayanan Konsultasi (Gizi, 08.00 – 11.30 Wita
sampai jam 11.00
Kesehatan Lingkungan)
Wita
8. Pelayanan Laboratorium 08.00 – 11.30 Wita
9. Pelayanan Obat 08.00 – 11.30 Wita

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 27


BAB IV KESELAMATAN
PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik
untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary,
October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam
pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.,
meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya
program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak
diharapkan).
Sistem Patient Safety
 Assesment Resiko
 Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisa insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang daripada
“underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah
(unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan yang mutakhir.

Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)


Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt mencederai pasien tetapi
cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**), atau karena
peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan
diberikan antidotum-nya

Tujuh standar keselamatan pasien


1. Hak pasien : Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan KTD,
2. Mendidik pasien dan keluarga : Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan pasien,
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan : Puskesmas menjamin
keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan,
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien : Puskesmas harus mendisain proses baru

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 28


atau memperbaiki prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien : Pimpinan mendorong
dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi melalui
penerapan tujuh langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya program
proaktif untuk identifikasi risiko keselatan pasien dan program menekan atau
mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelasPuskesmas menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien :
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil,
2. Pimpin dan dukung staf anda :
Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien,
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko :
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan
kajian hal yang potensial bermasalah,
4. Kembangkan sistem pelaporan :
Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta
Puskesmas mengatur pelaoran kepada KKPRS,
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien :
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien,
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien :
Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul,
Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:Gunakan infromasi yang ada
tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan sistem pelayanan.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 29


BAB V KESELAMATAN
KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan


bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal
diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan diPuskesmas, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
Puskesmas.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan
kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam Puskesmas atau instansi kesehatan
dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
(obat– obatan);
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;
3. Bahaya radiasi;
4. Luka bakar;
5. Syok akibat aliran listrik;
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan,
antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini
akan dikemukakan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas / instansi
kesehatan.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 Puskesmas perlu
dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan terpadu,
diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi pengelola maupun
karyawan Puskesmas.
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan
mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak
kelalaian atau kesalahan ( malpraktek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari
kesalahan kerja. Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium seperti
proses manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi perkiraan
/ peramalan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, menganalisa
data, fakta dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi berikutnya
adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian penempatan staf, pendanaan
serta implemen- tasi program. Fungsi terakhir ialah fungsi pengawasan yang meliputi
penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 30


BAB VI
TATALAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem manajemen. Dalam upaya
peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang merupakan jawaban dari
dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan pelanggan baik.

A. Pelayanan Kesehatan Perorangan


Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan didalam gedung berupa pendekatan kuratif
dan rehabilitatif. Kegiatan upaya kesehatan perorangan meliputi :

1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan
dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan
yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai
dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.

2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai dari
anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi,
c. Pelayanan KIA-KB,
d. Pelayanan MTBS, dan
e. Pelayanan Konseling.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan
kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan
dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari init
pelayanan sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.

4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan.

B. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa pendekatan
promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :

1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 31


sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi
angka kematian ibu.

2. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam
berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia,
dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung
dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.

3. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

4. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)


Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas
sektor dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

5. Upaya Perbaikan Gizi


Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok
Puskesmas yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat. Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 32


BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. Mutu Pelayanan
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu
sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu.
Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous
improvement) atau mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu
pada upaya peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal
yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin
dapat mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan
secara operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf
mengetahui bahwa hal yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana
staf mengetahui bahwa masalah sudah terpecahkan, dengan cara
menentukan kriteria keberhasilan pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya
masalah.
Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok
Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya
dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang
sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan
data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab
yang paling dominan.
Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan,
dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang
diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria
lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 33


Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:
a. Merencanakan (PLAN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan dan
apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan “siapa, apa, dimana, dan
bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan penjelasan tentang
berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan adanya penolakan dari pihak
yang dijadikan sasaran. Di sini harus sudah diputuskan tentang data yang harus
dikumulkan untuk memantau keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan, termasuk
proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi, dan
mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan solusi. Amati bagamana
solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap
menyimpang dari kesepakatan. Setiap masalah atau kesalahan yang muncul
dalamproses ini harus diartikan sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang
diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang
diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan proses solusi, atau hentikan,
atau ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan melakukan modifikasi”.

