Anda di halaman 1dari 7

SURAT KEPUTUSAN

No.

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

DIREKTUR RSU ST.GABRIEL KEWAPANTE

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Umum St. Gabriel Kewapante, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Umum
St.Gabriel Kewapante dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum St. Gabriel
Kewapante sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Umum St. Gabriel
Kewapante
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum St. Gabriel Kewapante.

MENGINGAT a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika
d. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tentang Pekerjaan Kefarmasian
f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
Di Rumah Sakit
g. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 014/SK/YBI/VIII/2009 tentang Penunjukan Direktur
Rumah Sakit Baptis Batu
h. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia
Nomor 047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi
Rumah Sakit Baptis Batu

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ST. GABRIEL
KEWAPANTE TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM ST.GABRIEL KEWAPANTE.

KEDUA : Kebijakan pelayanan Farmasi Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Farmasi Rumah


Sakit Umum St. Gabriel Kewapante dilaksanakan oleh Wakil Direktur
Pelayanan Rumah Sakit Umum St.Gabriel Kewapante

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Kewapante
Pada tanggal :
Direktur RSU. St.Gabriel Kewapante

Sr.dr.Yustina Wela, Ssps, M.Kes


Lampiran Surat Keputusan Direktur RSU St.Gabriel Kewapante
Nomor

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RUMAH SAKIT UMUM ST.GABRIEL KEWAPANTE

1. Pengaturan dan Managemen


a) Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan, penyimpanan,
permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian,
dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan.
b) Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.
c) Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan,
reagensia, radiofarmasi, dan gas medis
d) Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
e) Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
f) Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah
memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
g) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.

2. Pemilihan dan Pengadaan


a) Pengadaan obat di rumah sakit dilaksanakan mengacu pada Formularium rumah sakit
dan Formularium Nasional untuk JKN - BPJS. Proses pengadaan dilaksanakan sesuai
undang – undang yang berlaku, yang melibatkan jalur distribusi obat yang resmi,
dengan pengelolaan yang dikendalikan secara penuh oleh rumah sakit.
b) Pemilihan obat masuk formularium dan penghapusan obat dari formularium harus
mengikuti kriteria yang berlaku.
c) Bila suatu obat dalam resep tidak tersedia di instalasi farmasi, ada proses yang sudah
ditetapkan rumah sakit untuk pemberitahuan kepada dokter penulis resep, saran
substitusi, atau pengadaannya.
d) Pengawasan penggunaan obat di rumah sakit dilaksanakan oleh Panitia Farmasi
dan Terapi
e) Anggota Panitia Farmasi dan Terapi telah diputuskan sesuai SK Direktur
f) Panitia Farmasi dan Terapi terlibat dalam proses pemesanan, penyaluran, pemberian
dan monitoring pengobatan pasien, evaluasi dan penggunaan obat dalam formularium
rumah sakit
g) Kriteria dan prosedur untuk penambahan dan pengurangan obat dari formularium
ditetapkan oleh rumah sakit.
h) Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru serta
timbulnya KTD akibat obat baru yang ditambahkan dalam formularium.
i) Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun, berdasarkan informasi
tentang keamanan dan efektivitasnya. Proses telaah formularium dilakukan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
j) Prosedur persetujuan dan pengadaan obat – obat yang diperlukan dalam pelayanan
tetapi tidak tersedia dalam stok telah ditetapkan oleh rumah sakit.

3. Penyimpanan
a) Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi dilaksanakan dan dipantau berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
b) Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat dan alat kesehatan,
ditunjuk satu orang petugas farmasi untuk melakukan inspeksi secara berkala setiap dua
minggu sekali.
c) Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika, Total
Parenteral Nutrition (TPN) dan produksi steril karena belum ada fasilitas BSC
(Biological Safety Cabinet).
d) Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat High
Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dan bahan
radioaktif, dikelola dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
e) Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat dan terapi
boleh dilanjutkan, disimpan di Instalasi Farmasi rumah sakit untuk dilakukan proses
UDD (Unit Dose Dispensing).
f) Obat emergency tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya dimonitor
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
g) Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat dan perbekalan
farmasi lainnya.
h) Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah
sakit.
i) Obat – obat yang kadaluwarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan dan
dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.

4. Penyiapan dan Pengeluaran


a) Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang memenuhi
ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku.
b) Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan prosedur
yang sudah ditetapkan rumah sakit.
c) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum St.Gabriel Kewapante memberikan pelayanan
24 jam.
d) Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses skrining resep sebelum melayani
resep.
e) Ada prosedur yang ditetapkan rumah sakit bila resep dokter tidak terbaca.
f) Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan resep individual
g) Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem Unit Dose Dispensing
(UDD)
h) Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses pengelolaan mutasi stok
dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi.
5. Pemberian
a) Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah
memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan Tenaga Teknis Kefarmasian
yang telah memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
b) Dalam proses serah terima obat di rawat inap dari Apoteker atau TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian) dengan perawat, hanya perawat medior dan senior yang berwenang
melakukan proses serah terima obat dari farmasi.
c) Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat
didelegasikan kepada perawat. Perawat medior dan senior berwenang memberikan
semua golongan obat, termasuk obat – obat yang harus diwaspadai (High Alert dan
LASA). Sedangkan perawat junior, tidak berwenang memberikan obat obat – obat yang
harus diwaspadai (High Alert dan LASA), tetapi boleh memberikan obat diluar
golongan obat tersebut.
d) Dokter yang berwenang memberikan obat adalah semua dokter yang telah
mendapatkan Surat Penugasan ( Clinical Appointment ) dari Direktur RS yang memuat
kewenangan klinis ( Clinical Privileges ) yang boleh dilakukan di rumah sakit.
e) Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan obat pada pasien.
f) Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien yang
menggunakan obat sendiri.
g) Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk ke rumah
sakit, dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter, dan pengelolaan obat
berikutnya dilakukan oleh instalasi farmasi.
h) Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat
sampel yang ditujukan untuk uji klinis kepada pasien.
i) Target Standard Pelayanan Obat Instalasi Farmasi RSU St. Gabriel Kewapante
a. Waktu Tunggu Pelayanan
 Obat Jadi : 30 Menit
 Obat racikan :45 Menit
b. Tidak ada kejadian kesalahan pemberian obat : 100%
c. Kepuasan Pelanggan : >80%
d. Penulisan Resep sesuai formularium : 100%
6. Pemantauan
a) Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat
Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara kolaboratif, dengan prosedur
yang sudah ditetapkan rumah sakit.
b) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat Tidak
Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen rekam medik pasien
dan dilaporkan selambat – lambatnya 2 x 24 jam dalam bentuk laporan MESO.
c) Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien
bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Ditetapkan di : Kewapante
Pada tanggal :
Direktur RSU. St.Gabriel Kewapante

Sr.dr.Yustina Wela, Ssps, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai