Anda di halaman 1dari 42

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS)


DI PUSKESMAS HUTAIMBARU
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2019

PROPOSAL

ELISA EFELINDA SIREGAR


1702011025

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat,

pemanfaatan teknologi informasi dapat ditemukan pada berbagai bidang, salah

satunya bidang kesehatan. Hal ini banyak diterapkan pada sistem administrasi

pendaftaran pasien, sistem informasi daftar obat-obatan, maupun proses diagnosa

terhadap penyakit pasien. Selain itu, teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan

dalam kegiatan rekam medis di pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas.(1)

Pembangunan kesehatan memerlukan manajemen yang baik sebagai

langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi

pelayanan kesehatan. Oleh karena itu pencatatan dan pelaporan kegiatan

pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi

kesehatan.(2)

Sistem informasi merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan

berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan

kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Dewasa ini, sistem

informasi yang ada di puskesmas telah dikembangkan di berbagai jajaran Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia dimana salah satu bentuknya adalah

Sistem Informasi Manajamen Puskesmas (SIMPUS).(3)

2
3

Kementerian Kesehatan RI melakukan kebijakan melalui Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Sumber utama kebutuhan data dan informasi

di tingkat puskesmas adalah SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas).

SP3 merupakan bentuk penyederhanaan dari SP2TP (Sistem Pencatatan &

Pelaporan Terpadu Puskesmas). Kementerian Kesehatan menyebutkan data SP3

belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh karena berbagai hal yang berkaitan

dengan rancangan sistem tersebut.(4)

Arahan mengenai penerapan SIMPUS tertuang dalam Kepmenkes No.

128/Menkes/SK/II/2004 yang menyebutkan bahwa untuk terselenggaranya

berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang

sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen

Puskesmas yang baik. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah

bagian dari program Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang memberikan

informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat Puskesmas.

Seiring dengan perkembangan era komputerisasi (online) pada tahun 2012,

SIMPUS mulai diterapkan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di Pulau

Jawa. Di Sumatera Utara, SIMPUS mulai diterapkan sejak tahun 2014 di

Puskesmas Teladan Kota Medan. SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data

berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan

prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif

untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. SIMPUS

diharapkan dapat meningkatkan manajemen Puskesmas secara lebih berhasilguna


4

dan berdayaguna melalui pemanfaatan secara optimal dari Sistem Pencatatan

Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).(5)

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) adalah kegiatan

pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan

kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.63/Menkes/SK/II/1981. SP2TP ditujukan untuk mendukung Sistem Informasi

Kesehatan Nasional. Format SP2TP digunakan oleh seluruh Puskesmas di

Indonesia. Hal tersebut didukung dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 511/MENKES/SK/V/2002 mengenai Kebijakan dan Strategi Sistem

Informasi Kesehatan Nasional dan juga Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

932/MENKES/SK/VIII/2002 mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan

Sistem Informasi Daerah. Hal ini dikarenakan semakin banyak daerah yang

mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Daerah masing-masing.(6)

Keterkaitan antara SP2TP dengan SIMPUS yaitu memiliki kesamaan

dalam hal format laporannya. SIMPUS merupakan output yang berupa informasi

yang diperoleh dari pengolahan data-data SP2TP. Selama ini petugas SP2TP

bukan orang yang merupakan ahli dalam program yang berbasis teknologi

informasi tersebut. Adapun data-data dasar yang akan diinput diperoleh dari para

petugas pemegang program di Puskesmas, diantaranya yaitu petugas KIA, Gizi,

Promosi Kesehatan, dan Kesehatan Lingkungan. Para petugas dari masing-masing

program tersebut membuat format laporan dalam bentuk laporan LB1, LB2, LB3,

dan LB4, kemudian data-data tersebut akan diinput oleh petugas SP2TP. Sebelum

memasuki era komputerisasi (online), proses pengolahan data dilakukan secara


5

manual. Adapun data laporan yang dikumpulkan oleh Puskesmas ke Dinas

Kesehatan Kabupaten atau Kota sampai ke Dinas Kesehatan Provinsi memiliki

format yang sama.(5)

Hal-hal yang menyebabkan masalah dalam input berkaitan dengan

pelaksanaan SIMPUS adalah data yang berasal dari pelayanan luar gedung seperti

puskesmas pembantu dan puskesmas keliling masih dengan cara manual yaitu

dengan bantuan buku register. Selain itu di puskesmas induk sendiri masih ada

dalam pengkodean diagnosa yang belum ditulis oleh dokter sesuai dengan ICD

10. Selain itu dalam mendukung pelaksanaan SIMPUS yang menjadi kendala

adalah tenaga pelaksanan sebagai pelaksanaan harian SIMPUS, SOP yang belum

dibakukan, dan sarana prasarana dalam pelaksanaannya.(3)

Dalam rangka pelaksanaan SIMPUS berkaitan dengan indikator proses

adalah masih menerapkan dua cara yaitu manual dengan buku register dan

komputerisasi yang sudah menggunakan basis data. Dengan cara manual inilah

yang menyebabkan kendala dalam waktu pemasukan data dalam aplikasi karena

harus menunggu rekapitulasi data, terutama pelayanan yang berasal dari luar

gedung yaitu puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.(7)

Kemampuan dalam proses manajemen menuntut pimpinan Puskesmas

mempersiapkan petugas pemegang program untuk mengumpulkan data secara

akurat dan tepat waktu sehingga petugas SP2TP dapat melakukan proses input

data dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan akurasi input data sangat tergantung

kepada petugas SP2TP. Pada kenyataannya petugas input data di Puskesmas

adalah staf yang juga bertugas dalam pelaksana program sehingga terjadi rangkap
6

pekerjaan. Pekerjaan input data yang tertunda berpotensi mengurangi kelengkapan

data dan terkumpulnya data secara real time. Dampaknya adalah integrasi data

tidak dapat dilakukan dengan segera.(5)

Kualitas jaringan komputer yang baik sangat diperlukan agar data dapat

diintegrasikan secara berkesinambungan. Hal ini membutuhkan perbaikan serta

pemeliharaan teknologi informasi secara terus menerus. Pemeliharaan ini tidak

hanya ditujukan bagi jaringan komputer tetapi juga bagi seluruh hardware yang

diperlukan serta software yang dipakai. Pemeliharaan SIMPUS memerlukan

petugas yang kompeten. Idealnya untuk membangun dan memelihara Sistem

Informasi diperlukan operator komputer, ahli jaringan, pengelola database,

programmer, analis sistem dan IT Project Manager. Seiring dengan tahapan

perkembangan SIMPUS, maka peran dari masing-masing ahli akan bertambah

dan berkurang secara bergantian. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa pada

kenyataannya pelaksanaan SIMPUS masih belum bisa dilakukan secara optimal

dan masih terdapat hambatan dalam pelaksanaannya.(8)

Menurut hasil penelitian dari Wulandari, penerapan SIMPUS mengalami

kendala yaitu kebutuhan informasi yang terus berkembang, sehingga diharapkan

SIMPUS harus terus dikembangkan, namun kenyataannya pengembangan

SIMPUS tidak bisa dilakukan setiap saat.(7) Penelitian lain yang dilakukan oleh

Putra menyebutkan bahwa masih ditemukan kendala dari hasil evaluasi SIMPUS

dengan menggunakan metode PIECES (Performance, Information, Economy,

Control/Security, Efficiency, Service) diantaranya dari aspek performance,

information dan efficiency.(9) Hasil penelitian dari Widodo juga menyebutkan


7

bahwa masih ditemukan hambatan penerapan SIMPUS yaitu pada keterbatasan

sumber daya manusia.(6)

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu dari

9 Puskesmas di Kota Padangsidimpuan yang mengalami keterlambatan para

petugas dalam mengumpulkan laporan kepada petugas SP2TP sebagai penginput

data. Keberlangsungan maupun hambatan dalam proses pengumpulan data pada

Puskesmas dapat dinilai berdasarakan kinerja dari para petugas pemegang

program. Prosedur waktu pengumpulan data yang dilakukan dari Puskesmas

sampai kepada Dinas Kesehatan Provinsi yaitu di setiap bulan, pada tanggal 1-5

Puskesmas mengumpulkan data kesehatan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.(10)

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, didapatkan informasi

yaitu laporan yang diolah dengan menggunakan SIMPUS adalah laporan LB1

(data morbiditas), LB2 (data obat), LB3 (KIA, Gizi, KB, imunisasi, penyakit

menular), LB4 (kegiatan Puskesmas), laporan LT 1 (data dasar Puskesmas), LT 2

(data kepegawaian), LT3 (data peralatan), dan laporan sentinel, namun

pelaksanannya belum optimal. Teknologi komputer yang tersedia berjumlah dua

buah dengan menggunakan Sistem Operasi Windows, jumlah komputer tersebut

dinilai kurang mencukupi karena sudah mulai banyak pencatatan dan pelaporan

berbagai data yang seharusnya diolah dengan menggunakan komputer oleh

masing-masing bidang di Puskesmas tersebut. Kualitas jaringan internet pada

Puskesmas Hutaimbaru sering mengalami gangguan konektivitas sehingga proses

pengolahan data menjadi terhambat.


8

Dilihat dari segi sumber daya manusia, banyak staf Puskesmas yang belum

maksimal dalam mengoperasikan komputer. Kemampuan operasional komputer

didapat secara belajar mandiri. Adapun petugas yang menangani masalah SP2TP

di Puskesmas Hutaimbaru berjumlah satu orang dengan pendidikan terakhir yaitu

keperawatan. Para petugas pemegang program di Puskesmas tersebut juga sering

terlambat dalam pengumpulan data-data kesehatan yang akan diinput oleh petugas

SP2TP. Kondisi tersebut dapat menjadi masalah untuk menentukan siapa yang

bertanggungjawab dalam pengolahan dan data maupun dari segi koordinasi antar

program.

Proses pengolahan data di Puskesmas tersebut sering mengalami

keterlambaan dalam hal input data ke dalam komputer yang tak jarang disebabkan

oleh keterlambatan dari para pemegang program kepada petugas SP2TP serta

meningkatnya jumlah kunjungan pasien berobat sehingga data yang harus diinput

juga banyak dan memakan waktu yang lama. Keterlambatan data-data yang

dikumpulkan juga menimbulkan kendala dalam proses pengolahan data.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Analisis pelaksanaan sistem informasi manajemen puskesmas

(SIMPUS) di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2019”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana

pelaksanaan sistem informasi manajemen puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.


9

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem informasi manajemen

puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis SDM (Kepala Puskesmas, petugas SP2TP, dan para petugas

pemegang program), teknologi, dan data (lengkap, akurat, dan tepat

waktu) sebagai unsur sistem input atau masukan.

b. Menganalisis pengelolaaan data (pengumpulan, pengolahan, penyajian dan

penyebarluasan informasi, serta penataan dokumentasi) sebagai unsur

sistem proses.

c. Menganalisis informasi laporan (akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap)

sebagai unsur sistem output sehingga dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan di Puskesmas Hutaimbaru.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Dapat sebagai bahan informasi dan masukan bagi para pengambil

keputusan di tingkat Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan untuk

perbaikan dan pengembangan SIMPUS ke depan.

b. Dapat sebagai bahan informasi dan masukan untuk Dinas Kesehatan Kota

Padangsidimpuan dalam perencanaan program kesehatan dan

pengembangan SIMPUS ke depan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

2.1.1. Pengertian

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.(11)

Selain itu, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.(12)

Menurut Alamsyah, 2011 Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS)

adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak

ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat

pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. Fungsi puskesmas dalam

melaksanakan dapat mewujudkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu

menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunann,

mendorong kemandirian masyarakatdan keluarga untuk hidup sehat, memelihara

dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan

masyarakat serta lingkungannya.(13)

10
11

2.1.2. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014, prinsip penyelenggaraan

Puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa

membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.


12

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan menyelenggaraan UKM

dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan

yang didukung dengan manajemen Puskesmas.(11)

2.1.3. Tugas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat.(11)

2.1.4. Fungsi

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, fungsi Puskesmas adalah :

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

c. Sebagai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan.(11)

2.1.5. Wewenang

Dalam menyelenggarakan fungsinya sebagai penyelenggara UKM tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan.


13

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.(11)

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagai penyelenggara UKP tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu.

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat; menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan

pengunjung.
14

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi.

e. Melaksanakan rekam medis.

f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

g. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dan

i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.(11)

2.2. Sistem Informasi

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang

mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang

bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Pada Sistem

Informasi diperlukan klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan

keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi.

Kriteria dari Sistem Informasi antara lain yaitu fleksibel, efektif dan efisien.

Sistem Informasi merupakan kumpulan antara sub-sub sistem yang saling

berhubungan dan membentuk suatu komponen yang di dalamnya mencakup

input-proses-output yang berhubungan dengan pengolahan data sehingga

menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.(14)

Komponen yang terkait dalam Sistem Informasi dapat dilihat pada gambar

di bawah ini :
15

Teknologi

Masukan ˃ Proses ˃ Keluaran


Data Tujuan Pemakai

Model Pengendalian

Gambar 2.1. Komponen yang terkait dalam sistem

Penjelasannya menunjukkan bahwa semua komponen itu saling berkait,

bila salah maka hasilnya merupakan informasi yang salah juga. Informasi yang

canggih seperti angka statistik yang rumit, tidak ada gunanya bila pemakai tidak

bisa mengerti, maka komponen ini harus dipertimbangkan secara keseluruhan.(14)

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pekerjaan. Pembagian yang banyak dikenal masyarakat ialah yang

disebut dengan 4M yakni manusia (man), uang (money), sarana (material) dan

metode (method) dan 6M manusia (man), uang (money), sarana (material),

metode (method), pasar (market) serta mesin (machinery).(15)

Menurut Sutabri transformasi informasi adalah komponen proses dalam

pengelolaan Sistem Informasi yang berfungsi memproses data menjadi informasi

sehingga dapat dihasilkan produk informasi yang diperlukan bagi para pemakai

informasi. Terdiri dari :


16

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan jenis data, objek dan sumber

data serta persiapan pengumpulan data. Cara memperoleh data ialah bisa

secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan

komputer. Hasil pengolahan data berupa keterangan-keterangan.

3. Penyajian dan penyebarluasan data dan informasi

Penyajian data dan informasi dilakukan baik secara visual mapupun dalam

bentuk publikasi dengan metode komunikasi langsung atau tidak langsung.

4. Penataan dokumentasi

Pendokumentasian dapat dilakukan dengan cara yang lama (file) dan cara

baru (komputerisasi). Contohnya perpustakaan bertalian dengan upaya

pengumpulan, pemeliharaan, penyimpanan, pengaturan dan pendayagunaan

informasi.(16)

Kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu, informasi harus

akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan (relevance) dan nilai

informasi didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, salah satunya adalah luas dan

lengkap.(16) Menurut Siagian, informasi yang mampu mendukung proses

pengambilan keputusan adalah paling sedikit 5 (lima) persyaratan, yaitu : lengkap,

mutakhir, akurat, dapat dipercaya dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah

ditelusuri untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan

apabila diperlukan.(17)
17

2.3. Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu bentuk pokok

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan

dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan

pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Sistem

Informasi Kesehatan Nasional dikembangkan dengan memadukan Sistem

Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dan sistem informasi lain yang terkait.(18)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah kumpulan komponen dan

prosedur yang terorganisir dan bertujuan untuk menghasilkan informasi yang

dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan

kesehatan di setiap tingkatnya.(19) Menurut WHO, dalam kerangka Health

Metrics Network (HMN), pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

membutuhkan enam komponen yang saling berinteraksi untuk menghasilkan

informasi yang lebih baik. Enam komponen tersebut adalah :(20)

a. HIS (Health Information System) Resource atau sumber daya Sistem

Informasi Kesehatan) termasuk di dalamnya sistem koordinasi dan

kepemimpinan, kebijakan, sistem finansial dan sumber daya, serta

infrastruktur Sistem Informasi Kesehatan.

b. Indicators atau Indikator-indikator yang berhubungan dengan tiga domain

utama informasi kesehatan, meliputi determinan kesehatan, sistem kesehatan

dan status kesehatan.

c. Data Source atau Sumber data dapat dibagi ke dalam dua kategori,

pendekatan berbasis populasi dan berbasis institusi.


18

d. Management Data atau Manajemen data meliputi penyimpanan data, kualitas

data dan proses data.

e. Information Product berupa proses perubahan data menjadi informasi.

f. Dissemination and Use yaitu penyebaran dan pemanfaatan informasi yang

dapat mendukung pengambilan keputusan.

Sistem Informasi Kesehatan pada hakikatnya harus dapat mengupayakan

dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di

berbagai tingkat sistem kesehatan. Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia

yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat sistem kesehatan dibagi menjadi :

a. Tingkat Kecamatan, dimana terdapat Puskesmas dan Pelayanan Kesehatan

dasar lain.

b. Tingkat Kabupaten/Kotamadya, dimana terdapat Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan rujukan primer lain.

c. Tingkat Provinsi, dimana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit

Provinsi dan rujukan sekunder lainnya.

d. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat

dan pelayan kesehatan rujukan tersier lain.(20)

Prinsipnya, Sistem Informasi Kesehatan merupakan sistem informasi yang

mendukung proses pengambilan keputusan di setiap bagian administrasi

kesehatan. Selain itu beberapa aspek penting dalam informasi kesehatan adalah

akurasi dan ketepatan penyajian informasi, pengelolaan informasi kesehatan harus

memadukan pengumpulan data melalui cara rutin dan non rutin. Aspek

kerahasiaan serta autoritas informasi harus diperhatikan.


19

Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan :

a. Mencatat dan mengumpulkan data, baik kegiatan dalam gedung maupun luar

gedung.

b. Mengolah data.

c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

d. Memelihara bank data.

e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan

manajemen unit Puskesmas, serta

f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-

pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.(20)

2.4. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Sistem Informai Manajemen (SIM) adalah kumpulan subsistem yang

saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan,

saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya

dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengelolaan data, menerima

masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan

menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan

keputusan yang berguna dan mempunyai nilai yang yang dapat dirasakan

akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung

kegiatan operasional, manajerial dan strategis organisasi dengan memanfaatkan


20

berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai

tujuan.(21)

Sistem Informasi Manajemen (SIM) juga dapat diartikan sebagai suatu

sistem yang mengintegrasikan data dengan cara mengumpulkan, memproses,

melaporkan dan menggunakannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

melalui manajemen yang lebih baik di semua lini pelayanan kesehatan. Di dalam

organisasi, SIM digunakan sebagai penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi

terhadap prestasi organisasi tahu untuk pengambilan keputusan oleh organisasi

tersebut. Bentuk sederhana suatu sistem adalah masukan, proses dan keluaran.(14)

SIM selain dimanfaatkan sebagai sarana pengendalian juga dapat dimanfaatkan

untuk perencanaan dan pelaksanaan program-program strategis dalam suatu

organisasi. Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan menentukan efektivitas

keputusan-keputusan yang dilakukan pimpinan organisasi. Kualitas sistem

informasi kesehatan ditentukan oleh 3 (tiga) hal, yaitu akurasi, ketepatan waktu

dan relevansi. Kebutuhan informasi secara garis besar dapat dikelompokkan

sebagai kebutuhan operasional, kebutuhan perencanaan, dan kebutuhan

dokumentasi.(21)

2.5. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

SIMPUS merupakan suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk

membantu proses pengambilan keputusan dalam mencapai sasaran kegiatan.

Sumber informasi SIMPUS meliputi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu


21

Puskesmas (SP2TP), survei lapangan, laporan lintas sektor dan laporan sarana

kesehatan swasta.(19)

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Informasi

Puskesmas merupakan pengemasan SIMPUS ke dalam SIK yang memiliki

tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan pencatatan dan pengumpulan data

serta diolah agar menghasilkan informasi yang lebih akurat dan dapat diakses

dengan mudah oleh masyarakat, petugas kesehatan, manajemen Puskesmas,

bahkan sampai ke pusat yang berbasis pada teknologi informasi.(22)

2.5.1. Latar Belakang Penggunaan SIMPUS

Latar belakang penggunaan SIMPUS antara lain :(19)

1. Belum adanya kevalidan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil dan lain-

lain dalam wilayah suatu Puskesmas.

2. Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas guna laporan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Memasuki era otonomi daerah mutlak diperlukan informasi yang tepat, akurat

dan up to date berkenaan dengan data orang sakit, ketersedian obat, jumlah ibu

hamil, masalah imunisasi dan lain-lain.

2.5.2. Tujuan SIMPUS

Adapun tujuan SIMPUS antara lain :(19)

1. Memudahkan pengoperasian suatu perangkat lunak pada kegiatan manajemen

Puskesmas dengan persyaratan seminimal mungkin dari segi perangkat keras

(hardware) maupun dari segi sumber daya manusia yang akan mengggunakan

perangkat lunak (software) tersebut.


22

2. Membantu dalam mengolah data Puskesmas serta pembuatan berbagai

laporan yang diperlukan seperti laporan harian dan bulanan.

3. Terciptanya suatu sistem database untuk tingkat Kabupaten/Kota dengan

memanfaatkan data-data kiriman dari Puskesmas

4. Terjaganya data informasi dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan sehingga

dapat dilakukan analisis dan evaluasi untuk berbagai macam penelitian.

5. Terwujudnya unit informatika di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

mendukung terselenggaranya proses administrasi yang dapat meningkatkan

kualitas pelayanan dan mendukung pengeluaran kebijakan kesehatan yang

lebih bermanfaat untuk masyarakat.

2.5.3. Ruang Lingkup SIMPUS

1. Admin Sistem (management user)

2. Modul Registrasi Loket

3. Modul Pelayanan Poli Umum/BP

4. Modul Pelayanan Poli Gigi

5. Modul Pelayanan Poli KIA

6. Modul Pelayanan Unit Apotek

7. Modul Pelayanan Unit Laboratorium/Radiologi

8. Modul Pelayanan UGD (untuk Puskesmas Perawatan)

9. Modul Pelayanan Rawat Inap

10. Modul Pelayanan Poli Mata

11. Modul Aset/Inventory Puskesmas

12. Modul Kepegawaian


23

13. Modul Administrasi (pencetakan surat Keterangan/Rujukan & Laporan

Puskesmas)

14. Modul Kegiatan Luar Gedung / UKM (Posyandu Lansia, Posyandu anak,

Imunisasi, Sanitasi Lingkungan, Pelayanan Gizi, P2P, Kesga, Promkes dan lain-

lain (19)

2.5.4. Fitur Unggulan SIMPUS

a. Tata tampilan gambar view tab yang menarik (berbasis GUI / Graphical User

Interface) dan user friendly dengan menggunakan OS Windows

b. Fasilitas input data kegiatan pelayanan Puskesmas baik dalam maupun luar

gedung (laporan/output bisa disatukan sesuai kebutuhan)

c. Fasilitas pencarian pasien, cetak buku pasien, paper pasien dan kartu pasien,

cetak surat keterangan (sakit, sehat dan kematian), cetak surat rujukan RS

(umum, ASKES, dan ASKESKIN)

d. Fasilitas pencarian pasien secara cepat, fasilitas untuk mencari data pasien

agar registrasi pasien bisa dilakukan dengan cepat (kurang dari 1 menit)

e. Fasilitas view dan cetak rekam medik pasien, diagnosis (dx) penyakit sudah

menggunakan ICD X

f. Fasilitas warning untuk alert

g. Database obat lengkap (bisa ditambahkan sendiri) baik obat dari Dinas

maupun swadaya

h. Fasilitas pembuatan resep obat bisa dalam bentuk puyer, fasilitas perhitungan

LB1 dan LPLPO obat/alkes dilakukan secara otomatis sesuai dengan

penggunaannya Menyediakan output laporan yang diperlukan untuk


24

administrasi Ke Dinas (bulanan dan tahunan, laporan bisa dalam bentuk

grafik dan peta visual (contoh: Peta Penyebaran Penyakit dan Grafik

Pemantauan Kasus)

i. Fasilitas transfer data ke Dinas (bisa melalui perangkat jaringan maupun

flashdisk)

j. Laporan bisa difilter berdasarkan kategori-kategori sesuai kebutuhan, fasilitas

laporan bisa di-convert dalam bentuk data Ms-Excel dan Pdf

k. Fasilitas Backup Data Otomatis (Auto Backup)

l. Fasilitas integrasi data seluruh Puskesmas ke Dinas Kesehatan (19)

2.5.5. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan SIMPUS

1. Pendataan awal berbagai masalah baik dari segi perangkat keras ataupun

calon petugas data.

2. Pembentukan tim informasi baik tingkat Puskesmas atau tingkat Dinas

Kesehatan. Adapun tim untuk tingkat Puskesmas dapat terdiri dari seorang

penanggungjawab program dan disertai dengan beberapa operator. Sedangkan

untuk tingkat Dinas Kesehatan, mungkin diperlukan satu tim khusus untuk

mengorganisir alur data dan juga bertanggungjawab untuk manajemen data-

data kesehatan.

3. Inventarisasi data-data dasar, baik untuk tingkat Puskesmas ataupun tingkat

Dinas Kesehatan. Data-data dasar itu antara lain : data Puskesmas, data

petugas medis, data tempat pelayanan kesehatan, data obat-obatan, data

diagnosis, dan beberapa data-data dasar lainnya. Data-data ini nantinya akan
25

dikodekan karena SIMPUS akan banyak membutuhkan input data berupa

kode.

4. Sosialisasi data-data dasar, hal ini perlu dilakukan ke semua staf dan petugas

di Puskesmas supaya lebih mengenal sedini mungkin sistem yang akan

dipakai.

5. Pelatihan petugas SIMPUS. Dalam proses input data, tentunya dibutuhkan

petugas khusus yang benar-benar menguasai program SIMPUS. Untuk itu

perlu minimal 2 (dua) orang dari tiap Puskesmas yang harus diberi pelatihan

untuk awal pelaksanaan SIMPUS.

6. Uji coba implementasi SIMPUS. Hal ini dibutuhkan untuk menguji semua

staf dalam pengisian lembar registrasi pasien dan juga untuk mengasah

keterampilan input data dari petugas yang sudah dilatih.

7. Evaluasi, dilakukan untuk mencari dan memberi masukan kepada semua

pihak yang terkait dalam pelaksanaan SIMPUS.(19)

2.5.6. Kelemahan/hambatan penggunaan SIMPUS

Kelemahan/hambatan dalam penggunaan SIMPUS (Sutanto dalam

Barsasella) :(19)

a. Redundasi data

Pencatatan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi data sehingga

kapasitas yang diperlukan bertambah banyak. Sebagai akibatnya pelayanan

pun menjadi lambat.


26

b. Unintegrated data

Penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data tidak sinkron dan

informasi dari masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda.

c. Human error

d. Proses pencatatan yang dilakukan secara manual menyebabkan terjadinya

kesalahan pencatatan yang semakin besar.

e. Ketidaklengkapan data

Data tidak lengap sehingga informasi yang diperoleh tidak dapat dipergunakan

secara optimal.

f. Ketidakakuratan data

Data yang dikumpulkan sering kali validitasnya dipertanyakan.

g. Tidak tepat waktu

Seringnya keterlambatan dalam pengelolaan data mengakibatkan informasi yang

didapatkan kurang dan dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi dasar

pengambilan keputusan.

2.6. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

2.6.1. Pengertian

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana,

tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang telah disederhanakan

sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat

nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 tentang penyederhanaan SP2TP.(23)


27

2.6.2. Ruang Lingkup

Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh

karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Jenis data

yang dikumpulkan dan dicatat dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di

Puskesmas yang meliputi data:

1. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas.

2. Ketenagaan di Puskesmas.

3. Sarana yang dimiliki Puskesmas.

4. Kegiatan pokok Puskesmas yang dilakukan di dalam dan di luar gedung

Puskesmas.

Laporan SP2TP menggunakan sistem tahun kalender. Periode laporan dari

Puskesmas ke Dati II adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari Dati II ke

Dati I dan Pusat adalah triwulan (Modul pedoman pelaksanaan SP2TP).(23)

2.6.3. Tujuan SP2TP

Dalam Barsasella, tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil kegiatan

Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya sesuai kebutuhan

secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan

masyarakat.(19)

1. Tujuan umum

Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara berhasil guna dan

berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan infomasi

lain yang menunjang.

2. Tujuan khusus

a. Sebagai dasar penyusunan perencaaan tingkat Puskesmas.


28

b. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas

(lokakarya mini).

c. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok

Puskesmas.

d. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan.

2.6.4. Manfaat SP2TP

Manfaat pencatatan dan pelaporan antara lain:

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat Pusat, Provinsi

dan Kabupaten/Kota.

2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka

pengembangan tenaga kesehatan.

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan.

4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.(23)

2.6.5. Pencatatan

Kegiatan pokok Puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung (semua

data yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan

dalam gedung Puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB, dan lain-lain)

maupun di luar gedung Puskesmas (data yang dibuat berdasarkan catatan harian

yang dilaksanakan di luar gedung Puskesmas, seperti kegiatan posyandu, UKS

dan lain-lain), Puskesmas tempat tidur dan Puskesmas Pembantu serta Bidan di

desa, harus dicatat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang

baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti (Modul

pedoman pelaksanaan SP2TP).(19)


29

Jenis formulir tersebut sebagai berikut :

1. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)/Family Folder

Merupakan himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

2. Kartu rawat jalan/kartu Rekam Medik Pasien

Merupakan alat untuk mencatat identitas pasien dan status pasien rawat jalan

yang berkunjung ke Puskesmas.

3. Kartu Indeks Penyakit

Alat bantu untuk mencatat identitas pasien riwayat dan perkembangan

penyakit, khusus penderita penyakit TB Paru dan Kusta.

4. Kartu Ibu

Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan

riwayat kehamilan sampai kelahiran.

5. Kartu anak

Adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan

preventif promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan anak

pra sekolah.

6. KMS balita, anak sekolah

Alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan dan pertumbuhan yang telah

diperoleh balita dan anak sekolah.

7. KMS ibu hamil

Alat untuk mengetahui dan mencatat perkembangan kesehatan ibu hamil dan

pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.


30

8. KMS usia lanjut

Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi di balik fisik maupun

psikososial dan digunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini penyakit

dan evaluasi kemajuan kesehaan usia lanjut.

9. Register

Merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan di dalam dan

di luar gedung puskesmas yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya.(19)

Ada beberapa jenis register sebagai berikut :

a. Nomor indeks pengunjung Puskesmas

b. Rawat jalan

c. Register kunjungan

d. Register rawat inap

e. Register KIA dan KB

f. Register kohort ibu dan balita

g. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi

h. Register penimbangan balita

i. Register imunisasi

j. Register gizi

k. Register kapsul beryodium

l. Register anak sekoah

m. Sensus harian : kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi dan penyakit (19)


31

2.6.6. Jenis laporan SP2TP

Dalam Modul pedoman pelaksanaan SP2TP, ada beberapa jenis laporan

yang dibuat oleh puskesmas antara lain:

1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang

ditanggulangi.

3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin program. Laporan ini

terdiri dari empat jenis yaitu: LB 1 (data morbiditas), LB 2 (data obat), LB

(data KIA, gizi, imunisasi dan penyakit menular), LB 4 (data kegiatan

Puskesmas).(19)

2.6.7. Pelaporan

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari

bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Sesuai dengan

keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor

590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Sedangkan untuk

kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan pengembangan variabel

laporan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja

petugas di Puskesmas. Adapun Laporan dari Puskesmas ke Dati II adalah sebagai

berikut:

1. Laporan bulanan

- LB 1 (data kesakitan)

- LB 2 (data obat-obatan

- LB 3 (data gizi, KIA, pengamatan penyakit menular)


32

- LB 4 (data kegiatan puskesmas)

- Laporan sentinel

2. Laporan tahunan

- Data dasar Puskesmas (LT 1)

- Data kepegawaian (LT 2)

- Data peralatan (LT 3)

Laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat, laporan ini terdiri dari

1. Laporan Triwulan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 3

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 4

2. Laporan tahunan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3

Laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat, laporan ini terdiri dari

1. Laporan Triwulan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 3

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB 4


33

2. Laporan tahunan

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 1

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 2

- Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT 3

3. Laporan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah

Laporan ini mengacu pada petunjuk laporan KLB dan wabah serta keputusan

direktur jendral PPM dan PLP nomor 451-I/PD.03.04.IS/1991 tentang pedoman

penanggulangan KLB.(23)

2.6.8. Frekuensi Pelaporan

1. Laporan dari Puskesmas ke Dati II

Laporan ini menggunakan formulir standar yang terdiri dari:

a. Laporan bulanan LB 1, LB 2, LB 3 dan LB 4 dilakukan setiap bulan dan

paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan

Dati II.

b. Khusus laporan LB 2, satu kopi laporan dikirim pula ke Gedung Farmasi

Dati II (GFK).

c. Laporan bulanan sentinel LB1 dan LB2 setiap tanggal 10 bulan berikutnya di

kirimkan ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat.

d. Laporan tahunan (LT-1, LT-2, LT-3) dikirimkan selambat-lambatnya

tanggal 31 Januari tahun berikutnya. Khusus laporan LT- 2 (data

kepegawaian hanya diisi bagi pegawai yang baru/belum pernah mengisi

fomulir data kepegawaian.


34

2. Laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat

a. Laporan triwulan dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya

dari triwulan yang dimaksud kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II,

Kepala kantor wilayah Depkes Provinsi, Depkes RI c,q Ditjen Binkesmas.

b. Laporan tahunan dikirimkan paling lambat akhir bulan Februari dari tahun

berukutnya kepada: Kepala Dinas Kesehatan Dati I, Kepala Kantor

Wilayah Depkes Provinsi, Depkes RI c.q Ditjen Binkesmas.(23)

2.7. Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

pembuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab

musabab, duduk perkaranya dan sebagainya). Analisis sebagai suatu sistem yaitu

prosedur atau proses sistematis yang memungkinkan pengombinasian

pertimbangan para pakar dari berbagai bidang ilmu sehingga diperoleh hasil yang

sempurna. Selain itu dapat juga diartikan sebagai pengamatan mengenai suatu

kegiatan tersebut dan cara terbaik untuk memperolehnya.(24) Analisis adalah

kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen

sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan

fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan terpadu.(25)

2.8. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, peneliti ingin melihat

bagaimana pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan

Area, Kota Medan, Sumatera Utara dengan melihat dari unsur penyusun suatu
35

sistem, yaitu SDM (petugas), teknologi (kualitas SIMPUS), data (lengkap, akurat,

dan tepat waktu) sebagai unsur sistem input atau masukan, pengolahan data

(pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan informasi, serta

penataan dokumentasi) sebagai unsur sistem proses pengolahan (akurat, tepat

waktu, relevan, dan lengkap) sebagai unsur sistem output sehingga dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Kerangka pikir penelitian dapat digambarkan seperti berikut ini :

INPUT PROSES OUTPUT

1. SDM Pengelolahan data Informasi


 Kepala
Puskesmas  Pengumpulan  Akurat
 Petugas  Pengolahan  Tepat waktu
SP2TP  Penyajian dan  Relevan
 Para petugas penyebar luasan  Lengkap
pemegang  Penataan
program dokumentasi

2. Teknologi

3. Data

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010), penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah yang bertujuan untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan

tentang pelaksanaan sistem informasi manajemen puskesmas (SIMPUS) di

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2019.(26)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2019 sampai dengan bulan

November 2019.

36
37

3.3. Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif berdasarkan kesesuaian dan

kecukupan. Prinsip kesesuaian informan dipilih berdasarkan pengetahuan dan

kesesuaian dengan topik penelitian, prinsip kecukupan infomasi yang dipilih

mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang cukup mengenai topic

penelitian.

Berdasarkan kedua prinsip tersebut, informan dalam penelitian ini

berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri dari :

a. Kepala Puskesmas

b. Petugas SP2TP

c. Petugas KIA

d. Petugas Gizi

e. Petugas Kesling

f. Petugas Promkes

Hal yang perlu diperhatikan dalam sampling pada penelitian kualitatif

adalah pemilihan sampel awal, apakah itu merupakan informan kunci atau suatu

situasi sosial. Ketepatan pemilihan sampel awal ini akan berpengaruh terhadap

keberhasilan sampling dan kelancaran pengumpulan informasi, yang pada

gilirannya akan menentukan efisiensi dan efektivitas penelitian.(27)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk mendapatkan data yang obyektif dilapangan, maka

diperlukan beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:\


38

3.4.1. Wawancara

Tehnik wawancara yang digunakan dalm penelitian ini adalah wawancara

mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam (indepth interview) adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan dalam penelitian hal ini mengkaji

informasi informan sehingga diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan strategi

promosi kesehatan.(28)

Wawancara mendalam yang dilakukan menggunakan pedoman wawancara

yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka, sehingga jawaban sesuai dengan apa

yang dikehendaki informan dan tidak terbatas. Dengan metode yang terbuka ini

diharapkan akan diperoleh suatu informasi yang asli dan sesuai dengan yang

diharapkan.(27) Selain itu ada pula catatan hasil wawancara yang dilengkapi

dengan catatan lapangan untuk mencatat hal-hal penting yang dikomunikasikan

dengan informan dan apa yang dipikirkan peneliti dari fenomena yang ada

dilapangan dalam rangka pengumpulan dan refleksi terhadap data tersebut.

Pelaksanaan wawancara mendalam bersifat komunikasi interpersonal

antara peneliti sebagai komunikator dan informan sasaran sebagai komunikan.

Tata cara pengumpulan informasi menggunakan komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Pewawancara membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta

menyampaikan maksud dan tujuan wawancara yang dilakukan.

2. Pewawancara memberitahukan kerahasiaan terwawancara akan dirahasiakan

oleh pewawancara dengan memberikan jaminan berupa surat perjanjian

antara pewawancara dan terwawancara yang ditandatangani terwawancara.

3. Pewawancara meminta izin kepada terwawancara untuk mempergunakan alat


39

bantu (alat perekam suara) selama proses wawancara berlangsung.

4. Pewawancara dapat menggunakan prinsip ‘ice breaker’ untuk memecahkan

kebekuan bila terjadi selama proses komunikasi berlangsung.

5. Pewawancara harus menggunakan waktu secara konsisten selama 1 sampai 2

jam dan terfokus hanya pada topik dan pertanyaan.

3.4.2. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.(27)

Dalam konteks penelitian kualitatif, observasi yang dilakukan tidak untuk

menguji kebenaran tetapi untuk mengetahui kebenaran yang berhubungan dengan

aspek (kategori) sebagai aspek studi yang dikembangkan peneliti.(29)

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek

selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.(27)

3.5. Teknik Validasi Data

Peneliti melakukan triangulasi dalam menguji keabsahan data dalam

penelitian ini. Triangulasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.(30)


40

Teknik pemerikasaan untuk mencapai keabsahan dari penggunaan

triangulasi yakni:

1. Triangulasi sumber seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi

dari informan kunci dan informan biasa.

2. Triangulasi metode seperti wawancara mendalam (indepth interview) dan

metode partisipasi (partisipan observation). Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada

saat wawancara dilakukan.

3. Triangulasi teori digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan

sudah memenuhi syarat, kemudian dilakukan pengecekan dengan proses

transferability (temuan dapat ditranfer kelatar lain), atau dengan kata lain hasil

temuan dapat diungkapkan dengan menggunakan teori-teori relevan.


41

DAFTAR PUSTAKA

1. Erawantini F, Dehardja A, Yusfitasari Y. Analisis Kesiapan Penerapan


Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) Dengan Metode Doq-It Di
Puskesmas Wonotirto Kabupaten Blitar Tahun 2016. Kesehatan. 2016;4(1).
2. Ariesanti W, Prasetyowati A, Widaningtyas E. Evaluasi Sistem Informasi
Manajemen Kesehatan (Simkes) Terhadap Pelaporan Komunikasi Data
(Komdat) Online Kemenkes Ri. Penelit Kesehat Suara Forikes [Internet].
2018;9.
3. Putranto Tri Yudha Eko. Analisis Pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas Dengan Metode Framework For The Application Of
System Thingking (Fast) Di Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2012;
4. Kemenkes R. Pedoman Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2011 [Internet].
2011. Available From: Http//Mediainfo.Sourceforge.Net/
5. Sari Widya Novita. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (Simpus) Di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area
Tahun 2017. 2017.
6. Widodo F. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(Simpus) Di Kabupaten Bantul. 2013.
7. Wulandari R. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Berbasis Komputer Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang.
2009;2009:1–5.
8. Cahyaningrum N. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (Simpus) Di Uptd Puskesmas Penumping Kota Surakarta.
2015;159–65.
9. Putra Hendra Nusa. Analisis Pelaksanaan Sistem E-Puskesmas Dengan
Menggunakan Metode Pieces Di Puskesmas Pemancungan Padang Tahun
2018. Ensiklopedia. 2018;1(1):244–7.
10. Dinkes. Laporan Sp2tp. Padangsidimpuan; 2019.
11. Ri Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014
Tentang Puskesmas. Jakarta; 2014.
12. Permatasari D. Perancangan Sistem Informasi Layanan Kesehatan Puskesmas
Ngemplak Kabupaten Boyolali. Stud Progr Inform Tek Dan, Komun Univ
Inform Surakarta, Muhammadiyah. 2014;
13. Alamsyah. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2011.
14. Jogiyanto H. Analisis Dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Tekstur
Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi;
15. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara;
2006.
16. Sutabri T. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi; 2005.
17. Siagian S. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Sinar Grafika Offset; 2000.
18. Pusat Data dan Informasi . Sikda Generik. Buletin Jendela Data Dan
Informasi. 2011;
19. Barsasella D. Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Mitra Wacana Medika;
2012.
42

20. Who. Asseing The National Health Information System: An Assessment


Tool. Health (San Francisco). 2008.
21. Apriyanti E. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Berdasarkan Metode Pieces Di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014. Kesmasindo. 2014;7:179–90.
22. Kemenkes R. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor;75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014.
23. Puskesmas M. Modul Puskesmas 1. Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)
[Internet]. Available From:
Https://Www.Google.Com/Amp/S/Docplayer.Info/Amp/257976-Modul-
Puskesmas-1-Sistem-Informasi-Puskesmas-Simpus.Html
24. Drs.Suharso, Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya; 2018.
25. V.Mrondo T. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Di
Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. 2013;
26. Moleong.L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya;
27. Bungin P Dr. H. M. Burha. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana Prenada Media; 2014.
28. Anwar S. Pemahaman Individu, Observasi, Cheklist, Interview, Kuesioner
Dan Sosiometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009.
29. Komariah A, Satori D. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta;
2010.
30. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta;
2008.

Anda mungkin juga menyukai