net/2016/10/26/sistem-informasi-puskesmas-dalam-permenkes-
no-44-tahun-2016/
Salah satu kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan untuk mendukung
upaya puskesmas tersebut adalah kebijakan mengenai Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
dalam Peraturan Kementrian Kesehatan (PerMenKes) No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas.
Sistem informasi Puskemas menjadi salah satu elemen penting dalam pedoman manajemen
puskesmas. Pada pada peraturan ini tertulis bahwa Kepala Puskesmas akan membentuk Tim
Sistem Informasi Puskesmas, yang nantinya akan mempelajari beberapa hal terlebih dahulu,
untuk merancang sistem yang sesuai dengan kebutuhan Puskesmas, antara lain:
Secara garis besar, dalam PerMenKes ini, SIP akan berperan dalam mengolah dan
menganalisis data Indeks Keluarga Sehat (IKS) dan kinerja Puskesmas.
Pada IKS, secara teknis, dengan mengumpulkan data kinerja dan gambaran status kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, SIP akan menyediakan data dalam 4 tahun terakhir
yang dimulai dari tahun N-5 sampai tahun N-2 untuk setiap desa/kelurahan. N disini
menunjukan tahun yang akan disusun, sehingga untuk menyusun perencanaan lima tahunan
(misal perencanaan tahun 2017-2021), maka data kinerja akhir tahun yang dikumpulkan dan
dipelajari adalah tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015. Data yang dikumpulkan ditambah dengan
hasil evaluasi tengah periode (midterm evaluation) dari dokumen laporan tahun (N-1).
Data-data yang nantinya akan diolah dan dianalisis untuk dapat menghasilkan IKS ini terdiri
dari:
Manajemen Puskesmas;
Gedung dan sarana Puskesmas;
Jejaring Puskesmas, lintas sektor serta potensi sumber daya lainnya;
Sumber daya manusia kesehatan; dan
Ketersediaan dan kondisi peralatan Puskesmas.
1. a) Promosi Kesehatan;
2. b) Kesehatan Lingkungan;
3. c) Pelayanan Gizi KIA-KB;
4. d) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
5. e) Surveilans dan Sentinel SKDR; dan
6. f) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
1. a) Kunjungan Puskesmas;
2. b) Pelayanan Umum;
3. c) Kesehatan Gigi dan Mulut; dan
4. d) Rawat Inap, UGD, Kematian, dll.
(5) Data Keperawatan Kesehatan Masyarakat, data laboratorium, dan data kefarmasian.
(6) Kondisi keluarga di wilayah kerjanya yang diperoleh dari Profil Kesehatan Keluarga
(Prokesga) melalui pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Setiap keluarga pada wilayah kerja Puskesmas akan terpantau kondisi status kesehatan
sebuah keluarga terkait 12 indikator utama sebagai berikut:
IKS ini nantinya akan diterapkan pada tingkat keluarga, desa atau kelurahan, dan Puskesmas.
Hasil perhitungan dari data-data tersebut akan menunjukan indeks yang akan dikategorikan
menjadi 3 kategori nilai yang berbeda, yang akan menunjukan indikator kesehatan keluarga:
kurang dari 0,500 untuk tidak sehat, antara 0,500 – 0,800 untuk pra-sehat, dan lebih dari
0,800 untuk keluarga sehat.
Pada kinerja Puskesmas, data yang disediakan oleh SIP mencakup pencatatan dan kegiatan
Puskesmas dan jaringannya, survei lapangan, laporan lintas sektor terkait, dan laporan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Penilaian akan terbagi menjadi
tiga kategori yaitu Kelompok III, kelompok II, dan kelompok I.
Kelompok III adalah Puskesmas dengan tingkat kinerja kurang, dimana tingkat pencapaian
cakupan hasil pelayanan kesehatannya kurang dari sama dengan 80% dan tingkat pencapaian
cakupan hasil manajemennya kurang dari 5,5. Kelompok II merupakan Puskesmas dengan
tingkat kinerja yang cukup, dengan tingkat cakupan hasil pelayanan kesehatannya 81-90%
dan tingkat pencapaian hasil manajemennya berada di antara 5,5-8,4. Kelompok I
dimasukkan sebagai Puskesmas dengan tingkat kinerja baik dengan tingkat pencapaian
cakupan hasil pelayanan kesehatannya diatas 91% dan tingkat pencapaian cakupan hasil
manajemen lebih dari 8,5.
Sekilas adalah sedikit gambaran peraturan yang terkait dengan SIP dalam PerMenKes 44
tahun 2016. Untuk SIP sendiri, Kementrian Kesehatan akan mengeluarkan PerMenKes 46
tahun 2016 dalam waktu dekat.
Semoga dengan membaca gambaran SIP dalam PerMenKes 44 tahun 2016, pembaca,
khususnya peneliti dan professional di bidang kesehatan, dapat mempersiapkan segala hal
yang terkait untuk menyambut regulasi ini, dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di Indonesia.