B. Pengendalian Mutu Dokumen


Secara umum dokumen- dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi
: Dokumen level 1 : Kebijakan, dokumen level 2 : Pedoman/Manual, dokumen level 3 :
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan dokumen level 4 : rekaman-rekaman sebagai
catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan, pedoman dan prosedur.
1. Pengendalian dokumen meliputi :
a. Menyetujui dokumen sebelum terbit.
b. Memberikan cap terkendali untuk dokumen yang diberlakukan dan cap tidak
terkendali untuk dokumen yang sudah tidak berlaku.
c. Menelaah dan memperbaharui jika diperlukan dan persetujuan pemberlakukan
ulang dokumen.
d. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen
teridentifikasi.
e. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar Puskesmas yang ditetapkan
oleh organisasi yang penting untuk perencanaan dan operasional system
manajemen mutu diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan.
f. Catatan/rekaman implementasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan
dikendalikan.
Puskesmas menetapkan SOP terdokumentasi untuk mendefenisikan
pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan,
pengambilan, lama simpan dan pemusnahan. Catatan/rekaman implementasi
harus dapat terbaca, segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses kembali.

2. Pengendalian dokumen mutu/akreditasi Puskesmas wajib mentaati system


pengendalian dokumen yang telah ditentukan di dalam kebijakan pengendalian
dokumen.
a. Pengkodean dokumen kelompok pelayanan :
1) Administrasi Manajemen dengan Kode A,
a) Bab I, (A/I)
b) Bab II, (A/II)
c) Bab III, (A/III)

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 34


2) Pelayanan Program dengan Kode B,
a) Bab IV, (B/IV)
b) Bab V, (B/V)
c) Bab VI, (B/VI)
3) Pelayanan Klinis dengan Kode C,
a) Bab VII, (C/VII)
b) Bab VIII, (C/VIII)
c) Bab IX, (C/IX)
4) Cara penulisan dokumen :
a) Surat Kebijakan (SK)
b) Standar Operasional Prosedur (SOP)
c) Kerangka Acuan (KA)
d) Manual Mutu (MM)
e) Dokumen eksternal (Dek)

3. Penyimpanan dokumen/arsip
a. Semua dokumen mutu/akreditasi aktif/terkendali, memiliki masa berlaku 3
tahun, setelah itu perlu dilakukan evaluasi. (direvisi, diganti atau tidak
terkendali).
b. Dokumen rekam klinik/medic inaktif wajib disimpan sekurang-kurangnya tiga
tahun, terhitung dari tanggal terakhir pasien meninggal, atau pindah tempat,
setelah batas waktu sebagiamana dimaksud di atas dilampaui, rekam
medic/klinis dapat dimusnahkan, kecuali persetujuan tindakan dan persetujuan
lain harus disimpan jangka waktu 10 tahun, terhitung dari tanggal dibuatnya.
c. System penyimpanan resep yang telah dilayani di Puskesmas harus dipelihara
dan disimpan minimal dua tahun.
d. Penyimpanan dokumen/arsip perkantoran sesuai dengan system penyimpanan
dokumen/arsip aturan Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka.
e. Penyimpanan dokumen mutu/akreditasi disimpan di masing-masing kelompok
pelayanan, sedangkan di secretariat tim mutu/administrasi dan manajemen
(admen) menyimpan master dokumen semua kelompok pelayanan dan
program.
f. Untuk prosedur kerja yang masih terkendali (belum lebih dari tiga tahun) dan
memakai istilah Prosedur Tetap (Protap) masih bias digunakan. Selanjutnya
apabila protap tersebut sudah lebih dari tiga tahun, maka dilakukan revisi
dengan format baru (Standar Operasional Prosedur/SOP).

