Anda di halaman 1dari 91

MAKALAH

“Fungsi Esensial Sistem Informasi Manajemen


Puskesmas (SIMPUS) Di Kota Yogyakarta”

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah : Aplikasi


Perangkat Lunak
Dosen Pengampu : DANIEL HAPPY PUTRA, S.KM,
M.KM

Disusun Oleh
Salsabila Aurellya Bachtiatr
20220306054
Aqlats Aufa
20220306 (??)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Universitas Sumatera Utara


ILMU-ILMU KESEHATAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI
KESEHATAN

JAKARTA BARAT

2022

ABSTRAKS

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem


informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala
keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri
orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang
dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan
situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap,
serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas

Secara umum pemanfaatan SIMPUS di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta masih


belum optimal dan belum menunjukan arah pengembangan sistem informasi yang
baik. Belum adanya rencana strategis untuk pengembangan SIMPUS,
menyebabkan pengembangan SIMPUS tidak mempunyai target pelaksanaan dan
waktu yang jelas dalam pencapaian tujuannya. Penelitian ini, bertujuan untuk
menganalisis fungsi esensial SIMPUS, yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, perencanaan, pemantauan kinerja, dan pengambilan
intervensi dalam sistem kesehatan.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, dengan


menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, serta telaah dokumen.

Hasil : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Puskesmas sebagai unit pelaksana
teknis di bawahnya sudah lama menerapkan SIMPUS, namun sistem informasi
yang ada belum sepenuhnya bisa menjadi sistem pelaporan dari Puskesmas ke
Dinas Kesehatan. Data dikumpulkan secara manual, belum memenuhi unsur

Universitas Sumatera Utara


kualitas data yaitu ketepatan waktu. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan
menjadi sulit dilakukan secara cepat dan berbasis bukti.

Kesimpulan : Sehingga berdasarkan hasil analisis tersebut, maka Dinas Kesehatan


Kota Yogyakarta perlu menyusun dan melengkapi modul pencatatan dan
pelaporan berdasarkan fungsi esensial yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pemegang program dan pengambil kebijakan.

Keywords
Sistem Informasi; SIMPUS; Evaluasi Pemanfaatan; Fungsi Esensial

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Informasi kesehatan yang handal dan tepat waktu merupakan pondasi yang penting

dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Kebutuhan akan informasi yang baik,

cukup mendesak dalam beberapa kasus penyakit yang muncul secara mendadak

dan bersifat akut. Dalam kondisi semacam itu dibutuhkan informasi yang bersifat

cepat, untuk dilakukan intervensi. Terlambatnya pengiriman laporan, belum

lengkapnya menu dan informasi/pelaporan dalam sistem informasi kesehatan

tersebut, menyebabkan pengambil keputusan tidak memiliki informasi yang cukup

untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan, melacak kemajuan, mengevaluasi

dampak intervensi, evaluasi pelayanan kesehatan, desain program, alokasi sumber

daya, serta membuat keputusan berbasis bukti yang ada / evidence base.

Puskesmas sebagai sebagai salah satu pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam

upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki tanggung

jawab dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Pelayanan

ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan yang

dituangkan dalam sebuah sistem. Oleh karena itu dibutuhkan sistem informasi

puskesmas yang biasa disebut Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

(SIMPUS). SIMPUS diharapkan dapat memfasilitasi berbagai macam kegiatan

Puskesmas yang meliputi beberapa fungsi esensial seperti : pengolahan registrasi

pasien, data rekam medis pasien, farmasi, psikologi, keuangan, hingga dapat

menampilkan pelaporan baik bulanan, triwulan, semester, dan tahunan. Data yang

Universitas Sumatera Utara


diolah menjadi informasi, yang berasal dari SIMPUS, diharapkan dapat membantu

proses pengambilan keputusan dalam mencapai sasaran kegiatannya¹.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang meliputi data, informasi, indikator,

prosedur, perangkat, teknologi dan sumber daya manusia, saling terkait, perlu

dikelola secara terpadu untuk pengambilan keputusan². SIMPUS yang

menghasilkan data kesehatan berupa angka dan fakta kejadian, dapat menjadi

sesuatu yang belum bermakna apabila belum diolah dan diproses lebih lanjut.

Sesuai dengan strategi kesehatan nasional yang dicanangkan pemerintah mengenai

perlunya menata standarisasi informatika kesehatan pertukaran data elektronik

dalam upaya mengatasi kompleksitas dalam kerangka interoperabilitas sistem

Masalah yang dihadapi penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

dapat dikelompokkan menjadi masalah, yaitu :

(1) lemahnya tatakelola Sistem Informasi Kesehatan

(2) fragmentasi Sistem Informasi Kesehatan

(3) lemahnya manajemen data dan sistem penunjang keputusan.

Hal ini menyebabkan rendahnya ketersediaan dan kualitas data/informasi³.

Fragmentasi terjadi di Puskesmas dengan banyaknya inovasi aplikasi dibuat untuk

tujuan masing-masing organisasi, baik dikembangkan secara mandiri maupun

bekerjasama dengan pihak lain menyebabkan SIMPUS tidak bisa berkembang

seperti yang diharapkan. SIMPUS menjadi terfragmentasi karena tuntutan program

yang terfokus pada suatu penyakit atau permasalahan tertentu, sehingga layanan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan dipenuhi oleh banyak aplikasi atau sistem informasi kesehatan yang

tidak terintegrasi yang pada akhirnya tenaga kesehatan menjadi terbebani oleh

tuntutan pencatatan dan pelaporan yang cukup banyak dari sub sistem yang tidak

terkoordinasi dengan baik. Tuntutan dan tekanan akan ketersediaan data yang

cepat, turut memberikan andil dalam pembentukan sistem informasi kesehatan

yang spesifik pada suatu penyakit atau program tertentu, misalnya pada kasus

penyakit HIV AIDS, tuberculosis, malaria, imunisasi, ataupun pada permasalahan

seperti gizi, kesehatan ibu anak (KIA) dan sebagainya, menjadikan SIK di banyak

daerah memiliki kemiripan dalam hal tingkat fragmentasinya. Sistem informasi

kesehatan yang dibangun dengan berbagai developer yang berbeda dan belum

adanya standar data, menjadikan aplikasi tidak dapat saling berkomunikasi,

yang mengakibatkan data yang dihasilkan dari masingmasing daerah menjadi tidak

seragam, susah untuk dilakukan komunikasi data, guna berbagi data yang telah ada

sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi pengentrian data untuk data yang telah

ada sebelumnya⁴.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mavimbe, Braa and Bjune pada tahun

2005 di Mozambik dan Kenya, yang dilakukan pada akhir tahun 1990-an, serta di

awal abad ke-21, diketemukan banyak bukti yang menunjukkan bahwa sistem

informasi kesehatan rutin (Routine of Health Information System/RHIS) tidak

menghasilkan hasil yang diharapkan, yaitu kualitas data yang buruk⁵. Penelitian

lainnya di Brasil dan Korea Selatan juga menunjukkan penggunaan informasi

untuk perencanaan dan pengambilan keputusan diketahui cukup lemah. Dalam

upaya pengambilan keputusan yang berbasis bukti, organisasi perlu melakukan

Universitas Sumatera Utara


suatu upaya analisa data, yang pada akhirnya dapat dihasilkan informasi yang bisa

diteruskan kepada pengambil keputusan strategis dalam pembuatan keputusan⁶.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui studi kasus untuk

mendeskripsikan kinerja sistem informasi berdasarkan faktor teknis, organisasi,

perilaku, proses, input dan output di Puskesmas Tegalrejo dan Dinas Kesehatan

Kota Yogyakarta. Informan yang dipilih adalah mereka yang terlibat dalam

pelaksanaan SIMPUS maupun yang menjadi bagian dari pengambil keputusan di

Puskesmas Tegalrejo dan di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, yang dipercaya

untuk menjadi sumber informasi yang baik serta mampu mengemukakan pendapat

dengan baik dan benar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara

mendalam, dan observasi lapangan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini adalah : “ Bagaimana Implementasi SIMPUS Dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat ” ( pada

Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).

1.3 Tujuan Penelitian


Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai

jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS

yang di canangkan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauhmana Penerapan Program

SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota dan hambatan –

hambatan yang terjadi dalam Implementasi Program SIMPUS di

Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara ilmiah

Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan menulis

karya ilmiah dan studi Administrasi Negara pada implementasi program

SIMPUS dalam meningkatkan palayanan kesehatan masyarakat.

2. Manfaat secara praktis

Dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga – lembaga lain yang

berkepentingan pada implementasi program SIMPUS dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu

Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger ( Singarimbun. 1995 : 37 ) teori merupakan

asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena

sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan

kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjuukkan

perspektif yang digunakan dalam memandang feenomena sosial yang menjadi

objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu pesatnya karena

perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teori – teori

sosial, untuk itu dalam melaksanakan penelitian ilmiah khususnya dalam ilmu

sosial, teori berperan sabagai landasan berfikir untuk mendukung pemecahan

masalah dengan jelas dan sistematis ( Rakhmat, 2004: 6 ). Berdasarkan

rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun

gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Implementasi Kebijakan


Patton dan Sawichi (dalam Tangkilisan,2003:29) : “menyebutkan bahwa

implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk

merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk

mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah

diseleksi”. Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasi

dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti

“to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan sarana

untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Jones dalam Tangkilisan ( 2003:18 ), implementasi merupakan suatu proses

yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari

Universitas Sumatera Utara


apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan

kebijakan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan

publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung

yang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,

adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disini

adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan

dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undangundang

ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut

( Winarno, 2002:102 ).

Kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikan

indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena kebijakan

adalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dan

konseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah

keberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.

Suatu kebijakan ( publik ) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya

mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika

suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut

sebagai kebijakan yang berhasil? Peters ( dalam Tangkilisan, 2003:22 )

mengatakan bahwa:

Universitas Sumatera Utara


Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor,
yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah
mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek
kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi
kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih
samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan
intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana
implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya
tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi,
dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor
implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya
dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

1.5.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Teori G. Edward III

Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi

kebijakan :

1. Komunikasi

a. Transmisi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam

mengimplementasi kebijakan/program telah mentransmisikan ( mengirimkan )

perintah - perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.

b. Kejelasan

Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas,

dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak

Universitas Sumatera Utara


diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi

resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia ( human resources )

Tidak cukup hanya dengan adanya jumlah implementator yang memadai,

untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan ketrampilan

yang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber Daya Manusia

( SDM ) sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan

SDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan.

b. Informasi

Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan

kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan

pemerintah.

c. Kewenangan atau otoritas

Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat

lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik,

membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga.

d. Fasilitas

Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai

persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau

program.

Universitas Sumatera Utara


3. Disposisi

Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh

implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak

efektif. ( Subarsono, 2005:90 )

4. Struktur Birokrasi

Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas

birokrasi tidak flexibel.

1.5.2.2 Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara

linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S

Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih

memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn (Indiahono, 2009 :38),

ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada

dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.

2. Sumber daya, sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan

finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

10

Universitas Sumatera Utara


3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, hal ini menunjukan

kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan

program.

4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya

dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan

komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.

5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi

dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu

sendiri.

6. Disposisi implementor, hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi

variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias,

dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat

ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.

1.5.2.3 Teori Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel

besar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakup

tentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan

dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,

siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu,

konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan,

kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa,

kepatuhan dan daya tanggap (Dwidjowijoto, 2006:175).

11

Universitas Sumatera Utara


1.5.2.4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Mazmanian dan Sabatier ( Dwidjowijoto, 2006:169 ) menklasifikasikan proses

implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan

yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman

obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi

tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan

hierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana,

dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen serta kualitas

kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan

lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk

disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan atas

hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang

dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat

mendasar.

1.5.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )

1.5.3.1 Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) memiliki ruang lingkup yang

tertuang pada 3 ( tiga ) kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan

Manajemen.

12

Universitas Sumatera Utara


1. Sistem

Menurut Atmosudirdjo dalam Sutabri ( 2012:17 ), suatu sistem terdiri atas

objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan dan

berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut

merupakan sebuah kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu. Sedangkan

menurut Anwar ( 2003:4 ) sistem adalah komponen yang saling berhubungan dan

bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan.

Sistem didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan

informasi. Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan ke dalam

organisasi penggunanya. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan maka

implementasi sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya

menolak sistem yang diterapkan, maka sistem itu dapat digolongkan gagal.

Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar ( 2004 ) disebutkan

bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang

saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk mencapai

keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut

Lumbangaol ( 2008 ) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya

yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta

menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila satu unit macet atau terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

13

Universitas Sumatera Utara


Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur yang

saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti bahwa

elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.

Menurut Azwar ( 2004 ) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu :

a. Masukan ( input ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang

terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system

tersebut.

b. Proses ( process ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang

terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi

keluaran yang direncanakan.

c. Keluaran ( output ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang

dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

d. Umpan balik ( feedback ) adalah kumpulan elemen atau bagian

yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem

tersebut.

Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup

dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan pelaporan

data dan sumber daya. Komponen proses mencakup pengorganisasian dan tata

kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran mencakup penyimpanan,

penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari

proses pengolahan data.

14

Universitas Sumatera Utara


Menurut Amsyah ( 2005 ) data dan informasi diperlukan dan dihasilkan

oleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebut

dapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.

Transaksi dan
Kegiatan Unit Data Pengolahan Informasi
Kerja

Umpan Balik

Gambar 1.1 Sistem Informasi Suatu Unit Kerja

2. Informasi

Menurut Nugroho ( 2008:15 ), informasi adalah suatu pengetahuan yang

berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan dari pengolahan

data telah menjadi salah satu sumber daya penting yang harus dikelola dengan

baik. Apabila sebuah perusahaan kurang memperoleh informasi, maka akan sulit

mengontrol sumber daya lain yang mengakibatkan terganggunya kinerja dan bisa

mengalami kekalahan dalam persaingan dengan para kompetitor.

Menurut Sutabri ( 2005:35 ) kualitas suatu informasi tergantung dari 3

( tiga ) hal yaitu:

a. Akurat ( Accurate )

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

b. Tepat Waktu ( timelines )

15

Universitas Sumatera Utara


Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi

yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan

landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat,

maka dapat berakibat fatal bagi organisasi.

c. Relevan ( relevance )

Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan kata

lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang membutuhkan.

Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua (2004) data yang masih

merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi melalui

suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model

pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data ( siklus informasi ).

INPUT DATA ---------PROSES -------KEPUTUSAN ---------TINDAKAN ------

PENERIMA ---------OUTPUT

Gambar 1.2 Model Siklus Informasi, Achua (2004)

Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu

sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dengan perkembangan teknologi alat

pengolah data sampai kepada komputer dewasa ini, maka data dapat diolah

menjadi informasi sesuai keperluan tingkat manajemen organisasi. Dengan

demikian unit organisasi dapat mencapai tujuannya masing-masing sehingga

secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan

efektif ( Amsyah, 2005 ).

16

Universitas Sumatera Utara


3. Manajemen

Menurut Terry di dalam Hasibuan ( 2001:2 ) manajemen adalah suatu

proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Menurut Sutabri ( 2005:53 ) penggunaan ilmu manajemen dalam SIM

merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara pengumpulan

informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan pengalaman.

Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah dan asumsi

secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar mereka dapat

memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini diterapkan pada disain

dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk memecahkan masalah, ilmu

manajemen memanfaatkan volume yang besar dari pengetahuan manusia dalam

berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena itu, sistem untuk pemecahan masalah

( problem solving ) dapat dirancang agar lebih efektif dan lebih efisien bagi

seluruh organisasi.

Organisasi dimasa mendatang akan didasarkan pada sistem informasi dan

pengambilan keputusan ketimbang struktur hirarki wewenang / tanggung jawab

yang statis. Tanda bahwa seorang manajer itu baik adalah kemampuannya

menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk

mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan masalah

dan implementasinya.

17

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah

sistem informasi untuk para manajemen ( SIM ). Sistem informasi manajemen

harus dirancang berdasarkan tugas-tugas manajemen, prinsip-prinsip manajemen,

cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur organisasinya.

Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya dicerminkan kembali

oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan dampak positif kepada para

manajernya serta fungsi organisasinya ( Sutabri, 2005:54 ).

4. Sistem Informasi Manajemen ( SIM )

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) adalah sebuah sistem informasi yang

selain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu organisasi, juga

memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk fungsi manajemen dan

proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila orang membicarakan

sistem informasi manajemen, yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakan

untuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh suatu

organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti penunjang pada tugas-tugas

rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan

oleh organisasi tersebut.

Menurut Mc Leod ( 2007:11 ) sistem informasi manajemen adalah adalah

suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa

pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan menurut Sutabri ( 2005:41 ),

SIM merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung

informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Menurut

Laudon ( 2005 :20 ) SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada

penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan manajemen.


18

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah SIM

merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang berfungsi

menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data yang

menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para pengguna informasi

sebagai pendukung pengambilan keputusan.

Menurut Kumorotomo ( 1998:111 ) syarat - syarat tentang Sistem


Informasi Manajemen yang baik dan lengkap adalah:

a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah

tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang

hendak memanfaatkannya.

b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak

berbelit-belit yang hanya akan memperlambat proses manajemen.

c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan

permasalahan di dalam organisasi.

d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang

bersangkutan. semua tingkatan manajemen.

1.5.3.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )

Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas

merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data

yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasiy ang dapat menangani

berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi

pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan hingga berbagai laporan

bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh
19

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan

kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) atau SP2TP

merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada setiap

puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan pengaksesan data-

data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan

didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses

manajemen puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur semua data pasien

mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan ( Diagnosis ) serta pengobatan

pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan ditampung kedalam

sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter untuk

kebutuhan laporan seperti laporan kunjungan harian, cara pembayaran, jenis

penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana dibutuhkan didalam Manajemen

Puskesmas. SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi

informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain

untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung

proses pengambilan keputusan manajemen.

Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas

secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal

data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :

1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas


( lokakarya mini )

20

Universitas Sumatera Utara


3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Puskesmas ( Stratifikasi Puskesmas )

4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.

Adapun contoh Penampilan SIMPUS di suatu daerah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Tampilan utama SIMPUS

Gambar 1.2
Keterangan :
1. Tampilan di atas adalah Menu Register Harian Pasien.
2. Input Data diri Pasien di loket Pendaftaran, Diagnosa dan Obat di Poli 3. Daftar
Pasien dapat ditampilkan di menu Browse

21

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.3 Stok Bulanan Obat
Keterangan :
1. Tampilan di atas adalah Stok Bulanan Obat.
2. Stok otomatis ter-up date setiap ada Pemasukan maupun Pemakaian Obat

Gambar 1.4 Laporan Query Data Pasien


Keterangan :
1. Menu di atas adalah Laporan Query Data Pasien
2. Laporan dapat per satuan waktu yang dikehendaki Harian, Tgl ..s/ d .., bulanan,
dll.
3. Laporan dapat per kriteria umur (tahun, bulan, hari), jenis kelamin, jenis pasien
ataupun kombinasi, misal : pasien askes umur > 15 Tahun.
4. Cetakan dalam bentuk format MS Word, sehingga sangat fleksibel pengeditan.

22

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.5 Menu Laporan Query Obat
Keterangan :
1. Tampilan di atas adalah Menu Laporan Query Obat.
2. Dapat menampilkan pemakaian Obat per satuan waktu
3. Tampilan per obat per criteria pasien secara kombinasi dapat ditampilkan.

Gambar 1.6 Menu Laporan Data Kesakitan LB1


Keterangan :
1. Tampilan di atas adalah Menu Laporan Data Kesakitan LB1.
2. Proses Laporan secara Otomatis terbagi sesuai kriteria umur.
3. Dapat ditampilkan sekian besar penyakit (mis : 3 Besar, 5 Besar, atau 10 Besar
Penyakit)

Gambar 1.7 Menu Laporan PPLPO

23

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
1. Tampilan di atas adalah Menu Laporan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat ( LPLPO )
2. Laporan Otomatis tampil dengan satu klik terbagi sesuai criteria.
3. Menu cetak dalam format MS Word.

1.5.3.3 Faktor – Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS


Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui

hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :

1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data

yang bermutu dan terkini. Integrasi data dan informasi dari berbagai unit

pelayanan yang ada di puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar

gedung belum dapat dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan

informasi dari puskesmas pembantu dan puskesmas keliling belum dapat

diintegrasikan dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara

real time merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data.

Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap kualitas

data. Petugas entri data di puskesmas biasanya adalah staf yang juga bertugas

dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah pasien

sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien

cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua faktor di

atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang dihasilkan. Data

dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat waktu agar dapat

dimanfaatkan secara optimal.

2. Pemanfaatan data belum optimal. Data dan informasi yang tersedia

sebenarnya masih dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas sesuai dengan

peran data dan informasi sebagai health intelligence, misalnya melihat sebaran

24

Universitas Sumatera Utara


penyakit berdasarkan peta dan waktu, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi

balita, pengenalan terhadap potensi Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi

pegawai dan masih banyak aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan

informasi yang tersedia.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ( SDM ). Aspek SDM

merupakan aspek penting yang sangat menentukan perkembangan SIMPUS, juga

terhadap kualitas data yang dihasilkan. Pengembangan SIMPUS seringkali

dihadapkan kepada keterbatasan SDM berupa keterbatasan pemahaman staf

terhadap teknologi komputer dan sistem informasi, tidak adanya staf yang

mempunyai latar belakang pendidikan komputer dan tidak ada staf khusus untuk

entri data.

Keterbatasan SDM juga akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan

SIMPUS. (http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tantangan-integrasi-datadalam-

simpus, akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib ).

Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang mempunyai kapabilitas memadai terkait dengan sistem informasi

mulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data dan analisis

data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan operator komputer,

ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan IT Project

Manager. Namun perlu dipertimbangkan juga penempatan tenaga - tenaga

tersebut, siapa yang ditempatkan di puskesmas dan siapa yang cukup ditempatkan

di Dinas Kesehatan.

25

Universitas Sumatera Utara


1.5.4 Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap

objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi

kebijakankebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan -

kebijakan pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi

kebijakan tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna

bagi dua pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan

pemerintah selaku pelaksana pelayanan. Pelayanan yang baik/ memuaskan dan

efektif efisien akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat/objek dari

pelayanan terhadap kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan

kepercayaan terhadap pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan

ragu dalam memenuhi kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat

pelayanan yang memuaskan dari pemerintah.

Menurut Hodges ( dalam Sutarto, 2002:123 ) secara etimologis, kata pelayanan

berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya melayani

kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin

( 1993:448 ), bahwa pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak

berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan

permintaan dan kebutuhan konsumen.

Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar ( 1999:4 ), bahwa pelayanan

dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus,

menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang

dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi

( sekelompok orang anggota organisasi ).

26

Universitas Sumatera Utara


Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan

pelanggan. Menurut Wyekof ( dalam Tjiptono, 1997:59 ) kualitas jasa atau

pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata

lain ada 2 ( dua ) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan

yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan. Dengan

memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian

antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik

menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan / instansi yang

bertugas melayani masyarakat.

Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara

petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut

langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap

kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan

publik.

Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa

yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat yang lain.

Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini dapat

dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.

Menurut Zeithalm dkk ( dalam Boediono, 2003 : 114 ) ada lima dimensi yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai,

perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah

seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk customer, telepon, computer dan
27

Universitas Sumatera Utara


lain-lain.

2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam

pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu

masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti

kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait

dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung.

3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan

dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan

dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang dijanjikannya.

4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat

dapat dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.

Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat masyarakat

pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan bebas dari

kesalahan.

5. Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal seperti ini

bagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untuk

meningkatkan kualitas pelayanannya.

1.5.5 Kesehatan Masyarakat

Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam pengertian

28

Universitas Sumatera Utara


ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –

unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell ( 1972: 68-69 ) menyimpulkan bahwa

masyarakat adalah

1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai

kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi

secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang

secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.

2. Kelompok orang yang mencari kepentingan penghidupan secara

berkelompok sampai turun temurun dan mensosialkan anggota –

anggotanya melalui pendidikan.

3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang

mengikat anggota – anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang

terorganisasi.

Menurut Soekidjo ( 2003: 10 ) kesehatan masyarakat adalah kombinasi

antara teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit,

memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan

penduduk

( masyarakat ). Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan

mempunyai pengertian yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara

pendekatan yang paling efektif yaitu melalui upaya –

upaya

pengorganisasian masyarakat.

29

Universitas Sumatera Utara


Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan

derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam

memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri,

sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam

pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam

mengatasi masalah kesehatan

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 2006: 33). Oleh karena itu, untuk

menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan

pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan

konsep – konsep antara lain :

1. . Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah prosedur

pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan

dengan prosedur manual dan prosedur komputerisasi untuk menghasilkan

informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses

pengambilan keputusan manajemen.

2. Implementasi SIMPUS adalah proses serta tahapan dari pembuatan

kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untuk

30

Universitas Sumatera Utara


mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan

sebelumnya.

Implementasi menurut George C. Edward III dilihat dari beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Komunikasi, informasi yang diberikan aparat kepada pegawai.

b. Sumber Daya Manusia, SDM yang bertanggung jawab pada

SIMPUS .

c. Disposisi, bentuk komitmen antara petugas yang bertanggung

jawab dalam SIMPUS

d. Struktur Birokrasi, yang harus jelas tugas fungsi pokok dari tiap

tiap pegawai.

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan dikatakan sebagai cara

melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,

kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah

masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi. Adapun

indikator – indikator mutu pelayanan menurut Zeithalm dkk ( dalam

Boediono, 2003 : 114 ) adalah :

a. Bukti Langsung ( Tangibles ), Berwujud atau kata lain dengan

bukti langsung, merupakan penampakan bentuk fisik produk

pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan

fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teladan.

b. Keandalan ( Reability ), merupakan kesigapan dari aparat petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap

31

Universitas Sumatera Utara


keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon

dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut.

c. Jaminan ( Assurance ), merupakan informasi yang jelas dan di

mengerti kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah

diberikan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas

Teladan.

d. Empati ( Emphaty ), Empati seperti daya adaptasi dan toleransi

merupakan kemampuan pegawai Puskesmas Teladan terhadap

ekonomis, Kemudahan dan kenyaman kepada masyarakat.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan


penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi
konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN


Berisikan Bentuk Penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian

BAB IV
: PENYAJIAN DATA

Pokok bahasan penelitian yang berisikan penyajian data

32

Universitas Sumatera Utara


yang didapat dan berkaitan dengan permasalahan

penelitian.
BAB V
: ANALISIS DATA

Berisikan pembahasan dan interpretasi dari data – data yang


disajikan pada bab sebelumnya

BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari

hasil penelitian.

BAB II

METODE PENELITIAN

33

Universitas Sumatera Utara


2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Usman ( 2009: 4 ) penelitian

dengan menggunakan metode deskriptif bermaksud membuat penyadaran secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas , maka penelitian ini adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala – gejala, fakta, atau kejadian – kejadian secara

sistematis dan akurat mengenai sifat populasi serta menganalisa kebenarannya

berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya

populasi dan sampel ( Suyanto: 171 ).

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam

yaitu:

1. Informan Kunci ( Key Informan ). Merupakan mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan Utama. Merupakan mereka yang terlibat langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti.

34

Universitas Sumatera Utara


3. Informan Tambahan. Merupakan mereka yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang

diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama

dan informan tambahan yaitu sebagai berikut :

1. Informan Kunci ( key informan ) yaitu Kepala Bina YANKES Dinas

Kesehatan Kota Medan dan Kepala Puskesmas Teladan Medan.

2. Informan Utama yaitu pegawai – pegawai Bina YANKES Dinas

Kesehatan dan Pegawai Puskesmas Kota Medan yang Bertanggung

jawab pada Program SIMPUS atau SP2TP.

3. Informan Tambahan yaitu masyarakat yang merasakan pelayanan

Puskesmas Teladan pada program SIMPUS.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian yang terdiri dari :

a. Pengamatan Langsung (observasi langsung) yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung pada objek penelitian yaitu pada Puskesmas

Teladan Kecamatan Medan Kota.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak – pihak

yang terkait untuk memperoleh data yang lengkap.


35

Universitas Sumatera Utara


2. Teknik pengumpulan data sekunder, adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data

primer.

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu cara ini dilakukan dengan menghimpun

data maupun teori berbagai literatur dan dapat digunakn untuk

menganalisa data yang diperoleh.

b. Pengumpulan dokumen atau data – data yang berkaitan dengan

menggunakan catatan – catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian

serta sumber – sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti

dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif.

Menurut Meolong ( 2006: 247 ), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan

menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul,

menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap

berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis

kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

36

Universitas Sumatera Utara


3.1 Sejarah Singkat Puskemas Teladan

Pada tanggal 2 Agustus 1976 peletakan batu pertama oleh M.Saleh Arifin yang

merupakan Walikota Madya Kepala daerah TK-II Medan dan diresmikan pada

tanggal 1 April 1977 oleh Marah Halim yang merupakan Gubernur Kepala daerah

tingkat-I. Terletak di jalan Sisingamangaraja No. 65 Kelurahan Teladan Barat,

Kecamatan Medan Kota. Puskesmas Teladan adalah Puskesmas yang terdiri dari

lima kelurahan dengan jumlah penduduk 38,803 jiwa.

VISI :

Visi Puskesmas Teladan adalah masyarakat Medan sehat sejahtera MISI

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau,

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu, keluarga, masyarakat,

dan lingkungan.

37

Universitas Sumatera Utara


3.2 Data Geografis

3.2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Teladan

Wilayah kerja Puskesmas bisa berdasarkan kecamatan, faktor kepadatan


penduduk, luas daerah, keadaan demografi, dan keadaan infrastruktur lainnya yang
merupakan bahan perimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan sedangkan
puskesmas di ibu kota kecamatan merupakan rujukan dari puskesmas kelurahan.
Adapun kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Teladan adalah :

1. Kelurahan Teladan Barat : 13 lingkungan

2. Kelurahan Mesjid : 9 lingkungan

3. Kelurahan Pasar baru : 8 lingkungan

4. Kelurahan Pusat Pasar : 8 lingkungan

5. Kelurahan Pandau Hulu – 1 : 9 lingkungan

Adapun Batasan wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota jumlah

kelurahan yang ada yaitu :

a. Sebelah Utara bebatasan dengan Kecamatan Maimun

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Simpang Limun

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Medan Perjuangan

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah


Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota
No. Jenis Kelamin Jumlah

Jiwa %

38

Universitas Sumatera Utara


1. Laki – laki 19,222 49,5

2. Perempuan 19,581 50,5

Jumlah 38,803 100


Sumber Data: Puskesmas Teladan Medan 2014

Tabel 3.2 : Komposi Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Puskesmas


Teladan Kecamatan Medan Kota
No Kelurahan MataPencaharian

Swasta Dagang PNS Buruh Pensiun ABRI

F % F % F % F % F % F %

1. Teladan barat 1423 23,3 286 7,2 36 61,0 286 61,7 195 69,4 28 66,
7
2. Mesjid 850 14,3 173 4,4 118 19,8 59 12,7 30 10,7 5 11,
9
3. Pasar baru 1205 20,2 1866 47,7 12 2,0 59 12,7 2 0,7 2 4,8

4. Pusat pasar 1204 20,2 591 14,9 59 99 40 8,6 27 9,6 5 11,


9
5. Pandau Hulu1 1275 21,4 1050 26,5 44 7,4 20 4,3 27 9,6 2 4,8

Jumlah 5975 100 3966 100 598 100 464 100 281 100 42 10
0

Sumber Data: Puskesmas Teladan Medan 2014

3.3 Kegiatan Pokok Puskesmas

3.3.1 Upaya Penyelenggara Puskesmas Teladan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas

39

Universitas Sumatera Utara


bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat sesuai dengan KepmenKes :nomor 128/menkes/sk/ii/2004

tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau

dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global

mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat

merupakan upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan tiap Puskesmas

antara lain :

a. Upaya Promosi kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pembereantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

g. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

40

Universitas Sumatera Utara


masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang di pilih

dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada yaitu :

a. Usaha Kesehatan Sekolah

b. Usaha Kesahatan Olahraga

c. Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Sekolah

e. Upaya Kesehatan Keluarga

f. Upaya perawatan Kesehatan Masyarakat

g. Upaya Kesehatan Kerja

h. Upaya Kesehatan gigi dan mulut

i. Upaya Kesehatan jiwa

j. Upaya Kesehatan mata

k. Upaya Kesehatan usia lanjut

l. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

m. Upaya laboratorium medis dan lab. Kesehatan masyarakat

3.4 Fasilitas Fisik Puskesmas Teladan

Tabel 3.3 : Fasilitas Gedung Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota


No. Fasilitas Jumlah
1. Ruang Poli Anak 1

41

Universitas Sumatera Utara


2. Ruang Poli Dewasa 1
3. Ruang Poli Lansia 1
4. Ruang Poli Gigi dan Mulut 1
5. Ruang Farmasi 1
6. Ruang Obgyn 1
7. Ruang USG 1
8. Ruang Penimbangan bayi, DDTK 1
9. Gudang Obat 1
10. Ruang Rawat Inap 1
11. Ruang Rawat Fisioteraphy 1
12. Ruang pemulihan gizi buruk 1
13. Ruang Perawat 1
14. Ruang KIA dan KB 1
15. Laboratorium 1
16. Ruang Pendaftaran 1
17. Ruang Kapus 1
18. Ruang Konstultasi Kesehatan 1
19. Ruang IMS 1
20. Ruang Pemeriksaan TB paru 1
21. Ruang Data 1
22. Ruang Rujukan 1
23. Kamar mandi 4
24. Dapur 1
Sumber Data: Puskesmas Teladan 2014

3.4.1 Fasilitas Alat – alat

Adapun peralatan yang dimiliki Puskesmas Teladan Medan adalah :

a) Fasilitas Peralatan Medis Puskesmas Teladan

Fasilitas peralatan medis yang tersedia di Puskesmas Telada Medan Kota dapat
dilihat di lampiran belakang.
42

Universitas Sumatera Utara


b) Fasilitas Administrasi adapun fasilitas – fasilitas adninistrasi adalah

sebagai berikut :

1. Kartu berobat jalan


2. Buku – buku catatan
3. Lemari dan rak kartu
4. Meja dan kursi
5. Mesin ketik
6. Komputer
7. Stempel dan arsip

3.4.2 Fasilitas Obat – obatan

Puskesmas Teladan dalam rangka menjalankan tugas – tugas pokoknya

memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat

– obatan. Obat – obatan tersebut berasal dari Dinas Kesehatan yang kemudian

diberikan ke Puskesmas untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Fasilitas

obat = obatan dapat dilihat pada lampiran belakang.

3.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan

Adapun sumber daya manusia beserta golongan dan jabatannya yang

terdapat di Puskesmas Teladan Medan adalah :

Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan


No Nama NIP Gol Jabatan
1. dr. Kus Puji Astuti 196802161996032001 III/d Ka. Puskesmas
2. Irsan Pane,AMG 197401212005021002 III/a Ka. Subbag TU
3. drg. Lasmida Silalahi 195412071981012001 IV/d Dr. Gigi
4. Christa Siahaan S.kep.Ners 195412241985072001 IV/b Perawat

43

Universitas Sumatera Utara


5. Timbul Siahaan S.Ft,M.Kes 196408191987031004 IV/a Fisiotherapy
6. dr. Yunita Sary Harahap,M.Kes 197406302002122002 IV/a Dr. Umum
7. dr. Rismauli D.Saribu SpPD 196909032008032002 IV/a dr.Spesialis P.Dalam
8. Minarliana Purba 196101221982032002 III/d Perawat
9. Rosmen Sianturi 195907051981032003 III/d Analis
10. Rohmawani Saragih 196009151983032002 III/d Perawat
11. Rusmanita 195810111981032003 III/d Perawat
12. Cut Yunidar AMK 196502121986032003 III/d Perawat
13. Henny Risma Sipayung 196901091995032001 III/d Perawat
14. drg. Suwastri P. Sinaga 197706102006042005 III/d dr. Gigi
15. Sondang R Simanjuntak, SKM 197001171991032002 III/d S.KesMas
16. dr. Harry C Smjt. SpOG 197004051999101001 III/c dr. Obgyn
17. Seventy Dorthy P.S.Kep,Ners 196407111994032002 III/c S.Keperawatan
18. Reflia AM.Keb 196908101992032006 III/c Bidan
19. dr. T. Yenni Febrina 197902032007012004 III/c dr. Umum
20. drg. Meilina Sihotang 197505212008012001 III/c dr. Gigi
21. Herlina T.P Purba 196702261989032014 III/c Analis
22. Rohmian Sipayung 196801311991032003 III/c Analis
23. Sriwahyuni Amd 197107271994032002 III/c Kesling
24. Nilva Wilda 197106051991012001 III/c Bidan
25. Kasmawati 196108311981032002 III/b TU
26. Jusniar Siregar 196903111988032002 III/b TU
27. Syamsunihar 197003061994032005 III/b Apoteker
28. dr. Dewi Syafrina Nst 198211292011012013 III/b dr. Umum
29. Nenny Hidawaty S 197404011995022001 III/a Gizi
30. Elisa Fitri AM.Keb 198108032002122002 III/a Bidan
31. Lisbet Susyana M. AM.Keb 19750805200502200 III/a Bidan
32. Elvina Siregar 198708242010012013 III/a Bidan
33. Abdul Malik SKM 198102202002121002 III/a Analis
34. Dana Eka Sari AMK 198309072007012002 II/d Perawat
35. Erika Pasaribu 196303011984022001 II/d Perawat
36. Juita Manurung 198201052010012017 II/d Perawat
37. Hasna Harahap 197508081996032002 II/d Bidan
38. Siti Rafika Hasibuan AMK 197904212011012009 II/c Perawat
39. Lisbet Hutabarat AM.Keb 198206202011012006 II/c Bidan
40. Junita Sihombing, ARO 197706132010012008 II/c Refraksionis

44

Universitas Sumatera Utara


41. Syarifah 197104082006042003 II/b As. Apotekers
42. Ruaida Syuaib AMK 198603302011012015 II/c Perawat
43. Rahmawaty Purba 197211152011012003 II/c Perawat
Sumber Data Puskesmas Teladan Medan Kota 2014
3.5.1 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas

Adapun rincian Tugas Pokok dan Fungsi masing- masing jabatan pada

organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut :

A. Kepala Puskesmas

1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan dan supervisi.

2. Mengadakan koordinasi di tingkat kecamatan.

3. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.


5. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di
puskesmas

B. Koordinator Unit Tata Usaha

1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit Tata Usaha

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unit Tata Usaha


3. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila Kepala
Puskesmas

berhalangan hadir

C. Keuangan

1. Melakukan perencanaan Keuangan

2. Merealisasikan Keuangan

3. Membuat pembukuan/penutupan kas.

45

Universitas Sumatera Utara


4. Mengambil gaji dan dana operasional serta yang berkaitan dengan

kesejahteraan pegawai;

5. Pencatatan dan Pelaporan;

6. Membuat petikan daftar gaji

7. Menerima setoran dari masing-masing unit pelayanan

8. Mengkoordinir bendahara-bendahara di Puskesmas

9. Melakukan setoran peraturan daerah ke kas daerah

D. UMUM

1. Rigistrasi Surat Masuk dan Keluar

2. Melanjutkan disposisi Pimpinan

3. Membuat konsep surat

4. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian pengiriman semua laporan

puskesmas.

5. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian perbaikan sarana puskesmas

6. Mengarsipkan surat.

7. Melakukan kegiatan yang bersifat umum.

8. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang bersifat umum

E. Kepegawaian

1. Membuat laporan kepegawaian (Absensi, bezzeting, Daftar Urut

Kepegawaian, lap.triwulan, tahunan ,dsb.)

2. Mengetik daftar penilaian yang sudah di isi nilai oleh atasan langsung

3. Mendata dan mengarsipkan file pegawai.

4. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat

46

Universitas Sumatera Utara


5. Mengusulkan tunjangan pegawai ( Penyesuaian Fungsional, Baju, Sepatu

dan lain-lain)

6. Merekap Absensi ( Ijin, Cuti, Sakit )

7. Membuat Absensi Mahasiswa/siswa yang praktek di Puskesmas

8. Membuat perencanaan untuk pengembangan kualitas SDM staf puskesmas

9. Menyusun daftar pembagian tugas untuk staf Puskesmas dengan

persetujuan kepala puskesmas

F. Data dan Informasi

1. Sebagai pusat data dan informasi Puskesmas.

2. Mengumpulkan dan mengecek laporan Puskesmas sebelum dikirim ke

Dinas Kesehatan

3. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi data (tabel, grafik,dll)

4. Mengidentifikasi masalah program dari hasil visualisasi data dan

menyerahkan hasilnya kepada koordinator perencanaan dan penilaian

5. Bersama-sama team data dan informasi menyusun semua laporan

Puskesmas (Perencanaan Tingkat Puskesmas, mini lokarya, Lap. Tahunan,

Stratifikasi, dsb.)

G. Pencatatan dan pelaporan: Perencanaan dan Evaluasi

1. Mengkoordinir kegiatan team perencanaan dan penilaian

2. Menyusun jadwal evaluasi kegiatan puskesmas secara kontinyu

3. Menyusun laporan hasil evaluasi dan perencanaan untuk selanjutnya

diserahkan kepada koord. data & informasi serta koord. program terkait

4. Mengarsipkan hasil kegiatan

47

Universitas Sumatera Utara


H. Koordinator Unit Pelaksanaan Tugas Fungsional ( UPTF ) Upaya

Kesehatan Masyarakat

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan

dan evaluasi kegiatan di unit Program Pemberantasan Penyakit Menular

( P2M ), Promosi kesehatan, Kesehatan Ibu Anak/Keluaga Berencana,

GIZI dan KESLING

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya

I. Koordinator Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

(PbM)

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P2M

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus

penyakit menular serta menindak lanjuti terjadinya Kejdian Luar Biasa.

J. Pemegang Program Surveilans

1. Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap penderita,

kesling, perilaku masyarakat dan perubahan kondisi.

2. Analisis tentang KLB

3. Penyuluhan kesehatan secara intensif

4. Pencatatan dan pelaporan

48

Universitas Sumatera Utara


K. Pemegang Program Imunisasi

Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak dan lain - lain pada bayi ditempat

pelayanan kesehatan ( Puskesmas, Posyandu dan pustu ).

2. Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid ( TT ) pada BUMIL & Wanita Usia

Subur ( WUS ) ditempat pelayanan kesehatan.

3. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke rumah target yang tidak datang ke

tempat pelayanan kesehatan.

4. Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) di tiap SD oleh tim

Puskesmas dan kader.

5. Pengambilan Vaksin ke Dinkes 2 kali sebulan.

6. Sterilisasi alat dan pemeliharaan Coldchain di Puskesmas atau Pustu.

7. Merencanakan persediaan dan kebutuhan vaksin secara teratur.

8. Monitoring / evaluasi Pemantauan Wilayah Setempat.

L. Pemegang Program ( P2 ) Diare

1. Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup bersih dan sehat serta

memasyarakatkan oralit.

2. Kaporitisasi sumur-sumur dan sumber air sebanyak 2 kali se tahun.

3. Surveillance yaitu mengurangi dan menghindari kontak untuk mencegah

penyebaran kasus.

4. Pecatatan dan Pelaporan.

5. Penemuan dan pengobatan penderita diare di dalam maupun di luar

gedung.

49

Universitas Sumatera Utara


6. Aktif dalam penyelidikan KLB/peningkatan kasus

M. Pemegang Program ( P2 ) TBC

1. Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan dan follow up ke rumah pasien

2. Pencatatan dan Pelaporan kasus

3. Penemuan secara dini penderita TBC

4. Pengobatan penderita secara lengkap

5. Koordinasi dengan petugas laboratorium terhadap penderita TBC untuk

mencari Tuber kulosis ( BTA + ).

N. Pemegang Program Promosi Kesehatan

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan promosi

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi dilakukan

bersama-sama dengan koordinator program yang terkait.

3. Kegiatan dalam Gedung, Penyuluhan langsung kepada perorangan maupun

kelompok penderita di Puskesmas / Pustu, Penyuluhan tidak langsung

melalui Media Poster / Pamflet

4. Kegiatan di luar Gedung ; Penyuluhan melalui media masa, pemutaran

Film, siaran keliling maupun media tradisional; Penyuluhan kelompok

melalui posyandu dan sekolah.

50

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) di Puskesmas

Teladan Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Penyajian

data adalah hasil yang diperoleh dari penelitian, maka untuk itu perlunya penyajian

dalam suatu penelitian.

Penyajian hasil penelitian ini akan menguraikan hasil – hasil penelitian

yang meliputi penyajian dalam bentuk distribusi tunggal, hasil wawancara dan

Observasi di lapangan. Melalui distribusi tunggal ini akan diketahui dengan jelas

data – data yang telah terkumpul melalui wawancara untuk memudahkan

masyarakat atau responden untuk memberikan informasi. Penyajian hasil

penelitian juga akan menguraikan hasil- hasil penelitian yang meliputi penyajian

data dalam bentuk wawancara.

Adapun sistem pencatatan - pencatatan pada Puskesmas Teladan Medan, antara

lain adalah :

1. Kartu Individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah

dan sebagainya.

2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis,

Register Posyandu, dan sebagainya.

3. Laporan Kejadian Luar Biasa dan Laporan Bulanan Sentinel

51

Universitas Sumatera Utara


4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau family folder), yang diberikan khusus

untuk keluarga berisiko, antara lain :

a. Salah seorang anggota keluarganya menderita TB Paru.

b. Salah seorang anggotanya menderita kusta.

c. Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti; ibu hamil risti,

neonatus risti (BBLR) dan balita kurang energi kronis (KEK).

d. Salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa.

4.1 Ruang Lingkup SIMPUS

Adapun ruang lingkup SIMPUS yang berisikan modul – modul pelayanan di


Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota sebagai berikut :

1. Admin Sistem (manajemen user)


2. Modul Registrasi Loket
3. Modul Pelayanan Poli Umum/BP
4. Modul Pelayanan Poli Gigi
5. Modul Pelayanan Poli KIA
6. Modul Pelayanan Unit Apotek
7. Modul Pelayanan Unit Laboratorium/Radiologi
8. Modul Pelayanan UGD (untuk Puskesmas Perawatan)
9. Modul Pelayanan Rawat Inap
10. Modul Pelayanan Poli Mata
11. Modul Aset/Inventory Puskesmas
12. Modul Kepegawaian
13. Modul Administrasi (pencetakan surat Keterangan/Rujukan & Laporan
Puskesmas)
14. Modul Kegiatan Luar Gedung / UKM (Posyandu Lansia, Posyandu anak,
Imunisasi, Sanitasi Lingkungan, Pelayanan Gizi, P2P, Kesga, Promkes dll.

52

Universitas Sumatera Utara


Adapun alur Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) atau

SP2TP yang tertera dalam KepmenKes No. 511/Menkes/SK/V/2002 tentang

Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional dan hasil dari

wawancara kepada informan yang bersangkutan adalah sebagai berikut

a. Puskesmas Teladan Medan

Pada alur Proses ini juga di utarakan pada proses alur dalam Implementasi

SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan hal ini juga di informasikan oleh Kepala

Puskesmas Medan – Teladan Mengenai Alur SIMPUS atau SP2TP yang berada di

Puskesmas :

SIMPUS atau lebih dikenal dengan Sistem Pencatatan Pelaporan terpadu


Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan disini sudah diberi anggaran yang
dimana anggaran tersebut diperuntukan untuk sarana prasarana seperti
komputer dan alat alat lainnya dalam membantu pencatatan pelaporan
yang akan di berikan ke Dinas Kesehatan. Awalnya data – data itu
terbentuk dari masyarakat ( pasien yang datang ) yang tujuan untuk
berobat, setelah data di bentuk meliputi nama dan jenis penyakit obat
obat yang diperlukan. Data - data tersebut di bagi setiap Poli poli nya
untuk dimasukan pada jenis pelayanan yang akan di register dalam
pelaporan setiap bulannya. Data di kumpul lalu di evaluasi dan di tanda
tangani sebelum data di kirim ke Dinas Kesehatan melalui online maupun
secara manual, lalu hasil pelaporan dan pencatatan data tersebut di kirim
ke Dinas Kesehatan Kota Medan pada awal bulan yaitu sebelum tanggal
5, data tersebut secara garis besar berisikan : data pasien
( umur,nama,jenis, kelamin,alamat ), data penyakit, pengeluaran
obatobatan, semua data poli di satukan untuk di kirim ke dinas kesehatan
kota medan untuk di evaluasi kembali melalui Dinas Kesehatan Kota
Medan.
b. Dinas Kesehatan Kota Medan

Pada alur Proses berikutnya yang dimana data sudah dikirim melalui Puskesmas

secara online maupun secara manual (Offline) setiap awal bulan tanggal 05. Hal

ini juga informasikan pihak Dinas Kesehatan Kota Medan melalui bagian Bina

Yankes yang dimana data di terima dari bagian tersebut lalu data tersebut di

53

Universitas Sumatera Utara


evaluasi dan di olah sebelum data di kirim ke Dinas Kesehatan Pemprovsu, seperti

hal nya informasi dari kepala Bagian Yankes :

Data - data yang kami terima dari seluruh Puskesmas kota Medan kami
berikan tanggal jatuh tempo maksimal awal bulan tanggal 5, data yang
kami terima langsung kami evaluasi dan verifikasi sejauh mana
keabsahan data tersebut di buat sebelum kami kirim ke bagian
Pemprovsu, data kami simpan sementara sebagai hasil kinerja bulanan
Puskesmas yang dimana data tersebut kami kirimkan harusnya di tanda
tangani oleh Kelapa Dinas Kesehatan kota Medan yang pastinya sudah di
periksa. Data yang dapat di lihat dalam perhatikan khusus kami ialah jika
wabah penyakit yang meningkat dan perlunya penanganan cepat, lalu
diadakan survei atau penelitian di Puskesmas yang memiliki wabah
penyakit terbesar, dan kami tambah untuk dilakukan tindakan dari Pusat
untuk dapat di antisipasikan melalui sosialisasi ke masyarakat sebagai
penangan sementara.

c. Dinas Kesehatan Pemprovsu

Pada alur berikutnya setelah laporan – laporan hasil evaluasi dari Dinas

Kesehatan kota Medan tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan Pemprovsu, maka

Dinas Kesehatan Pemprovsu melihat hasil laporan – laporan tersebut sebagai

kinerja laporan bulanan untuk dikirimkan ke Pusat. Hal ini juga disampaikan oleh

Kepala Bagian Bina Yankes :

“ laporan – laporan yang kami terima dari tiap – tiap Puskesmas yang

telah kami evaluasi lalu kami kirim ke Dinas Kesehatan Pemprovsu untuk

dilihat oleh mereka, dan adanya catatan khusus dari bina Yankes kota

medan yang berisikan informasi adanya data penyakit yang terjadi agar

adanya penanganan dari Pusat”.

54

Universitas Sumatera Utara


d. Departemen Kesehatan

Pada alur berikutnya, hasil evaluasi dari DinaKes Pemprovsu di terima

oleh Departemen Kesehatan yang kemudian diadakan rapat dalam hal masalah

profil kesehatan di setiap Puskesmas. Setelah itu penanganan cepat dari Pusat. Hal

ini di sampaikan oleh Kepala Bagian YanKes :

Hasil pencatatan dan pelaporan yang telah di kirim ke Pusat di evaluasi


lagi oleh Pusat bahwa sejauh mana tingkat kesehatan dan wabah penyakit
yang terjadi di Sumatera Utara melalui Pemprovsu agar adanya
perhatian khusus dan sosialisasi yang dilakukan agar tingkat kesehatan
dapat diwaspadai dan ditangani secara cepat. Anggaran dapat kita
masukan dan diberikan sesuai aturan yang berlaku, oleh Karena itu,
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP ) itu
menjadi tolak ukur kinerja tiap – tiap puskesmas dalam tugas pokok
fungsinya sebagai pelayanan kesehatan masyarakat terpadu.

e. Feedback ( Umpan Balik )

Pada tahapan ini setelah semuanya di kirim ke Pusat, maka tahapan ini

adalah adanya feed back ( Umpan Balik ) yang hasilnya di kembalikan ke tiap –

tiap Puskesmas. Adapun catatan khusus yang di berikan Pusat ke setiap

Puskesmas seperti adanya anggaran yang diberikan dan penanganan terhadap

peningkatan wabah penyakit, semua itu sesuai dengan aturan yang berlaku.

Setelah semuanya di audit, lalu pada setiap Puskesmas itu melakukan tugas –

tugas dari atasan yang menjadi tanggung jawabnya. Feedback terhadap laporan

puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat

dijadikan evaluasi keberhasilan program. Jenis dan periode laporan yaitu (1)

Bulanan, data kesakitan, data kematian, data operasional (gizi, imunisasi, KIA,

KB, dsb.), data manajemen obat, (2) Triwulan, data kegiatan puskesmas, (3)

Tahunan, umum dan fasilitas, sarana, dan tenaga.

55

Universitas Sumatera Utara


Dapat dilihat adanya 10 daftar penyakit terbesar yang terjadi didaerah
wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Daftar 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Teladan Medan


Periode Bulan Januari – Oktober Tahun 2013
No. Nama Penyakit Jumlah Kasus

1. ISPA 3304

2. Penyakit Rongga Mulut 2011

3. Penyakit Kulit 979

4. Hipertensi 801

5. Penyakit saluran Nafas Bawah 649

6. Penyakit pada sistem tulang dan otot 632

7. Febris 532

8. Diare 492

9. TB Paru 364

10. Hipotensi 312


Sumber Data: Puskesmas Teladan kecamatan Medan 2014

Tabel di atas menunjukan bahwa adanya wabah penyakit yang

terjadi di daerah tersebut, yang paling besar penyakit yang sering di alami

oleh masyarakat adalah Infeksi Saluran Pernapasan ( ISPA ). Walaupun

penyakit ini tidak berbahaya bagi setiap orang, maka jarang sosialisasi

secara rutin yang diberikan puskesmas, akan tetapi aparat Puskesmas

Teladan tetap memberikan pelayanan cepat tanggap terhadap penyakit

yang diderita masyarakat. Hal ini disampaikan juga oleh Kepala

Puskesmas Teladan :

Pada tahun 2013 penyakit terbesar yang terjadi disini adalah


Infeksi Saluran Pernafasan ( ISPA ), kebanyakan masyarakat

56

Universitas Sumatera Utara


menderita penyakit itu. Tetapi dapat diketahui bahwasannya
penyakit itu tidak sangat berbahaya, maka jarang adanya
sosialisasi untuk masyarakat yang berobat. Dalam hal ini
walaupun jarang adanya sosialisasi secara rutin dari puskesmas
ini, kami tetap memberikan pelayanan yang cepat tanggap dalam
berbagai penyakit yang diderita masyarakat karna ini sudah
menjadi tugas kami sebagai aparat kesehatan.

4.2 Hambatan – hambatan Dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan


Medan

Implementasi SIMPUS di Puskesmas Teladan ini tidak atau dapat dikatakan

belum sempurna secara keseluruhan ini dikarenakan adanya hambatan –

hambatan yang ditemui. Hambatan – hambatan tersebut diantaranya :

a. Masih lemahnya Sumber Daya Manusia dalam pengelolaan data laporan,

yang SDM tersebut hanya satu orang saja yang menanganinya.

b. Masih kurangnya pemahaman terhadap SIMPUS yang


berbasis

komputerisasi sehingga pengelolaan data dan pelaporan dari Puskesmas ke

DinKes kota Medan masih bersifat manual.

c. Diperlukan anggaran yang besar dalam penyediaan perangkat pendukung

SIMPUS.

d. Belum adanya Peraturan Daerah sebagai acuan peraturan yang digunakan

dalam implementasi SIMPUS.

e. Masih kurangnya sosialisasi antara DinKes kepada Puskesmas dalam

implementasi SIMPUS.

57

Universitas Sumatera Utara


Salah satu hambatan yang dapat dilihat adalah :

Gambar 4.1 : Sarana prasarana Puskesmas Teladan Medan

Dari hasil penelitian pada saat disana, Pada gambar diatas menunjukan

bahwa masih minimnya sarana dan prasarana menunjang pelayanan masyarakat

seperti ruang tunggu, komputer dan sebagainya, dikarenakan ketika masyarakat

yang datang ke Puskesmas dalam satu hari lebih dari 50 orang maka akan

memperlama pelayanan, sebaliknya jika masyarakat yang datang berobat dibawah

50 orang dapat mempercepat pelayanan. Tetapi pada kenyataan disana setiap

harinya kunjungan pasien yang berobat disana semakin meningkat, lain halnya

pada hari jumat ataupun sabtu kunjungan masyarakat yang berobat tidak terlalu

banyak. Disini diperlukannya penambahan sarana dan prasarana yang ada untuk

menunjang pelayanan masyarakat seperti dapat kita lihat pada gambar sebelah kiri

atas, kurangnya komputer dalam pendataan pasien sehingga beberapa pegawai

lainnya masih menggunakan cara manual dan menyebabkan antrian yang agak

begitu lama.

Ini diperjelas oleh Kepala Puskesmas Teladan Medan :

“untuk masalah alat sarana prasarana disini jikalau dibilang kurang yah

masih kurang tetapi di bilang cukup yah dicukup – cukupilah, karena ini

kan untuk melayani masyarakat jadi jika ada penambahan alat sarana

58

Universitas Sumatera Utara


prasarana tersebut maka otomatis ini dapat meningkatkan pelayanan

terhadap masyarakat”.

Dari hasil observasi penelitian di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan

Kota gambar dibawah adalah alur pelayanan Puskesmas terhadap peningkatan

kesehatan masyarakat, ini dapat terlihat dari pelayanan yang diberikan aparat

kesehatan kepada msyarakat yang berobat disana mulai dari rgistrasi atau

pendataan pasien sampai kepada pengambilan obat obatan oleh pasien yang kasih

oleh aparat kesehatan.

Gambar 4.2 : Pendaftaran pasien di Loket Puskesmas

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa, masyarakat datang dan di data

sesuai dengan nomor antrian yang diberikan oleh pegawai, pasien yang datang

harus membawa KTP ataupu Kartu Keluarga ( KK ) setelah didata secara

langsung data kunjungan pasien terintegrasi di tiap – tiap poli yang berisikan

nama, data kunjungan pasien, alamat, diagnosis penyakit dan sebagainya.

59

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.3 : Pasien mengantri untuk Diperiksa Dokter

Pada gambar di atas terlihat jelas masyarakat yang telah di data atau di

registrasi, pasien harus menunggu antrian lagi agar tidak terjadi tindakan yang

tidak diinginkan, pasien menunggu sesuai dengan poli – poli yang di informasikan

dari aparat kesehatan. Setelah itu suster dan dokter yang ada di tempat akan

memanggil dan memeriksa pasien yang sakit. Dapat dilihat keramahan dan

kesigapan dari aparat kesehatan yang secara langsung menangani pasien.

60

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4 : Pengambilan Obat

Selanjutnya setelah pasien tersebut diperiksa, maka dokter memberikan

resep obat yang dibutuhkan pasien dalam bentuk kertas dan selanjutnya pasien

tersebut ke poli Apotek untuk memberikan kertas tersebut kepada petugas di

tempat, lalu aparat kesehatan mempersiapkan obat yang dibutuhkan pasien.

Setelah semuanya selesai pasien diperbolehkan pulang.

4.3 Observasi Penelitian

Melihat dan memahami dari gejala-gejala yang ada pada saat penelitian hal ini

menjadi ketetarikan penulis untuk menyajikan apa saja yang terjadi pada saat

penelitian berlangsung, realita yang ada dapat menggambarkan bagaimana yang

telah di informasikan oleh masyarakat maupun Aparat Puskesmas Teladan yang

dapat menambah informasi penulis untuk mencapai tujuan penulisan penelitian.

Adapun informan yang penulis wawancarai untuk mendapatkan informasi dalam

implementasi SIMPUS adalah :

Tabel 4.2 : Nama – nama Informan Penelitian

No. Nama Pegawai / Jabatan Informan

1. Kepala Puskesmas Teladan :Dr. Kus Puji Astuti Kunci

2. Kepala Bina YANKES :Iman Surya Kunci

3. Pegawai Puskesmas : Dana Eka Sari AMK Utama

4. Pegawai Bina YANKES : Susan Utama

5. Masyarakat Tambahan

61

Universitas Sumatera Utara


Sumber Data : Hasil Penelitian Puskesmas Teladan 2014

1. Hasil wawancara Kepada Kepala Puskesmas Teladan Medan

Melalui penyajian data ini saya menyajikan wawancara kepada Aparat – aparat

Kesehatan seperti halnya Informasi yang di berikan melalui Implementasi

SIMPUS / SP2TP pada Pelayanan kesehatan Kota Medan Khususnya Puskesmas.

Penyajian ini dilakukan melalui teori A. G. Edward III, yang dimana dari tujuan

penelitian sangat ideal jika dilakukan dengan teori Edward III :

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan tahap awal jika dilakukan suatu penerapan

pelayanan yang diberikan ke masyarakat atau komunikasi antara Aparat

dengan aparat dalam merencanakan program pelayanan kesehatan

masyarakat, berikut Informasi yang disampaiakan oleh Kepala Puskesmas

tentang seperti Tujuan Pokok dan fungsi dari Penerapan Simpus / SP2TP

yang dilakukan di Puskesmas :

Fungsi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) /


SP2TP itu suatu data laporan laporan yang di buat yang dimana
berisikan informasi atau laporan – laporan tentang kesehatan
masyarakat yang seluruhnya hasil pencatatan dan pelaporan yang
ideal baik di lakukan online dalam gedung maupun ke Dinas
Kesehatan ( Sistem manual .)
Secara tujuan :
Mempermudah memberikan pelaporan ke dinas kesehatan setiap
bulannya seperti sejauh apa tingkat kesehatan di setiap daerah
daerah di lingkup Puskesmas Teladan ini seperti menganalisis
data yang di kumpulkan hingga evaluasi data yang di berikan
laporanya ke Dinas Kesehatan. Tetapi secara realita Simpus
Online ini sedang proses dan tersosialisasi dengan baik yang
sebagai contoh puskesmas kita yang menjadi percontohannya,
tetapi belum maksimal di Puskesmas kita, walaupun SIMPUS ini
sudah cukup lama tetapi secara implementasinya belum maksimal
cukup banyak faktor yang menjadi hambatan SIMPUS ini,

62

Universitas Sumatera Utara


sehingga di puskesmas ini SIMPUS masih dilakukan secara
manual.
Secara tahapan bahwa pelaksanaan program SIMPUS itu sudah

dilaksanakan di setiap daerah bagian, yang dimana SIMPUS ini dilakukan untuk

menunjang kualitas pelayanan kesehatan yang secara efektif dan efisien, oleh

karena itu hal ini juga disampaikan Kepala Puskesmas Teladan tentang sejauh

mana tahapan pelaksanaan program SIMPUS ini dilakukan di Puskesmas Teladan

Jika di lihat dari nyatanya di lapangan kemampuan Sumber Daya


Manusia ( SDM ) di daerah masih kurang sosialisasi juga masih
kurang hal ini juga sebagai penghambat jalannya maksimal
SIMPUS ini, walaupun SIMPUS online yang di canangkan pusat
ini sudah banyak dilakukan di setiap daerah – daerah lain di luar
Sumatera Utara.
Melihat dari dasar hukum tentang kebijakan SIMPUS ini sudah

dikeluarkan melalui peraturan Kepmenkes No. 511 Tahun 2002 yang dimana atas

dasar tersebut sudah di jelas di atur tentang SIKNAS ( Sistem informasi

Kesehatan Nasional ) melalui hal ini bahwa sistem informasi sudah di atur oleh

Kepmenkes Pusat. Hal ini juga di sampaikan informasi oleh Kepala Puskesmas

Teladan bahwa :

