Pentingnya informasi adalah untuk menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan,
mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya,
sehingga menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan dan dapat mengurangi
resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan. Informasi bernilai sempurna apabila
pengambil keputusan dapat mengambil keputusan secara optimal dalam setiap hal. Informasi
yang diperlukan dapat terpenuhi dengan adanya penggunaan dan pengaturan sistem informasi
kesehatan yang baik, karena berdasarkan peraturan yang sama salah satu tujuan dari
pengaturan sistem informasi kesehatan adalah menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses
terhadap informasi kesehatan yang bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan
(Sutanta, 2003).
Sejalan dengan hal tersebut, informasi di puskesmas itu sangat diperlukan. sistem
informasi tersebut berupa Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
yang digunakan sebagai masukan atau umpan balik dari pihak atasan yang menyangkut
pelayanan dasar kesehatan di puskesmas. Puskesmas merupakan fondasi dari data kesehatan,
sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable
yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program
akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan.
Puskesmas juga merupakan ujung tombak sumber data kesehatan yang khususnya bagi dinas
kesehatan dan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (Syafrudin, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian Herawati (2016) tentang rancang bangun sistem informasi
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas, beberapa kekurangan dalam hal pencatatan dan
pelaporan yaitu pengiriman laporan SIMPUS sering mengalami keterlambatan oleh petugas
puskesmas, laporan dikirim masih kurang lengkap, dinas kesehatan kabupaten perlu
merekapitulasi ulang satu persatu data yang dikirim oleh masing-masing puskesmas, kurang
koordinasi antara pengelola data di dinas kesehatan kabupaten dengan petugas puskesmas
dalam pengiriman laporan.