Hafni Rahmanita
Drs. M. H. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS ) sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan dan dapat di jangkau seluruh lapisan masyarakat.
PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai
Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Dinas Kesehatan Kabupaten / kota, Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia ( Trihono, ARRIMES Manajemen Puskesmas. Jakarta: Sagung Seto. Akses 6 Januari
2014 pukul 07.18).
Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
( SIKNAS ), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP )
pada awal tahun 1970an. Pengembangan SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data
Kesehatan pada tahun 1984. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembangan SIKNAS
ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah
klasik pula, yaitu kurang akurat, kurang sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang
disajikan ( Departemen Kesehatan RI, 2007 ).
Keputusan menteri Kesehatan ( Kepmenkes ) No. 511 Tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) di Era Otonomi Daerah menegaskan bahwa sasaran
pengembangan SIKNAS pada akhir tahun 2009 adalah telah tersedia dan dimanfaatkan data dan informasi
kesehatan yang akurat, tepat dan cepat untuk pengambilan keputusan/kebijakan bidang kesehatan di Kabupaten
/ Kota, Provinsi dan Departemen Kesehatan dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Indikatornya adalah terintegrasinya data dan informasi dari Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Departemen Kesehatan. Data dan informasi yang terintegrasi di Kabupaten / Kota berasal dari Puskesmas yang
diolah dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas atau SIMPUS sehingga kualitas data dan informasi
di Puskesmas menjadi sangat penting kedudukannya dalam pengambilan keputusan di tingkat Kabupaten /
SIMPUS adalah suatu aplikasi yang ditujukan untuk administrasi dan pengelolaan sebuah
Puskesmas yang mampu meningkatkan kinerja dengan memaksimalkan sistem komputer.
Instansi yang berperan dalam melaksanakan SIMPUS ini adalah Puskesmas. Di sini peran
Puskesmas sebagai instansi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang tingkat
pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem informasi kesehatan
daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS
mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Sehubungan
dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara
menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan
lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut
nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling bawah
Hasil penelitian Kurniawati ( 2004 ), mendapati bahwa sistem pencatatan dan pelaporan data pasien
rawat jalan Puskesmas di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang sebelum SIMPUS Online berjalan
didasarkan format pelaporan Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas ( SP3 ), menggunakan sistem manual
dan sederhana, hambatannya sering terjadi kesalahan dan perbedaan laporan antar pemegang program, terlalu
banyak tangan, mengandalkan tulisan tangan, laporan tidak tepat waktu, laporan sering salah, kegiatan yang
tumpang tindih, pelaporan harus ke Dinas Kesehatan Kota membutuhkan waktu lama. Pada SIMPUS Online
seluruhnya menggunakan komputer, kinerja SIMPUS Online belum dapat menunjukkan kecepatan dan
kemampuannya menangani beban kerja pengelolaan data, hal ini terjadi karena petugas pengelola data sedang
mengalami transisi dan perubahan dari sistem manual ke sistem komputer karena sistem baru berjalan selama
dua bulan.
Konsep SIMPUS sebenarnya telah digulirkan oleh Departemen Kesehatan RI awal tahun 1990-an
yang dikenal dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP ). Kemudian untuk
menyederhanakan SP2TP maka kebijakan Departemen Kesehatan mengarah kepada sebuah sistem yang
berbasis peranti lunak yang dituangkan melalui keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan
terpadu Puskesmas (SP2TP). Namun pengembangan dan penerapan sistem berbasis peranti lunak tersebut
masih menemui banyak hambatan, terutama output data yang tidak akurat dan seringkali berbeda dengan
kondisi riil di lapangan. Tentunya ini akan semakin menjauh dari tujuan penerapan SIMPUS seperti yang telah
digariskan dalam Kepmenkes No. 837 Tahun 2007 tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online.
Puskesmas Teladan merupakan Puskesmas yang terdiri dari lima kelurahan dengan
jumlah penduduk 38,803 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota
berbatasan Kecamatan Maimun sebelah Utara, Kelurahan Teladan Timur sebelah Selatan,
Simpang Limun sebelah Barat, Medan Perjuangan sebelah Timur. Disini kita dapat melihat
sejauhmana penerapan SIMPUS ini di Puskesmas Teladan, karena semakin banyaknya
masyarakat yang berobat di Puskesmas tersebut maka peran SIMPUS ini untuk meningkatkan
pelayanan masyarakat juga sangat penting. Setelah diadakan wawancara kepada aparat yang
bertanggung jawab pada SP2TP atau SIMPUS, maka implementasi SIMPUS tersebut sebenarnya
sudah ada sejak lama, tetapi dalam hal ini penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan masih
dilakukan secara manual, untuk kepada SIMPUS Online yang terintegrasinya data puskesmas ke
Dinas Kesehatan Kota Medan yang menggunakan komputerisasi masih dalam proses, dan pada
pertengahan tahun 2013 baru masih di terapkannya elektronik Puskesmas untuk meningkatkan
kualitas masyarakat. Penerapan SIMPUS atau SP2TP di Puskesmas Teladan masih mengalami
hambatan hambatannya seperti sering terjadinya perekapan data data pasien yang berobat
sehingga membutuhkan waktu yang lama, dan juga masalah sumber Daya Manusia dalam
pengerjaan laporan masih satu orang yang mengerjakannya. ( Aparat Puskesmas Teladan ).
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang:
Implementasi SIMPUS Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( studi
pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini adalah : Bagaimana Implementasi SIMPUS Dalam Meningkatkan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat ( pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan
tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS yang di
canangkan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kota Medan.
2. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauhmana Penerapan Program SIMPUS di
Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota dan hambatan hambatan yang terjadi
dalam Implementasi Program SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.
Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan studi
Administrasi Negara pada implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan palayanan
kesehatan masyarakat.
1. Manfaat secara praktis
Dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga lembaga lain yang berkepentingan pada
implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
1. Manfaat secara akademis
Sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu Departemen Ilmu Administrasi Negara.
I. II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Usman ( 2009: 4 ) penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif bermaksud membuat penyadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta
dan sifat populasi tertentu. Berdasarkan pengertian diatas , maka penelitian ini adalah penelitian
yang diarahkan untuk memberikan gejala gejala, fakta, atau kejadian kejadian secara
sistematis dan akurat mengenai sifat populasi serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data
yang diperoleh.
Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu:
1. Informan Kunci ( Key Informan ). Merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informan Utama. Merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti.
3. Informan Tambahan. Merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun
tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama dan informan
tambahan yaitu sebagai berikut :
1. Informan Kunci ( key informan ) yaitu Kepala Bina YANKES Dinas Kesehatan Kota
Medan dan Kepala Puskesmas Teladan
2. Informan Utama yaitu pegawai pegawai Bina YANKES Dinas Kesehatan dan Pegawai
PuskesmasTeladan Kota Medan yang Bertanggung jawab pada Program SIMPUS atau
SP2TP.
3. Informan Tambahan yaitu masyarakat yang merasakan pelayanan Puskesmas Teladan.
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian yang terdiri dari :
Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai
berikut :
a. Penelitian Kepustakaan, yaitu cara ini dilakukan dengan menghimpun data maupun teori
berbagai literatur dan dapat digunakn untuk menganalisa data yang diperoleh.
b. Pengumpulan dokumen atau data data yang berkaitan dengan menggunakan catatan
catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber sumber lain yang menyangkut
masalah yang diteliti dengan instansi terkait.
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif. Menurut
Meolong ( 2006: 247 ), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai
dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian
dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan
analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
III. HASIL
Berdasarkan uraian uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya,
maka pada bagan ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan memeberikan saran
sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian.
III.1 Kesimpulan
1. Bahwa secara umum Implementasi program SIMPUS di Puskesmas Teladan belum
terlaksana dengan baik karena masih memakai sistem manual. Hanya saja dalam
penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan sudah menggunakan elektronik Puskesmas
dalam gedung berupa dari data kunjungan pasien yang terintegrasi secara online di setiap
poli poli yang pelaksanaannya baru pertengahan tahun 2013 yang dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Bentuk Pelayanan berupa kesigapan dan keramahan yang diberikan aparat kesehatan
dirasa sudah cukup baik,
3. Hambatan yang terjadi dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan Kota
yaitu fasilitas yang ada di Puskesmas Teladan dirasa masih kurang cukup dari segi
jumlahnya.
4. Diperlukan anggaran yang besar dalam penerapan SIMPUS agar pelaksanaannya di
Puskesmas Teladan dapat berjalan lancar.
5. Masih minimnya tenaga aparat yang mampu dalam mengoperasionalkan komputer,
karena rata rata aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakang akademis kebidanan.
6. Masih ada kendala kendala yang ditemui dalam proses pelaksanaan SIMPUS di
Puskesmas Teladan seperti kurangnya Sumber Daya Manusia pelaksanaan program
tersebut baik secara kualitas dan kuantitasnya dan juga kurangnya pelatihan dalam
mengoperasikan perangkat komputer, sehingga dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas
Teladan masih dilakukan secara manual.
III.2 Saran
1. Upaya upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur kesehatan di Puskesmas Teladan
Medan Kota hendaknya dilaksanakan secara terus menerus, berkesinambungan dan
bertahap sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan terwujud dalam pelayanan
prima.
2. Perlu adanya pelatihan khusus bagi aparat kesehatan dalam penggunaan perangkat
komputer sehingga dapat mempermudah pengerjaan laporan dan mempercepat pelayanan
kesehatan.
3. Perlu adanya penambahan fasilitas fasilitas seperti penambahan komputer ataupun yang
lainnya serta penambahan sumber daya manusia dalam mengoperasionalkan komputer
agar pelaksanaan SIMPUS dapat lebih optimal.
4. Perlu adanya penambahan anggaran dari DinKes kepada Puskesmas Teladan Medan agar
pelaksanaan SIMPUS berbasis online dapat terlaksana dengan bai
Daftar Pustaka
Achua, 2004, Leadership, Prentice Hall, Singapore.
Amsyah, Z., 2005, Manajemen Sistem Informasi, Cetakan Kelima, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Azwar, A.,2004, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan Pertama,Yayasan
Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Departemen Kesehatan R.I., 2003, Sistem Kesehatan Nasional, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, (2007), Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932 Tahun 2002
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota, Cetakan Kedua, Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I , 2007, Kebijakan dan Strategi Pengembanga Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Jones, Charles O.1996 . Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja Grafin Persada.
Kurniawati, 2004, Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat Jalan
Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004,Tesis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Komaruddin, A., 1993, Ensiklopedia Manajemen, Alumni, Bandung
Kumorotomo,W., (2001). Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi Organisasi Publik,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Laudon, Kenneth C and J.P Laudon. (1996). Information System, A Problem Solving
Approach. The Dryen Press, Orlando.
Lumbangaol, J., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Mc Leod Raymond, Jr, Raymond, Schell, George. (2004), System Informasi Manajemen,
8th ed, diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE.Ak. PT. Indeks, Jakarta
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset
YPAPI.
Undang undang
Undang Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Keputusan menteri Kesehatan nomor 128/menkes/sk/ii/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat