Anda di halaman 1dari 54

Laporan Kegiatan

LAPORAN KEGIATAN DAN MATERI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN IKM-KP DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
KARANGANYAR

Disusun Oleh:
Periode 7 Agustus 17 September 2017
Itsna Ulin Nuha G99152035 Darma Aulia Hanafi G99152037
Rahmi Syuadzah G99152042 Denata Sienviolincia G99152025
Agil Noviar Alvirosa G99152034 Ema Novalia D K S G99152028
I Wayan R A G99162076 Aulia Ulfah M D G99162085
Mega Hasenda G99162079 Arum Cahyaning P G99162081
Michael Asby W G99152045 Wahyu Septianingtyas G99152041
Putri Nur K G99152031 Arini Hidayati G99152036
Lely Amedia R G99152026 Chelsea P G99162074
Yosa Angga O G99162082 Natasha Ninda P G99162078
Hega Fitri N G99162086

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN DAN MATERI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN IKM-KP DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
KARANGANYAR

Telah diteliti, disetujui dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar

Sunarto, S.KM, M.Gizi dr. Cucuk Heru Kusumo, M.Kes


NIP. 19700611 199103 1 009 NIP. 19600105 19851 1 002

KATA PENGANTAR

2
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan
dan Materi Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Pencegahan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. Laporan ini
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik di
bagian IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan ini, terutama kepada:
1. dr. Cucuk Heru Kusumo, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar.
2. Sunarto, S.KM, M.Gizi selaku pembimbing dokter muda di Dinas Kesehatan
Kabupaten Karanganyar.
3. Kepala bidang dan seksi yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar yang telah memberikan bimbingan.
4. Seluruh staf yang bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
beserta jajarannya.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
semua pihak yang berkepentingan. Saran, koreksi dan tanggapan dari semua pihak
sangat diharapkan.

Surakarta, Agustus 2017


Penulis

DAFTAR ISI

3
HALAMAN JUDUL...........................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................5
A. Latar Belakang ..............................................................................5
B. Tujuan ...........................................................................................6
C. Manfaat ..........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
A. Profil Kabupaten Karanganyar......................................................7
B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar..........................11
C. Situasi Derajat Kesehatan..............................................................11
D. Situasi Upaya Kesehatan................................................................35
E. Situasi Sumber Daya Kesehatan....................................................48
BAB III HASIL................................................................................................51
BAB IV PENUTUP..........................................................................................57
A. Kesimpulan....................................................................................57
B. Saran .............................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................59
LAMPIRAN........................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H dan UU No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, secara tegas menyatakan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu, setiap individu, keluarga dan
masyarakat Indonesia berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya. Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhinya hak
hidup sehat bagi setiap penduduknya tidak terkecuali masyarakat miskin dan
tidak mampu.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai
Rencana Strategis Kabupaten Karanganyar Tahun 2014-2018, maka
pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan cara: 1) Meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan. 2) Mewujudkan sumber
daya manusia yang berdaya saing. 3) Mewujudkan peran serta masyarakat dan
pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan. 4)Melaksanakan
pelayanan administrasi internal dan pelayanan publik yang bermutu.
Pelaksanaan pelayanan publik yang bermutu diantaranya adalah
pelayanan informasi yang meliputi pelayanan kehumasan dan informasi
publik. Dalam rangka meningkatkan pelayanan informasi publik di bidang
kesehatan, dibutuhkan adanya manajemen dan pengelolaan data dan informasi
kesehatan yang baik, akurat, lengkap dan tepat waktu. Peran data dan
informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam
manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan
situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh
pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan
langsung dengan kesehatan mereeka.
Dalam hal ini, Dinas Kesehatan memiliki peran yang cukup besar
dalam merencanakan program-program kesehatan tersebut, sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar yang
menyatakan bahwa perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan

5
pemerintahan daerah di bidang kesehatan meliputi promosi dan kesehatan
institusi, pelayanan kesehatan, bina kesehatan keluarga, pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan serta kesekretariatan.

B. Tujuan
Dokter muda dapat mengetahui:
1. Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan
dalam berbagai tingkat pelayanan: manajemen serta pengorganisasian
program kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
2. Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan: profil kesehatan masyarakat
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
3. Rencana program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
4. Perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi asuransi pelayanan
kesehatan, misalnya BPJS
5. Mekanisme pencatatan dan pelaporan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar.

C. Manfaat
Kegiatan kepaniteraan klinik bagian IKM-KP di Dinas Kesehatan
Kabupaten Karanganyar memberikan dokter muda gambaran kesehatan yang
menyeluruh di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.
Kegiatan ini diharapakan dapat menunjang kegiatan dokter muda selama
kepaniteraan di Puskesmas selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Kabupaten Karanganyar


1. Kondisi Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 35 Kabupaten
Provinsi Jawa Tengah yang terletak 1100400-1000700 bujur timur dan 70280 -
70460 lintang selatan. Karanganyar terletak di ketinggian rata-rata 511

6
meter diatas permukaan laut, beriklim tropis dengan temperatur 22310C.
Karanganyar berbatasan dengan
Kabupaten Sragen (utara)
Jawa Timur (timur)
Sukoharjo dan Wonogiri (selatan)
Surakarta dan Boyolali (barat).

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Karanganyar

2. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk


Kabupaten Karanganyar tahun 2016 mempunyai jumlah penduduk
sebesar 874.497 jiwa. Penyebaran penduduk masih belum merata dengan
fokus penduduk pada daerah perkotaan. Kecamatan Colomadu merupakan
wilayah terpadat dengan kepadatan 3940,03 jiwa per km, sedangkan
Kecamatan Jenawi merupakan wilayah kepadatan terendah dengan jumlah
penduduk sebesar 464,89 jiwa per km. Data jumlah penduduk menurut
Kecamatan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut kecamatan Kabupaten
Karanganyar tahun 2015
No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah penduduk

7
1 Jatipuro 40,36 35.232
2 Jatiyoso 67,16 40.121
3 Jumapolo 55,67 43.601
4 Jumantono 53,55 48.022
5 Matesih 26,27 44.684
6 Tawangmangu 70,03 46.721
7 Ngargoyoso 65,34 34.646
8 Karangpandan 34,11 42.435
9 Karanganyar 43,03 81.154
10 Tasikmadu 27,60 60.401
11 Jaten I 25,55 77.291
12 Colomadu 15,64 61.622
13 Gondangrejo 56,80 70.813
14 Kebakkramat 36,46 60.574
15 Mojogedang 53,31 64.941
16 Kerjo 46,82 36.168
17 Jenawi 56,08 26.071
JUMLAH 773,8 874.497

3. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur


Struktur penduduk Karanganyar menurut golongan umur dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Struktur Penduduk menurut Golongan Umur di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2015-2016

Golongan Umur 2015 2016


0-4 tahun 60.579 53.998
5-14 tahun 136.825 131.357
15-44 tahun 395.507 401.211
45-64 tahun 205.995 212.018
65 tahun 75.913
71.773
keatas
Total 870.679 874.497
Sumber : Disdukcapil Kabupaten Karanganyar

Tabel 3 Kelompok Usia Produktif di Kabupaten Karanganyar tahun


2015-2016

Kelompok Usia 2015 2016


0-14 tahun 190.404 185.355
15-64 tahun 601.502 613.229
65 tahun 75.913
71.773
keatas
874.497
Jumlah 8 870.697
Sumber : Disdukcapil Kabupaten Karanganyar

Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia dengan
persentase terbesar adalah kelompok usia produktif yang menggambarkan
aset sumber daya manusia yang sangat potensial yaitu antara usia 15-64
tahun, dimana pada tahun 2016 sebanyak 70.12 % dari seluruh jumlah
penduduk.
4. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan
Sesuai kesepakatan para kepala daerah diharapkan anggaran
kesehatan memperoleh 15% dari APBD dan menurut UU nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa anggaran kesehatan
pemerintah dialokasikan minimal 10% APBD diluar gaji. Namun,
belum banyak daerah yang dapat memenuhi angka tersebut.
Di Kabupaten Karanganyar, alokasi anggaran bidang kesehatan
pada tahun 2016 dapat dibandingan sebagai berikut:
Tabel 4 Alokasi Anggaran Biaya Kesehatan Kabupaten Karanganyar
Tahun 2015

Alokasi Anggaran Rupiah


APBD Kab / Kota
a. Belanja Langsung 96.624.481.000
b. Belanja Tidak Langsung 51.632.772.000
APBD Propinsi
Dana Tugas Pembantuan (TP) Prop 2.030.000.000
APBN
a. Dana Alokasi Umum -
b. Dana Alokasi Khusus -
c. Dana Dekonsentrasi 812.614.900
Dana Tugas Pembantuan Kab/Kota -
Pinjaman / Jibah Luar Negeri (PHLN) -

9
Sumber Pemerintah Lain -
Total Anggaran Kesehatan 151.099.867.900

b. Angka Beban Tanggungan


Angka beban tanggungan diperoleh dari perbandingan
banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan
diatas 65 tahun) dengan banyaknya usia produktif (usia 15-64 tahun).
Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur tersebut maka
angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten
Karanganyar tahun 2016 sebesar 42.60. Artinya, setiap 100 penduduk
usia produktif menanggung sekitar 43 orang penduduk tidak produktif.
5. Tingkat Pendidikan
Jumlah murid yang memiliki latar belakang pendidikan TK sebanyak
2.491 orang, SD sebanyak 25.550 orang, SLTP sebanyak 6.192 orang,
SMU sebanyak 2.171 orang, SMK negeri sebanyak 2.327 orang. Capaian
kelulusan tahun 2016 mencapai 100% untuk semua jenjang pendidikan

B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar


Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar merupakan Dinas
Pelaksana Pemerintah Daerah di bidang kesehatan dan mempunyai tugas
pokok melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan
tugas desentralisasi di bidang kesehatan. DKK Karanganyar membawahi 21
puskesmas yang tersebar di dalam 17 kecamatan, yaitu yaitu: Puskesmas
Jatipuro, Puskesmas Jatiyoso, Puskesmas Jumapolo, Puskesmas Jumantono,
Puskesmas Matesih, Puskesmas Tawangmangu, Puskesmas Ngargoyoso,
Puskesmas Karangpandan, Puskesmas Karanganyar, Puskesmas Tasikmadu,
Puskesmas Jaten I, Puskesmas Jaten II, Puskesmas Colomadu I, Puskesmas
Colomadu II, Puskesmas Gondangrejo, Puskesmas Kebakkramat I, Puskesmas
Kebakkramat II, Puskesmas Mojogedang I, Puskesmas Mojogedang II,
Puskesmas Kerjo, dan Puskesmas Jenawi.

C. Situasi Derajat Kesehatan

10
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator
yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin
dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan
masyarakat digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka morbiditas beberapa
penyakit, dan status gizi.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang
tidak hanya berasal dari faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor
ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.
A. Angka Kesakitan
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari
masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi
morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data)
yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
1. Penyakit Menular
Berdasarkan tabel profil, data angka kesakitan berbagai penyakit
sebagai berikut:
a. Penyakit Bersumber Binatang
1) Pengendalian penyakit malaria (P2 Malaria)
Tabel jumlah kasus klinis malaria di kabupaten Karanganyar
Tahun 2011-2016
No Tahun Jumlah Kasus Klinis
1. 2011 9
2. 2012 7
3. 2013 11
4. 2014 11
5. 2015 14
6. 2016 6
Dari 6 kasus tahun 2016 tersebut, persebarannya terjadi di
Puskesmas Jaten I, Jaten II dan Puskesmas Kerjo masing-
masing sebanyak 1 kasus, sedangkan di Puskesmas
Mojogedang II sebanyak 3 kasus.

11
Persebaran kasus malaria pada tahun 2016 di Kabupaten
Karanganyar dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Gambar : Persebaran Kasus Malaria di Kabupaten Karanganyar


Tahun 2016

Dibawah ini grafik yang menunjukkan perkembangan


jumlah penderita malaria klinis dan penderita positif malaria
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 di Kabupaten
Karanganyar.

Grafik: perkembangan jumlah penderita positif malaria di kabupaten


Karanganyar tahun 2011-2016

2) Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2 DBD)


Kasus DBD di Kabupaten Karanganyar Tahun 2016
sebanyak 447 kasus, turun dibanding tahun 2015 sebanyak 530
kasus, tahun 2014 sebanyak 520 kasus, sedang tahun 2013 (485
kasus), tahun 2012 (76 kasus) dan tahun 2011 (135 kasus).
Perkembangan kasus DBD di Kabupaten Karanganyar Tahun
2011-2016 digambarkan dalam grafik di bawah ini

Grafik : Perkembangan Kasus DBD di Kabupaten Karanganyar


Tahun 2011-2016

12
Kasus DBD di Kecamatan Matesih, Kecamatan Kerjo dan
Kecamatan Jenawi sebanyak 1 kasus. Berikut ini grafik
persebaran kasus DBD di Kabupaten Karanganyar yang
ditangani pada tahun 2016.
Grafik: Persebaran Kasus DBD yang Ditangani di Kab. Karanganyar
Tahun 2016

Angka kesakitan/Incident Rate (IR) pada tahun 2016


sebesar 51,1 turun dibanding tahun 2015 sebesar 60,9 per
100.000 penduduk. Dari jumlah kasus yang ada, kematian
DBD tahun 2016 sebanyak 5 orang naik tahun 2015 sebanyak 4
orang, sedang tahun 2014 sebanyak 4 orang, tahun 2013
sebanyak 8 orang, tahun 2012 sebanyak 2 orang, sehingga
Case Fatality Rate (CFR) tahun 2016 sebesar 1,1%. Kematian
akibat DBD terjadi di Kecamatan Jaten 2 orang, Kecamatan
Kebakkramat 2 orang dan Kecamatan Gondangrejo 1 orang,
sedang tahun 2015 sebesar 0,8% terjadi di Kecamatan Matesih
sebanyak 1 orang. Kecamatan Gondangrejo sebanyak 2 orang
dan Kecamatan Kebakramat sebanyak 1 orang.Berikut ini

13
grafik jumlah kematian akibat kasus DBD di Kabupaten
Karanganyar pada Tahun 2011-2016.

Grafik: Jumlah Kematian Akibat Kasus DBD di Kab. Karanganyar


Tahun 2011-2016

Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada tahun 2016 sebanyak 2


kali yang terjadi di wilayah Kecamatan Colomadu dan
Kecamatan Kebakkramat dengan jumlah kasus sebanyak 9
kasus dengan 1 orang meninggal sedangkan pada tahun 2015
sebanyak 8 kali di 5 wilayah kecamatan dengan 14 kasus dan 4
orang meninggal. Rumah/bangunan yang memenuhhi syarat
(rumah sehat) sebesar 78,35% atau 1772.769 rumah sehat dari
220.178 rumah yang ada.

3) Pengendalian Penyakit Filariasis (P2 Filariasis)


Dampak langsung dari serangan penyakit ini adala
menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya
daya kerja dan produktifitas serta timbulnya cacat anggota
tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai
vektor filariasis antara kain Mansonia, anopheles, dan culex.
Tahun 2016 tidak ditemukan kasus baru filariasis, dimana
hal ini sama dengan tahun 2015, 2014, 2013 dan 2012 juga
tidak ditemukan kasus baru filariasis. Berikut grafik
perkembangan kasus filariasis di Kab.Karanganyar dari tahun
2010-2015.

14
Grafik : Perkembangan Penemuan Kasus Baru Filariasis di
Kabupaten Karanganyar Tahu 2010-2015

b. Penyakit Menular Langsung


1) Pengendalian Penyakit Tuberculosis Paru (P2 TB Paru)
Perkiraan kasus baru TB paru tahun 2016 sebesar 2.788
kasus dengan penemuan BTA positif sebanyak 282 sedang
tahun 2015 sebesar 6.337 kasus, dengan penemuan BTA positif
sebesar 419 kasus, tahun 2014 perkiraan kasus baru TB paru
sebesar 6.663 kasus, dengan penemuan BTA positif sebesar 477
kasus, tahun 2013 perkiraan kasus baru TB paru sebesar 6.148
kasus, dengan penemuan BTA positif sebesar 452 kasus, tahun
2012 perkiraan kasus baru TB paru sebesar 948 kasus, dengan
penemua BTA positif sebesar 562 kasus, dan tahun 2011
perkiraan kasus baru TB paru sebesar 938 kasus dengan
penemuan penderita BTA positif sebesar 601 kasus.
Pada tahun 2016 dari perkiraan kasus baru TB paru sebesar
2.788 kasus dengan 282 kasus penemuan BTA positif dengan
jumlah kematian selama pengobatan sebanyak 12 kasus, terjadi
di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar, Puskesmas
Mojogedang sebanyak 3 orang. Puskesmas Tasikmadu 2 orang,
serta Puskesmas Colomadu I, Puskesmas Colomadu II,
puskesmas Kebakkramat I, dan Puskesmas Kerjo masing-
masing 1 orang.
2) Pengendalian Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium. Bakteri ini mengalami
proses pembelahan cukup lama antara 2-3 minggu. Daya tahan
hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia.
Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2-5 tahun bahkan juga

15
memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan kasus
yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota
gerak dan mata.Sehingga penyakit kusta dapat menurunkan
kualitas hidup penderitanya jika tidak ditemukan dan diobati
secara dini.
Pada tahun 2016 tidak ditemukan penderita baru kusta PB
dan ditemukan penderita baru kusta MB, sedang tahun 2015
ditemukan 1 penderita baru kusta PB dan 8 penderita MB,
tahun 2014 tidak ditemukan penderita baru kusta PB tetapi
ditemukan 12 penderita MB. Tahun 2013 ditemukan 1
penderita baru kusta PB dan 10 penderita MB, tahun 2012
ditemukan 2 penderita baru kusta PB dan 17 penderita kusta
MB, serta tahun 2011 ditemukan 1 penderita baru kusta PB dan
10 penderita baru kusta MB. Berikut ini perkembangan jumlah
penderita baru kusta PB dan MB kabupaten karanganyar tahun
2011-2016.

Grafik: Perkembangan Jumlah Penderita Kusta PB dan MB di


Kabupaten Karanganyar Tahun 2011-2016

16
Berikut ini peta persebaran penemuan penderita baru kusta
PB dan MB di Kabupaten Karanganyar per wilayah puskesmas
tahun 2016.

Gambar: Peta penyebaran penemuan penderita baru kusta PB dan


MB Kabupaten Karanganyar Tahun 2016

3) Pengendalian Penyakit Diare (P2 Diare)


Jumlah kasus diare di Kabupaten Karanganyar tahun 2016 yang
ditemukan sebanyak 18.714 kasus dan yang ditangani sebanyak
15.886 kasus (84,9%), naik dibanding tahun 2015 yang
ditemukan dan ditangani sebanyak 15.566 kasus (83,5%), tahun
2014 yang ditemukan dan ditangani sebanyak 14.112 kasus
(76,5%), tahun 2013 yang ditemukan dan ditangani sebanyak
15.364 kasus (42,4%), tahun 2012 yang ditemukan dan
ditangani sebanyak 18.017 kasus (46,4% dari jumlah perkiraan
kasus), dan tahun 2011 sebanyak 20.331 kasus (55%).
Tahun 2016 penemuan kasus diare tertinggi di wilayah
kerja Puskesmas Karanganyar sebanyak 1.737 kasus diare,
sedangkan pada tahun 2015 penemuan tertinggi diare di
wilayah Puskesmas Tasikmadu sebanyak 1.275 kasus dan
penemuan kasus diare tahun 2016 terendah di wilayah
Puskesmas Jenawi sebanyak 558 kasus. Berikut ini grafik
jumlah kasus diare tahun 2011-2016 di Kabupaten
Karanganyar.
Grafik: Jumlah kasus diare dan kematian akibat diare di
kabupaten Karanganyar 2011-2016

17
4) Pengendalian penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2
ISPA)
Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan dan
ditangani pada tahun 2016 sebanyak 911 kasus (39,15% dari
perkiraan target), secara prosentase naik dibandingkan tahun
2015 sebanyak 881 kasus (10,22% dari perkiraan target), tahun
2014 sebanyak 726 kasus (17,16% dari perkiraa target), tahun
2013 sebanyak 647 kasus (10% dari target yang diperkirakan),
tahun 2011 sebanyak 863 kasus (9,7% dari target). Perhitungan
target perkiraan penderita pneumonia balita adalah 3,6% dari
jumlah balita yang ada. Penemuan kasus pneumonia balita
adalah jumlah kasus yang ditemukan di wilayah kerja
puskesmas termasuk rumah sakit. Persebaran penemuan
pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kabupaten
Karanganyar tahun 2016 dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik : Jumlah perkiraan kasus pneumonia dan jumlah penderita
yang ditemukan dan ditangani kabupaten Karanganyar tahun 2016

Dari grafik diatas, perkiraan penemuan penderita kasus


pneumonia balita tertinggi di wilayah Puskesmas Gondangrejo
dengan 223 kasus sedangkan kasus terendah di wilayah
Puskesmas Jenawi dengan 66 kasus. Sedangkan penderita yang
ditemukan dan ditangani paling banyak terjadi di wilayah kerja

18
Puskesmas Mojogedang sebanyak 190 kasus sedangkan
wilayah Puskesmas yang paling sedikit penderita ditemukan
dan ditangani di wilayah Puskesmas Tawangmangu sebanyak 3
kasus.
5) Pengendalian Penyakit HIV/AIDS (P2 HIV/AIDS)
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndome) pada tahun
2016 di Kabupaten Karanganyar ditemukan sebanyak 48 orang
mengidap HIV, naik dibanding tahun 2015 ditemukan sebanyak
44 mengidap HIV, tahun 2014 sebanyak 44 orang mengidap
HIV, tahun 2013 sebanyak 34 orang pengidap HIV, tahun 2012
ditemukan 8 orang pengidap HIV, dan tahun 2011 sebanyak 7
orang. Sedangkan penderita positif AIDS di tahun 2016
sebanyak 52 penderita AIDS, turun dibanding tahun 2015
sebanyak 55 orang, tahun 2014 sebanyak 24 orang, tahun 2013
sebanyak 8 orang, tahun 2012 sebanyak 27 orang, dan tahun
2011 sejumlah 14 orang. Pada tahun 201 ditemukan 17
kematian akibat HIV/AIDS, naik dibanding tahun 2015
ditemukan 9 kematian, tahun 2014 sebanyak 15 orang, tahun
2013 sebanyak 7 orang, taun 2012 sebanyak orang dan tahun
2011 sebanyak 4 orang. Sehingga sampai dengan akhir tahun
201 ini kasus HIV/AIDS di Karanganyar sebanyak 446 kasus
dan yang meninggal sebanyak 97 orang.

Grafik : Perbandingan Jumlah Kasus HIV/AIDS di Kabupaten


Karanganyar Tahun 2015-2016

Penularan HIV/AIDS sangat berkaitan erat dengan


pengetahuan dan perilaku, sehingga dalam upaya intervensi

19
pencegahan terhadap kelompok berisiko perlu sekali untuk
dikenali identifikasinya. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2010 tentang pengetahuan HIV/AIDS pada kelompok usia >15
tahun, hanya 56,1% dari sampel penduduk Jawa Tengah yang
pernah mendengar tentang HIV/AIDS, sedangkan hanya 5,4%
dari total sampel yang diambil yang mengetahui adanya tes
HIV secara sukarela yang didahului konseling/VCT.
Sedangkan untuk donor darah yang didonorkan melalui
PMI sebanyak 6.609 sampel darah, dari hasil screening
HIV/AIDS ditemukan 2 pendonor yang sampel darah positif
HIV/AIDS (sumber dari PMI cabang Karanganyar).

6) Surveilens Acute Flaccid Paralysis (AFP)


Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, pemerintah
telah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang
terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian
imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP merupakan
pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi
secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat
kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian
penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah
sebagai berikut:
a) Melakukan pelacakan terhadap anak <15 tahun yang
mengalami kelumpuhan layu mendadak (<14 hari) dan
menentukan diagnosa awal.
b) Mengambil specimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari
sejak kelumpuhannya, sebanyak dua kali selang waktu
pengambilan Idan II>24 jam.
c) Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium Bio Farma
Bandung dengan pengemasan khusus.
d) Hasil pemeriksaan specimen tinja akan menjadi bukti
virologist adanya virus polio didalamnya.
e) Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan.

20
f) Pemeriksaan klinis dilakukan oleh Dokter spesialis anak
atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada
kelumpuhan atau tidak.

Pada tahun 201 ditemukan 7 kasus AFP untuk anak <15 tahun,
naik dibanding tahun 2015 ditemukan 4 kasus AFP untuk anak
<15 tahun, tahun 2014 yaitu 4 kasus AFP yang ditemukan,
tahun 2013 ditemukan 5 kasus, tahun 2012 tidak ditemukan
kasus baru AFP, dan tahun 2011 dimana ditemukan 10 kasus
AFP. Kasus AFP pada tahun 2016 tersebar di 5 wilayah
Puskesmas di Kabupaten Karanganyar yaitu Puskesmas
Jumapolo (2 kasus), Puskesmas Jumantono (1 kasus),
Puskesmas Jaten I (1 kasus), Puskesmas Gondangrejo (1
kasus), dan Puskesmas Kerjo (2 kasus).
Perkembangan penemuan kasus baru AFP di Karanganyar
tahun 2011-2016 dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik : perkembangan penemuan kasus baru AFP di Kab.
Karanganyar tahun 2011-2016

2. Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
diabetes mellitus, cedera dan penyakit paru obstruktif serta penyakit
kronis lainnya merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia
dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO 2010). Di Indonesia
sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting
dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin
meningkat. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan

21
kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan
produktifitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu
lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan
penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat menggangu ekonomi
penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah
terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global,
regional, dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi
epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Berbagai faktor risiko PTM antara lain yaitu merokok dan
keterpaparan terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol,
diet/pola makan, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, obat-
obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan
tetap lebih baik daru pengobatan.Upaya pencegahan penyakit tidak
menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.
Di kabupaten Karanganyar telah menerbitkan Surat Edaran Bupati
Nomor : 440/8091.13 tanggal 4 Oktober Tahun 2016 tentang Gerakan
Larangan Merokok di Hari Senin. Upaya pengendalian PTM tidak
akan berhasil tanpa dukungan dari seluruh jajaran lintas sektor, baik
pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan.
Dibawah ini adalah diagram yang menunjukkan kasus penyakit tidak
menular tahun 2011 sampai dengan 2016 di kabupaten karanganyar.

22
Dari diagram diatas, penyakit tidak menular yang pada tahun
2016 terlihat banyak mengalami penurunan dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Data penyakit tidak menular (PTM) tahun
2016 yang naik dibanding tahun 2015 adalah PPOK.
Sedangkan PTM yang lain mengalami penurunan.

3. Kejadian Luar Biasa (KLB)


Ada beberapa kejadian KLB di kabupaten Karanganyar yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. DBD (2 desa di kecamatan dengan jumlah penderita 9 orang dan
meninggal 1 orang), dengan rincian sebagai berikut:

No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai

23
Kasus Mati Kejadian
1 Malangjiwan Colomadu 6 0 7 Februari
2016
2 Kebak Kebakkramat 3 1 3 Juni 2016
TOTAL 9 1

b. Keracunan makanan (5 desa di 4 kecamatan dengan jumlah


penderita 117 orang dan tidak ada korban jiwa), dengan rincian
sebagai berikut:

No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai


Kasus Mati
Kejadian
1 Baturan Colommadu 11 0 19 April 2016
2 Ngargoyoso Ngargoyoso 6 0 28 Mei 2016
3 Jeruk Sawit Gondangrejo 37 0 7 Maret 2016
4 Malanggean Kebakkramat 36 0 13 Agustus 2016
5 Dayu Gondangrejo 27 0 20 Oktober 2016
TOTAL 117 0

c. Chikungunya (8 desa di 5 kecamatan dengan jumlah penderita 158


orang dengan tidak ada korban jiwa), dengan rincian sebagai
berikut:

No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai


Kasus Mati
Kejadian
1 Jati Jaten 16 0 16 Januari 2016
2 Suruh Jaten 16 0 26 Januari 2016
Kalang
3 Lalung Karanganyar 30 0 29 Januari 2016
4 Malangjiwan Colomadu 6 0 19 Maret 2016
5 Gajahan Colomadu 20 0 26 Maret 2016
6 Buran Tasikmadu 14 0 4 September 2016
7 Suruh Tasikmadu 31 0 31 September
2016
8 Jumapolo Jumapolo 25 0 2 Desember 2016
TOTAL 258 0

d. Diare (1 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 6 orang dan


tidak ada korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:

No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai


24
Kasus Mati Kejadian
1 Gaum Tasikmadu 6 0 2 Februaru 2016
TOTAL 6 0
e. Leptospirosis (2 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 3
orang dengan 2 korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:

No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai


Kasus Mati Kejadian
1 Blulukan Colomadu 1 1 3 Januari 2016
2 Malangjiwan Colomadu 1 1 26 Januari 2016
3 Malangjiwan Colomadu 1 0 20 Oktober
2016
TOTAL 3 2

f. Thypoid (1 desa di 1 kecamatan dengan jumlah penderita 7 orang


dan tidak ada korban jiwa), dengan rincian sebagai berikut:

No Desa Kecamatan Jumlah Tgl Mulai


Kasus Mati Kejadian
1 Malangjiwan Colomadu 7 0 29 Februari
2016
TOTAL 7 0

Bila diperhatikan data sejak tahun 2011 hingga tahun 2016, terjadi KLB penyakit
DBD dan chikungunya. Untuk itu kita perlu waspada terhadap kedua penyakit
tersebut diatas yang berpotensi KLB di wilayah Kabupaten Karanganyar.
Dari KLB pada tahun 2016 angka attack rate sebesar 0,36 turun dibanding tahun
2015 sebesar 1,78 sedang tahun 2014 sebesar 0,20, tahun 2013 sebesar 0,26, tahun
2012 sebesar 0,35, dan tahun 2011 sebesar 0,29.
Sedangkan angka CFR tahun 2016 sebesar 1,0 turun dibanding tahun 2015
sebesar 2,76 sedang tahun 2014 sebesar 0,67, tahun 2013 sebesar 1,5 tahun 2012
sebesar 2,63, dan tahun 2011 sebesar 0,23.
Grafik :attack rate dan CFR KLB di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 s.d
tahun 2016

25
B. Angka Kematian
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada
umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan
status gizi. Derajat kesehatan masyarakat digambarkan melalui Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKABA), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.
Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor
yang tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga
dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan,
dan faktor lainnya.
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu adalah jumlah ibu yang meninggal
karena hamil, bersalin dan nifas di suatu wilayah tertentu per 100.000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka kematian ibu
maternal dapat menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan terutama ibu
hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. Dari tabel di bawah dapat
diketahui angka kematian ibu melahirkan di karanganyar tahun 2016
sebesar 79,0/100.000KH, turun dibanding tahun 2015 sebesar
123,3/100.000KH, tahun 2014 sebesar 138,5/100.000KH, sedangkan
tahun 2013 sebesar 68,3/100.000KH, tahun 2012 sebesar
127,1/100.000KH dan tahun 2011 sebesar 99,1/100.000KH.

26
Grafik: angka kematian ibu (AKI) dan jumlah kematian ibu di
kabupaten Karanganyar tahun 2011-2016

Jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 sebanyak 10 kasus


yang tersebar di wilayah puskesmas Jatipuro, Jumantono, Metasih,
Tawangmangu, Ngargoyoso, Tasikmadu terdapat 1 kasus sedangkan
wilayah Puskesmas Gondangrejo dan Mojogedang II terdapat 2 kasus
kematian ibu.
Dari 10 kasus kematian ibu pada tahun 2016, kematian ibu
yang berumur 20-34 sebesar 7 kasus, sedangkan umur 35 tahun
sebesar 3 kasus. Jadi sekitar 70% kematian ibu terjadi pada usia 20-34
tahun, 30% pada usia 35 tahun. Berikut peta persebaran kasus
kematian ibu tahun 20 di kabupaten Karanganyar.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka kematian bayi (AKB) merupakan jumlah kematian
bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu
tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan faktior penyebab kematian bayi,
tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan

27
program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan soal ekonomi.
Angka kematian bayi di kabupaten Karanganyar tahun 2016 sebesar
14,2/1000KH, naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 12,8/1000KH,
tahun 2014 sebesar 10,5/1000KH, sedang tahun 2013 sebesar
9,9/1000KH, tahun 2012 sebesar 10,1/1000 KH, dan tahun 2011
sebesar 9,23/1000KH. Berikut grafik perkembangan angka kematian
bayi (AKB) kabupaten karangannyar tahun 2011-2016:

Grafik : angka kematian bayi (AKB) dan jumlah kematian bayi di Kab.
Karanganyar tahun 2011-2016

Kasus kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 180 kasus,


yang terbanyak di wilayah puskesmas Karanganyar yaitu sebanyak 25
kasus dan terendah di wilayah puskesmas kebakkramat II sebanyak 1
kasus. Kasus kematian bayi adalah jumlah kasus kematian Neonatal
ditambah jumlah bayi. Berikut ini peta kematian bayi di
kab.Karanganyar pada tahun 2016.
Gambar : Peta persebaran kematian bayi di kab. Karanganyar tahun
2016

28
3. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (AKABA) merupakan perbandingan
jumlah anak berumur 1-5 tahun yang meninggal di suatu wilayah
tertentu selama 1 tahun dibagi jumlah kelahiran hidup di wilayah yang
sama dalam kurun waktu 1 tahun 1000.
Pada tahun 2016 terdapat 28 kasus anak balita mati, naik
dibanding tahun 2015 terdapat 23 anak balita mati, sedang tahun 2014
terdapat 19 anak balita mati, dan tahun 2011 terdapat 23 anak balita
mati. Angka kematian balita (AKABA) tahun 2016 sebesar
2,2/1000KH, sedangkan tahun 2015 sebesar 1,8/1000KH, tahun 2014
sebesar 1,5/1000KH, tahun 2013 sebesar 1,6/1000KH, tahun 2012
sebesar 0,7/1000KH, dan tahun 2011 sebesar 1,8/1000KH. Berikut ini
perkembangan Jumlah Kasus Kematian Anak Balita di
Kab.Karanganyar tahun 2011-2016.
Grafik : angka kematian balita (AKABA) dan jumlah kasus kematian
anak balita di karanganyar tahun 2011-2016.

29
Kasus kematian anak balita tertinggi di wilayah puskesmas
Jumantono, Tasikmadu, Jaten II, dan Puskesmas Jenawi yaitu sebanyak
3 kasus, sedangkan wilayah yang tidak ada kasus kematian anak balita
meliputi puskesmas Jatipuro, Jatiyoso, Tawangmangu, Colomadu I,
Kebakkramat I, Kebakkramat II dan Jenawi. Berikut ini peta
persebaran kasus kematian anak balita tahun 2016 di kab. Karanganyar
dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar : Peta persebaran kematian anak balita di kab. Karanganyar


tahun 2016

C. Status Gizi Masyarakat


Jumlah balita yang ada tahun 2016 sebanyak 63.731, yang
ditimbang sebanyak 49.911 (78,3%), sedang tahun 2015 sebanyak 62.374,
yang ditimbang sebanyak 48.591 (77,9%), tahun 2014 sebanyak 63.210,
yang ditimbang 48.909 (77,4%), tahun 2013 sebanyak 64.437, yang
ditimbang sebanyak 50.877 (80,37%), tahun 2012 sebanyak 65.591, yang

30
ditimbang sebanyak 52.7177 (80,37%), dan tahun 2011 sebanyak
(73,26%). Dari balita yang ditimbang pada tahun 2016 status balita garis
merah sebanyak 413 (0,8%), sedang kasus balita gizi buruk yang
ditemukan sebanyak 22 balita, semua balita gizi buruk yang diketemukan,
semuanya mendapatkan perawatan.
Kasus penemuan gizi buruk tertinggi pada tahun 2016 ditemukan
di wilayah Puskesmas Gondangrejo sebanyak 7 balita, dan penemuan gizi
buruk terendah di wilayah puskesmas jatipuro, jatiyoso, Jumapolo,
Tawangmangu, Ngargoyoso, Karanganyar, Jaten I, Colomadu I,
Kebakkramat II, Mojogedang I, dan Kerjo dengan tidak ada penemuan
kasus. Berikut peta persebaran penemuan kasus gizi buruk di
kab.Karanganyar tahun 2016, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar : Peta Penemuan Kasus Gizi Buruk di Kab. Karanganyar Tahun


2016

Pendataan gizi buruk di kabupaten Karanganyar didasarkan pada 2


kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur
(BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan
tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan
membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan,
jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua
kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan
menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata
balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan
gizi buruk sesuai pedoman di posyandu dan puskesmas. Jika ternyata

31
terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di
puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit.

D. Umur Harapan Hidup (UHH)


Umur harapan hidup dianggap sebagai indikator umum bagi taraf
hidup, maka tingginya umur harapan hidup menunjukkan tingginya tingkat
taraf hidup suatu wilayah dan sebaliknya. Data terakhir BPS kab.
Karanganyar, UHH kabupaten karanganyar tahun 2016 sebesar 77,11.
Angka tersebat masih sama dengan tahun 2015 sebesar 77,11, sedangkan
tahun 2014 sebesar 76,71, tahun 2013 sebesar 76,70 tahun 2012 sebesar
76,67, dan tahun 2011 sebesar 76,64. Ini berarti kondisi taraf hidup di
kabupaten karanganyar terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.

D. Situasi Upaya Kesehatan


Sistem kesehatan nasional adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna terjaminnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Dalam SKN dinyatakan bahwa upaya kesehatan sangat luas, meliputi
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
juga meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dalam pengelolaan upaya kesehatan juga bisa dilihat dari beberapa aspek sebagai
berikut :
1. Pelayanan kesehatan dasar
2. Pelayanan kesehatan rujukan
3. Akses dan mutu pelayanan kesehatan
4. Pembinaan kesehatan lingkungan
5. Pembinaan perilaku hidup masyarakat
6. Pelayanan kesehatan terhadap penduduk diluar kabupaten karanganyar

A. Pelayanan kesehatan dasar


1. Pelayanan kesehatan ibu
a. Pelayanan antenatal (K1 dan k4)
Merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil oleh
tenaga kesehatan terampil sebanyak 4 kali dengan interval 1 kali di
trimester pertama, 2 kali di trimester kedua, dan 1 kali di trimester

32
ketiga. Pelayanan yang diberikan berupa penimbangan berat badan,
pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet Fe, pemberian imunisasi
TT, dan konsultasi.
Cakupan K4 kabupaten karanganyar di tahun 2016 yaitu 91,9%
dari 13.944 ibu hamil hal ini menurun dari tahun 2015 sebanyak
93,2% dari 14.308 ibu hamil.
b. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
Cakupan persalinan oleh tenaga professional tahun 2016 sebanyak
100% dari total ibu hamil 12.692 naik dibandingkan tahun 2015
yaitu 95,3%.
c. Pelayanan ibu nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 jam paska persalinan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas
dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali yaitu :
1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan
3 hari setelah persalinan
2. Kunjungan nifas kedua dalam waktu dua minggu setelah
persalinan
3. Kunjungan nifas ketiga yaitu 6 minggu setelah persalinan

Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2016 yaitu 12.612 atau
99,4%.
d. Ibu hamil mendapat tablet Fe
Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan
memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan
untuk menurunkan angka anemia pada balita, bumil, bufas, remaja
putri dan WUS.
2. Pelayanan kesehatan neonatus dan bayi
a. Kunjungan neonatus (KN1 dan KN2)
Kunjungan ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
risiko gangguan kesehatan pada neonatus. Kunjungan ini dilakukan
minimal 3 kali, satu pada usia 0-7 hari dan 2 kali pada umur 8-
28 hari.
Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan dasar (resusitasi,
pencegahan hipotermia, pemberian asi dini dan eksklusif,

33
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, kulit, tali pusat, dan
pemberian imunisas), pemberian vitamin K, manajemen terpadu
bayi muda, dan penyuluhan perawatan neonatus.
Kunjungan neonatus 1 tahun 2016 sebanyak 99,9% sedangkan
untuk KN3 sebanyak 98,9%.
b. Pelayanan kesehatan bayi
Pelayanan kesahatan bayi menjadi salah satu indikator yang bisa
menjadi ukuran upaya pelayanan kesehatan pada bayi mulai dari
usia 29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan
pelayanan klinis minimal 4 kali yaitu 29 hari-2 bulan, 3-5 bulan, 6-
8 bulan, dan 9-12 bulan sesuai standar suatu wilayah kerja.
Pelayanan terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian
imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang
bayi, pemberiaan vitamin A, perawatan kesehatan serta ASI
eksklusif, MP-ASI, dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di karanganyar pada tahun
2016 sebesar 95,2%.
3. Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah
a. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah yang
dimaksud adalah anak usia 1-6 tahun yang dilakukan deteksi dini
pertumbuhan dan perkembangannya sesuai standar oleh tenaga
kesehatan dan dideteksi sesuai jadwalnya. Standar pelayanan
minimal menargetkan paling sedikit 2 kali pertahun balita dan usia
prasekolah mendapatkan pemantauan perkembangan setiap
tahunnya. Upaya pemantauan kesehatan anak diarahkan untuk
meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak dengan
perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa
krisis atau periodeemas tumbuh kembang anak. Cakupan deteksi
dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah di kabupaten
karanganyar pada tahun 2016 sebanyak 77,9%.

b. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

34
Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan
kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan MI yang meliputi
pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata,
ketajamann pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional
dan kebugaran jasmani. Cakupan program ditahun 2016 sebesar
98,8%.
c. Pelayanan kesehatan remaja

Pemeriksaan kesehatan remaja adalah pemeriksaan kesehatan siswa


kelas 1 SMP dan setingkat dan siswa kelas 1 SMA dan diberikan
penyuluhan mengenai PHBS.
4. Pelayanan keluarga berencana
a. Peserta KB baru
Peserta KB baru adalah akseptor yang pada saat ini memakai
kontrasepsi untuk menjarangkankehamilan atau kesuburan. Jumlah
pasangan usia subur di kabupaten karanganyar tahun 2016
sebanyak 165.114 pasang dengan peserta KB aktif tahun 2016
sebanyak 133.234 (80,7%) dengan rincian pilihan alat KB yaitu
IUD 15,4%, MOP/MOW 0,0%/2,8%, implant 11,9%, suntik
59,9%, pil 7,6%, dan kondom 8,1%.
b. Peserta KB aktif
Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan jumlah peserta KB
aktif dengan pasangan usia subur. Cakupan KB aktif menunjukan
tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara pasangan usia subur.
5. Pelayanan imunisasi
a. Presentase desa yang mencapai UCI
Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa
pencapaian UCI yang berdasarkan indikator cakupan imunisasi
dasar lengkap yang meliputi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib
3 kali, polio 4 kali, dan campak 1 kali pada bayi usia 1 tahun
dengan cakupan minimal 85% dari jumlah sasaran bayi di desa,
presentase UCI di kabupaten karanganyar yaitu 98,9% atau 175
dari 177 desa.
b. Cakupan imunisasi bayi

35
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi
baik program rutin maupun program tambahan untuk penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sebagai indikator
cakupan imunisasi bayi dapat dilihat dari cakupan imunisasi
campak, karena campak merupakan imunisasi terakhir yang
diberikan pada bayi umur 9 bulan dengan harapan imunisasi
sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap.
Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga
melaksanakan program imunisasi tambahan yaitu program bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS) DT, campak, yang diberikan pada
semua anak usia kelas 1 SD dan setingkatnya. Sedangkan BIAS TT
diberikan pada semua anak usia kelas 2 dan 3 SD atau
setingkatnya.
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di kabupaten karanganyar
tahun 2016 adala 12.651 bayi.
c. Drop out imunisasi DPT 1-campak
Untuk menilai angka dropout cakupan imunisasi dasar dilihat dari
selisih cakupan imunissi DPT 1 dikurangi imunisasi campak.
d. WUS mendapat imunisasi TT
Imunisasi TT pada WUS adalah pemberian imuniasi TT pada WUS
(usia 15-39 tahun) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang
beguna bagi kekebalan seumur hidup.
6. Pelayanan kesehatan gigi
a. Rasio tambal cabut gigi tetap
b. Murid SD/MI mendapat pemeriksaan gigi dan mulut

7. Pelayanan kesehatan usia lanjut


Pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut yang dimaksud
adalah penduduk usi 45 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan. Yang dimaksud usia pra lanjut adalah pasien dengan usia
45-59 tahun dan usia lanjut adalah usia 60 tahun keatas. Cakupan
pelayan usia pra lanjut dan usia lanjut kabupaten karanganyar pada
tahun 2016 adalah 9,46%.

36
8. Pelayanan kesehatan kerja
Beberapa upaya yang dilakukan di kabupaten karanganyar ialah
pembinaan upaya pengembangan pelayanan kesehatan kerja pada
puskesmas dikawasan/sentra industri. Peningkatan kapasitas dokter
puskesmas dan dokter klinik tentang pelayanan kesehatan kerja dan
deteksi dini penyakit akibat kerja, serta meningkatkan kerjasama lintas
sektor dan lintas program dalam pengembangan pelayanan kesehatan
kerja baik di puskesmas maupun di masyarakat.
9. Upaya penyuluhan kesehatan
Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara dasar dan berencana
yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-
prinsip pendidikan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kelompok
adalah penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sasaran tertentu
sedangkan untuk penyuluhan massa adalah penyuluhan dengan sasaran
massa seperti : media cetak, pameran, media cetak dan elektronik dan
lain-lain.
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan
1. Komplikasi kebidanan yang ditangani
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada
ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan. Diperkirakan 15-20 persen ibu hamil akan mengalami
komplikasi kebidanan. Komplikasi kehamilan dan kebidanan tidak
selalu dapat diduga sebelumnya. Oleh karena itu semua persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang mampu agar komplikasinya
dapat segera ditangani.
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah keadaan ibu hamil yang
mengancam jiwanya dan janinnya. Misalnya umur, paritas, interval
dan tinggi badan. Sedang komplikasi pada proses persalinan adalah
keadaan dalam proses persalinan yang mengancam jiwa ibu dan
janinnya. Misalnya perdarahan, preeklamsia, infeksi jalan lahir, dan
letak lintang. Ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi yang ditangani

37
adalah ibu hamil dengan resiko tinggi dan komplikasi yang harus
ditangani maupun diberi rujukan oleh tenaga kesehatan.
Cakupan ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi ditangani
untuk tahun 2016 sebesar 87.4 persen dari total 13944 ibu hamil. Naik
dibanding 2015 sebesar 79.3 persen dari total 14308 ibu hamil.
Cakupan ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi paling banyak adalah
di daerah Puskesmas kecamatan Jumapolo yaitu sebesar 192 kasus
atau sekitar 149.5 persen dari ibu hamil resiko tinggi yang
diperkirakan. Sedangkan penanganan kasus terendah di wilayah
Kebakkramat II yaitu sebesar 35 kasus atau 37.2 persen.

2. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani


Neonatal dengan komplikasi adalah keadaan neonatal yang
mengancam hidupnya. Misalnya afiksia, BBLR, tetanus, infeksi, dll.
Cakupan neonatal komplikasi tertangani di Kabupaten Karanganyar
adalah sebesar 1663 (87.6 persen) dari jumlah perkiraan neonatal
komplikasi. Sedang tahun 2015 sebesar 2293 (118 persen) dari jumlah
perkiraan neonatal komplikasi.
Cakupan neonatal komplikasi ditangani di Kabupaten
Karanganyar tertinggi di wilayah Puskesmas Jatipuro yaitu sebesar 141
persen. Sedangkan terendah di wilayah Puskesmas Jenawi yaitu
sebesar 50 persen.

3. Pelayanan Gawat Darurat


a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat
yang Dapat Diakses Masyarakat
Adalah cakupan pelayanan kesehatan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menangani pelayanan gawat darurat
sesuai standar dan dapat diakses masyarakat dalam kurun waktu
tertentu. Kemampuan pelayanan kesehatan gawat darurat yg
dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi
puncak kegawatan yaitu henti jantung dan resusitasi jantung-paru-
otak, agar kerusakan organ dapat dihindarkan dan ditekan dengan
bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut. Sedang yang

38
dimaksud sarana kesehatan adalah rumah bersalin, puskesmas dan
rumah sakit.
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2016 adalah 21
puskesmas dengan rincian 13 puskesmas rawat inap dan 8
puskesmas non rawat inap. Dan terdapat 8 rumah sakit dengan
rincian 1 rumah sakit umum daerah (RSUD), 4 rumah sakit swasta,
1 rumah sakit TNI/Polri, 1 rumah sakit khusus bedah dan 1 rumah
sakit ibu dan anak.
b. Pemenuhan Darah di Rumah Sakit
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Transfusi Darah adalah
upaya kesehatan berupa segala tindakan yang dilakukan dengan
tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi kepentingan
pengobatan dan pemulihan kesehatan termasuk kegiatan
pengerahan penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan,
pengolahan, dan penyampaian darah kepada pasien melalui sarana
kesehatan.
Berdasarkan data PMI Kabupaten Karanganyar, bahwa
jumlah pendonor darah di PMI se Kabupaten Karanganyar tahun
2016 adalah sebanyak 6609 orang. Dimana persentase darah yang
diperiksa sebesar 100 persen. Hal ini lebih rendah dibanding tahun
2015 yaitu 7266 orang.

C. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Cakupan Rawat Jalan


Adalah cakupan kunjungan rawat jalan pada sarana kesehatan
swasta maupun pemerintah di daerah tertentu dan dalam kurun waktu
tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan Kabupaten Karanganyar
tahun 2016 adalah sebesar 884157 kunjungan (101.1 persen), naik
dibanding tahun 2015 yang sebesar 853613 kunjungan (98 persen).
2. Cakupan Rawat Inap
Adalah cakupan kunjungan rawat inap pada sarana kesehatan
swasta maupun pemerintah di daerah tertentu dan dalam kurun waktu

39
tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan Kabupaten Karanganyar
tahun 2016 adalah sebesar 55485 kunjungan (6.3 persen), naik
dibanding tahun 2015 yang sebesar 54335 kunjungan (6.2 persen).
3. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan
kejiwaan, meliputi gangguan perasaan, proses pikir, dan perilaku yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosialnya. Cakupan pelayanan kesehatan jiwa
Kabupaten Karanganyar tahun 2016 adalah sebesar 2712 jiwa, naik
dibanding tahun 2015 yang sebesar 1939 jiwa.
4. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan
Adalah cakupan pelayanan kesehatan yang telah mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai
standar yang dapat diakses masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
cakupan kunjungan rawat jalan pada sarana kesehatan swasta maupun
pemerintah di daerah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.
Cakupan pelayanan kesehatan yang telah mempunyai kemampuan
untuk melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai standar Kabupaten
Karanganyar tahun 2016 adalah sama seperti 2015 yaitu 100 persen,
yaitu sebanyak 29 sarana. Meliputi 6 rumah sakit umum, 2 rumah
sakit khusus dan 21 puskesmas.
5. Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan
Spesialis Dasar
RS yang menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesialis
dasar, meliputi spesialis bedah, penyakit dalam, anak dan kandungan.
Data yang ada yaitu dari 8 rumah sakit di Kabupaten Karanganyar,
sebanyak 5 diantaranya memiliki 4 pelayanan kesehatan spesialis
dasar.
6. Sarana Kesehatan dengan Kemampun Gawat Darurat Level 1
Adalah pelayanan kesehatan gawat darurat yang memiliki
dokter umum on site (berada ditempat) selama 24 jam dengan
kualifikasi GELS dan ATLS+ACLS serta memiliki alat transportasi
dan komunikasi. Berdasarkan data tahun 2016 terdapat 21 sarana

40
kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1, meliputi 6 rumah
sakit umum, 2 rumah sakit kusus dan 13 puskesmas rawat inap.

D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan


1. Rumah/bangunan
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
haruslah sehat agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan
produktifitas. Rumah yang tidak sehat merupakan faktor penularan
penyakit terutama penyakit yang berbasis lingkungan.
Rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki beberapa
kriteria. Satu diantaranya adalah bebas dari jentik nyamuk. Bebas dari
jentik nyamuk terutama bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti.
Nyamuk ini dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Penyakit
demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
dengan vektor nyamuk Aedes Aegypti yang dapat mengakibatkan
kesakitan bahkan kematian serta dapat menyebabkan wabah atau
kejadian luar biasa pada wilayah tertentu.
Nyamuk Aedes Aegypti ini tumbuh pada air bersih yang tidak
berhubungan langsung dengan tanah, contohnya bak mandi, tempat
minum burung, ban, pagar bambu dan lain sebagainya. Angka
penderita demam berdarah pada tahun 2016 adalah sebesar 441 kasus,
turun dari tahun 2015 yaitu sebesar 520 kasus.
Data yang tercatat di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2016
terdapat 220178 unit rumah. Naik dari tahun 2015 yaitu sebanyak
218489 unit rumah.

2. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan


Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk
mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan penularan
penyakit serta tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada
masyarakat di sekitarnya.
Tempat pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang
menetap dengan segala karyawan dan peralatan yang dipergunakan

41
untuk membuat dan mengelola makanan bagi konsumen meliputi
restoran, tempat makan, snack bar, tempat penjualan minuman dingin,
industri rumahan makanan dan minuman. Resiko pengelolaan
makanan memiliki pengaruh besar dalam penularan penyakit karena
jumlah konsumen yang banyak dalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu perlu metode dan teknologi yang tepat dalam pembiayaan
dan pengawasannya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi
sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan
sosial.

3. Sarana Kesehatan Lingkungan (Persediaan Air Bersih, Jamban, Tempat


Sampah dan Pengelolaan Air Limbah)
Air minum berkualitas meliputi bukan jaringan perpipaan dan
jaringan perpipaan. Akses air bukan jaringan perpipaan meliputi
sumur gali terlindungi, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan
pompa, terminal air, mata air terlindungi, dan penampungan air hujan.
Sedangkan akses air jaringan perpipaan meliputi PDAM dan
BPSPAM. Jumlah total sarana air bukan jaringan perpipaan dan
jaringan perpipaan sebanyak 114613 sarana dan yang memenuhi syarat
sebanyak 13049 sarana.

E. Pembinaan Perilaku Hidup Masyarakat


1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga maupun kelompok masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif untuk
mengupayakan kesehatan masyarakat. Dengan mewujudkan perilaku
yang sehat diharapkan masyarakat dapat sadar akan kesehatannya serta
tanggap untuk mengunjungi sarana kesehatan tertentu agar angka
kesakitan suaru penyakit dan angka kematian ibu dan anak dapat
diminimalisir.
Dalam rangka mengubah perilaku masyarakat menjadi perilaku
yang sehat telah dicanangkan program PHBS (Perikaku Hidup Bersih

42
dan Sehat). Dalam kegiatan PHBS terdiri dari beberapa sasaran
kegiatan yaitu PHBS tatanan institusi, tempat umum dan rumah
tangga. Dimana PHBS rumah tangga memiliki pengaruh paling besar
untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi perilaku yang bersih
dan sehat. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2016 dari
177952 rumah yang dipantau, sebanyak 100 persen atau 177952 rumah
yang berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Posyandu
Posyandu adalah kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan untuk
masyarakat sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan praarana
posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat
di sekitarnya. Berdasarkan laporan puskesmas tahun 2016 tercatat
1402 posyandu, naik dibanding tahun 2015 tercatat 1393 posyandu.
3. ASI Eksklusif
Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi, karena itu untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan secara esklusif
selama 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak usia 2 tahun.
Pada tahun 2016, pemberian ASI eksklusif tercatat sebesar
7024 bayi atau 61.1 persen dari jumlah bayi umur 0-6 bulan sebanyak
11488 bayi, naik dibanding tahun 2015. Tercatat dari 10956 bayi, 58.1
persen atau sejumlah 6362 diantaranya diberi ASI eksklusif. Menurut
analisis situasi yang telah dilakukan, rendahnya cakupan ASI di
Kabupaten Karanganyar dikarenakan :
a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6
bulan yang tidak ada masalah medis.
b. Masih banyaknya perusahaan yang memperkerjakan perusahaan
yang memperkerjakan perempuan dan tidak memberi kesempatan
bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan
pemberian ASI secara eksklusif.
c. Masih banyak tenaga kesehatan di tingkat layanan yang belum
peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk

43
mendapatkan ASI eksklusif, yaitu masih mendorong untuk member
susu formula.
d. Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI.
e. Belum maksimalnya edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye
terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit
melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM).

E. Situasi Sumber Daya Kesehatan


Menurut undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang
dimaksud dengan sumber daya dibidang kesehatan segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat
A. Sarana Kesehatan
Jenis Sarana 2015 2016
Puskesmas dengan rawat inap 14 14
Puskesmas tanpa rawat inap 7 7
Puskesmas pembantu 57 57
Puskesmas keliling 221) 281)
Posyandu 1.393 1.402
PKD 1552) 1582)
Rumah sakit umum 6 6
Rumah sakit khusus 2 2
Apotik pemerintah 1 1
Apotik swasta 106 107
4)
Rumah bersalin 24
Balai pengobatan 32
1) Puskesmas keliling dalam proses diusulkan lelang
2) Jumlah PKD tahun 2015 adalah jumlah PKD yang berfungsi aktif
memberikan pelayanan kesehatan di kabupaten karanganyar
3) Sesuai permenkes No 9 tahun 2014 tentang sarana kesehatan yaitu
untuk sarana rumah bersalin, balai pengobatan/klinik, dan praktek
dokter bersama berubah menjadi klinik pratama dan klinik utama

44
4) Jumlah sarana kesehatan klini pratama 34 buah dan klinik utama 6
buah
Dalam menilai kerja rumah sakit, indikator yang digunakan adalah
a. Pemakaian tempat tidur
Pemakaian tempat tidur yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah
60-80%. Presentase rata-rata di rumah sakit kabupaten karanganyar
pada tahun 2016 adalah 63,3% sedangkan pada tahun 2015 adalah
48,36%. Pemakaian tempat tidur tertinggi di RSU PKU
Muhammadiyah Karanganyar yaiut sebesar 85,4% dan terendah di
RSUA Dian Pertiwi sebanyak 14,4%
b. Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
Nilai ideal ALOS antara 6-9 hari. ALOS rata-rata di rumah sakit
kabupaten karanganyar pada tahun 2016 adalah 3,6 hari. Nilai LOS
tertinggi terjadi di RSU PKU Muhammadiyah Karanganyar sebesar
4,3 hari dan terendah di RSKB Mojosongo sebanyak 2,17 hari
c. Rata-rata tempat tidur tidak ditempati (TOI)
Nilai ideal TOI adalah 1-3 hari. TOI rata-rata di rumah sakit
kabupaten karanganyar pada tahun 2016 adalah 1,8 hari turun
dibandingkan tahun 2015 2,70 hari. TOI paling lama di RSU indo
sehat yaitu 16 hari dan tercepat di RSU PKU Muhammadiyah
Karanganyar yaitu 0,6 hari
d. Angka kematian umum penderita yang dirawat (GDR)
GDR rata-rata di rumah sakit kabupaten karanganyar pada tahun 2016
adalah 21,0 naik dibandingkan GDR tahun 2015 sebesar 15,77. GDR
tertinggi di RSUD karanganyar sebesar 29 dan terendah di RSIA dian
pertiwi sebesar 2,6 dikarenakan tidak mengirimkan data
e. Angkat kematian yang dirawat <48 jam (NDR)
NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1000 penderita keluar. NDR
kabupaten karanganyar tahun 2016 sebesar 13,7 hari naik dibanding
tahun 2015 sebesar 10,03 hari.

45
B. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya manusia kesehatan menurut undang-undang Republik
Indonesia tahun 36 Tahun 2014 adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Karakteristik Pegawai berdasar Jenis Tenaga di Kabupaten Karanganyar


tahun 2015-2016
Jenis Tenaga PNS dan Non PNS 2015 2016
Dokter spesialis 80 85
Dokter umum 117 107
Dokter gigi 34 44
Sarjana kesehatan masyarakat 14 15
Perawat 609 713
Bidan 554 491
Tenaga gizi 33 34
Tenaga kesehatan lingkungan 34 35
Tenaga kefarmasian 92 113
Tenaga analisis laboratorium 65 74
Tenaga fisioterapis 41 41

BAB III

HASIL

A. Hari Pertama, Kamis, 10 Agustus 2017


1. Koordinasi dan survei lapangan sekaligus penjelasan Bidang Sumber Daya
Kesehatan

46
Pada hari pertama kami menemui bapak Sunarto, S.KM, M.Kes
selaku penanggung jawab kegiatan dokter muda sekaligus bagian seksi
Sumber Daya Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten
(Dinkes) Karanganyar. Setelah itu, kami disambut oleh kepala dinas
Dinkes Karanganyar yang diwakili oleh dr. Ita Kusumawati, M.Kes selaku
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mengenai struktur organisasi
Dinkes dan profil kesehatan masyarakat di wilayah kerja Dinkes
dilanjutkan dengan materi orientasi. Kami kemudian mengumpulkan
informasi mengenai profil data Kabupaten Karanganyar, profil data Dinas
Kesehatan Karanganyar, serta tugas dan fungsi struktural Dinas Kesehatan
Karanganyar untuk keperluan data laporan kegiatan dokter muda di
Dinkes Karanganyar.
Kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan bagian Sumber Daya
Kesehatan. Bidang SDK membawahi tiga seksi yaitu seksi kefarmasian,
seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, serta
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.

2. Penjelasan Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular


dan tidak menular.

Bimbingan pertama mengenai program pencegahan dan penyakit


menular dan tidak menular disampaikan oleh Ibu Rita Sari Dewi, S.KM,
M.Kes. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
(P2PM) harus diperhatikan mengingat prevalensi penyakit menular di
Indonesia masih cukup tinggi. Program pada bidang ini juga meliputi
penanggulangan untuk penyakit terkait hewan atau dikenal sebagai
zoonosis. Salah satu penyakit menular yang masih menjadi konsentrasi
dari Dinkes Karanganyar untuk ditekan angkanya adalah penyakit Demam
Berdarah Dengue atau kita kenal dengan DBD. Dinkes Karanganyar
memiliki beberapa upaya untuk mencegah dan menekan angkan kejadian
DBD, beberapa upaya tersebeut adalah:
a. Melantik Jumantik kader DB.

47
b. Melakukan kunjungan rumah sebagai upaya untuk pemberantasan
sarang nyamuk.
c. Melakukan kunjungan dari tim Dinkes ke rumah-rumah yang memiliki
kasus DB dan mengevaluasi lingkungan sekitar.
d. Program tilik tangga yang merupakan inovasi baru dari Dinas
Kesehatan Karanganyar untuk memonitor tempat-tempat yang
berpotensi menjadi tempat jentik nyamuk.
e. Melakukan fogging sebagai alternatif lainnya.
Dalam hal ini, kegiatan fogging dirasa kurang efektif dan tidak
dapat menyelesaikan masalah secara tuntas, tetap harus dipadukan dengan
alternatif lain untuk memberantas DB secara keseluruhan. Selain DB ,
penyakit menular yang menjadi konsentrasi Dinkes Karanganyar adalah
penyakit Tuberculosis.
Selain dua hal diatas, Dinkes Karanganyar juga berfokus pada
screening HIV, penemuan kusta dan pengobatannya. Screening HIV
dilakukan pada kelompok berisiko tinggi seperti ibu hamil, PSK, penderita
TB, LSL, dan transgender.
Tak terbatas pada penyakit menular, Dinkes Karanganyar juga
memiliki Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular (P2PTM) dan Kesehatan Jiwa (Keswa). Program unggulan dari
P2PTM di Kabupaten Karanganyar salah satunya adalah Poli IVA yang
terdapat di puskesmas Kabupaten Karanganyar. Program ini diharapkan
dapat meningkatkan penemuan kasus kanker serviks pada stadium awal.
Program unggulan lainnya adalah Posbindu. Posbindu memiliki
tujuan untuk mendeteksi penyakit tidak menular pada masyarakat sedini
mungkin, biasanya mulai dilakukan pada masyarakat dengan usia 18 tahun
ke atas. Program ini melibatkan berbagai tenaga kesehatan seperti dokter
dan perawat yang berada dalam naungan Dinkes Karanganyar. Posbindu
Karanganyar dilakukan satu kali dalam sebulan sebgai upaya pencegahan
dan penanggulangan penyakit tidak menular.
Seksi Surveilan dan penanggulangan wabah juga menjadi perhatian
Dinkes Karanganyar. Kegiatan bidang ini meliputi screening dan

48
pemeriksaan calon jamaah haji, imunisasi serta kampanye mengenai
imunisasi measles dan rubella dalam bulan Agustus-September ini.

3. Bimbingan Bagian Sekretaris


Kegiatan bimbingan kedua adalah penjelasan mengenai profil
Kabupaten Karanganyar dan Dinkes karanganyar oleh Bapak Fatkul
Munir, SKM, M.Kes selaku Kepala Sekretariat Dinkes Karanganyar.
Beliau memberi penjelasan mengenai profil kesehatan Kabupaten
Karanganyar yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tugas dan
fungsi Dinkes. Beliau menjelaskan bahwa Dinkes merupakan
perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah yang ditugaskan untuk
mengurus urusan wajib pemerintah dalam bidang kesehatan. Dinas
kesehatan juga berfungsi sebagai lembaga regulasi yang meneruskan
kebijakan maupun arahan dari pemerintah pusat.
Regulasi yang telah diolah dan dihasilkan oleh Dinkes kemudian
dirancang oleh pelaksana kegiatannya. Khusus pelaksana kegiatan-
kegiatan yang dicanangkan Dinkes Kabupaten Karanganyar terdapat Unit
Pelaksana Teknis (UPT) sebagai pelaksana teknis di Kabupaten. UPT
meliputi UPT pemerintahan dan non-pemerintahan. Puskesmas adalah
bentuk UPT pemerintahan, sedangkan UPT non-pemerintahan diwakili
oleh lembaga profesi yang dilaksanakan oleh masyarakat profesi seperti
klinik kesehatan. Dalam waktu dekat ini juga sedang dirancang untuk
penambahan UPT yakni rumah sakit.
Sesi diskusi diakhiri tanya jawab diantaranya penjelasan mengenai
pengobatan komplementer yang ada di lingkungan Kabupaten
Karanganyar. Dalam hal ini dijelaskan bahwa di Kabupaten Karanganyar
sudah terdapat beberapa puskesmas yang memiliki klinik jamu. Pasien
ditawarkan untuk memilih jenis pengobatan yang akan dijalani.

B. Hari Kedua, Jumat, 11 Agustus 2017


1. Penjelasan Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes)
Kegiatan bimbingan hari kedua diawali dengan penjelasan
mengenai pelaksanaan sistem jaminan kesehatan secara keseluruhan.
Penjelasan diberikan oleh Bidang Pelayanan Kesehatan yang disampaikan

49
oleh drg Dwi Rusharyarti selaku kepala bidang pelayanan kesehatan.
Komponen sistem jaminan kesehatan terdiri dari badan penyelenggara,
pemberi layanan kesehatan, dan peserta jaminan kesehatan.
Bidang Pelayanan Kesehatan memiliki tiga seksi yaitu pelayanan
dasar, rujukan, dan pengobatan tradisional. Seksi pelayanan dasar
memiliki 4 tugas antara lain yaitu:
a. Pelayanan dan manajemen puskesmas, yaitu menyiapkan bahan
pembinaan manajemen dan teknis pelayanan kesehatan dasar di
puskesmas dan menyiapkan bahan bimbingan terkait penanganan
penyimpangan manajerial dan teknis kesehatan pada lembaga
pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah dan swasta berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
b. Perizinan, yaitu mengurusi perizinan pada unit-unit pelayanan
kesehatan seperti kilinik pratama dan puskesmas. Klinik pratama
merupakan klinik dengan dokter umum sebagai penanggung jawab
pasien.
c. Akreditasi, yaitu mengurusi pelaksanaan akreditasi terutama akreditas
puskesmas di wilayah Karanganyar. Telah tercatat terdapat 4
puskesmas di Karanganyar yang telah terakreditasi, serta terdapat 4
puskesmas yang sedang mempersiapkan akreditasi dalam waktu dekat
ini. Ditargetkan seluruh puskesmas di Karanganyar yang berjumlah 21
akan terakreditasi semuanya pada tahun 2018.
d. Monitoring, yaitu melakukan monitoring hasil laporan dari puskesmas
dan klinik yang dilakukan setiap tahun.
Seksi rujukan yang mengurusi tentang perizinan klinik utama
dan rumah sakit baik negri maupun swasta. Klinik utama merupakan
klinik dengan dokter spesialis sebagai penanggung jawab pasien.
Klinik utama maupun rumah sakit dapat menjadi rujukan dari klinik
pratama dan puskesmas.
Seksi pengobatan tradisional mengurusi tentang pendaftaran
penyehat tradisional dan pengobat tradisional di wilayah Karanganyar.
Beliau juga menjelaskan mengenai Sistem Kesehatan Kabupaten yang
mulai dicanangkan pada tahun 2015, yang meliputi: upaya kesehatan,

50
pembiayaan kesehatan, sediaan farmasi dan makanan, Sumber Daya
Manusia Kesehatan, menajemen informasi dan regulasi kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat.

C. Hari ketiga, Senin, 14 Agustus 2017


1. Penjelasan Bidang Kesehatan Masyarakat
Kegiatan hari ketiga diawali dengan penjelasan Bidang Kesehatan
Masyarakat oleh Ibu Purwati, SKM, M.Kes selaku Kepala Bidang
Kesehatan Masyarakat. Bidang Kesehatan Masyarakat memiliki 3 seksi
yakni:
a) Gizi dan kesehatan keluarga,
Seksi ini berkaitan dengan gizi dan kesehatan dari bayi sampai
lansia. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
Dinkes Karanganyar mengadakan sosialisasi bersama bupati di 17
kecamatan. Kader mendampingi ibu hamil yang berisiko tinggi sampai
melahirkan bayi. Untuk menurunkan angka kematian bayi, Dinkes
Karanganyar mengadakan pelatihan bidan berupa pelatihan resusitasi,
MTBS, dan MTBM.
b) Kesehatan lingkungan dan olah raga
Dinkes Karanganyar sedang berusaha menjalankan program
jambanisasi sebanyak 3000 jamban. Kesehatan lingkungan di sarana
pendidikan baru mencapai 80% dan 30 % di tempat umum.
c) pemberdayaan dan promosi.
Dinkes Karanganyar sedang menggalakkan promkes berupa
Gerakan Masyarakat (Germas) yakni: aktivitas fisik, makan sayur dan
buah, serta memeriksakan kesehatan secara rutin. Dinkes Karanganyar
juga melakukan program pemantauan gizi. Setiap desa sudah memiliki
posyandu balita dan lansia. Selain itu Dinkes Karanganyar juga sedang
menggalakkan program Desa Siaga Sehat Sejahtera (DS3).

51
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dokter muda mengetahui struktur organisasi yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Karanganyar. DKK Karanganyar dipimpin oleh Kepala Dinas
Kesehatan yang membawahi empat bidang, yaitu bidang Kesehatan
Masyarakat, Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, dan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Dinas Kesehatan Kabupaten
(DKK) Karanganyar merupakan Dinas Pelaksana Pemerintah Daerah di
bidang kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan
otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi di bidang
kesehatan. DKK Karanganyar membawahi 21 puskesmas yang tersebar di
dalam 17 kecamatan.
2. Dokter muda mengetahui tugas dan program kerja yang dilakukan di
masing-masing bidang yang terdapat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar. Masing-masing bidang berkoordinasi dengan pihak terkait
dalam menjalankan dan menunjang tugas pokok dan fungsi bidang. Selain

52
itu, tiap bidang juga berkoordinasi dengan Puskesmas yang ada di wilayah
Karanganyar sebagai pelaksana tugas dan fungsinya.
3. Dokter muda mengetahui tugas dan program kerja yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar dalam upaya untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Beberapa program yang telah
dilakukan oleh DKK Karanganyar antara lain pelatihan kader jumantik
(juru pemantau jentik), program tilik tetangga, poli IVA di setiap
Puskesmas, pemeriksaan VCT untuk setiap ibu hamil (terutama pada
trimester 1), Posbindu BTN sebagai deteksi dini penyakit tidak menular,
serta tim gerak cepat dalam penanggulangan wabah.
4. Dokter muda mengetahui gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat,
situasi upaya kesehatam, dan sumber daya kesehatan Kabupaten
Karanganyar.
B. SARAN
1. Diharapkan kinerja DKK Karanganyar dapat semakin optimal dalam
melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan
tugas desentralisasi di bidang kesehatan.
2. Program-program yang sudah berjalan lebih ditingkatkan lagi monitoring
dan evaluasinya. Kegiatan promotif, preventif dan pemberdayaan
masyarakat untuk seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar dalam upaya
kemandirian kesehatan lebih dimaksimalkan.
3. Dokter muda diharapkan lebih aktif dalam bertanya dan berpendapat
dalam mengikuti program pembelajaran yang dilakukan di DKK
Karanganyar, sehingga dapat memiliki bekal yang bermanfaat untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya di lapangan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar (2016). Profil kesehatan Kabupaten


Karanganyar 2016. Karanganyar: Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar.

Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 78 tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan
Fungsi Jabatan Struktural pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
(2009).

Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 2 Tahun 2009 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Karanganyar (2009).

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 78 tahun 2009 tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan (2009).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (2009).

54

Anda mungkin juga menyukai