ABSTRAK
Pelayanan kesehatan di Puskesams merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga
perlu dianalisis dari seluruh sistem meliputi input: sumber daya penerimanya (man), alat atau
mesin (machines), bahan (material), dana (money) dan prosedur (method) kemudian proses
meliputi aspek perencanaan, implementasi dokumentasi yang telah disusun serta monitoring dan
evaluasi. Penelitian bertujuan menganalisis pelaksanaan sistem informasi manajemen puskesmas
(Simpus) di Puskesmas Satui tahun 2022. Metode penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam
penelitian ini terdiri informan utama adalah Koordinator Rekam medis sedangkan informan
trianggulasi adalah Kepala Puskesmas dan petugas SP2TP. Instrument menggunakan wawancara
mendalam. Hasil penelitian didapat aspek input meliputi man yaitu semua pemberi layanan di
Puskesmas., Money yaitu dana bersumber dari Dinkes yang sebelumnya dilakukan rapat anggaran
perencanaan, Material yaitu komputer, jaringan internet, handphone dan tablet. Machine yaitu
melakukan install pada komputer atau laptop yang digunakan dalam kegiatan simpus serta Method
yaitu melaksanakan simpus sesuai dengan Standar operasional prosedur. Aspek proses meliputi
perencanaan yaitu telah dilakukan perencanaan saat awal dilaksanakan simpus sedangkan
implementasi yaitu pelaksanaan simpus di Puskesmas Satui tidak berjalan, mekanisme
pengumpulan data manual sehingga memperlambat kegiatan. Aspek output meliputi monitoring
yaitu puskesmas tidak melakukan monitoring secara berkala sedangkan evaluasi yaitu tidak
dilakukan evaluasi pada pelaksanaan simpus. Disarankan bagi Puskesmas diharapkan
menyediakan modul/buku yang berkaitan dengan SIMPUS dan sosialisasi secara berkala tentang
penggunaan SIMPUS oleh petugas sehingga petugas memiliki kompetensi mengenai SIMPUS.
ABSTRACT
Health services at Puskesmas are a system consisting of various components that are interrelated,
interdependent and mutually influence one another so that it needs to be analyzed from the entire
system including inputs: recipient resources (man), tools or machines (machines), materials
(materials), funds (money) and procedures (methods) then the process includes aspects of
planning, implementation of the documentation that has been prepared as well as monitoring and
evaluation. This study aims to analyze the implementation of the puskesmas management
information system (Simpus) at the Satui Health Center in 2022. The research method is
descriptive qualitative. The informants in this study consisted of the main informants being the
Coordinator of Medical Records, while the triangulation informants were the Head of the
Puskesmas and SP2TP officers. The instrument uses in-depth interviews. The results of the study
obtained input aspects including man, namely all service providers at the Puskesmas., Money,
namely funds sourced from the Health Office which previously had a planning budget meeting,
Materials, namely computers, internet networks, cellphones and tablets. Machine, which is to
install on a computer or laptop that is used in simpus activities and Method, which is to carry out
simpus in accordance with standard operating procedures. Aspects of the process include
planning, namely planning has been carried out at the beginning of the Simpus implementation,
while the implementation, namely the Simpus implementation at the Satui Health Center is not
running, manual data collection mechanisms so that it slows down activities. The output aspect
includes monitoring, namely that the puskesmas does not carry out regular monitoring, while the
evaluation is that no evaluation is carried out on the implementation of the SIMPUS. It is
suggested that Puskesmas are expected to provide modules/books related to SIMPUS and
periodically socialize about the use of SIMPUS by officers so that officers have competence
regarding SIMPUS.
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Kesehatan No.128/MENKES/SK/II/2004, Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Menurut Kemenkes No. 128/Menkes/SK/II/2014 mengenai Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat, Sistem Informasi Manajeman Puskesmas adalah “Tatanan
penerimanya/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatan”. Sistem Informasi Manajeman Puskesmas
merupakan suatu Aplikasi Manajemen Puskesmas dimana fungsi utamanya adalah mengelola data
pasien mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan (diagnosis) serta pengobatan pasien. Data
yang sudah diinput ditampung dalam sebuah data base yang nantinya akan dikatagorikan sesuai
dengan parameter untuk kebutuhan laporan, seperti laporan kunjungan harian, cara pembayaran,
jenis penyakit serta laporan lainnya yang dibutuhkan dalam Manajemen puskesmas.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015, Puskesmas wajib
diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali. Manfaat akreditasi Puskesmas bagi
Puskesmas itu sendiri yaitu, memberikan keunggulan kompetitif, memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap Puskesmas, menjamin diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer
kepada pasien dan masyarakat, meningkatkan pendidikan pada petugas Puskesmas untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, meningkatkan pengelolaan risiko baik pada
pelayanan pasien dan penyelenggaraan upaya Puskesmas kepada masyarakat, membangun dan
meningkatkan kerja tim antar petugas; meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban
pendokumentasian; dan konsistensi dalam bekerja, meningkatkan keamanan dalam bekerja.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas itu sendiri,
yaitu dengan ”Penilaian Kinerja Puskesmas,” yang mencakup manajemen sumber daya termasuk
alat, obat, keuangan dan tenaga, serta didukung dengan manajemen sistem pencatatan dan
pelaporan, disebut Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 Tentang Sistem
Informasi Puskesmas, bahwa setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi
Puskesmas baik elektronik maupun non elektronik, paling sedikit mencakup pencatatan dan
pelaporan kegiatan Puskesmas dan jaringannya, survei lapangan, laporan lintas sektor terkait,
laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Puskesmas adalah sebuah sistem informasi Rekam medis yang secara
khusus dirancang untuk digunakan di Puskesmas. Salah satu bentuk reformasi kesehatan adalah
dengan dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Struktur organisasi
Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing Puskesmas, penyusunan
struktur organisasi disatu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Salah
satu organisasi yang ada di Puskesmas adalah rekam medis. Penyelenggara upaya kesehatan di
Puskesmas tidak lepas dari peran serta rekam medis disetiap unit pelayanan kesehatan.
Sistem Informasi Puskesmas harus memiliki gambaran atau desain yang baik agar sesuai
dengan prosedur di unit rekam medis, contohnya seperti mempercepat pelayanan, informasi lebih
akurat dan pencarian data lebih cepat. Sistem Informasi Puskesmas memiliki beberapa bagian
yaitu, pendaftaran pasien, penyimpanan berkas atau filing, asembling atau penyusutan berkas
rekam medis dan pelaporan (Sitorus, 2016). SIMPUS memiliki tujuan meningkatkan kualitas
manajemen puskesmas dalam memberikan pelayanan melalui peManfaatan secara optimal data
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas, yang merupakan salah satu sumber
informasi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Pelayanan kesehatan di Puskesams merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling terkait, saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya sehingga perlu dianalisis dari seluruh sistem meliputi input: sumber daya penerimanya
(man), alat atau mesin (machines), bahan (material), dana (money) dan prosedur (method)
kemudian proses meliputi aspek perencanaan, implementasi dokumentasi yang telah disusun serta
monitoring dan evaluasi (Rofita, 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Satui pada tanggal 7 Februari 2022
menunjukkan bahwa sosialisasi mengenai SIMPUS sudah dilakukan sejak tahun 2016 tetapi belum
berjalan dengan baik. Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan berjalan secara
maksimal jika tidak didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya penerimanya, saat ini di
Puskesmas Satui belum memiliki SDM yang dapat mengoperasionalkan SIMPUS, hal ini
mengakibatkan kegiatan pelayanan penerimaan pasien rawat jalan di Puskesmas Satui dilakukan
secara manual, hal ini mengakibatkan proses kegiatan pelayanan membutuhkan waktu yang lama
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif adalah merupakan sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data
kualitatif. Penelitian ini bertujuan menganalisis pelaksanaan sistem informasi manajemen
puskesmas (Simpus) di Puskesmas Satui tahun 2022
Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan utama dan informan triangulasi.
Informan utama adalah Koordinator Rekam medis sedangkan Informan triangulasi adalah Kepala
Puskesmas dan petugas SP2TP. Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
panduan wawancara. Tahap analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, menelaah
data, reduksi data, penyajian data dan pengambilan simpulan.
PEMBAHASAN
Aspek input pelaksanaan sistem informasi manajemen Puskesmas (Simpus) meliputi sumber
daya penerimanya (man), pendanaan (money), bahan (material), mesin atau alat (machines)
dan metode atau prosedur (method).
Dari hasil wawancara pada sumber daya penerimanya (man) didapat bahwa SDM meliputi
Kepala tata usaha dan pengelolaan simpus harus memiliki kemampuan dapat mengoprasikan
komputer dan memahami aplikasi simpus, dengan kriteria yang telah mendapatkan pelatihan
pengelolaan simpus. Pendanaan (money) yaitu anggaran simpus puskesmas disedia oleh
kementerian kesehatan oleh Dinkes, tetapi pendanaan simpus belum pernah diberikan oleh dinkes,
simpus belum bisa dilaksanakaan di Puskesmas Satui, sumber dana dalam pelaksanaan simpus
untuk JKN dengan anggaran belanja yang sebelumnya dilakukan rapat anggaran perencanaan.
Bahan (material) yaitu sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan simpus
diantaranya komputer, jaringan internet dan SDM, ATK, handphone dan tablet dengan cara
merencanakan dengan tepat prasarana yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanan simpus.
Mesin atau alat (machines) yaitu adanya aplikasi simpus dan SDM yang mampu menjelaskan
kegiatan simpus, pengadaan komputer dan laptop sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan
simpus secara berkala melakukan maintenance. Metode atau prosedur (method) yaitu belum
tersedia buku terkait pelaksanaan simpus dikarenakan simpus memang belum diterapkan di
Puskesmas Satui, melaksanakan pengelolaan simpus sesuai dengan pedoman dan Standar
operasional prosedur.
Pada aspek input pelaksanaan sistem informasi manajemen Puskesmas (Simpus)
menunjukkan bahwa sumber daya penerimanya (man) yaitu semua pemberi layanan di Puskesmas
bahwa pendanaan (money) yaitu dana bersumber dari Dinkes yang sebelumnya dilakukan rapat
anggaran perencanaan, bahan (material) yaitu komputer, jaringan internet, handphone dan tablet,
mesin atau alat (machines) yaitu melakukan install pada komputer atau laptop yang digunakan
dalam kegiatan simpus serta metode atau prosedur (method) yaitu melaksanakan simpus sesuai
dengan Standar operasional prosedur.
SIMPUS sebagai sebuah sistem informasi juga mengalami siklus yang disebut siklus hidup
sistem yaitu membagi tahapan umur hidup sebuah sistem informasi yaitu pengembangan sistem
operasi dan perawatan sistem. (Depkes, 2007). SIMPUS secara aplikasi sangat mudah digunakan
oleh petugas di Puskesmas, namun persyaratan lain sebuah informasi dikatakan berkualitas bila
berManfaat, tepat waktu, handal, akurat dan konsisten, hal ini belum terpenuhi. Informasi yang
dihasilkan oleh SIMPUS hanya berisi tentang pelayanan pada Puskesmas Induk. Sementara
pelayanan pada PUSTU dan BKD masih menggunakan pelaporan manual. Struktur dan
Lingkungan Organisasi mempengaruhi tingkat penggunaan Sistem. Pengetahuan pengguna,
pelatihan dapat mempengaruhi kualitas informasi karena pengetahuan pengguna dalam
menggunakan SIMPUSD dapat mempengaruhi informasi yang dihasilkan. Tingkat pengetahuan
pengguna dapat ditingkatkan dengan pelatihan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Puskesmas laporan, Puskesmas harus menyampaikan laporan perbaikan paling lambat
tanggal 5 (lima) pada bulan berikutnya setelah laporan disampaikan.
Hal ini juga didukung teori Susano (2014) bahwa pengelolaan dilakukan dengan mengolah
sumber data yang ada menjadi informasi berupa laporan, dengan melakukan pencatatan pada buku
register, kemudian dimasukkan dalam komputer dengan menggunakan program E-pukesmas.
Dengan kata lain proses dalam sistem informasi rekam medis ini meliputi; pencatatan data dan
pengolahan data.
Penyelengaraan layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas merupakan kegiatan
yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data yang cukup kompleks. Dibutuhkan
suatu sistem informasi yang dapat menangani berbagai macamkegiatan operasional puskesmas
mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan, hingga
berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan eksekutif yang di hasilkan
oleh puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan
untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.
Puskesmas Satui belum melaksanakan simpus, tidak adanya buku pedoman dan Standar
operasional prosedur disamping itu juga aplikasi simpus yang digunakan mengalami banyak
kendala.
Aspek proses pelaksanaan sistem informasi manajemen Puskesmas (Simpus) meliputi
perencanaan dan implementasi.
Dari hasil wawancara pada perencanaan yaitu pencatatan dan pelaporan oleh masing-
masing pemegang program yang dilaporkan secara manual maupun online dan belum sesuai
dengan ketentuan dan SOP sedangkan implementasi yaitu pelaksanaan simpus sebatas sosialisasi
dan pelatihan petugas, pengumpulan data secara manual dari masing-masing unit pelayanan
mengakibatkan keterlambatan pengiriman ke Dinas kesehatan.
Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas merupakan kegiatan
yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data yang cukup kompleks. Dibutuhkan
suatu sistem informasi yang dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas
mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan hingga
berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh
Puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk
meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat (Gurusinga, 2017)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat dalam BAB VIII tentang sistem informasi puskesmas, dalam Pasal 43 perihal setiap
puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi puskesmas secara elektronik atau non
elektronik diantaranya mencakup pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas, dan Pasal 44 juga
telah mengamanatkan perihal sistem informasi puskesmas merupakan bagian dari sistem informasi
kesehatan kabupaten/kota, bahwa puskesmas wajib menyampaikan sumber data dari pelaporan
data kesehatan prioritas yang diselengarakan melalui komunikasi data (Permenkes, 2014).
Hasil penelitian ini didukung oleh Finansi dkk (2016) yaitu didapatkan bahwa pelaksanaan
sistem informasi di Puskesmas Sungai Besar Kota Banjarbaru dalam pencatatan dan pelaporan
data-data pasien sudah menggunakan sistem SIMPUS atau yang sekarang di sebut E-Puskesmas.
SIMPUS di Puskesmas Sungai Besar Kota Banjarbaru telah didukung oleh perangkat yang
memadai. Penyatuan datanya menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
atau SP2TP sebagai sistem pelaporan tiap bulan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Sitorus (2016) yaitu didapatkan bahwa pelaksanaan
sistem informasi puskesmas di Puskesmas Payung masih dilakukan manual, yakni masih
menggunakan pencatatan pada buku register dan formulir-formulir khusus di laporkan ke Dinas
Kesehatan dalam bentuk hard copy/fotocopy.
Puskesmas Satui dalam proses pelaksanaan hanya sebatas sosialisasi karena pengumpulan
data masih secara manual sehingga pengumpulan data mengalami keterlambatan
Aspek output pelaksanaan sistem informasi manajemen Puskesmas (Simpus) meliputi
monitoring dan evaluasi
Dari hasil wawancara pada monitoring yaitu monitoring telah dilakukan sebatas capaian
dari masing-masing program yang berjalan bukan pada kegiatan monitoring pelaksanaan simpus
sedangkan evaluasi yaitu sistem online mengalami kendala pada jaringan dan evaluasi yang
dilakukan dengan cara koordinasi antara kepala puskesmas, kepala TU dan semua pemegang
program sedangkan pelaksanaan simpus tidak dilakukan evaluasi.
Monitoring dalam pelaksanaan sistem informasi puskesmas di Puskesmas Liang Anggang
Banjarbaru juga membutuhkan keamanan dalam menghindari kesalahan terhadap data yang
diinputkan oleh petugas sehingga data-data yang ada tetap walaupun suatu ketika akan terjadi
suatu gangguan pada sistem e-puskesmas tersebut. Username dan password yang ada dibuat
berbeda pada setiap unitnya.
E-Puskesmas merupakan aplikasi untuk layanan kesehatan yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan pemcatatan data secara digital pada puskesmas. Aplikasi tersebut merupakan
bagian dari modul aplikasi untuk perancangan Smart City yang dikembangkan pemerintah Kota
Banjarbaru kerjasama dengan PT.Telkom. dengan E-Puskesmas, pencatatan dan pendataan pasien
dilakukan secara elektronik dan memudahkan Dinas Kesehatan dalam memonitor data kesehatan
masyarakat (Cahyo, 2017).
Hasil penelitian ini berbeda dengan Thenu (2016) yaitu didapatkan bahwa proses
monitoring dalam pelaksanaan sistem informasi puskesmas di Puskesmas dilakukan oleh Kepala
Puskesma. Dinas Kesehatan Kota (DKK) tidak melakukan monitoring setiap bulan nya, tetapi
Dinas Kesehatan Kota akan melakukan monitoring bila terjadi kendala berat.
Dalam pelaksanaan belum pernah dilakukan evaluasi hanya sebatas monitoring dengan cara
koordinasi antara kepala puskesmas, kepala TU dan semua pemegang program
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut
Aspek input pelaksanaan sistem informasi manajemen Puskesmas (Simpus) meliputi sumber daya
penerimanya (man) yaitu semua pemberi layanan di Puskesmas bahwa pendanaan (money) yaitu
dana bersumber dari Dinkes yang sebelumnya dilakukan rapat anggaran perencanaan, bahan
(material) yaitu komputer, jaringan internet, handphone dan tablet, mesin atau alat (machines)
yaitu melakukan install pada komputer atau laptop yang digunakan dalam kegiatan simpus serta
metode atau prosedur (method) yaitu melaksanakan simpus sesuai dengan Standar operasional
prosedur. Aspek proses pelaksanaan sistem informasi manajemen Puskesmas (Simpus) meliputi
perencanaan yaitu telah dilakukan perencanaan saat awal dilaksanakan simpus sedangkan
implementasi yaitu pelaksanaan simpus di Puskesmas Satui tidak berjalan, mekanisme
pengumpulan data manual sehingga memperlambat kegiatan. Aspek output pelaksanaan sistem
informasi manajemen Puskesmas (Simpus) meliputi monitoring yaitu puskesmas tidak melakukan
monitoring secara berkala sedangkan evaluasi yaitu tidak dilakukan evaluasi pada pelaksanaan
simpus
Disarankan bagi Bagi Puskesmas diharapkan menyediakan modul/buku yang berkaitan
dengan SIMPUS dan sosialisasi secara berkala tentang penggunaan SIMPUS oleh petugas
sehingga petugas memiliki kompetensi mengenai SIMPUS. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan
melaksanakan Bimbingan Teknik (BIMTEK) bagi pengelola program mengenai SIMPUS
sehingga setiap Puskesmas dapat melaksanakan SIMPUS. Bagi Instansi Pendidikan diharapkan
dapat menyediaan buku-buku bacaan, artikel, jurnal maupun lainnya yang berkaitan dengan sistem
informasi bagi puskesmas. Bagi Peneliti Lain menjadi bahan dasar penelitian selanjutnya sehingga
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan variabel penelitian yang berbeda seperti evaluasi sistem
informasi kesehatan.
REFERENSI
Cahyo, Benny Noor. (2017). Implementasi E-Puskesmas di Puskesmas Guntung Payung
Banjarbaru. Karya Tulis Ilmiah. STIKes Husada Borneo Banjarbaru. Prodi Perekam dan
Informasi Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Kebijakan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS): Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 511/MENKES/SK/V/2002.
Jakarta:
Finansi, Gusti Kanzania dkk. (2016). Penggunaan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) di
Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru. Universitas Lambung Mangkurat. Prodi Kesehatan
Masyarakat Alih Jenjang.
Gurusinga, S (2017). Efektivitas Penerapan Sisitem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus)
Dalam Pelayanan Publik Di Puskesmas Tiganderket Kecamatan Tiganderket Kabupaten
Karo. Skripsi. Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara