Anda di halaman 1dari 28

HASIL GAMBARAN MUTU PELAYANAN RUANG PEMERIKSAAN

LANJUT USIA (LANSIA) DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN


KABUPATEN GARUT TAHUN 2019

LAPORAN MAGANG

Di Bagian Ruang Pemeriksaan Lansia

Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan

Oleh :

IKE MARDIANA
NPM 164101016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Ike Mardiana


NPM : 164101016
Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan
Judul Laporan : Gambaran Mutu Pelayanan Ruang
Pemeriksaan Lansia di UPT Puskesmas
Pasundan Kabupaten Garut Tahun 2019

Laporan ini telah diperiksa oleh Pembimbing Akademik dan disetujui untuk
melaksanakan Ujian Magang.

Tasikmalaya,………….

Telah disetujui Oleh,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan


LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ike Mardiana


NPM : 164101016
Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan
Judul Laporan : Gambaran Mutu Pelayanan Ruang
Pemeriksaan Lansia di UPT Puskesmas
Pasundan Kabupaten Garut Tahun 2019

Laporan ini telah diseminarkan dalam Ujian Magang yang dilaksanakan pada
Hari....Tanggal….Tahun….. dihadapan Penguji Magang dan telah direvisi sesuai
masukan Penguji dan telag memenuhi syarat untuk diterima.

Tasikmalaya,…………………………………

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Penguji Magang

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Pembimbing Lapangan


Ringkasan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel/Gambar

Daftar Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Lansia), yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan
Indonesia tahun 2013, lansia dikatergorikan menjadi dua, yaitu Pralansia
(45-59 tahun) dan Lansia (60 tahun atau lebih) (Depkes, 2013).
Salah satu dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ialah
penurunan angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka
harapan hidup penduduk Indonesia. Indonesia termasuk dalam lima besar
negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Menurut
Kemenkes (2019) menyebutkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan
jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi
25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus
meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Seiring
dengan meningkatnya jumlah populasi lansia ini, pemerintah berusaha
merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutama
pelayanan di bidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia guna mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini juga
menuntut adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khusus bagi
lansia. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, maka perlu adanya
pengukuran terhadap mutu pelayanan. Pengukuran mutu pelayanan ini
memiliki manfaat yang sangat banyak diantaranya mengetahui bagaimana
jalannya proses pelayanan. Penentuan kualitas pelayanan dapat di tinjau dari
lima dimensi yaitu Reliability (kehandalan), Responsiveness (daya
tanggap), Assurance (jaminan), Empahty (empati), Tangible (bukti
langsung) (Muninjaya, 2011).
Wujud dari usaha pemerintah adalah dicanangkannya pelayanan
khusus bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan
lansia di tingkat puskesmas serta pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat
adalah posyandu lansia. Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga
sampai dengan tahun 2018, sudah terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835
Puskesmas dari 9.993 Puskesmas) yang telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan Lansia dan sudah mempunyai 100.470 Posyandu Lansia. Terjadi
peningkatan sebesar 11,3% dari 37,1% dari tahun sebelumnya. Sedangkan
di Jawa Barat pada tahun 2018, persentase Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan Lansia yaitu sebesar 54,8% (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Pasundan tahun 2018,
didapatkan bahwa penduduk lansia dan pralansia yang melakukan
kunjungan ke pelayanan kesehatan lansia belum mencapai target yaitu
sebesar 88,96% dan terdapat kesenjangan sebesar 11,04%. Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas mengenai
“Gambaran Mutu Pelayanan Ruang Pemeriksaan Lanjut Usia (Lansia) di
Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Mutu Pelayanan Ruang Pemeriksaan Lanjut Usia
(Lansia) di Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sarana dan prasarana di Ruang Pemeriksaan Lansia di
Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.
b. Mengetahui alur pendaftaran pasien Lansia ke Ruang Pemeriksaan
Lansia di Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.
c. Mengetahui data kunjungan pasien Lansia ke Ruang Pemeriksaan
Lansia di Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.
d. Mengetahui data penyakit pasien Lansia ke Ruang Pemeriksaan
Lansia di Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.
e. Mengetahui identifikasi masalah kesehatan pasien Lansia ke Ruang
Pemeriksaan Lansia di Puskesmas Pasundan Kabupaten Garut.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa
suatu proses kegiatan/aktivitas yang ada di instansi kesehatan.
b. Mendapatkan keterampilan dalam menganalisis gambaran mutu
pelayanan kesehatan di instansi kesehatan.
c. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang dunia kerja bidang
administrasi dan kebijakan kesehatan, kesepadanan dalam hal
konsep keilmuan dengan aplikasi praktisinya.
2. Bagi Instansi Magang
a. Terjalinnya kerjasama yang baik antara instansi tempat magang
dengan lembaga pendidikan.
b. Laporan magang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
instansi tempat magang untuk urusan terkait mutu pelayanan di
Ruang Pemeriksaan Lansia.
c. Mendapatkan data dan informasi mengenai mutu pelayanan
kesehatan di Ruang Pemeriksaan Lansia.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat FIK Universitas Siliwangi
a. Terjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan
instansi tempat magang.
b. Laporan magang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi untuk kegiatan
magang di tahun selanjutnya.
c. Meningkatkan kualitas lulusan melalui kegiatan magang.
BAB II
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Wilayah
a. Kondisi Geografis
Garut Kota sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Garut
yang mempunyai 11 kelurahan dengan kepdatan penduduk
mencapai 130.106 jiwa pada tahun 2018 dan merupakan kecamatan
dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Garut. Kecamatan
Garut Kota terbagi menjadi 3 wilayah kerja puskemas, yaitu UPT
Puskemas Siliwangi, UPT Puskesmas Guntur dan UPT Puskesmas
Pasundan.
UPT Puskesmas Pasundan terletak di Kelurahan Kota Kulon
Kecamatan Garut Kota. UPT Puskesmas Pasundan memiliki 3
puskesmas pembantu, yaitu Puskesmas Pembantu Margawati,
Puskesmas Pembantu Sukanegla dan Puskesmas Pembantu
Cimuncang. Wilayah kerja Puskesmas Pasundan meliputi 4
kelurahan, yaitu Kelurahan Kota Kulon, Kelurahan Margawati,
Kelurahan Sukanegla dan Kelurahan Cimuncang.
Karakteristik secara geografis, kelurahan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Pasundan berbeda dengan 2 puskesmas yang ada di
wilayah Garut Kota. Kelurahan Margawati, Cimuncang dan
Sukanegla, secara topografi cenderung merupakan dataran tinggi
dengan kondisi tanah yang tidak rata pegunungan dan bukit.
Sebagian wilayahnya hanya dapat dilalui oleh kendaraan sepeda
motor.
b. Batas Wilayah
Kondisi umum wilayah UPT Puskesmas Pasundan memiliki
batas wilayah administratif sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Regol dan Kelurahan Paminggir
(Wilayah Kerja UPT Puskesmas Siliwangi)
Sebelah timur : Kecamatan Karangpawitan
Sebelah selatan : Kecamatan Cilawu
Sebelah barat : Kelurahan Muara Sanding (Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Siliwangi)
c. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan
Kepadatan Penduduk Puskesmas Pasundan Kec Garut Kota Kabupaten
Garut Tahun 2018

Luas Jumlah Rata-


Kepadatan
No Kelurahan Wilayah Rumah rata
Penduduk Penduduk
(km2) Tangga Jiwa/RT
1 Kota Kulon 33,2 2.216 5.901 4 666
2 Margawati 42,5 9.228 3.131 3 225
3 Cimuncang 39,7 7.522 2.271 3 189
4 Sukanegla 36,6 8.934 2.384 4 244
Jumlah 152 4.048.130 13.687 4 317
Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota

Berdasarkan data dari profil jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas


Pasundan berjumlah sejumlah 48.130 jiwa. Dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan 24.145:23.984, lebih banyak laki-laki untuk 2018. Jumlah penduduk
lansia mulai usia 45 tahun sebanyak 10.594 sekitar 22,01% dari jumlah penduduk
wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan, dengan penyebaran lansia terbanyak
terdapat di Kelurahan Kota Kulon.

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas
Pasundan Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2018

Kelompok Umur Jumlah Penduduk


No Jumlah
(Tahun) Laki-laki Perempuan
1 0-4 2476 2397 4873
2 5-9 2235 2552 4787
3 10-14 2349 2590 4939
4 15-19 2057 1988 4045
5 20-24 2209 2056 4265
6 25-29 1998 1960 3958
7 30-34 1974 1908 3882
8 35-39 2033 1975 4008
9 40-44 1697 1082 2779
10 45-49 927 1050 1977
11 50-54 921 762 1683
12 55-59 904 1024 1928
13 60-64 871 1068 1939
14 65-69 891 1023 1914
15 70-74 409 391 800
16 75+ 195 158 353
Jumlah 24145 23984 48130
Angka Beban Tanggungan (Defendency Ratio)
Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota

2. Gambaran Sosial Ekonomi


Tabel 2.3
Jumlah Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan Tahun 2018
Jumlah
No Tingkat Pendidikan %
Penduduk
1 Tidak/Belum Tamat SD 4128 19,9
2 SD/MI 8242 39,7
3 SLTP/ MTS 5993 28,9
4 SLTA/MA 1829 8,8
5 Diploma 340 1,6
6 Sarjana 219 1,1
Sumber: Kantor Statistik Kabupaten/Kota
Dari tabel di atas tampak bahwa angka putus sekolah di wilayah
kerja UPT Puskesmas Pasundan cukup tinggi, khususnya dari lulusan
SD sekitar 39,7%, dan hanya sekitar 2,7% 2,7% siswa SLTA yang
melajutkan ke Perguruan Tinggi. Tabel di atas juga menggambarkan
bahwa tingkat pendidikan pendidikan di wilayah kerja UPT Puskesmas
Pasundan relatif masih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah
kesulitan mendapatkan pekerjaan, sehingga pendapatan penduduk
rendah. Tingkat pendidikan yang rendah juga berpengaruh terhadap
pendekatan yang harus dilakukanoleh pihak puskesmas dalam usaha
untuk mempromosikan kesehatan pada masyarakat.
3. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan maupun prevalensi dari suatu
penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit pada suatu
populasi pada kurun waktu tertentu dan berperan dalam mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat

Tabel 2.4
10 Besar Penyakit Puskemas Pasundan Kecamatan Garut Kota Kabupaten
Garut Tahun 2018

Kode 0- 8- 10- 15- 20- 45- 55- 60-


Diagnosa 29-1 1-4 5-9 >70
No Penyaki 7 28 14 19 44 54 59 69 Jml
Penyakit Th Th Th Th
t Hr Hr Th Th Th Th Th Th
Infeksi
Saluran
1 J 06 Pernapasa 1 18 479 402 258 214 229 1014 380 203 202 86 3488
n Akut
(ISPA)
Arteritis
2 M 13 0 0 0 0 0 0 23 351 565 561 251 228 1979
lainnya
3 I 10 Hipertensi 0 0 0 0 0 0 0 177 300 159 391 391 1418
Dermatitis
lain dan
4 L 30 0 0 0 151 174 83 63 433 184 45 130 98 1361
tidak
spesifik
Demam
yang tidak
5 R50.9 0 0 217 261 224 128 69 165 70 28 35 15 1212
diketahui
sebab
6 J 11 Influenza 0 0 160 222 107 99 55 277 87 58 38 56 1159
7 K 30 Dispepsia 0 0 0 15 58 85 139 141 268 164 98 123 1091
Penyakit
8 K 04 pulpa dan 0 0 0 22 102 102 103 345 233 74 38 40 1059
jaringan
Diare dan
9 A 09 gastrioteri 0 1 106 228 115 46 39 171 83 31 41 21 882
stis
Tuberkulo
10 A 15 sis BTA 0 0 0 16 12 18 43 112 35 11 24 22 293
(+)
124 106 1394
Jumlah 1 19 962 1317 1050 775 763 3186 2205 1334
3 2 2