Aturan atau dasar kebijakan sudah ada tetapi ya kita harus mengerti
aturan yang dibuat pusat belum tentu setiap daerah bisa mampu
menjalaninya dengan baik apalagi SIMPUS online ini masih baru
diterapkan di Medan ini, sesuatu yang baru tidak cepat penyusaiannya
di daerah. Seperti halnya anggaran yang di berikan sudah ada seperti
perawatan dan langsung dikirimkan dan juga sarana seperti komputer
dan modem internet sudah untuk paket bulan untuk pengoperasikan
online dalam gedung tersebut, tetapi pemahaman aparat daerah sini
yang masih lama penyusaian dan pemahamaan yang cepat sehingga
menjadi penghambat juga.

b. Manajemen Sumber Daya Manusia


63

Universitas Sumatera Utara


Manajemen Sumber Daya Manusia suatu prosedur yang berkelanjutan yang

bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang

yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat

organisasi memerlukannya. Seperti halnya kinerja aparat kesehatan puskesmas

yang dimana informasi ini disampaikan kepala puskesmas teladan mengenai

manajemen sumber daya manusia di Puskesmas :

Mengenai pengembangan pelatihan yang diberikan dinas kesehatan


melalui sosialisasinya kepada pegawai puskesmas mengenai Simpus
online, SDM yang ada di Puskesma ini sudah cukup dan menjadi
hambatanya ini juga pada SDM masih banyak yang belum memahami
tentang software dalam mengoperasikan program sehingga karena
kebanyakan pegawai disini berlatarbelakang akademis kebidanan
sehingga menjadi tidak tepat untuk di tempatkan sesuai fungsinya jadi
butuh waktu yang lama dan sosialisasi rutin dalam pelatihan yang
diberikan ke mereka.
Pelatihan yang diperlukan dalam menunjang efektifitas kinerja pegawai
untuk meningkatkan kualitas pegawai dalam melaksanakan tugasnya seharusnya
adanya pelatihan dan sosialisasi yang rutin sehingga produktivitas pegawai dapat
meningkat dan kualitas pelayanan yang diberikan juga akan meningkat. Hal ini
juga disampaikan Kepala Puskesmas terkait Pelatihan yang diberikan dalam
menjalankan Program SIMPUS online :
Jika kita berbicara pelatihan yang diberikan menurut saya pribadi kurang
maksimal karena anggaran yang diberikan Dinas kota Medan belum
memadai untuk perawaant dan modem jaringan internet speedy saja
masih memakai anggaran puskesmas, pertama kali pelatihan di
laksanakan pada pertengahan 2013 di situ lah sebagai tahap awal
mulanya pelatihan dilakukan.

c. Disposisi

Disposisi petunjuk singkat tentang tindak lanjut ( penyelesaian ) terhadap suatu

urusan atau surat masuk. Disposisi dibuat oleh pimpinan untuk staf atau bawahan

sesuai dengan bidang keahlian atau kewenangannya. Tujuan pembuatan disposisi

ialah agar staf dapat menindaklanjuti atau menyelesaikan suatu urusan atau surat

masuk sesuai dengan yang dikehendaki oleh pimpinan. Tindak lanjut dapat berupa
64

Universitas Sumatera Utara


surat balasan, tindakan-tindakan lain dalam rangka menyelesaikan urusan tersebut.

Seperti halnya informasi yang disampaikan Kepala Puskesmas Teladan mengenai

disposisi pada SIMPUS :

Mengenai Disposisi dalam SIMPUS ini Kita sebagai Implementor dari


Program SIMPUS terus bekerja dan menyelesaikan sesuai pedoman yang
di buat peraturan Kementrian Kesehatan yang di mana kami tetap
dinaungi oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dalam menjalankan tugas
tugas yang diberikan sebagai melayani masyarakat khususnya di bidang
Kesehatan, dan harapan kami setiap program yang diberikan kami tetap
selalu mendukung sebagai implementor kesehatan.
Dilihat dari suatu pelaksanan SIMPUS pastinya memiliki SOP ( Standart

Operasional Procedure ) yang sudah diatur dasar hukum yang sudah ditentukan,

yang memiliki proses tahap awal hingga evaluasi laporan, sejauh ini sebagai

implementor kebijakan pelaksanaan SIMPUS tetap sesuai SOP dan petunjuk

pelaksanaan setiap pekerjaan yang di lakukan Implementor. Atas dasar SOP kita

dapat melihat sejauhmana kualitas pelayanan yang diberikan aparat kepada

masyarakat khususnya pada Program SIMPUS, hal ini juga disampaikan oleh

Kepala Puskesmas Teladan :

“ Kalau dilihat dari SOP nya semua pegawai itu sudah sesuai dengan

kompetensinya masing – masing bidang, karena tidak mungkin setiap

pegawai puskesmas disini bekerja tidak sesuai kompetensi yang

dimilikinya“.

d. Struktur Birokrasi

65

Universitas Sumatera Utara


Pada penerapan SIMPUS pasti memiliki susunan atau struktur birokrasi

yang dijalankan melalui tahap awal pencatatan dan pelaporan hingga akhir

evaluasi laporan juga berisikan tugas – tugas dan tanggung jawab setiap pegawai

dalam menjalankan program SIMPUS baik secara online maupun manual.

Struktur birokrasi pada dasarnya memiliki fungsi dan tanggung jawab sehingga

kita dapat mengetahui siapa – siapa saja yang mengerjakan, bertanggung jawab

dalam menjalankan proses implementasi SIMPUS yang tetap pada SOP ( Standart

Operasional Procedure ) yang dikerjakan. Hal ini juga disampaikan Kepala

Puskesmas Teladan mengenai :

“ Yang bertanggung jawab dalam pelaporan dan pencatatan di

Puskesmas ini adalah ibu EkaDana, dia yang bertanggung jawab bagian

pencatatan dan pelaporan di Puskesmas ini, dan dia juga yang langsung

memberikan hasil laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kota Medan “.

3. Berdasarkan Hasil Wawancara Kepala Bidang Bina YanKes

1. Apakah menurut Bapak Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

itu?

SIMPUS merupakan program aplikasi komputer yang dikembangkan


untuk memenuhi kebutuhan puskesmas dalam hal data dan informasi
seperti register pasien, register penyakit, laporan kunjungan, laporan
penyakit, laporan obat, dan sebagainya. Program ini dirancang untuk
memudahkan puskesmas dalam pengelolaan data dan informasi dengan
input seminim mungkin dan output semaksimal mungkin.

2. Kapan tepatnya SIMPUS online ini mulai dilaksanakan di Puskesmas

Teladan?

66

Universitas Sumatera Utara


“Pada bulan Februari tahun 2013 penerapan SIMPUS online ini
diterapkan, salah satunya Puskesmas Teladan yang menjadi Puskesmas
percontohan. Tetapi pada kenyataan di lapangan masih diterapkannya
elektronik Puskesmas karena untuk penerapan SIMPUS online ini masih
mengalami hambatan.”

3. Apa maksud dan tujuan SP2TP atau SIMPUS ini dilaksanakan?

Maksud dan Tujuan SIMPUS


a. Mengumpulkan data dari tiap Puskesmas baik data orang
sakit, bayi lahir, ibu hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan
masyarakat, dll
b. Menghasilkan Informasi up to date tentang kondisi
kesehatan di suatu Puskesmas dari jumlah orang sakit sampai
ketersediaan obat sehingga dapat digunakan sebagai data awal dalam
pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan
c. Membantu kelancaran administrasi dan Manajemen
Puskesmas dalam penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan di
Puskesmas masing - masing
d. Memudahkan pekerjaan administrasi Puskesmas
dalam
membuat laporan harian maupun bulanan.

4. Bagaimanakah tahapan ataupun proses pelaksanaan SIMPUS di Dinas

Kesehatan Kota Medan?

Jawaban :
Pelaksanaan Simpus di Dinas Kesehatan Kota Medan masih sebatas
uji coba di 2 puskesmas (Teladan dan Glugur Darat). Bekerjasama
dengan PT. Telkom dalam pengadaan Software, Web Base dan
Hardware. Tahapan yang dilakukan :
1. Penyediaan perangkat keras dan jaringan internet di
puskesmas. 2. Pendampingan oleh PT. Telkom kepada Staf
puskesmas dalam
3. pengoperasian komputer dan menggunakan software simpus.
4. Entry database.

5. Berapa besar anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan SIMPUS / SP2TP

ini seperti untuk keperluan speedy dan komputer di Puskesmas Teladan?

67

Universitas Sumatera Utara


“Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, diadakan

perangkat komputer yang disediakan oleh PT. Telkom, Dinas

Kesehatan hanya membayar untuk biaya langganan koneksi

Speedy saja.”

6. Apakah menurut Bapak SP2TP/SIMPUS yang berbasis online ini sudah dapat

memberikan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat yang ada

di Puskesmas Teladan? Jika ada, peningkatan kualitas pelayanan seperti

apakah yang telah terjadi?

“Dikarenakan pelaksanaan SIMPUS ini masih mengalami kendala

dalam pelaksanaannya di lapangan, maka peningkatan yang

diharapkan belum terlihat. Namun secara teori seharusnya dapat

memberikan peningkatan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat”.

7. Bagaimanakah ketersediaan SDM untuk implementasi SIMPUS ini?


“Ketersediaan Suber Daya Manusia sangat terbatas terutama yang
menguasai IT. Sehingga menurut saya sebelum mengapliksaikan SIMPUS,

Sumber DayaManusia harus dilatih terlebih dahulu”.

8. Apakah pegawai-pegawai sudah cakap dalam mengoperasikan komputer?


“Sebagian besar masih terbatas kemampuannya dalam mengoperasikan
komputer”.

9. Apa yang menjadi tugas dan tanggung jawb Bapak dalampenerapan SP2TP

atau SIMPUS?

68

Universitas Sumatera Utara


“Tugas dan tanggung jawab saya dalam penerapan SP2TP/SIMPUS adalah

untuk memastikan program ini dapat berjalan dengan baik dengan

memaksimalkan sumber daya yang ada, secara efisien dan efektif.”

2. Berdasarkan Hasil Wawancara Kepada Sub.Bagian Pencatatan dan


Pelaporan Puskesmas Teladan Medan

1. Apakah menurut Ibu SIMPUS itu ?

“ SIMPUS itu sebenarnya sama halnya dengan SP2TP, karena

berbentuk data pelaporan dan pencatatan kunjungan pasien

maupun pemakaian obat – obatan yang ada di Puskesmas ini, dan

juga laporan – laporan dari tiap tiap poli seperti laporan pada

poli Lansia, Imunisasi dan lainnya “.

2. Kapan tepatnya SIMPUS ini dilaksanakan di Puskesmas Teladan ?

Pada pertengahan tahun 2013 itu Puskesmas Teladan adalah


salah satu menjadi Puskesmas percontohan diterapkan elektronik
Puskesmas dalam gedung, seperti penginputan data pasien itu
sekarang sudah menggunakan komputerisasi yang dahulunya
masih memakai lembaran kertas. Tetapi untuk pada SIMPUS
ataupun SP2TP tersebut masih secara manual.

3. Apakah SP2TP atau SIMPUS ini sudah dapat memberikan peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Teladan ?

“ Untuk masalah ini ya dapat meningkatkan lah, karna dari semua

data laporan pasien itu kita dapat mengetahui 10 penyakit

terbesar di setiap kecamatan, setelah itu harus bagaimana cara

menanggulanginya, dengan adanya SIMPUS inilah semua kita

dapat melihatnnya”.

69

Universitas Sumatera Utara


4. Apakah menurut Ibu fasilitas yang tersedia seperti komputer ataupun

jaringan wifi sudah maksimal ?

“ Menurut Ibu untuk fasilitas seperti komputer itu sudah cukuplah,

tetapi pada masalah jaringan wifi ini masih ada kendalanya karna

pada saat menginput data pasien antara poli satu dengan lainnya

kadang lelet atau lamban”.

5. Apa yang menjadi tugas Ibu dalam SIMPUS atau SP2TP ini ?

“ Yang menjadi tugas ibu tuh yah seperti mengumpulkan laporan

laporan dari tiap – tiap poli setelah itu baru ibu membuat

laporannya yang tiap bulannya wajib diberikan kepada Dinas

Kesehatan Kota Medan khususnya yang bertanggung jawab dalan

SP2TP ini adalah Bina YANKES”.

3. Berdasarkan Hasil Wawancara Sub Bagian Bina YANKES Dinas

Kesehatan Kota Medan :

1. Apakah menurut Ibu SIMPUS itu ?

“ Menurut Ibu SIMPUS itu adalah program aplikasi komputer yang

merupakan p erangkat yang fungsinya itu mencatat mengelolah dan

melaporkanseluruh data – data laporan dari seluruh Puskesmas yang ada di kota

Medan”.

2. Sudah berapa lama penerapan SP2TP atau SIMPUS ini ?

70

Universitas Sumatera Utara


Penerapan SIMPUS ini memang sudah lama di tiap – tiap Puskesmas.
Tetapi untuk penerapan SIMPUS online ini masih menjadi contoh itu
Puskesmas Teladan dan Puskesmas Glugur Darat, itu pun dalam
penerapannya masih diterapkan elektronik Puskesmas dalam gedung saja,
untuk masalah SIMPUS online dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan masih
secara manual saja, karna letak lokasi Dinas Kesehatan kota Medan
dengan Puskesmas Teladan ini mudah di jangkau.
3. Bagaimana proses tahapan SIMPUS di Dinas Keshatan Kota Medan ini ?

