Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan

Krisis Hipertensi
No :
SOP Dokumen
No. Revisi :
Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/2
UPT
PUSKESMAS (Apriany F. Refanita, SKM)
KOPETA NIP.19780424 200212 2 004

Pengertian Hipertensi krisis adalah hipetensi yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah (TD) diastolik 120-130 mmHg yang memerlukan pengelolaan yang cepat
dan tepat untuk menyelamatkan jiwa pasien.

Hipertensi krisis diklasifikasikan menjadi :


1. Hipertensi Emergency adalah hipertensi yang ditandai dengan TD diastolik >
120 mmhg disertai kerusakan berat dari organ target. Penurunan TD
diharapakan < 1 jam. Pencapaian TD diharapakan 20-25 % dari Mean
Arterial Pressure (MAP) dalam menit atau jam. TD Diastolik >120 mmHg
disertai dengan satu atau lebih kondisi akut seperti
 Perdarahan intarpranial, ombotik CVA atau perdarahan subarachnoid.
 Hipertensi ensefalopati
 Aorta diseksi akut
 Oedema akut paru
 Eklampsi
 Feokhromositoma
 Funduskopi KW III atau IV
 Insufisiensi ginjal akut
 Infark miokard akut, angina unstable
 Sindroma kelebihan katekholamin yang lain seperti :
 Sindroma withdrawal obat anti hipertensi
 Cedera kepala
 Luka bakar
 Interaksi obat

2. Hipertensi Urgenci adalah hipertensi yang ditandai peningkatan TD diatolik >


120 mmHg dan tanpa terjadinya kerusakan/komplikasi minimum organ
target. Penurunan TD diharapakan < 24 jam. Pencapaian TD diharapakan
20-25 % dari Mean Arterial Pressure (MAP) dalam beberapa jam. TD
Diastolik >120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut seperti
 Funduskopi KW I dan II
 Hipertensi post operasi
 Hipertensi tak terkontrol/tanpa diobati.
Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dalam penatalaksanaan krisis hipertensi sehingga
mencegah komplikasi yang lebih berat pada organ target.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Tentang Penatalaksanaan Krisis Hipertensi
Referensi Majid A. Krisis hipertensi aspek klinid dan pengobatan. Bagian fisiologi fakultas
kedokteran universitas sumatera utara. Medan,2004.
Prosedur Persiapan Alat dan Bahan :
1. Obat Antihipertensi yaitu Captopril 25 mg/ Nefidipine 10 mg
2. Tabung O2
3. Nasal kanul dewasa
4. Peralatan pemasangan infus

Pelaksanaan :
1. Memberitahu pasien dan keluarga (informed concent).
2. Dokter dan perawat mencuci tangan dan menggunakan handscoon.
3. Pasien diistirahatkan di ruangan yang tenang
4. Berikan O2 3-4 L/menit
5. Berikan obat antihipertensi yang tersedia di puskesmas yaitu captopril 25 mg
atau nefidipine 10 mg sublingual.
6. Observasi pasien dan lakukan pemeriksaan TTV setiap 15 menit sampai 60
menit.
7. Catat hasil observasi, TTV dan efek samping obat bila timbul.
8. Pada pasien hipertensi urgensi dikatakan respon bila dalam 20 menit setelah
pemberian obat TD diastolik < 120 mmHg atau MAP <150 mmHg.
9. Lanjutkan observasi dan pemberian obat antihipertensi sampai dosis
maksismal atau sampai 20-25% dari MAP (tidak lebih rendah dari 170-
180/100 mmHg).
10. Pasien dipulangkan bila TD sudah stabil dan bekali obat antihipertensi
selama 3 hari kemudian anjurkan kontrol ke poli umum.
11. Lakukan pemasangan infus lalu rujuk pasien segera bila mengarah ke
diagnosis hipertensi emergenci.
12. Alat dan ruang tindakan dibersihkan dan dibereskan
13. Dokter dan perawat mencuci tangan

Unit terkait Ruang Tindakan, Apotik, Ambulance.

Anda mungkin juga menyukai