B. Gambaran Khusus
1. Pelayanan Upaya Kesehatan Lansia
Lansia dikatergorikan menjadi dua, yaitu Pralansia (45-59 tahun)
dan Lansia (≥ 60 tahun) dalam kurun waktu 1 tahun minimal 1 kali harus
mendapatkan skrining kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
Komponen skrining kesehatan meliputi:
a. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter
(manual atau digital)
b. Mengukuran kadar gula darah dan kolesterol dalam darah
menggunakan alat monitor/pemeriksaan laboratorium sederhana.
c. Pemeriksaan gangguan mental emosional usia lanjut menggunakan
instrumen Geriatric Depression Scale (GDS).
d. Pemeriksaan gangguan kognitif usia lanjut menggunakan instrumen
Abbreviatet Mental tes (AMT).
e. Pemeriksaan tingkat kemandirian tingkat lanjut menggunakan
Activity Daily Living (ADI) dengan instrumen indeks Barthel
Modifikasi.

Adapun klasifikasi lansia yaitu, lansia potensial dan lansia tidak


potensial. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
Sedangkan lansia tidak potensial adalag lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2. Pelayanan Kesehatan Lansia


Ruang pemeriksaan lansia adalah ruang pemeriksaan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan kepada lansia yang meliputi
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang lebih
menekankan unsur proaktif dan kemudahan proses pelayanan. Ruang
pemeriksaan lansia adalah tempat melayani pemeriksaan kesehatan dan
tindakan dasar untuk lansia.
Pelayanan Kesehatan Lansia tidak terbatas pada pelayanan
kesehatan klinik saja, tetapi juga pelayanan kesehatan di luar gedung
dan pemberdayaan masyarakat, seperti posyandu lansia, pelayanan
perawatan lansia di rumah (home care) dan long term care, serta
pelayanan di panti lansia (panti wredha). Puskesmas juga dihimbau
untuk melakukan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara berkala ke
panti lansia yang ada di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam sebulan
(Kemenkes, 2016).
Di Ruang Pemeriksaan Lansia, para lansia akan mendapatkan
pemeriksaan kesehatan oleh petugas, selanjutnya jika memerlukan
pemeriksaan laboratorium maka petugas laboratorium yang akan datang
memeriksa, demikian juga ketika mendapatkan obat, petugas obat yang
akan mengantar obat para lansia. Hal ini dilakukan bukan untuk
memanjakan para lansia, namun lebih bertujuan memberikan pelayanan
yang santun dan proporsional.
Selain pelayanan terintegrasi di ruang pemeriksaan Lansia juga
didapatkan pelayanan khusus jika memang pasien memerlukan, yaitu:
a. Konsultasi gizi.
b. Konsultasi sanitasi.
c. Pelayanan akupuntur dan akupressur serta herbal untuk mencegah
penyakit degeneratif lebih lanjut.
C. Pembahasan
Topik utama dalam kegiatan magang yaitu di bidang pelayanan
kesehatan lansia serta mengetahui mutu pelayanan di ruang pemeriksaan
lansia. Selain itu, mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas
Pasundan. Kegiatan yang dilaksanakan selama 1 bulan tersebut di
Puskesmas Pasundan yaitu untuk mengetahui mutu pelayanan di Ruang
Pemeriksaan Lansia. Proses yang pertama kali dilakukan adalah
mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan lansia, yaitu
mengenai:
1) Data jumlah kunjungan lansia.
2) Data penyakit lansia.
3) Laporan tahunan lansia.
1. Mutu Pelayanan Lansia
a. Sarana dan Prasarana
Mutu pelayanan kesehatan dilihat dari unsur tangibles yang
merupakan salah satu penilaian terhadap mutu pelayanan di ruang
periksaan lansia. Tangibles merupakan fasilitas fisik yang berupa
sarana fisik peralatan, perlengkapan, ruang tunggu, tempat informasi
serta fasilitas pendukung fisik lainnya dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan pada pasien usia lanjut di Ruang Pemeriksaan Lansia. Hal
ini dapat dilihat dari fasilitas fisik di Puskesmas yaitu fasilitas ruang
tunggu, kenyamanan ruang tunggu, kondisi dan luas tempat parkir,
jarak tempak parkir menuju puskesmas, dan fasilitas alat-alat
penunjang lainnya. Fasilitas fisik yang tersedia di Puskesmas
Pasundan khususnya di ruang pemeriksaan lansia yaitu terdiri dari
sarana fisik peralatan seperti tensimeter, timbangan berat badan,
microtoise/pengukur tinggi badan, stetoskop pita LiLa dll. Selain itu
terdapat fasilitas pendukung lainnya seperti tempat tidur, kursi,
meja, serta kursi tunggu khusus dibedakan dengan pasien umum.
Sedangkan untuk fasilitas fisiknya yaitu, terdapat tempat parkir yang
jaraknya dekat dengan ruang pemeriksaan lansia serta ruang tunggu
yang setiap kursinya dibedakan khusus untuk lansia dan alur
pendaftarannya juga didahulukan.
Selain itu, mutu pelayanan lansia ditentukan juga oleh
cakupan pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
lansia melalui kunjungan rawat jalan pasien lansia. Cakupan
kunjungan rawat jalan selama tahun 2018, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.5
Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Lansia Menurut Jenis Kelamin
Puskesmas Pasundan Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2018

