Disusun oleh:
Mega Trecylia Oktavia Hukom
(2165050006) Ester Juni Bonita JS
(2165050038) Yolanda Elisabeth
(2165050077)
Gracia Jacqueline Rieny Tuamelly (2165050101)
Pembimbing:
dr. Ekarini, M.Kes
I.2 Tujuan
Tujuan Umum
● Adapun tujuan umum dalam evaluasi ini adalah mengevaluasi mengenai pelaksanaan
sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Puskesmas
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2018.
Tujuan Khusus
● Mengetahui pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
(SP2TP) di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2018.
● Mengetahui hasil pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
(SP2TP) di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2018.
● Sebagai sumber informasi, sarana peninjauan dan evaluasi pelaksanaan sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Kotanopan
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2018.
I.3 Visi dan Misi Puskesmas Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
Visi
● Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Misi
● Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
● Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
● Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
● Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya.
● Keadaan Penduduk
Berdasarkan Profil Puskesmas Kecamatan Kotanopan Tahun 2018, jumlah
KK di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kotanopan 28.185 jiwa. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel. Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Kotanopan Tahun 2018
Sarana Fisik
Luas pertapakan Puskesmas Kotanopan 38 x 35 m2. Gedung Puskesmas
Kotanopan adalah merupakan gedung permanen. Dalam hal ini Puskesmas
Kotanopan memiliki 38 ruangan (kamar) baik untuk pemeriksaan, pengobatan,
data, dan kepentingan lain.
Tabel. Jumlah Ruangan Kamar Puskesmas
Kotanopan Menurut Penggunaannya
Jenis ruangan/kamar Jumlah
Ruang Dokter / Kepala Puskesmas 1 Buah
Ruang KTU/SP2TP 2 Buah
Ruang KIA/KB 1 Buah
Ruang Poli 2 Buah
Apotek 1 Buah
Ruang Karcis 1 Buah
UGD 1 Buah
Poli Gigi 1 Buah
Ruang Imunisasi 1 Buah
Ruang Laboratorium 1 Buah
Rumah Dokter Umum 2 Buah
Rumah Dokter Gigi 1 Buah
Rumah Dinas Paramedis 7 Buah
Ruang Rawat Inap 16 Buah
Sarana Kesehatan
Tabel. Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas
Kotanopan Menurut Penggunanya
Sarana Administrasi
Sarana administrasi diperlukan untuk tempat mencatat dan menyimpan semua
keterangan pasien yang berobat demi kelancaran proses administrasi. Alat
administrasi serta sarana administrasi tersebut terdiri dari komputer, mesin tik,
lemari, meja, kartu pasien, kursi, buku catatan, dan kartu laporan.
Sarana Obat-Obatan
Sarana obat-obatan yang diperlukan untuk mengobati pasien yang sakit.
Sarana obat-obatan tersebut diberikan oleh bantuan Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara, Asuransi Kesehatan, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal
melalui Dinas Kesehatan.
Sarana Kesehatan n
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 6
Pos Kesehatan Desa 12
Pondok Bersalin Desa 2
● Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Kotanopan yaitu sebanyak 89
orang yang mana terdiri dari 40 PNS, 29 honorer, dan 12 Tenaga Kerja Sukarela
(TKS).
Tabel. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kotanopan Tahun 2018
Tenaga n
Dokter umum 2
Dokter gigi 1
Farmasi 2
Bidan 63
Perawat 15
Pranata Laboratorium 1
Penyuluhan kesehatan 3
Sanitarian 1
● Sumber Biaya
Dana yang digunakan adalah dari alokasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten
Mandailing Natal melalui dinas kesehatan serta dana alokasi APBD Provinsi
Sumatera Utara. Pengobatan gratis yang diberikan langsung kepada masyarakat
melalui program kerja PMD (Puskesmas Masuk Desa) yang dilaksanakan 1 tahun
sekali. Di mana 40 % kegiatan internal dan 60 % kegiatan eksternal yang paling
diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan seperti ini adalah desa yang jauh
wilayahnya kerjanya dari Puskesmas itu sendiri dan dilakukan pada waktu bersamaan
pengobatan gratis sebanyak 3 desa yang yang berdekatan (tetangga), hal ini dilakukan
guna meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan.
II.1 Input
Input yaitu merupakan sumber daya (Man, Money, Material, & Method) yang
dibutuhkan untuk menunjang suatu program. Berikut adalah sumber daya yang tersedia
dan tercatat untuk menunjang pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2018.
● Jumlah dan Kualitas Tenaga Kesehatan (Man)
Tabel. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kotanopan Tahun 2018
Tenaga n
Dokter umum 2
Dokter gigi 1
Farmasi 2
Bidan 63
Perawat 15
Pranata Laboratorium 1
Penyuluhan kesehatan 3
Sanitarian 1
Sarana Kesehatan
Tabel. Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas Kotanopan
Menurut Penggunanya
Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
Kulkas 4 Buah
Imunisasi Kit 1 Buah
Meja Ginekologi 1 Buah
Tempat Tidur 18 Buah
Kasur 10 Buah
Bantal 10 Buah
Mobil Ambulans 1 Buah
Sarana Administrasi
Sarana administrasi diperlukan untuk tempat mencatat dan menyimpan semua
keterangan pasien yang berobat demi kelancaran proses administrasi. Alat
administrasi serta sarana administrasi tersebut terdiri dari komputer, mesin tik,
lemari, meja, kartu pasien, kursi, buku catatan, dan kartu laporan.
Sarana Obat-Obatan
Sarana obat-obatan yang diperlukan untuk mengobati pasien yang sakit. Sarana
obat-obatan tersebut diberikan oleh bantuan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
Asuransi Kesehatan, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal melalui
Dinas Kesehatan.
Sarana Kesehatan n
Puskesmas 1
Puskesmas Pembantu 6
Pos Kesehatan Desa 12
Pondok Bersalin Desa 2
● Market
Sasaran dalam SP2TP Puskesmas Kotanopan ialah seluruh petugas yang
bertanggung jawab mulai dari proses pelaporan, petugas yang bertanggung jawab
dalam pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas, yaitu pelaksana kegiatan yang
berpengaruh dalam melengkapi data SP2TP di dalam Puskesmas. Semua program
telah ada petugas penanggung jawab masing-masing program, walaupun kurangnya
peran internal puskesmas dan faktor eksternal dari Dinas Kesehatan, serta tidak ada
buku pedoman tentang SP2TP di Puskesmas Kotanopan.
● Method
Pencatatan SP2TP adalah koordinator SP2TP meminta laporan bulanan dari
masing-masing pemegang program, selanjutnya koordinator SP2TP akan membuat
laporan rekapitulasi dari masing-masing laporan yang kemudian dikumpulkan
menjadi satu dan diberi daftar isi sesuai kelompok program masing-masing,
didokumentasikan dan dijadikan suatu informasi berupa laporan tiap bulannya. Selain
laporan bulanan dari masing-masing pemegang program, koordinator SP2TP juga
mendapatkan laporan-laporan dari SIMPUS hal ini karenakan data SP2TP
berkesinambungan dengan data SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas).
II.2 Proses
1. Pencatatan SP2TP
Pencatatan adalah proses mencatat kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan
didalam gedung seperti rawat inap dan rawat jalan, maupun kegiatan diluar gedung.
Proses pencatatan data merupakan rangkaian kegiatan dalam menunjang ketersediaan
data dan informasi. Kegiatan pokok puskesmas baik didalam gedung maupun diluar
gedung puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan desa harus di catat. Bentuk
pencatatan berdasarkan pada sasaran, yaitu: catatan individu (catatan ibu, bayi dan
balita), catatan keluarga (kesehatan keluarga tertentu), dan catatan masyarakat
(biasanya pada kegiatan survey komunitas apabila ditemukan masalah komunitas
yang lebih diarahkan pada ibu dan anak balita). Bentuk catatan berdasarkan kegiatan
yaitu : catatan pelayanan kesehatan anak, catatan pelayanan kesehatan ibu, catatan
imunisasi, catatan kunjungan rumah, catatan persalinan, catatan kelahiran, catatan
kematian ibu dan bayi, dan catatan rujukan. Sementara bentuk catatan berdasarkan
proses pelayanan, yaitu; catatan awal/masuk, catatan pengembangan berisi kemajuan,
catatan pindah dan catatan keluar (Mubarak, 2012).
Pencatatan dilakukan oleh para petugas program masing - masing dalam
membuat laporan bulanan setiap bulannya. Ada beberapa kendala yang di temukan
oleh petugas program dalam merekap laporan ini seperti tidak adanya fasilitas yang
menunjang sehingga muncullah situasi yang membuat laporan terlambat. Dengan
demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta
cara pengisian yang benar dan teliti. Untuk memudahkan pencatatan terdapat formulir
standar yang telah ditetapkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan terpadu
puskesmas (SP2TP).
2. Pelaporan SP2TP
Pelaksanaan kegiatan program menerima laporan dari pustu seharusnya paling
lama tanggal 3 setiap bulannya namun yang terjadi laporan yang diterima pelaksana
kegiatan program dari pihak pustu selalu terlambat, sehingga pelaksana kegiatan
program juga telat dalam merekap laporannya secara otomatis pelaksana program
juga terlambat mengirimkan laporannya ke koordinator SP2TP, yang seharusnya
koordinator SP2TP menerima rekapan laporan dari masing-masing program yaitu
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya.
II. 3 Output
● Ketersediaan Data
○ Kelengkapan Data
Kelengkapan data disini dapat diartikan kelengkapan data pencatatan
baik data yang diperoleh dari luar gedung puskesmas yaitu dari pustu dan
posyandu yang setiap bulannya memberikan laporannya ke puskesmas sesuai
dengan target waktu yang telah ditentukan, maupun data yang diperoleh dari
dalam gedung puskesmas, yaitu dari kegiatan puskesmas setiap harinya.
Kelengkapan data SP2TP setiap bulannya sudah sesuai dengan peraturan yang
ada yaitu adanya data LB1, LB2, LB3, dan LB4 yang dibuat setiap bulannya.
○ Keakuratan Data
Keakuratan data disini dapat diartikan sebagai kebenaran data yang
dibuat setiap bulannya oleh masing-masing petugas program yang ada di
puskesmas ini, sehingga data tersebut berguna untuk menunjang keberhasilan
suatu kegiatan puskesmas, karena data yang dibuat puskesmas akan
dikirimkan setiap bulanya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
Data SP2TP yang dibuat setiap bulannya belum menghasilkan data yang
akurat, karena dari pernyataan koordinator SP2TP bahwa data yang dibuat
oleh petugas program masih membuat data yang sama dari bulan sebelumnya,
karena untuk mengejar waktu pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Input
Input yaitu merupakan sumber daya (Man, Money, Material, & Method) yang
dibutuhkan untuk menunjang suatu program. Berikut adalah sumber daya yang tersedia
dan tercatat untuk menunjang pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2018.
● Sumber Daya Manusia (Man)
Sumber daya manusia adalah pegawai yang siap, mampu, dan siaga dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan begitu adapun yang dikatakan sebagai
sumber daya manusia dalam organisasi puskesmas yaitu orang-orang yang
mengabdikan diri dalam bidang tertentu di wilayah kerja puskesmas serta harus
mempunyai wewenang untuk melakukan upaya jenis tertentu dalam bidang yang
digelutinya dalam penyelenggaraan program di puskesmas.
Sumber daya manusia meliputi tingkat pengetahuan atau wawasan serta
kemampuan, dan masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang
akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan, pengetahuan dengan
tingkat pengetahuan ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir dan skill dalam
pelaksanaan dan pengetahuan tentang SP2TP. Pengetahuan tentang SP2TP disini
mengenai pemahaman informan tentang tata cara pengisian, pencatatan, pelaporan,
pengolahan data dan penyajian informasi SP2TP, serta siapa yang bertanggung jawab
untuk data laporan program SP2TP di wilayah Puskesmas.
● Petugas program atau juga pelaksana kegiatan program adalah mereka yang
terlibat langsung dalam laporan SP2TP. Penanggung jawab kegiatan yang
dilakukan didalam gedung Puskesmas Kotanopan yaitu; penanggung jawab
Gizi, KIA, imunisasi, dan petugas pengamat penyakit menular. Masa kerja
petugas program terbilang sudah cukup lama dan terbilang sudah cukup
berpengalaman dalam bertugas.
● Koordinator SP2TP adalah petugas yang mengumpulkan laporan bulanan dari
masing-masing pelaksana kegiatan dan koordinator SP2TP bertanggung jawab
atas kelancaran pelaksanaan SP2TP. Masa kerja Koordinator SP2TP di
Puskesmas Kotanopan masih terbilang baru artinya koordinator SP2TP di
puskesmas Kotanopan tersebut masih belum cukup berpengalaman sebagai
penanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP.
● Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas Pelaksanaan Sistem pencatatan dan
Pelaporan Terpadu di Puskesmas, serta membimbing kepada Koordinator
SP2TP dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas. Masa kerja sangat
mempengaruhi dalam menjabat sebagai kepala puskesmas. Masa kerja Kepala
Puskesmas Kotanopan masih terbilang belum cukup lama.
Pengetahuan Petugas Program tentang Sistem Pelaksanaan Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) menyatakan bahwa SP2TP merupakan bentuk
laporan bulanan dari hasil kegiatan yang ada di puskesmas dan yang bertanggung
jawab untuk program SP2TP ini adalah Kepala Puskesmas, karena Kepala Puskesmas
sebagai penanggung jawab terhadap manajemen puskesmas, artinya seluruh kegiatan
puskesmas termasuk kegiatan program SP2TP dalam setiap pencatatan dan
pelaporannya diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Petugas program SP2TP yang ada di Puskesmas Kotanopan dalam pelaksanaan
program SP2TP khususnya belum pernah mengikuti pelatihan SP2TP tersebut dan
juga pelatihan SP2TP (pengolahan, perekapan, penyajian data, pelatihan komputer) itu
belum pernah diadakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal untuk para
petugas kegiatan laporan data SP2TP dan juga koordinator SP2TP.
Keberhasilan pelaksanaan SP2TP sangat ditentukan oleh faktor manusia yang
melaksanakan prosedur sistem informasi. Pengetahuan dan keterampilan merupakan
hal mendasar yang harus dimiliki oleh petugas dalam melaksanakan kegiatan sistem
informasi kesehatan. Untuk itu, sudah seharusnya puskesmas perlu dibekali dengan
sumber daya manusia yang kompeten dan handal, agar dapat melaksanakan kegiatan
pencatatan dan pelaporan SP2TP secara efektif dan efisien.
Pengetahuan petugas program tentang SP2TP belum begitu memahami makna
dari SP2TP masih ada yang menganggap bahwa ada beberapa petugas yang tidak
mengetahui bahwa laporan yang dibuat adalah sebagian dari SP2TP, hal ini akan
membuat petugas mengenyampingkan proses dan hasil dari laporan karena mereka
kurang mengetahui pemanfaatan dari pelaporan terpadu puskesmas. Kurangnya
pengetahuan penanggung jawab program (Koordinator SP2TP) tentang SP2TP di
Puskesmas Kotanopan salah satunya disebabkan karena tidak pernah diadakannya
pelatihan tentang SP2TP hal ini yang menjadi penghambat tercapainya tujuan dari
pelaksanaan program SP2TP di Puskesmas Kotanopan, sedangkan penanggung jawab
puskesmas disini yaitu Kepala Puskesmas memahami secara detail tentang tahapan
SP2TP namun tidak diaplikasikan dalam pemanfaatannya serta masih
mengenyampingkan pentingnya suatu laporan dari hasil pelayanan yang telah
dilaksanakan.
● Market
Sasaran dalam SP2TP Puskesmas Kotanopan ialah seluruh petugas yang
bertanggung jawab mulai dari proses pelaporan, petugas yang bertanggung jawab
dalam pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas, yaitu pelaksana kegiatan yang
berpengaruh dalam melengkapi data SP2TP di dalam Puskesmas. Semua program
telah ada petugas penanggung jawab masing-masing program, walaupun kurangnya
peran internal puskesmas dan faktor eksternal dari Dinas Kesehatan, serta tidak ada
buku pedoman tentang SP2TP di Puskesmas Kotanopan.
● Method
Pencatatan SP2TP adalah koordinator SP2TP meminta laporan bulanan dari
masing-masing pemegang program, selanjutnya koordinator SP2TP akan membuat
laporan rekapitulasi dari masing-masing laporan yang kemudian dikumpulkan
menjadi satu dan diberi daftar isi sesuai kelompok program masing-masing,
didokumentasikan dan dijadikan suatu informasi berupa laporan tiap bulannya. Selain
laporan bulanan dari masing-masing pemegang program, koordinator SP2TP juga
mendapatkan laporan-laporan dari SIMPUS hal ini karenakan data SP2TP
berkesinambungan dengan data SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas).
III.2 Proses
1. Pencatatan SP2TP
Pencatatan adalah proses mencatat kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan
didalam gedung seperti rawat inap dan rawat jalan, maupun kegiatan diluar gedung.
Proses pencatatan data merupakan rangkaian kegiatan dalam menunjang ketersediaan
data dan informasi. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan didalam gedung
puskesmas yaitu pencatatan di loket dengan menggunakan RKK termasuk kartu
status, register kunjungan, kartu KB, dan register nomor indeks serta penambahan
catatan pada layanan yang dituju sudah dilakukan petugas loket dan layanan.
Pencatatan laporan bulanan SP2TP yakni para programmer yang melakukan
kegiatan dari tiap-tiap unit yang ada di puskesmas. Semua yang dicatat kemudian
akan dijadikan sebagai suatu informasi berupa laporan bulanan. Ada beberapa kendala
yang ditemukan oleh petugas program dalam merekap laporan ini seperti tidak adanya
fasilitas yang menunjang sehingga muncullah situasi yang membuat laporan
terlambat.
Data SP2TP yang diperoleh dari puskesmas terdapat beberapa kolom yang tidak
diisi seperti di kata kesakitan (penyakit bakteri, penyakit virus, penyakit karena
arthropoda, penyakit kelamin, penyakit infeksi, penyakit susunan saraf, penyakit
saluran pernapasan, kecelakaan dan keracunan), di data Gizi dan KIA (jumlah anak
balita dapat vit.A, jumlah ibu nifas dapat vit.A, jumlah ibu hamil dapat obat tambah
darah, jumlah balita dapat syrup tambah darah, jumlah bumil dapat kapsul yodium,
jumlah penduduk dapat kapsul yodium, jumlah WUS, jumlah WUS baru dengan
LILA, jumlah murid SD kelas 1 di vaksin DT 1 dan DT II, jumlah murid SD kelas VI
di vaksinasi TT 1 dan TT II, pengamatan penyakit menular, tetanus neonatorum,
malaria, rabies, filarial, frambusia, ISPA, dan kusta) dan di data kegiatan puskesmas
(data rawat tinggal, kegiatan perawatan kesehatan masyarakat), serta lampiran data
LB2 yang tidak ada. Sehingga dalam pelaporan data-data yang disebutkan di atas
kosong dan ditulis dengan garis penghubung dengan kata lain kegiatannya tidak
dilaksanakan dan sebagian yang kosong tersebut data belum selesai dicatat dari
masing-masing program hal ini karena sebagian data diperoleh dari pustu oleh karena
itu pihak program yang ada di puskesmas terpaksa menunggu datangnya laporan dari
pustu sehingga hal ini yang sering mengakibatkan keterlambatan dalam perekapan
data laporan. Pelaksanaan kegiatan program menerima laporan dari pustu seharusnya
paling lama tanggal 3 setiap bulannya namun yang terjadi laporan yang diterima
pelaksana kegiatan program dari pihak pustu selalu terlambat, sehingga pelaksana
kegiatan program juga telat dalam merekap laporannya secara otomatis pelaksana
program juga terlambat mengirimkan laporannya ke koordinator SP2TP, yang
seharusnya koordinator SP2TP menerima rekapan laporan dari masing-masing
program yaitu paling lambat tanggal 5 setiap bulannya. Rekapitulasi dilakukan
dengan cara pelaksana kegiatan program mencatat hasil rekapitulasi data dari pustu,
posyandu dan hasil kegiatan puskesmas ke dalam formulir laporan SP2TP setiap
tanggal 5 setiap bulannya, namun pihak koordinator selalu mengalami kendala dalam
menerima hasil rekapitulasi tersebut dari pelaksana kegiatan masing-masing program.
Jadi, tahap pencatatan SP2TP di Puskesmas Kotanopan belum sesuai dengan
pedoman SP2TP karena pencatatan yang dilakukan masih banyak data yang ada di
formulir kosong untuk direkap, hal ini karena ada kegiatan yang tidak dilakukan
puskesmas dan juga hal ini terjadi kekosongan data karena tidak terdapat penderita
dan juga karena belum sampainya laporan data yang diterima puskesmas dari pustu
sehingga rekapitulasi terhadap pencatatan sering terjadi kekosongan data. Padahal ini
seharusnya melakukan secara rutin dan dilakukan pencatatan setiap bulannya.
2. Pelaporan SP2TP
Pelaksanaan kegiatan program menerima laporan dari pustu seharusnya paling
lama tanggal 3 setiap bulannya namun yang terjadi laporan yang diterima pelaksana
kegiatan program dari pihak pustu selalu terlambat, sehingga pelaksana kegiatan
program juga telat dalam merekap laporannya secara otomatis pelaksana program
juga terlambat mengirimkan laporannya ke koordinator SP2TP, yang seharusnya
koordinator SP2TP menerima rekapan laporan dari masing-masing program yaitu
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya.
Pelaporan yang dilakukan masing-masing program ke petugas SP2TP yang
seharusnya paling lama tanggal 5 setiap bulannya hasil dari rekapitulasi laporan
tersebut sudah dikumpulkan ke koordinator SP2TP namun pada kenyataannya tidak
konsisten.
Semua laporan data kegiatan program lengkap dimasukkan ke dalam formulir
SP2TP, koordinator SP2TP sekaligus petugas SP2TP melaporkan hasil laporan
SP2TP ke penanggung jawab pelaksana SP2TP (Kepala Puskesmas) untuk
mendapatkan persetujuan dan tanda tangannya. Setelah laporan SP2TP mendapatkan
persetujuan dan tandatangan dari Kepala Puskesmas barulah koordinator SP2TP yang
sekaligus sebagai petugas SP2TP mengirim laporan bulanan (LB1, LB2, LB3, LB4)
yang dilakukan setiap bulannya dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
dikirim ke Dinas Kesehatan Kota, namun di Puskesmas Kotanopan hanya melaporkan
LB1, LB3, LB4 saja setiap bulannya, dan laporan profil puskesmas serta
kepegawaian.
Untuk LB2 petugas pelaksana kegiatan itu sendiri yang melaporkannya langsung
ke Dinas kesehatan Kota karena penanggung jawab obat-obatan selalu terlambat
dalam melakukan pengumpulan laporan datanya, akan tetapi meskipun dilaporkan
oleh pelaksana kegiatan itu sendiri secara langsung ke GFK harusnya pelaksana
kegiatan tersebut membuat laporannya dua rangkap yang mana satu rangkapnya
diberikan ke Koordinator SP2TP sebagai arsip di puskesmas namun kenyataanya
pelaksana kegiatan yang memegang program LB2 tidak membuatnya dalam dua
rangkap.
Pengiriman laporan yang dilakukan Puskesmas Kotanopan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Mandailing Natal memang berjalan sama seperti Puskesmas lainnya, yaitu
diantar langsung ke Dinas Kesehatan Kota oleh Koordinator SP2TP, namun dalam
mengirimkan laporannya ke Dinas Kesehatan Kota tidak sesuai dengan tanggal yang
sudah ditentukan.
Untuk laporan LB1S dan LB2S berdasarkan hasil penelitian laporan tersebut
tidak pernah dilaporkan dan juga dibuat, hal ini karena Puskesmas Kotanopan tidak
termasuk puskesmas yang dipilih oleh Dinas kesehatan Kabupaten Mandailing Natal,
sesuai dengan peraturan yang ada bahwa untuk LB1S hanya dilakukan oleh
Puskesmas yang ditunjuk pihak Dinas Kesehatan Dati II dan LB2S hanya untuk
puskesmas yang mempunyai rawat inap (Depkes RI, 1997).
Untuk laporan tahunan berdasarkan hasil penelitian LT1 diganti dengan laporan
profil puskesmas, LT2/laporan kepegawaian ini tetap dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kota setiap bulannya dan untuk LT3/ laporan inventaris tetap dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota dalam setiap enam bulan sekali, namun berdasarkan penelitian yang
dilakukan laporan ini sudah hampir lebih kurang 2 tahun tidak dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota. Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi antara program di tiap-
tiap ruangan, koordinator memang melakukan penyampaian tentang target waktu
laporan yang dikumpul, selebihnya jika para programer belum juga mengumpulkan
hasil data yang direkap tersebut ke koordinator SP2TP maka program kegiatan itu
sendiri yang akan melaporkan langsung ke Dinas Kesehatan Kota.
Pengiriman laporan SP2TP diperlukan dukungan berupa dukungan pengadaan
fasilitas yang memadai, perbaikan tatalaksana pengiriman laporan, serta pengadaan
tenaga ahli khusus bekerja di program SP2TP yang telah mendapatkan pelatihan
terlebih dahulu, hal ini diharapkan akan meningkatkan pola pengiriman laporan
SP2TP Puskesmas ke Dinas Kesehatan.
III. 3 Output
● Ketersediaan Data
○ Kelengkapan Data
Kelengkapan data disini dapat diartikan kelengkapan data pencatatan
baik data yang diperoleh dari luar gedung puskesmas baik itu dari pustu dan
posyandu yang setiap bulannya memberikan laporannya ke puskesmas sesuai
dengan target waktu yang telah ditentukan, maupun data yang diperoleh dari
dalam gedung puskesmas, yaitu dari kegiatan puskesmas setiap harinya.
kelengkapan data SP2TP setiap bulannya sudah sesuai dengan peraturan yang
ada yaitu adanya data LB1, LB2, LB3, dan LB4 yang dibuat setiap bulannya.
Data yang diperoleh dari dalam gedung puskesmas berupa kegiatan puskesmas
setiap harinya yang dicatat oleh masing-masing petugas program, dan data
yang diperoleh dari luar gedung puskesmas diperoleh dari data posyandu dan
pustu yang dikirimkan setiap bulannya sesuai dengan target waktu yang telah
ditentukan. Akan tetapi untuk data LB2 tidak pernah diterima oleh pihak
koordinator SP2TP, karena petugas program obat-obatan tidak pernah
memberikan laporan tersebut kepada koordinator SP2TP Puskesmas
Kotanopan, yang seharusnya pihak program membuat data tersebut dalam dua
rangkap dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal, dan
yang satu rangkap lagi dipegang oleh koordinator SP2TP Puskesmas
kotanopan untuk sebagai arsip di Puskesmas Kotanopan.
○ Keakuratan Data
Keakuratan data disini dapat diartikan sebagai kebenaran data yang
dibuat setiap bulannya oleh masing-masing petugas program yang ada di
puskesmas ini. Sehingga data tersebut berguna untuk menunjang keberhasilan
suatu kegiatan puskesmas, karena data yang dibuat puskesmas akan
dikirimkan setiap bulanya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal.
Data SP2TP yang dibuat setiap bulannya belum menghasilkan data yang
akurat, karna dari pernyataan koordinator SP2TP bahwa data yang dibuat oleh
petugas program masih membuat data yang sama dari bulan sebelumnya,
karena untuk mengejar waktu pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal, sehingga data yang belum siap tersebut dimasukkan dengan
data yang sama dengan bulan sebelumnya. Yang seharusnya data tersebut
harus benar-benar akurat karena data yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kota untuk melihat program kesehatan mana yang masih buruk sehingga harus
ditingkatkan lagi dan mempunyai feedback ke puskesmas untuk membuat
suatu program berjalan dengan baik sehingga dapat lebih meningkatkan
program kesehatan yang lebih baik lagi.
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Analisis Pelaksanaan Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2018 masih belum maksimal, ditemukan kendala dalam
pelaksanaannya, yaitu:
● Bagi Dinas Kesehatan
Pelaksanaan dan pengawasan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal dalam upaya pengembanagan dan pelaksanaan Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Terpadu Puskesmas belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
● Pengumpulan data yang belum tepat waktu oleh pemegang program kepada petugas
SP2TP, berdampak pada pengolahan data SP2TP yaitu, data yang diolah menjadi
tidak lengkap sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan. Proses pengumpulan
data SP2TP yang terlambat menyebabkan proses pengolahan SP2TP juga ikut
terlambat sehingga pada akhir pengiriman laporan data SP2TP ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Mandailing Natal mengalami keterlambatan.
IV.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, maka dapat di
kemukakan saran-saran sebagai berikut:
● Bagi pihak pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
Perlu diadakan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu
puskesmas baik dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan maupun dari Dinas Kesehatan ke
puskesmas agar memudahkan pelaporan data antar puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Mandailing Natal. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan SP2TP di
Puskesmas Kotanopan, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal perlu
mengupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas peningkatan faktor eksternal yaitu
pelaksanaan dan pengawasan dengan penekanan yang lebih besar pada aspek
pengetahuan petugas SP2TP di puskesmas, melalui pendidikan dan pelatihan SP2TP
baik formal maupun informal. Kepada puskesmas sebagai pembimbing perlu
meningkatkan pengawasan bagi petugas SP2TP dalam melakukan pencatatan,
pengolahan data sampai pelaporan data sehingga pelaporan tersebut bisa tepat waktu
sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan RI No. 590/BM/DJ/INFO/V/96 yang
ditetapkan tanggal 10 Mei 1996.