Tahapan SIMPUS ini, laporan dari tiap – tiap Puskesmas itu di serahkan
ke bagian Bina YANKES tiap bulannya sebelum tanggal 5, setalah itu
bagian yang mengolah data tersebut ada 3 orang termasuk Ibu sendiri,
dan laporan itu di evaluasi sehingga kita dapat melihat 10 penyakit
terbesar yang ada di setiap kecamatan dan kita juga dapat melihat obat –
obatan yang di perlukan di Puskesmas tersebut.
4. Apakah menurut Ibu dengan adanya suatu SIMPUS yang berbasis online dapat

mempermudah pekerjaan pegawai ?

Suatu sistem yang berkenaan dengan teknologi itu menurut ibu dapat
memudahkan pekerjaan petugas yang ada di sini, apalagi laporan –
laporan dari tiap Puskesmas langsung terintegrasikan ke Dinas Kesehatan
jadi ibu tinggal langung lihat laporan tersebut dari komputer. Tetapi pada
kenyataannya banyak mengalami hambatan berupa leletnya jaringan
sehingga jika jaringannya lagi lelet pekerjaan petugas jadi terhambat.

4. Berdasarkan hasil Wawancara Kepada Masyarakat

Berdasarkan Kerangka Teori dalam Bab I, Penulis memilih menggunakan

tinjauan kepustakaan dalam teori mengukur pelayanan yang berkualitas menurut

Zeithalm dkk ( dalam Boediono, 2003 : 114 ) di Karenakan kaitannya sesuai apa

yang menjadi jawaban atas tujuan penulis.

Adapun tabel yang berisikan nama – nama informan tambahan yaitu pada

masyarakat yang datang di Puskesmas Teladan yang berobat disana adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.3 : Nama – nama Informan Tambahan ( Masyarakat ) :

71

Universitas Sumatera Utara


No Nama Jenis Kelamin Umur Pekerjaan

1. Muhamad joni Laki – laki 62 Dosen (Pensiunan)

2. Eliawati Perempuan 68 Ibu rumah tangga

3. Zul Manurung Laki – laki 47 Wiraswasta

4. Lona Perempuan 35 Ibu rumah tangga

Sumber Data: Hasil wawancara Informan

Tabel ini menunjukan bahwa peneliti memilah dari informan – imforman yang

ada untuk di pilih sebagai yang lebih mengetahui pelayanan yang ada di

Puskesmas Teladan Medan Kota. Hal ini menunjukan bahwa Informan yang

dipilih dapat menjawab dari tujuan si peneliti dalam menunjang data – data

informasi yang dapat dimasukan dalam Informan tambahan dalam Kualitas

pelayanan di Puskesmas.

A. Tanggible ( berwujud )

Berwujud atau kata lain dengan bukti langsung, merupakan penampakan

bentuk fisik produk pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di

dapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teladan . Hal ini juga

di sampaikan dari beberapa masyarakat ( Joni,62 tahun ) yang berobat

langsung di Puskesmas Teladan.

Apakah menurut Bapak fasilitas yang tersedia seperti ruang tunggu, toilet,

tempat parkir sudah maksimal ?

72

Universitas Sumatera Utara


“ Bapak lihat Komputer yang ada di Puskesmas ini ada, pada saat

bapak mendaftar untuk berobat pun komputernya juga ada, ruang

tunngu dan toiletnya yah cukuplah, kalau seperti tempat parkirnya

bapak rasa lumayan besar ya cukuplah kalau parkir kereta “.

Hal ini juga di sampaikan Bapak ( Zul, 47 tahun )

Kalau kita lihat dari sarana prasarana di Puskesmas ini, yang


begitulah tidak kurang dan tidak terlalu lengkap, Puskesmskan
sebagai kesahatan tanggap darurat sementara, kalau mau yang
lengkap kita ke rumah sakit secara keseluruhan Puskesmas ini cukup
lengkap dengan Puskesmas yang lain yang pernah saya datangi
(Obat-obat, dokter, Komputerisasi dll).

B. Reliability ( Kehandalan )

Kehandalan merupakan prosedur pelayanan yang diberikan

memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan, melalui keahlian,

sosialisasi, komunikasi aparat dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat, hal ini juga disampaikan dari beberapa masyarakat yang

berobat di puskesmas Teladan ( Joni,62 tahun ) .

Apakah menurut bapak pegawai Puskesmas mampu dan handal dalam

menggunakan alat bantu seperti komputer ?

“ Pada saat bapak mendaftar berobat itu ya bapak melihat pegawainya

menggunakan komputer, ya pastilah sudah bisa. Bapak kan kurang

perhatikan pula tuh “.

Hal ini juga di sampaikan ibu ( Lona,35 tahun ) :

73

Universitas Sumatera Utara


“Ya cukup mampu saya lihat dalam pengoperasian komputer dan dalam

melayani ibu, selama ibu berobat tapi tidak tahu jika saya tidak ada”

Apakah Bapak ( Zul 47 tahun ) mudah dalam mengakses informasi dari

pegawai Puskesmas ?

“ menurut Bapak sih, yah bapak bisa mengerti informasi yang

diberikan ke bapak seperti pada saat mendaftar bapak langsung

diberi tahu harus kemana, yah bapak ikuti aja apa kata pegawai itu “.

Hal ini juga di utarakan oleh Ibu ( Eliawati 68 tahun ) :

“Mudah kita sudah ada kartu berobat kita daftar langsung dilayani,

selama saya berobat ibu tetap dilayani, paling ya wajarlah kalau

pasiennya banyak terkadang ibu pun dapat pelayanan lama, ya

sebagaimana mestinya Puskesmas yang sederhana”.

C. Responsives ( Daya tanggap )

Daya tanggap merupakan kesigapan dari aparat petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap keluhan dari

masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon dalam memberikan solusi

dari setiap keluhan masyarakat tersebut. Hal ini disampaikan dari beberapa

masyarakat yang merasakan pelayanan.

Apakah menurut Bapak ( Joni, 62 tahun ) Pegawai Puskesmas tepat waktu

hadir di tempat ?

“ Kalau itu sih Bapak Kurang tau, karena Bapak berobatnya agak

siangan, tapi kalau bapak lihat sih ini kan puskesmas, berati

pelayanannya harus tepat waktu kepada masyarakat “.

74

Universitas Sumatera Utara


Apakah Bapak melihat ketidak adilan saat antrian ? bagaimana tindakan

pegawai Puskesmas saat terjadi hal tersebut ?

“ Menurut Bapak tidak ada hal seperti itu, itukan emang sudah

ada nomor antriannya, jadi masyarakat disini menunggu sampai

nomor antriannya di panggil”.

D. Assurance ( Jaminan )

Jaminan merupakan informasi yang jelas dan di mengerti

kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap

masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan. Hal ini disampaikan dari

beberapa masyarakat yang merasakannya.

Apakah Bapak (Zul, 47 tahun) merasa mendapatkan Pelayanan yang baik

dari Pegawai Puskesmas Teladan ini ?

Ya, pegawai maupun dokternya ramah dan juga, seperti cepatnya


dalam menangani pasien tanggap darurat dan saya pernah
melihat cara mereka menangani ibu hamil yang sudah mau
melahirkan.
Kalau kurang ya kita tahu sendiri namanya Puskesmas alat sarana
dan prasaran semua terbatas tidak seperti Rumah sakit pada
umumnya.

Apakah Bapak ( Joni ) mendapatkan informasi yang jelas dari pegawai

Puskesmas Teladan ?

“ Ya, seperti pada saat bapak mendaftar pun pegawainya sudah

memberikan informasi Bapak harus ke Poli mana. Jadi Bapak ikuti

saja kata pegawainya itu, untuk sosialisasi bapak pernah juga

mengikutinya seperti sosialisasi antisipasi demam malaria pada

waktu itu lagi maraknya“.

E. Emphaty ( Empati )
75

Universitas Sumatera Utara


Empati seperti daya adaptasi dan toleransi merupakan kemampuan

pegawai Puskesmas Teladan terhadap ekonomis, Kemudahan dan

kenyamanan.

Apakah Ibu (Eliawati, 68 tahun) saat berobat mendapatkan tindakan

diskriminatif ( membeda – bedakan ) dari pegawai Puskesmas ? “ Tidak,

karna ini sesuai nomor antrian jadi ibu dan juga lainnya sesuai nomor

antrian, pokoknya tidak ada hal yang seperti itu “.

Menurut Ibu / Bapak letak Puskesmas Teladan mudah di jangkau untuk

mendapatkan pelayanan ?

“ Mudah, kalau Bapak pribadi sih mudah karna rumah Ibu tidak

jauh dari sini juga. “

BAB V

ANALISIS DATA

Dalam Bab ini, akan dianalisis semua data yang diperoleh dari hasil penelitian

seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu, adapun analisis yang dilakukan

dengan analisis deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada hasil wawancara

kepada informan yang bersangkutan sebagai informasi – informasi yang akan di

rangkum dalam bab ini.

Dalam pelaksanaannya agar pelayanan di bidang kesehatan dapat lebih

baik, maka Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) merupakan salah

satu solusi yang diberikan oleh aparat birokrasi dalam upaya peningkatan kualitas
76

Universitas Sumatera Utara


dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat. Penyelengaraan pelayanan

merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, pelayanan yang diberikan

kepada semua masyarakat tanpa terkecuali. Bila layanan yang diterima oleh

masyarakat sesuai yang diharapkan, maka kualitas layanan yang diberikan itu

memuaskan dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya bila jasa / layanan

yang diterima oleh masyarakat rendah dari yang diharapkan, maka kualitas

pelayanan akan buruk tidak sesuai tujuan yang diharakan. Dengan demikian baik

atau buruknya kualitas jasa / layanan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa

dalam memenuhi harapan masyarakat secara konsisten.

Masalah yang terjadi di atas, dalam hal ini pemerintah telah melakukan

upaya yang maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik dalam hal

meningkatkan kesehatan masyarakat. Upaya tersebut adalah melalui aplkasi

SIMPUS yang merupakan suatu sistem dataabase yang dimana dat – data

masyarakat yang pernah berobat di Puskesmas Teladan tersebut bisa di input, di

update, dan di share sehingga terbangun suatu sistem informasi manajemen secara

online. Adapun tujuan dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

di tingkat daerah smpai ke tingkat Pusat adalah suatu sistem informasi yang dapat

menampung, mengelola, menyimpan dan menentukan kembali serta

mendestribusikan jenis data laporan kunjungan pasien sampai kepada 10 penyakit

terbesar untuk dapat mengambil keputusan.

Sistem informasi Manajemen Puskesmas yang up to date sangat

dibutuhkan pada suatu Dina Kesehatan maupun Puskesmas, selama ini

pengumpulan data – data pasien dari tiap poli hanya memakai kertas sehingga

memperlambat proses pelayanan masyarakat, dalam hal ini dirasakan belum

77

Universitas Sumatera Utara


memadai di era sekarang ini, sehingga diperlukan standarisasi pengolahan data –

data informasi pasien yang terpadu baik ditingkat Pusat maupun Daerah.

Diadakannya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) yang

memanage semua laporan – laporan pasien dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan masyarakat.

Pada penelitian ini, peneliti melihat implementasi dari Sistem Informasi

Puskesmas yang berada pada studi penelitian terletak di Puskesmas Teladan dapat

di analisa melalui rangkuman tiga aspek. Yang dimana aspek tersebut merupakan

aspek organisasi yaitu aparat kesehatan yang bertanggung jawab dalam penerapan

SIMPUS aspek interpretasi yaitu pemahaman aparat pelaksana dalam hal ini

pegawai pelaksana, dan aspek penerapan yaitu pelaksana yaitu pelaksana SIMPUS

sesuai dengan peraturan – peraturan yang ada. Ketiga aspek tersebut dapat di rinci

sebagai berikut :

a. Organisasi

Berdasarkan data – data atau fakta di lapangan serta dari hasil wawancara

dengan informan penelitian, dapat disimpulkan bahwa SIMPUS di Puskesmas

Teladan kecamatan Medan Kota menjadi tanggung jawab satiap aparatur

kesehatan dan juga dapat terlihat dari struktur organisasinya. Setiap aparatur

kesehatan yang ada di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan kota memiliki

tanggung jawabnya masing – masing.

Sumber Daya manusia yang dimiliki mendapat perhatian dalam penelitian

ini. Sumber Daya Manusia yang di maksud disini menyangkut ketersediaan

pegawai pelaksana, dan kemampuan atau keahlian yang dimiliki pegawai dalam

mengoperasikan komputerisasi. Dalam hal ini pegawai yang bertanggung jawab


78

Universitas Sumatera Utara


pada tiap – tiap bidang sudah tersedia, namun jumlah yang tersedia khususnya

pada pegawai yang bertanggung jawab dalam membuat laporan- laporan

dirasakan masih kurang.

Kemampuan atau keahlian yang dimiliki aparatur kesehatan yang ada

dirasakan masih belum memenuhi sesuai kebutuhan dalam mengoperasikan

komputer karena rata – rata aparatur kesehatan yang ada disini berlatar

belakangkan akademis kebidanan. Adapun pegawai yang memiliki kemampuan

atau keahlian dalam menggunakan komputer hanya beberapa saja, tetapi dalam hal

ini adanya pelatihan baru mau berjalan pada tahun ini.

Selain aspek Sumber Daya Manusia, fasilitas yang dimiliki seperti unit

komputer dan jaringn network sangat penting dalam implementasi SIMPUS.

Jumlah unit komputer yang ada di tiap – tiap poli dirasa kurang cukup sehingga

masih adanya poli – poli yang belum menggunakan komputer, pada jaringan

network masih menjadi kendala dikarenakan jaringan yang tersedia di Pusekesmas

Teladan sering lelet.

b. Interpretasi

Interpretasi disini diartikan dengan pemahaman dari aparat kesehatan

implementasi terhadap pelaksanaan kebijakan. Ini dimaksudkan adalah agar

para pelaksana implementasi mengerti apa yang menjadi tugas dan tanggung

jawabnya. Dengan demikian para pelaksana implementasi di dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus sesuai dengan peraturan –

peraturan yang berlaku agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

dapat maksimal.

79

Universitas Sumatera Utara


Sebelum sebuah kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus

menyadari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan perintah untuk

melaksanakannya telah dikeluarkan, sehingga aparat kesehatan bekerja dengan

memiliki wewenang masing – masing. Dari hasil wawancara yang dilakukan

dengan informan, pegawai pelaksana SIMPUS yang ada di Puskesmas Teladan

mulai dari seksi pembuat laporan sampai operator registrai pasien cukup mengerti

akan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan tersebut aparat kesehatan

selalu mengacu kepada peraturan – peraturan yang berlaku, mulai dari peraturan –

peraturan petunjuk pelaksanaan sampai kepada petunjuk teknisnya. Sosialisasi dan

pembangunan sarana prasaranan pendukung SIMPUS yang dilakukan oleh

DinKes sudah dikatakan baik, walaupun pelaksanaannya belum maksimal dan

masih dalam proses.

Adapun peran komunikasi sangat penting untuk mensinergikan setiap

aktivitas. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat,

jelas, konsisten, menyeluruh. Kemudian agar implementasi menjadi efektif, maka

mereka yang tanggung jawabnya adalah untuk mengimplementasikan sebuah

program mesti tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan. Komunikasi dalam

implementasi SIMPUS meliputi komunikasi internal pelaksana dan komunikasi

eksternal dalam hal ini sosialisasi kepada masyarakat dan hubungan dengan

DinKes atau instansi lain.

Komunikasi antar pelaksana implementasi SIMPUS dapat dilihat dari

bagaimana koordinasi dan juga kerjasama antar pelaksana. Dan secara komunikasi

antar pelaksana dapat dikatakan sudah cukup baik dan berjalan dengan lancar.

Dimana antar pihak saling memberikan informasi, masukan, dan juga sering

80

Universitas Sumatera Utara


terlibat dalam pembahasan permasalahan yang menyangkut pada SP2TP atau

SIMPUS.

Sedangkan komunikasi eksternal yaitu koordinasi dan sosialisasi dengan

masyarakat. Komunikasi eksternal yang dibangun antar para pelaksana dengan

masyarakat sudah ada dan berjalan dengan baik. Seperti halnya sosialisasi dalam

bentuk penyuluhan bagi masyarakat.

c. Penerapan

Dari hasil data – data dilapangan dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa

penerapan dari implementasi SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan

Kota kurang terlaksana dengan baik, dikarenakan penerapan SIMPUS yang

berbasis online masih dalam proses penerapan, sehingga penerapan SIMPUS

online yang terintegrasi dari puskesmas ke DinKes ini masih dilakukan secara

manual, dimana proses pelaporannya harus diberikan ke DinKes Kota Medan

setiap awal bulan yaitu pada tanggal 5. Selain itu masih minimnya anggaran yang

di berikan DinKes sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk diterapkannya

SIMPUS online ini. Tetapi pada pertengahan tahun 2013 baru terlaksananya

penerapan elektronik Puskesmas dalam gedung saja yaitu terintegrasinya data –

data kunjungan harian pasien ke tiap – tiap poli yang ada di Puskesmas Teladan

sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pada berikutnya, peneliti juga melihat sejauh mana tingkat kepuasan

masyarakat dalam menerima pelayanan jika di lihat dari segi kualitas pelayanan

kesehatan yang di berikan aparat kesehatan dalam memberikan pelayanan


81

Universitas Sumatera Utara


kesehatan khususnya di puskesmas Teladan Medan Kota. Melalui hal ini indikator

yang dapat di analisis melalui aspek bentuk pelayanan, Kehandalan dan daya

tanggap Aparat dan aspek jaminan dan Kenyamanan.

a. Aspek Bentuk Pelayanan

Aspek ini dapat di lihat melalui penampakan bentuk fisik pelayanan atau

keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia

di Puskesmas Teladan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan oleh

masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan dapat disimpulkan bahwa

masyarakat yang berobat disana melihat adanya fasilitas – fasilitas yang tersedia

dan keberadaan peralatan pendukung pelayanan seperti komputer , ruang tunggu,

toilet , maupun tempat parkir dirasa sudah cukup dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Adapun bentuk informasi – informasi dalam pelayanan

kepada masyarakat sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga

memberikan dampak positif dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu

fasilitas sarana dan prasaranan yang dimiliki Puskesmas Teladan sudah dibilang

mencukupi dalam proses pelayanan kepada masyarakat.

b. Aspek Kehandalan dan daya tanggap Aparat

Aspek ini dapat dilihat kemampuan aparatur kesehatan melalui keahlian,

sosialisai, dan kesigapan aparat kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap

masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota. Aspek

ini salah satu yang paling diharapkan masyarakat, petugas yang ramah akan

menjadi salah satu faktor pendukung bagi pengguna layanan untuk memberikan

penilaian yang baik atas pelayanan yang disajikan. Dari data – data di lapangan

dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat yang berobat merasakan


82

Universitas Sumatera Utara


kesigapan aparat kesehatan dalam menangani pasien – pasien yang berobat dan

juga pada pasien rawat inap. Dlihat dari keahlian aparat kesehatan masyarakat

yang berobat merasakan kesesuaian aparat kesehatan dalam menggunakan

peralatan – peralatan yang ada akan tetapi masih minimnya alat sarana dan

prasarana yang ada di Puskesmas Teladan seperti komputer dan lainnya dan juga

masih minimnya Sumber Daya Manusia dalam mengoperasikan alat bantu seperti

komputer yang dapat memperlambat proses pendataan pasien. Dapat dilihat

keahlian aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakangkan akademis kebidanan,

jadi dalam hal mengoperasikan komputer harus adanya pelatihan khusus bagi

setiap aparat kesehatan.

c. Aspek jaminan dan kenyamanan

Aspek ini dapat dilihat melalui informasi yang jelas dan di mengerti,

kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap

masyarakat dan kenyamanan masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan.

Dari data – data di lapangan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat

yang berobat mendapatkan kenyamanan dari aparat kesehatan, sehingga dapat

dikatakan masyarakat betah berada di Puskesmas tersebut dan juga keramahan

setiap aparat kesehatan membuat masyarakat yang berobat merasa nyaman.

Informasi yang diberikan aparat kepada masyarakat sudah cukup jelas, sehingga

mudah dimengerti oleh masyarakat yang berobat. Seperti pada saat pasien

meregistrasi atau mendaftar maka secaa langsung aparat kesehatan memberikan

pelayanan ataupun informasi – informasi kepada pasien tersebut berupa

keramahan yang diberikan dan kesopanan dari aparat kesehatan. Sebagai

pelayanan publik, ini sudah menjadi tanggung jawab setiap aparat kesehatan.

83

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian – uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka pada bagan ini penulis mencoba mengambil beberapa

kesimpulan dan memeberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan

hasil penelitian.

VI.1 Kesimpulan

1. Bahwa secara umum Implementasi program SIMPUS di Puskesmas

Teladan belum terlaksana dengan baik karena masih memakai sistem

manual. Hanya saja dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan

sudah menggunakan elektronik Puskesmas dalam gedung berupa dari data

kunjungan pasien yang terintegrasi secara online di setiap poli – poli yang

pelaksanaannya baru pertengahan tahun 2013 yang dapat meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

2. Bentuk Pelayanan berupa kesigapan dan keramahan yang diberikan aparat

kesehatan dirasa sudah cukup baik,

84

Universitas Sumatera Utara


3. Hambatan yang terjadi dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan

Medan Kota yaitu fasilitas yang ada di Puskesmas Teladan dirasa masih

kurang cukup dari segi jumlahnya.

4. Diperlukan anggaran yang besar dalam penerapan SIMPUS agar

pelaksanaannya di Puskesmas Teladan dapat berjalan lancar.

5. Masih minimnya tenaga aparat yang mampu dalam mengoperasionalkan

komputer, karena rata – rata aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakang

akademis kebidanan.

6. Masih ada kendala – kendala yang ditemui dalam proses pelaksanaan

SIMPUS di Puskesmas Teladan seperti kurangnya Sumber Daya Manusia

pelaksanaan program tersebut baik secara kualitas dan kuantitasnya dan

juga kurangnya pelatihan dalam mengoperasikan perangkat komputer,

sehingga dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan masih

dilakukan secara manual.

VI.2 Saran

1. Upaya – upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur kesehatan di

Puskesmas Teladan Medan Kota hendaknya dilaksanakan secara terus

menerus, berkesinambungan dan bertahap sehingga dapat mencapai hasil

yang optimal dan terwujud dalam pelayanan prima.

2. Perlu adanya pelatihan khusus bagi aparat kesehatan dalam penggunaan

perangkat komputer sehingga dapat mempermudah pengerjaan laporan dan

mempercepat pelayanan kesehatan.

85

Universitas Sumatera Utara


3. Perlu adanya penambahan fasilitas – fasilitas seperti penambahan

komputer ataupun yang lainnya serta penambahan sumber daya manusia

dalam mengoperasionalkan komputer agar pelaksanaan SIMPUS dapat

lebih optimal.

4. Perlu adanya penambahan anggaran dari DinKes kepada Puskesmas

Teladan Medan agar pelaksanaan SIMPUS berbasis online dapat

terlaksana dengan baik.

Daftar Pustaka

Achua, 2004, Leadership, Prentice Hall, Singapore.


Amsyah, Z., 2005, Manajemen Sistem Informasi, Cetakan Kelima, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Azwar, A.,2004, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan


Pertama,Yayasan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Departemen Kesehatan R.I., 2003, Sistem Kesehatan Nasional, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, (2007), Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932


Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, Cetakan Kedua, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I , 2007, Kebijakan dan Strategi Pengembanga


Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Jones, Charles O.1996 . Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja Grafin


Persada.

Kurniawati, 2004, Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat
Jalan Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun
2004, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Komaruddin, A., 1993, Ensiklopedia Manajemen, Alumni, Bandung

Kumorotomo,W., (2001). Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi


86

Universitas Sumatera Utara


Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Laudon, Kenneth C and J.P Laudon. (1996). Information System, A Problem


Solving Approach. The Dryen Press, Orlando.

Lumbangaol, J., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi,


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mc Leod Raymond, Jr, Raymond, Schell, George. (2004), System Informasi


Manajemen, 8th ed, diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE.Ak. PT. Indeks,
Jakarta

Meleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Moenir, 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT Bumi
Aksara

Ratminto dan Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES Sianipar,
1999, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta.

Subarsono, AG. 2005. Public policy. Surabaya: Airlangga University.

Sutarto. 2002. Dasar – dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif


Pendekatan. Jakarta: Prenada

Terry, G.R., 1986, Asas-Asas Manajemen, Alumni, Bandung.


Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta:
Lukman Offset YPAPI.
Tjiptono, F., 1996, Strategi Bisnis dan Manajemen, Andi, Yogyakarta

Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM


Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

W.F.Connell.1974.The Foundation of Education.

87

Universitas Sumatera Utara


Undang – undang

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan


Keputusan menteri Kesehatan nomor 128/menkes/sk/ii/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan nomor: 590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan


Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS
Online).

Internet :

www.SIMPUS _ Fisika Kesehatan _ MissKesMas.htm, di alses pada tanggal 12


Agustus 2013, 07.00
www.digital-sense.net/simpus,di akses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.30 wib
http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tantangan-integrasi-data-dalam
simpus/,di akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib
http://www.adobe.com/go/thidpart, tanggal 18 Agustus 2013, pukul 20.30 wib

http://misskesmas.wordpress.com/2011/12/04/simpus-fisika-kesehatan/ , tanggal
18 Agustus 2013, pukul 21.00 wib

88

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai