Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009. Kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Oleh karena itu,
setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam
arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak.1,2
Pembangunan nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa
dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Salah
satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan.
Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan ditetapkan bahwa
pembangunan

kesehatan

diselenggarakan

dengan

berasaskan

perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan


terhadap hak dan kewajiban, gender, dan nondiskriminatif dan norma-norma
agama.3,4,5
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk tercapainya kehidupan sehat
bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diselenggarakan upaya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan

dan

upaya

kesehatan

masyarakat.

Upaya

kesehatan

diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,


menyeluruh dan berkesinambungan.1,2,3
Menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2014, puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.4 Penyelenggaraan
Puskesmas

perlu

ditata

ulang

untuk

meningkatkan

aksesibilitas,

keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat


masyarakat serta menyukseskan program jaminan sosial nasional. Oleh
karena itu, perlu adanya standar minimal dalam manajemen Puskesmas.4,5,6
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

828/Menkes/SK/IX/2008 tentang petunjuk teknis standar pelayanan minimal


bidang kesehatan di kabupaten/kota, Standar Pelayanan Minimal (SPM)
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal. Terdapat indikator SPM yang merupakan tolak ukur prestasi
kuantitatif dan kualitatif dalam menentukan mutu pelayanan Puskesmas yang
bersangkutan.3Indikator SPM ini disesuaikan dengan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) pada Puskesmas, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak serta
Keluarga

Berencana

(KIA-KB),

usaha

peningkatan

gizi,

kesehatan

lingkungan, promosi kesehatan, serta Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Menular (P2M). Selain itu indikator SPM juga harus meliputi Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) berupa pengobatan.7,8,9,10
Salah satu Puskesmas di Magelang, yaitu Puskesmas Kaliangkrik
yang memiliki visi Menjadi Puskesmas dengan Pelayanan Prima, Menuju
Masyarakat Kaliangkrik Sehat. Adapun misinya adalah memberikan
pelayanan

kesehatan

yang

efisien,

berkualitas

dan

professional,

meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan, meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, serta


meningkatkan fungsi manajemen secara efektif dan efisien dan meningkatkan
mutu pelayanan.
Oleh karena itu, peninjauan manajemen dan mutu pelayanan
Puskesmas Kaliangrik yang dilaksanakan pada 17 September 2016 21
September 2016 untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan
pelaksanaan manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan periode Januari
Agustus 2016 serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam rangka
upaya perbaikan kinerja Puskesmas.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen
Puskesmas dan mutu pelayanan di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari
Agustus 2016 serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam
rangka memperbaiki kinerja Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan dan menganalisis data umum
maupun khusus di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus
2016.
b. Mahasiswa mampu membuat dan menganalisis SPM (Standar
Pelayanan Minimal) di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari
Agustus 2016.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan
yang ada di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus 2016.
d. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah yang ada di
Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus 2016.
e. Mahasiswa mampu mencari dan menganalisis simple problem dan
kompleks problem dalam manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan
di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus 2016.

f. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas


masalah yang ditemukan di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari
Agustus 2016.
g. Mahasiswa mampu membuat alternatif pemecahan masalah dari
masalah yang ada di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus
2016.
h. Mahasiswa mampu mengambil keputusan dari alternatif pemecahan
masalah yang ada di Puskesmas Kaliangkrik

periode Januari

Agustus 2016.
i. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah
(POA) dalam manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan di
Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus 2016.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian tentang manajemen dan mutu pelayanan Puskesmas
dilakukan pada tanggal 17 September 2016 21 September 2016 bertempat
di Puskesmas Kaliangkrik, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.Data primer
diperoleh dari wawancara dengan kepala Puskesmas, dokter, pemegang
program dan staf Puskesmas untuk memperoleh informasi program pelayanan
di Puskesmas Kaliangkrik. Data sekunder diperoleh dari catatan tertulis yang
ada di Puskesmas Kaliangkrik periode Januari Agustus 2016.
Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif sehingga diketahui
permasalahan yang ada. Batasan masalah adalah hasil kegiatan di Puskesmas
dibagi target bulan berjalan dikalikan 100%, lalu prosentase tersebut dibagi
target dari Departemen Kesehatan RI dikalikan 100%, cakupan yang tidak
mencapai 100% menjadi masalah yang akan dianalisa penyebabnya,
kemudian ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari

prioritas masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan


pendekatan sistem dan dimensi mutu. Analisis faktor penyebab masalah
dengan pendekatan sistem dimasukkan ke dalam fish bone analyze. Penyebab
masalah yang ada diprioritaskan dengan paired comparison. Dengan
menggunakan tabel dan diagram Pareto, dipilihlah penyebab masalah yang
akan dipecahkan. Penyebab masalah yang telah terpilih kemudian dicari
alternatif pemecahan masalahnya. Kemudian dilakukan pengambilan
keputusan mengenai pemecahan masalah mana yang akan diusulkan dan
dibuat plan of action.

BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Lingkungan
1. Data wilayah
a. Batas-batas wilayah Puskesmas Kaliangkrik adalah :
Utara

: Kecamatan Windusari

Selatan : Kecamatan Tempuran


Barat

: Kecamatan Kajoran

Timur

: Kecamatan Bandongan

Gambar 1. Peta Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Dati II Magelang


6

b. Luas wilayah kerja


Luas wilayah kerja Puskesmas Kaliangkrik adalah 59,1 km2
c. Pembagian wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Kaliangkrik terdiri dari 20 desa Adipuro,
Balekerto, Balerejo, Banjarejo, Beseran, Bumirejo, Girirejo, Giriwarno,
Kaliangkrik, Kebonlegi, Ketangi, Maduretno, Mangli, Munggangsari,
Ngargosoko, Ngawonggo, Ngendrokilo, Pengarengan, Selomoyo,
Temanggung dengan 125 dusun.
d. Kondisi geografis

Daerah dataran
Bergelombang
Curam
Sangat Curam

: 48 Ha (0,83%)
: 978 Ha (17,05%)
: 3027 Ha (52,79%)
: 1681 Ha (29,31%)

e. Transportasi

Jarak Puskesmas RSU Tidar


: 26 km
Jarak Puskesmas Kantor Dinas Kabupaten
: 23 km
Jarak Puskesmas RSU Kabupaten
: 34 km
Tidak semua desa atau balai desa dapat terjangkau dengan kendaraan
bermotor roda empat. Angkutan umum yang tersedia diantaranya: ojek,

angkudes, pick-up.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi dari Puskesmas ke luar : telepon

2. Keadaan penduduk
Tabel 1. Komposisi Penduduk
No
1

Kelompok Umur
(tahun)
0-4

Jumlah Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
2.169
2.208
7.218

2
3
4
5
6
7

5-14
5.049
5.049
10.098
15-24
3.846
3.846
7.692
25-39
5.506
5.506
11.012
40-49
3.948
3.948
7.896
50-69
5.275
5.275
10.550
>70
1.190
1.361
2.551
Jumlah
26.983
27.193
54.176
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Kecamatan Kaliangkrik tahun 2015
Jumlah penduduk di Wilayah Kecamatan Kaliangkrik tahun 2015 yang

paling banyak yaitu kelompok umur 25-39 tahun, baik untuk laki-laki maupun
perempuan. Sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah kelompok umur 70
tahun baik untuk laki-maupun untuk perempuan.
3. Sosial budaya
a. Sarana Pendidikan
Jumlah sarana pendidikan yang tersedia di wilayah kerja
Puskesmas Kaliangkrik adalah sebagai berikut:
TK

: 63 buah

SD/MI

: 45 buah

SMP/Mts

: 9 buah

SMA/MA/SMK

: 4 buah

4. Kesehatan lingkungan
a. Sarana penyediaan air bersih
Jenis dan jumlah sarana air bersih :
1) Sumur gali

: 45 buah

2) Sumur bor

: 7 buah

3) Perlindungan mata air

: 33 buah

4) Terminal air

: 2 buah

5) PAM

: 10 buah

b. Daftar jenis posyandu


Tabel 2. Daftar Jenis Posyandu di Lingkungan Puskesmas Kaliangkrik

Jenis Posyandu
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah

Jumlah
24
37
64
16
81

%
29,62%
45.67%
79.01%
19.75%
100

Berdasarkan data Puskesmas Kaliangkrik tahun 2015, jumlah Posyandu


aktif di Puskesmas Kaliangkrik adalah 81 posyandu.
5. Pola penyakit Puskesmas Kaliangkrik
Data 10 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas Kaliangkrik
Kabupaten Magelang untuk semua kelompok umur pada tahun 2016
Tabel 3. Pola 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Puskesmas Kaliangkrik tahun
2016
No.
Nama Penyakit
1. Acute Nasopharyngitis (common cold)

Jumlah Penderita
3440

%
29.49

2.

Surveilance of contraception drugs

2299

19.71

3.

Essential (Primary) Hypertension

1584

13.58

4.

Headache

1241

10.64

5.

6.92

6.

Diarrhoea and gastroenteritis of presumed 807


infectious origin
Dyspepsia
643

7.

Cough

584

5.01

8.

Scabies

523

4.48

5.51

9.

Insertion of (intrauterine) contraceptive 273


2.34
device
10. General councelling and advice on 271
2.32
contraception
Jumlah
11665
100
Dari 10 pola besar penyakit rawat jalan, yang terbanyak adalah
Acute nashopharyngitis (common cold), sedangkan yang paling sedikit
adalah General councelling and advice on contraception.

6. Derajat kesehatan (vital statistik)


Jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita di Puskesmas
Kaliangkrik tahun 2015 tertulis dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita
Jumlah
Bayi Lahir
Hidup
956

Jumlah Bayi
Lahir Mati

Jumlah Bayi
Mati

Jumlah
Balita

7.218

Jumlah
Balita
Mati
-

Jumlah bayi lahir hidup di wilayah Puskesmas Kaliangkrik periode


tahun 2015 adalah 956 bayi. Bayi lahir hidup merupakan suatu kelahiran
bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas, ada denyut jantung
atau gerakan otot. Sedangkan untuk jumlah kematian bayi didapatkan
adanya 4 bayi lahir mati. Bayi lahir mati merupakan kematian bayi yang
cukup masanya pada waktu keluar dari rahim (berumur paling sedikit 28
minggu), tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Bayi mati atau kematian bayi merupakan kematian setelah bayi
lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun. Didapatkan adanya 4
bayi mati di wilayah Puskesmas Kaliangkrik tahun 2015. Sedangkan
kematian balita adalah kematian anak di bawah lima tahun. Di Puskesmas
Kaliangkrik tidak didapatkan kematian balita selama tahun 2015.
7. Angka kematian ibu maternal
Kematian ibu merupakan kematian perempuan pada saat hamil atau
kematian dalam kurun waktu hari sejak terminasi kehamilan sampai masa
nifas tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya,
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lainlain.5

10

Tabel 5. Jumlah Kematian Ibu Maternal


Kematian Ibu
Hamil
0

Jumlah Kematian Ibu Maternal


Kematian Ibu
Kematian Ibu
Bersalin
Nifas
0
0

Jumlah
0

Dari tabel tersebut tidak didapatkan adanya kematian ibu maternal di


Puskesmas Kaliangkrik pada tahun 2015.
8. Gambaran kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat
a. Sarana penyediaan air bersih
Tabel 6. Jenis dan Jumlah Pemakai Sarana Air Bersih
Sarana Air Bersih
Jumlah Sarana
%
Sumur gali
45
1.33%
Perlindungan mata air
33
78.79%
Sumur bor
7
2.18%
Terminal air
2
0%
Sambungan rumah PDAM
10
19.69%
Jumlah
97
100
Sumber Data : Puskesmas Kaliangkrik Tahun 2015
Sumber air yang dominan dipakai oleh penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kaliangkrik adalah yang berasal dari mata air terlindung.
b. Sarana jamban keluarga
Tabel 7. Jenis dan Jumlah Sarana dan Jumlah Akses Sanitasi Jamban
Layak
Jenis Jamban
Komunal
Leher angsa
Plengsengan
Cemplung
Jumlah

Jumlah Sarana
50
6.658
614
671
7.993

%
68
91
36
38

Sumber Data : Puskesmas Kaliangkrik Tahun 2015


Sarana jamban keluarga yang dominan dipakai oleh penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Kaliangkrik adalah jamban leher angsa.

11

c. Pelembagaan PHBS
Tabel 8. Data PHBS per Desa (Berdasarkan Data Tahun 2016)
%
Status Kesehatan Rumah Tangga
Jumlah
No
Desa
KK
Pratam
KK
Madya Utama Paripurna
Dipantau
a
Dipantau
%
%
%
%
1. Temanggung
1715
95,5
0
11,48
0
0
2.

Ngawonggo

1513

100

10,13

3.

Kaliangkrik

1322

100

8,85

4.

Girirejo

853

100

5,71

5.

Ketangi

769

100

5,15

6.

Balekerto

786

100

5,26

7.

Bumirejo

613

100

4,10

8.

Beseran

492

100

3,29

9.

Giriwarno

442

100

2,96

10. Maduretno

433

100

2,90

11.

982

100

6,57

12. Balerejo

846

100

5,66

13. Selomoyo

304

100

2,03

14. Ngendrokilo

643

100

4,30

15. Munggangsari

712

100

4,77

16. Ngargosoko

557

100

3,73

17. Pengarengan

327

100

2,19

18. Mangli

436

100

2,92

19. Kebonlegi

405

100

2,71

20. Adipuro

792

100

5,30

Banjarejo

Sumber data: Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas Kaliangkrik tahun 2016

12

Dari dua puluh desa yang ada, > 50 % status kesehatan KK yang
masih dalam tahap madya, dan belum ada status kesehatan KK yang
mencapai tahap paripurna.
Persentase keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan
sehat sesuai dengan urutan tingkat status kesehatan, yaitu:
1).
2).
3).
4).
d.

Pratama
Madya
Utama
Paripurna

:0%
: 79,08 %
: 20,92 %
:0%

Status Gizi Balita

Tabel 9. Status gizi bulan Juli-Agustus Puskesmas Kaliangkrik tahun 2016


No
1
2
3

Status Gizi Balita Yang


Jumlah
Persentase
Ditimbang
(%)
Gizi baik
4459
98,90
Gizi kurang
45
0,01
Gizi buruk
3
0,0006
Sumber : Bagian Gizi Puskesmas Kaliangkrik 2016
Status gizi balita yang dominan di wilayah kerja Puskesmas
Kaliangkrik adalah status gizi baik.

B. Visi dan Misi Puskesmas


1. Visi Puskesmas Kaliangkrik
Menjadi Puskesmas dengan pelayanan prima, menuju masyarakat
Kaliangkrik Sehat.
2. Misi Puskesmas Kaliangkrik
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang efisien, berkualitas, dan
profesional
b. Meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan
c. Mengembangkan sarana dan prasarana medis dan penunjang yang
memadai

13

d. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan


meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
C. Input
1. Man
Berikut adalah input Puskesmas dari segi ketenagakerjaan:
Tabel 10. Data Ketenagaan Puskesmas Kaliangkrik
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kategori Tenaga
Kepala Puskesmas
Subag. TU
Dokter umum
Dokter gigi
Bidan
Perawat kesehatan
Perawat gigi
Asisten apoteker
Ahli gizi
Tenaga kesehatan masyarakat
Tenaga kesehatan lingkungan
Rekam medis
Staf
Jumlah

14

Jumlah
1
1
2
1
20
7
1
1
1
2
1
1
3
42

Struktur Organisasi UPT Puskesmas Kaliangkrik

Gambar 2. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Kaliangkrik

15

2. Money
Puskesmas Kaliangkrik merupakan Badan Layanan Umum Daerah, sehingga
sumber Pendanaan Puskesmas Kaliangkrik berasal dari :
a. Dana dari kapitasi BPJS kesehatan
b. Dana dari Jamkesda
c. Dana dari pembayaran retribusi
d. Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
Dana tersebut dapat digunakan puskesmas untuk operasional kegiatan,
program dan pemeliharaan, gedung, dan alat.
3. Material
a. Sarana Fisik
1). Puskesmas induk

: 1 buah

2). Puskesmas keliling

: 2 buah

3). Puskesmas pembantu : 3 buah


4). PKD

: 14 buah

5). Posyandu

: 81 buah, dengan strata:

a. Posyandu Pratama : 24 buah


b. Posyandu Madya

: 37 buah

c. Posyandu Purnama : 16 buah


d. Posyandu Mandiri : 4 buah
b. Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kaliangkrik yaitu sebagai
berikut:
1). Ruang pendaftaran

: 1 ruang

2). Ruang Pembayaran (kasir)

: 1 ruang

3). Ruang BP Umum

: 1 ruang

4). Ruang BP Gigi

: 1 ruang

5). Ruang KIA/KB

: 1 ruang

16

6). Ruang Laboratorium

: 1 ruang

7). Ruang pelayanan obat

: 1 ruang

8). Gudang Obat

: 1 ruang

9). Ruang dapur

: 1 ruang

10.)

Ruang Tindakan

11.) Ruang Persalinan

: 1 ruang
: 1 ruang

c. Sarana penunjang medis :


1). Minor set, alat pengukur tanda vital, dental unit, EKG, nebulizer, alat
diagnostik Hb Sahli, IUD Kit, Emergency Kit, Ambubag, Meja
ginekologi, dan alat diagnostic lainnya.
2). Sarana obat : jumlah cukup, jenis cukup, dalam keadaan baik.
4. Machine

Mobil ambulans
Sepeda motor

: 1 buah
: 4 buah

5. Method
Metode Puskesmas Kaliangkrik sesuai dengan sistem manajemen Puskesmas
yang dianjurkan oleh Dinas Kesehatan.
D. Proses Manajemen
Berdasarkan wawancara dan pengamatan mengenai proses manajemen
Puskesmas Kaliangkrik dengan Kepala Puskesmas, diperoleh data sebagai
berikut:
1. Perencanaan (P 1)
Tim perencanaan terdiri dari kepala Puskesmas dan para pemegang
program. Bahan perencanaan mengacu pada buku Pedoman Tingkat
Puskesmas. Sumber data didapat dari laporan bulanan Puskesmas yang

17

direkapitulasi pada tiap akhir tahun. Data meliputi data umum dan data
pencapaian target, dimana target diperoleh dari data Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Puskesmas.
Tiap pemegang program mengumpulkan data hasil pencapaian
kegiatan selama satu tahun kemudian dilaporkan pada laporan rapat akhir
tahun. Selain itu laporan juga memuat hasil kegiatan Puskesmas. Laporan
akhir tahun Puskesmas Kaliangkrik memuat hasil kegiatan dari 6 upaya
kesehatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas. Laporan akhir tahun
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang didokumentasikan secara rapi,
dan menggambarkan perjalanan kegiatan selama satu tahun. Kemudian data
dianalisa dan dibandingkan dengan target yang mengacu pada SPM
sebelumnya. Masalah timbul jika pencapaian kegiatan tidak memenuhi target
yang ditetapkan.
Masing-masing tim mengajukan rencana usulan kegiatan (RUK)
dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk
menghasilkan hasil yang seoptimal mungkin. Prioritas masalah ditentukan
oleh Kepala Puskesmas beserta tim. Setelah prioritas masalah ditentukan
maka dipikirkan pemecahan masalah yang paling realistis dan logis.
Alternatif pemecahan masalah harus memperhatikan biaya, sarana, tenaga,
waktu, dan teknologi yang ada.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) disusun untuk setahun yang
akan datang oleh pemimpin Puskesmas beserta tim dan dilaksanakan setelah
stratifikasi. RPK disusun berdasarkan prioritas masalah. Perencanaan pada
Puskesmas

Kaliangkrik

menggunakan

PTP

(Perencanaan

Tingkat

Puskesmas).

2.

Pelaksanaan dan pengendalian (P2)


18

a. Pengorganisasian
Puskesmas Kaliangkrik mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
1) Pimpinan

: Kepala Puskesmas

2) Pembantu Pimpinan : Kepala Sub. Bagian TU (membawahi urusan


kepegawaian, sistem informasi, rumah tangga, dan keuangan)
3) Unit-unit

a) Unit penanggung jawab UKM esensial & keperawatan masyarakat :


Promkes, Kesling, KIA KB, Gizi, Perkesmas
b) Unit penanggung jawab UKM pengembangan : Pelayanan kesehatan
jiwa, gigi masyarakat, kesehatan tradisional, kesehatan lansia
c) Unit penanggung jawab UKP kefarmasian dan laboratorium :
Pemeriksaan umum, pelayanan kesehatan gigi dan mulut, KIA KB,
kegawatdaruratan, gizi, persalinan, rawat inap, kefarmasian, dan
laboratorium
Puskesmas mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan fungsi
Puskesmas dan uraian mengenai target, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing staf. Penentuan pemegang tanggung jawab dan pelaksana
untuk setiap kegiatan dilakukan dengan pertemuan penggalangan tim pada
setiap awal tahun kegiatan (lokakarya mini). Setiap staf memiliki tugas
pokok, tugas integrasi, dan tugas tambahan.
Kepala Puskesmas berfungsi sebagai manajer dan penggerak
masyarakat. Manajer mendelegasikan tugas-tugas kepada para staf sesuai
tugas dan kemampuannya. Pengisian staf dilakukan berdasarkan kebutuhan
setiap unit, kemudian disesuaikan dengan jenis tenaga yang dibutuhkan.
Setiap staf yang mengalami kesulitan dapat berhubungan langsung dengan
kepala Puskesmas.
Di Puskesmas Kaliangkrik terdapat perangkapan tugas. Hal ini
dikarenakan kurangnya SDM. Perangkapan tugas tetap memperhatikan latar
belakang pendidikan dari staf tersebut. Menurut Kepala Puskesmas selama
19

ini, perangkapan tugas tidak menganggu pelaksanaan kegiatan karena telah


ada pembagian kerja yang ideal. Jika ditemui adanya hambatan karena
perangkapan tugas, kepala Puskesmas akan mengkaji ulang pendelegasian
tugas dengan memberdayakan SDM lain yang tidak mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan tugas.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dari 6 upaya kesehatan wajib Puskesmas
Kaliangkrik dilakukan dengan jadwal kegiatan yang disusun oleh setiap
penanggung jawab dengan kepala Puskesmas agar penyelenggaraan kegiatan
tetap memperhatikan asas standar dan pedoman pelayanan Puskesmas
kendali mutu dan biaya. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan dengan
kerja sama lintas program maupun lintas sektoral.
1) Lintas program
Penggalangan kerja sama lintas program dilaksanakan dalam
bentuk Lokakarya Mini Bulanan, untuk waktu pelaksanaan kadang
tidak tepat waktu dan tidak tiap bulan. Hal ini disebabkan oleh karena
padatnya kegiatan di Puskesmas. Pada Lokakarya Mini ini dibahas
pembagian tugas masing-masing staf berupa tugas pokok, tugas
integrasi, dan tugas tambahan. Selain itu dibahas juga pencapaian
kegiatan tiap bulan, masalah-masalah yang dihadapi serta rencana
kegiatan pada bulan berikutnya, masalah individu berkaitan dengan
motivasi kerja, masukan program, bagaimana mutu dan kendali biaya.
2) Lintas Sektor
Puskesmas menjalin kerjasama lintas sektoral yang terkait
dengan kesehatan dan mempunyai

persamaan sasaran untuk

merumuskan dan menetapkan tujuan-tujuan kegiatan kerjasama.


Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk rapat kinerja di kecamatan yang
dilakukan setiap satu kali sebulan. Pihak Puskesmas mengikuti acara
rapat kinerja kecamatan. Dalam pertemuan tersebut dibahas program20

program sektoral yang mempunyai kesamaan sasaran dengan program


kesehatan. Adapun yang terlibat meliputi UPT yang berada di
Kaliangkrik, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, dan lain-lain.
3.

Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P 3)


Merupakan

sebuah

proses

memperoleh

kepastian,

kesesuaian

penyelenggaraan, dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan


undang-undang yang berlaku. Pengawasan terdiri atas pengawasan interna
dari atasan langsung (Kepala Puskesmas) terhadap seluruh staf dan
pengawasan eksternal yang dilakukan sebagian masyarakat dan Dinas
Kesehatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas dengan ruang
lingkup administratif, keuangan, teknis yang dilakukan di Puskesmas
Kaliangkrik.
Penilaian dilakukan tidak hanya pada akhir tahun tetapi tiap bulan,
meliputi penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan.
Untuk program KIA, penilaian hasil kegiatan adalah dengan sistem
kewaspadaan dini (SKD), yaitu pemantauan adanya kenaikan kasus.
Pertanggungjawaban

Puskesmas

dilakukan

melalui

Laporan

Pertanggungjawaban Tahunan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan,


perolehan sumber dana (keuangan), dan penggunaan sumber dana.
Laporan pertanggungjawaban tersebut dibuat oleh kepala Puskesmas pada
setiap akhir tahun anggaran yang meliputi pelaksanaan kegiatan serta
perolehan dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan.
Laporan ini disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota serta
pihak-pihak terkait lainnya termasuk masyarakat.

c. Analisis proses manajemen


21

Sistem perencanaan di Puskesmas Kaliangkrik dibuat dengan sistem


analisis SWOT yaitu dengan melakukan identifikasi lingkungan internal
yang meliputi apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta
lingkungan eksternal yang meliputi apa yang menjadi peluang dan
ancaman dalam hal untuk menjalankan program-program wajib,
pengembangan, dan inovatif Puskesmas. Dalam pelaksanaannya terdapat
struktur organisasi dan pembagian tugas untuk masing-masing program
Puskesmas agar program dapat terlaksana sesuai dengan harapan.
Beberapa program kegiatan memerlukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral. Untuk penilaiannya digunakan SPM (Standar Pelayanan
Minimal) dan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat).
F. Keluaran
Dari data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kaliangkrik dari bulan
Januari - Agustus tahun 2016 didapatkan 15 masalah dalam kegiatan Puskesmas.
Adapun pencapaian kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe (84.52%%)
2. Pemantauan KADARSI (0%)
3. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A (90.48%)
4. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 (96.21%)
5. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 (86.74%)
6. Neonatal dengan komplikasi yang ditangani (38,02%)
7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan (90.47%%)
8. Cakupan pelayanan anak balita (59.27%)
9. Cakupan rumah tangga ber PHBS (95.72%)
10. Cakupan Posyandu mandiri (11.8%)
11. Angka penemuan penderita TBC Paru (CDR) (66.67%)
12. Kesembuhan penderita TBC Paru BTA (+) (33.75%)
22

13. Cakupan Diare ditemukan dan ditangani (34.11%)


14. Cakupan penanganan kasus Pneumonia pada balita (9.29%)
15. Cakupan saluran pembuangan air limbah (SPAL) (62.18%)
G. Dampak
1. Data 10 Penyakit Terbesar
Pola 10 besar penyakit yang diderita pasien rawat jalan Puskesmas
Kaliangkrik untuk semua golongan umur periode Januari-Agustus tahun 2016
adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Sepuluh Besar Penyakit yang Diderita Pasien Rawat Jalan
Puskesmas Kaliangkrik Periode 2016
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Penyakit
Jumlah Penderita
Acute Nasopharyngitis (common cold)
3440
Surveilance of contraception drugs
2299
Essential (Primary) Hypertension
1584
Headache
1241
Diarrhoea and gastroenteritis of presumed
infectious origin
807
6. Dyspepsia
643
7. Cough
584
8. Scabies
523
9. Insertion of (intrauterine) contraceptive
device
273
10. General
concelling
and
advice
on
271
contraception
Jumlah
11665
Sumber: Data Puskesmas Kaliangkrik Tahun 2016

%
29.49
19.71
13.58
10.64
6.92
5.51
5.01
4.48
2.34
2.32
100

2. Jumlah Kematian Bayi Tahun 2015


23

Tabel 12. Jumlah Kematian Bayi Tahun 2015


Tahun
Kematian Bayi
Jumlah Lahir Hidup
2015
4
956
Sumber: Data Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Kaliangkrik Tahun 2015
3. Jumlah Kematian Balita Tahun 2015
Tabel 13. Jumlah Kematian Balita Tahun 2015
Tahun
Kematian Balita
2015
0
Sumber: Data Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Kaliangkrik Tahun
2015
4. Jumlah Kematian Ibu Tahun 2015
Tabel 14. Jumlah Kematian Ibu di Wilayah Puskesmas Kaliangkrik
Tahun

Jumlah Lahir hidup

Jumlah kematian ibu

2015

956

Sumber: Data Laporan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Kaliangkrik


Tahun 2015

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
24

A. Analisis Masalah
Berdasarkan data pencapaian kegiatan 6 program wajib Puskesmas
Kaliangkrik selama 6 bulan mulai Januari-Juli 2016 didapatkan beberapa program
yang pencapaiannya kurang dari 100%, yaitu
Tabel 15. Program Pokok Puskesmas Kaliangkrik Bulan Januari-Juli 2016 dengan
Pencapaian Kurang dari 100%
No
1.
2.

Masalah
Cakupan ibu hamil yg
diberi 90 tablet Fe
Pemantauan KADARSI

Target
tahun
2015
95%

Cakupan
(%)

Pencapaian
Kinerja (%)

80.49%

84.62%

Besar
Masalah
(%)
15.38%

80%

0.00%

0.00%

100,00%

3.

Cakupan bufas mendapat


kapsul vit A

100%

90.48%

90.48%

9.52%

4.

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-1

100%

96.21%

96.21%

3.79%

5.

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-4

95%

82.41%

86.74%

13.6%

6.

Neonatal dengan
komplikasi yang ditangani

80%

30.42%

38.02%

61.88%

7.

Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

100%

90.48%

90.47%

9.53%

8.

Cakupan pelayanan anak


balita

90%

53.34%

59.27%

40.73%

9.

Cakupan rumah tangga ber

100%

95.72%

95.72%

4.28%

25

PHBS
10.

Cakupan Posyandu
mandiri

100%

11.80%

11.80%

88.20%

11.

Angka penemuan
penderita TBC Paru
(CDR)

75,00%

50.00%

66.67%

33.33%

12.

Kesembuhan penderita
TBC Paru BTA (+)

100%

33.75%

33.75%

66.25%

13.

Cakupan Diare ditemukan


dan ditangani

100%

34.11%

34.11%

65.89%

14.

Cakupan penanganan
kasus Pneumonia pada
balita

100%

9.29%

9.29%

90.71%

15

Cakupan saluran
pembuangan air limbah
(SPAL)

100%

62.18%

62.18%

37.82%

B. Prioritas Masalah
Lima belas masalah yang ada di Puskesmas Kaliangkrik ditentukan prioritas
masalah berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif dengan langkah sebagai berikut
1. Kriteria A: Penentuan Besar Masalah
Berdasarkan cara perhitungan besar masalah di Puskesmas Kaliangkrik yaitu
mengacu kepada jumlah penduduk yang mungkin untuk terkena dampak dari
kegiatan tersebut (sasaran). Dalam hal ini penetapan range berdasarkan jumlah
penduduk dibagi dalam 5 (jumlah kelas yang telah ditentukan) dimana masing
masing kelas diberi skor pencapaian.
K = 1 + 3,3 Log N
K = 1 + 3,3 Log 15
K = 4,88
K5
26

Interval kelas=

R(nilai terbesar nilai terkecil)


jumlah kelas

Interval kelas=

100-3,79
5

Interval kelas = 19,24


19
Tabel 16.Interval Kelas
Kelas

Interval

Bobot

1
2
3
4

0-19
20-39
40-59
60-79

1
2
3
4

80-99

27

Tabel 17.Kriteria A : Besar Masalah


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.
9.
10.
11.

Masalah
Cakupan ibu hamil yg
diberi 90 tablet Fe

0-19
(1)
v

Besar Masalah
20-39
40-59
60-79
(2)
(3)
(4)

v
5

Cakupan bufas
mendapat kapsul vit A

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-1

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-4

1
1
1

Neonatal dengan
komplikasi yang
ditangani

v
4
v

Cakupan pelayanan
anak balita
Cakupan rumah tangga
ber PHBS

v
3
v
1

Cakupan Posyandu
mandiri
Angka penemuan
penderita TBC Paru
(CDR)

80-99
(5)
1

Pemantauan KADARSI

Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang
memiliki kompetensi
kebidanan

Nilai

v
5
v
2

28

12.
13.

14.

15

Kesembuhan penderita
TBC Paru BTA (+)

Cakupan Diare
ditemukan dan
ditangani

Cakupan penanganan
kasus Pneumonia pada
balita
Cakupan saluran
pembuangan air limbah
(SPAL)

v
5
v
2

2. Kriteria B: Kegawatan Masalah


Keterangan Skoring
Keganasan dalam interval skor 1-4 yaitu:
1

: tidak ganas

: kurang ganas

: ganas

: sangat ganas
Urgensi dalam interval skor 1-4, yaitu:

: tidak mendesak

: agak mendesak

: mendesak

: sangat mendesak

Biaya dalam interval skor 1-4, yaitu:


1

: Sangat mahal

: mahal
29

: murah

: tidak ada biaya


Tabel 18. Kriteria B : Kegawatan Masalah

30

NO.
1.

Masalah
Keganasan Urgency Biaya
Cakupan ibu hamil yg diberi
2
2
3
90 tablet Fe

Nilai
7

2.

Pemantauan KADARSI

3.

Cakupan bufas mendapat


kapsul vit A

4.

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-1

5.

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-4

6.

Neonatal dengan komplikasi


yang ditangani

7.

Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

8.

Cakupan pelayanan anak


balita

10

9.

Cakupan rumah tangga ber


PHBS

10

10.

Cakupan Posyandu mandiri

11.

Angka penemuan penderita


TBC Paru (CDR)

12.

Kesembuhan penderita TBC


Paru BTA (+)

13.

Cakupan Diare ditemukan


dan ditangani

12

14.

Cakupan penanganan kasus


Pneumonia pada balita

15.

Cakupan saluran
pembuangan air limbah
(SPAL)

31

3. Kriteria C: Menentukan Kemudahan Penanggulangan

Sangat sulit ditanggulangi

Sangat mudah Ditanggulangi

Tabel 19. Kriteria C : Kemudahan dalam Penanggulangan Masalah


No

Masalah

Kemudahan
Penanggulangan

Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe

4,25

Pemantauan KADARSI

3,13

Cakupan bufas mendapat kapsul vit A

4,38

Cakupan kunjungan ibu hamil K-1

4,25

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4

4,25

Neonatal dengan komplikasi yang ditangani

2,50

Cakupan pertolongan persalinan oleh

3,50

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan


8

Cakupan pelayanan anak balita

4,25

Cakupan rumah tangga ber PHBS

3,25

10

Cakupan Posyandu mandiri

2,50

11.

Angka penemuan penderita TBC Paru (CDR)

2,25

12.

Kesembuhan penderita TBC Paru BTA (+)

1,63

13.

Cakupan Diare ditemukan dan ditangani

4,50

14.

Cakupan penanganan kasus Pneumonia pada balita

2,75

15.

Cakupan saluran pembuangan air limbah (SPAL)

3,38
32

4. Kriteria D: PEARL Factor


Terdapat beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya
suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah :
P :Propriate(Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/
program daerah)
E :Economic(Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)
A :Acceptable(Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dll)
R :Resource(Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)
L : Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)
Bobot nilai bila dijawab ya bernilai 1 dan bila dijawab tidak bernilai 0.
Tabel 20. Kriteria D : PEARL Factor
Masalah
Kesehatan

Program

P E A R L

Nilai

1.

Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe

1 1 1 1 1

2.

Pemantauan KADARSI

1 1 1 1 1

3.

Cakupan bufas mendapat kapsul vit A

1 1 1 1 1

4.

Cakupan kunjungan ibu hamil K-1

1 1 1 1 1

5.

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4

1 1 1 1 1

6.

Neonatal dengan komplikasi yang ditangani

1 1 1 1 1

7.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi kebidanan

1 1 1 1 1

8.

Cakupan pelayanan anak balita

1 1 1 1 1

9.

Cakupan rumah tangga ber PHBS

1 1 1 1 1

10.

Cakupan Posyandu mandiri

1 0 1 1 1

11.

Angka penemuan penderita TBC Paru (CDR)

1 1 1 1 1

12.

Kesembuhan penderita TBC Paru BTA (+)

1 1 1 1 1

33

13.

Cakupan Diare ditemukan dan ditangani

1 1 1 1 1

14.

Cakupan penanganan kasus Pneumonia pada balita

1 1 1 1 1

15.

Cakupan saluran pembuangan air limbah (SPAL)

1 1 1 1 1

5. Prioritas Masalah Kegiatan Pelayanan Kesehatan


Penentuan prioritas masalah pelayanan kesehatan adalah suatu proses oleh
kelompok secara bersama - sama dalam menentukan suatu masalah dari yang
paling penting sampai masalah yang kurang penting.
Setelah nilai kriteria A, B, C dan D didapatkan, nilai tersebut dimasukkan ke
dalam formula sebagai berikut:
Nilai Prioritas Dasar (NPD)
Nilai Prioritas Total (NPT)

: (A + B) x C
: (A + B) x C x D

Tabel 21.Penilaian Prioritas Masalah


NO.
1

Program
Cakupan ibu hamil yg diberi
90 tablet Fe

NPD

NPT

Prioritas

4,00

32,00

32,00

IX

Pemantauan KADARSI

10

3,13

46,88

46,88

III

Cakupan bufas mendapat


kapsul vit A

4,38

43,80

43,80

IV

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-1

4,25

42,50

42,50

34

Cakupan kunjungan ibu


hamil K-4

4,25

42,50

42,50

Neonatal dengan komplikasi


yang ditangani

2,50

32,50

32,50

VIII

Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan

3,50

31,50

31,50

Cakupan pelayanan anak


balita

10

4,25

55,25

55,25

II

Cakupan rumah tangga ber


PHBS

10

3,25

35,75

35,75

VII

10

Cakupan Posyandu mandiri

2,50

30,00

0,00

11.

Angka penemuan penderita


TBC Paru (CDR)

2,25

22,50

22,50

XII

12.

Kesembuhan penderita TBC


Paru BTA (+)

1,63

19,50

19,50

XIII

13.

Cakupan Diare ditemukan


dan ditangani

12

4,50

72,00

72,00

14.

Cakupan penanganan kasus


Pneumonia pada balita

2,75

38,50

38,50

VI

15.

Cakupan saluran
pembuangan air limbah
(SPAL)

3,38

30,38

30,38

XI

Berdasarkan hasil perhitungan secara Hanlon kuantitatif di atas, dari 15


masalah diatas didapatkan urutan prioritas sebagai berikut:
Tabel 22. Prioritas Masalah Berdasar Nilai Prioritas Total
Masalah Kesehatan
Cakupan Diare ditemukan dan ditangani

NPT
72,00

Prioritas
I
35

Cakupan pelayanan anak balita

55,25

II

Pemantauan KADARSI

46,88

III

Cakupan bufas mendapat kapsul vit A

43,80

IV

Cakupan kunjungan ibu hamil K-1

42,50

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4

42,50

Penemuan Pneumonia Balita

38,50

VI

Cakupan rumah tangga ber PHBS

35,75

VII

Neonatal dengan komplikasi yang ditangani

32,50

VIII

Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe

32,00

IX

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan

31,50

Cakupan saluran pembuangan air limbah


(SPAL)

30,38

XI

Angka penemuan penderita TBC Paru (CDR)

22,50

XII

Kesembuhan penderita TBC Paru BTA (+)

19,50

XIII

Berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif didapatkan kurangnya cakupan diare


ditemukan dan ditangani merupakan prioritas utama masalah, dan setelah
dikonfirmasi dengan Kepala Puskesmas Kaliangkrik, kepala puskesmas menyetujui
prioritas utama tersebut.

36

BAB IV
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
A. Analisis Penyebab Masalah dengan Menggunakan Pendekatan Sistem
Berdasarkan analisis penyebab masalah didapatkan bahwa diare yang
ditemukan dan ditangani merupakan prioritas utama masalah dengan rendahnya
cakupan sebesar 34,11%. Melalui pendekatan sistem kemudian dicari penyebab
masalah utama tersebut. Secara skematis sistem tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :

INPUT
Man
Money
Material
Methode
Machine

PROSES
P1
P2
P3

OUTPUT

OUTCOME

Cakupan
Hasil

Mutu

IMPACT
Kecacatan
LINGKUNGAN :

Kesakitan

Kebijakan

Gambar 3. Bagan Pendekatan Sistem

37

Tabel 23. Identifikasi Penyebab Masalah Tahap Analisis Pendekatan Sistem


Komponen
Input
Man

Kekurangan
Kurangnya jumlah tenaga kesehatan dari unit promosi
kesehatan untuk melakukan edukasi perilaku hidup bersih dan
sehat
Terdapat tenaga kesehatan dari unit P2 yang mempunyai beban

Money

kerja ganda
Pencairan dana untuk operasional Puskesmas terlambat.

Method

Cara penyampaian materi penyuluhan masih kurang menarik


sehingga kurang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat

Material

desa.
Ketersediaan alat untuk promosi kesehatan seperti brosur,
leaflet dan alat peraga mengenai perilaku hidup sehat

Machine
Proses
P1

jumlahnya terbatas
Tidak ada masalah
-

Kelebihan

beban

tugas

tim

PromKes
P2

Kurangnya

koordinasi

sector yang terkait dalam perencanaan program


Cara
penyampaian

lintas
materi

penyuluhan masih konvensional dan monoton, sehingga


kurang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa
-

Kurangnya

koordinasi

lintas

P3

sektor terkait pelaksanaan penyuluhan


Laporan dari bidan desa kurang lengkap

Lingkungan

Gedung puskesmas yang kurang memadai sehingga tidak


memfasilitasi kegiatan kegiatan pegawai puskesmas dan

38

pelayanan kesehatan masyarakat


a. Analisis penyebab masalah dengan menggunakan quality assurance
(QA)
Dalam

menilai

mutu

pelayanan

puskesmas

kami

menggunakan

pendekatan simple problem yang dilakukan dengan metode observasi


berdasarkan standart operating procedure (SOP) , selain itu juga dilakukan
pendekatan complex problem menggunakan 9 dimensi mutu dengan metode
kuesioner dan observasi terhadap 9 dimensi mutu tersebut.
1. Simple Problem
Penilaian mutu terhadap petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan,
salah satunya dilakukan dengan pendekatan simple problem, yaitu dengan
melakukan observasi kepatuhan petugas terhadap SOP dalam memberikan
penyuluhan. Hasil observasi dituangkan dalam daftar tilik yang kami susun
berdasarkan SOP dari puskesmas Kaliangkrik.
Tabel 24. Daftar Tilikan (Simple Problem)
No

Kegiatan

Ya

Apakah
petugas
penyuluhan ?

Apakah
petugas
memberikan
mengenai jadwal penyuluhan?

Apakah petugas menyiapkan sarana prasarana?

Apakah petugas memperkenalkan diri sebelum


penyuluhan?

Apakah petugas menyiapkan daftar hadir peserta


penyuluhan?

Apakah petugas sudah memilih lokasi


penyuluhan yang mudah dijangkau oleh peserta?

Apakah petugas tidak mengalami kesulitan


untuk mencapai tempat penyuluahn?

menyiapkan

Tidak

Tidak
Berlaku

meteri
informasi

39

Apakah petugas datang tepat waktu saat


penyuluhan?

Apakah petugas sudah memperkenalkan diri


sebelum memulai penyuluhan?

10

Apakah petugas menyampaikan materi yang


menarik dan mudah dimengerti oleh peserta?

11

Apakah petugas bersikap


menyampaikan penyuluhan?

12

Apakah petugas memberikan


bertanya bagi peserta ?

13

Apakah petugas mampu menjawab pertanyaan


yang diajukan peserta?

14

Apakah petugas mengingatkan peserta untuk


mengikuti penyuluhan selanjutnya?

CR =

CR=

ramah

dalam

kesempatan

Ya
x 100
Ya +Tidak
12
100 =85,7
12+ 2

Dari daftar tilik simple problems didapatkan compliance rate sebesar


85,7%. Hal ini tidak merupakan masalah karena hal ini menunjukkan
kepatuhan petugas lebih dari 80%.
2. Complex problem
Penilaian mutu pelayanan Puskesmas salah satunya dilakukan lewat
pendekatan complex problem, yaitu dengan menggunakan 9 dimensi mutu.
Kuesioner ditanyakan pada pasien yang akan memeriksakan diri di
Puskesmas.
Tabel 25. Konfirmasi penyebab masalah mutu pelayanan (complex problems)
NO

Pertanyaan

Jawaban

40

Ya
A. Efektivitas
1. Apakah anda merasakan manfaat adanya puskesmas?
2. Apakah anda merasa obat dari puskesmas memberikan
hasil yang memuaskan?
3. Apakah anda telah mengetahui dan merasakan semua
program puskesmas?
4. Apakah anda merasa kesehatan warga membaik dengan
adanya program-program puskesmas?
B. Keamanan
1. Apakah petugas kesehatan puskesmas selalu cuci tangan
sebelum dan sesudah memeriksa pasien?
2. Apakah petugas kesehatan puskesmas menanyakan
tentang riwayat alergi obat?
3. Apakah petugas kesehatan puskesmas menjelaskan secara
jelas tentang pemakaian obat?
4. Apakah petugas kesehatan puskesmas menggunakan alat
suntik baru setiap kali akan menyuntik?
C. Kesinambungan
1. Apakah puskesmas menggunakan catatan medik?
2. Apakah data pada catatan medik dipakai pada kunjungan
ulang?
3. Apakah petugas kesehatan menjelaskan kapan harus
kembali kontrol?
4. Apakah petugas kesehatan secara rutin mengadakan
penyuluhan di wilayah tempat tinggal anda?
D. Kenyamanan
1. Apakah kamar periksa khusus untuk satu pasien?
2. Apakah bila petugas memeriksa pasien ada orang lain
selain pasien dan petugas?
3. Apakah loket buka tepat waktu?
4. Apakah pada saat diperiksa pasien harus menunggu
lama?
E. Kompetensi teknis
1. Apakah petugas melakukan anamesis dengan lengkap?
2. Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan
tepat?
3. Apakah petugas melakukan pemeriksaan penunjang
dengan tepat?
4. Apakah petugas selalu melakukan informed consent
sebelum melakukan pemeriksaan dan tindakan?

Tidak

5
5
3

5
4

5
5
5
5
5
5
5
5
4

5
4

5
5

41

F. Keterjangkauan
1. Apakah pasien mendapat obat sesuai indikasi?
2. Apakah biaya pengobatan terjangkau?
3. Apakah lokasi puskesmas mudah dijangkau?
4. Apakah petugas menggunakan bahasa yang mudah
dipahami pasien?
G. Informasi
1. Apakah pasien mudah mencari ruangan?
2. Apakah pasien mengetahui fasilitas-fasilitas yang
dipunyai puskesmas?
3. Apakah petugas mampu memberikan penjelasan tentang
obat yang diberikan dan cara minum obat yang benar?
4. Adakah pesan yang disampaikan kepada pasien saat
pulang kerumah?
H. Hubungan Antar Manusia
1. Apakah petugas menggunakan bahasa yang dimengerti
saat memeriksa pasien?
2. Apakah petugas bersikap ramah kepada pasien?
3. Apakah petugas selalu menyapa saat pasien masuk
ruangan?
4. Apakah saat melayani pasien petugas sambil
mengerjakan hal lain?
I. Efektivitas
1. Apakah dalam melayani pasien, petugas tidak melakukan
pekerjaan lain?
2. Apakah petugas melayani pasien dengan cekatan?
3. Apakah pasien cepat mendapatkan pelayanan?
4. Apakah Puskesmas buka tepat waktu?

B.

5
5
5
5
5
3

5
5
5
5
5
5
5

5
4
5

Analisis penyebab masalah berdasar MP dan QA


Daftar inventarisasi penyebab masalah yang didapatkan dari pendekatan
sistem, QA simple, dan QA kompleks dan telah dikonfirmasikan dengan
koordinator program Promosi Kesehatan, KIA, dan Gizi di Puskesmas
Kaliangkrik adalah sebagai berikut :

Tabel 26. Penyebab Masalah Berdasar MP dan QA Kompleks


No
A

Penyebab masalah
Kurangnya jumlah tenaga kesehatan dari unit promosi kesehatan untuk
42

B
C
D

melakukan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat


Terdapat tenaga kesehatan dari unit P2 yang mempunyai beban kerja ganda
Laporan dari bidan desa kurang lengkap.
Cara penyampaian materi penyuluhan masih kurang menarik, sehingga kurang

dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa.


Ketersediaan alat untuk promosi kesehatan seperti brosur, leaflet dan alat

F
G
H
I

peraga mengenai perilaku hidup sehat jumlahnya terbatas


Kurangnya koordinasi lintas sektor yang terkait dalam perencanaan program
Kurangnya koordinasi lintas sektor terkait pelaksanaan penyuluhan
Pencairan dana untuk operasional Puskesmas terlambat
Gedung puskesmas yang kurang memadai sehingga tidak memfasilitasi
kegiatan kegiatan pegawai puskesmas dan pelayanan kesehatan masyarakat
Money

Man
Kurangnya jumlah Terdapat
tenaga tenaga kesehatan
P2
yang
kesehatan
dari dariunit unit
mempunyai
beban
kerja
promosi kesehatan untuk
ganda
melakukan
edukasi
perilaku hidup bersih dan
sehat

Pencairan dana untuk


operasional Puskesmas
terlambat.

Ketersediaan alat untuk promosi kesehatan


seperti brosur, leaflet mengenai perilaku
hidup sehat jumlahnya terbatas

Material

Cakupan
penderita
diare yang ditemukan
dan
ditangani
(34,11%)
periode
Januari-Agustus 2016
di
puskesmas
Kaliangkrik
Gedung
puskesmas
yang
kurang memadai sehingga
tidak memfasilitasi kegiatan
kegiatan pegawai puskesmas
dan
pelayanan
kesehatan
masyarakat

Environtment

43

Gambar 4. Analisis penyebab masalah dengan menggunakan Fishbone Analysis

44

C.

PRIORITAS PENYEBAB MASALAH

1. Paired Comparison
Tabel 27. Paired comparison
Penyebab
Masalah
A
B
C
D
E
F
G
H
I

B
A
D
E
F
G
H
A

Total

A
B

D
D
D

E
E
E
D

F
F
F
D
F

G
G
G
D
G
F

H
H
H
D
H
F
G

A
B
C
D
E
F
G
H

2
3
1
8
4
7
6
5
0

B
D
E
F
G
H
B

D
E
F
G
H
C

D
D
D
D
D

F
G
H
E

F
F
F

G
G

2. Tabel dan Diagram Pareto


Tabel 28.Tabel Pareto
Penyebab Masalah

Frekuensi

Frekuensi
Kumulatif

Persen
Frekuensi (%)

D
F
G

8
7
6

8
15
21

22,22
19,44
16,67

H
E
B
A
C
I

5
4
3
2
1
0

26
30
33
35
36
36

13,89
11,11
8,33
5,56
2,78
0

Persen
Kumulatif (%)
22,22
41,67

58,33
72,22
83,33
91,67
97,22
100
100

120
100
80
60

Persen Komulatif

Persen Frekuensi

40
20
0
D

Gambar 5. Grafik prioritas penyebab masalah berdasarkan Pareto

D.

Alternatif Pemecahan Masalah


Untuk mengatasi penyebab masalah (yang nilainya 80%) dianggap saat ini

memiliki daya ungkit untuk memecahkan masalah, maka alternatif pemecahan


masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 29. Daftar Alternatif Pemecahan Masalah
N
o

Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

Cara penyampaian
materi penyuluhan

kurang menarik
sehingga kurang
dapat diterima
dengan baik oleh
masyarakat desa.

Penyuluhan dengan pemutaran


film tentang diare meliputi pencegahan, bahaya diare,
penanganan diare
Mengadakan lomba mencuci
tangan dengan tarian dan nyanyian yang unik antar desa

Kurangnya
koordinasi lintas
sektor yang terkait
dalam perencanaan
program
Kurangnya

Membuat MoU lintas sektor


mengenai
program-program
pencegahan
dan
penanganan diare

koordinasi lintas

Membuat MoU lintas sektor


mengenai
program-program
pencegahan
dan
penanganan diare

Mencari
dana
sementara untuk operasional puskesmas

sektor terkait
pelaksanaan
penyuluhan
4.

Pencairan dana untuk


operasional
Puskesmas terlambat

talangan

Berdasarkan perhitungan dari diagram pareto didapatkan 4 penyebab masalah


yang nilainya 80% yaitu Cara penyampaian materi penyuluhan kurang menarik
sehingga kurang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa, Kurangnya
koordinasi lintas sektor yang terkait dalam perencanaan program, Kurangnya
koordinasi lintas sektor terkait pelaksanaan penyuluhan, Pencairan dana untuk
operasional Puskesmas terlambat. Sehingga keputusan alternatif pemecahan masalah
diambil berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan.
E.

Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan menggunakan kriteria mutlak dan kriteria

keinginan. Kriteria mutlak dan kriteria keinginan yang dipakai antara lain:
1. Kriteria mutlak
a. Kegiatan mampu dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas
b. Dana tidak melebihi anggaran yang ditetapkan
c. Ketersediaan sarana dan prasarana
d. Hasil dapat dilihat dalam 1 tahun

2. Kriteria keinginan
a. Efektif
b. Efisien
c. Mudah dilaksanakan
d. Biaya operasional murah
e. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Kriteria keinginan dan bobot
a. efektif

: 30

b. efisien

: 25

c. mudah dilaksanakan

: 20

d. biaya operasional murah

: 15

e. melibatkan peran serta masyarakat

: 10

Beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain :


1. Penyuluhan dengan pemutaran film tentang diare meliputi
pencegahan, bahaya diare, penanganan diare
2. Mengadakan lomba mencuci tangan dengan tarian dan nyanyian
yang unik antar desa
3. Membuat MoU lintas sektor mengenai program-program
pencegahan dan penanganan diare
4. Mencari dana talangan sementara untuk operasional puskesmas

Alternatif-alternatif tersebut diuji dalam matriks kriteria mutlak dan kriteria keinginan
sebagai berikut :

Tabel 30. Daftar Matriks Kriteria Mutlak


Alternatif
Tenaga
1
1
1
1

1
2
3
4
L : LULUS

Kriteria Mutlak
Dana
Sarana
1
1
1
1
1
1
1
1
TL: TIDAK LULUS

L/TL
Target
1
1
1
1

L
L
L
L

Tabel 31. Daftar Matriks Kriteria Keinginan


Kriteria

Bobot

Alternatif
1

Efektif
Efisien
Mudah
dilaksanakan

30
25
20

4x20

80

2x20

Biaya murah

15

4x15

60

Melibatkan
peran serta
masyarakat

10

2x10

20

Jumlah

2x30
3x25

100

Kriteria efektif

Kriteria efisien

Mudah dilaksanakan

Biaya

295

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

60
75

4x30

120

1x30

30

2x30

3x25

75

1x25

25

1x25

60
25

40

2x20

4
0

2x20

40

2x15

30

2x15

30

3x15

45

4x10

40

1x10

10

1x10

10

305

135

Tidak efektif
Kurang efektif
Efektif
Sangat efektif
Tidak efisien
Kurang efisien
Efisien
Sangat efisien
Tidak mudah dilaksanakan
Kurang mudah dilaksanakan
Mudah dilaksanakan
Sangat mudah dilaksanakan
Sangat mahal
Mahal
Murah
Tidak ada biaya

180

Melibatkan

peran

serta :

masyarakat

1. Tidak melibatkan peran serta


masyarakat
2. Kurang melibatkan peran serta
masyarakat
3. Melibatkan

peran

serta

masyarakat
4. Sangat melibatkan peran serta
masyarakat
Dari kriteria mutlak dan keinginan diputuskan alternatif pemecahan masalah
yang memiliki jumlah nilai tertinggi: Mengadakan lomba mencuci tangan
dengan tarian dan nyanyian yang unik antar desa dan Penyuluhan dengan
pemutaran film tentang diare meliputi pencegahan, bahaya diare, penanganan
diare
4.5 Plan of Action (POA) Puskesmas Kaliangkrik tahun 2016
Tabel 32. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan program Lomba Mencuci
Tangan dengan Tarian dan Nyanyian yang unik antar desa dengan nama kegiatan
CITA JANGKRIK DESA( Cuci Tangan Jaga Kaliangkrik dari Diare, Bisa!)
disertai pemutaran film tentang diare meliputi pencegahan, bahaya diare,
penanganan diare.
Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Perencanaan
Mengurus
permohonan ijin
kepada Camat,
pimpinan Puskemas,
kepala desa

Mendapatkan ijin
untuk melaksanakan
kegiatan Cita jangkrik
desa

Pimpinan
Camat,
pimpinan
puskesmas,
kepala desa

Menyiapkan film
tentang diare

Mendapatkan film
yang menarik tentang
diare meliputi
pencegahan, bahaya
diare, penanganan
diare

Pelaksana

Waktu

Biay

Masing
masing kantor
instansi

Pemegang
program
promkes,
kesling, P2M

bulan
September
2016

Puskesmas

Pemegang
program
promkes,
kesling, P2M

bulan
September
2016

Mensosialisasikan
kegiatan kepada
kepala desa dan
warga desa

Memberikan informasi
kepada Kepala desa
dan warga tentang
adanya kegiatan cita
jangkrik desa sehingga
mempersiapkan tim
yang akan tampil
dengan sebaik-baiknya

Kepala desa
dan warga
desa

Kantor desa,
seluruh
wilayah
kaliangkrik

Pemegang
program
promkes,
kesling, P2M

bulan
September
2016

Memberikan
informasi
mengenai diare dan
cara mencuci
tangan yang baik
dan benar dengan
menarik

Seluruh
warga
kecamatan
kaliangkrik

Lapangan
Kantor
kecamatan
kaliangkrik

Pemegang
program
promkes,
kesling, P2M
beserta
masyarakat

10
November
2016
(hari
Pahlawan)

Dana
BLUD

Mengukur serapan
informasi tentang diare
dan cara mencuci
tangan yang baik dan
benar

Seluruh
warga
kecamatan
kaliangkrik

Lapangan
Kantor
kecamatan
kaliangkrik

Pemegang
program
promkes,
kesling, P2M

10
November
2016
(hari
Pahlawan)

Pelaksanaan
Cita jangkrik

desa
Kegiatan perlombaan
cuci tangan dengan
nyanyian dan tarian
yang menarik dan
pemutaran film
tentang diare

Evaluasi
Evaluasi hasil
kegiaatan Cita
Jangkrik Desa

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan peninjauan manajemen Puskesmas secara langsung ke
Puskesmas Kaliangkrik, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, kami
dapat mengidentifikasi 1ima belas permasalahan pada periode Januari Agustus
2016 yaitu, cakupan ibu hamil yang diberi 90 tabet Fe, pemantauan KADARSI,
cakupan bufas mendapat kapsul vit A, cakupan kunjungan ibu hamil K-1, cakupan
kunjungan ibu hamil K-4, neonatal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, cakupan pelayanan anak balita, cakupan rumah tangga ber PHBS,
cakupan posyandu mandiri, angka penemuan penderita TBC paru (CDR),
kesembuhan penderita TBC Paru BTA (+), cakupan diare ditemukan dan
ditangani, cakupan penanganan kasus pneumonia pada balita, dan cakupan saluran
pembuangan air limbah (SPAL).
Berdasarkan metode Hanlon kuantitatif dan hasil konfirmasi dengan
Kepala Puskesmas Kaliangkrik dipilih prioritas utama masalah rendahnya
cakupan diare ditemukan dan ditangani sebesar 34,11 % pada periode Januari
Agutus 2016 di unit P2M Puskesmas Kaliangkrik.
Setelah meninjau dan menilai manajemen Puskesmas dari segi
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban,
maka dapat ditemukan kemungkinan penyebab masalah yang ditinjau dari segi
pendekatan sistem dan mutu didapatkan sebanyak 9 kemungkinan penyebab
masalah. Baik poin dari pendekatan mutu dan pendekatan sistem tersebut
kemudian dimasukkan dalam Fish Bone Analysis sebagai kemungkinan penyebab
masalah.
Selanjutnya melalui paired comparison dan diagram pareto dapat
ditentukan prioritas penyebab masalah di antaranya :
1. Cara penyampaian materi penyuluhan kurang menarik sehingga
kurang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa.

53

2. Kurangnya koordinasi lintas sektor yang terkait dalam perencanaan


program
3. Kurangnya koordinasi lintas sektor terkait pelaksanaan penyuluhan
4. Pencairan dana untuk operasional Puskesmas terlambat
Alternatif - alternatif tersebut kemudian dianalisa menggunakan kriteria mutlak
dan keinginan sehingga dapat diambil keputusan pemecahan masalah yaitu
Mengadakan lomba mencuci tangan dengan tarian dan nyanyian yang unik antar
desa disertai pemutaran film tentang diare meliputi pencegahan, bahaya diare,
penanganan diare. Selanjutnya dilakukan perencanaan kegiatan yang kemudian
dapat dituangkan ke dalam POA (Plan Of Action).
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, sebaiknya dilakukan
beberapa perbaikan diantaranya:
1. Kepada pemerintah untuk memprioritaskan pencairan dana-dana untuk
masalah kesehatan
2. Kepada Kepala Puskesmas Kaliangkrik untuk melakukan koordinasi
lintas sektor untuk mendukung program-program kesehatan terkait
dengan

pembangunan

berwawasan

kesehatan,

mengadakan

penyuluhan dengan metode-metode yang menarik dan melibatkan


masyarakat serta lintas sektor.

54

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes

RI,

2009.

Profil

Kesehatan

Indonesia

2008.

http://www.depkes.go.id
2. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2015
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Visi dan misi. 2014 [cited
Feb 10, 2016]. Available from: www.depkes.go.id/profil-visi-dan-misi
4. Kecamatan Kajoran dalam Angka 2014. Magelang: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Magelang; 2015.
5. Millennium Development Goals. WHO. 2011. [cited on Agustus 2014].
Ailable from: www.who.int/topics/millennium_development_goals/en
6. Permenkes NO. 75 tahun 2014.
7. Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia.

Keputusan

Menteri

Kesehatan Republik Indonesia no. 128/Menkes/SK/II/2004. Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta:
2003
8. Dinkes. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jawa Tengah: Dinkes
Jateng.
9. Kemenkes. Fungsi Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
No128/Menkes/SK/II/2004; 2004
10. RISKESDAS Indonesia tahun 2013

55

Anda mungkin juga menyukai