USILA (60 Tahun+)


No Kelurahan Jumlah Mendapat Pelayanan Kesehatan
L P JML L % P % JML %
1 Kota Kulon 645 845 1490 300 46,51 318 37,63 618 42,07
2 Margawati 180 257 437 90 50,00 159 61,86 249 56,97
3 Sukanegla 95 125 220 91 95,78 100 80,00 191 86,81
4 Cimuncang 189 244 433 85 44,97 109 44,67 194 44,80
Jumlah 1109 1471 2580 566 59,31 686 56,06 1252 57,66
Tabel di atas dapat mengambarkan apabila kondisi penduduk
usia non produktif derajat kesehatannya rendah dapat menimbulkan
kemunduran ekonomi dan sosial secara signifikan akibat beban
hidup bagi keluarga dan pemerintah yang tinggi. Rasio
ketergantungan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan
sebanyak 57,66. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap 100
orang menanggung 57-58 orang yang belum atau sudah tidak
produktif. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius dan
menjadi prioritas dalam peningkatan upaya kesehatan khususnya
bagi lansia.
b. Alur Pendaftaran Pasien Lansia
Alur pendaftaran pasien lansia di Puskesmas Pasundan telah sesuai
prosedur, alurnya yaitu sebagai berikut:

Pasien Datang

Pasien Menyerahkan Kartu Identitas

Pasien Duduk Menunggu Panggilan

Petugas Memanggil Sesuai dengan Urutan

Petugas Mengecek Identitas Pasien

Pasien
Registrasi Pasien Lama Registrasi Pasien Baru
Baru

Petugas Mencari Petugas Membuat


Rekam Medis Rekam Medis

Petugas Menyerahkan Petugas Menyerahkan


Rekam Medis ke Rekam Medis ke
Pemeriksa Pemeriksa

Gambar 2.1 Alur Pendaftaran Pasien Lansia


c. Data Penyakit Lansia

Jumlah Penyakit Terbanyak Pada Pra Lansia dan Lansia


Pra Lansia (umur 45-59 Tahun) Lansia (Umur > 60 Tahun)
N Inf.S Inf.S
Desa Hiperte Artrit D Kank ISP Gasteri al Anem Hiperte Artrit Stro D Kank ISP Gasteri al Anem
o
nsi is M er A tis Kemi ia nsi is ke M er A tis Kemi ia
h h
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20
1 Kotakulon 46 62 10 1 54 36 1 3 48 46 1 8 0 23 28 1 2
2 Margawati 10 15 3 0 7 6 0 0 3 8 0 0 0 2 5 1 0
3 Sukanegla 3 4 1 0 4 2 0 0 3 2 0 1 0 1 0 0 0
4 Cimuncang 4 8 1 0 5 6 0 1 3 4 0 0 0 2 0 0 0
Luar
8 7 0 0 12 5 0 0 11 9 0 3 1 2 1
5 wilayah 3 0
JUMLAH 71 96 15 1 82 55 1 4 68 69 1 12 1 30 36 2 3
Berdasarkan tabel di atas, penyakit terbanyak yang di derita oleh
pralansia yaitu Artritis yaitu sebanyak 96 kasus. Sedangkan,
penyakit terbanyak yang diderita lansia yaitu Gasteritis sebanyak 36
kasus.
d. Target Capaian Pelayanan Kesehatan Lansia
Dalam menjamin mutu pelayanan di setiap ruang
pemeriksaan khususnya ruang pemeriksaan lansia, Puskesmas
Pasundan rutin melaksanakan Loka Mini Karya Bulanan dengan
melakukan penilaian terhadap cakupan pelayanan tiap pelayanan
kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan lansia. Hasil
penilaian pelayanan kesehatan lansia, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.6
Cakupan Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Pasundan
Tahun 2019 berdasarkan Permenkes No.44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas

Target Kinerja
No Jenis Kegiatan Pencapaian Persen (%)
Sasaran (%)
Cakupan lansia yang
1 mendapatkan skrining 2.580 3.114 120,70 120,70
kesehatan sesuai standar
Jumlah lansia umur ≥ 60
2 tahun yang dibina/yang 3.853 1.862 48,33 48,33
mendapat pelayanan
Jumlah lansia umur ≥ 70
3 tahun yang dibina/yang 1.153 1.252 108,59 108,59
mendapat pelayanan
Jumlah kelompok
4 lansia/posyandu lansia 4 4 100,00 100,00
yang aktif
Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang belum mencapai
target ialah lansia yang berusia 60 ke atas yang belum dibina serta
mendapat pelayanan kesehatan yaitu sebesar 48,33% dan terdapat
kesenjangan sebesar 51,67%.
2. Identifikasi Masalah Kesehatan Lansia
Rendahnya kunjungan terhadap pelayanan kesehatan lansia menjadi
masalah dalam program pelayanan kesehatan lansia adalah pada jumlah
lansia dan pralansia baru yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan
terdapat kesenjangan sebesar 11,04% . Hal ini disebabkan dikarenakan
terbatasnya alat pemeriksaan penunjang dan obat-obatan.
Selain rendahnya kunjungan ke pelayanan kesehatan, kunjungan ke
Posbindu juga lebih rendah di bandingkan ke Puskesmas. Penyebabnya,
yaitu sebagai berikut:
a. Terbatasnya pemeriksaan penunjang yang bisa dilaksanakan di
Posbindu Lansia dikarenakan jumlah petugas yang terbatas serta
terbatasnya alat pemeriksaan penunjang dan obat-obatan.
b. Sasaran tidak tahu atau lupa dengan jadwal Posbindu Lansia karena
Jadwal belum dibuat untuk 1 tahun (jadwal dibuat bulanan) dan
kunjungan setiap bulan untuk setiap Posbindu berdasarkan hari
tertentu dan minggu ke sekian pada bulan tersebut sehingga sasaran
bisa saja lupa dengan jadwal Posbindu.
c. Belum semua masyarakat (terutama sasaran ) yang mengetahui
mengenai kegiatan Posbindu Lansia.
d. Sasaran (terutama pra lansia) masih banyak yang aktif bekerja
sehingga tidak memungkinkan untuk datang ke Posbindu Lansia.
e. “Pencegahan” belum membudaya di masyarakat, masyarakat
cenderung meminta pengobatan sehingga lebih senang langsung ke
Puskesmas.

Berdasarkan masalah tersebut, maka ada beberapa pemecahan masalah


terkait hal tersebut yaitu:

a. Sosialisasi mengenai fungsi Posbindu Lansia bukan sebagai sarana


pengobatan harus ditingkatkan untuk merubah mindset sasaran
mengenai Posbindu Lansia.
b. Jadwal Posbindu dibuat 1 tahun dan diketahui /ditandatangani
Lurah/RT/RW setempat serta di serahkan pada kader sebelum awal
tahun.
c. Setiap kunjungan harus sudah dikonfirmasikan sebelumnya pada
kader maksimal 1-2 hari sebelumnya.
d. Pada pertemuan lintas sektor tribulan pertama, jadwal juga
diserahkan/ disosialisasikan.
e. Sosialisasi di pertemuan-pertemuan kader.
f. Sosialisasi di kegiatan PROLANIS, melalui FGD, MMD, dan
pertemuan-pertemuan lain yang melibatkan masyarakat
g. Dikarenakan PKP 2018 sasaran pralansia ditiadakan dan hanya
fokus pada lansia > 60tahun maka kemungkinan lansia aktif bekerja
diusia tersebut sangat sedikit sehingga masalah ini tidak memerlukan
pemecahan.
h. Melakukan penyuluhan.
Topik penyuluhan sebisa mungkin menyesuaikan dengan informasi
kesehatan yang dibutuhkan sasaran diwilayah tersebut. Kebutuhan
tersebut bisa dilihat dari mayoritas keluhan kesehatan atau kondisi
lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan di wilayah tersebut.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Untuk melihat gambaran mutu pelayanan ruang pemeriksaan lansia
di Puskesmas Pasundan, maka diperlukan penilaian terhadap unsur
tangibles, yaitu terdapat Fasilitas fisik yang tersedia di Puskesmas Pasundan
khususnya di ruang pemeriksaan lansia yaitu terdiri dari sarana fisik
peralatan seperti tensimeter, timbangan berat badan, microtoise/pengukur
tinggi badan, stetoskop pita LiLa dll. Selain itu terdapat fasilitas pendukung
lainnya seperti tempat tidur, kursi, meja, serta kursi tunggu khusus
dibedakan dengan pasien umum. Sedangkan untuk fasilitas fisiknya yaitu,
terdapat tempat parkir yang jaraknya dekat dengan ruang pemeriksaan
lansia serta ruang tunggu yang setiap kursinya dibedakan khusus untuk
lansia dan alur pendaftarannya juga didahulukan dan dibedakan.
Selain itu, mutu pelayanan lansia ditentukan juga oleh cakupan
pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan lansia melalui
kunjungan rawat jalan pasien lansia. Cakupan kunjungan rawat jalan selama
tahun 2018 yaitu sebesar 57,66%. Sehingga, rasio ketergantungan di
wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan sebanyak 57,66%. Angka tersebut
menunjukkan bahwa setiap 100 orang menanggung 57-58 orang yang belum
atau sudah tidak produktif.
Selain itu, penyakit terbanyak yang di derita oleh pralansia di
Puskesmas Pasundan yaitu Artritis yaitu sebanyak 96 kasus. Sedangkan,
penyakit terbanyak yang diderita lansia yaitu Gasteritis sebanyak 36 kasus.

Adapun dalam menjamin mutu pelayanan di setiap ruang


pemeriksaan khususnya ruang pemeriksaan lansia, Puskesmas
Pasundan rutin melaksanakan Loka Mini Karya Bulanan dengan
melakukan penilaian terhadap cakupan pelayanan tiap pelayanan
kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan lansia. Dari semua
hasil penilaian pelayanan kesehatan lansia ada kegiatan yang belum
mencapai target ialah lansia yang berusia 60 ke atas yang belum
dibina serta mendapat pelayanan kesehatan yaitu sebesar 48,33%
dan terdapat kesenjangan sebesar 51,67%.

B. Saran
Saran peneliti terkait masalah yang terjadi di ruang pemeriksaan
lansia adalah dengan melakukan meningkatan terhadap mutu pelayanan
lansia dengan mengukur tingkat kepuasan pasien lansia dengan
menggunakan lembar ceklis, sehingga dapat diperoleh perbaikan terhadap
unsur penilaian mutu yang harus terlebih dahulu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Foto/dokumentasi kegiatan magang


2. Absensi
3. Kegiatan harian magang
4. Form bimbingan magang
FORMULIR KEGIATAN HARIAN MAGANG

Instansi : Universitas Siliwangi

Nama Mahasiswa : Ike Mardiana

NPM : 164101016

Paraf
Uraian Kegiatan
No. Hari/Tanggal Pembimbing
(What, When, Where, How)
Lapangan
Senin, 23 1. Apel Pagi
Desember 2019 Waktu: pukul 07.30-
07.40
Tempat: halaman
depan Puskesmas
Pasundan
2. Perivikasi strata
posyandu (dana
sehat) dan validasi
Posyandu.
1 Tempat: Aula
Kelurahan
Sukanegla
Waktu: dari pukul
09.00 s.d 11.00
Peserta: Kader
Kelurahan
Sukanegla
Dihadiri: ketua RW,
ketua RT, Bidan
Desa.
3. Enty data
PrimaryCare BPJS
berjumlah 200 KK
Waktu: dari pukul
11.00 s.d 16.30
Tempat: di ruang
konseling
Kamis, 26 Menyusun Laporan Hasil
Desember 2019 Kegiatan Survey Mawas
Diri (SMD) Musyawarah
Masyarakat Kelurahan
(MMK) Kelurahan Kota
2 Kulon Kecamatan Garut
Kota Kabupaten Garut
Tahun 2019
Tempat: di ruang konseling
Waktu: pada pukul 8.00 s.d
selesai
Jumat, 27 1. Menyusun Laporan
Desember 2019 Hasil Kegiatan
Survey Mawas Diri
(SMD) Musyawarah
Masyarakat
3 Kelurahan (MMK)
Kelurahan Kota
Kulon Kecamatan
Garut Kota
Kabupaten Garut
Tahun 2019
Tempat: di ruang
konseling
Waktu: pada pukul
8.00 s.d selesai
2. Sosialisasi senam
peregangan
Waktu: pukul 10.00
s.d selesai
Tempat:
3.

…………………….2019

Pembimbing Instansi

FORMULIR ABSENSI HARIAN MAGANG


Instansi/Unit/Bagian :

Nama Pembimbing Lapangan :

Tanggal Mulai Magang :

Tanggal Selesai Magang :

Nama
No. Peserta NPM 1 2 3 4 5 6 30
Magang
1
2
3
4
5
6
7
Paraf
PJ di
Instan
si

KARTU BIMBINGAN MAGANG


Nama Mahasiswa : Ike Mardiana

NPM : 164101016

Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan

Instansi Magang : UPT Puskesmas Pasundan Garut

Pembimbing : Iseu Siti Aisyah, S.KM., M. Kes.

Akademik

No. Hari/Tanggal Follow Up Paraf Pembimbing


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Ket. Minimal 6 kali bimbingan

Anda mungkin juga menyukai