4. Sistim Penomoran
a. Penomoran SK dan SOP
Cara penomoran SK :
No.urut dokumen/kode/Bab/jenis dokumen/Nama Puskesmas/Bulan/tahun
terbit
Contoh : 01/A/I/SK/Pusk.WB/II/2017
( 01 : No.urut dokumen, A : Kode pelayanan Admen, I : Bab I, SK :
Jenis dokumen, Pusk.WB : singkatan nama puskesmas, IV : Bulan
2/Pebruari, 2017 : tahun terbit 2017
b. Surat masuk dan keluar sesuai dengan aturan Pemerintah Kabupaten Sikka.
c. Penomoran dokumen di kelompokan pelayanan dilakukan oleh kelompok
pelayanan masing-masing disesuaikan dengan system pengkodean yang telah
ditentukan.
d. Penomoran dokumen diurutkan sesuai pengkodean yang telah ditentukan.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 35


e. Format dokumen diatur/diseragamkan dengan contoh format terlampir :
1) Format Standar Operasional Prosedur.
2) Format Rekam Klinis/Medis.
3) Format Pelimpahan Wewenang.
4) Format Resep.
5) Format Kasir.
6) Format Rujukan Eksternal.
7) Format Internal.
8) Format Persetujuan Tindakan (Inform Consent).
9) Format Penolakan Tindakan.
10) Format Pulang Paksa.
11) Format dll.

5. Dokumen sistem manajemen mutu dipastikan terkendali :


a. Dokumen sistem manajemen mutu adalah dokumen- dokumen yang memuat
informasi yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan sistem
manajemen mutu.
b. Pengendalian dokumen dimaksudkan agar dokumen sistem manajemen mutu
yang dipergunakan adalah dokumen yang tepat dan benar.
c. Cara pengendalian dokumen diatur dalam prosedur dan dipahami oleh semua
pihak terkait.
d. Prosedur pengendalian dokumen mengatur hal-hal sebagai berikut :
1) Penetapan jenis dokumen
2) Pembuatan dokumen
3) Pemeriksaan dokumen
4) Pengesahan dokumen
5) Penerbitan dokumen
6) Pendistribusian dan penerimaan dokumen
7) Revisi dan penerbitan ulang dokumen
8) Penarikan dan pemusnahan dokumen yang sudah tidak berlaku
9) Peninjauan ulang dokumen
Kebijakan, manual mutu dan dokumen asli dikendalikan di sekertariat akreditasi
sedangkan fotocopy dari kebijakan, manual mutu, pedoman, SOP dan dokumen
pendukung lainnya di kendalikan oleh masing- masing unit / poli.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 36


BAB VIII
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau seni serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang
dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai
proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial
untuk dimanfaatkan,untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk
menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering
terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya,
berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi.
Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :


A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan bahan
logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Ada
dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. jumlah pembelian pada periode waktu
c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja
yang dicapai
e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi
barang yang diminta „habis‟ atau tidak ada persediaan,jumlah barang yang
menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan pada
periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan,
pola penyakit, target kinerja pelayanan
b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun
kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium, untuk
pengadaan di Puskesmas)
c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik meliputi
jenis, jumlah maupun spesifikasi logistic
d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru),
sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 37


3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order
(PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan
tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme
ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara
otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam
penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian
persediaan ada beberapa syarat, antara lain :
1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi manajemen ,
memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas
adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial
atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast
atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu kemudian
dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata penggunaan perbulan,
dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan
berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 38


Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)
waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh
Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan
yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih
dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.

E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan pengeluaran
barang dari gudang.

F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 39


BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien.


Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,maupun
penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan banyaknya
kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana
pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi rendahnya kualitas pelayanan,
yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan pelaksanaan
pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, managemen
resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu
pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu
dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan maupun sumberdaya yg
digunakan.

Watubaing, 15 Pebruari 2017


KEPALA PUSKESMAS WATUBAING,

Adrianus, S.Kep
NIP. 19780503 200112 1 005

PEDOMAN MANUAL MUTU PELAYANAN PUSKESMAS WATUBAING Page 40

Anda mungkin juga menyukai