Pedoman Pengendalian
Nomor : 3/A/III/MM/Pusk.WB/II/2017
:1 Maret 2017
JL. MAUMERE – LARANTUKA KM. 40 Halaman : 1- 40
2017
DAFTAR ISI
BAB I PE DAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………..……...... 1
B. Tujuan Pedoman ……………………..……...... 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………..……...... 1
D. Batasan Operasional ……………………..……...... 2
E. Landasan Hukum ……………………..……...... 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. SDM Kualifikasi Status Kepegawaian ……………………..……...... 3
B. SDM Kualifikasi Jenjang Pendidikan ……………………..……...... 4
C. Tugas dan Fungsi Jabatan ……………………..……...... 4
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan
mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau
pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis
ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat
dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka melalui pendekatan mutu paripurna
yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut
mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan
banyaknya pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan
kesehatan dan kepuasan pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi
Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber
Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas.
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana
pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas. Sehingga pelayanan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
D. Batasan Operasional
a. Defenisi
Mutu disebutkan sebagai kepatuhan terhadap standar yang sudah ditetapkan atau
yang memenuhi persyaratan yang diinginkan pelanggan, serta stake holder dan
provider. Mutu juga berarti kesesuaian terhadap persyaratan yang ditetapkan
b. Dimensi Mutu
Dimensi mutu, meliputi :
1. Akses.
2. Efektifitas.
3. Efisiensi.
4. Keselamatan dan Keamanan.
5. Kenyamanan.
6. Kesinambungan Pelayanan.
7. Kopetensi petugas.
8. Informasi dan Dokumentasi.
E. Landasan Hukum
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional,
d. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Jenjang Pendidikan
No Jenis Ketenagaan Jumlah DO / D4 / Ket
D3 Profesi
D1 S1
1. Kepala Puskesmas 1 1
2 Dokter 2 2
3 Perawat 28 2 19 7
4 Perawat Gigi 1 1
5 Bidan 22 3 17 2
6 Teknis Kefarmasian 1 1
7 Analisis kesehatan 3 3
8 Promkes 2 2
9 Jurim -
10 Sanitarian 2 1 1
11 Tenaga Gizi 1 1
12 Rekam Medik 2 2
Tenaga Pekarya
Kesehatan
a. Tata usaha 1 1
13 b. Loket 1 1 2
c. Cleaning Service 1 1
d. Sopir 1 1
e. Juru Masak 1 1
b. Imunisasi
1) Menyusun perencanaan persediaan dan kebutuhan vaksin secara teratur;
2) Menyusun rencana kegiatan Imunisasi berdasarkan data program
Puskesmas;
3) Melakukan pengambilan vaksin di Dinas Kesehatan sesuai jadwal;
4) Menyusun data sasaran imunisasi;
5) Menyiapkan vaksin untuk kegiatan pelayanan imunisasi di Posyandu;
6) Mengkoordinir kegiatan pemberian imunisasi, Sweeping Imunisasi,
penyuluhan imunisasi, penangganan KIPI, dan koordinasi lintas program
terkait sesuai prosedur dan ketentuan;
7) Mengkoordinir kegiatan BIAS di tiap SD;
8) Melakukan pemeliharaan dan perawatan coldchain di Puskesmas;
9) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan imunisasi serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
10) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan imunisasi;
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
12) Membantu penataan/kebersihan ruangan imunisasi.
c. Malaria
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 Malaria, bersama petugas lintas
program dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan Malaria (MBS) berdasarkan
data API dan ABER.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat malaria dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 Malaria;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Malaria;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 Malaria serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
e. ISPA
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 ISPA, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan ISPA.
3) Melaksanakan penyuluhan bersama dengan petugas program terkait;
4) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
5) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
6) Membantu merencanakan kebutuhan obat ISPA dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 ISPA;
7) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 ISPA;
8) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 ISPA serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
f. Diare
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 Diare, bersama petugas lintas program
dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan Diare sesuai standard an
ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat Diare dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 Diare;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 Diare;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 Diare serta visualisasi data
sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
i. HIV/AIDS
1) Membuat perencanaan kegiatan P2 HIV/AIDS, bersama petugas lintas
program dan lintas sector terkait;
2) Melaksanakan kegiatan upaya pemberantasan HIV/AIDS sesuai standard
an ketentuan yang berlaku.
3) Melaksanakan surveilens dan mendeteksi adanya KLB;
4) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (bila terjadi KLB) bersama petugas
terkait lainnya;
5) Membantu merencanakan kebutuhan obat HIV/AIDS dan sarana/alat dalam
kegiatan P2 HIV/AIDS;
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi program P2 HIV/AIDS;
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 HIV/AIDS serta visualisasi
data sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
o. Surveilens
1) Menyusun rencana kegiatan surveilens berdasarkan data program
Puskesmas;
2) Melakukan pengamatan penyakit yang berkesinambungan, meliputi :
pengumpulan data, pengolahan, analisis dan visualisasi data;
3) Melakukan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan KLB dan
koordinasi lintas program terkait sesuai prosedur dan ketentuan;
4) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
5) Melakukan evaluasi hasil kinerja kegiatan surveilens;
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
q. Kesehatan Lansia
1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Usia Lanjut (Lansia) berdasarkan
data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Usia Lanjut (Lansia) yang meliputi
pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan, pemeriksaan
laboratorium, konseling kesehatan, senam, dan penyuluhan;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Usia Lanjut
(Lansia) sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Usia Lanjut (Lansia) secara
menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
s. Pengobatan Tradisional
1) Menyusun rencana kegiatan Pengobatan Tradisional (Batra) berdasarkan
data program puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Pengobatan Tradisional (Batra) yang meliputi
identifikasi sarana pelayanan pengobatan tradisional, penyuluhan dan
pendampingan;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Pengobatan Tradisional
(Batra) sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala
Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Pengobatan Tradisional (Batra) secara
menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
t. Kesehatan Jiwa
1) Menyusun rencana kegiatan Kesehatan Jiwa berdasarkan data program
puskesmas;
2) Melakukan kegiatan Kesehatan Jiwa yang meliputi Penjaringan dan
penemuan kasus, penyuluhan dan pengobatan;
3) Membuat pencatatan dan pelaporan data kegiatan Kesehatan Jiwa sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas;
4) Melakukan evaluasi hasil kegiatan Kesehatan Jiwa secara menyeluruh;
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas.
A. Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam sistem
kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi dan demografi dalam
wilayah hukum kecamatan, yang mencakup ketersediaan sarana fisik gedung yang
memenuhi standar dan kemudahan akses bagi masyarakat sehingga menghasilkan
fungsional yang maksimal, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui
puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Yang dimaksud dengan Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan
yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan
dan keluarga. Sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.
B. Organisasi
Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik upaya kesehatan perorangan
maupun upaya kesehatan masyarakat. Unit kerja ini merupakan organisasi yang dipimpin
oleh seorang kepala Puskesmas dan unit struktur ketatausahaan serta unit unit fungsional
pelayanan UKP dam UKM serta jejaring pelayanan kesehatan di tingkat desa dan
pelayanan pelayanan penunjang.
MOTTO
VISI
MISI
2. Disiplin
3. Kerjasama tim
6. Integritas tinggi
D. Mutu Pelayanan
Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas, Kami seluruh karyawan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dengan :
1. Mengutamakan kepuasan pasien dengan melakukan peningkatan pelayanan secara
terus menerus dengan memperhatikan hak-hak pasien.
2. Mentaati etika pelayanan Puskesmas yang telah dibuat.
3. Memberi pelayanan secara tepat, cepat, tulus dan ikhlas.
4. Menerapkan system manejemen mutu Puskesmas secara efektif dan efisien.
7 Cakupan neonatus
100
komplikasi yang di rujuk
11 Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan 100
setingkat
19 Cakupan Kecamatan
80
Bebas Rawan Gizi
23 Penemuan Penderita
28
Pneumonia Balita
25 Kesembuhan Penderita
96
TB BTA +
27 Penemuan Penderita
44
Diare
31 Cakupan penderita
100
Malaria yang diobati
41 Cakupan Jamban
85
Keluarga
F. Pelimpahan Wewenang
Keterbatasan tenaga dokter di Puskesmas Watubaing yang membuat tenaga
perawat dan bidan di daerah terjauh dari Puskesmas mengambil alih tugas dan wewenang
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan (pengobatan dan tindakan medis) untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat daerah tersebut, hal ini bertentangan dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Oleh sebab itu untuk memperlancar dan menjamin adanya kepastian hukum bagi
tenaga perawat dan atau bidan dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan di
H. Produk Pelayanan
a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esesnsial
Upaya kesehatan Masyarakat Esensial Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial tersebut adalah :
1. Upaya Promosi Kesehatan;
2. Upaya Kesehatan Lingkungan;
3. Upaya KIA KB;
4. Upaya Pelayanan Gizi;
5. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari :
a) Imunisasi;
b) P2P Menular (Malaria, DBD, Diare, ISPA, TB, Kusta, Frambusia, Hiv/Aids,
dan Rabies);
c) P2P Tidak Menular (DM, Hypertensi);
d) Surveilens Epidemiologi.
6. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
I. Alur Pelayanan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik
untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary,
October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam
pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas.,
meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya
program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak
diharapkan).
Sistem Patient Safety
Assesment Resiko
Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
Pelaporan dan analisa insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang daripada
“underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah
(unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan yang mutakhir.
Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem manajemen. Dalam upaya
peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang merupakan jawaban dari
dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan pelanggan baik.
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan
dan memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan
yang tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai
dengan pengiriman kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.
2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Dimulai dari
anamnesa sampai dengan tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi,
c. Pelayanan KIA-KB,
d. Pelayanan MTBS, dan
e. Pelayanan Konseling.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan
kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu penyakit, berdasarkan rujukan
dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari kedatangan pasien atas rujukan dari init
pelayanan sampai dengan diperoleh hasil laboratorium pasien.
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis mulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelayanan, pengendalian obat,
pencatatan dan pelaporan.
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
2. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam
berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia,
dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung
dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
A. Mutu Pelayanan
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu
sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu.
Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous
improvement) atau mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu
pada upaya peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh
mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal
yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin
dapat mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan
secara operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf
mengetahui bahwa hal yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana
staf mengetahui bahwa masalah sudah terpecahkan, dengan cara
menentukan kriteria keberhasilan pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya
masalah.
Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok
Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya
dengan masalah. Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang
sebab-sebab yang mungkin menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan
data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab
yang paling dominan.
Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan,
dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang
diperlukan, kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria
lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA
3. Penyimpanan dokumen/arsip
a. Semua dokumen mutu/akreditasi aktif/terkendali, memiliki masa berlaku 3
tahun, setelah itu perlu dilakukan evaluasi. (direvisi, diganti atau tidak
terkendali).
b. Dokumen rekam klinik/medic inaktif wajib disimpan sekurang-kurangnya tiga
tahun, terhitung dari tanggal terakhir pasien meninggal, atau pindah tempat,
setelah batas waktu sebagiamana dimaksud di atas dilampaui, rekam
medic/klinis dapat dimusnahkan, kecuali persetujuan tindakan dan persetujuan
lain harus disimpan jangka waktu 10 tahun, terhitung dari tanggal dibuatnya.
c. System penyimpanan resep yang telah dilayani di Puskesmas harus dipelihara
dan disimpan minimal dua tahun.
d. Penyimpanan dokumen/arsip perkantoran sesuai dengan system penyimpanan
dokumen/arsip aturan Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka.
e. Penyimpanan dokumen mutu/akreditasi disimpan di masing-masing kelompok
pelayanan, sedangkan di secretariat tim mutu/administrasi dan manajemen
(admen) menyimpan master dokumen semua kelompok pelayanan dan
program.
f. Untuk prosedur kerja yang masih terkendali (belum lebih dari tiga tahun) dan
memakai istilah Prosedur Tetap (Protap) masih bias digunakan. Selanjutnya
apabila protap tersebut sudah lebih dari tiga tahun, maka dilakukan revisi
dengan format baru (Standar Operasional Prosedur/SOP).
4. Sistim Penomoran
a. Penomoran SK dan SOP
Cara penomoran SK :
No.urut dokumen/kode/Bab/jenis dokumen/Nama Puskesmas/Bulan/tahun
terbit
Contoh : 01/A/I/SK/Pusk.WB/II/2017
( 01 : No.urut dokumen, A : Kode pelayanan Admen, I : Bab I, SK :
Jenis dokumen, Pusk.WB : singkatan nama puskesmas, IV : Bulan
2/Pebruari, 2017 : tahun terbit 2017
b. Surat masuk dan keluar sesuai dengan aturan Pemerintah Kabupaten Sikka.
c. Penomoran dokumen di kelompokan pelayanan dilakukan oleh kelompok
pelayanan masing-masing disesuaikan dengan system pengkodean yang telah
ditentukan.
d. Penomoran dokumen diurutkan sesuai pengkodean yang telah ditentukan.
Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau seni serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang
dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai
proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial
untuk dimanfaatkan,untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk
menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering
terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya,
berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi.
Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru),
sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order
(PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan
tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme
ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara
otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam
penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian
persediaan ada beberapa syarat, antara lain :
1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi manajemen ,
memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas
adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial
atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast
atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu kemudian
dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata penggunaan perbulan,
dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan
berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan pengeluaran
barang dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.
Adrianus, S.Kep
NIP. 19780503 200112 1 005